• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 1 PENDAHULUAN. Di Indonesia pajak merupakan bagian dari sumber penerimaan negara yang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB 1 PENDAHULUAN. Di Indonesia pajak merupakan bagian dari sumber penerimaan negara yang"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penelitian

Di Indonesia pajak merupakan bagian dari sumber penerimaan negara yang dianggap paling potensial, oleh karena itu pajak digunakan sebagai sumber pembiayaan negara dan target penerimaan pajak setiap tahun maka pajak terus ditingkatkan. Hal tersebut didorong dengan banyaknya kegiatan yang dilaksanakan pemerintah yang membutuhkan dana setiap tahun semakin meningkat yang tercermin dari struktur penerimaan pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).

Langkah pemerintah untuk meningkatkan penerimaan dari sektor Perpajakan dimulai dengan melakukan reformasi perpajakan secara menyeluruh pada tahun 1984. Hal ini dilakukan mengingat peran sektor minyak dan gas dalam penerimaan negara menjadi semakin berkurang dan tidak dapat lagi diandalkan sebagai sumber penerimaan dalam APBN. Peningkatan penerimaan dalam negeri pada sektor perpajakan dan non pajak dapat dilihat pada Tabel1.1.

Tabel 1

Penerimaan Dalam Negeri Tahun 2009-2013 (dalam triliun rupiah)

Tahun Penerimaan Pajak Penerimaan Bukan Pajak TOTAL 2009 619.922 227.174 847.096 2010 723.307 268.942 992.249 2011 873.874 331.472 1.205.346 2012 1.016.237 341.143 1.357.380 2013 1.192.994 332.196 1.525.190 Sumber:www.bps.go.id, 2013

(2)

Pada Tabel 1 menunjukkan bahwa penerimaan dari setor pajak meningkat setiap tahunnya dan memiliki proporsi yang lebih besar dari pada penerimaan selain sektor pajak. Namun, beberapa permasalahan mengenai perpajakan masih harus dihadapi oleh pemerintah Indonesia yang sampai saat ini masih membutuhkan jalan penyelesaian oleh Direktorat Jenderal Pajak (DJP).

Pemerintah sejauh ini telah melakukan berbagai usaha untuk mencapai target penerimaan pemerintah yang telah ditetapkan agar permasalahan dalam Direktorat Jenderal Pajak (DJP) dan pemerintah daerah dapat berkurang. Salah satu usaha pemerintah dalam hal ini adalah menciptakan reformasi perpajakan yaitu reformasi pada peraturan perundang-undangan pajak dan reformasi administrasi.

Salah satu bentuk perbaikan sistem perpajakan adalah dengan menerapkan sistem self assessment. Sistem self-assesment memberikan kepercayaan penuh kepada wajib pajak (WP) untuk menghitung, melaporkan, dan membayar sendiri pajak terutang. Kewenangan WP dalam menentukan pajak menjadi sangat besar, bahkan perhitungan pajak terutang yang dilaporkan WP harus dianggap benar sampai aparat pajak bisa membuktikan sebaliknya. Fiskus dalam sistem ini hanya melakukan fungsi pengawasan atas kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan dari fiskus. Burton (2007) menyatakan bahwa, tujuan dari sistem ini adalah untuk menumbuhkan kesadaran bagi wajib pajak untuk menghitung, membayar, dan melaporkan pembayaran pajaknya secara jujur dan benar.

Adanya penerapan sistem self-assesment dan program reformasi yang substansial diharapkan dapat mengurangi tingkat ketidakpatuhan wajib pajak

(3)

orang pribadi

dalam melaksanakan kewajiban perpajakannya secara sukarela dan sesuai dengan ketentuan undang-undang dan peraturan perpajakan yang berlaku. Mustikasari (2007) menjelaskan bahwa penerapan self-assesment system hanya akan efektif apabila kondisi kepatuhan sukarela (voluntary compliance) pada masyarakat telah terbentuk. Kenyataan di Indonesia menunjukkan bahwa tingkat ketidakpatuhan wajib pajak nampak masih cukup tinggi.

Kebijakan lain yang juga telah dikeluarkan pemerintah adalah kebijakan sunset policy untuk menambah pemegang nomor pokok wajib pajak (NPWP) tapi hal ini tidak sesuai kenyataan. Saat ini masyarakat Indonesia yang memiliki NPWP (Nomor Pokok Wajib Pajak) kurang dari 10 juta orang sedangkan jumlah penduduk Indonesia yang mencapai 230 juta orang. (Warits Syakirin,2011). Pentingnya kesadaran wajib pajak untuk berperilaku patuh dalam memenuhi kewajibannya perlu ditanggapi serius oleh pemerintah khususnya Dirjen Pajak selaku instansi tunggal perpajakan bangsa ini, karena apabila wajib pajak tidak patuh maka akan timbul tindakan penghindaran, pengelakan, penyelundupan dan pelalaian pajak ( siti kurnia rahayu,2010:140) .

Pada tahun 2011 jumlah WP yang menyerahkan Surat Pemberitahuan (SPT) Tahunan Pajak Orang Pribadi hanya 8,5 juta WP dari yang aktif (seharusnya) yang tercatat 110 juta orang. Dengan demikian rasio SPT tercatat hanya 7,7 % atau dengan kata lain tingkat kepatuhan wajib pajak masih belum memadai. “Yang menyerahkan SPT orang pribadi 8,5 juta WP, padahal yang aktif kerja ada 110 juta rakyat. Itu artinya rasio SPT aktif 7,7 persen, memang tingkat kepatuhan

(4)

WP kita masih belum memadai bahwa kan kalau di Negara lain, misalnya Jepang bisa sampai 50 % jumlah penduduknya bayar pajak aktif,” (Srihandriatmo,2011) Upaya untuk memperkecil selisih realisasi pajak dengan potensi pajak masih mengalami beberapa kendala yang harus dihadapi. Masih cukup tingginya ketidakpatuhan wajib pajak orang pribadi dalam memenuhi kewajiban pajak disebabkan oleh beberapa faktor. Faktor tersebut antara lain karena masyarakat belum cukup yakin dengan Undang-Undang Perpajakan di Indonesia. Selain itu terdapat pula adanya rasa ketidak percayaan terhadap petugas pajak (Agustiantono,2012). Kasus Gayus Tambunan dan Dana Widyatnika menjadi contoh yang paling fenomenal dalam hal ini. Hal tersebut menciptakan kondisi masyarakat untuk mencoba-coba menghindari kewajiban membayar pajaknya. Disisi lain, transparansi mengenai penggunaan anggaran pajak belum dilaksanakan dengan baik. Hal tersebut karena pemungutan pajak bukan hanya sebatas memungut saja, tetapi juga dibutuhkan penjelasan mengenai penggunaan dana anggaran pajak yang akan digunakan untuk kegiatan apa saja. Apakah benar alokasi dana yang bersumber dari kontribusi pajak digunakan secara tepat dalam rangka mencapai pembangunan nasional yang adil dan merata untuk masyarakat Indonesia (Agustiantono, 2012).

Faktor lain yang juga menyebabkan rendahnya kepatuhan wajib pajak orang pribadi dalam memenuhi kewajibannya adalah sosialisasi yang minim sehingga pengetahuan akan mekanisme perpajakan pajak orang pribadi tidak cukup dipahami sehingga wajib pajak orang pribadi tidak melakukan kewajibannya dalam melakukan pembayaran pajak, dan kedua, karena wajib pajaknya yang

(5)

enggan membayar pajak karena alasan-alasan tertentu”. ( Halim:2012 )

Beberapa hal yang kurang dimiliki dari pemerintah, khususnya perpajakan Indonesia adalah sosialisasi yang kurang memprovokasi masyarakat untuk membayar kewajibannya, selain itu timbal balik pemerintah bagi msayarakat dengan menyiapkan misalnya fasilitas infrstruktur yang memadai dan jaminan masa tua untuk masyarakat yang telah membayar, agar masyarakat juga tertarik untuk menuntaskan kewajiban sebagai warga negara yang baik. Sedangkan untuk meyakinkan masyarakat bahwa pajak sangatlah penting, harus ada tindakan tegas dari secara hokum pemerintah agar timbul efek jera dari masyarakat bila tidak membayar pajak.( Warits Syakirin,2011).

Permasalahan kepatuhan pajak sebenarnya tidak hanya tergantung pada masalah teknis yang menyangkut metode pemungutan, tarif pajak, teknis pemeriksaan, penyidikan, penerapan sanksi namun juga harus dilihat dari pengaruh sosial ekonomi dalam masyarakat. Dalam kondisi dimana ekonomi sedang tidak baik maka secara umum semua orang akan mengurangi pengeluaran dan pajak menjadi salah satu pilihan yang menurut mereka layak untuk dihindari sehingga mengurangi pengeluaran.

Perilaku ketidakpatuhan wajib pajak sebenarnya dari sisi hukum dapat dikenakan hukuman yaitu berupa sanksi perpajakan, di negara kita dikenal ada dua macam sanksi perpajakan yaitu sanksi administasi dan sanksi pidana. Misalnya terkait batas akhir penyampaian SPT yang baru berakhir 31 maret 2012 kemarin untuk SPT tahunan 2011, jika telat maka akan dikenakan sanksi admnistrasi yaitu untuk SPT tahunan orang pribadi Rp 100.000 dan untuk SPT

(6)

tahunan badan Rp 1.000.000. ( Warits Syakirin,2011).

UU tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan menyatakan, setiap pihak yang sengaja tidak membayar atau memberikan laporan kewajiban pajaknya secara keliru diancam pidana di bidang perpajakan paling lama enam tahun dan denda paling tinggi empat kali jumlah pajak terutang. Dasar hukum pengenaan sanksi administrasi sendiri diatur dalam Undang- Undang Ketentuan Umum Perpajakan seperti yang tercantum dalam Undang-Undang No. 16 Tahun 2009 tentang perubahan ke 3 atas Undang-Undang No. 6 Tahun 1983 Tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan.

Berdasarkan gambaran latar belakang tersebut diatas maka penulis bermaksud untuk melakukan penelitian dengan judul “FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUH KETIDAKPATUHAN WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI DI WILAYAH KECAMATAN RUNGKUT SURABAYA

1.2 Rumusan Masalah

Rumusan masalah menunjukkan keadaan, fenomena, ataupun konsep yang masih memerlukan solusi melalui suatu penelitian. Pada penelitian ini, masalah utama yang dihadapi oleh Kantor Pelayanan Pajak Pratama Surabaya Rungkut adalah meningkatnya selisih realisasi pajak dengan potensi pajak orang pribadi. Berdasarkan dari latar belakang penelitian di atas, maka masalah dalam penelitian ini adalah:

(7)

pelayanan, efektivitas pelayanan, kondisi perekonomian, hukum yang berlaku, dan timbal balik pemerintah berpengaruh terhadap ketidakpatuhan wajib pajak orang pribadi di wilayah Kecamatan Rungkut Surabaya secara simultan?

2. Apakah pengetahuan perpajakan, tarif pajak, pemeriksaan pajak, kualitas pelayanan, efektivitas pelayanan, kondisi perekonomian, hukum yang berlaku, dan timbal balik pemerintah berpengaruh terhadap ketidakpatuhan wajib pajak orang pribadi di wilayah Kecamatan Rungkut Surabaya secara parsial?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas dapat diketahui tujuan dari penelitian yaitu penelitian ini bertujuan untuk:

1. Mengetahui dan menganalisis pengaruh pengetahuan perpajakan, tarif pajak, pemeriksaan pajak, kualitas pelayanan, efektivitas pelayanan, kondisi perekonomian, hukum yang berlaku, dan timbal balik pemerintah terhadap ketidakpatuhan wajib pajak orang pribadi di wilayah Kecamatan Rungkut Surabaya secara simultan.

2. Mengetahui dan menganalisis pengaruh pengetahuan perpajakan, tarif pajak, pemeriksaan pajak, kualitas pelayanan, efektivitas pelayanan, kondisi perekonomian, hukum yang berlaku, dan timbal balik pemerintah terhadap ketidakpatuhan wajib pajak orang pribadi di wilayah Kecamatan Rungkut Surabaya secara parsial.

(8)

1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Kontribusi Praktis

1. Bagi Direktorat Jenderal Pajak, hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan umpan balik agar peningkatan pelayanan dapat dilakukan secara maksimal.

2. Bagi Wajib Pajak, hasil penelitian diharapkan dapat menjadi cerminan, sehingga perilaku ketidakpatuhan yang seringkali terjadi dapat dihindari untuk kemudian menjadi seorang wajib pajak orang pribadi yang patuh terhadap aturan perpajakan Indonesia.

1.4.2 Kontribusi Teoritis

Bagi penelitian selanjutnya, hasil dalam penelitian ini dapat dijadikan literatur bagi penelitian selanjutnya mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan wajib pajak orang pribadi

1.4.3 Kontribusi Kebijakan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi kontribusi bagi kalangan regulator, sebagai dasar pertimbangan dalam menetapkan suatu aturan yang berkaitan dengan kewajiban membayar pajak dan peraturan kebijakan yang akan diambil oleh pemerintah untuk tercapainya tujuan bersama.

1.5 Ruang Lingkup Penelitian 1. Fokus Penelitian

(9)

ruang lingkup dari obyek yang akan diteliti. Penelitian ini difokuskan pada faktor-faktor yang mempengaruhi ketidakpatuhan wajib pajak orang pribadi yang telah mempunyai Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) .

2. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian yang akan diteliti adalah bagian yang berhubungan secara langsung dengan wajib pajak orang pribadi yang ada dalam wilayah Kecamatan Rungkut Surabaya

Referensi

Dokumen terkait

3 10.. Berdasarkan data hasil pengamatan observer di atas, aktivitas belajar siswa pada materi PKN Menghargai dan manaati keputusan bersama, pada siklus I pertemuan

Maksimum dan minimum lokal suatu fungsi ini adalah maksimum dan minimum untuk jarak tertentu yang berdekatan, sedangkan maksimum dan minimum absolut dari suatu fungsi mempunyai

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT., karena berkat rahman dan rahim-Nya penulis dapat melaksanakan dan menyelesaikan Laporan Akhir yang berjudul

Adapun isi dari kontrak kinerja tersebut mencakup enam point yaitu target sampel penyidikan dan pengujian penyakit hewan sebanyak 34.400 sampel, jumlah bimbingan teknis

Pembangunan masyarakat Indonesia harus terjadi menyeluruh dalam berbagai aspek kehidupan, baik dalam bentuk pembanganunan yang mendasari kesejahteraan

1. Sudaryanti, M.Si selaku pembimbing skripsi yang telah dengan sabar meluangkan waktu di tengah kesibukan beliau. Terimakasih atas waktu, arahan, bimbingan, serta ilmu

Pada tahun 2011, program EMAS (Expanding Maternal and Neonatal Survival) yang didanai USAID [7] diluncurkan bekerja sama dengan Pemerintah Indonesia untuk mengurangi kematian ibu

Elastomer polyurethane merupakan solid polyurethane yang dapat dijadikan bahan pelapis maupun perekat dari suatu barang agar terlihat lebih bagus dan tahan lama yang juga