• Tidak ada hasil yang ditemukan

Diferensiasi Pendidikan Karakter Jamaah Masjid Al-Ikhlas Pada Usia Anak-Anak, Remaja Dan Dewasa Di Lingkungan Wisata Kafe Karaoke Dusun Sarirejo Kelurahan Sidorejo Lor Kecamatan Sidorejo Kota Salatiga Tahun 2018 - Test Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Diferensiasi Pendidikan Karakter Jamaah Masjid Al-Ikhlas Pada Usia Anak-Anak, Remaja Dan Dewasa Di Lingkungan Wisata Kafe Karaoke Dusun Sarirejo Kelurahan Sidorejo Lor Kecamatan Sidorejo Kota Salatiga Tahun 2018 - Test Repository"

Copied!
61
0
0

Teks penuh

(1)

KELURAHAN SIDOREJO LOR

KECAMATAN SIDOREJO KOTA SALATIGA

TAHUN 2018

.

Oleh

MUHAMMAD CAHYO RISWANTO NIM. 12010150024

Tesis diajukan sebagai pelengkap persyaratan untuk gelar Magister Pendidikan

MAGISTER PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

PROGRAM PASCASARJANA

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA

(2)
(3)
(4)

iv ABSTRAK

Tesis Program Studi Magister Pendidikan Agama Islam (PAI), Program Pascasarjana, Institut Agama Islam Negeri Salatiga, 2018, Pembimbing Dr. H. Sa’adi, M.Ag.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui diferensiasi pendidikan karakter jamaah masjid al-ikhlas pada usia anak-anak, remaja dan dewasa. Metode yang digunakan adalah penelitian kualitatif deskriptif dengan pendekatan field research (penelitian lapangan). Analisis data kualitatif bersifat induktif analitik. Kajian ini menemukan diferensiasi pendidikan karakter di masjid al-ikhlas. Diferensiasi pendidikan karakter anak-anak yakni diantaranya; religius, jujur, disiplin, rasa ingin tahu, mandiri, peduli lingkungan, tanggungjawab, gemar membaca, kerja keras dan menghargai prestasi. Diferensiasi pendidikan karakter remaja yakni diantaranya; religius, disiplin, rasa ingin tahu, mandiri, peduli lingkungan, tanggung jawab dan peduli sosial. Diferensiasi pendidikan karakter dewasa yakni diantaranya; religius, disiplin, rasa ingin tahu, mandiri, peduli lingkungan, tanggung jawab, peduli sosial, toleransi. Faktor pendukung diferensiasi pendidikan karakter anak-anak, remaja dan dewasa yakni diantaranya adanya buku-buku bacaan terkait agama Islam, adanya fasilitas berupa bangku, mushaf al-Qur’an, buku sholawat, papan tulis, kebersihan tempat belajar, dukungan peran orang tua, pengurus takmir dan masyarakat muslim khususnya selaku tokoh pemerintahan. Faktor penghambat diferensiasi pendidikan karakter anak-anak, diferensiasi remaja dan diferensiasi dewasa yakni diantaranya latar belakang berbagai macam karakter kepribadian peserta didik, lingkungan sosial yang kurang kondusif dan fasilitas pembelajaran yang belum memadai.

(5)

v ABSTRACT

Thesis Master of Islamic Education Study Program (PAI), Postgraduate Program, Salatiga State Islamic Institute, 2018, Advisor Dr. H. Sa'adi, M.Ag.

This study aims to determine the differentiation of character education for mosque worshipers al-ikhlas at the age of children, adolescents and adults. The method used is descriptive qualitative research with a field research approach (field research). Qualitative data analysis is analytical inductive. This study found differentiation of character education in mosques al-ikhlas. Differentiation of children's character education including; religious, honest, disciplined, curious, independent, caring for the environment, responsibility, love to read, work hard and appreciate achievement. Differentiation of adolescent character education including; religious, disciplined, curious, independent, caring for the environment, responsibility and social care. Differentiation of adult character education including; religious, disciplined, curious, independent, caring for the environment, responsibility, social care, tolerance. Supporting factors for the differentiation of children's character education, adolescent and adult differentiation include the existence of reading books related to Islam, facilities such as benches, Quran recitations, prayer books, whiteboards, cleanliness of learning places, support for the role of parents , the management of takmir and the Muslim community especially as government figures. Inhibiting factors of children's character education differentiation, adolescent differentiation and adult differentiation are among the backgrounds of various personality traits of students, less conducive social environment and inadequate learning facilities.

(6)

vi MOTTO

(7)

vii PRAKATA

Tiada kata yang terindah kecuali ucapan syukur kepada Allah Swt. yang senantiasa menyediakan fasilitas oksigen gratis di bumi Allah Swt. dan juga atas ridhoNya tesis ini dapat terselesaikan sebagaimana mestinya. Salawat serta salam tak lupa penulis sampaikan untuk baginda Nabi Muhammad SAW yang telah memberikan tauladan yang baik kepada umatnya sehingga memberikan motivasi tersendiri bagi penulis dalam menuntut ilmu pengetahuan dan menyelesaikan tesis ini.

Alhamdulillaahirabbil’aalamiin atas terselesaikan dan tersusunnya tesis ini. Karya besar ini diselesaikan tanpa bisa terlepas dari bantuan semua pihak. Oleh karena itu, ucapan terima kasih setulus hati disampaikan kepada:

1. Bapak Dr. Rahmat Hariyadi selaku Rektor IAIN Salatiga

2. Bapak Prof. Dr. H. Zakiyuddin Baidhawy, M.Ag. selaku Direktur Pascasarjana IAIN Salatiga dengan segala kebiksanaannya memudahkan dalam terselesaikannya tesis ini.

3. Bapak Hammam, S.Pd. M.Pd. Ph.D. selaku kaprodi Pendidikan Agama Islam Pascasarjana.

4. Bapak Dr. H. Sa’adi, M.Ag. selaku dosen pembimbing tesis yang senantiasa memberikan bimbingan, arahan dan petunjuk-petunjuk penyusunan tesis. 5. Guru Besar dan Dosen beserta Staff Pascasarjana IAIN Salatiga.

6. Bapak Ustadz Misbahudin Ar-Rifai dan Bu Ustadzah Tobaroh selaku pendidik di Masjid Al-Ikhlas Sarirejo.

7. Bapak-bapak pengurus takmir dan Remaja Masjid Al-Ikhlas yang telah membantu peneliti untuk melancarkan penggalian informasi.

Salatiga, 9 Juli 2018

(8)

viii

C. Signifikansi Penelitian ... 7

D. Kajian Pustaka ... 8

E. Kerangka Teori... 11

F. Metode Penelitian ... 15

G. Sistematika Penulisan ... 16

BAB II A. PROFIL MASJID AL-IKHLAS... B. KODISI MASYARAKAT SARIREJO... 20 21 BAB III DIFERENSIASI PENDIDIKAN KARAKTER JAMA’AH DI MASJID AL-IKHLAS A. Anak-anak ... 20

B. Remaja... 23

C. Dewasa... 26

(9)

ix

DAFTAR LAMPIRAN

No Keterangan Hal

1 Instrumen pertanyaan dan penggalian informasi 39

2 Transkip percakapan/wawancara 40

3 Foto-foto kegiatan 45

4 Surat Keterangan Penelitian -

(10)

1

Pendidikan formal sangat berperan pada individu dimana ia bisa belajar dari mulai usai 4 tahun hingga 23 tahun atau dari mulai TK sampai Perguruan Tinggi. Dari guru atau sekolah individu dapat menerima berbagai pelajaran yang nantinya dapat digunakan untuk bergaul dalam lingkungan masyarakat. Pelajaran di sekolah baik yang pelajaran teori maupun praktek akan sangat bermanfaat bagi perkembangan individu di lingkungan formal dan non formal. Dalam lingkungan pendidikan formal ini seorang individu akan diajarkan banyak sekali pengetahuan yang belum pernah ia miliki, dari pengetahuan pribadi, sosial, keagamaan sampai ke pengetahuan yang berasal dari luar kebudayaannya.1Pendidikan nonformal adalah pendidikan kegiatan belajar mengajar yang diadakan diluar sekolah untuk memenuhi kebutuhan pendidikan peserta didik tertentu untuk mendapatkan informasi, pengetahuan, latihan dan bimbingan sehingga mampu bermanfaat bagi keluarga, masyarakat dan negara. 2

Pendidikan non-formal sebagai bagian dari sistem pendidikan memiliki tugas sama dengan pendidikan lainnya (pendidikan formal) yakni memberikan pelayanan terbaik terhadap masyarakat. Layanan alternatif yang diprogramkan

1Andriezens, Pengaruh Pendidikan Formal, Non Formal dan Informal Terhadap Prestasi

Pendidikan, Jakarta:Yudistira, 2008,8.

2Sudjana, Pendidikan Nonformal:Wawasan, Sejarah Perkembangan, Falsafah dan Teori

(11)

di luar sistem persekolahan tersebut bisa berfungsi sebagai pengganti, penambah dan atau pelengkap pendidikan formal sistem persekolahan.

Adapun ayat yang berkaitan dengan pendidikan karakter.

او ُرَمَأ َو َةاَكَّزلا اُوَتآ َو َة َلََّصلا اوُماَقَأ ِض ْرَ ْلْا يِف ْمُهاَّنَّكَّم نِإ َنيِذَّلا

Artinya orang-orang yang jika kami teguhkan kedudukan mereka di muka bumi niscaya mereka mendirikan sembahyang, menunaikan zakat, menyuruh berbuat ma'ruf dan mencegah dari perbuatan yang mungkar; dan kepada Allah-lah kembali segala urusan. (Q.S. Al-Hajj:41). 3

Lingkungan keluarga merupakan aspek yang pertama mempengaruhi perkembangan anak. Dari keluarga inilah tumbuh kembangnya anak, baik jasmani maupun rohani. Keluarga sangat berpengaruh dalam membentuk aqidah, mental, spiritual, kepribadian dan pola pikir anak. Peran penting keluarga menanamkan pendidikan pada masa-masa tersebut supaya membekas pada jiwa anak dan tidak mudah hilang atau berubah sesudahnya.4

Dasar-dasar tanggung jawab keluarga atau orang tua dalam mendidik anak yakni diantaranya; adanya motivasi atau dorongan cinta kasih yang menjiwai hubungan orang tua dan anak,pemberian motivasi kewajiban moral sebagai konsekwensi kehidupan orang tua terhadap keturunannya dan memelihara dan membesarkan anaknya.5 Keluarga sebagai pusat pendidikan utama dan pertama yaitu keluarga merupakan pendidik pertama bagi anak-anak karena dari merekalah anak mula-mula menerima pendidikan, dengan demikian

3Ishak Abdulhak dkk, Penelitian Tindakan dalam Pendidikan Non Formal, Jakarta: PT.

Raja Grafindo Pustaka, 2012, 45.

(12)

bentuk pertama dari pendidikan itu terdapat dalam kehidupan keluarga. Orang tua yaitu ayah dan ibu yang mempunyai peranan penting dan sangat berpengaruh atas pendidikan anak-anaknya, sejak seorang anak lahir seorang ibunyalah yang selalu disampingnya. 6 Masjid adalah tempat sujud kepada Allah SWT. tempat shalat dan tempat beribadah kepada-Nya. Lima kali sehari semalam umat Islam dianjurkan mengunjungi masjid guna melaksanakan shalat berjamaah. Masjid juga merupakan tempat yang paling banyak dikumandangkan nama Allah melalui azan, qamat, tahlil, istigfar dan ucapan lain yang dianjurkan dibaca di masjid sebagai bagian dari lafaz yang berkaitan dengan pengagungan asma Allah SWT. Masjid sebagai tempat melakukan ibadah oleh umat muslim. 7

Pada dasarnya masjid atau langgar mempunyai fungsi yang tidak terlepas dari kehidupan keluarga sebagai lembaga pendidikan. Masjid juga berfungsi sebagai penyempurna pendidikan dalam keluarga, agar selanjutnya anak mampu melaksanakan tugas-tugas hidup dalam masyarakat dan lingkungan. Masjid juga mampu menjadi pusat pembelajaran kaidah-kaidah Islam, sehingga mampu menjadikan sekelompok umat muslim menjadi pribadi yang baik dan sholeh. Masjid juga digunakan tempat untuk melakukan shalat lima waktu, shalat jum’at, shalat tarawih dan ibadah-ibadah lainnya, Masjid juga digunakan untuk kegaitan syiar Islam, pendidikan agama, pendidikan karakter, pengajian dan kegiatan lainnya yang bersifat sosial.

6Zakiah, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta:Bumi Aksara, 2008, 35.

(13)

Fungsi masjid bukan hanya tempat sholat, tetapi juga lembaga untuk mempererat hubungan dan ikatan jama’ah Islam yang baru tumbuh. Nabi Muhammad SAW mempergunakan masjid sebagai tempat menjelaskan wahyu yang diterimanya, memberikan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan para sahabat tentang berbagai masalah, memberi fatwa, mengajarkan agama Islam, membudayakan musyawarah, menyelesaikan perkara-perkara dan perselisihan-perselisihan.8 Masjid al-Ikhlas, secara geografi terletak di Dusun

Sarirejo Kelurahan Sidorejo Lor Kecamatan Sidorejo Kota Salatiga, Pulau Jawa Tengah Provinsi Indonesia. Secara astronomi terletak antara 007.17’ dan 007.17’. 23” lintang selatan. Dusun Sarirejo mayoritas masyarakatnya

pengusaha kafe karaoke. Dusun Sarirejo yakni sebuah Dusun yang kondusif, akan tetapi semenjak kedatangan pekerja sek komersil (PSK) dari pinggiran hotel Beringin Kabupaten Purwodadi maka lambat laun berubah menjadi tempat lokalisasi. Kemudian sejak tahun 1970 tempat tersebut menjadi lingkungan wisata hiburan kafe karaoke yang mulai pukul 21.00 WIB-02.00 WIB. Suasana wisata kafe karaoke menjadi rutinitas kegiatan keseharian bagi pemilik kafe, karyawan, tamu pendatang dan bahkan masyarakat muslim.

Budaya itu berdampak bagi warga mulim setempat untuk mencari peluang keuntungan ekonomi dengan cara mendirikan kafe karaoke. Pembangunan kafe karaoke tiap tahun semakin bertambah. Masyarakat muslim di Dusun Sarirejo Kota Salatiga kurang responsif dalam hal pendidikan karakter. Meskipun budaya lingkungan sosial sangat memprihatinkan citra masyarakat

(14)

muslim akan tetapi masih ada sistem diferensiasi pendidikan karakter di masjid al-ikhlas. Masjid al-ikhlas sebagai titik sentra pendidikan karakter bagi jamaah dusun sarirejo. Maka dari itu, hal ini menarik untuk diteliti.

B. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini mencakup:

a. Sejauh mana diferensiasi pendidikan karakter jamaah Masjid Al-Ikhlas di lingkungan Kafe Karaoke Dusun Sarirejo Kelurahan Sidorejo Lor Kota Salatiga Tahun 2018?

b. Apa saja faktor pendukung dan penghambat diferensiasi pendidikan karakter jamaah Masjid Al-Ikhlas di lingkungan wisata kafe karaoke Dusun Sarirejo Kelurahan Sidorejo Lor Kota Salatiga Tahun 2018?

C. Signifikansi Penelitian 1. Tujuan Penelitian

a. Untuk mengetahui sejauh mana diferensiasi pendidikan karakter jamaah masjid al-Ikhlas di lingkungan kafe karaoke Dusun Sarirejo Kelurahan Sidorejo Lor Kota Salatiga Tahun 2018.

(15)

2. Manfaat Penelitian a. Manfaat teoretik

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan dalam pengembangan keilmuan khususnya dalam diferensiasi pendidikan karakter.

b. Manfaat praksis

Pertama, bagi peneliti untuk menambah pengetahuan terkait diferensiasi pendidikan karakter jamaah masjid al-Ikhlas yang terdiri dari anak-anak, remaja dan dewasa. Kedua, bagi pendidik yakni supaya mampu menerapkan strategi pendidikan karakter yang kreatif dan inovatif. Ketiga, bagi lembaga pendidikan sebagai bahan pertimbangan dalam mengembangkan pendidikan karakter.

D. Kajian Pustaka

1. Penelitian Terdahulu

(16)

kondisi mereka, strategi narasi atau kisah dan strategi memberikan keteladanan.9

Kedua, Deny Setiawan terkait peran pendidikan karakter dalam mengembangkan kecerdasan moral. Penelitian tersebut memfokuskan pentingnya peran pendidikan karakter secara intensif sebagai esensi pengembangan kecerdasan moral (building moral intelligence). Adapun hasil penelitian tersebut yakni diantaranya moral sebagai aspek lingkungan utama yang menentukan karakterisasi peserta didik. Oleh karena itu, kecerdasan moral harus secara sadar dipelajari dan ditumbuhkan melalui pendidikan karakter secara aplikatif. Pada tahap awal implementasi pendidikan karakter di tingkat persekolahan perlu dilakukan melalui pengkondisian moral (moral conditioning) yang kemudian berlanjut dengan latihan moral (moral training). 10

Ketiga, Sabar Budi Raharjo terkait pendidikan karakter sebagai upaya menciptakan akhlak mulia. Penelitian tersebut memfokuskan pendidikan karakter dapat mewujudkan akhlak mulia. Adapun hasil penelitiannya yakni pendidikan karakter dapat berjalan efektif dan berhasil apabila dilakukan secara integral dimulai dari lingkungan rumah tangga, sekolah dan masyarakat. Karakter yang harus ditanamkan kepada peserta didik di antaranya adalah; cinta kepada Allah dan alam semesta beserta isinya, tanggungjawab, disiplin dan mandiri, jujur, hormat, santun, kasih

9Akhmad Nasir, Strategi Penanaman Nilai-nilai Keislaman Bagi Karyawan Tempat

Hiburan Malam”, Tesis,UIN Sunan Kalijaga, 2015, 8.

10Deny Setiawan, “Peran Pendidikan Karakter dalam Mengembangkan Kecerdasan

(17)

sayang, peduli, kerja sama, percaya diri, kreatif, kerja keras, pantang menyerah, keadilan, kepemimpinan, baik, rendah hati, toleransi, cinta damai dan persatuan. Sedangkan akhlak mulia adalah keseluruhan kebiasaan manusia yang berasal dalam diri yang di dorong keinginan secara sadar dan dicerminkan dalam perbuatan yang baik. Dengan demikian apabila karakter-karakter yang luhur tertanam dalam diri peserta didik maka akhlak mulia secara otomatis akan tercermin dalam perilaku peserta didik dalam kehidupan keseharian. 11

Spesifikasi penelitian terdahulu dan penelitian yang sedang dilakukan terletak pada pembahasan variabelnya. Penelitian terdahulu variabelnya memfokuskan strategi penanaman keislaman bagi karyawan kafe karoke pada tahun 2015. Penelitian yang sedang dilakukan di masjid al-ikhlas Sarirejo variabelnya memfokuskan diferensiasi pendidikan karakter bagi jamaah masjid al-Ikhlas terdiri anak-anak, remaja dan dewasa pada tahun 2018.

2. Kerangka Teori

a. Komponen-komponen pendidikan karakter dengan tinjauan analisis SWOT

Komponen adalah bagian dari suatu sistem yang memiliki peran dalam keseluruhan berlangsungnya suatu proses untuk mencapai tujuan sist em. Komponen pendidikan berarti bagian dari sistem proses pendidikan y a n g m en e nt u k a n b e r h a s i l a t a u

11Sabar Rudi Raharjo, “Pendidikan Karakter Sebagai Upaya Menciptakan Akhlak Mulia”,

(18)

t id a kn y a p r o s e s pendidikan. Pembelajaran agama Islam adalah suatu upaya membuat peserta didik dapat belajar, butuh belajar, terdorong belajar, mau belajar dan tertarik untuk terus-menerus mempelajari agama Islam, baik untuk mengetahui bagaimana cara beragama yang benar maupun mempelajari Islam sebagai pengetahuan.12

Ada beberapa komponen-komponen Pendidikan yakni diantaranya; 1) Tujuan pendidikan,

2) Isi (kurikulum) pendidikan 3) Lingkungan pendidikan 4) Pendidik

5) Peserta didik 6) Metode 7) Media

Analisis SWOT adalah metode perencanaan strategis yang digunakan untuk mengevaluasi kekuatan (strengths), kelemahan (weaknesses), peluang (opportunities) dan ancaman (threats) dalam suatu lembaga. Adapun faktor-faktor analisis SWOT yakni di antaranya:

1. Strengths (kekuatan) adalah kompetensi khusus atau keunggulan-keunggulan lain yang berakibat pada nilai plus atau keunggulan-keunggulan komparatif lembaga pendidikan tersebut.

(19)

2. Weakness (kelemahan) adalah terdapatnya kekurangan pada kondisi yang sifatnya internal dan eksternal.

3. Opportunities (peluang) adalah suatu kondisi lingkungan internal dan eksternal yang menguntungkan bahkan menjadi formulasi dalam lembaga pendidikan.

4. Threats (ancaman) yakni faktor-faktor lingkungan yang tidak menguntungkan bagi sebuah lembaga pendidikan baik dari segi internal maupun eksternal.13

b. Lingkungan sosial

Lingkungan sosial meliputi lingkungan keluarga, lingkungan masyarakat desa, lingkungan kota dan lembaga-lembaga atau badan-badan sosial lainnya.14 Lingkungan merupakan salah satu faktor yang

mempengaruhi terhadap pembentukan dan perkembangan perilaku individu, baik lingkungan fisik maupun lingkungan sosio-psikologis, termasuk didalamnya adalah belajar. Yang dimaksud dengan lingkungan pada uraian ini hanya meliputi orang-orang atau manusia-manusia lain yang dapat memberikan pengaruh dan dapat dipengaruhi, sehingga kenyataannya akan menuntut suatu keharusan sebagai makhluk sosial yang dalam keadaan bergaul satu dengan yang lainnya. Lingkungan adalah suatu media di mana makhluk hidup tinggal, mencari, dan memiliki karakter serta fungsi yang khas yang mana

13Fred R. David, Strategic Management: Concepts dan Cases, New Jersey: Prentice Halk,

2013, 16-17.

14Nana Syaodih Sukmadinata, Landasan Psikologi Proses Pendidikan, Jakarta: PT.

(20)

terkait secara timbal balik dengan keberadaan makhluk hidup yang menempatinya, terutama manusia yang memiliki peranan yang lebih kompleks dan riil. 15

c. Diferensiasi pendidikan karakter

Diferensiasi sosial berasal dari bahasa Inggris yaitu difference, yang berarti perbedaan. Sedangkan menurut istilah diferensiasi adalah perbedaan yang dapat kita lihat dan kita rasakan dalam masyarakat.16

Pendidikan karakter menurut Thomas Lickona mengandung tiga unsur pokok yaitu mengetahui kebaikan (knowing the good), mencintai kebaikan (desiring the good) dan melakukan kebaikan (doing the good). Menurut Thomas Lickona, karakter berkaitan dengan konsep moral (moral knonwing), sikap moral (moral felling) dan perilaku moral (moral behavior).17 Karakter adalah konstelasi kebajikan yang dimiliki oleh seseorang. Karakter pendidikan dapat didefinisikan sebagai upaya yang disengaja untuk menumbuhkan kebajikan. 18

Pendidikan karakter pada hakikatnya adalah pendidikan nilai.19

Karakter adalah cara berpikir dan berperilaku yang menjadi ciri khas tiap individu untuk hidup dan bekerjasama, baik dalam lingkup

15Elly M. Setiady dkk, Ilmu Sosial dan Budaya Dasar, Jakarta: Kencana Prenada Media,

2006, 73.

16Dadang Kahmad, Sosiologi Agama, Bandung:PT Remaja Rosdakarya, 2009, 56. 17Zubaidi, Desain Pendidikan Karakter, Jakarta: Prenada Media, 2011, 2.

18Tomas Lickona, “A Comprehensive Approach To Character Building In Catholic

Schools”, A Juournal Of Inquiry And Practice, Volume 1, No 5 (Januari, 2017), 161.

19Kirschenbaum, Howard, ”From Values Clarification to Character Education:A Personal

(21)

keluarga, masyarakat dan negara.20Membangun karakter dapat

meningkatkan kualitas implementasi dan hasil pendidikan sekolah yang mengarah pada pencapaian formasi karakter dan karakter mulia peserta didik secara utuh, terintegrasi, dan seimbang, standar kompetensi yang sesuai. Melalui pengembangan karakter, itu diharapkan peserta didik dapat meningkatkan dan menggunakan pengetahuan mandiri, belajar, personalisasi nilai-nilai karakter dan akhlak mulia begitu nyata dalam perilaku sehari-hari.21 Pendidikan karakter muncul untuk memberikan para siswa dan guru dengan banyak manfaat dalam pengaturan kelas dan lainnya, namun, satu tantangan dari dunia pendidik adalah pengadaan terkait bahan kurikulum dan latar belakang untuk mengajarkannya. 22 Pendidikan karakter ditempatkan sebagai landasan

untuk mewujudkan visi misi pembangunan nasional yaitu mewujudkan masyarakat berakhlak mulia, bermoral, beretika, berbudaya dan beradab berdasarkan falsafah pancasil.23

20Suyatno,Urgensi Pendidikan Karakter, Jakarta: Depdiknas, 2009, 45.

21Nurhasanah Dan Qathrin Nida, “Character Building Of Students By Guidance And

Counseling Teachers Through Guidance And Counseling Services”, International Multidisciplinary Journal, Volume 4, No. 1, (January, 2016), 67.

22Gina M. Almerico, “Building character through literacy with children’s literature”,

Research in Higher Education Journal, Vol. 26, No 1. (October, 2014), 3.

23Supiah dkk, Pengembangan Pendidikan Budidaya dan Karakter Bangsa Melalui

(22)

E. Metode Penelitian

Penelitian ini bersifat kualitatif deskriptif. Sesuai dengan obyeknya penelitian ini merupakan penelitian lapangan (field research). Adapun yang perlu dijelaskan dalam penelitian ini adalah: Setting penelitian kualitatif ini sangat berkaitan dengan fieldwork artinya peneliti secara fisik terlibat langsung dengan orang, latar (setting) tempat, atau institusi untuk mengamati atau mencatat perilaku dalam latar alamiahnya. Metode penelitian kualitatif tidak mengendalikan bukti berdasarkan logika matematis, prinsip angka atau metode statistik. 24 Penelitian ini mengambil lokasi di Masjid Al-ikhlas daerah Wisata kafe karaoke Dusun Sarirejo Kelurahan Sidorejolor Kota Salatiga tahun 2018. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan metode observasi partisipatif, metode wawancara dan metode dokumentasi.

Jenis dan sumber data:

1. Jenis data, pada pendekatan penelitian kualitatif deskriptif berjenis diferensiasi pendidikan karakter jamaah Masjid al-Ikhlas pada usia anak-anak, remaja dan dewasa.

2. Sumber data yang dikumpulkan dalam penelitian ini meliputi sumber data primer dan sumber data sekunder yang akan diuraikan sebagai berikut: a. Sumber data primer, yaitu diferensiasi pendidikan karakter jamaah

masjid al-ikhlas pada usia anak-anak, remaja dan dewasa. Data tersebut bersumber dari ustad/ustadzah, santri-santri, tujuan pendidikan, materi, lingkungan, metode dan media terdiri gambar, artikel dan papan tulis.

(23)

b. Sumber data sekunder yaitu beberapa dokumen pelengkap dan pendukung dari data primer yakni berupa dokumen-dokumen yang terkait hal itu.

3. Menurut Miles dan Huberman dalam Sugiyono teknik analisis data terdiri pdari tiga alur kegiatan yang terjadi secara bersamaan aktivitasnya dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus sampai tuntas, yaitu : reduksi data, penyajian data, verifikasi dan penarikan kesimpulan.25 Dalam tahap ini peneliti melakukan analisis data kualitatif bersifat induktif analitik yang menekankan pada pemaknaan kekhususan suatu kasus, bukan keumumannya (nomotetik).

F. Sistematika Penulisan

Bab 1 Pendahuluan yang terdiri dari latar belakang masalah, rumusan masalah, signifikansi penelitian, kajian pustaka, metode penelitian dan sistematika penulisan. Bab II profile Masjid Al-Ikhlas dan kondisi Masyarakat Sarirejo. Bab III diferensiasi pendidikan karakter jamaah Masjid Al-Ikhlas. Bab IV Faktor pendukung dan penghambat diferensiasi pendidikan karakter jamaah Masjid Al-Ikhlas. Bab V Penutup yang memuat kesimpulan dan saran.

(24)

15 BAB II

PROFIL MASJID AL-IKHLAS

A.

Profil Masjid Al-ikhlas

Masjid Al-ikhlas secara geografi terletak di Dusun Sarirejo Kelurahan Sidorejo Lor Kecamatan Sidorejo Kota Salatiga, Propinsi Jawa Tengah. Secara astronomi terletak antara 007.17’ dan 007.17’. 23” lintang

selatan. Masjid Al-ikhlas tersebut sederhana layaknya Masjid Al-ikhlas pada umumnya. Masjid Al-ikhlas sebagai pusat kegiatan pendidikan karakter masyarakat sarirejo. Masjid Al-ikhlas tersebut diharapkan mampu menjadi tonggak kebangkitan umat muslim di Dusun Sarirejo khususnya dalam pendidikan karakter jamaah Masjid Al-ikhlas. Masjid Al-ikhlas sering ada jamaah sholat dari luar daerah ketika sholat jum’at. Masjid Al-ikhlas memiliki karakteristik yang di antaranya; lantai berkeramik, cat berwarna hijau, tempat sholat ada sekat (satir) antara laki-laki dan perempuan, ada mimbar khutbah dan ada fasilitas karpet.

Struktur organisasi Masjid Al-ikhlas26

Penanggungjawab : Bapak Suratno Ketua takmir : Bapak Legiman

Sekretaris : Bapak Slamet Bandriyo

Bendahara : Bapak Widiharton

(25)

Program Masjid Al-ikhlas 1. P.H.B.I (Peringatan Hari Besar Islam).

2. Kajian fikih terkait sholat fardhu, tauhid, pendidikan karakter dan belajar membaca al-Qur’an untuk usia dewasa setiap hari pukul 18.00 WIB-19.00 WIB

3. Penyuluhan pendidikan karakter dan keagamaan dari Kementrian Agama Islam salatiga setiap hari kamis pukul 19.00-20.00 WIB. 4. Pendidikan Taman Pendidikan Qur’an (TPQ) terdiri dari remaja

dan anak-anak setiap hari pukul 15.00-17.00 WIB.

5. Tersedianya buku-buku bacaan dari Perpustakan Daerah (Perpusda) Salatiga untuk literasi terkait pendidikan agama Islam dan pendidikan karakter setiap hari.

B.

Kondisi Masyarakat Sarirejo

Kondisi Masyarakat Sarirejo sangat memprihatinkan dikarenakan budaya pekerjaan kafe karaoke yang mayoritas masyarakat mendominasinya. Pekerjaan ini membuat masyarakat muslim Sarirejo terkontaminasi pendidikan karakter buruk yang kurang islami. Dampak negatif budaya kafe karaoke membuat dekadensi moral. Semisal; mabuk-mabukan, merokok, main perempuan dan membuka usaha kafe karaoke. Himpitan ekonomi guna memenuhi kebutuhan hidup menjadi alasan utama membuka usaha kafe karaoke di Dusun Sarirejo. Selain itu, budaya perempuan memakai pakaian ketat menjadi tren fashion karyawan kafe karaoke. 27

27Wawancara dengan Ibu Tobaroh, pada Selasa 7 Maret2018 pukul 13.00-14.00

(26)

Anak-anak yang seharusnya mulai belajar menutup aurat dengan baik justru sering melihat pemandangan yang kurang islami setiap harinya. Remaja yang seharusnya menjadi tonggak perjuangan islami di dusun sarirejo, lama kelamaan terkena dampak karakter negatif dalam kehidupannya. Kepala keluarga yang seharusnya bisa menjaga hubungan rumah tangga dengan baik, terkena dampak perselingkuhan dan menyebabkan broken home. Suasana malam hari, terkadang terdengar suara perkelahian dan bahkan tangisan wanita dari karyawan kafe karaoke yang disebabkan saling kecemburuan dari tamu pelanggan. Perkelaian tersebut mengganggu istirahat warga pada saat malam hari. 28

Warga muslim yang seharusnya mendapatkan suasana yang nyaman pada waktu istirahat tidur malam hari menjadi tidak mendapatkan suasana sebagai mana semestinya. Jadi kondisi Masyarakat Sarirejo suasananya memang belum kondusif pada waktu malam hari yang mana disebabkan beraneka ragamnya kepribadian karakter warga dalam pekerjaan kafe karaoke. Budaya kafe karaoke tiap malam meresahkan masyarakat muslim dikarenakan berdampaknya karakter negatif bagi anak-anak. Semisal anak SD melakukan tindakan asusila sesama teman. 29

28Wawancara dengan Bapak Ratna, pada Selasa 7 Maret 2015 pukul 11.00-12.00

WIB.

29Wawancara dengan Ibu Tobaroh, pada Selasa, 7 Maret2018 pukul 13.00-14.00

(27)

18 BAB III

DIFERENSIASI PENDIDIKAN KARAKTER

JAMA’AH MASJID AL-IKHLAS

Diferensiasi pendidikan karakter jamaah Masjid Al-ikhlas diklasifikasikan berdasarkan kriteria umur yang terdiri dari anak-anak, remaja dan dewasa. Pendidik membagi kriteria usia agar peserta didik mudah menerima materi berdasarkan jenjang tingkatan. Pendidik menekankan materi pendidikan karakter kepada peserta didik bertujuan untuk membentengi diri dari lingkungan budaya sosial yang kurang Islami yang dikhawatirkan akan mempengaaruhi karakter peserta didik. Penanaman pendidikan karakter di Masjid Al-ikhlas diharapkan mampu merubah peserta didik menjadi pribadi yang beriman dan bertakwa.30 Konsep pendidikan dalam Islam adalah membimbing seseorang dengan memperhatikan segala potensi paedagogik yang dimilikinya, melalui tahapan-tahapan yang sesuai, untuk didik jiwanya, akhlaknya, akalnya, fisiknya, agamanya, rasa sosial politiknya, ekonominya, keindahannya, dan semangat jihadnya.31

Karakter tersusun dari tiga bagian yang saling berhubungan, yakni: moral knowing (pengetahuan moral), moral feeling (perasaan moral), dan moral behavior (perilaku moral). Karakter yang baik terdiri dari pengetahuan tentang kebaikan (knowing the good), keinginan terhadap kebaikan (desiring the good), dan berbuat kebaikan (doing the good). Dalam hal ini, pukdiperlukan pembiasaan dalam pemikiran (habits of the mind), dan pembiasaan dalam tindkan (habits of he

30Wawancara dengan Bapak Ratna, Pada Rabu 7Maret 2018 pukul 11.00-12.00 WIB. 31Ali Abdul Halim Mahmud, Tarbiyah Khuluqiyah Pembinaan Diri Menurut Konsep

(28)

heart), dan pembiasaan dalam tindakan (habit of the action).32Indikator keberhasilan pendidikan karakter adalah jika seseorang telah mengetahui sesuatu yang baik (knowing the good) (bersifat kognitif), kemudian mencintai yang baik (loving the good) (bersifat afektif), dan selanjutnya melakukan yang baik (acting the good) (bersifat psikomotorik).33

Karakter dapat dianggap sebagai nilai-nilai perilaku manusia yang berhubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia, lingkungan, dan kebangsaan yang terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan, dan perbuatan berdasarkan norma-norma agama, hukum, tata karma, budaya, adat itiadat dan estetika. 34 Pendidikan karakter merupakan pengembangan kemampuan pada pembelajar untuk berperilaku baik yang ditandai dengan perbaikan berbagai kemampuan yang akan menjadikan manusia sebagai makhluk yang berketuhanan (tunduk patuh pada konsep ketuhanan) dan mengemban amanah sebagai pemimpin di dunia. 35 Hakikat pendidikan karakter adalah proses bimbingan peserta didik agar terjadi perubahan perilaku, perubahan sikap, dan perubahan budaya, yang akhirnya kelak mewujudkan komunitas yang beradab. 36

32Zubaedi, Desain Pendidikan Karakter: Konsepsi dan Aplikasinya dalam Lembaga

Pendidikan, Jakarta: Kencana, 2011, 13.

33Ajat Sudrajat, “Mengapa Pendidikan Karakter?”, Jurnal Pendidikan Karakter, Volume

1, No. 1, (April 2011), 48.

34M. Samani, & Hariyanto, Konsep dan Model Pendidikan Karakter. Bandung: Remaja

Rosdakarya, 2013, 41-42.

35Kesuma, D., Triatna, C., & Permana, J. Pendidikan Karakter: Kajian Teori dan Praktik

di Sekolah. Bandung: Remaja Rosdakarya, 2013, 7.

36Aushop, A. Z. Islamic Character Building: Membangun Insan Kamil, Cendekia

(29)

Diferensiasi pendidikan karakter anak-anak, remaja dan dewasa yakni diantaranya;

A.Anak-anak

Komponen-komponen diferensiasi pendidikan karakter anak-anak yakni diantaranya;

Pertama, pendidik terdiri dari Pak Ustadz Misbahudin maupun Bu Ustadzah Tobaroh. Kedua, peserta didik terdiri dari anak-anak Taman Pendidikan Qur’an (TPQ) berjumlah 54-an yang terdiri dari tiga kelas yakni kelas ula (pertama) dan dua kelas tsani yang mana laki-laki dan perempuan dipisah. Ketiga, materi bagi anak-anak yakni diantaranya tauhid dan akhlak yang bersumber dari kitab aqidatul awwam, ilmu tajwid bersumber dari kitab hidayatus sibiyan, yanbua, doa sehari-hari dan pendidikan karakter. 37

Keempat, metode pendidikan karakter anak-anak terdiri dari: metode ceramah, metode sorogan, dan metode reward. Metode reward berupa makan bakso kawi jikalau hafal juz ama. Kelima, media anak-anak terdiri dari: iqro’, yanbua, buku gambar, papan tulis dan spidol, media alat rebana, media

al-qur’an, media fotokopi materi dan media buku-buku Islami. Keenam, tujuan pendidikan karakter anak-anak yaitu persiapan untuk menjadi warga negara yang baik, terbentuk jiwa sosial, terbentuk pribadi muslim yang sejati, beriman teguh, beramal sholeh, bermanfaat bagi sesama makhluk hidup, berakhlak mulia serta mampu mempersiapkan diri dalam kehidupan dunia maupun akhirat. Ketujuh, Lingkungan belajar bagi anak-anak berada di serambi Masjid

(30)

al-ikhlas tanpa beralaskan alas tikar. Kondisi suasana ruangan belajar bising karena berdekatan dengan akses jalan utama sehingga peserta didik terkadang merasa terganggu. Setiap peserta didik ada bangku yang berguna untuk menulis serta menaruh mushaf Al-Qur’an.38

Diferensiasi pendidikan karakter anak-anak yakni diantaranya;

Pertama, religius yakni sikap dan perilaku yang patuh dalam mengamalkan ajaran agama yang dianutnya. Indikator: peserta didik rmenumbuhkan kebiasaan perilaku mulia seperti sholat berjama’ah ashar, jadwal adzan ashar,

sholat berjama’ah maghrib dan Baca Tulis Al-Qur’an (BTQ). Strategi pendidik menanamkan religius kepada peserta didik yakni dengan cara membuat jadwal sholat. Kedua, jujur yakni perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan dan pekerjaan. Indikatornya yakni diantaranya; jujur ketika ditanya ustadz meninggalkan sholat fardhu. Strategi pendidik menanamkan kejujuran yakni dengan cara metode ceramah. 39

Ketiga, disiplin yakni selalu tepat waktu sholat. Indikatornya yakni diantaranya; displin sholat fardhu berjamaah ashar di masjid al-ikhlas dan disiplin berangkat ngaji. Strategi pendidik menanamkan kedisiplinan peserta didik dengan cara membiasakan jadwal sholat berjamaah. Keempat, rasa ingin tahu yakni suatu sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui apa yang dipelajarinya secara lebih mendalam dan meluas dalam berbagai aspek terkait apapun. Indikator yakni diantaranya; peserta didik memiliki rasa

38Wawancara dengan Pak Ustadz Misbahudin, Pada Rabu 7 Maret 2018 pukul

08.00-09.00 WIB.

(31)

ingin tau terkait materi kajian fikih sholat fardhu. Strategi pendidik menanamkan rasa ingin tahu dengan cara kajian kitab fikih.40

Kelima, mandiri: sikap dan perilaku yang tidak mudah tergantung pada orang lain dalam menyelesaikan tugas-tugas. Indikator yakni diantaranya yakni mandiri dalam berangkat ngaji, mandiri mengerjakan tugas apapun dari ustadz dan mandiri dalam berangkat sekolah. Strategi pendidik menanamkan mandiri kepada peserta didik dengan cara memberikan motivasi. Keenam, peduli lingkungan yakni sikap dan tindakan yang selalu berupaya mencegah kerusakan pada lingkungan alam sekitarnya. Indikatornya yakni diantaranya; peserta didik membersihkan masjid terkait mengambil sampah di depan masjid, menyapu di serambi masjid dan tidak membuang sampah sembarang tempat.41 Strategi pendidik menanamkan peduli lingkungan kepada peserta didik dengan cara memberikan teladan.

Kelima, tanggung jawab yakni menyadari bahwa segala hal yang diperbuat oleh dirinya bukan merupakan tugas dan kewajiban bagi dirinya sendiri, namun juga keluarga, lingkungan, masyarakat, negara, dan Tuhan Yang Maha Esa. Indikator yakni diantaranya: tanggung jawab piket kelas, tanggung jawab mengerjakan PR dan tanggung jawab menghafal doa-doa sehari-hari. Strategi pndidik menanamkan tanggung jawab kepada peserta didik dengan cara memberikan tugas mandiri. Keenam, gemar membaca yakni kebiasaan menyediakan waktu untuk membaca berbagai bacaan yang memberikan kebajikan bagi dirinya. Indikatornya yakni diantaranya membaca buku-buku

(32)

islami, cerita anak-anak dan pendidikan karakter. Strategi pendidik menanamkan gemar membaca kepada peserta didik dengan cara menyediakan buku bacaan dari perpustaakaan daerah salatiga. 42

Ketujuh, kerja keras yakni tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan. Indikatornya yakni diantaranya; kerja keras mengerjakan PR. Strategi pendidik menanamkan kerja keras dengan cara memberikan tugas. Kedelapan, menghargai prestasi yakni sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat dan mengakui serta menghormati keberhasilan orang lain. Indikatornya yakni diantaranya; menghafalkan juz ama. Strategi pendidik menanamkan menghargai prestasi kepada peserta didik dengan cara memberikan reward makan bakso kawi ketika hafal juz ama.43

B.Remaja

Komponen-komponen diferensiasi pendidikan karakter remaja yakni diantaranya; pertama, pendidik terdiri dari Pak Ustadz Misbahudin maupun Bu Ustadzah Tobaroh. Kedua, peserta didik berjumlah 20-an. Ketiga, materi bagi remaja yakni diantaranya tauhid dan akhlak yang bersumber dari kitab aqidatul awwam, ilmu tajwid bersumber dari kitab hidayatus sibiyan, yanbua dan pendidikan karakter. Keempat, metode pendidikan remaja terdiri dari: metode ceramah dan metode sorogan. Kelima, media bagi remaja terdiri dari: papan

42Wawancara dengan Ibu Tobaroh, pada Selasa 7 Maret2018 pukul 13.00-14.00 WIB. 43Wawancara dengan Pak Ustadz Misbahudin, pada Rabu, 7 Maret 2018 pukul

(33)

tulis dan spidol, media alat rebana, media al-qur’an, media fotokopi materi, drumblek dan media buku-buku Islami. 44

Keenam, tujuan pendidikan karakter remaja yakni menjadi remaja yang religius dan berkarakter baik kepada sesama makhluk hidup. Ketujuh, Lingkungan belajar bagi remaja berada di serambi Masjid al-ikhlas tanpa beralaskan alas tikar. Kondisi suasana ruangan belajar bising karena berdekatan dengan akses jalan utama sehingga peserta didik terkadang merasa terganggu.45

Diferensiasi pendidikan karakter remaja yakni diantaranya;

Pertama, religius: sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan ajaran agama yang dianutnya. Indikatornya yakni diantaranya; remaja rajin sholat fardhu khususnya sholat mahrib berjamaah dan sholat jum’at. Strategi pendidik menanamkan religius kepada peserta didik dengan cara sholat berjamaah bersama. Kedua, disiplin yakni suatu sikap mematuhi peraturan dalam pendidikan karakter. Indikatornya yakni diantaranya; displin sholat maghrib berjamaah di masjid al-ikhlas, disiplin berangkat ngaji dan disiplin mengajar tugas dari ustadz. Strategi pendidik menanamkan peserta didik dengan cara metode teladan. 46

Ketiga, rasa ingin tahu yakni diantaranya suatu keinginan untuk mendalami materi. Indikatornya yakni diantaranya; selalu bertanya kepada pendidik jikalau tidak memahami materi. Strategi pendidik menanamkan rasa ingin tahu kepada peserta didik dengan cara metode cerita. Keempat, mandiri

(34)

yakni tidak menggantungkan orang lain. Indikatornya yakni diantaranya; berusaha sendiri. Strategi pendidik menanamkan kepada peserta didik dengan cara memberikan tugas secara individu dan mandiri. Kelima, peduli lingkungan yakni selalu responsif terhadap lingkungan sekitar. Indikatornya yakni diantaranya; peserta didik membersihkan masjid terkait mengambil sampah di depan masjid dan menyapu di serambi masjid. Strategi pendidik menanamkan peduli lingkungan kepada peserta didik dengan cara jadwal kerjabakti. 47

Keenam, tanggung jawab yakni menyadari bahwa segala hal yang diperbuat oleh dirinya bukan merupakan tugas dan kewajiban bagi dirinya sendiri, namun juga keluarga, lingkungan, masyarakat, negara, dan Tuhan Yang Maha Esa. Indikatornya yakni diantaranya; tanggung jawab piket kelas, tanggung jawab mengerjakan PR dan tanggung jawab menghafal doa-doa sehari.-hari. Strategi pendidik menanamkan tanggungjawab kepada peserta didik dengan cara memberikan tugas. Ketujuh, peduli sosial yakni respon terhadap musibah sesama manusia. Indikatornya yakni diantaranya; takziah dan menjenguk ketika temannya sakit. Strategi pendidik menanamkan peduli sosial dengan cara metode fenomena musibah. 48

C.Dewasa

Komponen-komponen diferensiasi pendidikan karakter dewasa yakni diantaranya; pertama, pendidik terdiri dari Pak Ustadz Misbahudin maupun Bu Ustadzah Tobaroh. Kedua, peserta didik berjumlah 10-an. Ketiga, materi bagi dewasa yakni diantaranya tauhid dan akhlak yang bersumber dari kitab

(35)

aqidatul awwam, ilmu tajwid bersumber dari kitab hidayatus sibiyan dan pendidikan karakter. Keempat, metode pendidikan dewasa terdiri dari: metode ceramah dan metode sorogan. Kelima, media bagi dewasa terdiri dari: iqro’, yanbua, buku gambar, papan tulis dan spidol, media alat rebana, media

al-qur’an, media fotokopi materi dan media buku-buku Islami. 49

Keenam, tujuan pendidikan karakter dewasa yakni menghindari perselingkuhan. Ketujuh, lingkungan belajar bagi dewasa berada di dalam Masjid al-ikhlas tanpa beralaskan alas tikar. Kondisi suasana ruangan belajar cukup dingin, karena peserta duduk sekitar satu jam dalam proses belajar. 50

Diferensiasi pendidikan karakter dewasa yakni diantaranya;

Pertama, religius yakni meningkatnya pengamalan agama dalam kehidupan sehari-hari. Indikatornya yakni diantaranya; adanya kesadaran dan perubahan menjalankan sholat fardhu, membazar zakat fitrah, berkurban, sholat berjamaah di masjid setiap mahrib dan menguikuti kegiatan keagamaan di masjid al-ikhlas. Strategi pendidik menanamkan religius dengan cara metode ceramah. Kedua, disiplin yakni konsisten dan berkomitmen dalam hal mematuhi pendidikan karakter. Indikatornya yakni diantaranya; disiplin berangkat ngaji. Strategi pendidik menanamkan disiplin kepada peserta didik dengan cara berangkat tepat waktu (on time) pada saat pendidikan karakter. Ketiga, rasa ingin tahu yakni suatu sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui apa yang dipelajarinya secara lebih mendalam dan meluas dalam berbagai aspek terkait. Indikatornya yakni diantaranya; rasa ingin tau

(36)

terkait kajian fikih sholat fardhu dan membaca al-Qur’an. Strategi pendidik menanamkan rasa ingin tahu kepada peserta didik dengan cara metode diskusi.51

Keempat, mandiri yakni meyakini potensi diri dan melakukan tanggung jawab yang diembannya dengan penuh percaya diri dan berkomitmen. Indikatornya yakni diantaranya; setiap individu secara mandiri mengeluarkan sedekah untuk kegiatan kegamaan apapun di masjid al-ikhlas tanpa adanya bantuan dana dari luar masyarakat. Strategi peserta didik menanamkan mandiri kepada peserta didik dengan cara iuran sedekah perindividu. Keempat, peduli lingkungan yakni sikap mencintai lingkungan sosial. Indikatornya yakni diantaranya; peserta didik membersihkan masjid terkait mengambil sampah di depan masjid, menyapu di serambi masjid tempat belajar agama Islam dan tidak membuang sampah sembarang tempat. Strategi pendidik menanamkan kepada peserta didik dengan cara metode ceramah. 52

Kelima, tanggung jawab yakni sikap menyadari bahwa segala hal yang diperbuat oleh dirinya bukan hanya merupakan tugas dan kewajiban bagi dirinya sendiri, namun juga keluarga, lingkungan dan masyarakat. Indikatornya yakni menghafal surat-surat pendek, tanggung jawab di keluarga dan tanggung jawab di masyarakat berupa kerjabakti. Strategi pendidik menanamkan tanggungjawab kepada peserta didik dengan cara memberikan tugas individu berupa hafalan. 53

51Wawancara dengan Mas Dimas, pada Kamis 8 Maret 2018 pukul 07.00-08.00 WIB. 52Wawancara dengan Mas Dimas, pada Kamis 8 Maret 2018 pukul 07.00-08.00 WIB. 53Wawancara dengan Pak Ustadz Misbahudin, pada Rabu 7 Maret 2018 08.00-09.00

(37)

Keenam, peduli sosial yakni sikap peduli lingkungan sekitar. Indikatornya yakni diantaranya; kerjabakti sosial. Strategi pendidik menanamkan kepada peserta didik dengan cara metode teladan. Strategi pendidik menanamkan kepada peserta didik dengan cara mtode teladan. 54Ketujuh, toleransi yakni perilaku yang cenderung menghargai perbedaan pendapat dan perbedaan latar belakang. Indikatornya yakni peserta didik saling menghargai dan bertoleransi pada saat kumpulan RT maupun RW dalam hal perbedaan pendapat. Strategi pendidik menanamkan toleransi kepada peserta didik dengan cara diskusi. Kedelapan, kreatif yakni sikap selalu mencari alternatif penyelesaian suatu permasalahan dari berbagai sudut pandang. Indikatornya yakni diantaranya; pengumpulan dana swadaya masyarakat Srategi pendidik menanamkan kreatif kepada peserta didik dengan cara iuran sedekah.

55

54Wawancara dengan Pak Ustadz Misbahudin, Pada Rabu 7 Maret 2018 pukul

08.00-09.00 WIB.

55Wawancara dengan Pak Ustadz Misbahudin, Pada Rabu, 7 Maret 2018 pukul

(38)

29

BAB IV

ANALISIS DATA

A.Faktor Pendukung dan Penghambat Diferensiasi Pendidikan Karakter di Masjid Al-Ikhlas

Diferensiasi pendidikan karakter peserta didik semoga mampu meningkatkan iman dan takwa kepada Allah swt. dan membentengi mereka dari budaya sosial yang kurang Islami. Teori analisis SWOT (strengtht, weakness, opportunities, threats) terkait pendidikan karakter yang di antaranya; 1. Strength (kekuatan) yakni;

a. Tujuan pendidikan karakter yakni menjadikan manusia bermanfaat bagi sesama makhluk hidup yang beriman dan bertakwa kepada Allah Swt. b. Isi (materi) pendidikan karakter lebih menekankan pembentukan karakter

jamaah masjid al-ikhlas, sehingga membentengi budaya sosial yang kurang Islami.

c. Lingkungan pendidikan yang bersih.

d. Pendidik menjadi figur teladan bagi peserta didik.

e. Peserta didik pada antusias dalam mengikuti pendidikan karakter.

f. Metode pendidikan karakter lebih bervariatif dan kreatif sehingga materi pendidikan karakter mudah diterima peserta didik.

g. media pendidikan terkait papan tulis, buku-buku Islami, mushaf

(39)

2. Weakness (kelemahan) yakni;

a. Tujuan pendidikan karakter di Masjid Al-Ikhlas belum mampu membentuk kedelepan belas pendidikan karakter di Indonesia.

b. Isi (materi) tidak terlalu mendalam secara global terkait pendidikan karakter secara universal.

c. Lingkungan pendidikan terkait pendidikan agama Islam kurang kondusif dikarenakan lokasi Masjid Al-ikhlas berseberangan dengan jalan akses utama ke Salatiga.

d. Pendidik memiliki sumber daya yang minim terkait dunia pendidikan dikarenakan lulusan Sekolah Dasar (SD).

e. Peserta didik yang berbagai karakter sulit dikondisikan.

f. Metode pendidikan belum begitu komplek karena disesuaikan dengan situasi kondisi jamaah Masjid Al-ikhlas.

g. Keterbatasan fasilitas media. 3. Opportunities (peluang) yakni;

a. Tujuan pendidikan yang memiliki peluang untuk membangun pendidikan karakter bagi jamaah Masjid Al-ikhlas periode dari tahun ketahun.

b. Materi keagamaan memberi peluang terhadap pendidikan karakter dan budaya religius jamaah Masjid Al-ikhlas.

(40)

d. Pendidik yakni memiliki figur otoritas membangun pendidikan karakter jamaah Masjid Al-ikhlas dalam sistem pendidikan agama Islam.

e. Peserta didik yang berkarakter baik dan religius memberikan peluang terhadap perubahan masyarakat Sarirejo khususnya dalam bidang keagamaan.

f. Metode lebih menekankan kepada pendekatan peserta didik.

g. Media memudahkan materi bisa tersampaikan kepada peserta didik. 4. Threats (ancaman) yakni;

a. Tujuan pendidikan karakter belum mampu membangun karakter peserta didik secara keseluruhan.

Contohnya; masih ada peserta didik tidak menghormati pendidik khususnya pada usia anak-anak dan masih sering mengganggu sesama peserta didik ketika belajar khususnya pada usia anak-anak.

b. Isi (materi) jikalau mengarah pembahasan nahi munkar pekerjaan kafe karaoke hukum halal-haram akan mendapatkan ancaman dari masyarakat Sarirejo.

c. Lingkungan belajar yang kurang kondusif dan juga di daerah rawan akidah pengusaha kafe karaoke menyebabkan ancaman bahaya fisik kepada peserta didik.

d. Ketidaknyamanan pada diri pendidik dikarenakan ancaman secara langsung maupun tidak langsung.

(41)

Di Masjid Al-ikhlas dalam menjalankan sistem pendidikan agama Islam, terdapat dua faktor yakni di antaranya;

B.Faktor-faktor pendukung dan penghambat diferensiasi pendidikan karakter yakni diantaranya;

1. Faktor pendukung diferensiasi pendidikan karakter

a. Adanya buku-buku bacaan terkait agama Islam. Judul buku yakni di antaranya; pendidikan budi pekerti, pendidikan karakter dan akhlak Rasulullah SAW.

b. Adanya fasilitas berupa bangku, mushaf Al-Qur’an, buku sholawat dan papan tulis.

c. Kebersihan tempat belajar.

d. Dukungan peran orang tua, pengurus masjid dan masyarakat muslim khususnya selaku tokoh Pemerintahan.

e. Pendidik sangat inovatif dan kreatif dalam menyampaikan materi. Contohnya; pendidik ketika menyampaikan materi terkait pendidikan karakter selalu mengaitkan pada kasus-kasus yang terjadi di Indonesia. f. Gaya pendidik yang ramah tamah, menarik dan unik.

g. Latar belakang pendidik yang lulusan Pondok Pesantren di Demak. h. Peserta didik yang pada antusias belajar agama Islam.

(42)

2. Faktor penghambat diferensiasi pendidikan karakter jama’ah Masjid Al-ikhlas

a. Latar belakang berbagai kepribadian peserta didik yang bervariasi b. Lingkungan pendidikan agama Islam kurang memadai.

c. Belum ada tempat Madrasah khusus akan tetapi masih di serambi masjid yang sederhana, sehingga terkadang peserta didik duduk berdesak-desakan.

d. Kurangnya guru terkait peserta didik khususnya anak-anak. e. Fasilitas buku-buku Islami yang kurang lengkap.

f. Keterbatasan dana untuk pengadaan fasilitas pendidikan agama Islam. g. Budaya lingkungan sosial kurang islami sehingga menimbulkan

dekadensi moral peserta didik.

(43)

34

BAB V

PENUTUP

A. Simpulan

1. Diferensiasi pendidikan karakter jamaah Masjid Al-ikhlas di Dusun Sarirejo Kelurahan Sidorejo Lor Kecamatan Sidorejo Kota Salatiga Tahun 2018 diklasifikasikan kriteria usia anak-anak, remaja dan dewasa. Diferensiasi pendidikan karakter anak-anak yakni diantaranya; religius, jujur, disiplin, rasa ingin tahu, mandiri, peduli lingkungan, tanggungjawab, gemar membaca, kerja keras dan menghargai prestasi. Diferensiasi pendidikan karakter remaja yakni diantaranya; religius, disiplin, rasa ingin tahu, mandiri, peduli lingkungan, tanggung jawab dan peduli sosial. Diferensiasi pendidikan karakter dewasa yakni diantaranya; religius, disiplin, rasa ingin tahu, mandiri, peduli lingkungan, tanggung jawab, peduli sosial, toleransi.

2. Faktor pendukung dan penghambat diferensiasi pendidikan karakter anak-anak, remaja dan dewasa yakni di antaranya;

(44)

b. Faktor penghambat diferensiasi pendidikan karakter anak-anak, remaja dan dewasa yakni di antaranya; latar belakang berbagai macam karakter kepribadian peserta didik, lingkungan sosial yang kurang kondusif dan fasilitas pembelajaran yang belum memadai.

B. Saran

1. Pengurus takmir Masjid Al-ikhlas Dusun Sarirejo Kelurahan Sidorejo Lor Kecamatan Sidorejo sebaiknya berkerjasama dengan Instansi Kampus IAIN Salatiga secara terprogram dalam mengajar pendidikan Agama Islam maupun program KKN (kuliah kerja nyata).

2. Kurikulum pendidikan karakter bisa lebih komprehensif. Contoh: melengkapi referensi buku-buku karakter seperti Thomas Likcona dan lain-lain.

3. Pengurus takmir dan pendidik sebaiknya melakukan pembenahan admistrasi secara bertahap.

4. Melengkapi kebutuhan terkait fasilitas pendidikan karakter.

5. Pendidik sebaiknya mengikuti seminar pendidikan di manapun guna meningkatkan keprofesionalan dalam mengajar.

(45)

DAFTAR PUSTAKA

Abdul Halim Mahmud, Ali. Tarbiyah Khuluqiyah Pembinaan Diri Menurut Konsep Nabawi, Terj. Afifudin, Solo: Media Insani, 2003.

Abdulhak, Ishak dkk. Penelitian Tindakan dalam Pendidikan Non Formal, Jakarta: PT. Raja Grafindo Pustaka, 2012.

Almerico, Gina M, “Building character through literacy with children’s literature”, Research in Higher Education Journal, 26 (2014):1-13.

Andriezens. Pengaruh Pendidikan Formal, Non Formal dan Informal Terhadap Prestasi Pendidikan. Jakarta:Yudistira, 2008.

A. Z., Aushop, Islamic Character Building: Membangun Insan Kamil, Cendekia Berakhlak Qurani. Bandung: Grafindo Media Pratama, 2014.

David, Fred R. Strategic Management: Concepts dan Case. New Jersey:Prentice Hall, 2013.

Deddy, Mulyana. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung:Remaja Rosdakarya, 2003.

Setiawan, Deny. “Peran Pendidikan Karakter dalam Mengembangkan Kecerdasan Moral”, Jurnal Pendidikan 4, (2013), 1-15.

Sabar Rudi Raharjo, “Pendidikan Karakter Sebagai Upaya Menciptakan Akhlak Mulia”, Jurnal Pendidikan 16, (2010), 45-60.

Djumransyah dkk. Pendidikan Islam Menggali “Tradisi”Meneguhkan Eksistensi. Malang:UIN Pres, 2007.

Elly M. Setiady dkk, Ilmu Sosial dan Budaya Dasar, Jakarta: Kencana Prenada Media, 2006, 73.

Hadaeri dkk. Pendidikan Agama dalam Perspektif, Jakarta:Gaung Persada, 2007. Hamalik, Oemar. Kurikulum Dan Pembelajaran. Jakarta:Bumi Aksara, 2011. Hasbullah. Dasar-dasar Ilmu Pendidikan. Jakarta:Rajawali, 2009.

(46)

Ihsan, Fuad. Dasar-dasar Kependidikan. Jakarta:Rineka Cipta, 2002.

Kahmad, Dadang . Sosiologi Agama, Bandung:PT Remaja Rosdakarya, 2009. Kesuma, D., Triatna, C., & Permana, J. Pendidikan Karakter: Kajian Teori dan

Praktik di Sekolah. Bandung: Remaja Rosdakarya, 2013, 7.

Lickona, Thomas. Character Matters:Persoalan Karakter, terj. Jumawadu Wamaungu & Jean Antunes Rudolf Zien dan Editor Uyu Wahyuddin dan Suryani, Jakarta:Bumi Aksara, 2012.

Lickona, Tomas . “A Comprehensive Approach To Character Building In Catholic Schools”, A Juournal Of Inquiry And Practice 1 (2017):158-175.

Maunah, Binti. Ilmu Pendidikan,Yogyakarta:Teras, 2009.

Mulyana, Deddy. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung:Remaja Rosdakarya, 2003.

Nasir, Akhmad. “Strategi Penanaman Nilai-nilai Keislaman Bagi Karyawan Tempat Hiburan Malam”, Tesis, UIN Sunan Kalijaga, 2015.

Nurhasanah Dan Qathrin Nida, “Character Building Of Students By Guidance And Counseling Teachers Through Guidance And Counseling Services”, International Multidisciplinary Journal 4 (Januari, 2016):56-76.

Raharjo, Sabar Rudi. Pendidikan Karakter Sebagai Upaya Menciptakan Akhlak Mulia”, Jurnal Pendidikan 16 (2010): 5-8.

Samani, M. & Hariyanto. Konsep dan Model Pendidikan Karakter. Bandung: Remaja Rosdakarya, 2013.

Setiawan, Deny. Peran Pendidikan Karakter dalam Mengembangkan Kecerdasan Moral, Jurnal Pendidikan 1 (2013), 5-7.

Sudjana, D. Pendidikan Nonformal:Wawasan, Sejarah Perkembangan, Falsafah dan Teori Pendukung serta Asas, Bandung:Falah Production, 2001.

Sudrajat, Ajat. “Mengapa Pendidikan Karakter?”, Jurnal Pendidikan Karakter 1 (2011):30-50.

Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitaif, Kualitatif, dan R&I, Ganesa, Bandung: 2006.

(47)

Supiah dkk, Pengembangan Pendidikan Budidaya dan Karakter Bangsa Melalui Pembelajaran Matematika, Jakarta: Kementrian Pendidikan Nasional Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pendidikan dan Penjaminan Mutu Pendidikan Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Pendidikan, 2011.

Suwito. Filsafat Pendidikan Akhlak Ibn Miskawaih, Yogyakarta: Belukar, 2004. Suyatno. Urgensi Pendidikan Karakter, Jakarta:Depdiknas, 2009.

Syukur, Fatah. “Reorientasi Manajemen Pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) Dan Deradikalisasi Agama”, Jurnal Penelitian Sosial Keagamaan. Vol. 23. No.3 (2015):1-130.

Zakiah. Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta:Bumi Aksara, 2008.

(48)

LAMPIRAN-LAMPIRAN

Instrumen Pertanyaan

1. Siapa saja yang mengajar diferensiasi pendidikan karakter anak-anak, remaja dan dewasa di Masjid Al-ikhlas?

2. Sejauh mana penerapan metode diferensiasi pendidikan karakter anak-anak, remaja dan dewasa di Masjid Al-ikhlas?

3. Sejauah mana penerapan media diferensiasi pendidikan karakter anak-anak, remaja dan dewasa di Masjid Al ikhlas?

4. Berapa jumlah perkelas pendidikan karakter anak-anak, remaja dan dewasa di Masjid Al-ikhlas?

5. Apa saja materi diferensiasi pendidikan karakter anak-anak, remaja dan dewasa di Masjid Al-ikhlas?

6. Apa tujuan diferensiasi pendidikan karakter anak-anak, remaja dan dewasa di Masjid Al-ikhlas?

7. Bagaimana kondisi lingkungan diferensiasi pendidikan karakter anak-anak, remaja dan dewasa di Masjid Al-ikhlas?

(49)

Transkip Wawancara

Nama : Ustadz Misbahudin (Pendidik) Hari/Tanggal : Rabu, 7 maret 2018

Tempat : Rumah Ustadz Misbahudin Waktu : 08.00-09.00 WIB.

Pendidik pada usia anak-anak, remaja dan dewasa yaitu Ustadz Misbahudin dan Ustadzah Bu Tobaroh. Pertama, metode pendidikan karakter anak-anak terdiri dari metode ceramah, metode sorogan dan metode reward. Metode reward berupa makan bakso kawi jikalau hafal juz ama. Kedua, pendidikan karakter remaja terdiri dari metode ceramah dan metode sorogan. Ketiga, pendidikan karakter dewasa terdiri dari metode ceramah dan metode sorogan. Pertama, media pendidikan karakter anak-anak terdiri dari: iqro’, yanbua, buku gambar, papan tulis dan spidol, media alat rebana, media al-qur’an, media fotokopi materi dan media buku-buku Islami. Kedua, media pendidikan karakter remaja terdiri dari papan tulis dan spidol, media alat rebana, media

al-qur’an, media fotokopi materi, drumblek dan media buku-buku Islami. Ketiga, media pendidikan karakter dewasa terdiri dari iqro’, yanbua, buku gambar, papan tulis dan spidol, media alat rebana, media al-qur’an, media fotokopi materi dan media buku-buku Islami. Pertama, kelas anak-anak berjumlah 54-an terdiri dari tiga kelas yakni kelas ula dan dua kelas tsani yang mana laki-laki dan perempuan dipisah. Kedua, jumlah kelas remaja berjumlah 20-an. Ketiga, jumlah kelas dewasa berjumlah 54-an. Pertama, materi pendidikan karakter anak-anak yakni diantaranya; tauhid dan akhlak yang bersumber dari kitab aqidatul awwam, ilmu tajwid bersumber dari kitab hidayatus sibiyan, yanbua, doa sehari-hari dan pendidikan karakter.

(50)
(51)

bagi dirinya. Indikatornya yakni diantaranya membaca buku-buku islami, cerita anak-anak dan pendidikan karakter. Strategi pendidik menanamkan gemar membaca kepada peserta didik dengan cara menyediakan buku bacaan dari perpustaakaan daerah salatiga. Ketujuh, kerja keras yakni tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan. Indikatornya yakni diantaranya; kerja keras mengerjakan PR. Strategi pendidik menanamkan kerja keras dengan cara memberikan tugas. Kedelapan, menghargai prestasi yakni sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat dan mengakui serta menghormati keberhasilan orang lain. Indikatornya yakni diantaranya; menghafalkan juz ama. Strategi pendidik menanamkan menghargai prestasi kepada peserta didik dengan cara memberikan reward makan bakso kawi ketika hafal juz ama. Faktor penghambat diferensiasi pendidikan karakter anak-anak, diferensiasi remaja dan diferensiasi dewasa yakni diantaranya latar belakang berbagai macam karakter kepribadian peserta didik, lingkungan sosial yang kurang kondusif dan fasilitas pembelajaran yang belum memadai.

Transkip Wawancara

Nama : Bapak Ratna selaku Pengurus Takmir Hari/Tanggal : Rabu, 7 maret 2018

Tempat : Masjid al-ikhlas Waktu : 11.00-12.00 WIB

Pendidik terdiri dari dua yaitu Ustadz Misbahudin dan Ustadzah Bu Tobaroh. Metode diskusi, metode ceramah, metode sorogan Media pembelajaran secara umum terdiri dari mushaf al-qur’an, BTQ dan buku-buku Islami. Dewasa satu kelas, bagi remaja satu kelas dan bagi anak-anak terdiri dari tiga kelas yaitu kelas ula, kelas tsani (dua kelas) yaitu laki-laki dan perempaun dipisah. Ada satu kelas bagi dewasa berjumlah 10-an, remaja 20-an dan anak-anak berjumlah 54-an yang terdiri dari tiga kelas. Materi (Isi) bagi dewasa terdiri dari: BTQ, akhlak dan fikih tentang sholat fardhu. Materi remaja terdiri dari tauhid dan akhlak yang bersumber dari kitab aqidatul awwam, ilmu Tajwid yang bersumber dari kitab hidayatus sibiyan, fikih, BTQ dan pendidikan karakter. Materi bagi anak-anak terdiri dari: tauhid dan akhlak yang bersumber dari kitab aqidatul awwam, ilmu tajwid bersumber dari kitab hidayatus sibiyan, Yanbua, fasholatan doa-doa sehari. Lingkungan pembelajaran dewasa di serambi masjid, kalau remaja dan anak di serambi masjid al-ikhlas.

(52)

belajar, dukungan peran orang tua, pengurus takmir dan masyarakat muslim khususnya selaku tokoh pemerintahan. Faktor penghambat diferensiasi pendidikan karakter anak-anak, diferensiasi remaja dan diferensiasi dewasa yakni diantaranya latar belakang berbagai macam karakter kepribadian peserta didik, lingkungan sosial yang kurang kondusif dan fasilitas pembelajaran yang belum memadai

Transkip Wawancara

Tobaroh. Metode diskusi, metode ceramah, metode sorogan. Media pembelajaran secara umum terdiri dari mushaf al-qur’an, BTQ dan buku-buku Islami. Dewasa satu kelas, bagi remaja satu kelas dan bagi anak-anak terdiri dari tiga kelas yaitu kelas ula, kelas tsani (dua kelas) yaitu laki-laki dan perempuan dipisah. Ada satu kelas bagi dewasa berjumlah 10-an, remaja 20-an dan anak-anak berjumlah 54-an yang terdiri dari tiga kelas. Materi (Isi) bagi dewasa terdiri dari: BTQ, akhlak dan fikih tentang sholat fardhu. Materi remaja terdiri dari tauhid dan akhlak yang bersumber dari kitab aqidatul awwam, ilmu tajwid yang bersumber dari kitab hidayatus sibiyan, fikih dan BTQ. Materi bagi anak-anak terdiri dari: tauhid dan akhlak yang bersumber dari kitab aqidatul awwam, ilmu al-qur’an bersumber dari kitab hidayatus sibiyan, fasholatan, Yanbua, doa-doa sehari. Lingkungan pembelajaran dewasa di serambi masjid, kalau remaja dan anak di serambi masjid al-ikhlas dan lingkungan kurang kondusif. Diferensiasi pendidikan karakter anak-anak yakni diantaranya; religius, jujur, disiplin, rasa ingin tahu, mandiri, peduli lingkungan, tanggungjawab, gemar membaca, kerja keras dan menghargai prestasi. Diferensiasi pendidikan karakter remaja yakni diantaranya; religius, disiplin, rasa ingin tahu, mandiri, peduli lingkungan, tanggung jawab dan peduli sosial. Diferensiasi pendidikan karakter dewasa yakni diantaranya; religius, disiplin, rasa ingin tahu, mandiri, peduli lingkungan, tanggung jawab, peduli sosial, toleransi. Faktor pendukung diferensiasi pendidikan karakter anak-anak, diferensiasi remaja dan dewasa yakni diantaranya adanya buku-buku bacaan terkait agama Islam, adanya fasilitas berupa bangku, mushaf al-Qur’an, buku sholawat, papan tulis, kebersihan tempat belajar, dukungan peran orang tua, pengurus takmir dan masyarakat muslim khususnya selaku tokoh pemerintahan.

(53)

Transkip Wawancara

Nama : Ustadzah Bu Tobaroh (pendidik) Hari/Tanggal : Rabu, 7 Maret 2018

Tempat : Rumah Ustadz Udin Waktu : 13.00-14.00 WIB

Diferensiasi pendidikan karakter anak-anak yakni diantaranya; religius, jujur, disiplin, rasa ingin tahu, mandiri, peduli lingkungan, tanggungjawab, gemar membaca, kerja keras dan menghargai prestasi. Diferensiasi pendidikan karakter remaja yakni diantaranya; religius, disiplin, rasa ingin tahu, mandiri, peduli lingkungan, tanggung jawab dan peduli sosial. Diferensiasi pendidikan karakter dewasa yakni diantaranya; religius, disiplin, rasa ingin tahu, mandiri, peduli lingkungan, tanggung jawab, peduli sosial, toleransi. Faktor pendukung diferensiasi pendidikan karakter anak-anak, diferensiasi remaja dan dewasa yakni diantaranya adanya buku-buku bacaan terkait agama Islam, adanya fasilitas berupa bangku, mushaf al-Qur’an, buku sholawat, papan tulis, kebersihan tempat belajar, dukungan peran orang tua, pengurus takmir dan masyarakat muslim khususnya selaku tokoh pemerintahan. Faktor penghambat diferensiasi pendidikan karakter anak-anak, diferensiasi remaja dan diferensiasi dewasa yakni diantaranya latar belakang berbagai macam karakter kepribadian peserta didik, lingkungan sosial yang kurang kondusif dan fasilitas pembelajaran yang belum memadai.

Transkip Wawancara

Nama : Adek Rio

Hari/Tanggal : Jum’at, 9 Maret 2018 Tempat : Masjid Al-ikhlas Waktu : 15.00-16.00

(54)
(55)

Prestasi Anak-anak TPQ Tahun 2018

1. Juara III Tingkat Badko Kota Salatiga Cabang Lomba Adzan dan Iqamah Tahun 2018

(56)
(57)
(58)
(59)

Referensi

Dokumen terkait

Oleh karena hasil perhitungan menunjukkan bahwa p < 0,05 maka H 0 ditolak, artinya terdapat hubungan antara tingkat pengetahuan ibu tentang kejang demam dengan frekuensi

Hasil riset yang berbeda tentang pengaruh struktur good corporate governance, pengungkapan corporate social responsibility dan pertumbuhan perusahaan pada nilai

Abstrak : Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah pelatihan kebersyukuran efektif dalam meningkatkan tingkat resiliensi pada masyarakat di daerah rawan

Wilayah kajian dalam penelitian ini adalah model pembelajaran yaitu meningkatkan hasil belajar biologi siswa dengan menggunakan dua model perbandingan yaitu CTL

Disatu sisi pemakaian pompa dewasa ini terbatas pada merk standar dari pabrik saja, sehingga banyak yang mengabaikan daya tahan performanya dalam penggunaan

Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan diatas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Kepuasan Kerja Dan Iklim Organisasi Terhadap

ekstrak etanol umbi Hati Tanah pada konsentrasi ekstrak terendah yaitu 1%, namun perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan pengujian konsentrasi yang lebih