PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPS
MATERI KEGIATAN JUAL BELI
MELALUI METODE BERMAIN PERAN DENGAN
MEDIA GAMBAR SISWA KELAS III SEMESTER II
MI MA’ARIF BANYUKUNING KECAMATAN BANDUNGAN
KABUPATEN SEMARANG TAHUN PELAJARAN 2017/2018
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Kewajiban dan Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Oleh:
RIF’ATUL CHOIRIYAH
NIM 11514122
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
SALATIGA
i
PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPS
MATERI KEGIATAN JUAL BELI
MELALUI METODE BERMAIN PERAN DENGAN
MEDIA GAMBAR SISWA KELAS III SEMESTER II
MI MA’ARIF BANYUK
UNING KECAMATAN BANDUNGAN
KABUPATEN SEMARANG TAHUN PELAJARAN 2017/2018
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Kewajiban dan Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Oleh:
RIF’ATUL CHOIRIYAH
NIM 11514122
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
SALATIGA
iii
PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPS
MATERI KEGIATAN JUAL BELI
MELALUI METODE BERMAIN PERAN DENGAN
MEDIA GAMBAR SISWA KELAS III SEMESTER II
MI MA’ARIF BANYUKUNING KECAMATAN BANDUNGAN
KABUPATEN SEMARANG TAHUN PELAJARAN 2017/2018
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Kewajiban dan Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Oleh:
RIF’ATUL CHOIRIYAH
NIM 11514122
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
SALATIGA
v
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN DAN KESEDIAAN PUBLIKASI
Saya yang bertanda tangan dibawah ini:
Nama : Rif’atul Choiriyah
NIM : 115-14-122
Program Studi : PGMI
Fakultas : Tarbiyah dan Ilmu Keguruan
Menyatakan bahwa skripsi yang saya tulis ini benar-benar merupakan hasil karya
saya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain. Pendapat atau temuan
orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip dan dirujuk berdasarkan kode
etik ilmiah. Skripsi ini diperkenankan untuk di publikasikan pada e-repository
IAIN Salatiga.
Demikian pernyataan ini dibuat oleh penulis untuk dapat dimaklumi.
Salatiga, 06 Juni 2018
Yang menyatakan
vii
MOTTO
“Pendidikan merupakan senjata paling ampuh yang bisa
kamu gunakan untuk merubah dunia”
viii
PERSEMBAHAN
Puji syukur kehadirat Allah SWT, atas limpahan rahmat serta karunia-Nya, skripsi
ini penulis persembahkan untuk:
1. Bapakku tercinta Ahmad Rois dan Ibuku tercinta Siyami yang telah
memberikan do’a dan dukungan atas segalannya sehingga penulis bisa
meraih gelar SI seperti yang kalian harapkan selama ini.
2. Adikku Alvin Bayu Firmansyah tercinta yang telah memberikan bantuan
juga do’a kepada penulis.
3. Yang tersayang Ihsan Abdul Rohman yang selalu memberikan dukungan,
semangat dan do’a untuk penulis juga dalam membantu dalam mencari
buku.
4. Bulek Ety dan Om Zulfa yang selalu memberi nasehat, semangat dan do’a
juga buat keluarga besarku yang tak bisa penulis sebutkan satu per satu.
5. Bapak dan Ibu Dosen IAIN Salatiga yang selalu membimbing dan
memberikan ilmu yang bermanfaat.
6. Teman juga sahabatku Zulfa, Arina, Dwi Puji, Amanah, Dwi Z, dan Khafi
yang saling memberi semangat dalam penyelesaian skripsi ini.
7. Teman-teman seperjuangan PGMI 2014 semasa PPL di MIN Salatiga.
8. Teman-teman KKN Desa Surodadi khususnya Dusun Ngersap Magelang.
9. Seluruh keluarga besar MI Ma’arif Banyukuning.
ix
KATA PENGANTAR
Assalammu’alaikum Wr. Wb.
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas rahmat dan
nikmat hidayah-Nya. Hanya dengan kehendaknya segala sesuatu terjadi dan
penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta salam semoga senantiasa
tetap tercurahkan kepada Nabi agung junjungan kita yaitu Nabi Muhammad
SAW.
Alhamdulillah dengan penuh rasa syukur, penulis dapat menyelesaikan
skripsi ini dengan judul: Peningkatan Prestasi Belajar IPS Materi Kegiatan Jual
Beli Melalui Metode Bermain Peran dengan Media Gambar Siswa Kelas III
Semester II MI Ma’arif Banyukuning Kecamatan Bandungan Kabupaten
Semarang Tahun Ajaran 2017/2018 ini telah usai. Skripsi ini merupakan salah
satu syarat guna memperoleh gelar Sarjana Pendidikan di Fakultas Tarbiyah Ilmu
dan Keguruan Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga.
Dalam penyusunan skripsi ini, penulis berharap dapat bermanfaat untuk
penulis sendiri pada khususnya dan untuk pembaca pada umumnya. Penulis
menyadari bahwa penyusunan skripsi ini tidak akan berjalan lancar tanpa bantuan
dan bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini dengan
segala kerendahan hati penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada yang terhormat:
1. Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, M. Pd selaku Rektor IAIN Salatiga.
2. Bapak Suwardi, M. Pd selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan
x
3. Ibu Peni Susapti, M. Si selaku Ketua Jurusan Pendidikan Guru Madrasah
Ibtidaiyah (PGMI) IAIN Salatiga.
4. Bapak Sri Guno Najib Chaqoqo, S. PDI., M. A. selaku Dosen Pembimbing
Akademik yang telah membimbing dari semester awal hingga semester
akhir dengan penuh kesabaran dan perhatian.
5. Ibu Dra. Nur Hasanah, M. Pd selaku Dosen Pembimbing yang telah
memberikan bimbingan, dorongan, nasehat, dan perhatian dengan penuh
kesabaran sampai terselesaikannya skripsi ini.
6. Bapak dan Ibu Dosen IAIN Salatiga yang telah memberikan ilmunya
kepada penulis.
7. Kepala Madrasah dan segenap guru MI Ma’arif Banyukuning yang telah
memberikan izin dan membantu dalam pelaksanaan penelitian.
8. Siswa-siswi kelas III MI Ma’arif Banyukuning yang sudah membantu
penulis dalam pengumpulan data.
9. Teman-teman seperjuangan yang telah memberikan semangat dan motivasi
kepada penulis dalam menyelesaikan penyusunan skripsi ini.
10. Semua pihak yang terkait yang dengan ikhlas telah membantu dan
memberikan bantuan baik material maupun spiritual dalam penyusunan
skripsi ini.
Penulis menyadari skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan dan terdapat
banyak kesalahan serta kekurangan. Maka kritik dan saran sangat penulis
harapkan. Besar harapan kami, skripsi ini bisa bermanfaat kepada pihak-pihak
terkait secara khusus, dan bagi semua pembaca secara umum.
xi
ABSTRAK
Choiriyah, Rif’atul. 2018. Peningkatan Hasil Belajar IPS Materi Kegiatan Jual Beli Melalui Metode Bermain Peran dengan Media Gambar Siswa
Kelas III Semester II MI Ma’arif Banyukuning Kecamatan Bandungan Kabupaten Semarang Tahun Pelajaran 2017/2018. Skripsi. Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan. Program Studi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah. Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Dra. Nur Hasanah, M. Pd.
Kata kunci: Hasil Belajar IPS, Metode Bermain Peran, Media Gambar
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar IPS materi kegiatan jual melalui metode bermain peran dengan media gambar siswa kelas III semester II MI Ma’arif Banyukuning Kecamatan Bandungan Kabupaten Semarang. Apakah metode bermain peran dengan media gambar dapat meningkatkan hasil belajar IPS materi kegiatan jual melalui metode bermain peran dengan media gambar siswa kelas III semester II MI Ma’arif Banyukuning Kecamatan Bandungan Kabupaten Semarang.
Jenis penelitian yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) menggunakan metode bermain peran dengan media gambar. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas III yang berjumlah 29 siswa yang terdiri dari 15 laki-laki dan 14 perempuan. Penelitian ini dilaksanakan dalam 2 (dua) siklus. Masing-masing siklus terdiri dari empat tahapan yaitu: perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi. Adapun metode pengumpulan data yang digunakan meliputi tes tertulis, pengamatan, dan dokumentasi. Data penelitian ini diambil melalui pemberian tes formatif untuk mengetahui hasil belajar siswa, dengan materi pokok kegiatan jual beli. Data dianalisis dengan menggunakan rumus persentase ketuntasan belajar.
xii
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL ... i
LEMBAR LOGO IAIN ... ii
HALAMAN JUDUL ... iii
PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iv
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ... v
PENGESAHAN KELULUSAN ... vi
MOTTO ... vii
PERSEMBAHAN ... viii
KATA PENGANTAR ... ix
ABSTRAK ... xi
DAFTAR ISI ... xii
DAFTAR TABEL ... xvi
DAFTAR GAMBAR ... xvii
DAFTAR LAMPIRAN ... xviii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Rumusan Masalah ... 5
C. Tujuan Penelitian ... 6
D. Kegunaan Penelitian... 6
E. Definisi Operasional... 7
F. Hipotesis Tindakan dan Indikator Keberhasilan ... 10
G. Metode Penelitian... 11
1. Rancangan Penelitian ... 11
2. Subjek Penelitian... 12
3. Langkah-Langkah Penelitian ... 13
4. Instrumen Penelitian ... 17
xiii
6. Analisis Data ... 20
H. Sistematika Penulisan ... 21
BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Teori ... 23
1. Hasil Belajar ... 23
a. Pengertian Belajar ... 23
b. Pengertian Hasil Belajar ... 25
c. Jenis Hasil Belajar Siswa ... 26
d. Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar Siswa ... 28
2. IPS di Madrasah Ibtidaiyah ... 33
a. Pengertian Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) ... 33
b. Tujuan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) ... 36
c. Fungsi Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) ... 39
d. Silabus dan SK Pembelajaran IPS Kelas III ... 41
3. Materi Kegiatan Jual Beli ... 43
a. Pengertian Kegiatan Jual Beli ... 43
b. Syarat Jual Beli ... 43
c. Kegiatan Jual Beli di Lingkungan Rumah ... 44
d. Kegiatan Jual Beli di Lingkungan Sekolah ... 46
e. Kebutuhan Sehari-hari ... 46
4. Metode Bermain Peran... 47
a. Pengertian Metode ... 47
b. Pengertian Metode Bermain Peran ... 48
c. Tujuan Penggunaan Metode Bermain Peran ... 50
d. Langkah-Langkah Metode Bermain Peran ... 51
e. Kelebihan dan Kekurangan Metode Bermain peran ... 52
f. Penerapan Metode Bermain Peran ... 53
5. Media Gambar... 57
a. Pengertian Media ... 57
xiv
c. Kelebihan dan Kelemahan Media Gambar ... 60
B. Kajian Pustaka ... 63
BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN A. Gambaran Umum MI Ma’arif Banyukuning ... 68
1. Profil Sekolah MI Ma’arif Banyukuning ... 68
2. Visi, Misi, dan Tujuan MI Ma’arif Banyukuning ... 68
3. Struktur Organisasi MI Ma’arif Banyukuning ... 71
4. Keadaan Siswa MI Ma’arif Banyukuning ... 72
5. Keadaan Guru MI Ma’arif Banyukuning ... 72
6. Sarana dan Prasarana MI Ma’arif Banyukuning ... 73
7. Subjek Penelitian... 74
8. Pelaksanaan Penelitian ... 75
B. Deskripsi Pelaksanaan Penelitian ... 75
1. Deskripsi Pra Siklus ... 75
2. Deskripsi Pelaksanaan Siklus I ... 77
a. Perencanaan Tindakan ... 78
b. Pelaksanaan Tindakan ... 79
c. Pengamatan ... 83
d. Refleksi ... 88
3. Deskripsi Pelaksanaan Siklus II ... 88
a. Perencanaan Tindakan ... 89
b. Pelaksanaan Tindakan ... 90
c. Pengamatan ... 94
d. Refleksi ... 99
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Hasil penelitian ... 100
xv
2. Deskripsi Data Siklus I ... 103
a. Data Hasil Penelitian Siswa Siklus I ... 103
b. Refleksi ... 106
3. Deskripsi Data Siklus II ... 107
a. Data Hasil Penelitian Siswa Siklus II ... 108
b. Refleksi ... 111
B. Pembahasan ... 112
1. Rekapitulasi Siklus I ... 114
2. Rekapitulasi Siklus II ... 115
3. Rekapitulasi Pra Siklus, Siklus I, Siklus II ... 116
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 119
B. Saran ... 120
xvi
DAFTAR TABEL
1. Tabel 1.1 Daftar Subjek Penelitian ... 13
2. Tabel 2.1 Silabus IPS Kelas III Semester II Materi Kegiatan Jual Beli.. 42
3. Tabel 2.2 Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar IPS Kelas III ... 43
4. Tabel 3.1 Data Jumlah siswa MI Ma’arif Banyukuning ... 72
5. Tabel 3.2 Daftar Guru MI Ma’arif Banyukuning ... 73
6. Tabel 3.3 Daftar Sarana dan Prasarana MI Ma’arif Banyukuning ... 73
7. Tabel 3.4 Daftar Responden Siswa Kelas III MI Ma’arif Banyukuning 74 8. Tabel 3.5 Data Nilai Siswa Pra Siklus ... 76
9. Tabel 3.6 Lembar Pengamatan Guru Siklus I ... 84
10.Tabel 3.7 Lembar Pengamatan Siswa Siklus I ... 85
11.Tabel 3.8 Daftar Nilai Tes Formatif Siswa Siklus I ... 87
12.Tabel 3.9 Lembar Pengamatan Guru Siklus II ... 95
13.Tabel 3.10 Lembar Pengamatan Siswa Siklus II... 96
14.Tabel 3.11 Daftar Nilai Tes Formatif Siswa Siklus II... 98
15.Tabel 4.1 Data Nilai Siswa Pra Siklus ... 100
16.Tabel 4.2 Hasil Tes Formatif Siswa Siklus I ... 103
17.Tabel 4.3 Hasil Tes Formatif Siswa Siklus II ... 108
18.Tabel 4.4 Gabungan Nilai Siswa Pra Siklus, Siklus I, Siklus II ... 113
19.Tabel 4.5 Rekapitulasi Siklus I ... 114
20.Tabel 4.6 Rekapitulasi Siklus II ... 115
xvii
DAFTAR GAMBAR
1. Gambar 1.1 Siklus dalam Prosedur PTK ... 17
2. Gambar 4.1 Grafik Ketuntasan Siswa Pra Siklus ... 102
3. Gambar 4.2 Grafik Ketuntasan Siklus I ... 106
4. Gambar 4.3 Grafik Ketuntasan Siklus II ... 110
5. Gambar 4.4 Diagram Persentase Ketuntasan Siklus I ... 115
6. Gambar 4.5 Diagram Persentase Ketuntasan Siklus II ... 116
7. Gambar 4.6 Diagram Rata-Rata Pra Siklus, Siklus I, Siklus II ... 117
xviii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I
Lampiran 2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II
Lampiran 3 Tes Formatif Siklus I
Lampiran 4 Tes Formatif Siklus II
Lampiran 5 Daftar Nilai Siswa Pra Siklus
Lampiran 6 Daftar Nilai Siswa Siklus I
Lampiran 7 Daftar Nilai Siswa Siklus II
Lampiran 8 Lembar Pengamatan Siswa Siklus I
Lampiran 9 Lembar Pengamatan Siswa Siklus II
Lampiran 10 Lembar Pengamatan Guru Siklus I
Lampiran 11 Lembar Pengamatan Guru Siklus II
Lampiran 12 Dokumentasi
Lampiran 13 Surat Tugas Pembimbing Skripsi
Lampiran 14 Surat Ijin Penelitian
Lampiran 15 Surat Keterangan Melakukan Penelitian
Lampiran 16 Lembar Konsultasi Skripsi
Lampiran 17 Daftar Nilai SKK
1 BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
IPS merupakan nama mata pelajaran ditingkat sekolah dasar dan
menengah. Nama IPS yang lebih dikenal social studies di negara lain itu
merupakan istilah hasil kesepakatan dari para ahli atau pakar kita di
Indonesia dalam Seminar Nasional tentang Civic Education tahun 1972 di
Tawangmangu, Solo. IPS sebagai mata pelajaran di persekolahan, yang
pertama kali digunakan dalam kurikulum 1975. (Sapriya, 2015: 19).
IPS mengajarkan pada peserta didik untuk bisa berinteraksi baik di
lingkungan keluarga, maupun lingkungan masyarakat. Sehingga
pengertian IPS ditingkat persekolahan itu sendiri mempunyai perbedaan
makna, disesuaikan dengan karakteristik dan kebutuhan peserta didik. Jadi
istilah IPS disekolah dasar merupakan nama mata pelajaran yang berdiri
sendiri sebagai integrasi dari sejumlah konsep disiplin ilmu sosial,
humaniora, sains bahkan berbagai isu dan masalah sosial kehidupan.
Materi IPS untuk jenjang sekolah dasar tidak terlihat aspek disiplin ilmu
karena yang lebih dipentingkan adalah dimensi pedagogik dan psikologis
serta karakteristik kemampuan berpikir peserta didik yang bersifat holistik.
Pembelajaran IPS ditingkat sekolah pada dasarnya bertujuan untuk
mempersiapkan para peserta didik sebagai warga negara yang menguasai
2
and values) yang dapat digunakan sebagai kemampuan untuk
memecahkan masalah pribadi atau masalah sosial serta kemampuan
mengambil keputusan dan berpartisipasi dalam berbagai kegiatan
kemasyarakatan agar menjadi warga negara yang baik.
Pembelajaran dapat dilakukan secara optimal untuk mengetahui
kebutuhan dalam pembelajaran beserta permasalahan-permasalahan yang
dihadapi peserta didik dalam kegiatan pembelajaran tersebut. Berkaitan
dengan hal tersebut, pembelajaran harus dikembangkan berdasarkan
relevansi, kompetensi dasar, materi pembelajaran, serta kebutuhan dan
karakteristik peserta didik. Guru dapat berperan sebagai kreator yaitu
menciptakan dan memanfaatkan media pembelajaran yang efektif, efisien,
dan menyenangkan bagi aktivitas belajar peserta didik. Sebenarnya dalam
pemanfaatannya, perlu juga ditekankan bahwa guru jangan hanya
bertindak sebagai instruktur berpusat tetapi mengalihkan peran bahwa
peserta didiklah yang seharusnya melakukan proses belajar secara
berkelanjutan. (Rasimin, 2012: 5). Sebagaimana telah dijelaskan dalam
hadits berikut:
منَمِل اموُع َضاَوَتَو َر اَقَوملاَو َةَنميِك ّسلا ِ ملِْعملِل اموُمّلَعَتَو َملِْعلااوُمّلَعَت
ُهمنِم َناوُمّلَعَتَت
3
Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan guru kelas III MI
Ma’arif Banyukuning bahwa selama ini sebagian siswa masih terlihat
pasif, beberapa siswa cenderung lebih bersifat acuh atau bermain,
berbicara dengan siswa lain dalam mengikuti mata pelajaran IPS yang
terkesan berisi materi yang cukup banyak. Metode pembelajaran IPS yang
umumnya digunakan oleh guru kelas selama ini adalah metode
konvensional yang mengandalkan ceramah dan alat bantu utamanya
adalah papan tulis. Sehingga metode ceramah yang digunakan pada saat
mengajar lebih cenderung pada keaktifan guru, sedangkan siswa
cenderung tidak aktif sehingga mengakibatkan hasil belajar siswa kurang
memuaskan dan terlihat belum sesuai yang diharapkan.
Hal ini dibuktikan dengan hasil nilai ulangan IPS siswa kelas III
yang diperoleh dari guru menunjukkan bahwa masih banyak siswa yang
mendapatkan nilai dibawah KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) yang
telah ditetapkan yaitu 70. Secara klasikal nilai ulangan siswa belum
memenuhi KKM, dari 29 siswa hanya 9 siswa yang dapat memenuhi
KKM atau sebesar 31% sedangkan sisannya masih berada di bawah KKM.
Terkait dengan hal tersebut, maka diperlukan suatu metode pembelajaran
yang mengupayakan agar siswa mampu mengembangkan pengetahuannya
sendiri dengan bantuan atau bimbingan dari guru sehingga dapat
mendorong siswa untuk meningkatkan hasil belajarnya.
Melihat faktor-faktor yang mempengaruhi rendahnya hasil belajar
4
diskusi mengenai metode dan media pembelajaran yang tepat untuk
mengatasi permasalahan tersebut, sehingga dapat meningkatkan hasil
belajar siswa dan termotivasi untuk lebih giat dalam proses
belajar-mengajar. Melalui diskusi yang telah dilakukan, diputuskan untuk
menggunakan metode bermain peran dengan media gambar sebagai solusi
tindakan untuk mengatasi permasalahan pembelajaran IPS yang ada di MI
Ma’arif Banyukuning Kecamatan Bandungan Kabupaten Semarang Tahun
Pelajaran 2017/2018.
Penggunaan metode bermain peran dalam pembelajaran IPS materi
kegiatan jual beli mampu memberikan inovasi dalam pembelajaran.
Metode bermain peran merupakan sebuah model pengajaran yang berasal
dari dimensi pendidikan individu maupun sosial. Metode ini membantu
masing-masing siswa untuk menemukan makna pribadi dalam dunia sosial
mereka dan membantu memecahkan dilema pribadi dengan bantuan
kelompok. (Miftahul Huda, 2013: 115).
Pembelajaran IPS dengan menggunakan metode bermain peran
bertujuan untuk membantu meningkatkan kemampuan bagi siswa dengan
bermain peran secara sederhana. Permainan peran ini mulai dari pemeran
maupun tokoh sesuai dengan usia anak dan permasalahannya. Dengan
demikian siswa akan tertarik, senang, dan bersemangat karena dapat
belajar sambil bermain. Melalui metode bermain peran siswa diajak untuk
belajar memecahkan masalah pribadi, dengan bantuan kelompok sosial
5
berupaya membantu individu melalui proses kelompok sosial. Melalui
bermain peran, para siswa mencoba mengeksploitasi masalah-masalah
hubungan antar manusia dengan cara memperagakannya. Hasilnya di
diskusikan di dalam kelas. Proses belajar dengan menggunakan metode
bermain peran diharapkan siswa mampu menghayati tokoh yang
dikehendaki, keberhasilan siswa dalam menghayati peran itu akan
menentukan apakah proses pemahaman, penghargaan dan identifikasi diri
terhadap nilai berkembang. (Hasan, 1996: 266) dalam Jurnal Kreatif
Tadulako Online, ISSN 2354-614X, Vol. 5, No. 1, Hal. 101-116, oleh
Maksdonal Jaila, Jamaludin, dan Hasdin Hanis, Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan Universitas Tadaluko, 2017. (diakses dari
http://id.portalgaruda.org pada tanggal 25 Maret 2018 Jam 10.48).
Untuk menjawab problematika di atas penulis mengangkat judul “
Peningkatan Hasil Belajar IPS Materi Kegiatan Jual Beli Melalui Metode
Bermain Peran Dengan Media Gambar Siswa Kelas III Semester II MI
Ma’arif Banyukuning Kecamatan Bandungan Kabupaten Semarang Tahun
Pelajaran 2017/2018.”
B. Rumusan Masalah
Dalam penelitian ini rumusan masalah yang akan dibahas adalah :
Apakah penerapan metode bermain peran dengan media gambar
6
III semester II MI Ma’arif Banyukuning Kecamatan Bandungan
Kabupaten Semarang tahun pelajaran 2017/2018 ?
C. Tujuan Penelitian
Dalam penelitian ini peneliti memiliki tujuan untuk meningkatkan
hasil belajar IPS materi kegiatan jual-beli melalui metode bermain peran
dengan media gambar siswa kelas III semester II MI Ma’arif Banyukuning
Kecamatan Bandungan Kabupaten Semarang tahun pelajaran 2017/2018.
D. Kegunaan Penelitian 1. Manfaat Teoritis
Secara teoritis penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi
penulis untuk menambah keilmuan tentang metode pembelajaran IPS
pada program tarbiyah, khususnya Pendidikan Guru Madrasah
Ibtidaiyah serta menambah khasanah keilmuan dan memberikan
sumbangan pendidikan.
2. Manfaat Praktis a. Bagi Siswa
1) Meningkatkan kemampuan siswa dalam menerima materi.
2) Mendorong siswa untuk lebih aktif dalam kegiatan
belajar-mengajar.
7 b. Bagi Guru
1) Memacu guru untuk meningkatkan kualitas pengelolaan
pembelajaran.
2) Mendorong para guru untuk mengadakan modifikasi dalam
kegiatan belajar-mengajar.
3) Sebagai referensi guru, yang dapat menjadi masukan untuk
menguatkan kemampuannya dalam menerapkan
pembelajaran melalui metode bermain peran dengan media
gambar.
c. Bagi Lembaga
1) Untuk mewujudkan tercapainnya visi dan misi sekolah.
2) Dapat meningkatkan mutu pendidikan sekolah.
3) Menciptakan kondisi dan suasana pembelajaran yang
efektif dan menyenangkan.
d. Bagi Peneliti
Dapat memberikan pengalaman kepada peneliti untuk terjun
ke bidang pendidikan.
E. Definisi Operasional
Untuk memudahkan dan memperjelas pemahaman serta
menghindari kekeliruan terhadap maksud yang terdapat pada judul di atas,
maka perlu dijelaskan mengenai pembahasan masalah dan arti kata dalam
8 1. Hasil Belajar
Menurut M. Sobry Sutikno (2014) hasil belajar adalah
kemampuan yang dimiliki peserta didik setelah mengalami
aktivitas belajar. Jadi, hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan
yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajarnya baik
kemampuan secara kognitif, afektif, maupun psikomotorik. Dalam
penelitian ini, hasil belajar adalah nilai yang diperoleh siswa
setelah siswa tersebut mengerjakan tes yang diberikan oleh guru
dan selanjutnya dibuktikan dengan nilai hasil evaluasi.
2. IPS (Ilmu Pengetahuan Sosial)
IPS (Ilmu Pengetahuan Sosial) disekolah dasar merupakan
nama mata pelajaran yang berdiri sendiri sebagai integrasi dari
sejumlah konsep disiplin ilmu sosial, humaniora, sains bahkan
berbagai isu dan masalah sosial kehidupan. Materi IPS (Ilmu
Pengetahuan Sosial) untuk jenjang sekolah dasar tidak terlihat
aspek disiplin ilmu karena yang lebih dipentingkan adalah dimensi
pedagogik dan psikologis serta karakteristik kemampuan berpikir
peserta didik yang bersifat holistik. (Sapriya, 2015: 20).
3. Metode Bermain Peran
Metode bermain peran adalah metode untuk menghadirkan
peran-peran yang ada dalam dunia nyata kedalam suatu
pertunjukan peran didalam kelas yang kemudian dijadikan sebagai
9
Artinnya bahwa pertunjukan yang diangkat dalam
pembelajaran merupakan kejadian atau peristiwa dalam kehidupan
manusia yang mengandung konflik kejiwaan, pergolakan, clash
atau benturan antara dua orang atau lebih. Sedangkan bermain
peran berarti memegang fungsi sebagai orang yang dimainkannya,
misalnya berperan sebagai lurah, penjual-pembeli, dan lain
sebagainnya. Artinnya bahwa bermain peran adalah menuntut
kepada peserta didik agar mampu memainkan peranan yang sesuai
tokoh dalam drama yang sedang dimainkannya. (Sigit Mangun
Wardoyo, 2013: 53).
4. Media Gambar
Gambar merupakan media yang paling umum digunakan
orang, karena media ini mudah dimengerti dan dapat dinikmati,
mudah didapatkan dan dijumpai dimana-mana, serta banyak
memberikan penjelasan bila dibandingkan dengan verbal. (Hujair
AH Sanaky, 2015: 81).
Artinnya bahwa media gambar memberikan penjelasan apa
adannya secara detail sedangkan verbal (kata-kata) keterbatasannya
terletak pada daya ingat dalam bercerita dan menjelaskan sehingga
kemungkinan ada hal-hal yang terlupakan dalam menyampaikan
pesan. Jadi dengan media gambar peserta didik akan lebih mudah
10
F. Hipotesis Tindakan dan Indikator Keberhasilan 1. Hipotesis Tindakan
Hipotesis merupakan jawaban terhadap masalah penelitian
secara teoritis dianggap paling mungkin dan paling tinggi
kebenarannya. Namun, hipotesis tetap merupakan kebenaran yang
masih lemah (Hipo = di bawah/lemah), tesis = kebenaran) atau
jawaban sementara atas masalah yang hendak dipecahkan karena
belum diuji secara empiris. (Basrowi, 2008: 90).
Secara fungsional hipotesis dalam penelitian itu sangat
penting. Bila hipotesis dinyatakan dengan tepat dan teliti, jawaban
sementara dapat dipergunakan sebagai petunjuk analisis. Hipotesis
dalam posisinnya sebagai salah satu unsur penelitian. Dengan
hipotesis, peneliti lebih mudah dalam mencari pemecahan masalah
atas dasar pernyataan hipotesis yang telah dibuat sebelumnnya.
(Sukardi 2003: 41).
Adapun dalam penelitian tindakan kelas ini penulis
mengambil hipotesis tindakan, yaitu melalui metode bermain peran
dengan media gambar dapat meningkatkan hasil belajar IPS materi
kegiatan jual beli di kelas III MI Ma’arif Banyukuning Kecamatan
11 2. Indikator Keberhasilan
Penerapan metode bermain peran dengan media gambar ini
dikatakan efektif apabila indikator yang diharapkan tercapai.
Adapun indikator yang dapat dirumuskan penulis sebagai berikut:
a. Melalui metode bermain peran dengan media gambar ada
peningkatan hasil belajar secara berkelanjutan dari siklus
pertama dan kedua pada siswa kelas III MI Ma’arif
Banyukuning.
b. Nilai siswa kelas III memenuhi Kriteria Ketuntasan Minimal
(KKM) sebesar 70 serta tercapainnya ketuntasan klasikal
yang besarnya ≥ 85 % dalam pembelajaran IPS.
G. Metode Penelitian
1. Rancangan Penelitian
Jenis penelitian ini menggunakan Penelitian Tindak Kelas
(PTK), karena menurut pengertiannya penelitian tindakan adalah
penelitian tentang hal-hal yang terjadi di masyarakat atau kelompok
sasaran dan hasilnya langsung dapat dikenakan pada masyarakat
yang bersangkutan. Ciri atau karakteristik utama dalam penelitian
tindakan adalah adannya partisipasi dan kolaborasi antara peneliti
dengan anggota kelompok sasaran. Dimana dalam prosesnya,
pihak-pihak yang terlibat dalam kegiatan tersebut dapat saling
12
Sehingga peneliti terlibat secara langsung dalam proses penelitian
mulai dari perencanaan, pelaksanaan, dan penyusunan hasil laporan
penelitian.
Penelitian Tindak Kelas adalah penelitian yang dilakukan
oleh guru di kelasnya sendiri melalui refleksi diri dengan tujuan
untuk memperbaiki kinerjannya sehingga hasil belajar siswa
meningkat. (Zainal aqib dkk, 2014: 3).
Pendekatan yang digunakan oleh peneliti yaitu jenis
kolaboratif, dimana peneliti bertindak sebagai pengamat dan proses
belajar mengajar tetap dilakukan oleh guru dan peserta didik. Hal
ini bertujuan agar proses belajar mengajar berjalan secara alami
sehingga data yang diperoleh valid. Alasan menggunakan
Penelitian Tindak Kelas dengan pendekatan kolaboratif yaitu
karena peneliti ikut berperan dalam proses pembelajaran.
2. Subjek Penelitian
Dalam penelitian ini yang menjadi subjek penelitian adalah
guru dan siswa kelas III MI Ma’arif Banyukuning Kecamatan
Bandungan Kabupaten Semarang tahun pelajaran 2017/2018
dengan jumlah 29 siswa yang terdiri dari 15 laki-laki dan 14
perempuan. Penelitian ini dikhususkan pada mata pelajaran IPS
materi kegiatan jual-beli melalui metode bermain peran dengan
13
Tabel 1.1 Daftar Subjek Penelitian
No. Nama Keterangan
Laki-Laki Perempuan
1. Afrizal Teddy Setiyawan √
2. Aji Irza Pratama √
10. Desinta Nafi Maharani √
11. Evan Dwi Hartanto √
12. Farhan Dani Kurniyawan √
13. Farid Aditia Rahmat √
14. Fiona Andini √
15. Hardini Hana Fauziah √
16. Icha Ayu Azzahra √
17. Iqlima Ulinihayah √
18. Khodijah Nurul Khikmah √
19. Latiful Khafid √
20. Muhammad Adam. S √
21. Muhammad Adi Prasetya √
22. Muhammad Ais Al Faruq √
29. Zulfa Musrifatun Nisa √
3. Langkah-Langkah Penelitian
Penelitian menggunakan PTK guna mencari pemecahan
masalah yang ditemui di dalam kelas, yang mana PTK akan
14
tahapan-tahapan yaitu perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan
refleksi.
a. Perencanaan
Perencanaan tindakan perbaikan merupakan tahapan
awal yang harus dilakukan guru sebelum melakukan
pembelajaran. Rencana pembelajaran harus dibuat untuk satu
siklus terlebih dahulu berdasarkan analisis permasalahan
yang dihadapi. Pemilihan rencana tindakan harus didasarkan
atas kerangka berfikir yang jelas sehingga diyakini akan
dapat menyelesaikan permasalahan. (Ridwan Abdullah Sani
dan Sudiran, 2016: 26). Kegiatan yang dilakukan adalah:
1) Mengadakan pertemuan dengan guru kelas III MI
Ma’arif Banyukuning untuk berdiskusi tentang
persiapan penelitian.
2) Menyiapkan materi.
3) Menyiapkan metode pembelajaran dalam penyelesaian
masalah.
4) Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).
5) Membuat lembar soal evaluasi untuk mengetahui hasil
belajar siswa.
6) Memberi instrumen penelitian berupa lembar observasi
15
7) Memberi instrumen penelitian berupa lembar observasi
kegiatan siswa.
b. Pelaksanaan
Pelaksanaan atau tindakan merupakan penerapan dari
perencanaan yang telah dibuat untuk mengatasi permasalahan
yang telah diidentifikasi dan dianalisis penyebabnya pada
tahap awal. Tahapan pelaksanaan tindakan tersebut harus
diupayakan sesuai dengan perencanaan pembelajaran yang
telah disusun. (Ridwan Abdullah Sani dan Sudiran, 2016:
27).
Maka peneliti dapat menyimpulkan bahwa pelaksanaan
tindakan diwujudkan guru dari perencanaan berupa solusi
tindakan sebelumnya. Kegiatan pembelajaran terdiri dari tiga
kegiatan yaitu pendahuluan, inti (eksplorasi, elaborasi,
konfirmasi), dan penutup.
c. Observasi atau Pengamatan
Observasi atau pengamatan perlu dilakukan untuk
melihat, mengumpulkan data, dan mendokumentasikan
proses pelaksanaan tindakan. Data utama yang perlu
dianalisis dalam sebuah laporan PTK adalah tentang proses
belajar mengajar. (Ridwan Abdullah Sani dan Sudiran, 2016:
16
Pengamatan dalam penelitian tindakan kelas yaitu
pengamatan yang dilakukan oleh peneliti. Pengamatan ini
dilakukan dengan cara mengamati guru pada proses
pembelajaran dengan menggunakan lembar observasi serta
tes evaluasi untuk menggali data hasil belajar siswa setelah
dilakukan proses pembelajaran menggunakan metode
bermain peran dengan media gambar.
d. Analisis atau Refleksi
Refleksi merupakan kegiatan analisis, interpretasi, dan
menarik kesimpulan berdasarkan data yang telah diteliti
terhadap semua informasi yang diperoleh dari observasi atas
pelaksanaan tindakan. Kegiatan refleksi ini dimaksudkan
untuk menemukan kekuatan dan kelemahan tindakan yang
dilakukan, mengidentifikasi rintangan yang dihadapi, dan
menganalisis pengaruh yang terjadi dengan melakukan
17
Berikut bagan siklus prosedur Penelitian Tindakan
Kelas (PTK):
SIKLUS I
SIKLUS II
Siklus selanjutnya
Gambar 1.1 Siklus dalam Prosedur PTK 4. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah alat bantu yang digunakan dalam
penelitian. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:
a. Silabus IPS Kelas III.
b. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran.
18
d. Lembar observasi untuk mengamati guru terhadap penerapan
metode bermain peran dengan media gambar.
5. Pengumpulan Data
Dalam penelitian Tindakan Kelas ini tekhnik yang akan
digunakan dalam pengumpulan data adalah:
a. Tes Tertulis
Tes tertulis merupakan bentuk instrumen penilaian
yang biasa dilakukan di setiap kegiatan penilaian. Tes tertulis
ada dua bentuk soal yaitu: a) Soal dengan pilihan ganda, dan
b) Soal dengan uraian singkat. (Trianto, 2013: 263 diakses
dari http://books.google.co.id pada tanggal 26 April 2018 jam
17.37).
Teknik ini peneliti gunakan untuk mengukur ketuntasan
dan peningkatan prestasi belajar siswa terhadap materi
kegiatan jual-beli yang diajarkan guru. Siswa dikatakan telah
mencapai tingkat penguasaan materi apabila telah mencapai
nilai minimal 70 dari target yang ditentukan. Tes ini
dilakukan setelah proses pembelajaran menggunakan metode
bermain peran berlangsung.
b. Pengamatan (Observasi)
Pengamatan (observasi) adalah metode pengumpulan
data dimana peneliti atau kolaboratornnya mencatat informasi
19
(W. Gulo, 2000: 116 diakses dari http://books.google.co.id
pada tanggal 18 April 2018 jam 18.13).
Observasi ini dilakukan terhadap peserta didik dan guru
selama pembelajaran berlangsung untuk mengetahui tingkat
kelebihan dan kekurangan dalam pembelajaran IPS dengan
menggunakan metode bermain peran.
c. Dokumentasi
Dokumentasi merupakan tekhnik pengumpulan data
penelitian mengenai hal-hal atau variabel yang berupa
catatan, transkip, buku, surat, foto, surat, koran, dan lain-lain.
(Johni Dimyati, 2013: 100 diakses dari
http://books.google.co.id pada tanggal 26 April 2018 jam
17.49).
Peneliti menggunakan dokumentasi sebagai salah satu
tekhnik memperoleh data yang berupa foto. Dokumentasi ini
dilakukan pada saat proses pembelajaran berlangsung,
sehingga aktivitas siswa dan guru selama pembelajaran IPS
dengan metode bermain peran akan terekam dalam foto.
Dokumentasi foto dilakukan sebagai bukti visual kegiatan
pembelajaran selama penelitian berlangsung. Foto tersebut
merupakan sumber data yang dapat memperjelas data yang
20 6. Analisis Data
Analisis data dilakukan dengan membandingkan antara skor
nilai tiap siklus dengan KKM yang telah ditentukan yaitu 70
(sesuai KKM yang berlaku di MI Ma’arif Banyukuning Kecamatan
Bandungan Kabupaten Semarang). Oleh karena itu, siswa
dikatakan tuntas belajarnya atau mencapai KKM jika nilai
perolehan siswa ≥ 70. Sebaliknya siswa dikatakan belum tuntas
belajarnya atau belum mencapai KKM jika nilai perolehan siswa ≤
70. Selanjutnya untuk menentukan akhir perbaikan melalui
siklus-siklus digunakan tolak ukur Kriteria Ketuntasan Klasikal. Suatu
kelas dikatakan tuntas belajarnya jika dalam kelas tersebut ≥ 85%
siswa telah tuntas belajarnya. (Trianto, 2010: 241).
Penilaian rata-rata digunakan untuk mengukur hasil belajar
siswa dengan menggunakan rumus sebagai berikut (Zainal aqib
dkk, 2014: 40):
X = ∑
∑ X 100%
Keterangan:
X = Nilai rata-rata
∑ = Jumlah semua nilai siswa
21
Sedangkan Persentase ketuntasan klasikal dapat dihitung
menggunakan rumus (Zainal Aqib, 2014:41):
P = ∑
∑ X 100%
H. Sistematika Penulisan
Bagian awal yang meliputi Halaman Sampul, Halaman Judul (sama
dengan halaman sampul), Lembar Logo IAIN, Persetujuan Pembimbing,
Pernyataan Keaslian Tulisan, Pengesahan Kelulusan, Moto dan
Persembahan, Kata Pengantar, Abstrak, Daftar Isi, Daftar Tabel, Daftar
Gambar, dan Daftar Lampiran.
BAB I Pendahuluan berisi Latar Belakang Masalah, Rumusan
Masalah, Tujuan Penelitian, Kegunaan Penelitian, Definisi Operasional,
Hipotesis Tindakan dan Indikator Keberhasilan, Metode Penelitian
(Rancangan Penelitian, Subjek Penelitian, Langkah-Langkah Penelitian,
Instrumen Penelitian, Pengumpulan Data, Analisis Data), dan Sistematika
Penulisan.
BAB II Kajian Teori mencakup: Hasil Belajar, Pengertian IPS
(Ilmu Pengetahuan Sosial), Materi Kegiatan Jual-Beli, Metode Bermain
Peran, dan Media Gambar. Sedangkan Kajian Pustaka diambil dari
penelitian terlebih dahulu.
BAB III Pelaksanaan Penelitian berisi tentang Gambaran Umum
MI Ma’arif Banyukuning. Deskripsi Pra Siklus, Deskripsi Pelaksanaan
22
data dan refleksi. Deskripsi Pelaksanaan siklus II yang meliputi rencana,
pelaksanaan, pengamatan/pengumpulan data dan refleksi.
BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan meliputi Deskripsi per
siklus (Data hasil penelitian, Refleksi). Serta Pembahasan.
23 BAB II
LANDASAN TEORI
A. Kajian Teori 1. Hasil Belajar
a. Pengertian Belajar
Belajar merupakan aktivitas manusia yang sangat vital dan
secara terus-menerus akan dilakukan selama manusia tersebut
masih hidup. Manusia tidak mampu hidup sebagai manusia jika ia
tidak di didik atau di ajar oleh manusia lainnya. (M. Thobroni,
2016: 15). Sebab manusia yang tanpa di didik dan tanpa campur
tangan manusia lain tidak akan mempunyai potensi untuk
dikembangkan baik kepandaian yang bersifat jasmaniah (skill,
motor ability) maupun kepandaian yang bersifat ruhaniah karena
manusia adalah makhluk sosial budaya.
Menurut R. Gagne (1989) dalam bukunnya Ahmad Susanto,
2013: 1) belajar dapat didefinisikan sebagai suatu proses dimana
suatu organisme berubah perilakunnya sebagai akibat pengalaman.
Belajar dan mengajar merupakan dua konsep yang tidak dapat
dipisahkan satu sama lain dua konsep ini menjadi terpadu dalam
satu kegiatan dimana terjadi interaksi antara guru dengan siswa,
24
Bagi Gagne belajar dimaknai sebagai suatu proses untuk
memperoleh motivasi dalam pengetahuan, keterampilan,
kebiasaan, dan tingkah laku. Dalam teorinnya yang disebut The
domains of learning menyimpulkan bahwa segala sesuatu yang
dipelajari oleh manusia dapat dibagi menjadi lima kategori, yaitu:
a) Keterampilan motoris (motor skill), b) Informasi verbal, c)
Kemampuan Intelektual, d) Strategi Kognitif, dan e) sikap
(attitude).
Adapun menurut Burton dalam Usman dan setiawati (1993:
4) belajar dapat diartikan sebagai perubahan tingkah laku pada diri
individu berkat adannya interaksi antara individu dengan individu
lain dan individu dengan lingkungannya sehingga mereka lebih
mampu berinteraksi dengan lingkungannya.
Sementara menurut E. R. Hilgard (1962), belajar adalah suatu
perubahan kegiatan rekreasi terhadap lingkungan. Perubahan
kegiatan yang dimaksud mencakup pengetahuan, kecakapan,
tingkah laku, dan ini diperoleh melalui latihan (pengalaman).
(Ahmad Susanto, 2013: 3).
Dari beberapa pengertian belajar diatas, sehingga penulis
dapat menyimpulkan bahwa belajar adalah suatu aktivitas yang
dilakukan oleh seseorang yang dilakukan secara sadar dan sengaja
25
kogitif, afektif dan psikomotor serta perubahan tingkah laku ke
arah yang lebih baik.
Sebagaimana perintah untuk belajar telah difirmankan oleh
Allah SWT melalui Surat Al-‘Alaq (96) ayat 1-5 yang tertulis
indah dalam Al-Qur’an, yaitu sebagai berikut:
{ َقَلَخ يِ ذلَّا َكِّبَر ِ مسْ ِبِ ْأَرمقا
Artinya : “Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang
menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha Pemurah, yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam. Dia mengajar kepada
manusia apa yang tidak diketahuinya.”(al -Qur’an al-Karim, 2013:597).
b. Pengertian Hasil Belajar
Hasil Belajar, yaitu perubahan-perubahan yang terjadi pada
diri siswa, baik yang menyangkut aspek kognitif, afektif, dan
psikomotor sebagai hasil dari kegiatan belajar (Ahmad Susanto,
2013: 5). Pengertian tentang hasil belajar sebagaimana diuraikan di
atas dipertegas lagi oleh Nawawi dalam K. Brahim (2007: 39) yang
menyatakan bahwa hasil belajar dapat diartikan sebagai tingkat
26
yang dinyatakan dalam skor yang diperoleh dari hasil tes mengenal
sejumlah materi pelajaran tertentu.
Secara sederhana, yang dimaksud dengan hasil belajar siswa
adalah kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan
belajar. (Ahmad Susanto, 2013: 5). Hasil belajar pada dasarnya
suatu keterampilan yang berupa keterampilan dan perilaku baru
sebagai akibat dari latihan atau pengalaman yang diperoleh.
(Hartiny, 2010: 33).
Dari beberapa pengertian diatas, penulis dapat menyimpulkan
bahwa hasil belajar adalah kemampuan perubahan yang dimiliki
oleh siswa setelah menerima pengalaman belajar baik kemampuan
secara kognitif, afektif, dan psikomotorik.
c. Jenis Hasil Belajar Siswa
Menurut Bloom (dalam Suprijono, 2002: 6) pada bukunnya
(M. Tobroni, 2016: 21-22) jenis hasil belajar itu meliputi 3 (tiga)
ranah atau aspek, yang mencakup kemampuan kognitif, afektif,
dan psikomotorik.
1) Domain Kognitif mencakup:
a) Knowledge (pengetahuan, ingatan).
b) Comprehension (pemahaman, menjelaskan, meringkas,
contoh).
c) Application (menerapkan).
27
e) Synthesis (mengorganisasikan, merencanakan, membentuk
bangunan baru).
f) Evaluating (menilai).
2) Domain Afektif mencakup:
a) Receiving (sikap menerima).
b) Responding (memberikan respons).
c) Valuing (nilai).
d) Organization (organisasi).
e) Characterization (karakterisasi).
3) Domain Psikomotor mencakup:
a) Intiatory.
b) Pre-routine.
c) Rountinized.
d) Keterampilan produktif, tekhnik, fisik, sosial, manajerial,
dan intelektual.
Pada jenis hasil belajar ini, perubahan perilaku mencakup
secara keseluruhan bukan hanya salah satu aspek potensi
kemanusiaan saja. Artinnya, bahwa hasil pembelajaran yang
dikategorikan oleh para pakar pendidikan sebagaimana
diantarannya sudah disebutkan diatas tidak dilihat secara
28
d. Faktor- Faktor Yang Mempengaruhi Hasil Belajar Siswa Menurut Wasliman (2007: 158) dalam bukunnya (Ahmad
Susanto, 2013: 12-13), hasil belajar yang dicapai oleh peserta didik
merupakan hasil interaksi antara berbagai faktor yang
mempengaruhi, baik faktor internal maupun eksternal. Secara
perinci, uraian mengenai faktor internal dan eksternal, sebagai
berikut:
1) Faktor Internal
Faktor internal merupakan faktor yang bersumber dari
dalam diri peserta didik, yang memengaruhi kemampuan
belajarnya. Faktor internal ini meliputi:
a) Faktor Kecerdasan
Siswa yang tingkat kecerdasannya rendah akan
menyebabkan kemampuan mengikuti kegiatan
pembelajaran agak lambat. Kalau dia berada dalam
kelas yang rata-rata tingkat kecerdasannya tinggi,
kemungkinan akan tercecer dalam pembelajaran. Hasil
yang dicapainnya pun belum sampai optimal. Selain
itu, kecerdasan sangat mempengaruhi cepat/lambatnya
kemajuan belajar siswa.
b) Faktor Minat dan Perhatian
Minat adalah kecenderungan yang tinggi terhadap
29
dengan baik dan teliti terhadap sesuatu. Minat dan
perhatian biasannya berkaitan erat. Apabila seorang
siswa menaruh minat pada satu pelajaran tertentu,
biasannya cenderung untuk memperhatikannya dengan
baik. Minat dan perhatian yang tinggi pada mata
pelajaran akan memberi dampak yang baik bagi hasil
belajar siswa. Oleh karena itu, seorang siswa harus
menaruh minat dan perhatian yang tinggi dalam proses
pembelajaran di sekolah. Dengan minat dan perhatian
yang tinggi, kita boleh yakin akan berhasil dalam
pembelajaran.
c) Faktor Bakat
Bakat adalah potensi-potensi yang dimiliki
seseorang yang dibawa sejak lahir. Apabila pelajaran
yang di ikuti siswa tidak sesuai dengan bakat yang
dimiliki, prestasi belajarnya tidak akan mencapai hasil
yang tinggi.
d) Faktor Kesehatan
Siswa yang kesehatannya sering terganggu
menyebabkan banyak waktunya untuk beristirahat. Hal
itu membuatnya tertinggal pelajaran. Prestasi siswa ini
kemungkinan belum dapat optimal. Karena itu, orang
30
Makanan yang bersih dan bergizi perlu mendapat
perhatian.
2) Faktor Eksternal
Faktor eksternal yaitu faktor yang berasal dari luar diri
peserta didik yang memengaruhi hasil belajar yaitu keluarga,
sekolah, dan masyarakat. Faktor eksternal ini meliputi:
a) Faktor Keluarga
Faktor ini meliputi faktor orang tua, faktor
suasana rumah, dan faktor ekonomi keluarga.
(1) Faktor Orang Tua
Faktor orang tua merupakan faktor yang
besar pengaruhnya terhadap kemajuan belajar
anak. Akan tetapi, prestasi belajar anak akan
terhambat apabila cara orang tua mendidik
anak-anak yang kurang baik, teladan yang kurang, dan
hubungan orang tua dengan anak yang kurang
baik.
(2) Faktor Suasana Rumah
Suasana rumah yang terlalu gaduh atau
terlalu ramai tidak akan memberikan anak belajar
dengan baik. Begitu juga dengan hubungan
anggota keluarga yang kurang harmonis dan
31
bingung, dan dirundung kekecewaan serta
tekanan batin yang terus menerus, akhirnya anak
malas belajar dan terhambat dalam belajarnya.
(3) Faktor Ekonomi Keluarga
Faktor ekonomi keluarga banyak
menentukan juga dalam belajar anak. Kalau
ekonomi keluarga kurang, kebutuhan hidup dan
perlengkapan belajar belum dapat dipenuhi
dengan baik. Sehingga membuat anak cenderung
akan merasa kecewa, putus asa dan dorongan
belajar mereka akan berkurang sekali.
Dari ketiga faktor yang ada dalam keluarga,
maka dapat disimpulkan bahwa faktor tersebut
kerap sekali menjadi penghambat bagi prestasi
belajar siswa.
b) Faktor Sekolah
Di dalam sekolah kadang-kadang juga menjadi
faktor hambatan bagi anak. Termasuk dalam faktor ini,
misalnya:
1) Metode yang dipakai guru kurang sesuai dengan
materi, monoton, kurang variatif, sehingga
32
2) Faktor hubungan guru dengan murid kurang
dekat. Biasannya kalau gurunnya dibenci atau
tidak disukai, hasil belajar siswa kurang baik.
3) Faktor hubungan siswa dengan siswa. Apabila
hubungan siswa kurang baik, hal itu akan
mengganggu hasil belajar.
4) Faktor guru yang meliputi mengajar terlalu cepat,
suara kurang keras, penguasaan materi kurang
baik, penguasaan kelas rendah, motivasi rendah,
dan terlalu banyak jam mengajar. Tentunnya itu
akan menganggu hasil belajar siswa.
5) Faktor sarana sekolah, misalnya gedung, ruangan,
meja-kursi, dan buku-buku, jika kurang memadai
akan menganggu hasil belajar. Begitu pula
dengan lingkungan yang ramai seperti pasar,
pusat perbelanjaan, rumah sakit, jalan raya.
c) Faktor Masyarakat
Faktor masyarakat yang dapat menghambat
kemajuan belajar anak adalah sebagai berikut:
1) Faktor media massa, misalnya acara televisi,
radio, majalah, dapat mengganggu waktu belajar.
2) Faktor teman gaul yang kurang baik, misalnya
33
tropika, terlalu banyak bermain, itu merupakan
hal yang paling banyak merusak prestasi belajar
dan perilaku siswa.
2. IPS di Madrasah Ibtidaiyah
a. Pengertian Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)
Ilmu Pengetahuan Sosial, yang sering disingkat IPS, adalah
ilmu pengetahuan yang mengkaji berbagai disiplin ilmu sosial dan
humaniora serta kegiatan dasar manusia yang dikemas secara
ilmiah dalam rangka memberi wawasan dan pemahaman yang
mendalam kepada peserta didik, khususnya di tingkat dasar dan
menengah (Ahmad Susanto,2013: 137).
Hakikat IPS di sekolah dasar memberikan pengetahuan dasar
dan keterampilan sebagai media pelatihan bagi siswa sebagai
warga negara sedini mungkin. Karena pendidikan IPS tidak hanya
memberikan ilmu pengetahuan semata, tetapi harus berorientasi
pada pengembangan keterampilan berpikir kritis, sikap, dan
kecakapan-kecakapan dasar siswa yang berpijak pada kenyataan
kehidupan sosial kemasyarakatan sehari-hari dan memenuhi
kebutuhan bagi kehidupan sosial siswa di masyarakat (Ahmad
Susanto, 2013: 138).
Menurut Maryani dalam bukunya Ahmad Susanto (2013:
140) pendidikan IPS adalah bahan kajian yang terpadu yang
34
konsep-konsep dan keterampilan disiplin sejarah, geografi,
sosiologi, antropologi, politik, dan ekonomi yang diorganisasikan
secara ilmiah dan psikologis untuk tujuan pembelajaran.
Menurut Banks dalam bukunya Ahmad Susanto (2013: 140)
pendidikan IPS adalah social studies merupakan bagian dari
kurikulum di sekolah yang bertujuan untuk membantu
mendewasakan siswa supaya dapat mengembangkan pengetahuan,
keterampilan, sikap, dan nilai-nilai dalam rangka berpartisipasi di
dalam masyarakat, negara, dan bahkan di dunia. Banks
menekankan begitu pentingnya pendidikan IPS diterapkan di
sekolah-sekolah, mulai dari tingkat dasar sampai ke perguruan
tinggi, terutama di sekolah dasar dan menengah.
Menurut Jarolimek dalam bukunya Ahmad Susanto (2013:
141) pendidikan IPS adalah berhubungan erat dengan pengetahuan,
keterampiln, sikap, dan nilai-nilai yang memungkinkan siswa
berperan serta dalam kelompok masyarakat di mana ia tinggal.
Kedua pengertian di atas, yang di berikan oleh Banks dan
Jarolimek menekankan kepada upaya pembentukan moral anak
sebagai warga negara atau anggota masyarakat yang mampu
berperan serta dalam kelompok hidupnya.
Menurut Buchari Alma dalam bukunya Ahmad Susanto
(2013: 141) IPS adalah sebagai suatu program pendidikan yang
35
manusia dalam lingkungan alam fisik, maupun dalam lingkungan
sosialnya dan yang bahannya diambil dari berbagai ilmu sosial,
seperti : geografi, sejarah, ekonomi, antropologi, sosiologi, politik,
dan psikologi. Dengan mempelajari IPS ini sudah semestinya siswa
mendapatkan bekal pengetahuan yang berharga dalam memahami
dirinya sendiri dan orang lain dalam lingkungan masyarakat yang
berbeda tempat maupun waktu, baik secara individu maupun
secara kelompok, untuk menemukan kepentingannya yang
akhirnya dapat terbentuk suatu masyarakat yang baik dan
harmonis.
Dari beberapa pengertian IPS yang dikemukakan oleh para
ahli, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa pendidikan IPS
khususnya di tingkat sekolah dasar adalah suatu bahan kajian yang
terpadu yang merupakan penyederhanaan, adaptasi, seleksi, dan
modifikasi yang diorganisasikan dari konsep-konsep dan
keterampilan sejarah, geografi, sosiologi, antropologi, dan
ekonomi. (Rudy Gunawan, 2013: 48).
Atau dengan kata lain, bahwa materi IPS untuk jenjang
sekolah dasar tidak terlihat aspek disiplin ilmu karena yang lebih
dipentingkan adalah dimensi pedagogik dan psikologis serta
karakteristik kemampuan berpikir peserta didik yang bersifat
36
b. Tujuan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)
Pembelajaran IPS bertujuan membentuk warga negara yang
berkemampuan sosial dan yakin akan kehidupannya sendiri di
tengah-tengah kekuatan fisik dan sosial, yang pada gilirannya akan
menjadi warga negara yang baik dan bertanggung jawab,
sedangkan ilmu sosial bertujuan menciptakan tenaga ahli dalam
bidang ilmu sosial. (Rudy Gunawan, 2013: 48-49).
Tujuan utama pembelajaran IPS ialah untuk mengembangkan
potensi peserta didik agar peka terhadap masalah sosial yang
terjadi di masyarakat, memiliki sikap mental, positif terhadap
perbaikan segala ketimpangan yang terjadi, dan terampil mengatasi
setiap masalah yang terjadi sehari-hari baik yang menimpa
dirinnya sendiri maupun yang menimpa masyarakat. (Ahmad
Susanto, 2013: 145).
Demikian pula dalam kaitannya dengan KTSP, pemerintah
telah memberikan arah yang jelas pada tujuan dan ruang lingkup
pembelajaran IPS, yaitu:
1) Mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan
masyarakat dan lingkungannya.
2) Memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis,
rasa ingin tahu, inkuiri, memecahkan masalah, dan
37
3) Memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial
dan kemanusiaan.
4) Memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerja sama dan
berkompetisi dalam masyarakat yang majemuk, di tingkat
lokal, nasional, dan global.
Pembelajaran IPS mempunyai misi utama yang sangat mulia,
sebagaimana dikemukakan oleh Djahiri dalam bukunnya Ahmad
Susanto (2013: 149-150), yaitu memanusiakan manusia dan
memasyarakatkan secara fungsional, dan penuh rasa kebersamaan
serta rasa tanggung jawab, hendaknya mampu menampilkan
harapan-harapan sebagai berikut:
1) Mampu memberikan pembekalan pengetahuan tentang
manusia dan seluk-beluk kehidupannya dalam astagatra
kehidupan.
2) Membina kesadaran, keyakinan, dan sikap tentang
pentingnya hidup bermasyarakat dengan penuh rasa
kebersamaan, bertanggung jawab, dan manusiawi.
3) Membina keterampilan hidup bermasyarakat dalam negara
Indonesia yang berlandaskan Pancasila.
4) Membina perbekalan dan kesiapan siswa untuk belajar lebih
lanjut dan atau melanjutkan studi ke jenjang yang lebih
38
Selanjutnya Djahiri juga menekankan bahwa keempat fungsi
peran harapan pembelajaran IPS di sekolah dasar hendaknya
memerhatikan prinsip-prinsip sebagai berikut:
1) Tingkat perkembangan usia dan belajar siswa.
2) Pengalaman belajar dan lingkungan budaya siswa.
3) Kondisi kehidupan masyarakat sekitar masa kini dan kelak
yang diharapkan.
4) Proyeksi harapan pembangunan nasional atau daerah yang
tentunnya mampu dijangkau dan diperankan siswa kini dan
kelak dikemudian hari.
5) Isi dan pesan nilai moral budaya bangsa, Pancasila dan
agama yang dianut yang diakui bangsa dan negara Indonesia.
Tujuan lain, secara eksplisit dengan mempelajari kondisi
masyarakat seperti yang dimuat dalam pendidikan IPS ini, maka
siswa akan dapat mengamati dan mempelajari norma-norma atau
peraturan serta kebiasaan-kebiasaan baik yang berlaku dalam
masyarakat tersebut, sehingga siswa mendapat pengalaman
langsung dengan adannya hubungan timbal balik yang saling
memengaruhi antara kehidupan pribadi dan masyarakat. Dalam
pendidikan IPS tersebut, siswa akan memperoleh pengetahuan dari
yang sederhana sampai yang lebih luas (expanding comunity),
yakni siswa akan mulai diperkenalkan dengan diri sendiri (self),
39
atau desa, kecamatan, kota/kabupaten, provinsi, negara, negara
tetangga, kemudian dunia.
Pendidikan IPS di sekolah dasar harus memerhatikan
kebutuhan anak yang berada pada usia berkisar antara 6-7 tahun
sampai 11-12 tahun. Masa usia ini menurut Piaget dalam bukunnya
(Ahmad Susanto, 2013: 152-153) berada dalam perkembangan
kemampuan intelektual kognitifnya pada tingkatan konkret
operasional. Mereka memandang dunia dalam keseluruhan yang
utuh, dan menganggap tahun yang akan datang sebagai waktu yang
masih jauh. Yang mereka pedulikan ialah masa sekarang
(=konkret), dan bukan masa depan yang belum bisa mereka pahami
(=abstrak).
Itulah sebabnya pendidikan IPS di sekolah dasar bergerak
dari yang konkret menuju ke yang abstrak dengan mengikuti pola
pendekatan lingkungan yang semakin meluas (expanding
environment approach) dan pendekatan spiral dengan memulai
dari yang mudah kepada yang sukar, dari yang sempit menjadi
lebih luas, dari yang dekat menuju ke yang jauh, dan seterusnya.
(Ahmad Susanto, 2013: 152-153).
c. Fungsi Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)
Ilmu Pengetahuan Sosial selain mempunyai tujuan
membentuk warga negara yang baik, dengan memiliki kemampuan
40
masyarakat, juga memiiki fungsi aplikatif. Fungsi yang dimaksud
adalah ilmu pengetahuan sosial sebagai pendidikan. Fungsi ilmu
pengetahuan sosial sebagai pendidikan, selain memberikan bekal
pengetahuan dan keterampilan sosial dalam kehidupan sehari-hari.
Yang dimaksud keterampilan sosial, yaitu keterampilan melakukan
sesuatu yang berhubungan dengan kepentingan hidup
bermasyarakat, seperti bekerja sama, gotong royong,
tolong-menolong sesama umat manusia, dan melakukan tindakan dalam
memecahkan persoalan sosial masyarakat. Sedangkan keterampilan
intelektual dalam ilmu pengetahuan sosial adalah keterampilan
berpikir, kecepatan dalam memanfaatkan pikiran, cepat tanggap
dalam menghadapi permasalahan sosial di masyarakat. (Rasimin,
2012: 40).
Menurut Sumaatmadja dalam bukunya Rasimin (2012: 40)
fungsi ilmu pengatahuan sosial sebagai program pendidikan adalah
mengembangkan perhatian dan kepedulian sosial siswa terhadap
kehidupan di masyarakat dan bermasyarakat.
Secara sederhana dapat dikatakan bahwa fungsi ilmu
pengetahuan sosial sebagai pendidikan adalah membina siswa
menjadi warga negara yang baik yang memiliki pengetahuan
keterampilan dan kepedulian sosial yang berguna bagi dirinya
sendiri serta bagi masyarakat dan negara. Mengingat bahwa
41
terus-menerus, maka landasan pengembangan ilmu pengetahuan
sosial sebagai program pendidikan harus disesuaikan dengan
tuntutan dan perubahan sekaligus kemajuan masyarakat. (Rasimin,
2012: 40).
d. Silabus dan Standar Kompetensi Pembelajaran IPS Kelas III
Dalam silabus kelas III Ilmu Pengetahuan sosial SD/MI
Departemen Pendidikan Nasional terdapat standar kompetensi
untuk mata pelajaran IPS. Standar kompetensi yaitu kompetensi
yang harus dikuasai oleh siswa setelah melalui proses
pembelajaran. Dibawah ini tabel silabus dan standar kompetensi
42 Tabel 2.1
Silabus IPS Kelas III Semester II Materi Kegiatan Jual Beli
Standar
Kegiatan Belajar Indikator Pencapaian Kompetensi
43 Tabel 2.2
Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar IPS Kelas III
Tahun Pelajaran 2017/2018
Semester Standar Kompetensi Kompetensi Dasar
2 2. Memahami jenis pekerjaan
dan penggunaan uang.
2.3 Memahami kegiatan
jual beli di
lingkungan rumah
dan sekolah.
3. Materi Kegiatan Jual Beli
a. Pengertian Kegiatan Jual Beli
Kegiatan jual beli adalah kegiatan yang dilakukan antara
penjual dan pembeli dalam suatu tempat. Kegiatan jual beli
terdapat jika memenuhi syarat-syarat tertentu. Jika salah satu syarat
tidak terpenuhi maka jual beli tidak akan terjadi.
b. Syarat Jual Beli
1) Penjual, adalah orang yang merelakan barangnya untuk
ditukar dengan uang. Atau juga bisa diartikan sebagai orang
yang menjual barang dagangan kepada pembeli.
2) Pembeli, adalah orang yang merelakan uangnya untuk ditukar
dengan barang. Atau juga bisa diartikan sebagai orang yang
membeli barang dagangan dari penjual.
3) Barang dagangan, adalah barang yang akan diperjualbelikan
dan beraneka ragam bentuknya. Misalnya : buah, sayur,
makanan siap saji, barang dalam kemasan, dan benda atau
44
c. Kegiatan Jual Beli di Lingkungan Rumah 1) Pasar
Pasar merupakan tempat berkumpulnya penjual dan
pembeli. Semua kebutuhan sehari-hari tersedia di pasar. Ada
kios yang khusus menjual berbagai macam barang. Ada kios
yang khusus menjual sayuran, daging, sembako, dan masih
banyak yang lain. Dipasar kita dapat memilih dan menawar
barang yang akan kita beli, sehingga kita dapat membeli
kebutuhan kita dengan harga yang lebih murah.
a) Syarat terjadinnya pasar:
(1) Adannya penjual.
(2) Adannya pembeli.
(3) Ada barang yang diperjualbelikan.
(4) Ada transaksi jual beli.
(5) Ada tempat transaksi.
b) Ciri pasar tradisional:
(1) Terdiri dari banyak penjual.
(2) Pasar dibagi menjadi beberapa gang.
(3) Bisa dilakukan tawar menawar harga antara
penjual dan pembeli.
(4) Harga yang dibayar berdasarkan kesapakatan.
(5) Membayar langsung dengan pedagang.