• Tidak ada hasil yang ditemukan

STUDI KELAYAKAN PENDIRIAN INDUSTRI PENGOLAHAN SALAK SKALA KECIL DI KABUPATEN BANJARNEGARA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "STUDI KELAYAKAN PENDIRIAN INDUSTRI PENGOLAHAN SALAK SKALA KECIL DI KABUPATEN BANJARNEGARA"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

STUDI KELAYAKAN PENDIRIAN INDUSTRI PENGOLAHAN SALAK SKALA KECIL DI KABUPATEN BANJARNEGARA

Oleh:

Agus Suprapto1, Sardju Subagjo2, dan Poppy Arsil2 1). Mahasiswa Program Pascasarjana Magister Pertanian Unsoed 2). Staf Pengajar Program Pascasarjana Magister Pertanian Unsoed ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk: (1) Mengetahui kelayakan pendirian industri pengolahan salak skala kecil dalam aspek pasar dan pemasaran, teknis dan teknologi, manajemen operasional, hukum dan dampak lingkungan, dan finansial; (2) mengetahui industri pengolahan salak yang paling sesuai dikembangkan di Kabupaten Banjarnegara. Hasil penelitian menunjukkan, keempat industri pengolahan salak yang diteliti layak untuk dilaksanakan, namun industri kripik salak lebih unggul dibandingkan industri pengolahan yang lain, terutama dalam aspek pasar dan pemasaran serta aspek finansial. Kripik salak sudah cukup dikenal dan disukai masyarakat sehingga dalam pemasaran lebih mudah. Dalam aspek finansial, industri kripik salak memiliki nilai NPV, IRR, ROI, dan PI yang paling tinggi, dengan PBP terpendek dan BEP terendah. Sehingga dapat disimpulkan, industri kripik salak merupakan industri pengolahan yang paling sesuai di Kabupaten Banjarnegara.

Kata kunci: industri pengolahan salak, kripik salak, NPV, IRR, ROI, PI, PBP, BEP.

ABSTRACT

The aims of the research are: (1) to understanding feasibility of snakeskin fruit’s small scale processing industry in marketing aspect, technology aspect, operational management aspect, law and environment impact aspect, and financial aspect; (2) to know what industry that fit to established in Banjarnegara Regency. The result of the research shown that all four processing industry feasible established in Banjarnegara Regency, but snakeskin chips industry more feasible to established, especially in marketing and financial aspect. The chips have already known and consumer liked it. That’s makes marketing of the chips easier. In financial aspect, snakeskin chips industry has higher values of NPV, IRR, ROI, and PI, shortly PBP, and lowest BEP. So, snakeskin industry more fitted than other processing industries.

Keywords: snakeskin processing industry, snakeskin chips, NPV, IRR, ROI, PI, PBP, BEP

(2)

PENDAHULUAN

Salak merupakan hasil pertanian unggulan di Kabupaten Banjarnegara. Produksi salak Kabupaten Banjarnegara tahun 2004 sebanyak 198.187,2 ton, menempati urutan pertama di Jawa Tengah. Urutan kedua ditempati oleh Kabupaten Magelang dengan produksi sebanyak 12.775,2 ton.

Pada awalnya, Banjarnegara dikenal sebagai sentra produksi salak lokal Banjarnegara dengan buah yang besar-besar. Sejak tahun 1990-an, masyarakat Banjarnegara mulai mengembangkan jenis salak lain, yaitu salak pondoh. Salah pondoh yang dikembangkan di Banjarnegara ada dua macam, yaitu salak pondoh hitam (salak linting) dan salah pondoh nglumut.

Departemen Pertanian melalui Dinas Pertanian Tanaman Pangan Kabupaten Banjarnegara mendapat bantuan dana dari OECF (Overseas Economic Coorporation Fund), dan dilanjutkan bantuan dari JBIC (Japan Banking International Coorporation) pada tahun anggaran 1997/1998 sampai tahun 2002. Bantuan ini digunakan dalam bentuk kegiatan Proyek Pengembangan Agribisnis Salak (P2AS), yaitu untuk pengembangan salak jenis pondoh nglumut seluas 1.000 hektar (Dinas Pertanian Kebupatan Banjarnegara, 2002). Pada tahun 2006, tanaman salak yang dikembangkan oleh proyek P2AS mulai panen, sehingga produksi salak di Kabupaten Banjarnegara semakin melimpah.

Produksi salak yang melimpah, juga mendatangkan permasalahan bagi petani. Permasalahan timbul karena pasar tidak dapat menyerap semua produk petani, terutama salak lokal yang rasanya sedikit masam dan sepet, serta salak pondoh kelas B dan C (salak pondoh yang ukurannya kecil dan rasanya tidak

(3)

manis). Salak yang tidak terserap pasar biasanya dibiarkan tidak dipanen, karena biaya untuk memanen lebih besar dari harga jual salak.

Kelebihan produk ini perlu diupayakan agar dapat dimanfaatkan sehingga petani yang sudah bersusah payah menanam dan merawat tanamnnya sampai berbuah, tidak mengalami kerugian. Salah satu alternatif pemanfaatan kelebihan produksi buah salak adalah dengan mengolah buah salak segera menjadi produk olahan yang mempunyai nilai jual tinggi dan tidak mudah rusak. Untuk itu, diperlukan pengembangan agroindustri pengolahan salak yang diharapkan dapat menyerap semua produk salak, sehingga tidak ada lagi produk salak yang dibiarkan tidak dipanen dan membusuk.

Pengolahan buah salak dapat dilakukan dengan menggunakan teknologi yang sederhana, misalnya dalam pembuatan dodol salak, manisan salak, asinan salak, dan sirup salak. Dapat juga menggunakan teknologi proses yang cukup tinggi, yaitu pembuatan fruit leather dan kripik salak. Berdasar uraian tersebut, penulis tertarik untuk meneliti kemungkinan pendirian industri pengolahan salak baik skala kecil maupun menengah di Kabupaten Banjarnegara. Untuk itu, perlu diteliti studi kelayakan pendirian industri pengolahan salak di Kabupaten Banjarnegara.

Penelitian ini bertujuan untuk: (1) mengetahui kelayakan pendirian agroindustri pengolahan skala kecil dalam aspek pasar dan pemasaran, teknis dan teknologis, manajemen operasional, hokum dan dampak lingkungan, dan financial; (2) mengetahui industri pengolahan salak yang paling sesuai dikembangkan di Kabupaten Banjarnegara.

(4)

METODE PENELITIAN

Penelitian ini dilakukan di wilayah Kabupaten Banjarnegara dengan sasaran industri pengolahan salak dan didukung instansi-instansi terkait di wilayah Kabupaten Banjarnegara. Penelitian dilaksanakan bulan bulan April 2006 sampai dengan Juli 2006.

Data-data yang dikumpulkan meliputi data primer dan data sekunder. Pengumpulan data ini bertujuan untuk memperoleh informasi, gambaran, dan keterangan tentang hal-hal yang berhubungan dengan studi, sehingga data tersebut diharapkan dapat digunakan untuk pemecahan masalah dan pengambilan keputusan.

Metode yang digunakan dalam pengumpulan data primer adalah wawancara dan pengamatan langsung (survei lapang). Pengumpulan data sekunder dilakukan dengan studi pustaka dan mencatat data yang telah tersedia pada instansi-instansi yang ada hubungannya dengan penelitian ini. Responden yang dihubungi dalam survei lapang meliputi, para petani salak, pedagang salak, pengusaha industri olahan salak, konsumen, serta instansi-instansi terkait, seperti, Dinas Pertanian Tanaman Pangan, Dinas Perkebunan dan Kehutanan, Dinas Perindustrian, Perdagangan, dan Koperasi, Badan Pusat Statistik, Bappeda, Dinas Pekerjaan Umum, Badan Pertanian Nasional, dan lain-lain.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kelayakan pengembangan suatu agroindustri dapat dilihat berdasarkan lima aspek. Dalam penelitian ini, keempat agroindustri yang diteliti layak untuk

(5)

dikembangkan dari aspek teknis dan teknologis, manajemen operasional, serta hukum dan dampak lingkungan. Namun dalam hal aspek pasar dan pemasaran, terdapat agroindustri yang masih kurang layak. Dan sebagai penentu, dalam aspek finansial yang menunjukkan tingkat keuntungan dari agroindustri tersebut. Pembahasan akan difokuskan dalam aspek pasar dan pemasaran serta aspek finansial untuk menentukan agroindustri yang paling sesuai untuk dikembangkan di Kabupaten Banjarnegara.

A. Aspek Pasar dan Pemasaran

1. Agroindustri Kripik Salak

Hasil riset pasar menunjukkan, sebagian besar responden menyatakan pernah mengkonsumsi kripik salak (98,47%). Responden juga menyatakan sangat suka (51,16%), suka (31,78%), dan agak suka (17,06%). Tidak ada satupun responden yang menyatakan tidak suka terhadap kripik salak. Hal ini menunjukkan peluang pasar kripik salak sangat baik.

Kelemahan produk kripik salak menurut responden, antara lain, harganya terlalu tinggi, rasa yang terlalu manis, masih jarang tersedia, kemasan tidak baik, dan kualitas produk tidak memuaskan. Pendapat responden ini dapat digunakan untuk menyusun strategi pemasaran lebih lanjut.

2. Agroindustri Fruit Leather Salak

Riset pasar menunjukkan, seluruh responden tidak mengetahui mengenai produk fruit leather salak maupun fruit leather secara umum. Bahkan sebagian

(6)

besar sering keliru dengan produk berbahan baku kulit (leather) seperti tas, sepatu, dan sebagainya. Hasil ini sangat menyulitkan dalam pemasaran produk ini apabila produk ini dibuat. Karena image konsumen yang berbeda, seringkali membuat suatu produk tidak laku. Hasil ini menunjukkan, agroindustri fruit leather salak tidak layak dikembangkan dalam aspek pasar dan pemasaran.

3. Agroindustri Dodol Salak

Riset pasar menunjukkan, produk dodol salak cukup dikenal konsumen, di mana 74,11% responden menyatakan mengetahui dan pernah mengkonsumsi dodol salak. Sebagai besar responden (79,76%) juga menyatakan menyukai dodol salak. Hasil ini menunjukkan, agroindustri dodol salak layak dikembangkan dari aspek pasar dan pemasaran.

4. Agroindustri Sirup Salak

Hasil riset pasar menunjukkan, hanya 36,19% responden yang mengenal kripik salak, dan hanya 15,24% yang pernah mengkonsumsinya. Hasil ini menunjukkan, sirup salak belum begitu memasyarakat. Dengan demikian, diperlukan strategi pemasaran yang baik untuk dapat mengenalkan produk ini ke konsumen, apalagi dengan pesaing berbagai jenis sirup lainnya. Dengan hasil ini dapat dikatakan bahwa agroindustri sirup salak tidak layak dari aspek pasar dan pemasaran.

(7)

B. Aspek Finansial

Aspek finansial merupakan aspek terakhir dalam penentuan alternatif yang terbaik dalam pemilihan agroindustri pengolahan salak yang akan didirikan. Aspek finansial meliputi perhitungan NPV, IRR, PBP, BEP, ROI, dan PI (Tabel 1), serta analisis sensitivitas (Tabel 2)

1. Net Present Value (NPV)

Nilai NPV agroindustri kripik salak paling tinggi dibandingkan agroindustri yang lain. Hal ini menunjukkan keuntungan bersih yang didapatkan jauh lebih besar. Meskipun demikian, nilai NPV tidak bisa digunakan untuk menentukan suatu agroindustri lebih baik dibandingkan dengan agroindustri yang lain. Hasil ini hanya menunjukkan agroindustri kripik salak memiliki potensi keuntungan yang lebih tinggi dengan kisaran bahan baku yang sama (2.000 kg/bulan).

2. Internal Rate of Return (IRR)

Nilai IRR agroindustri kripik salak (80,21%) paling tinggi dibandingkan agroindustri yang lain. Sedangkan nilai IRR terendah pada agroindustri fruit leather salak. Hasil ini menunjukkan agroindustri kripik salak lebih tahan terhadap kenaikan suku bunga social (SOCC). Dengan demikian, agroindustri kripik salak lebih baik dibandingkan agroindustri pengolahan salak lain yang diteliti.

(8)

3. Pay Back Period (PBP)

Nilai PBP menunjukkan seberapa lama suatu agroindustri dapat mengembalikan modal yang digunakan. Semakin rendah PBP, semakin rendah kemungkinan suatu agroindustri mengalami kerugian. Agroindustri sirup salak memiliki PBP terendah, yaitu 1 tahun 3 bulan 5 hari. Hasil ini menunjukkan, agroindustri memiliki resiko kerugian yang lebih rendah didasarkan waktu pengembalian modal.

4. Break Event Point (BEP)

Nilai BEP (dalam rupiah) menunjukkan nilai yang harus diperoleh suatu agroindustri agar tidak mengalami kerugian. Nilai BEP diharapkan serendah mungkin, dengan demikian resikonya lebih rendah dan semakin cepat agroindustri berada pada tahap yang menguntungkan. Agroindustri kripik salak memiliki BEP terendah yaitu Rp238.991.581,00. Dengan demikian, agroindustri kripik lebih baik dalam hal BEP dibandingkan agroindustri yang lain.

5. Return on Investment (ROI)

Nilai ROI menunjukkan tingkat keuntungan yang dapat digunakan oleh suatu agroindustri untuk mengembalikan modal investasi. Nilai ROI dihitung dalam rerata persentase per tahun. Agroindustri dengan nilai ROI terbesar secara umum lebih kuat dibandingkan agroindustri dengan nilai ROI di bawahnya. Hasil penelitian menunjukkan, nilai ROI agroindustri kripik salak paling besar yaitu

(9)

demikian, agroindustri kripik memiliki tingkat likuiditas yang lebih tinggi dalam mengembalikan modal investasi.

6. Profitability Index (PI)

Nilai PI menunjukkan besarnya keuntungan operasional (benefit dikurangi biaya operasional) terhadap biaya investasi. Agroindustri dengan PI yang lebih dari 1 menunjukkan agroindustri tersebut mampu mengembalikan biaya investasi yang digunakannya. Dan semakin besar nilai PI, berarti agroindustri lebih likuid kondisi finansialnya.

Hasil penelitian menunjukkan, nilai PI untuk agroindustri kripik salak, fruit leather salak, dodol salak, dan sirup salak, masing-masing 3,17, 1,93, 2,33, dan 2,59. Semua agroindustri layak dalam hal nilai PI, namun agroindustri kripik salak memiliki PI yang paling besar, sehingga lebih baik dibandingkan agroindustri yang lain.

7. Analisis Sensitivitas

Analisis sensitivitas menunjukkan seberapa tahan (durabilitas) suatu agroindustri terhadap perubahan yang bersifat negatif. Dalam hal diujikan dua jenis perubahan, yaitu peningkatan biaya dan penurunan permintaan. Secara umum, menurunnya permintaan lebih berpengaruh dibandingkan peningkatan biaya (Tabel 2).

(10)

a). Peningkatan Biaya

Hasil analisis sensitivitas terhadap peningkatan biaya menunjukkan, masing-masing agroindustri pengolahan salak memiliki tingkat ketahanan yang berbeda. Agroindustri kripik salak tahan terhadap peningkatan biaya hingga 48%, agroindustri fruit leather salak 22%, agroindustri sirup salak 20%, dan yang terendah agroindustri dodol salak 11%.

Hasil ini menunjukkan, agroindustri kripik salak lebih tahan terhadap perubahan-perubahan yang dapat menimbulkan peningkatan harga. Resiko kerugian bagi investor lebih kecil dibandingkan agroindustri yang lain, terutama agroindustri dodol salak dengan ketahanan yang paling rendah.

b). Penurunan Permintaan

Agroindustri pengolahan salak sebagian besar lebih tidak tahan terhadap penurunan permintaan dibandingkan peningkatan biaya. Hanya dengan menurunnya permintaan sebesar 10%, agroindustri dodol salak sudah mengalami kerugian. Kondisi agroindustri fruit leather dan sirup salak lebih baik, mampu bertahan hingga penurunan penerimaan sebesar 18% dan 17%. Sedangkan agroindustri yang paling dapat bertahan adalah agroindustri kripik salak, yang hanya mengalami kerugian bila penerimaan menurun hingga 33% atau lebih.

SIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat diambil simpulan sebagai berikut:

(11)

1. Agroindustri kripik salak, dodol salak, dan sirup salak layak dilaksanakan berdasarkan aspek pemasaran dan finansial. Sedangkan agroindustri fruit leather salak tidak layak dari aspek pemasaran, namun layak dari aspek finansial.

2. Agroindustri kripik salak merupakan agroindustri yang paling layak dilaksanakan, terutama dengan melihat aspek pemasaran dan finansial.

(12)

Tabel 1. Hasil analisis finansial masing-masing agroindustri

Aspek Finansial Agroindustri

Kripik salak Fruit Leather Salak Dodol Salak Sirup Salak

1. NPV 2. IRR (%) 3. PBP 4. BEP (Rp) 5. ROI (%/tahun) 6. PI 244.252.797,40 80,21

1 tahun 3 bulan 11 hari 238.991.581,00

47,55 3,17

111.546.134,20 48,18

2 tahun 3 bulan 5 hari 328.304.055,00

21,43 1,93

93.310.362,40 61,91

1 tahun 2 bulan 11 hari 455.542.791,00

10,94 2,33

141.863.827,80 65,59

1 tahun 3 bulan 5 hari 340.498.626,00

19,14 2,59

Tabel 2. Sensitivitas masing-masing agroindustri (sampai agroindustri mengalami kerugian untuk pertama kali)

Sensitivitas Agroindustri

Kripik salak Fruit Leather Salak Dodol Salak Sirup Salak

Peningkatan biaya 48% 22% 11% 20%

Gambar

Tabel 2.  Sensitivitas masing-masing agroindustri (sampai agroindustri mengalami kerugian untuk pertama kali)

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan praktikum tugas akhir ini adalah untuk mengetahui kondisi optimum proses ekstraksi rimpang kencur dengan pengaruh variasi jumlah pelarut, suhu ekstraksi, refluk ratio,

Dari penjabaran tentang stroke dan faktor penurunan fungsi kognitif di atas, maka dalam penelitian kali ini dilakukan pembuatan sistem yang dapat digunakan untuk

KETERBATASAN, DAN SARAN Berdasarkan hasil pengujian hipotesi pertama pada penelitian ini menunjukkan bahwa variabel komunikasi, Penanganan Masalah, Kepercayaan,

ASET PADA KANTOR PERPUSTAKAAN DAN ARSIP DAERAH KABUPATEN KUDUS.. Disusun

Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana (KUHAP) kita telah memberikan hak kepada warga negaranya untuk melapor atau mengadu apabila mereka melihat,

• Lahan perkebunan mengalami penyusutan sebesar 16% dari total luas lahan yang ada sehingga produksi minyak sawitpun di Indonesia hanya mencapai 56.000 ton pada tahun 1948 /

Bahkan bila kita amati masih banyak lagi film-filam yang dikonsumsi oleh pemirsa (mad’u) seperti film Rahasia Illahi, Demi Masa, Insyaf, Taubat, dan masih banyak lagi film yang

Salah satu jejaring sosial yang berkembang dengan sangat cepat adalah twitter, twitter. Internet erat kaitannya dengan jejaring sosial, Jejaring sosial