• Tidak ada hasil yang ditemukan

b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud huruf a perlu menetapkan Peraturan Daerah Kabupaten Bantul tentang Retribusi Izin Trayek.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud huruf a perlu menetapkan Peraturan Daerah Kabupaten Bantul tentang Retribusi Izin Trayek."

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 01 TAHUN 2000

T E N T A N G RETRIBUSI IZIN TRAYEK

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANTUL

Menimbang : a. bahwa sebagai tindak lanjut ditetapkannnya Undang-undang Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah jo.Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun1997, perlu mengatur ketentuan retribusi izin trayek dengan Peraturan Daerah.

b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud huruf a perlu menetapkan Peraturan Daerah Kabupaten Bantul tentang Retribusi Izin Trayek.

Mengingat : 1. Undang-undang Nomor 15 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah- daerah Dalam lingkungan Daerah Istimewa Yogyakarta Jo. Peraturan Pemerintah Nomor 32 tahun 1930.

2. Undang-undang nomor 13 Tahun 1980 tentang Jalan (Lembaran Negara Tahun 1980 Nomor 83, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3186) Jo. Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 1986 (Lembaran Negara Nomor 3293).

3. Undang-undang Nomor 14 tahun 1992 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan (Lembaran Negara tahun 1992 Nomor 49, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3480)

4. Undang-undang Nomor 18 tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah (Lembaran Negara nomor 3685)

5. Undang-undang Noor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 60 ,Tambahan Lembaran Negara Nomor 3839)

(2)

6. Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 1993 tentang Angkutan Jalan (Lembaran Negara tahun 1993 Nomor 59,Tambahan Lembaran Negara Nomor 3527)

7. Peraturan Pemerintah Nomor 42 tahun 1993 tentang Pemeriksaan Kendaraan Bermotor di Jalan (Lembaran Negara Tahun 1993 Nomor 60 ,Tambahan Lembaran Daerah Negara Nomor 3528)

Dengan Persetujuan

DEWAN PERWAKILAN DAERAH KABUPATEN BANTUL MEMUTUSKAN

Menetapkan : PERATURAN DAERAH TENTANG RETRIBUSI IZIN TRAYEK BAB I

KETENTUAN UMUM Pasal 1

Dalam Peraturan Daerah ini yang di maksud dengan : 1. Daerah adalah Kabupaten Bantul.

2. Bupati adalah Kepala Daerah Kabupaten Bantul

3. Pemerintah Daerah adalah Bupati beserta perangkat Daerah Otonom yang lain sebagai Badan eksekutif Daerah.

4. Dinas Lalu Lintas dan Angkutan Jalan adalah unsur pelaksana pemerintah daerah di bidang lalu lintas dan angkutan jalan Kabupaten Bntul.

5. Kepala Dinas adalah Kepala Dinas Lalu Lintas dan Angkutan Jalan.

6. Badan adalah suatu bentuk badan usaha yang meliputi perseroan terbatas,perseroan komanditer,perseroan lainnya, badan usaha milik negara atau daerah dengan nama dan bentuk apapun,persekutuan, perkumpulan,firma,kongsi,koperasi,yayasan atau organisasi yang sejenis ,lembaga.dana pensiun, bentuk usaha tetap serta bentuk badan usaha lain. 7. Angkutan Umum adalah setiap kendaraan bermotor yang di sediakan untuk digunakan

oleh umum dengan di pungut bayaran.

8. Trayek adalah lintasan kendaraan umum untuk pelayanan jasa angkutan orang dengan mobil penumpang umum dan mobil bus umum yang mempunyai asal dan tujuan perjalanan tetap ,lintasan tetap dan jadwal tetap maupun tidak terjadwal dalam wilayah daerah

(3)

9. Angkutan pedesaan adalah angkutan dari suatu tempat ke tempat lain dalam suatu wilayah daerah dengan menggunakan mobil bus umum dan atau mobil penumpang umum yang terikat dengan dalam trayek tetap teratur.

10. Mobil penumpang pedesaan adalah setiap kendaraan bermotor yang dilengkapi sebanyak-banyaknya 8 (delapan) tempat duduk,tidak termasuk tempat duduk pengemudi baik dengan maupun tanpa perlengkapan pengangkutan bagasi.

11.Izin Trayek yang selanjutnya di sebut ijin adalah izin yang di berikan kepada pribadi atau badan yang menyediakan pelayanan angkutan penunpang umum pada satu atau beberapa trayek tertentu.

12. Kartu Pengawasan adalah kartu yang merupakan turunan izin dari trayek yang diberikan kepada tiap-tiap kendaraan yang diusahakan di jalan yang berfungsi sebagai pengawasan, pengendalian dan pembinaan dari Pemerintah Daerah.

13. Retribusi ijin trayek yang selanjutnya di sebut retribusi adalah pembayaran atas pemberian izin kepada pribadi atau badan untuk menyediakan pelayanan angkutan penumpang umum pada suatu atau beberapa trayek tertentu dalam wilayah daerah.

14. Wajib retribusi adalah orang pribadi atau badan yang menurut peraturan perundang-undangan retribusi di wajibkan untuk melakukan pembayaran retribusi.

15. Masa retribusi adalah suatu jangka waktu tertentu yang merupakan batas waktu bagi wajib retribusi untuk memanfaatkan ijin trayek.

16. Surat pemberitahuan retribusi Daerah yang selanjutnya dapat di singkat SPTRD adalah surat yang digunakan wajib retribusi untuk mealporkan perhitungan dan pembayaran retribusi yang terutang menurut peraturan perundang-undangan retribusi daerah

17. Surat Ketetapan Retribusi Daerah yang selanjutnya di singkat SKRD adalah surat keputusan yang menentukan besarnya jumlah retribusi yang terutang

18. Surat Ketetapan Retribusi Daerah Kurang Bayar Tambahan yang selanjutnya di sebut SKRDKBT adalah surat keputusan yang menentukan tambahan atas jumlah retribusi yang telah di tetapkan.

19. Surat Ketetapan Reribusi Daerah Lebih Bayar yang selanjutnya di sebut SKRDLB adalah keputusan yang menentukan jumlah kelebihan pembayaran retribusi karena jumlah kredit retribusi lebih bayar dari para retribusi yang terutang atau tidak seharusnya terutang.

(4)

20. Surat Tagihan Retribusi Daerah yang selanjutnya di sebut STRD adalah surat untuk melakukan tagihan retribusi dan atau sanksi administrasi berupa bunga dan atau denda.

21. Surat Keputusan Keberatan adalah surat keputusan atas keberatan terhadap SKRD, SKRDKBT, SKRDLB atau terhadap pemotongan atau pemungutan oleh pihak ketiga yang di ajukan oleh wajib retribusi.

22. Pemeriksaaan adalah serangkaian kegiatan untuk mencari, mengumpulkan dan mengolah data dan atau keterangan lainnya dalam rangka pengawasan kepatuhan dan pemenuhan kewajiban retribusi daerah berdasarkan peraturan perundang-undangan retribusi daerah.

23. Penyidikan tindak pidana di bidang retribusi daerah adalah serangkaian tindakan yang dilakukan oleh Penyidik Pegawai Negeri Sipil yang selanjutnya di sebut penyidik,untuk mencari data serta mengumpulkan bukti yang dengan bukti itu membuat terang tindak pidana di bidang retribusi daerah yang terjadi serta menentukan tersangkanya.

BAB II PERIZINANAN

Pasal 2

1) Setiap mobil penumpang umum dan mobil bus umum wajib memiliki izin dari Bupati. 2) Orang pribadi atau badan yang mengoperasikan kendaraan sebagaimana dimaksud dalam

ayat (1) pasal ini diwajibkan mengajukan permohonan ijin dengan mengisi SPTRD.

3) Orang pribadi atau badan yang telah mendapatkan keputusan Izin diberikan kartu pengawasan bagi setiap kendaraan yang di operasikan.

4) Setiap 6 (enam) bulan sekali kartu pengawasan sebagaimana dimaksud dalam ayat (3) pasal ini wajib diperbaharui.

5) Persyaratan yang harus di penuhi untuk memperoleh Izin sebagaimana di maksud dalam ayat (1) pasal ini meliputi :

a. Memiliki izin usaha angkutan

b. Memiliki dan atau menguasaai kendaraan bermotor yang laik jalan,yang dibuktikan dengan surat tanda nomor kendaraan bermotor dan buku uji atau fotokopinya.

(5)

c. Memiliki atau menguasai fasilitas penyimpanan/pool kendaraan bermotor yang dibuktikan dengan gambar lokasi dan bangunan serta surat keterangan mengenai pemilikan atau penguasaan;

d. Memiliki atau bekerjasama dengan pihak lain yang mampu menyediakan fasilitas pemeliharaan kendaraan bermotor sehingga dapat merawat kendaraannya untuk tetap dalam kondisi laik jalan.

6). Tata cara untuk memperoleh izin diatur lebih lanjut oleh Bupati BAB III

NAMA,OBYEK,SUBYEK DAN WAJIB RETRIBUSI Pasal 3

Nama Retribusi adalah Retribusi izin trayek

Pasal 4

Obyek Retribusi adalah pemberian izin untuk menyediakan angkutan penumpang umum pada satu atau beberapa trayek tertentu yang seluruhnya berada dalam wilayah daerah.

Pasal 5

1) Subyek retribusi adalah orang pribadi atau badan yang mendapatkan izin

2) Apabila subyek retribusi adalah badan maka yang bertanggungjawab atas pembayaran retribusi adalah pengusaha atau kuasanya.

Pasal 6

Wajib retribusi adalah orang pribadi atau badan yang mengajukan permohonan untuk memperoleh izin.

BAB IV

GOLONGAN RETRIBUSI Pasal 7

Retribusi izin trayek digolongkan sebagai rertibusi perizinan tertentu BAB V

CARA MENGUKUR TINGKAT PENGGUNAAN Pasal 8

(6)

Tingkat penggunaan jasa diukur berdasarkan jumlah izin yang diberikan dan jenis angkutan penumpang umum

BAB VI

PRINSIP DAN SASARAN DALAM PENETAPAN STRUKTUR DAN BESARNYA TARIF

Pasal 9

1) Prinsip dan sasaran dalam penetapan struktur dan besaran tarif retribusi didasarkan pada tujuan untuk menutup sebagaian biaya penyelenggaraan pemberian ijin.

2) Biaya sebagaimana dimaksud ayat (1) pasal ini meliputi : a. Biaya survey

b. Biaya transportasi dalam rangka pengawasan dan pengendalian c. Biaya pembinaan

BAB VII BESARNYA TRIF

Pasal 10 1). Besarnya tarif retribusi ditetapkan sebagai berikut :

1. Mobil penumpang sampai dengan 8 (delapan) tempat duduk Rp.525.000,00 (Lima ratus dua puluh lima ribu rupiah) 2. Mobil penumpang 9 (Sembilan ) sampai dengan 20

(duapuluh) tempat duduk

Rp.660.000,00 (enam ratus enam puluh ribu rupiah)

3. Mobil penumpang 21 (dua puluh satu) sampai dengan 34 (tiga puluh empat) tempat duduk

Rp. 780.000,00 (tujuh ratus delapan puluh ribu rupiah) 4. Mobil penumpang 35 (tiga puluh lima) sampai dengan 54

(lima puluh empat) tempat duduk

Rp.1.050.000,00 ( satu juta lima puluh ribu rupiah)

2). Besarnya retribusi izin insidentil di tetapkan sebagai berikut :

1. Mobil penumpang sampai dengan 8 (delapan) tempat duduk Rp. 5.000,00 (Lima ribu rupiah)

2. Mobil penumpang 9 (Sembilan ) sampai dengan 20 (duapuluh) tempat duduk

Rp.7.500,00 (tujuh ribu lima ratus rupiah)

3. Mobil penumpang 21 (dua puluh satu) sampai dengan 34 (tiga puluh empat) tempat duduk

Rp. 10.000,00 (sepuluh ribu rupiah)

(7)

4. Mobil penumpang 35 (tiga puluh lima) sampai dengan 54 (lima puluh empat) tempat duduk

Rp.1.2.000,00 ( duabelas ribu rupiah)

Pasal 11

Semua hasil pungutan retribusi sebagaimana di maksud pasal 10 peraturan daerah ini di setorkan ke kas daerah sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku.

BAB VIII

WILAYAH PEMUNGUTAN Pasal 12

Retribusi yang terutang dipungut di wiayah daerah tenpat izin diberikan. BAB IX

MASA RETRIBUSI DAN SAAT RETRIBUSI TERUTANG Pasal 13

Masa retribusi adalah jangka waktu berlakunya izin yang lamanya 5 (lima ) tahun dan di bayarkan sesuai dengan lamanya masa uji tiap 6 (enam) bulan sekali.

Pasal 14

Saat retribusi terutang adalah pada saat di tetapkannya SKRD atau dokumen lain yang di persamakan

BAB X

SURAT PENDAFTARAN Pasal 15

1) Wajib retribusi wajib mengisi SPTRD

2) SPTRD sebagaimana di maksud ayat (1) pasal ini harus diisi dengan jelas, benar dan lengkap serta di tandatangani oleh wajib retribusi atau kuasanya.

3) Bentuk,isi ,serta tata cata pengisian dan penyampaian SPTRD atau dokumen lain yang dipersamakan sebagaimana di maksud ayat (1) pasal ini di tetapkan oleh bupati.

BAB XI

PENETAPAN RETRIBUSI Pasal 16

(8)

1) Berdasarkan SPTRD sebagaimana di maksud pasal 15 ayat (1) ditetapkan retribusi atau terutang dengan menerbitkan SKRD atau dokumen lain yang dipersamakan

2) Bentuk,isi serta tatacara penerbitan dan penyampaian SKRD atau dokumen lain yang dipersamakan sebagaimana dimaksud ayat (1) pasal ini ditetapkan oleh bupati

BAB XII

TATA CARA PEMUNGUTAN Pasal 17

Pemungutan retribusi tidak dapat di borongkan

2) Retribusi di pungut dengan menggunakan SKRD atau dokumen lain yang dipersamakan dan atau SKRDKBT.

BAB XIII

SANKSI ADMINISTRASI Pasal 18

Dalam hal wajib retribusi tidak membayar tepat waktu atau kurang membayar, dikenakan sanksi administrasi berupa bunga sebesar 2% (dua perseratus) setiap bulan dari retribusi yang terutang atau kurang di bayar dan ditagih dengan menggunakan STRD

BAB XIV

TATA CARA PEMBAYARAN Pasal 19

1) Pembayaran retribusi yang terutang dapat dilunasi sekaligus di muka atau di angsur setiap tahun

2) Retribusi yang terutang dilunasi pada saat diterbitkannya SKRD atau dokumen lain yang dipersamakan,SKRDKBT, STRD.

3) Tata cara pembayaran, penyetoran dan tempat pembayaran retribusi di atur dengan Keputusan Bupati.

BAB XV

TATA CARA PENAGIHAN Pasal 20

1) Retribusi terutang berdasarkan SKRD atau dokumen lain yang dipersamakan, SKRDKBT,STRD dan Surat Keputusan Keberatan yang memyebabkab jumlah retribusi

(9)

yang harus dibayar bertambah karena tidak atau kurang di bayar oleh wajib retribusi dapat ditagih melalui Badan Urusan Piutang dan Lelang Negara (BUPLN)

2) Penagihan rertibusi melalui BUPLN dilaksanaan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

BAB XVI KEBERATAN

Pasal 21

1) Wajib retribusi berhak mengajukan keberatan hanya kepada Bupati atau Kepala Dinas atas SKRD atau dokumen lain yang dipersamakan, SKRDKRBT,SKRDLB. 2) Keberatan di ajukan secara tertulis dengan di sertai alasan-alasan yang jelas.

3) Dalam hal wajib retribusi mengajukan keberatan atas ketetapan retribusi, wajib rertibusi harus dapat membuktikan ketidakbenaran ketetapan retribusi tersebut.

4) Keberatan harus diajukan dalam jangka waktu paling lama 2 (dua) bulan sejak tangggal SKRD atau dokumen lain yang dipersamakan SKRDKBT dan SKRDLB diterbitkan kecuali apabila wajib retribusi tertentu dapat menunjukkan bahwa jangka waktu itu tidak di dapat dipenuhi karena keadaaan di luar kekuasaaannya.

5) Keberatan yang tidak memenuhi persyaratan sebagaimana di maksud ayat 2 (dua) dan ayat 3 (tiga) pasal ini tidak dianggap sebagai surat keberatan sehinggga tidak dipertimbangkan

6) Pengajuan keberatan tidak menunda kewajiban membayar retribusi dan pelaksanaan penagihan retribusi.

Pasal 22

1) Bupati dalam jangka waktu paling lama 6 (enam) bulan sejak tanggal suat keberatan diterima harus memberikan keputusan atas keberatan yang di ajukan

2) Keputusan Bupati atas keberatan dapat berupa menerima seluruhnya atau sebagian, menolak atau menambah besarnya retribusi yang terutang

3) Apabila jangka waktu sebagaimana dimaksud ayat (1) pasal ini telah lewat dan Bupati tidak memberikan suatu keputusan, keberatan yang diajukan di anggap dikabulkan.

(10)

PENGEMBALIAN KELEBIHAN PEMBAYARAN Pasal 23

1) Atas kelebihan pembayaran retribusi, wajib retribusi dapat mengajukan permohonan pengembalian kepada Bupati.

2) Bupati dalam jangka waktu paling lama 6 (enam) bulan sejak diterimanya permohonan pengemblian pembayaran retribusi sebagaiman dimaksud ayat (1) pasal ini harus memberikan keputusan.

3) Apabila dalam jangka waktu sebagaiman dimaksud ayat (2) pasal ini dilampaui oleh Bupati tidak memberikan suatu keputusan di anggap dikabulkan dan SKRDLB harus diterbitkan dalam jangka waktu paling lama 1 (satu) bulan.

4) Apabila wajib retribusi mempunyai utang retribusi sebagaimana di maksud ayat (1) langsung diperhitungkan untuk melunasi terlebih dahulu utang rertibusi tersebut.

5) Pengembalian kelebihan pembayaran retribusi sebagaimana dimaksud ayat (1) pasal ini dilakukan dalam jangka waktu paling lama 3 (tiga) bulan sejak diterbitkan SKRDLB. 6) Apabila pengembalian kelebihan pembayaran retribusi dilakukan setelah lewat jangka

waktu 2 (dua) bulan Bupati memberikan imbalan berupa bunga 2% (dua perseratus) sebulan atas keterlambatan pembayaran kelebihan retribusi .

Pasal 24

1) Permohonan pengembalian kelebihan pembayaran rertibusi diajukan secara terttulis kepada Bupati dengan sekurang-kurangnya menyebutkan :

a. Nama dan alamat wajib retribusi b. Masa retribusi

c. Besarnya kelebihn pembayaran d. Alasan yang singkat dan jelas

2) Permohonan pengembalian kelebihan pembayaran retribusi di sampaikan secara langsung atau melalui pos tercatat.

3) Bukti penerimaan oleh Kepala Dinas atau pengiriman pos tercatat merupakan barang bukti saat permohonan diterima oleh bupati.

Pasal 25

1) Pengembalian kelebihan pembayaran retribusi dengan menerbitkan Surat Perintah Membayar Kelebihan Retribusi

(11)

2) Apabila kelebihan pembayararan retribusi diperhitungkan dengan utang retribusi lainnya sebagaimana yang dimaksud pasal 23 ayat (4) Peraturan Daerah ini pembayaran diakukan dengan cara pemindahbukuan dan bukti pemindahbukuan juga berlaku sebagai bukti pembayaran.

BAB XVIII

PENGURANGAN, KERINGANAN DAN PEMBEBASAN RETRIBUSI Pasal 26

1) Bupati dapat memberikan pengurangan, keringanan dan pembebasan retribusi.

2) Pengurangan, keringanan, dan pembebasan retribusi sebagaimana ayat (1) pasal ini diberikan dengan memeperhatikan kemampuan membayar wajib retribusi.

3) Tata cara pengurangan, keringanan dan pembebasan retribusi di tetapkan oleh Bupati BAB XIX

KADALUARSA PENAGIHAN Pasal 27

1) Hak untuk melakukan penagihan retribusi kadaluarsa setelah melampaui jangka waktu 3 (tiga) tahun terhitung sejak saat terhutangnnya retribusi,kecuali apabila wajib retribusi melakukan tindak pidana di bidang rertibusi.

2) Kadaluarsa penagihan retribusi sebagaiman dimaksud ayat (1) pasal ini tertangguh apabila a. diterbitkan surat tegursn atau ;

b. ada pengakuan utang rertibusi dari wajib retribusi baik langsung maupun tidak langsung.

BAB XX

KETENTUAN PIDANA Pasal 28

1) Barang siapa melanggar ketentuan pasal 2 ayat (1) peraturan daerah ini di ancam pidana kurungan paling lama 3 (tiga) bulan atau denda paling banyak Rp. 5000.000,00 ( lima juta rupiah).

(12)

2) Wajib retribusi yang tidak melaksanakan kewajibannya sehingga merugikan keuangan Daerah di ancam pidana kurungan paling lama 3 (tiga) bulan atau denda paling banyak 4 (empat) kali jumlah retribusi terutang.

3) Tindak pidana sebagaimana dimaksud ayat (1) dan (2) pasal ini adalah pelanggaran. BAB XXI

KETENTUAN PENYIDIKAN Pasal 29

1) Pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu di lingkungan Pemerintah Daerah diberi wewenang khusus sebagai penyidik untuk melakukan penyidikan tindak pidana di bidang retribusi daerah.

2) Wewenang penyidik sebagaimana dimaksud ayat (1) pasal ini adalah :

a. Menerima laporan atau pengaduan dari seseorang tentang adanya tindak pidana; b. Melakukan tindakan pertama pada saat itu di tempat kejadian dan melakukan

pemeriksaan ;

c. Menyuruh berhenti seorang tersangka dan memeriksa tanda pengenal diri tersangka;

d. Melakukan penyitaan benda atau surat ; e. Mengambil sidik jari dan memotret seseorang;

f. Memanggil seseorang untuk di dengar dan diperiksa sebagai tersangka atau saksi; g. Mendatangkan orang ahli yang diperlukan dalam hubunganya dengan

pemeriksaan perkara ;

h. Mengadakan penghentian penyidikan setelah mendapat petunjuk dari penyidik Polisi Republik Indonesia,bahwa tidak cukup bukti atau peristiwa tersebut bukan merupakan tindak pedana dan selanjutnya melalui Penyidik Polisi Republik Indonesia memberitahukan hal tersebut kepada Penuntut umum, tersangka dan keluarganya;

i. Mengadakan tindakan lain menurut hukum yang dapat dipertangggungjawabkan.

BAB XXII

PELAKSANAAN, PEMBINAAN,PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN Pasal 30

(13)

1) Pelaksanaan peraturan Daerah ini di laksanakan oleh Dinas Lalu Lintas dan Angkutan Jalan.

2) Teknis pembinaan ,pengawasan dan pengendalian Peraturan daerah ini dilaksanakan oleh Dinas Lalu Lintas dan Angkuta Jalan bekerja sama dengan instansi terkait yang di tunjuk ole Bupati

BAB XXIII

KETENTUAN PERALIHAN Pasal 31

Orang pridadi atau badan yang memiliki izin berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku sebelum diundangkanya Peraturan Daerah ini dinyatakan tetap berlaku sampai dengan masa berakhir masa berlakukannya izin

BAB XXIV

KETENTUAN PENUTUP Pasal 32

Hal –hal yang belum di atur dalam Peraturan Daerah ini, mengenai pelaksanaanya akan di atur kemudian oleh Bupati

Pasal 33

1) Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal di undangkan.

2) Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini dengan penempatkanya dalam Lembaran Daerah Kabupaten Bantul.

Di sahkan di Bantul Pada tangggal 3 Februari 2000 BUPATI BANTUL M.IDHAM SAMAWI

(14)

Di undangkan di Bantul Pada tanggal 4 Februari 2000 SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN BANTUL

ASHADI

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANTUL SERI B NOMOR 1 TAHUN 2000

PENJELASAN ATAS

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 01 TAHUN 2000

T E N T A N G RETRIBUSI IZIN TRAYEK I. PENJELASAN UMUM

Dalam rangka pembinaan,pengawasan dan pengendalian kegiatan angkutan umum dalam trayek di daerah, agar tercipta ketertiban, keseimbangan dan kenyamanan masyarakat, perlu pengaturan mengenai izin trayek di daerah.

Dengan ditetapkannnya Undang-undang 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah Jo. Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 1997 ,perlu mengatur ketentuan retribusi izin trayek dengan Peraturan Daerah.

Peraturan Daerah ini mengatur ketentuan prosedur perizinan dan prosedur penyelengggaraan retribusi.Hal ini dimaksudkan untuk mencerminkan kesederhanaan pengaturan,daya guna dan hasil guna serta mudah di pahami oleh masyarakat luas.

Dalam Peraturan daerah ini hanya di atur hal-hal yang bersifat pokok saja, sehinggga dalam rangka oengaturan secara teknis, dalam Peraturan daerah ini juga memberika keweangnan-kewenangan kepada bupati untuk mengatur lbh lanjut ketentuan-ketentuan yang bersifat teknis, baik mengeani prosedur perizinan maupn dalam rangka penyelengggaraan retribusi.

(15)

Pasal 1 nomor 1 s/d 15 cukup jelas

pasal 1 nomor 16

yang dimaksud SPTRD dalam pasal ini adalah dan pasal- pasal selanjutnya,apabila tidak di terbitkan SPTRD secara khusus demi mencapai daya guna dan hasil guna, formulir permohnan izin dapat dipersamakan dengan SPTRD

pasal 1 nomor 17 s/d 23 cukup jelas

Pasal 2 ayat (1) cukup jelas pasal 2 Ayat (2)

yang dimaksud mengopersikan adalah menggunankan mobil penumpang umum di jalan pasal 3 s/d 9 cukup jelas pasal 10 ayat (1) cukup jelas pasal 10 ayat (2)

yang dimaksud izin insidentil adalah izin yng diberikan kepada orang pribadi atau badan untuk menyediakan pelayanan angkutan umum di luar trayek yang telah dimiliki pada saat tertentu dan keperluan tertentu misalnya untuk keperluan pariwisata, hajatan dan lain-lain.

Pasal 11 s/d 13 Cukup jelas Pasal 14

Yang di sebut dokumen lain yang dipersamkan ,dalam pasal ini dan pasal-pasal selanjutnya adalah semua surat yang berisi penetapan besarnya retribusi terutang. Pasal 15 s/d 18

Cukup jelas Pasal 19 ayat (1)

Untuk menjamn ketetapan pembayaran retribusi yang di angsur, wajib retribusi harus membuat surat pernyataan kesediaan mengangsur retribusi tepat pada waktunya yang di bubuhi materai cukup dan diketahui Kepala Dinas.

Pasal 19 ayat (2) dan (3) cukup jelas Pasal 20 s/d 24

(16)

Pasal 25 ayat (1)

Surat perintah Membyar kelebihan Retribusi adalah semua jenis surat dari Bupati kepada pejabat yang berisi perintah membayar kelebihan retribusi.

Pasal 25 ayat (2) cukup jelas Pasal 26 s/d 28

Cukup jelas Pasal 29 ayat (1)

Cukup jelas Pasal 29 ayat (2)

Pembinaan, pengawasan dan pengendalian dalam ayat ini adalah terkait dengan kepatuhan wajib reribusi dalam memenuhi kewajibannnya.

Pasal 30 s/d 33 Cukup jelas

(17)

Referensi

Dokumen terkait

Bagi memastikan aset disenggarakan dengan baik, setiap Jabatan/Agensi Negeri hendaklah memastikan Senarai Aset Yang Memerlukan Penyenggaraan disediakan dengan lengkap

Kemente rian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi Republik Indonesia dan Kementerian llmu Pengetahuan dan Teknologi Republik Rakyat Tiongkok (yang

Semen Gresik (Persero) Tbk. Pabrik Gresik kurang memperhatikan tentang masalah bahaya fly ash yang berceceran di sekitar lingkungan unit finish mill, jadi sejauh ini

Oleh karena itu Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana Kabupaten Magetan sebagai Lembaga BPPKB Daerah Provinsi Jawa Timur sesuai PERDA

Islam 3C 01-10-2012 Penyiap Bahan Penyusunan Kurikulum, Modul Dan Baha SUBBAG TENAGA KEPENDIDIKAN BAGIAN ADMINISTRASI AKADEMIK DAN KEMAHASISWAAN SEKOLAH TINGGI PENYULUHAN

Secara praktis, penguatan kelembagaan dalam dokumen ini dimaknai sebagai suatu upaya untuk mewadahi program-program LPPM yang terkait langsung dengan aksi

Pada pengamatan saat usia bayi 0-6 bulan, dari 125 bayi yang tidak menderita ADB dilakukan pemeriksaan saturasi transferin untuk menetapkan apakah seorang bayi menderita

ketentuan hukum alam yang tidak dapat dimungkiri bahwa suatu negara tidak dapat berdiri sendiri tanpa bantuan dari negara lain.Ketergantungan antara negara satu