• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Kosmetik dikenal manusia sejak berabad-abad yang lalu. Pada abad ke-19,

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Kosmetik dikenal manusia sejak berabad-abad yang lalu. Pada abad ke-19,"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Kosmetik

2.1.1. Sejarah Kosmetik

Kosmetik dikenal manusia sejak berabad-abad yang lalu. Pada abad ke-19, pemakain kosmetik mulai mendapat perhatian, yaitu selain untuk kecantikan juga kesehatan.

Perkembangan ilmu kosmetik serta industrinya baru dimulai secara besar-besaran pada abad ke-20. Kosmetik menjadi salah satu bagian dunia usaha. Bahkan sekarang teknologi kosmetik begitu maju dan merupakan paduan antara kosmetik dan obat (pharmaceutical) atau yang disebut kosmetik medik (cosmeceuticals) (Tranggono, 2007).

Menurut PERMENKES N0.220 THN 1976 : KOSMETIKA adalah: Bahan/campuran bahan untuk digosokkan, dilekatkan, dituangkan, dipercikkan atau di semprotkan pada, dimasukkan dalam, dipergunakan pada badan atau bagian badan manusia dengan maksud untuk membersihkan, memelihara, menambah daya tarik atau mengubah rupa tetapi tidak termasuk obat.

Syarat Kosmetik Secara Umum.

1. Tidak kotor dan rusak.

(2)

3. Tidak terdapat zat renik berbahaya. 4. Tidak menggangu kesehatan manusia.

5. Wadah, pembungkus dan penandaan harus menurut persyaratan.

Apakah setiap bahan yang dipakai untuk mempercantik diri disebut sebagai kosmetika? Sejak tahun 1938, di Amerika Serikat dibuat Akta tentang definisi kosmetika yang kemudian menjadi acuan Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 220/Menkes/Per/X/76 tanggal 6 September 1976 yang menyatakan bahwa :

Kosmetika adalah bahan atau campuran bahan untuk digosokkan, diletakkan, dipercikkan, atau disemprotkan pada, dimasukkan ke dalam dipergunakkan pada badan atau bagian badan manusia dengan maksud untuk membersihkan, memelihara, menambah daya tarik atau mengubah rupa, dan tidak termasuk golongan obat

Definisi tersebut jelas menunjukkan bahwa kosmetika bukan satu obat yang dipakai untuk diagnosis, pengobatan maupun pencegahan penyakit. Obat bekerja lebih kuat dan dalam, sehingga dapat mempengaruhi struktur tubuh (Wasitaatmadja, 1997).

Industri kosmetik terus mengalami perkembangan. Demikian pula dengan industri bahan kimia yang menyediakan bahan baku kosmetik. Selain bahan bahan kimia, digunakan juga bahan lain seperti bahan-bahan biologi yang kualitas dan kuantitasnya terus meningkat. Mereka yang terjun dalam profesi kedokteran semakin meningkat. Mereka yang terjun dalam profesi kedokteran semangkin menigkatkan perhatian pada ilmu kosmetik kulit (cosmetodermatology) serta membangun kerjasama yang saling menguntungkan dengan para ilmuwan kosmetik maupun para ahli kecantikan, misalnya dalam hal pengetesan bahan

(3)

baku dan bahan jadi, dan penyusunan formula berdasarkan konsepsi dermatolgi atau kesehatan.

Bahan pengawet antikuman (preservatif) biasanya dipakai dalam kosmetika untuk mencegah dekomposisi bahan oleh bakteri, jamur atau jasad renik lain yang dapat menimbulkan kerusakan warna dab bau (tengik). Namun dalam kosmetik medik, penggunaan bahan ini ditujukan untuk membunuh mikroorganisme penyebab kelainan kulit umpamanya pada bau badan yang disebabkan antara lain oleh faktor kuman. Antiseptik penghambat pertumbuhan kuman yang lazim digunakan dalam kosmetika medik adalah heksaklorofen, triklosan, yodium, seng piriton (Wasitaatmadja, 1997).

2.1.2. Penggolongan Kosmetika

Dewasa ini terdapat ribuan kosmetika di pasar bebas. Kosmetika tersebut adalah produk pabrik kosmetika di dalam dan luar negeri yang jumlahnya telah mencapai angka ribuan. Data terakhir menunjukkan lebih dari 300 pabrik kosmetika terdaftar secara resmi di Indonesia, dan diperkirakan ada sejumlah dua kali lipat pabrik kosmetika yang tidak terdaftar secara resmi yang berupa usaha rumahan atau salon kecantikan. Jumlah yang demikian banyak memerlukan usaha penyederhanaan kosmetika, baik untuk tujuan pengaturan maupun pemakaian. Usaha tersebut berupa penggolongan kosmetika.

Jellinek (1959) dalam Formulation and Function of Cosmetics membuat penggolongan kosmetika menjadi :

(4)

1. preparat pembersih

2. preparat deodoran dan antiperspirasi 3. preparat protektif

4. emolien

5. preparat dengan efek dalam 6. preparat dekoratif / superfisial 7. preparat dekoratif / dalam 8. preparat buat kesenangan

Adapun Wells FV dan Lubowe-II (Cosmetic and The Skin, 1964), mengelompokkan kosmetika menjadi :

1. preparat untuk kulit muka 2. preparat untuk higienis mulut 3. preparat untuk tangan dan kaki 4. kosmetika badan

5. preparat untuk rambut

6. kosmetika untuk pria dan toilet 7. kosmetika lain

Brauer EW dan Principles of Cosmetics for The Dermatologist membuat klasifikasi sebagai berikut :

1. toiletries: sabun, sampo, pengkilap rambut, kondisioner rambut, penata, pewarna, pengeriting, pelurus rambut, deodoran, antiperspirasi dan tabir surya 2. skin care: pencukur, pembersih, astringen, toner, pelembab, masker, krem

(5)

3. Make up: foundation, eye make up, lipstick, rouges, blusher, enamel kuku 4. Fragrance: perfumes, colognes, toilet waters, body silk, bath powders, after

shave agent.

Direktorat Jenderal POM Departemen Kesehatan RI yang dikutip dari berbagai karangan ilmiah tentang kosmetika, membagi kosmetika dalam :

1. preparat untuk bayi 2. preparat untuk mandi 3. preparat untuk mata 4. preparat wangi-wangian 5. preparat untuk rambut

6. preparat untuk rias (make up) 7. preparat untuk pewarna rambut 8. preparat untuk kebersihan mulut 9. preparat untuk kebersihan badan 10. preparat untuk kuku

11. preparat untuk cukur

12. preparat untuk perawatan kulit 13. preparat untuk proteksi sinar matahari

Sub bagian Kosmetika Medik Bagian/SMF Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin FKUI/RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo, Jakarta, membagi kosmetika atas:

1. Kosmetika pemeliharaan dan perawatan, yang terdiri atas: a. Kosmetika pembersih (cleansing)

(6)

c. Kosmetika pelindung (protecting) d. Kosmetika penipis (thinning)

2. Kosmetika rias / dekoratif, yang terdiri atas: a. Kosmetika rias kulit terutama wajah

b. Kosmetika rias rambut c. Kosmetika rias kuku d. Kosmetika rias bibir e. Kosmetika rias mata

3. Kosmetika pewangi / parfum. Termasuk dalam golongan ini: a. deodoran dan antiperspiran

b. after shave lotion

c. parfum dan eau de toilette

Dengan penggolongan yang sangat sederhana ini, setiap jenis kosmetika akan dapat dikenal kegunaannya dan akan menjadi bahan acuan bagi konsumen di dalam bidang kosmetologi. Penggolongan ini juga dapat menampung setiap jenis sediaan kosmetika (bedak, cairan, krim, pasta, semprotan, dan lainnya) dan setiap tempat pemakaian kosmetika (kulit, mata, kuku, rambut, seluruh badan, alat kelamin, dan lainnya) (Wasitaatmadja, 1997).

2.2. Antiseptik

Antiseptik berasal dari bahasa Yunani (sepsis=busuk) adalah zat-zat yang dapat mematikan atau menghentikan pertumbuhan mikroba setempat/lokal di

(7)

jaringan-jaringan hidup, khususnya di atas kulit atau selaput lendir seperti mulut, tenggorokan, vagina, hidung, telinga, dan lain-lain.

Bahan atau zat yang digunakan untuk mencegah pertumbuhan atau aktivitas mikroorganisme dengan cara menghambat atau mematikan pertumbuhan mikroorganisme disebut antiseptik.

Faktor-faktor yang berpengaruh pada efektivitas antiseptik antara lain antara lain ialah sebagai berikut :

1. Konsentrasi

2. Lamanya paparan antiseptik

3. Tipe populasi mikroba yang akan dibunuh

4. Kondisi lingkungan seperti suhu, pH, dan tipe dari material dimana bakteri berada

Secara umum antiseptik adalah desinfektan yang nontoksik haruslah memiliki persyaratan di antaranya :

1. Memiliki spektrum luas yang artinya efektif untuk membunuh bakteri, virus, jamur, dan sebagainya

2. Tidak merangsang kulit ataupun mukosa

3. Toksisitas atau daya absorpsi melalui kulit dan mukosa rendah 4. Efek kerjanya cepat dan bertahan lama

5. Efektivitasnya tidak berpengaruh oleh adanya darah

Bahan tersebut harus bersifat homogen, tidak mudah dinetralisir atau diinaktivasi oleh bahan lain, dapat bekerja pada suhu biasa dan mempunyai

(8)

kemampuan penetrasi. Saat ini belum ada antieptik yang ideal, tidak jarang bersifat toksik bagi jaringan, menghambat penyembuhan luka dan menimbulkan sensivitas. Khasiatnya sering kali berkurang oleh adanya cairan tubuh seperti darah. Adapun jenis larutan antiseptik seperti alkohol 60%-90%, savlon, heksalorofen 3%, triklosan, iodin 1-3% serta iodofor berbagai konsentrasi atau betadin. Antiseptik juga dapat terkontaminasi dan mikroorganisme yang mengkontaminasi dapat menyebabkan infeksi berantai jika diguanakan untuk mencuci tangan. Cara untuk mencegah kontaminasi tersebut seperti menggunakan air matang untuk mengencerkan jika diperlukan pengenceran, hati-hati pada saat menuangkan larutan ke wadah yang lebih kecil, mengosongkan dan mencuci wadah sabun dan air serta membiarkannya kering dengan cara diangin-anginkan minimal sekali dalam seminggu, tempelkan label bertuliskan tanggal pengisian ulang, serta menyimpan larutan di tempat yang diinginkan dan gelap (http://scribd.com/doc/50741093/jack-dewa).

Triclosan adalah antiseptik yang efektif dan populer, bisa ditemui dalam sabun, obat kumur, deodoran, dan lain-lain. Triclosan mempunyai daya anti mikroba dengan spektrum luas (dapat melawan berbagai macam bakteri) dan mempunyai sifat toksisitas minim. Mekanisme kerja triclosan adalah dengan menghambat biosintesis lipid sehingga membran mikroba kehilangan kekuatan dan fungsinya (http://www.slideshare.net/07051994/antiseptik).

(9)

Triklosan adalah suatu difenil eter organik yang bekerja dengan merusak dinding sel mikroba. Zat ini memiliki spektrum aktivitas yang luas terhadap bakteri gram-positif dan sebagian besar gram negatif (kecuali mungkin Pseudomonas), beberapa aktivitas terhadap basil turbekulosis, tetapi kurang virusidal. Triklosan adalah bahan campuran yang sering terdapat pada sabun pengurang bau badan serta diserap melalui kulit yang utuh (Gruendemann, 2007).

Agen antibakteri atau antiseptik merupakan senyawa atau agen yang dapat membunuh atau menekan pertumbuhan bakteri. Berbeda dengan antibiotik, target aksi antibiotik adalah mikroorganisme yang terdapat dalam tubuh, sedangkan antiseptik ditujukan untuk membunuh bakteri di luar tubuh. Berbeda pula dengan disinfektan, di mana disinfektan digunakan untuk benda mati, misalnya ditujukan untuk sterilisasi ruangan terhadap mikroorganisme tertentu.

Saat ini terdapat banyak pilihan antiseptik yang ada di pasaran. Bentuk dari sediaan yang ada contohnya antara lain bentuk gel, lotion, sabun cair, atau sabun batang. Pada beberapa sediaan antiseptik, tidak hanya antiseptik pembersih tangan, zat aktif yang umumnya digunakan yaitu Triklosan. Triklosan atau irgasan DP300 merupakan suatu agen kimia antibakteri yang banyak digunakan dalam berbagai produk sepeti sabun, deodorant, kosmetik, lotion pembersih, pasta gigi.

(10)

Triklosan yang banyak digunakan dalam beberapa produk tersebut diketahui banyak mencemari air. Antara tahun 1999 dan 2000, triklosan banyak ditemukan dalam jumlah konsentrasi paling tinggi dalam pemeriksaan dari air sungai yang tercemar.

Triklosan dapat diserap kulit, dan hidung dalam waktu beberapa menit saja setelah pemakaian. Manusia juga dapat tercemari melalui makanan terutama ikan atau hewan air lainnya. Triklosan akan terakumulatif (Bennet ER,2009) (http://profetik.farmasi.ugm.ac.id/archives/73 07/05/2013 16:13:49).

Triklosan bersifat tidak larut dalam air kecuali pH alkali. Antiseptik ini larut dalam hampir semua pelarut organik. Secara kimiawi triklosan bersifat stabil dan tahan dalam pemanasan hingga 200oC selama 2 jam. Aktivitas triklosan dalam produk pencuci tangan dipengaruhi oleh pH, adanya surfaktan, dan sifat ionik suatu formulasi. Triklosan mempunyai spketrum aktivitas yang luas mencakup hampir semua gram positif lebih besar daripada gram negatif dan antiseptik ini efektif melawan Methicilinresistant staphylococus aureus (MRSA).

2.3.1. Perlunya Pengawasan Pada Penggunaan Triklosan

Triklosan sebagai bahan tambahan sejumlah kosmetik diduga merupakan senyawa yang dapat menurunkan fungsi otot. Namun fungsi triklosan sebagai bahan anti bakteri dalam kosmetik masih belum dapat dihindari sepenunnnya. Jika digunakan dalam jangka panjang, senyawa triklosan pada sabun memicu kerusakan sel otot jantung. Triklosan diketahui banyak dipakai dalam produk pembersih dan pemutih

(11)

di antaranya obat kumur, pasta gigi, sabun cuci tangan bahkan mainan. Triklosan alias bahan antibakteri bisa merusak dua protein di dalam otot. Gangguan ini akan melemahkan otot saat berkontraksi.

Ilmuwan dari Universitas California, Davis dan Universitas Colorado melakukan penelitian dengan mengamati sel otot jantung dan serat otot rangka yang terpapar triklosan dalam tabung uji. Peneliti mengemukakan rangsangan elektrik yang akan membuat otot-otot berkontraksi (http://www.ipotnews.com/index.php?jdl=Triklosan_Pada_Sabun_Pencuci_Tanga

n_dan_Pasta_Gigi04/06/2013 14:33).

Namun, senyawa triklosan ternyata merusak dua protein yang terlibat dalam kontraksi, sehingga otot rangka dan otot jantung tak mampu berfungsi dalam level sel. Demikian pula tes kepada ikan lau kecil yang terpapar bahan triklosan. Peneliti menemukan fakta bahwa efek triklosan di lingkungan laut selama tujuh hari terdapat penurunan kemampuan renang si ikan dibandingkan ikan yang di kelompok bebas triklosan.

Secara langsung, triklosan yang digunakan dalam beberapa produk sabun dan pasta gigi bisa memicu gangguan kesehatan saat bereaksi dengan lingkungan aquatik atau berair. Salah satunya adalah gangguan pada keseimbangan hormon tiroid. Penggunaan triklosan secara berlebihan juga memicu dampak tidak langsung bagi kesehatan, yakni dengan memicu resistensi atau kekebalan kuman terhadap antibiotik. Dampaknya adalah kemunculan kuman-kuman super (superbug) penyebab penyakit yang tidak mempan dibasmi dengan antibiotik (http://kosmetikazahra.blogspot.com/04/06/2013 14:33)

(12)

2.4. Kromatografi Cair Kinerja Tinggi

Asas. Kromatografi Cair Kinerja Tinggi memisahkan komponen campuran senyawa kimia terlarut dengan sistem adsorpsi pada fase diam padat atau sistem partisi di antara fase diam cair yang terikat pada penyangga padat, dan fase gerak cair.

Kromatografi Cair Kinerja Tinggi dapat memisahkan makromolekul, ion, bahan alam yang tidak stabil, polimer, dan berbagai gugus polifungsi dengan berat molekul tinggi. Berbeda dengan kromatografi gas, pemisahan pada KCKT adalah hasil antariksa spesifik antara molekul senyawa dengan fase diam dan fase gerak.

Kinerja kolom. Beberapa perangkat kondisi eksperimen dapat digunakan untuk mendapatkan pemisahan yang diinginkan dari komponen sampel dan ada perangkat yang lebih praktis daripada yang lainnya, sehingga perlu mencapai optimasi.

Pertama-tama harus dipilih sistem KCKT yag tepat, karena itu semua parameter dalam persamaan yang tergantung kepada sistem atau kepada sifat fase diam dan fase gerak ditentukan dan tidak dapat dirubah.

Parameter tersebut adalah retensi relatif α, koefisien partisi dari senyawa yang

paling lama ditahan k’, dan bilangan pelat. Senyawa yang dianalisis biasanya memerlukan waktu dua sampai sepuluh kali lebih lama untuk melewati kolom, dibandingkan dengan senyawa yang tidak diretensi tM. Perlu diperhatikan juga

viskositas fase gerak dan koefisien difusi senyawa dalam fase gerak. Selain itu tipe dan karakteristik pengisi kolom (terutama porositas, rentang sempit ukuran partikel, prosedur pengisian kolom yang baik, dan pengisi kolom berkualitas

(13)

tinggi), mempengaruhi panjang kolom dan ukuran partikelnya (Satiadarma dkk, 2004).

Menyiapkan cuplikan untuk KCKT bergantung pada sumber dan sifat cuplikan. Dalam beberapa kasus, cuplikan dapat diubah secara kimia untuk menghasilkan senyawa yang lebih mudah dipisahkan atau lebih mudah dideteksi setelah pemisahan.

Akan tetapi, pada umumnya cuplikan dilarutkan di dalam pelarut sedikit, disaring, dan disuntikkan ke dalam aliran pelarut. Secara ideal, pelarut yang dipakai untuk melarutkan cuplikan seharusnya sama dengan fase gerak. Untuk pekerjaan analitik, biasanya konsentrasi cuplikan dalam jangka 1µg/µl (1mg/ml). Untuk pekerjaan preparatif, konsentrasi lebih besar. Jika cuplikan tidak melarut dengan cukup dalam pelarut yang dipakai untuk kromatografi, harus dipilih pelarut yang kepolarannya lebih rendah daripada pelarut pengelusi. Jika kita memakai pelarut yang lebih polar, kromatografi dapat sangat terganggu (Gritter dkk, 1991)

Ada dua jenis kolom pada KCKT yaitu kolom konvensional dan kolom mikrobor. Kolom mikrobor mempunyai tiga keuntungan yang utama

dibandingkan dengan kolom konvensional, yaitu :

1. Konsumsi fase gerak kolom mikrobor hanya 80% atau lebih kecil dibandingkan dengan kolom konvensional karena pada kolom mikrobor kecepatan alir fase gerak lebih lambat (10-100 µl/menit)

2. Adanya aliran fase gerak yang lebih lambat membuat kolom mikrobor lebih ideal jika dibandingkan dengan spektorfotometer massa

(14)

3. Sensitivitas kolom mikrobor ditingkatkan karena solut lebih pekat, karenanya jenis kolom ini sangat bermanfaat jika jumlah sampel terbatas misal sampel klinis.

Fase gerak pada KCKT

Fase gerak atau eluen biasanya terdiri atas campuran pelarut yang dapat bercampur yang secara keseluruhan berperan dalam daya elusi dan resolusi. Daya elusi dan resolusi ini ditentukan oleh polaritas keseluruhan pelarut, polaritas fase diam, dan sifat komponen-komponen sampel. Untuk fase normal (fase diam lebih polar daripada fase gerak), kemampuan elusi meningkat dengan meningkatnya polaritas pelarut. Sementara untuk fase terbalik (fase diam kurang polar daripada fase gerak), kemampuan elusi menurun dengan meningkatnya polaritas pelarut.

Elusi dapat dilakukan dengan cara isokratik (komposisi fase gerak tetap selama elusi) atau dengan cara bergradien (komposisi fase gerak berubah-ubah selama elusi). Elusi bergradien digunakan untuk meningkatkan resolusi campuran yang kompleks terutama jika sampel mempunyai kisaran polaritas yang luas.

Fase gerak yang paling sering digunakan untuk pemisahan dengan fase terbalik adalah campuran larutan buffer dengan metanol atau campuran air dengan asetonitril. Untuk pemisahan dengan fase normal, fase gerak dengan yang paling sering digunakan adalah campuran pelarut-pelarut hidrokarbon dengan pelarut yang terklorisasi atau menggunakan pelarut-pelarut jenis alkohol. Pemisahan dengan fase normal ini kurang umum dibandingkan dengan fase terbalik.

(15)

Fase diam pada KCKT

Kebanyakan fase diam pada KCKT berupa silika yang dimodifikasi secara kimiawi, atau polimer-polimer stiren dan divinil benzen. Permukaan silika adalah polar dan sedikit asam karena adanya residu gugus silanol (Si-OH).

Silika dapat dimodifikasi secara kimiawi dengan menggunakan reagen-reagen seperti klorosilan. Reagen-reagen ini akan bereaksi dengan gugus silanol dan menggantinya dengan gugus-gugus fungsional yang lain. Hasil reaksi yang diperoleh disebut dengan silika fase terikat yang stabil terhadap hidrolisis karena terbentuk ikatan-ikatan siloksan (Si-O-O-Si). Silika yang dimodifikasi ini mempunyai karakteristik kromatografik dan selektifitas yang berbeda jika dibandingkan dengan silika yang tida dimodifikasi.

Pompa pada KCKT

Pompa yang cocok digunakan untuk KCKT adalah pompa yang mempunyai syarat sebagaimana syarat wadah pelarut yakni: pompa harus inert terhadap fase gerak. Bahan yang umum dipakai untuk pompa adalah gelas, baja tahan karat, teflon, dan batu nilam. Pompa yang digunakan sebaiknya mampu memberikan tekanan sampai 5000 psi dan mampu mengalirkan fase gerak dengan kecepatan alir 3 mL/menit. Untuk tujuan preparatif, pompa yang digunakan harus mampu mengalirkan fase gerak dengan kecepatan 20 mL/menit.

Tujuan penggunaan pompa atau sistem penghantaran fase gerak adalah untuk menjamin proses penghantaran fase gerak berlangsung secara tepat,

(16)

reprodusibel, konstan, dan bebas dari gangguan. Ada 2 jenis pompa dalam KCKT yaitu: pompa dengan tekanan konstan, dan pompa dengan aliran fase gerak yang kosntan. Tipe pompa dengan aliran fase gerak yang konstan sejauh ini lebih umum dibandingkan dengan tipe pompa dengan tekanan konstan.

Penyuntikan sampel pada KCKT

Sampel-sampel cair dan larutan disuntikkan secara langsung ke dalam fase gerak yang mengalir di bawah tekanan menuju kolom menggunakan alat penyuntik yang terbuat dari tembaga tahan karat dan katup teflon yang dilengkapi dengan keluk sampel internal atau eksternal.

Pada saat pengisian sampel, sampel digelontor melewati keluk sampel dan kelebihannya dikeluarkan ke pembuang. Pada saat penyuntukkan, katup diputar sehingga fase mengalir melewati keluk sampel dan menggelontor sampel ke kolom.

Detektor KCKT

Detektor pada KCKT dikelompokkan menjadi 2 golongan yaitu: detektor universal (yang mampu mendeteksi zat secara umum, tidak bersifat spesifik, dan tidak bersifat selektif) seperti detektor indeks bias dan detektor spektofotometri massa; dan golongan detektor yang spesifik yang hanya akan mendeteksi analit secara spesifik dan selektif, seperti detektor UV-Vis, detektor fluoresensi, dan elektrokimia.

Idealnya, suatu detektor harus mempunyai karakeristik sebagai berikut:

(17)

2. Mempunyai sensitifitas yang tinggi, yakni mampu mendeteksi solut pada kadar yang sangat.

3. Stabil dalam pengoprasiannya

4. Mempunyai sel volume yang kecil sehingga mampu meminimalkan pelebaran pita. Untuk kolom konvensional, selnya bervolume 8 µl atau lebih kecil lagi 5. Signal yang dihasilkan berbanding lurus dengan konsentrasi solut pada

kisaran yang luas (kisaran dinamis linier)

Referensi

Dokumen terkait

Selama periode Desember 2015 s/d November 2016, Kelompok IUIPHHK Cahaya Rimba Lestari menerima bahan baku kayu bulat yang berasal dari hutan rakyat yang dilengkapi dengan

Berdasarkan penilaian yang diperoleh, secara keseluruhan pelaksanaan pemeliharaan yang telah dilakukan oleh bagian Pemeliharaan Bangunan Gedung Rumah Sakit Umum Pemerintah dan Rumah

Spektrum massa hasil reaksi setil alkohol dengan asam fosfat menunjukkan bahwa produk yang dihasilkan mempunyai m/z 480 dengan kelimpahan relatif tertinggi sebesar

Revolusi mental yang dimaksud adalah terwujudnya perilaku yang memiliki nilai karakter baik dan benar serta meliputi ranah penting manusia yaitu kognitif, afektif dan

Praktikan melaksanakan Praktik Kerja Lapangan (PKL) dimulai pada tanggal 15 Januari 2018 sampai 02 Maret 2018 pada Divisi Pusat Pengendalian Dokumen (PPD) PT

Glukosa diberikan pada medium kultur untuk perkembangan embrio dari tahap 4 sel sampai blastosis karena metabolisme glukosa dapat memblok proses cleavage. 12 Glutamin

Deskripsi : Memilih kode mata pelajaran, input time limit, memilih data tahun, memilih status, update, delete data Jadwal Ujian yang telah diinputkan. Tabel 4.9 Test Case

Penggunaan Fluor Secara Topikal Menurut Angela (2005), tujuan penggunaan fluor adalah untuk melindungi gigi dari karies, fluor bekerja dengan cara menghambat metabolisme bakteri