• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pemboran Cbm Daerah Jangkang, Kabupaten Kapuas, Provinsi Kalimantan Tengah

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pemboran Cbm Daerah Jangkang, Kabupaten Kapuas, Provinsi Kalimantan Tengah"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

PEMBORAN CBM DAERAH JANGKANG, KABUPATEN KAPUAS, PROVINSI KALIMANTAN TENGAH

Soleh Basuki Rahmat

Kelompok program penelitian energi fosil

S A R I

Sesuai dengan kebijakan pemerintah untuk mengembangkan sumberdaya energi alternatif, Pusat Sumber Daya Geologi, Badan Geologi telah melakukan pemboran dalam batubara untuk gas metan batubara di daerah Jangkang, Provinsi Kalimantan Tengah.

Secara geologi daerah Jangkang termasuk kedalam Cekungan Barito bagian Utara. Stratigrafi daerah Jangkan menurut Soetrisno, S. Supriatna, E. Rustandi, P. Sunyoto, dan K. Hasan (1994) di dalam Peta Geologi Lembar Buntok dari Tua ke muda sebagai berikut Batuan Vulkanik Kasale, Formasi Tanjung, Formasi Berai, Formasi Montalat, Formasi Warukin, Formasi Dahor, dan aluvium.

Pemboran di Jangkang, mencapai kedalaman 328.05 m, lapisan batubara yang ditembus terdapat 17 (tujuh belas) lapisan batubara dengan ketebalan antara 0.30 m – 2.58 m. Terdapat lima lapisan yang memiliki ketebalan lebih dari 1.5 m. Nilai kalori Nilai kalori batubara (adb) untuk tipa lapisan batubara di daerah penyelidikan berkisar antara 4784 – 5627 cal/kg. Menurut klasifikasi US System masuk ke dalam kategori Sub-Bituminous B.

Kandungan gas (desorbtion Test) berkisar antara 0.028 cu.m/ton – 0.582 cu.m/ton, atau setara dengan 0.986 – 20.553 scf/ton. Kandungan gas metan dalam lapisan batubara berkisar antara 0.002 – 0.127 cu.m/ton atau setara dengan 0.083 – 4.491 scf/ton. Kapasitas serap batubara untuk Seam JK 2, pada kedalaman 112.70 m dengan tekanan hidrostatik 166 psi sebesar 2,90 m3/ton (as received), sedangkan untuk Seam JK 12 (kedalaman 296.55 m) dengan tekanan hidrostatik 436 psi adalah 6.44 m3/ton.

Sumberdaya batubara yang meliputi daerah seluas 146.7 ha sekitar 16.567.200 ton (tereka). Potensi gas metan yang meliputi daerah tersebut adalah sekitar 15.724.003,94 scf (hipotetik).

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Melimpahnya endapan batubara di Indonesia menjadi perhatian banyak kalangan terutama para investor. Selain dimanfaatkan secara langsung dengan cara ditambang, batubara juga dapat dimanfaatkan dengan cara diambil kandungan gas metannya, atau yang biasa dikenal sebagai Gas Metana

Batubara (GMB) atau Coal Bed Methane (CBM).

(2)

pendataan endapan batubara yang terdapat pada kedalaman lebih dari 100 m. Daerah yang dipilih untuk didata adalah Daerah Jangkang yang termasuk kedalam wilayah Kabupaten Kapuas, Provinsi Kalimantan Tengah.

Kegiatan yang dilakukan oleh Pusat Sumber Daya Geologi ini, menggunakan alat pemboran dan packer tes yang dibiayai oleh DIPA tahun anggaran 2010.

Maksud dan Tujuan

Maksud kegiatan ini adalah untuk melakukan pengukuran kandungan gas yang terdapat pada lapisan batubara serta mengetahui sumberdaya batubara pada kedalaman lebih dari 100 meter .

Sedangkan tujuannya adalah dalam rangka penyediaan data awal potensi sumber daya Gas Metan Batubara serta potensi lainnya seperti tambang batubara bawah permukaan.

Lokasi Kegiatan dan Kesampaian Daerah

Daerah inventarisasi termasuk kedalam wilayah Jangkang, Kabupaten Kapuas, Provinsi Kalimantan Tengah.

Secara geografis daerah ini terletak diantara koordinat 1007’00,00” - 1013’00” Lintang Selatan dan 114007’00” – 114015’00” Bujur Timur (gambar 1). Lokasi tersebut terletak di sebelah timurlaut Palangkaraya dengan jarak lurus sekitar 100 km. Untuk mencapai lokasi penyelidikan dari Palangkaraya dapat digunakan kendaraan roda empat atau roda dua, atau menggunakan speed

boat melalui sungai Kapuas.

KEADAAN GEOLOGI

Morfologi

Secara umum morfologi daerah penyelidikan dapat dikelompokkan menjadi 2 (dua) satuan morfologi yaitu

Satuan morfologi pedataran dan Satuan morfologi perbukitan bergelombang (gambar 2).

Satuan morfologi pedataran, menempati kurang lebih sekitar 40 % dari keseluruhan daerah penyelidikan. Satuan ini berkembang di sekitar sungai Kapuas. Pola aliran sungai yang berkembang adalah pola aliran sungai anastomatik, dan dendritik. Dimana pada pola pengaliran anastomotik erosi yang berkembang lebih ke arah lateral dibandingkan ke arah vertikal. Ini biasa terjadi pada sungai-sungai yang sudah relatif dewasa. Daerah ini umumnya berupa hutan, semak belukar, ladang dan kebun karet masayarakat. Litologi yang ada didominasi oleh batuan dari Formasi Tanjung dan Montalat.

Satuan morfologi perbukitan bergelombang, menempati sekitar 60 % dari keseluruhan daerah penyelidikan. Pola aliran sungai yang berkembang adalah pola aliran sungai dendritik. Daerah ini umumnya berupa hutan, semak belukar, ladang dan kebun karet masyarakat. Litologi yang berkembang terdiri atas batuan-batuan yang berasal dari Formasi Tanjung, Montalat, Berai dan Warukin di sebelah Tenggara daerah penyelidikan.

Stratigrafi

Stratigrafi daerah penyelidikan berdasarkan formasi batuan yang tersingkap diawali oleh batuan volkanik yang terdiri dari basal piroksen berwarna abu-abu kehijau-hijauan, sebagian terubah menjadi mineral lempung, menurut Soetrisno dkk (1994) batuan ini berumur Kapur Akhir. Batuan ini dinamakan Batuan Volkanik Kasale, yang merupakan salahsatu batuan dasar Cekungan Barito.

(3)

terdiri dari dua bagian, bagian bawah disusun oleh serpih batulanau dan konglomerat, sebagian gampingan. Bagian atas disusun oleh perselingan antara batupasir, batulanau, batugamping dan batubara. Menurut Soetrisno dkk. (1994) formasi ini berumur Eosen, terletak tidak selaras diatas batuan berumur Pra Tersier, tersebar dibagian utara wilayah Jangkang.

Selaras diatas Formasi Tanjung adalah Formasi Berai yang menjemari dengan Formasi Montalat. Formasi Berai terdiri dari batugamping berlapis, batulempung dan napal, mengandung limonit, berumur Oligosen Tengah-Akhir (Soetrisno dkk., 1994). Formasi Montalat merupakan formasi pembawa batubara, terdiri dari batupasir kuarsa dengan sisipan batulanau, serpih dan batubara, berumur Oligosen (Soetrisno dkk., 1994). Formasi Berai tersingkap didaerah Sungai Ringin, sedangkan Formasi Montalat tersingkap secara memanjang dari barat ke timur di bagian selatan Formasi Tanjung.

Selaras diatas Formasi Berai dan Montalat adalah Formasi Warukin, merupakan formasi pembawa batubara, terdiri dari batupasir berbutir kasar-sedang sebagian konglomeratan bersisipan batulanau, serpih dan batubara, berumur Miosen Tengah-Miosen Atas (Soetrisno dkk., 1994). Formasi Warukin tersingkap di bagian selatan daerah penyelidikan.

Struktur Geologi

Dari hasil pengamatan lapangan dan pengukuran jurus kemiringan perlapisan batuan di daerah penyelidikan membentuk perlapisan yang arah jurusnya sangat bervariasi, namun sudut kemiringan lapisannya tidak terlalu besar, yaitu berkisar antara 5o-15o.

HASIL PENYELIDIKAN

Pemetaan Geologi dan Pemboran Selama kegiatan penyelidikan, ditemukan singkapan batubara sebanyak kurang lebih 10 lokasi singkapan batubara. Singkapan batubara ditemukan di jalan – jalan yang baru dibuka, juga di sungai-sungai daerah penyelidikan. Secara umum relatif sulit untuk menemukan batubara yang tersingkap dipermukaan, hal ini dikarenakan tingginya intensitas pelapukan di daerah penyelidikan juga karena adanya penambang emas liar di daerah penyelidikan. Data singkapan batubara dapat dilihat pada tabel 1.

Hasil dari pemetaan geologi ini digunakan untuk menentukan lokasi titik bor di lapangan.

Dari hasil sketsa, dengan kemiringan perlapisan rata-rata diasumsikan 8° - 10° diperkirakan bahwa lapisan batubara pada singkapan JG – 02 akan ditembus di titik bor pada kedalaman sekitar 66.0 m. Sementara untuk lapisan batubara singkapan JG 03 & JG – 04 diperkirakan ditembus pada kedalaman 199.8 m. Sedangkan untuk lapisan batubara pada singkapan JG – 01 dan BB – 01 (lapisan batubara yang menjadi target pemboran), diperkirakan akan ditembus pada kedalaman 385 m dan 475 m (Gambar 4). Titik bor di daerah penyelidikan diberi kode JK 1.

Pada kedalaman 328.05 m, pemboran di titik JK 1 mengalami kendala. Karena kedalaman belum mencapai target kedalaman, maka titik bor digeser kurang lebih 5 m ke arah sebelah utara dari titik bor awal. Titik bor ini diberi nama RJK 1. Pemboran akan dilakukan dengan cara open hole sampai kedalaman 320.00 m, kemudian dilanjutkan dengan pemboran inti.

(4)

pemboran terhenti dikarenakan batang bor terjepit, kemungkinan besar terjadi runtuhan di lubang bor. Setelah dilakukan perbaikan, pemboran kembali dilanjutkan. Tetapi air bilasan bor tidak kembali lagi ke permukaan (water lost), malah air bilasan bor ini keluar di titik bor yang pertama (JK 1). Diperkirakan lubang bor JK 1 tidak lurus, tapi mengalami pembengkokan akibat terhalang oleh casing yang tertinggal, sehingga pada kedalaman kurang lebih 317 m kedua lubang bor itu bertemu. Air bilasan yang keluar pada lubang bor JK 1 tidak disertai dengan cuttingnya, serta kemudian terjadi lagi jepitan pada batang bor sebagai akibat dari cutting pemboran yang tidak keluar. Setelah mengatasi jepitan yang terjadi, mengingat waktu pelaksanaan kegiatan lapangan sudah hampir habis, maka pemboran pada titik bor RJK 1 dihentikan. Kedalaman akhir yang dapat dicapai adalah 317.4 m.

Kemudian dilakukan kegiatan logging, dengan menggunakan natural gamma dan density. Logging berhasil dilakukan sampai dengan kedalaman 300 m. Kemungkinan besar telah terjadi pengendapan di dasar lubang bor sehingga alat logging tidak bisa mencapai dasar lubang bor. Hasil logging dapat dilihat pada lampiran.

Kedalaman akhir pemboran pada titik bor pertama (JK1) adalah 328.05 m, sementara pada titik bor kedua (RJK 1) kedalaman pemboran hingga akhir periode kedua mencapai 318.5 m. Lapisan batubara yang ditembus oleh kegiatan pemboran di Jangkang mencapai 17 (tujuh belas) seam/lapisan (tabel 2)

Pengukuran Gas (desorbtion)

Lapisan batubara yang memiliki ketebalan lebih dari 0.5 dan kedalaman lebih dari 50 m dimasukan ke dalam canister untuk kemudian dihitung

kandungan gasnya. Pengukuran gas (desorbtion) dilakukan di laboratorium mobile PSDG. Tabel 3 dan 4 menunjukkan hasil pengukuran gas yang kondisinya telah disesuaikan dengan kondisi standar (STP).

Hasil pengukuran menunjukkan bahwa kandungan gas yang paling dominan pada tiap seam adalah gas Nitrogen (N2) dengan kandungan yang berkisar antara 56.16 % - 87.63 %. Diikuti oleh gas metan (CH4) dengan kandungan antara 5.76 % - 34.92 %. Ini kemungkinan besar disebabkan oleh kurangnya kedalaman sampel batubara yang diambil (kurang dari 300 m) dan masih rendahnya kwalitas batubara yang ada (Sub-Bituminous B).

Kandungan gas metan tertinggi ada pada canister no J-8 dengan nilai kandungan gas sebesar 12.86 scf/ton atau 0.36 cu.m/ton. Conto canister ini merupakan bagian dari lapisan JK 10 yang berada pada kedalaman 200.55 m – 203.13 m dan memiliki ketebalan 2.58 m.

Analisis Laboratorium

Untuk mengetahui kwalitas batubara di daerah penyelidikan, maka dilakukan analisis laboratorium di laboratorium PSDG. Conto batubara yang dianalisa merupakan conto batubara dari hasil pemboran dengan ketebalan diatas 0.5 m. Hasil analisis dapat dilihat pada tabel 5.

(5)

lapisan batubara tersebut. Kemungkinan besar batubara yang ditembus oleh bor JK 1 berasal dari satu formasi, yaitu Formasi Montalat.

Selain itu, dilakukan juga analisa petrografi pada 11 (sebelas) conto inti hasil dari pemboran. Contoh yang dianalisis terdiri dari batubara dan lempung batubaraan atau coaly clay atau shaly coal. Hasil analisa dapat dilihat pada tabel 6. Hasil pengamatan di laboratorium menunjukkan bahwa mikrolitotipe dari batubara adalah vitrit, dimana vitrinit merupakan maseral yang dominan (30.2 – 98.6 %), disertai dengan sedikit inertinit dan liptinit. Liptinit menunjukkan intensitas warna kuning – jingga. Mineral matter didominasi oleh mineral lempung sebagai butir individual atau pengisi rekahan vitrinit. Sedikit pirit dan oksida besi hadir sebagai butiran, kecuali pada beberapa sampel menunjukkan kadar pirit yang tinggi (JK 6, JK 10 dan JK 11). Dari variasi komposisi maseral dan mineral, batubara di daerah ini diendapkan pada lingkungan pantai hingga upper delta

plain.

Analisis Adsorption Isotherm

Uji adsorption isotherm dilakukan berdasarkan metode volumetric untuk menentukan kapasitas serap (sorption capacity) batubara sebagai fungsi tekanan. Pengujian yang dilakukan mengacu pada metode volumetric dari Commonwealth Scientific and Industrial Research Organization (CSIRO) Australia, pada metode ini volume gas terserap perconto batubara diukur secara tidak langsung dengan menginjeksikan gas metana secara bertahap dengan tekanan bervariasi yang dapat beroperasi hingga tekanan 16 Mpa (2320 psi) dengan temperature maximum 100°C.

Kandungan gas hasil pengukuran

adsorption isotherm selalu mewakili

kapasitas serapan atau jumlah maksimum gas yang dapat diikat oleh batubara (storage capacity). Untuk menghitung kapasitas gas yang tersimpan (storage capacity) dengan tekanan digunakan persamaan Langmuir sebagai berikut :

dimana:

Persamaan diatas hanya digunakan dengan asumsi batubara murni (pure coal), sehingga persamaan ini kemudian dimodified dengan memperhitungkan adanya kadar abu dan kadar air yang terkandung dalam batubara, sehingga persamaan ini menjadi:

dimana:

fa = kadar abu, fraksi

fm = kadar air, fraksi

Pengujian adsorption isotherm

dilakukan terhadap 2 (dua) contoh batubara dari Seam JK 4 dan Seam JK 12. Seam 12 merupakan lapisan batubara paling bawah yang ditemukan pada kegiatan pemboran dengan kedalaman 296.55 m – 297.10, dan ketebalan 0.55 m .

(6)

Sumberdaya Batubara

Perhitungan sumberdaya batubara daerah Jangkang dilakukan berdasarkan pada kriteria-kriteria sebagai berikut :

• Data batubara yang digunakan dalam perhitungan adalah data batubara dari hasil pemboran JK 01.

• Jarak yang dihitung kearah jurus (lebar) dibatasi sampai sejauh 750 m dari lokasi bor JK-01, sehingga jarak total yang dihitung kearah jurus mencapai 1500 m.

Jarak yang dihitung kearah down dip atau up dip (panjang) untuk batubara Seam C dibatasi sampai sejauh 400 m dari lokasi JK-01, sehingga jarak totalnya mencapai 800 m (dalam hal ini lokasi JK-01 terletak ditengah).

• Lapisan batubara yang dihitung mengacu pada lapisan batubara yang diukur kandungan gas metannya saja, yaitu pada batubara dengan ketebalan lapisan diatas 1.50 m.

• Berat jenis yang dihitung adalah berat jenis batubara yang umum yaitu 1,30.

Berdasarkan kriteria diatas, sumberdaya batubara daerah Jangkang adalah sebesar 16.567.200 ton. Untuk perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada tabel 9.

Potensi Gas Methane

Berdasarkan hasil pengukuran, kandungan gas dalam lapisan batubara di daerah penyelidikan relatif sedikit. Ini mungkin disebabkan karena kedalaman dari sampel yang diambil kurang dari 300 m, sehingga gas yang terkandung dalam lapisan batubara masih relatif sedikit.

Kandungan gas metan (methane

in place) di daerah Jangkang dihitung

berdasarkan kriteria-kriteria sebagai berikut :

- Luas daerah yang dihitung mengacu pada luas sebaran batubara yang telah dihitung sumberdayanya.

- Tebal batubara yang dihitung adalah tebal yang didapat dari data hasil pemboran

- Rumus yang digunakan dalam menghitung sumberdaya gas metan adalah :

Berdasarkan kriteria diatas, hasil perhitungan kandungan gas metan di daerah penyelidikan adalah sebesar 15.724.003,94 scf. Untuk lebih lengkapnya dapat dilihat pada tabel 10.

Prospek Pemanfaatan dan Pengembangan

Sebagaimana telah disebutkan diatas, kandungan gas pada conto batubara di daerah penyelidikan relatif sedikit. Untuk itu perlu ada penyelidikan lebih lanjut, mengingat data yang disampaikan disini hanya berasal dari satu titik pemboran. Penyelidikan selanjutnya lebih baik bila lebih difokuskan pada formasi yang lebih tua, yaitu Formasi Tanjung.

KESIMPULAN DAN SARAN

Dari pembahasan diatas, dapat dibuat beberapa kesimpulan sebagai berikut :

(7)

Cekungan Barito bagian utara. Formasi pembawa batubara di daerah penyelidikan adalah Formasi Montalat dan Formasi Tanjung.

2. Perlapisan batuan di daerah penyelidikan memiliki struktur homoklin dengan kemiringan kearah Tenggara sebesar 8° - 18°.

3. Dari hasil pemboran, diketahui bahwa di titik bor JK-1 terdapat 17 (tujuh belas) lapisan batubara dengan ketebalan antara 0.30 m – 2.58 m. Terdapat lima lapisan yang memiliki ketebalan lebih dari 1.5 m. Lapisan tersebut adalah :

a. Lapisan JK 2 yang berada pada kedalaman 75.13 – 76.75 memiliki ketebalan 1.62 m.

b. Lapisan JK 3 yang berada pada kedalaman 84.25 m memiliki ketebalan 1.90 m.

c. Lapisan JK 4 yang berada pada kedalaman 111.60 m memiliki ketebalan 2.47 m.

d. Lapisan JK 5 yang berada pada kedalaman 123.95 m memiliki ketebalan 2.05 m.

e. Lapisan JK 10 yang berada pada kedalaman 200.55 m memiliki ketebalan 2.58 m.

Lapisan-lapisan inilah yang dihitung sumberdaya batubara dan kandungan gasnya.

4. Nilai kalori batubara (adb) untuk tipa lapisan batubara di daerah penyelidikan berkisar antara 4784 – 5627 cal/kg. Menurut klasifikasi US System masuk ke dalam kategori Sub-Bituminous B.

5. Berdasarkan hasil pengukuran (desorbtion test), kandungan gas dalam lapisan batubara di daerah penyelidikan berkisar antara 0.028 cu.m/ton – 0.582 cu.m/ton, atau setara dengan 0.986 – 20.553 scf/ton.

6. Berdasarkan analisis komposisi gas, kandungan gas metan dalam lapisan batubara berkisar antara 0.002 – 0.127 cu.m/ton atau setara dengan 0.083 – 4.491 scf/ton.

7. Kapasitas serap batubara terhadap gas metan berdasarkan analisis

adsorption isotherm untuk Seam JK

2, pada kedalaman 112.70 m dengan tekanan hidrostatik 166 psi sebesar 2,90 m3/ton (as received). Kapasitas serap batubara terhadap gas metan untuk Seam JK 12 pada kedalaman 296.55 m dengan tekanan hidrostatik 436 psi adalah 6.44 m3/ton.

8. Sumberdaya batubara yang meliputi daerah seluas 146.7 ha sekitar 16.567.200 ton (tereka). Potensi gas metan yang meliputi daerah tersebut adalah sekitar 15.724.003,94 scf (hipotetik).

(8)

Gambar 1. Peta Lokasi Daerah Kegiatan

Keterangan : 

• A : Morfologi Daerah Pedataran  • B : Morfologi daerah perbukitan 

Gambar 2. Morfologi daerah penyelidikan DAERAH KEGIATAN

A

(9)

Umur Simbol

Litologi Formasi Deskripsi

Lingkungan

Aluvium Batuan hasilrombakan lempung, pasir, kerakal

Berai : Batugamping lapis dg. Batulempung, Napal dan Batubara

Ketidakselarasan

Montalat : Batupasir Kuarsa sisipan Batulanau & Batubara

Perselingan Batupasir Kuarsa, Batulanau, Batugamping, dan Batubara

Perselingan Batupasir Serpih, Batulanau dan Konglomerat

Berupa stocks, umumnya terdiri dari Basalt Pyroksen

(10)

Tabel 1. Data singkapan batubara di daerah penyelidikan

No Kode Lokasi Lokasi

Koordinat

Ele vasi

Jurus (N..oE)

Kemi ringan (...o)

Jumlah Seam

Te bal

(m) Keterangan LS BT

1. JG-01

Dipinggir jln S.

Kaburan 01o09’40,8” 114o11’20,9” - 65 12 1 1,60

Hasil Pemetaan Tim PMG

2. JG-02

Pingir Jln, S.

Ohon 01o09’40,8” 114o11’20,9” 49 70 10 1 1,60 Hasil Pemetaan

Tim PMG

3. JG-03 S.Mangkirik 01o12’25,7” 114o09’35,1” 49 - - - -

Tersingkap pd bekas tambang emas, Hasil Pemetaan Tim PMG

4. JG-21 dekat S.Ringin 01o09’13,9” 114o08’32,3” 62 140 8 1 0,25 Hasil Pemetaan

Tim PMG

5. JG-22 dekat S.Ringin 01o08’29,1” 114o07’29,8” - 130 18 1 0,50 Hasil Pemetaan

Tim PMG

6. JG-24 Pinggir Jalan 01o09’11,6” 114o07’09,6” 122 118 15 1 0,50 Hasil Pemetaan

Tim PMG

7. JNG 03

Dekat S.

Kapuas 01o09’41,8” 114o12’37,0” 44 170 11 1 6,00?? Hasil Pemetaan NEDO

8. JNG 04

Dekat S.

Kapuas 01o09’47,3” 01o12’33,5” 49 170 4 1 2,60 Hasil Pemetaan

NEDO

9. BB-01 Kebun Masyarakat 01o09’25,8” 114o10’59,8” - 30 6 1 0,50 Hasil Pemetaan

Tim PMG

10 BB-02 Kebun

(11)

Gambar 4. Sketsa penentuan titik bor di daerah penyelidikan

Target

Pemboran Hasil

(12)

Tabel 2. Batubara yang ditemukan di lokasi Bor JK-01

No  Kode 

Lapisan 

Kedalaman Lapisan Batubara 

Dari  Sampai  Tebal 

1  ‐ 10.05  10.50  0.45 

2  JK 1  22.25  22.80  0.55 

3  ‐  25.35  25.65   0.30 

4  ‐ 27.47  27.87  0.40 

5  JK 2 75.13  76.75  1.62 

6  JK 3 84.25  86.15  1.90 

7  JK 4 111.60  114.07  2.47 

8  JK 5 123.95  126.00  2.05 

9  JK 6 150.35  151.30  0.95 

10  JK 7 186.10  186.95  0.85 

11  JK 8 189.80  190.48  0.68 

12  JK 9 192.90  193.90  1.00 

13  JK 10 200.55  203.13  2.58 

14  ‐ 213.40    213.75  0.35 

15  JK 11 222.00    222.50  0.50 

16  ‐ 278.20    278.55  0.35 

(13)

Tabel 3. Hasil analisis komposisi ga

s pada tiap

seam

Tabel 4. Kandungan Gas Metan Hasil Pengukur

(14)

Tabel 5. Kualitas Batubara di Daerah Jangkang dan sekitarnya

Jenis analisis  Unit  Basis 

Batubara 

JK 1  JK 2  JK 3  JK 4  JK 5  JK 6 

Free

 

Moisture

 

%

 

Ar

 

30.54

32.28

32.25

34.70

31.92

 

31.67

Total

 

Moisture

 

%

 

Ar

 

38.65

39.91

40.01

42.23

39.74

 

40.18

Moisture

 

%

 

Adb

 

11.67

11.26

11.46

11.53

11.49

 

12.45

Volatile

 

Matter

 

%

 

Adb

 

44.36

42.55

42.50

43.43

43.14

 

41.54

Fixed

 

Carbon

 

%

 

Adb

 

37.84

41.99

42.14

41.25

41.68

 

39.76

Ash

 

%

 

Adb

 

6.13

4.20

3.90

4.79

3.69

 

6.25

Total

 

Sulphur

 

%

 

Adb

 

0.30

0.38

0.35

0.48

0.23

 

0.25

Calorific

 

Value

 

Cal/gr

 

Adb

 

5604

5589

5595

5607

5704

 

5330

Jenis analisis  Unit  Basis  Batubara 

JK 7  JK 8  JK 9  JK 10  JK 11 

Free

 

Moisture

 

%

 

Ar

 

30.00

29.72

32.44

30.21

 

28.20

Total

 

Moisture

 

%

 

Ar

 

38.61

36.68

40.85

38.18

 

35.54

Moisture

 

%

 

Adb

 

12.30

9.91

12.45

11.42

 

10.22

Volatile

 

Matter

 

%

 

Adb

 

42.70

37.39

40.01

40.86

 

37.80

Fixed

 

Carbon

 

%

 

Adb

 

41.40

34.01

43.90

38.31

 

37.51

Ash

 

%

 

Adb

 

3.60

18.69

3.64

9.40

 

14.47

Total

 

Sulphur

 

%

 

Adb

 

0.22

0.85

0.33

2.36

 

4.88

Calorific

 

Value

 

Cal/gr

 

Adb

 

(15)

Tabel 6. Hasil Analisa Petrografi Daerah Penyelidikan

N

Kode 

Cont

Depth 

Mean 

RV 

(% Rv 

max) 

Kisaran 

(%) 

Std. 

Devias

Komposisi 

Maseral (%) 

Material Mineral 

(%) 

Clay 

OX B 

PY 

1

 

JK

 

1

 

22.25

 

0.31

 

0.28

 ‐ 

0.34

0.019

56.3

0.2

0.2

42.6

 

0.4

0.3

2

 

JK

 

2

 

75.13

 

0.32

 

0.27

 ‐ 

0.36

0.029

84.3

2.6

0.1

12.4

 

0.5

0.1

3

 

JK

 

3

 

84.25

 

0.33

 

0.28

 ‐ 

0.39

0.035

97.5

0.3

0.2

1.6

 

0.2

0.2

4

 

JK

 

4

 

111.6

 

0.32

 

0.28

 ‐ 

0.40

0.036

97.2

0.5

0.2

0.4

 

1.6

0.1

5

 

JK

 

5

 

123.9

5

 

0.34

 

0.28

 ‐ 

0.38

0.033

96.1

0.3

0.3

2.3

 

0.9

0.1

6

 

JK

 

6

 

150.3

5

 

0.33

 

0.30

 ‐ 

0.39

0.027

93.6

0.2

0.2

4.1

 

0.8

1.1

7

 

JK

 

7

 

186.1

 

0.34

 

0.31

 ‐ 

0.37

0.019

96

0.5

0.1

3.1

 

0.2

0.1

8

 

JK

 

8

 

189.8

 

0.35

 

0.32

 ‐ 

0.39

0.021

96.5

0.2

0.2

2.6

 

0.3

0.2

9

 

JK

 

9

 

192.9

 

0.36

 

0.31

 ‐ 

0.40

0.029

95.8

0.3

0.1

2.9

 

0.3

0.6

10

 

JK

 

10

 

200.5

5

 

0.32

 

0.27

 ‐ 

0.35

0.024

75.8

0.3

0.3

15.1

 

1.6

6.9

11

 

JK

 

11

 

222

 

0.33

 

0.29

 ‐

0.37

0.026

91.4

0.2

0.2

4.4

 

0.7

3.1

Keterangan :

V : Vitrinit

CLAY : Mineral Lempung I : Inertinit

OX B : Oksida Besi

(16)

Tabel 7. Hasil Analisis Proximate Batubara Pada Lapisan JK 4 dan JK 12

No 

Depth 

(meter) 

Sample 

ID/Kode 

Lapisan 

Moisture

(% wt, 

adb) 

Ash 

Content 

(% wt) 

Volatile 

Matter (% 

wt) 

Fix 

Carbon 

(% wt) 

Density 

(gr/cc) 

1

 

112.70

 

 

113.20

 

J2

 

 

2/JK

 

4

 

35.87

 

2.95

 

33.06

 

28.13

 

1.241

 

2

 

296.55

 

 

297.07

 

J

 

 

12/JK

 

12

 

33.06

 

8.20

 

30.24

 

28.51

 

1.273

 

Tabel 8. Nilai Volume dan Tekanan Langmuir yang Didapat dari hasil uji adsorption

isotherm

No 

Depth 

(meter) 

Sample 

ID/Kode 

Lapisan 

Temp., 

°C 

Vol 

Langmuir 

(m3/t) 

Press. 

Langmuir 

(psi) 

Hydrostatic 

Pressure 

(psi) 

Storage 

Capacity 

(m3/t) 

1

 

112.70

 

 

113.20

 

J2 – 2/JK 

33°C

 

 

1°C)

 

10.16

 

415.10

 

166.00

 

2.90

 

2

 

296.55

 

 

297.07

 

J – 12/JK 

12 

36°C

 

 

(17)
(18)

Gambar 6. Kurva Volume dan Tekanan Langmuir pada lapisan batubara JK 12

Tabel 9. Perhitungan Sumberdaya Batubara Daerah Jangkang dan sekitarnya

Seam 

Tebal  (m) 

Panjang  (m) 

Lebar  (m) 

SG  (ton/m3)

Sumber  daya (ton) 

JK 2   1.62     1,500  800  1.30  2,527,200  

JK 3  1.90   1,500   800  1.30  2,964,000  

JK 4  2.47   1,500  800  1.30  3,853,200  

JK 5  2.05   1,500  800  1.30  3,198,000  

JK 10  2.58   1,500  800  1.30  4,024,800  

Total  16,567,200  

Tabel 10. Kandungan Metan di daerah penyelidikan

Seam 

Tebal  (m) 

Panjang  (m) 

Lebar  (m) 

SG  (ton/cu.m)

Moisture  (%) 

Ash  (%) 

Kandungan  Metan  (Cu.m) 

Kandungan  Metan (scf) 

JK 2  1.62    1,500   800   1.30   11.67 6.13 0.00  0.00

JK 3  1.90    1,500   800   1.30   11.26 4.20 0.00  0.00

JK 4  2.47    1,500   800   1.30   11.46 3.90 7,868.57  277,768.32

JK 5  2.05    1,500   800   1.30   11.53 4.79 5,656.87  199,693.24

JK 10  2.58    1,500   800   1.30   12.45 3.64 431,901.15  15,246,542.39

Gambar

Gambar 1.  Peta Lokasi Daerah Kegiatan
Gambar  3. Stratigrafi daerah penyelidikan
Tabel 1. Data singkapan batubara di daerah penyelidikan
Gambar 4. Sketsa penentuan titik bor di daerah penyelidikan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Namun, jika jumlah radikal bebas berlebih hingga antioksidan endogen tidak dapat menetralisir semuanya, radikal bebas dapat tetap merusak sel seperti yang terjadi pada

Telkom University adalah salah satu perguruan tinggi terbaik di Indonesia yang mempunyai visi World Class University , visi jangka panjang yang dimiliki Universitas telkom

Menurut Connolly dan Begg (2010, p316), Requirements Collection and Analysis adalah proses dari mengumpulkan dan menganalisa informasi tentang bagian dari organisasi yang

artikel yang disajikan dalam sebuah seminar/symposium dapat dinilai sama dengan jurnal edisi normal namun tidak dapat digunakan untuk memenuhi syarat khusus publikasi

Perikarp atau kulit buah manggis memiliki permukaan bagian luar yang halus dengan tebal 4-8 mm, keras, berwarna ungu kecoklatan pada bagian luarnya dan ungu pada bagian

Berdasarkan hasil analisis yang terdiri dari aspek pasar, aspek material, aspek lokasi, aspek permesinan, aspek organisasi, aspek sumber daya manusia dan

Work effectively with customers and colleagues Work effectively with customers and colleagues Work effectively with customers and colleagues 18 Bekerja dalam

Peneliti akan mengumpulkan data mengenai langkah-langkah demokratisasi di Irak dan mengumpulkan data mengenai tingkat pemenuhan aspek keamanan manusia sebelum dan