ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PENENTUAN
MARGIN
PEMBIAYAAN
MURA<BAH{AH
PADA KOPERASI
JASA KEUANGAN SYARI
’
AH BEN IMAN LAMONGAN
SKRIPSI
Oleh Nur Azizah NIM C32211118
Universitas Islam Negeri Sunan Ampel
Fakultas Syari
’
ah dan Hukum
Jurusan Hukum Perdata Islam
Prodi Hukum Ekonomi Syari
’
ah (Muamalah)
Surabaya
vii ABSTRAK
Skripsi ini adalah hasil penelitian lapangan (Field Reseacrh) dengan judul “Analisis Hukum Islam terhadap Penentuan Margin Pembiayaan
Mura>bah}ahpada Koperasi Jasa Keuangan Syari’ah Ben Iman Lamongan”.
Data penelitian ini bertujuan untuk menjawab dua pertanyaan yaitu: Bagaimana penentuan margin pembiayaan mura>bah}ah pada Koperasi Jasa Keuangan Syari’ah Ben Iman Lamongan, Bagaimana analisis hukum Islam terhadap penentuan margin pembiayaan mura>bah}ah pada Koperasi Jasa Keuangan Syari’ah Ben Iman Lamongan.
Untuk mendapatkan data yang valid maka penulis menggunakan beberapa tehnik, diantaranya: observasi, wawancara, dokumentasi. Setelah data terkumpul maka data diolah menggunakan metode deskriptif kualitatif dan pola pikir induktif, yaitu metode yang digunakan untuk fakta dari hasil penelitian kemudian diteliti sehingga ditemukan pemahaman tentang penentuan margin pembiayaan mura>bah}ah pada Koperasi Jasa Keuangan Syari’ah Ben Iman Lamongan kemudian dianalisis secara umum menurut hukum Islam.
Hasil penelitian menyimpulkan bahwa penentuan margin pembiayaan
mura>bah}ah pada Koperasi Jasa Keuangan Syari’ah Ben Iman Lamongan
ialah ditentukan sepihak oleh Koperasi Jasa Keuangan Syari’ah Ben Iman Lamongan dan berpatokan pada tingkat suku bunga yang berlaku di pasar perbankan konvensional sehingga prosentase margin dapat berubah-ubah sesuai dengan tingkat suku bunga. Meskipun demikian, peneliti juga menyimpulkan bahwa tingkat margin di Koperasi Jasa Keuangan Syari’ah
Ben Iman Lamongan dapat ditentukan dari beberapa faktor yang perlu dipertimbangkan, yakni: tingkat rata-rata margin pasar, tingkat rata-rata margin perbankan syariah lainnya serta biaya yang lain seperti biaya-biaya operasional. Metode flat yang dipergunakan oleh pihak Koperasi Jasa Keuangan Syari’ah Ben Iman Lamongan adalah diperbolehkan sebab dilihat dari mas}lah}ah mursalah Koperasi Jasa Keuangan Syari’ah Ben Iman
Lamongan dapat membantu anggota yang sedang kesusahan serta sebagai untuk menolong orang yang membutuhkan dana secara mendadak.
DAFTAR ISI
SAMPUL DALAM ... i
PERNYATAAN KEASLIAN ... ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii
PENGESAHAN ... iv
MOTTO ...v
PERSEMBAHAN ... vi
ABSTRAK ... vii
KATA PENGANTAR ... viii
DAFTAR ISI ...x
DAFTAR TABEL ... xiii
DAFTAR GAMBAR ... xiv
DAFTAR TRANSLITERASI ...xv
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ...1
B. Identifikasi dan Batasan Masalah ...6
C. Rumusan Masalah ...7
D. Kajian Pustaka ...7
E. Tujuan Penelitian ...11
F. Kegunaan Penelitian ...11
G. Definisi Operasional ...12
H. Metode Penelitian ...13
I. Sistematika Pembahasan ...18
BAB II KONSEPSI TENTANG MURA<BAH{AH DAN MARGIN KEUNTUNGAN A. Konsep tentang Mura>bah{ah ...20
1. Pengertian mura>bah{ah ...20
2. Dasar hukum mura>bah{ah ...23
xi
4. Syarat mura>bah{ah ...29
5. Ketentuan pembiayaan mura>bah{ah ...32
6. Aplikasi mura>bah{ah pada koperasi syari’ah...39
7. Resiko-resiko dalam pembiayaan mura>bah{ah ...44
B. Konsep tentang Margin Keuntungan ...45
1. Pengertian margin ...45
2. Faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan dalam penentuan margin ...46
3. Metode-metode penentuan margin mura>bah{ah ...48
4. Persyaratan untuk perhitungan margin keuntungan ...49
BAB III APLIKASI PENENTUAN MARGIN PEMBIAYAAN MURA<BAH{AH DI KOPERASI JASA KEUANGAN SYARI’AH BEN IMAN LAMONGAN A. Gambaran Umum Koperasi Jasa Keuangan Syari’ah Ben Iman Lamongan ...50
1. Sejarah ...50
2. Keadaan geologis ...52
3. Prinsip syari’ah dan membangun kolektivitas dalam koperasi52 4. Visi, misi dan tujuan koperasi jasa keuangan syari’ah ben iman lamongan ...53
5. Fungsi dan peran koperasi jasa keuangan syari’ah ben iman lamongan ...54
6. Struktur organisasi dan job description koperasi jasa keuangan syari’ah ben iman lamongan ...55
7. Produk-produk koperasi jasa keuangan syari’ah ben iman lamongan ...58
1. Prosedur pembiayaan mura>bah{ah di koperasi jasa keuangan syari’ah ben iman lamongan ...61
2. Metode penentuan margin pembiayaan mura>bah{ah di koperasi jasa keuangan syari’ah ben iman lamongan ...65
3. Faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan dalam penentuan
margin ...68 4. Prosedur pembayaran dalam pembiayaan mura>bah{ah ...69
BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PENENTUAN
MARGIN PEMBIAYAAN MURA<BAH{AH PADA
KOPERASI JASA KEUANGAN SYARI’AH BEN IMAN
LAMONGAN
A. Analisis Penentuan Margin Pembiayaan Mura>bah{ah pada Koperasi Jasa Keuangan Syari’ah Ben Iman Lamongan ...71
B. Analisis Hukum Islam terhadap Penentuan Margin Pembiayaan
Mura>bah{ah pada Koperasi Jasa Keuangan Syari’ah Ben Iman Lamongan ...75
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ...84
B. Saran ...85
DAFTAR PUSTAKA
1 BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Perkembangan pesat yang dialami oleh perbankan syari’ah merupakan
bentuk respon positif bagi perekonomian Islam di tengah masyarakat. Secara
kelembagaan, perbankan syari’ah di Indonesia dapat dibagi menjadi Bank
Umum Syari’ah (BUS) dan Bank Pembiayaan Rakyat Syari’ah (BPRS).2
Sedangkan Lembaga Keuangan Islam yang berbentuk non Bank di antaranya
ialah Asuransi Syari’ah, Pegadaian Syari’ah, Baitul Mal watTamwil (BMT),
dan Koperasi Syari’ah. Lembaga yang disebut terakhir (Koperasi Syari’ah)
merupakan salah satu dari pranata sosial hukum Islam yang dipraktikkan dan
dikembangkan di Indonensia yang cikal bakalnya sudah ada sejak berdirinya
Sarekat Dagang Islam tahun 1913.3
Keberadaan koperasi di Indonesia sudah ada sejak 1896 ketika
seorang Pamong Praja Patih TR. Aria Wiria Atmaja di Purwokerto
mendirikan sebuah bank untuk para pegawai negeri (priyayi). Tindakannya
tersebut dimotivasi oleh adanya keinginan untuk menolong para pegawai
yang makin menderita karena terjerat oleh „lintah darat’ yang memberikan
2
Lasmiatun, Perbankan Syari’ah, (Semarang: Lpsdm. Ra Kartini, 2010), 20-21.
3
2
pinjaman dengan bunga yang tinggi. Maksud Patih tersebut diwujudkan
dalam bentuk koperasi kredit model Raiffeisen seperti di Jerman.4
Azas usaha dalam koperasi syari’ah didasarkan atas konsep gotong
royong serta tidak dimonopoli atau dikuasai oleh salah seorang pemilik
modal. Begitu pula dalam hal keuntungan yang diperoleh maupun kerugian
yang diderita harus dibagi atau ditanggung secara sama dan proporsional.
Penekanan manajemen usaha dilakukan secara musyawarah sesama anggota
dalam Rapat Anggota Tahunan (RAT) dengan melibatkan seluruhnya potensi
anggota yang dimilikinya.5
Ayat al-Qur’an yang relevan dengan asas koperasi adalah:
Artinya: “...Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah kamu kepada Allah, Sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya” (Q.S. al-Maida>h [5]: 2).6
Penentuan harga merupakan salah satu aspek penting dalam kegiatan
pemasaran produk. Koperasi yang berdasarkan konvensional, harga adalah
bunga, biaya adminstrasi dan komisi, biaya kirim, biaya tagih, biaya sewa,
biaya iuran dan biaya-biaya lainnya. Sedangkan harga bagi koperasi yang
4
Ninik Widiyanti Dan Y.W. Sunindhia, Koperasi Dan Perekonomian Indonesia, (Jakarta: Rineka Cipta, 1998), 25.
5
Ibid., 20.
6
3
berdasarkan prinsip syariah adalah bagi hasil.7 Akan tetapi, dalam penentuan
harga pembiayaan di koperasi syari’ah sering menggunakan metode going
rate pricing yaitu menggunakan tingkat suku bunga pasar sebagai rujukan (benchmark).
Lembaga Keuangan Syari’ah non Bank yaitu Koperasi Jasa
Keuangan Syari’ah Ben Iman Lamongan juga semakin menunjukkan
eksistensinya. Seperti halnya bank syari’ah, kegiatan Koperasi Jasa
Keuangan Syari’ah Ben Iman Lamongan adalah melakukan penghimpun
dana (funding) antara lain: Tabungan Syari’ah (Mud{ara>bah) dan Tabungan
Deposito Syari’ah (Sijangka Mud{ara>bah) sedangkan penyaluran dana (financing) antara lain: Pembiayaan Mud{ara>bah, Pembiayaan
Mura>bah{ah, Pembiayaan Musya>rakah dan Qord{ul H{asan kepada
masyarakat.8
Pada Koperasi Jasa Keuangan Syari’ah Ben Iman Lamongan,
pembiayaan mura>bah{ah meliputi pembiayaan umumnya sebagian besar nasabahnya 80% petani. Dalam hal ini untuk pembiayaan penggarapan
tambak atau sawah dan sebagian atau sisanya untuk kebutuhan sehari-hari,
misalnya pembelian sembako.9 Pembiayaan mura>bah{ah merupakan suatu akad jual beli antara Koperasi Jasa Keuangan Syari’ah Ben Iman
7
Kasmir, Pemasaran Bank, (Jakarta: Fajar Interpratama Offset, 2004), 151-152.
8
Brosur Koperasi Jasa Keuangan Syari’ah Ben Iman Lamongan.
9
4
Lamongan dan anggota dengan pembayaran tangguh dan pengambilan
margin merupakan keuntungan yang diperoleh koperasi.
Anggota dalam pelaksanaan pembayaran angsuran sangat pariatif, ada
yang tepat waktu, ada juga yang lebih awal dari waktu yang ditentukan
bahkan ada yang tidak tepat waktu. Walaupun dalam akad pembiayaan
mura>bah{ah sudah disepakati batas waktu pembayaran, akan tetapi terdapat anggota yang membayar angsurannya tidak sesuai dengan waktu yang telah
disepakati sehingga bisa dikatakan bahwa anggota tersebut bermasalah.
Sehubungan dengan adanya anggota yang bermasalah tersebut maka akan
mempengaruhi waktu dan biaya yang dikeluarkan oleh pihak Koperasi Jasa
Keuangan Syari’ah Ben Iman Lamongan.10
Pada Koperasi Jasa Keuangan Syari’ah Ben Iman Lamongan,
margin pembiayan mura>bah{ah ditentukan oleh pihak Koperasi Jasa Keuangan Syari’ah Ben Iman Lamongan.11 Penentuan secara sepihak ini
tentunya anggota tidak bisa tawar-menawar sehingga anggota hanya
menerima jadi, kemudian memberikan kesepakatan atas margin tersebut. Dalam penentuan margin yang diberikan terkadang lebih besar dari suku
bunga konvensional. Hal ini untuk menghindari akibat dari terjadinya inflasi.
Oleh karena itu sangat menarik untuk dikaji lebih dalam tentang kebijakan
yang diberikan Koperasi Jasa Keuangan Syari’ah Ben Iman Lamongan
dalam menentukan margin pembiayaan mura>bah{ah.
10
Ibid.
11
5
Margin yang diberikan Koperasi Jasa Keuangan Syari’ah Ben Iman Lamongan pada pembiayaan mura>bah{ah berbeda antara anggota yang
melakukan pembayaran secara angsuran sebesar 2,25% sedangkan anggota
yang melakukan pembayaran secara musiman sebesar 2,5%.12 Selain itu
juga, margin itu sifatnya fixed yaitu selama periode angsuran berlangsung besaran nominal yang dibayarkan tetap sama. Namun selain bersifat fixed
juga bersifat fluktatif, presentasenya bisa berubah-ubah, bisa naik dan bisa
turun.
Idealnya selain dituntut untuk memenuhi aturan-aturan syari’ah,
Koperasi juga diharapkan mampu memberikan bagi hasil kepada dana pihak
ketiga minimal sama dengan serta menerapkan margin pembiayaan
mura>bah{ah yang lebih rendah dari pada suku bunga kredit lembaga
keuangan konvensional.
Untuk merealisasikan konsep ideal tersebut, Koperasi Jasa Keuangan
Syari’ah Ben Iman Lamongan harus dikelola secara optimal berlandaskan
prinsip-prinsip amanah, sidiq, fatonah, dan tabligh, termasuk dalam hal
kebijakan penentuan margin dan nisbah bagi hasil pembiayaan. Selain itu
juga, diharapkan mampu mencari pembenaran dalam kacamata Islam atau
membangun metode baru yang sama sekali tidak bertentangan dengan
pencapaian maqa>s}id asy-syari>„ah atau syariat Islam.
12
6
Berdasarkan uraian di atas dan mengingat betapa pentingnya suatu
proses penentuan margin mura>bah{ah Koperasi Jasa Keuangan Syari’ah
Ben Iman Lamongan, maka penulis mengadakan penelitian dengan
mengambil judul ”Analisis Hukum Islam terhadap Penentuan Margin
Pembiayaan Mura>bah{ah pada Koperasi Jasa Keuangan Syari’ah Ben
Iman Lamongan”
B. Identifikasi dan Batasan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang dipaparkan diatas, maka
penulis dapat mengidentifikasi dan memberikan batasan masalah sebagai
berikut:
1. Aplikasi pembiyaaan mura>bah{ah di Koperasi Jasa Keuangan
Syari’ah Ben Iman Lamongan
2. Prosedur pembiayaan mura>bah{ah di Koperasi Jasa Keuangan
Syari’ah Ben Iman Lamongan
3. Margin pembiayaan mura>bah{ah di Koperasi Jasa Keuangan Syari’ah Ben Iman Lamongan
4. Penentuan margin pembiayaan mura>bah{ah di Koperasi Jasa Keuangan Syari’ah Ben Iman Lamongan
5. Analisis Hukum Islam mengenai penentuan margin pembiayaan
7
Agar lebih fokus dan mendapatkan hasil yang baik dalam
penelitian, maka penulis akan membatasi masalah sehingga dalam skripsi
ini penulis hanya akan membahas tentang:
1. Penentuan margin pembiayaan mura>bah{ah di Koperasi Jasa
Keuangan Syari’ah Ben Iman Lamongan
2. Analisis hukum Islam mengenai penentuan margin pembiayaan
mura>bah{ah di Koperasi Jasa Keuangan Syari’ah Ben Iman
Lamongan
C. Rumusan Masalah
Dari latar belakang masalah serta identifikasi dan batasan
masalah diatas dapat dirumuskan suatu permasalahan sebagai berikut:
1. Bagaimana penentuan margin pembiayaan mura>bah{ah pada Koperasi Jasa Keuangan Syari’ah Ben Iman Lamongan?
2. Bagaimana analisis hukum Islam terhadap penentuan margin
pembiayaan mura>bah{ah pada Koperasi Jasa Keuangan Syari’ah Ben Iman Lamongan?
D. Kajian Pustaka
Kajian pustaka adalah deskripsi ringkas tentang kajian atau
8
diteliti sehingga terlihat jelas bahwa kajian yang akan dilakukan ini
tidak merupakan pengulangan dari penelitian yang telah ada.13
Skripsi yang disusun oleh Fike Mai Mandasari dengan judul
Sistem Pengendalian Pembiayaan Mura>bah{ah pada BPRS Bhakti Haji
Malang (Jurusan Manajemen, Fakultas Ekonomi, Universitas Islam Negeri
Malang, 2008).14 Dalam kesimpulan skripsi ini menunjukan bahwa
kegiatan pengendalian yang ada pada BPRS BHM tidak berpedoman pada
pengendalian tertulis melainkan berdasarkan pada petunjuk dan arahan
direksi. Sistem pengendalian tercermin pada struktur organisasi
pembiayaan, sistem dan prosedur pembiayaan dan usaha pembinaan serta
pengawasan. Tujuan dari pengendalian pembiayaan yang dilakukan oleh
BPRS adalah untuk memanage pembiayaan yang ada agar tetap lancar dan
produktif.
Skripsi yang disusun oleh Asep Syaiful Bahri dengan judul
Evaluasi Risiko Pembiayaan Mura>bah{ahpada Bank Syari’ah Muamalat
(Program Studi Muamalat, Fakultas Syari’ah dan Hukum, UIN Syarif
Hidayatullah, Jakarta, 2008).15 Dalam kesimpulan skripsi ini menunjukan
bahwa walaupun mura>bah{ah termasuk NCC (Natural Certainty Contracts), tetapi ternyata masih banyak risiko yang perlu di manage agar
13
Fakultas Syariah dan Ekonomi Islam UIN Sunan Ampel, Peunjuk Teknis Penulisan Skripsi, 2014, 8.
14Fike Mai Mandasari, “
Sistem Pengendalian Pembiayaan Mura>bah{ah pada BPRS Bhakti Haji Malang” ( Skripsi--Universitas Islam Negeri Malang, 2008), 130.
15Asep Syaiful Bahri, “Evaluasi Risiko Pembiayaan
Mura>bah{ahPada Bank Syariah Muamalat”
9
pembiayaan ini tetap menguntungkan buat bank syari’ah dan tetap
kompetitif bila dibandingkan dengan kredit konvensional. Bank Syari’ah
Muamalat dikategorikan dalam kondisi sehat sebab memiliki kemampuan
untuk mengatasi risiko usaha yang terkandung dalam komponen aktiva
produktif terutama komponen pembiayaan yang diberikan apabila nasabah
gagal mengembalikan sebagian atau seluruh kredit yang diterima Bank
Syari’ah Muamalat.
Skripsi yang disusun oleh Andy Setiawan dengan judul
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Margin Keuntungan dalam Pembiayaan
Mura>bah{ah di BPRS Dana Mulia Surakarta Tahun 2009 (Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret, Surakarta,
2009).16 Dalam kesimpulan skripsi ini menjelaskan bahwa karakteristik
produk pembiayaan murabahah dalam hal akad pembiayaan mura>bah{ah
di BPRS Dana Mulia menggunakan akad jual beli, jangka waktu dan
pengembalian ditetapkan berdasarkan kesepakatan antara bank dengan
nasabah. Serta faktor yang paling berpengaruh dalam menentukan margin
keuntungan adalah kebijakan manajemen bank dengan berdasarkan atas
harga pasar yang berlaku saat itu.
Skripsi yang disusun oleh Masruhin Fahri dengan judul Analisis
Hukum Islam terhadap Persepsi Nasabah tentang Aplikasi
Mura>bah{ah di BMS Fakultas Syari’ah IAIN Sunan Ampel Surabaya
16Andy Setiawan, “Faktor
-Faktor yang Mempengaruhi Margin Keuntungan dalam Pembiayaan
10
(Fakultas Syari’ah, Institut Agama Islam Negeri Sunan Ampel, 2010).17
Dalam kesimpulan skripsi ini menjelaskan bahwa persepsi nasabah
terhadap aplikasi mura>bah{ah di BMS Fakultas Syari’ah menjadi 2
kategori, yaitu pihak yang setuju adalah persepsi nasabah BMS yang
setuju terhadap aplikasi mura>bah{ah antara lain: akad mura>bah{ah, obyek mura>bah{ah, laba mura>bah{ah, kuasa pembelian barang dan jaminan mura>bah{ah karena sudah sesuai dengan ketentuan hukum
Islam sedangkan persepsi yang tidak setuju adalah persepsi nasabah BMS
tidak setuju terhadap aplikasi mura>bah{ah antara lain: aspek obyek
mura>bah{ah, kuasa pembelian barang, dan laba mura>bah{ah karena
tidak sesuai dengan hukum Islam, karena obyek mura>bah{ah yang dikehendaki dalam bentuk uang maka itu ada unsur ribawi maka jelas
tidak sesuai dengan hukum Islam. Sebab yang melatar belakangi persepsi
nasabah tidak mempunyai landasan hukum Islam.
Skripsi yang disusun oleh Anis Umaya dengan judul
Mura>bah{ah Koperasi Simpan Pinjam Kramat Desa Pulokerto Kecamatan Kraton Kabupaten Pasuruan dalam Perspektif Teori Maslahah
(Fakultas Syari’ah, Institut Agama Islam Negeri Sunan Ampel, 2011).18
Dalam kesimpulan skripsi ini menjelaskan bahwa mura>bah{ah yang
digunakan dalam Koperasi Simpan Pinjam Kramat merupakan suatu akad
17Masruhin Fahri, “
Analisis Hukum Islam terhadap Persepsi Nasabah tentang Aplikasi
Mura>bah{ah di BMS Fakultas Syariah IAIN Sunan Ampel Surabaya” (Skripsi--IAIN Sunan Ampel, Surabaya, 2010), 69.
18Anis Umaya, “Mura>bah{ah
Koperasi Simpan Pinjam Kramat Desa Pulokerto Kecamatan
Kraton Kabupaten Pasuruan dalam Perspektif Teori Maslahah” ( Skripsi--IAIN Sunan Ampel,
11
jual beli uang dengan uang dengan tambahan keuntungan yang didapat
oleh koperasi dan nasabah dengan pembayaran yang ditangguhkan.
Sehingga mura>bah{ah di Koperasi Simpan Pinjam Kramat tidak boleh dilakukan, karena dalam al-Qur’an dan H}adith sudah dijelaskan bahwa
jual beli barang yang sejenis itu dinamakan riba, apalagi di koperasi
tersebut masih memberikan tambahan dan dilunasi dalam jangka waktu
tertentu dalam pelaksanaannya.
Dari kelima skripsi di atas, yang membedakan antara peneliti di
atas dengan penulis adalah pembahasan yang dikaji. Dalam penelitian ini
pembahasan yang dikaji adalah pembahasan tentang Penentuan Margin
Pembiayaan Mura>bah{ah di Koperasi Jasa Keuangan Syari’ah Ben Iman Lamongan.
E. Tujuan Penelitian
Dalam penelitian ini, ada beberapa tujuan yang hendak dicapai
yaitu:
1. Untuk mengetahui penentuan margin pembiayaan mura>bah{ah pada
Koperasi Jasa Keuangan Syari’ah Ben Iman Lamongan.
2. Untuk mengetahui analisis hukum Islam terhadap penentuan margin
pembiayaan mura>bah{ah pada Koperasi Jasa Keuangan Syari’ah Ben Iman Lamongan
12
1. Secara Teoritis
a. Dapat dijadikan perbandingan antara teori dan praktek, mengetahui
kendala yang dialami saat pelaksanaannya, menambah pengalaman
dan ilmu pengetahuan tentang Koperasi Jasa Keuangan Syari’ah
terutama yang berkaitan dengan penentuan margin pembiayaan
mura>bah{ah.
b. Sebagai referensi atau tambahan informasi yang diperlukan untuk
pengembangan pengetahuan lebih lanjut mengenai analisis atas
margin pembiayaan mura>bah{ah pada Koperasi Jasa Keuangan
Syari’ah.
2. Secara Praktis
a. Dapat menjadi bahan pertimbangan dalam pelaksanaan margin
pembiayaan mura>bah{ah agar lebih baik dan diharapkan dapat dijadikan masukan serta memberikan sumbangan pemikiran guna
perbaikan dan perkembangan usaha.
b. Penelitian ini diharapakan dapat memberikan sumbangan atau
informasi untuk kemajuan Koperasi Jasa Keuangan Syari’ah dalam
menunjang efektifitas pembiayaan mura>bah{ah.
G. Definisi Operasional
Untuk mendapatkan gambaran yang lebih jelas, agar tidak terjadi
kesalahpahaman dalam memahami maksud judul di atas maka perlu
13
Hukum Islam : Ketentuan Allah dan utusan-Nya serta
pendapat para ulama’ seperti mazhab Maliki,
Ibnu Taimiyah, Alimuddin, Yusuf
Qardhawy, Syami Qabil yang membahas
tentang margin pembiayaan mura>bah}ah.
Penentuan Margin : Keuntungan pembiayan mura>bah{ah
yang
diperoleh dari tiap angsuran yang telah
ditentukan oleh pihak Koperasi Jasa
Keuangan Syari’ah Ben Iman Lamongan.
Pembiayaan Mura>bah{ah : Pembiayaan Mura>bah{ah adalah suatu akad
Pada Koperasi Jasa jual beli barang yang dilakukan oleh pihak
Keuangan Syari’ah Koperasi Jasa Keuangan Syari’ah Ben Iman
Ben Iman Lamongan Lamongan atau diwakilkan kepada anggota
dengan atas nama Koperasi Jasa Keuangan
Syari’ah Ben Iman Lamongan dengan
pembiayaan yang dilakukan secara cicilan
dengan batas waktu yang disepakati.
H. Metode Penelitian
Metode Penelitian merupakan suatu konsep tentang
14
ilmiah yang tersusun secara sistematis serta diharapkan dapat
menjelaskan dan menjawab suatu masalah yang dihadapi.
Dalam penyusunan skripsi ini untuk memperoleh data yang
mengarah pada tujuan, maka penulis menggunakan metode sebagai
berikut:
1. Jenis Penelitian
Jenis Penelitian yang digunakan adalah deskriptif kualitatif.
Kualitatif karena menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata
tertulis. Metode deskriptif yaitu metode yang mendeskripsikan suatu
masalah-masalah, sikap, pandangan dan proses yang sedang
berlangsung dan pengaruh dari suatu fenomena.19
Dalam definisi tersebut dapat diketahui bahwa metode penelitian
yang digunakan untuk dapat menggambarkan serta menganalisis hasil
dari penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti. Metode penelitian
digunakan untuk dapat menggambarkan margin pembiayaan
mura>bah{ah pada Koperasi Jasa Keuangan Syari’ah Ben Iman Lamongan. Dan penelitian ini dilakukan pada Koperasi Jasa Keuangan
Syari’ah Ben Iman Lamongan yang berlokasi di Jalan Veteran No. 80
Lamongan.
2. Data yang dikumpulkan:
19
15
Data yang dikumpulkan dalam hal ini adalah data yang terkait
tentang penentuan margin pembiayaan mura>bah{ah pada Koperasi
Jasa Keuangan Syari’ah Ben Iman Lamongan.
3. Sumber Data
Sumber Data adalah subyek darimana data itu diperoleh atau
darimana sumbernya. Adapun sumber data dalam penelitian ini adalah:
a. Sumber Data Primer
Sumber Data Primer adalah sumber data yang langsung dari
sumbernya. Dalam penelitian ini, yang termasuk sumber data
primer adalah keterangan dari wawancara dengan pengelola
Koperasi Jasa Keuangan Syari’ah Ben Iman Lamongan beserta
para stafnya yang menangani langsung kegiatan operasional
koperasi.
b. Sumber Data Sekunder
Sumber Data Sekunder yaitu dari literatur atau buku-buku
yang berkaitan dengan penelitian ini seperti Wiroso, Jual Beli
Mura>bah{ah, Yogyakarta, UII Press, 2005, Muhammad, Teknik Perhitungan Bagi Hasil dan Profit Margin Bank Syari’ah,
Yogyakarta, UII Press, 2004, dll.
4. Teknik Pengumpulan Data
Untuk mendapatkan data yang valid penulis menggunakan
16
a. Observasi (Pengamatan)
Observasi adalah metode pengumpulan data yang
digunakan untuk menghimpun data penelitian, data-data penelitian
dapat diamati oleh peneliti. Dalam penelitian ini peneliti
melakukan pengamatan langsung dalam kegiatan penentuan
margin pembiayaan mura>bah{ah di Koperasi Jasa Keuangan Syari’ah Ben Iman Lamongan.
b. Wawancara
Wawancara merupakan pertemuan dua orang untuk
bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat
dikonstruksikan makna dalam suatu topik tertentu.20 Oleh karena
itu peneliti wawancara langsung kepada bapak H. Budi Santoso,
SH selaku manager Koperasi Jasa Keuangan Syari’ah Ben Iman
Lamongan beserta para stafnya yang menangani langsung
kegiatan operasional Koperasi Jasa Keuangan Syari’ah Ben Iman
Lamongan dalam hal ini adalah M. Nasrudin selaku kasir
sehingga dapat memperoleh informasi yang jelas tentang analisis
hukum Islam terhadap penentuan margin pembiayaan
mura>bah{ah pada Koperasi Jasa Keuangan Syari’ah Ben Iman
Lamongan.
c. Dokumentasi
20
17
Yaitu teknik pengumpulan data dengan mencari data
tentang hal-hal yang dibutuhkan peneliti dalam informasi yang
berkaitan dengan pembiayaan mura>bah{ah dan penentuan
marginmura>bah{ah.
5. Teknik Pengolahan Data
Setelah seluruh data terkumpul kemudian dianalisis dengan
tahapan-tahapan sebagai berikut:
a. Editing, yaitu pemeriksaan kembali terhadap semua data yang telah diperoleh terutama dari segi kelengkapan, kevalidan,
kejelasan makna, keselarasan dan kesesuaian antara data primer
maupun data sekunder tentang Analisis hukum Islam terhadap
margin pembiayaan mura>bah{ah pada Koperasi Jasa Keuangan
Syari’ah Ben Iman Lamongan.
b. Organizing, yaitu menyusun dan mensistematiskan data-data
yang telah diperoleh tentang Analisis hukum Islam terhadap
margin pembiayaan mura>bah{ah pada Koperasi Jasa Keuangan Syari’ah Ben Iman Lamongan.
c. Analyzing, yaitu menganalisis hukum Islam terhadap margin
pembiayaan mura>bah{ah pada Koperasi Jasa Keuangan
Syari’ah Ben Iman Lamongan.21
6. Teknik analisis data
21
18
Data yang diperoleh ini dianalisis secara kualitatif yaitu suatu
pendataan penelitian yang menghasilkan data-data deskriptif dari
pengamatan atau sumber-sumber tertulis dan menggunakan pola pikir
induktif yang diawali dengan menggambarkan data hasil penelitian
yaitu data tentang penentuan margin pembiayaan mura>bah{ah pada Koperasi Jasa Keuangan Syari’ah Ben Iman Lamongan. Selanjutnya
data tersebut akan dianalisis dari segi hukum Islam.
I. Sistematika Pembahasan
Sistematika pembahasan, penulis membagi beberapa bab, beberapa
bab akan dibagi lagi ke dalam beberapa sub dan seterusnya. Sistematika
pembagian tersebut adalah sebagai berikut :
Bab Pertama merupakan bab yang berisi pendahuluan, pada bab ini
menguraikan tentang uraian global mengenai persoalan yang akan dibahas
dalam bab selanjutnya. Bab ini terdiri atas: latar belakang masalah,
identifikasi dan batasan masalah, rumusan masalah, kajian pustaka, tujuan
penelitian, kegunaan hasil penelitian, definisi operasional, metode
penelitian dan sistematika pembahasan.
Bab Kedua, konsepsi tentang mura>bah{ah dan margin
keuntungan, bab ini merupakan pembahasan landasan teori mura>bah{ah
yang meliputi pengertian mura>bah{ah, dasar hukum mura>bah{ah, rukun mura>bah{ah, syarat mura>bah{ah, ketentuan pembiayaan
19
resiko dalam pembiayaan mura>bah{ah serta membahas tentang konsep tentang margin keuntungan yang meliputi pengertian margin, faktor-faktor
yang perlu dipertimbangkan dalam penentuan margin, metode-metode penentuan margin mura>bah{ah, persyaratan untuk perhitungan margin
keuntungan.
Bab Ketiga merupakan bagian yang membahas tentang Aplikasi
penentuan margin pembiayaan mura>bah{ah di Koperasi Jasa Keuangan
Syari’ah Ben Iman Lamongan, yang terdiri dari: gambaran umum Koperasi Jasa Keuangan Syari’ah Ben Iman Lamongan yang meliputi
sejarah, keadaan geologis, prinsip syari’ah dan membangun kolektivitas
dalam koperasi, visi-misi dan tujuan, fungsi dan peran, struktur organisasi
dan job description, produk-produk. Dan juga tentang aplikasi pembiayaan
mura>bah{ah yang berisi tentang prosedur pembiayaan mura>bah{ah, metode penentuan margin pada produk pembiayaan mura>bah{ah, faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan, prosedur pembayaran dalam
pembiayaan mura>bah{ah.
Bab Keempat merupakan bagian yang membahas tentang analisis
penentuan margin pembiayaan mura>bah{ah pada Koperasi Jasa Keuangan Syari’ah Ben Iman Lamongan, analisis hukum Islam terhadap
penentuan margin pembiayaan mura>bah{ah pada Koperasi Jasa Keuangan Syari’ah Ben Iman lamongan.
Bab Kelima merupakan sebagai penutup dari seluruh bab yang ada.
20
saran. Serta bagian akhir yaitu berisi tentang daftar pustaka yang
20 BAB II
KONSEPSI TENTANG MURA<BAH{AHDANMARGIN KEUNTUNGAN
A. Konsep tentang Mura>bah{ah
1. Pengertian mura>bah{ah
Mura>bah{ah didefinisikan oleh para fuqaha’ sebagai penjualan barang seharga biaya atau harga pokok (cost) barang tersebut ditambah
mark-up atau margin keuntungan yang telah disepakati. Karakteristik
mura>bah{ah adalah bahwa penjual harus memberi tahu pembeli
mengenai harga pembelian produk dan menyatakan jumlah
keuntungan yang ditambahkan pada biaya (cost) tersebut.22
Mura>bah{ah menurut Muhammad Ibn Ahmad Ibnu Muhammad
Ibn Rusydi dalam Muhammad Syafi’i Antonio adalah jual beli barang
pada harga asal dengan tambahan keuntungan yang telah disepakati.23
Penjual harus memberi tahu harga produk yang dibeli dan menentukan
suatu tingkat keuntungan sebagai tambahan. Misalnya, pedagang
eceran membeli komputer dari grosir dengan harga Rp. 10.000.000,-,
kemudian ia menambahkan keuntungan sebesar Rp. 750.000,- dan ia
menjual kepada pembeli dengan harga Rp. 10.750.000,-. Pada
umumnya si pedagang eceran tidak akan memesan dari grosir sebelum
ada pesanan dari calon pembeli dan mereka sudah menyepakati
22
Wiroso, Jual BeliMura>bah{ah, (Yogyakarta: UII Press, 2005), 13.
23
21
tentang lama pembiayaan, besar keuntungan yang akan diambil
pedagang eceran, serta besarnya angsuran kalau memang akan dibayar
secara angsuran atau jual beli dimana penjual menyebutkan kepada
calon pembeli harga pokok dari sebuah komoditas dan keuntungan
yang telah disepakati,24 atau menurut al-Syarakhsi>, mura>bah{ah
adalah jual beli dengan tambahan tertentu dari pokoknya, tambahan
mana tidak hanya berarti keuntungan material semata (harga), akan
tetapi juga nilai.25
Menurut Sofyan S. Harahap mura>bah{ah adalah akad jual beli
barang dengan menyatakan harga perolehan dan keuntungan (margin) yang disepakati oleh penjual dan pembeli.26 Sementara itu, menurut
Abdul Manan mura>bah{ah adalah penjualan dengan batas laba yang
disetujui bersama antara pembeli dan penjual. Pembayaran harga,
termasuk imbuhan harta yang disetujui, dapat secara tunai atau dengan
cicilan.27
Dalam literatur fiqh klasik, Bay’ al-Mura>bah{ah dalam pengertiannya yang paling sederhana, mengacu pada satu diantara tiga
kemungkinan dalam penjualan. Pertama, penawaran barang oleh penjual kepada pembeli dengan batas keuntungan minimal yang
disepakati antara keduanya dengan sistem pembayaran secara tunai
24
Ibnu Rusyd, Bida>yah al-Mujtahid wa Niha>yah al-Muqtas}id, juz 2, (Beirut: Da>r al Fikr, t.t.), 161.
25
Atiyah Fayad, Al-Tat}bi>q al-Masrafiyah li al-Bay’ al-Mura>bah{ah fi> D{aw’ al-Fiqh al-Isla>mi, (Mesir: Da>r al-Nasyr,1999), 13.
26
Sofyan S. Harahap, Akuntasi Perbankan Syariah, (Jakarta: LPFE-Usakti, 2004), 93.
27
22
atau angsuran. Kedua, penjualan dengan harga biaya (cost) tanpa ada keuntungan apapun pada penjual (tawliyah). Ketiga, penjualan dengan
harga rugi (wadi’ah). Dari sisi syariah ketiga kemungkinan tersebut
dapat dibenarkan.28
Dalam fiqh modern, Bay’ al-Mura>bah{ah dikenal sebagai transaksi jual beli dengan margin yang disepakati kepada seseorang yang memesan barang.29 Pendapat lain mengatakan mura>bah{ah
sebagai jual beli dimana harga dan keuntungan disepakati antara
penjual dan pembeli.30
Pada perjanjian mura>bah{ah koperasi membiayai barang atau aset yang dibutuhkan oleh anggotanya dengan membeli barang itu dari
pemasok barang kemudian menjualnya kepada anggota tersebut
dengan menambahkan margin, dengan kata lain penjualan barang oleh koperasi kepada anggota yang dilakukan atas dasar cost-plus profit.31
Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa dalam
pembiayaan mura>bah{ah adalah suatu akad jual beli barang dimana penjual memberitahu kepada pembeli tentang harga pokok barang
kemudian menambahkan margin dalam jumlah tertentu yang telah disepakati kedua belah pihak.
28
Wahbah al-Zuhaili, Al-Fiqh al-Isla>mi> wa Adillatuh, juz 4, (Beirut: Da>r al-Fikr, t.t.), 466.
29
M. Umer Chapra, Towards a just Monetary System, ter. Ikhwan Abidi B., (Jakarta: Gema Insani, 2000), 120.
30
Zainul Arifin, Memahami Bank Syariah: Lingkup, Peluang, Tantangan dan Prospek, (Jakarta: Alvabet, 2001), 21
31
23
2. Dasar hukum mura>bah{ah
Dalam al-Qur’an dan H}adith penjelasan tentang mura>bah{ah
secara detail tidak tercantum didalamnya, akan tetapi mura>bah{ah
termasuk jual beli sehingga kebanyakan dasar hukumnya
dikelompokkan pada hukum jual beli.
a. al-Qur’an
Didalam al-Qur’an tidak dijelaskan secara langsung
mengenai mura>bah{ah. Secara umum dijelaskan bahwa jual beli adalah halal sedangkan riba adalah haram.
1) al-Baqarah : 275
...
لَحَأَو
ُلا
َعْيَ بْلَا
َم رَحَو
ْاوَبِرلا
...
Artinya:“…Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba…”.32
2) al-Baqarah : 280
ْنِإَو
َنَاك
ةَرْسُعْوُذ
ةَرِظَنَ ف
َلِإ
ةَرَسْيَم
نَأَو
دَصَت
اْوُ ق
رْ يَخ
ْمُك ل
ن إ
ْمُتنُك
َنوُمَلْعَ ت
Artinya:“Dan jika (orang yang berhutang itu) dalam kesukaran, maka berilah tangguh sampai dia berkelapangan. Dan menyedekahkan (sebagian atau semua utang) itu, lebih baik bagimu, jika kamu mengetahui”.33
3) an-Nisa>’: 29
َنْيِذ لاَاهُيَأَي
اْوُ نَماَء
ْاوُلُكْأَتَا
مُكَلَوْمَأ
مُكَنْ يَ ب
ِلِطَبْلاِب
لِإ
ُكَتْ نَأ
َنْو
ًةَرَِِ
ْنَع
َ ت
ضاَر
ْمُكْنِم
ْاوُلُ تْقَ تَاَو
مُكَسُفْ نَأ
نِإ
َلا
َناَك
ْمُكِب
اًمْيِحَر
Artinya:“ Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu. Dan janganlah kamu membunuh dirimu; Sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu”.34
32
Departemen Agama RI., al-Qur’an..., 47.
33
Ibid.
34
24
4) al-Baqarah : 198
َسْيَل
ْمُكْيَلَع
حاَنُج
ْنَأ
ْاوُغَ تْبَ ت
ًلْضَف
ْنِم
ْمُكِب ر
Artinya: Tidak ada dosa bagimu untuk mencari karunia (rezki hasil perniagaan) dari Tuhanmu.35
b. H}adi\th
Sedangkan landasan H}adith yang menjadi dasar
mura>bah{ah adalah:
نَا
ِب نلا
ى لَص
ا
ُ لل
ِْيَلَع
َاَو
ِِل
َسَو
ل َم
َلَاق
:
َلَث
ث
نِهْيِف
ْا
ُةَكَرَ بل
:
ُعْيَ بلا
َلِإ
لَجَأ
,
ق
ُ
ماَو
ُةَضَرَا
,
ُطْلَخَو
ِرُ بلا
ِب
شلا
ِْيِع
ِتْيَ بْلِل
َا
ْلِل
ِعْيَ ب
( .
اَوَر
ُ
ُنْبا
جَام
)
Artinya: “Ras}ulullah SAW bersabda: Tiga hal yang didalamnya terdapat keberkahan: jual beli secara tangguh atau tidak secara tunai, muqaradlah (mud{a>rabah) dan mencampur gandum dengan gandum untuk keperluan rumah tangga, bukan untuk dijual” (HR. Ibnu Majah).36
Dari keterangan diatas bahwasannya dalil-dalil mengenai
mura>bah{ah adalah dalil-dalil nas}, meskipun dalam dalil-dalil
tersebut tidak disebutkan secara jelas mengenai keabsahan
mura>bah{ah. Akan tetapi, menunjukkan tentang jual beli yang
dibenarkan oleh al-Qur’an maupun h}adith karena mura>bah{ah sama juga dengan jual beli tangguh.
c. Ijma’
Ulama’ sepakat bahwa jual beli mura>bah{ah sudah
berlaku dan dibenarkan sejak zaman Ras}ulullah SAWsampai saat
ini dan pada dasarnya semua bentuk mu„a>malah boleh dilakukan kecuali ada dalil yang mengharamkannya.
35
Ibid., 31.
36
25
Dan berdasarkan ayat al-Qur’an dan H}adith serta para ulama’ sepakat bahwa mura>bah{ah diperbolehkan, mereka hanya berselisih
secara garis besar dalam 2 hal yaitu:
1) Tentang apa yang bisa dianggap oleh penjual sebagai modal
barang dari apa yang dibelanjakan oleh barang sesudah pembelian
dengan apa yang tidak bisa dianggap sebagai modal.
2) Tentang apabila penjual berdusta kepada pembeli.37
3. Rukun mura>bah{ah
Rukun adalah sesuatu yang wajib ada dalam suatu transaksi
(necessary condition). Mura>bah{ah salah satu bentuk jual beli yang memiliki rukun yang harus dipenuhi, sehingga mura>bah{ah dapat
dikatakan sah menurut syariat Islam. Adapun rukun dari mura>bah{ah
adalah sebagai berikut:
a. Ba>’i (Penjual)
Ba>’i merupakan supplier, dalam hal ini adalah pihak yang mempunyai barang yang dijadikan dalam transaksi jual beli.
b. Musytari>’ awal (Pembeli Pertama)
Musytari>’ awal adalah pihak lembaga keuangan yang
akan melaksanakan transaksi jual beli dengan pembeli kedua
(anggota).
c. Musytari>’ s||a>ni >(Pembeli Kedua)
37
26
Musytari>’ s||a>ni merupakan pihak yang memerlukan barang dan sebagai pihak yang akan menjadi pembeli dari pembeli
pertama.
d. Ma’qu>d „alaih (Objek Jual Beli)
Ma’qu>d „alaih merupakan barang yang dibutuhkan oleh
pembeli kedua dan barang yang akan dijadikan obyek dalam
transaksi jual beli.
e. S}igatIjab Qabu>l (Ucapan Serah Terima)
S}igat Ijab Qabu>l merupakan perkataan serah terima dari
penjual dan pembeli dalam hal ini pihak Koperasi dan anggota.38
Adapun syarat-syarat yang berlaku pada rukun tersebut menurut
fuqa}ha’ adalah:
1) Pihak yang berakad
a) „Aqil (berakal)
Ialah antara pihak koperasi dan anggota tidak gila serta
mempunyai tanggungjawab secara hukum. Karena tidak sah
transaksi jual beli yang dilakukan orang gila atau orang yang
dipaksa.
b) Mumayyiz
38
27
Ialah pihak koperasi dan anggota yang dapat membedakan
mana yang baik dan buruk, sehingga tidak sah jual beli yang
dilakukan anak kecil.
c) Kerelaan kedua belah pihak
d) Mukhtar
Ialah orang yang memiliki kebebasan untuk menentukan
dan melakukan jual beli, tidak ada tekanan dari siapapun, atau
orang merdeka (bukan budak).39
2) Barang atau obyek jual beli
a) Barang tersebut ada meskipun tidak ditempat, namun ada
kesanggupan untuk mengadakan barang tersebut;
b) Barang itu merupakan milik sah si penjual. Oleh sebab itu,
tidak sah jual beli barang yang tidak dimiliki oleh penjual,
misalnya jual beli barang milik orang lain;
c) Barang yang diperjualbelikan harus berwujud (tidak samar) dan
tidak menimbulkan kecacatan;
d) Barang yang diperjualbelikan juga tidak termasuk yang
dikategorikan diharamkan,sebab tidak sah menjual belikan
barang haram.
e) Barang tersebut sesuai dengan pernyataan penjual;
f) Apabila barang itu bergerak, maka barang itu langsung
dikuasai pembeli dan harga barang dikuasai penjual. Barang
39
28
tidak bergerak bisa dikuasai pembeli setelah dokumentasi dan
perjanjian akadnya selesai.40
3) Harga barang
a) Harga jual koperasi (harga beli ditambah margin), tidak boleh
melebihi dari harga pokok dalam mengambil keuntungan;
b) Harga tidak boleh berubah selama masa perjanjian atau pada
masa tangguhan;
c) Sistem pembayaran dan jangka waktunya disepakati bersama
baik pihak koperasi maupun pihak anggota.41
4) Syarat ijab qabu>l
a) Orang yang mengucapkan telah balig dan berakal dan sudah
wajib secara hukum;
b) Qabu>l sesuai dengan ijab, misalnya: si pembeli bilang “ aku
terima beli barang ini “ dan penjual bilang “ aku jual barang
ini”. Tapi lebih efisiensi, maka pihak penjual hanya
menggunakan surat tertulis.42
Akan tetapi, jumhur ulama menyatakan rukun jual beli
mura>bah{ah itu ada empat, yaitu:
(1) Ada orang yang berakad atau al-muta„a>qidaian (penjual dan
pembeli).
(2) Ada sigat (lafal ijab dan qabu>l). (3) Ada barang yang dibeli.
40
Ibid.
41
Ibid.
42
29
(4) Ada nilai tukar pengganti barang.43
4. Syarat mura>bah{ah
Selain rukun, faktor yang harus ada supaya akad menjadi sah
(lengkap) adalah syarat, yaitu sesuatu yang keberadaannya melengkapi
rukun (sufficient condition). Contohnya adalah pelaku transaksi haruslah orang yang cakap hukum (mukalaf) menurut mazhab Hanafi,
bila rukun sudah terpenuhi tapi syarat tidak terpenuhi maka rukun
menjadi tidak lengkap sehingga transaksi tersebut menjadi fasid
(rusak).44
Adapun syarat-syarat jual beli sebagai berikut:
a. Penjual dan Pembeli
1) Berakal;
2) Dengan kehendak sendiri;
3) Keadaan tidak mubadzir (pemboros); 4) Baliq.45
b. Uang dan Benda yang dibeli (obyek yang diperjualbelikan)
1) Suci;
2) Ada manfaat;
3) Keadaan barang tersebut dapat di serahkan;
43
Ibid., 115.
44
Adiwarman A. Karim, Bank Islam: Analisis Fiqh dan Keuangan, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada), 47.
45
30
4) Keadaan barang tersebut kepunyaan penjual atau
kepunyaan yang diwakilkan;
5) Barang tersebut diketahui antara si penjual dan pembeli
dengan terang dzat, bentuk, kadar (ukuran) dan
sifat-sifatnya sehingga tidak terjadi keadaan yang
mengecewakan.46
c. Ijab Qabu>l
1) Jangan ada yang memisahkan, janganlah pembeli diam
saja setelah penjual menyatakan ijabnya begitu pula
sebaliknya;
2) Jangan diselingi dengan kata-kata lain antara ijab dan
qabu>l;
3) Beragama Islam, syarat ini khusus utuk pembeli saja
dalam benda-benda tertentu seperti seseorang dilarang
menjual hambanya yang beragama Islam kepada pembeli
yang beragama tidak Islam, sebab besar kemungkinan
pembeli tersebut akan merendahkan abid yang beragama
Islam, sedangkan Allah melarang orang mu’min memberi
jalan kepada orang kafir untuk merendahkan mu’minin.47
Selain syarat diatas ada beberpa syarat yang secara khusus
mengatur mura>bah{ah, seperti yang dikemukakan oleh Syafi’i
Antonio yaitu:
46
Ibid.
47
31
a) Penjual memberi tahu biaya modal kepada anggota;
b) Kontrak yang pertama harus sah sesuai dengan rukun yang
ditetapkan;
c) Kontrak harus bebas dari riba;
d) Penjual harus menjelaskan kepada pembeli bila terjadi cacat atas
barang sesudah pembelian;
e) Penjual harus menyampaikan semua hal yang berkaitan dengan
pembelian, misalnya jika pembelian dilakukan secara hutang.48
Secara prinsip, jika syarat dalam (a), (d), atau (e) tidak dipenuhi,
maka pembeli memiliki pilihan:
(1) Melanjutkan pembelian seperti adanya;
(2) Kembali kepada penjual dan menyatakan ketidaksetujuan atas
barang yang dijual;
(3) Membatalkan kontrak.
Ketentuan tentang membatalkan kontrak ini secara fiqh telah diatur dalam bab khiyar, yakni hak untuk memilih bagi pembeli untuk melanjutkan atau membatalkan jual beli karena adanya unsur
kecacatan.49
Pada dasarnya semua rukun dan syarat mura>bah{ah diatas dapat
terealisasikan, jika barang atau produk telah dikuasai atau dimiliki oleh
penjual pada waktu negoisasi dan kontrak.
48
M. Syafi’i Antonio, Bank Syari’ah..., 102.
49
32
5. Ketentuan pembiayaan mura>bah{ah
Menurut Fatwa Dewan Syari’ah Nasional Majelis Ulama Indonesia
No: 04/DSN-MUI/IV/2000 tentang Mura>bah{ah menetapkan: a. Ketentuan umum mura>bah{ah dalam koperasi syari’ah:
1) Koperasi syari’ah dan anggota harus melakukan akad
mura>bah{ah yang bebas riba, sebab riba dilarang syariah. 2) Barang yang diperjualbelikan tidak diharamkan oleh syariah
Islam maka barang yang diperjualbelikan harus suci dan
bermanfaat. Karena barang haram tersebut menurut syariat
tidak diperbolehkan.
3) Koperasi syari’ah membiayai harga pembelian barang yang
telah disepakati kualifikasinya.
4) Koperasi syariah melakukan pembelian barang yang diperlukan
anggota atas nama koperasi syari’ah, dan pembelian ini harus
sah dan bebas riba.
5) Koperasi syari’ah harus menyampaikan semua hal yang
berkaitan dengan pembelian, misalnya jika pembelian
dilakukan secara hutang.
6) Kemudian koperasi syari’ah menjual barang tersebut kepada
anggota dengan harga jual senilai harga beli ditambah
keuntungannya. Dalam kaitan ini koperasi syari’ah harus
memberitahu secara jujur harga pokok barang kepada anggota
33
7) Anggota harus membayar harga barang yang telah disepakati
pada jangka waktu yang telah disepakati.
8) Pihak koperasi syari’ah melakukan perjanjian khusus dengan
anggota jika terjadinya penyalahgunaan atau kerusakan akad
jual beli.
9) Jika koperasi syariah mewakilkan kepada anggota untuk
membeli barang dari pihak ketiga, maka akad jual beli
mura>bah{ah harus dilakukan setelah barang, secara prinsip, menjadi milik koperasi syari’ah.50
b. Ketentuan mura>bah{ah kepada anggota:
1) Anggota melakukan pengajuan permohonan serta berjanji
untuk membeli barang kepada koperasi syari’ah.
2) Apabila koperasi syari’ah menerima permohonan tersebut,
maka ia harus membeli barang yang dipesannya secara sah
dengan pedagang terlebih dahulu.
3) Kemudian koperasi syari’ah menawarkan barang kepada
anggota dan anggota harus membeli barang tersebut sesuai
dengan kesepakatan, karena kesepakatan bersifat mengikat;
kemudian kedua belah pihak harus membuat kontrak jual beli.
4) Koperasi syari’ah diperbolehkan meminta anggota untuk
membayar uang muka ketika menandatangani kesepakatan
awal pemesanan.
50Fatwa Dewan Syari’ah Nasional No: 04/DSN
34
5) Apabila anggota menolak membeli barang tersebut, maka
koperasi syari’ah harus membayar biaya riil dari uang muka
tersebut.
6) Apabila uang muka kurang dari kerugian yang harus
ditanggung oleh koperasi syari’ah, maka koperasi syari’ah
dapat meminta kembali sisa kerugiannya kepada anggota.
7) Uang muka pembelian (urbun) merupakan bagian pelunasan
piutang mura>bah{ah, maka:
a) Apabila anggota membeli barang tersebut, maka ia tinggal
membayar sisa harga.
b) Apabila anggota batal membeli, maka uang muka menjadi
milik koperasi syari’ah maksimal sebesar kerugian yang
ditanggung oleh koperasi syari’ah dan apabila uang muka
tidak mencukupi, maka anggota wajib melunasi
kekurangannya.51
c. Jaminan dalam mura>bah{ah:
1) Diperbolehkan anggota memberikan jaminan dalam
mura>bah{ah supaya anggota serius dengan pesanannya. 2) Koperasi syari’ah meminta anggota untuk menyediakan
jaminan yang dapat dipegang.52
d. Hutang dalam mura>bah{ah:
51
Ibid., 4.
52
35
1) Apabila anggota menjual kembali barang tersebut dengan
keuntungan atau kerugian, maka ia tetap berkewajiban untuk
menyelesaikan hutangnya kepada koperasi syari’ah. Dalam hal
ini pelunasan hutang anggota dalam transaksi mura>bah{ah
tidak ada kaitannya dengan transaksi lain yang dilakukan
anggota dengan pihak ketiga atas barang tersebut.
2) Apabila anggota menjual barang sebelum masa angsuran
berakhir, maka ia tidak wajib segera melunasi seluruh
angsurannya.
3) Apabila penjualan barang menyebabkan kerugian, maka
anggota tetap harus menyelesaikan hutangnya sesuai
kesepakatan awal. Sehingga ia tidak boleh memperlambat
pembayaran angsuran atau meminta kerugian itu
diperhitungkan.53
e. Penundaan pembayaran dalam mura>bah{ah:
1) Anggota yang memiliki kemampuan untuk membayar
hutangnya tidak diperbolehkan untuk menunda pelunasan
hutangnya.
2) Apabila anggota menunda pembayaran dengan sengaja, atau
salah satu pihak tidak menunaikan kewajibannya, maka
53
36
penyelesaiannya dilakukan melalui Badan Arbitrasi Syariah
setelah tidak tercapainya kesepakatan melalui musyawarah.54
f. Bangkrut dalam mura>bah{ah
Apabila anggota pailit (bangkrut) dan gagal menyelesaikan
hutangnya, maka koperasi syari’ah harus menunda tagihan hutang
sampai ia sanggup membayar kembali, atau berdasarkan
kesepakatan.55
Sedangkan dalam Pedoman Akuntansi Perbankan Syariah
Indonesia (PAPSI) dijelaskan karakteristik mura>bah{ah sebagai
berikut:
a) Pihak koperasi syari’ah yang harus melakukan proses pengadaan
barang mura>bah{ah.
b) Mura>bah}ah dapat dilakukan secara pesanan atau tanpa pesanan. Dalam mura>bah{ah secara pesanan, koperasi syari’ah melakukan
pembelian barang setelah ada pemesanan dari anggota.
c) Mura>bah}ah secara pesanan dapat bersifat mengikat atau tidak mengikat anggota untuk membeli barang yang dipesannya.
d) Apabila barang yang telah dibeli koperasi syari’ah (sebagai
penjual) dalam mura>bah}ah pesanan mengikat mengalami
penurunan nilai karena kerusakan sebelum diserahkan kepada
pembeli maka penurunan nilai tersebut menjadi beban penjual
54
Ibid., 5.
55
37
(koperasi syari’ah) dan koperasi syari’ah akan mengurangi nilai
akad.
e) Pembayaran mura>bah{ah dapat dilakukan secara tunai atau cicilan.
f) Koperasi syari’ah dapat memberi potongan apabila anggota
melakukan pelunasan pembayaran sebelum jatuh tempo atau
mempercepat pembayaran cicilan, dengan syarat tidak
diperjanjikan dalam akad dan besarnya potongan diserahkan pada
kebijakan koperasi syari’ah.
g) Koperasi syari’ah dapat meminta anggota menyediakan agunan
atau jaminan atas piutang mura>bah{ah, antara lain dalam bentuk barang yang telah dibeli dari koperasi syari’ah.
h) Koperasi syari’ah dapat meminta anggota uang muka pembelian
setelah akad mura>bah{ah disepakati. Urbun menjadi bagian
pelunasan piutang mura>bah{ah ketika mura>bah{ah telah dilaksanakan (tidak diperkenankan sebagai pembayaran angsuran).
Tetapi apabila mura>bah{ah batal, urbun dikembalikan kepada
anggota setelah dikurangi dengan kerugian sesuai dengan
kesepakatan, antara lain:
(1) Potongan urbun bank oleh pemasok; (2) Biaya administrasi;
38
i) Apabila terdapat uang muka dalam transaksi mura>bah{ah secara pesanan, maka keuntungan mura>bah{ah didasarkan pada harga
barang yang dibiayai oleh koperasi syari’ah.
j) Koperasi syari’ah berhak mengenakan denda kepada anggota yang
tidak dapat memenuhi kewajiban piutang mura>bah{ah, antara lain:
(1) Adanya unsur kesengajaan, dalam hal ini anggota mempunyai
dana tetapi tidak melakukan pembayaran piutang
mura>bah{ah; dan
(2) Adanya unsur penyalahgunaan dana, dalam hal ini anggota
mempunyai dana tetapi digunakan terlebih dahulu untuk hal
lain.
k) Apabila koperasi syari’ah mewakilkan kepada anggota untuk
membeli barang dari pihak ketiga, maka akad jual beli
mura>bah{ah harus dilakukan setelah barang menjadi milik koperasi syari’ah.
l) Apabila transaksi mura>bah{ah pembayarannya dilakukan secara
angsuran atau tangguh, maka pengakuan harga pokok dan
keutungan harus dilakukan secara merata dan tetap selama jangka
waktu angsuran. Apabila anggota melakukan pembayaran angsuran
lebih kecil dari kewajibannya, maka pengakuan pendapatan untuk
perhitungan distribusi hasil usaha dilakukan secara proporsional
39
m) Apabila setelah akad transaksi mura>bah{ah, pemasok memberikan potongan harga atas barang yang dibeli oleh koperasi
syari’ah dan telah dijual kepada anggota, maka potongan harga
tersebut dibagi berdasarkan kontrak perjanjian yang dimuat dalam
akad. Oleh karena itu, pembagian potongan harga setelah akad
harus diperjanjikan. Potongan harga yang menjadi milik koperasi
syari’ah dapat diakui sebagai pendapatan operasi lainnya.56
6. Aplikasi Mura>bah{ah pada Koperasi Syari’ah
Dalam aplikasi Koperasi Syari’ah, koperasi syari’ah merupakan
penjual atas objek barang dan anggota merupakan pembeli. Koperasi
syari’ah menyediakan barang yang dibutuhkan oleh anggota dengan
membeli barang dari supplier, kemudian menjualnya kepada anggota dengan harga yang lebih tinggi dibanding dengan harga beli yang
dilakukan oleh koperasi syari’ah. Pembayaran mura>bah{ah dapat dilakukan dengan cara membayar sekaligus pada saat jatuh tempo atau
melakukan pembayaran angsuran selama jangka waktu yang
disepakati.57
a. Penggunaan akad mura>bah{ah
1) Pembiayaan mura>bah{ah merupakan jenis pembiayaan yang sering diaplikasikan dalam koperasi syari’ah, pada umumnya
56
Bank Indonesia, Pedoman Akuntansi Perbankan Syariah (PAPSI), (Jakarta: Bank Indonesia, 2003), 32-34.
57
40
digunakan dalam transaksi jual beli barang investasi dan
barang-barang yang diperlukan oleh individu.
2) Jenis penggunaan pembiayaan mura>bah{ah lebih sesuai untuk pembiayaan investasi dan konsumsi. Dalam pembiayaan
investasi, akad mura>bah{ah sangat sesuai karena ada barang yang akan diinvestasi oleh anggota sedangkan dalam
pembiayaan konsumsi, biasanya barang yang akan dikonsumsi
oleh anggota jelas dan terukur.
3) Pembiayaan mura>bah{ah kurang cocok untuk pembiayaan
modal kerja yang diberikan langsung dalam bentuk uang.58
b. Barang yang boleh digunakan sebagai objek jual beli
1) Rumah.
2) Kendaraan Bermotor dan/atau alat transportasi.
3) Pembelian alat-alat industri.
4) Pembelian aset yang tidak bertentangan dengan syariah Islam.59
c. Koperasi syari’ah
1) Koperasi syari’ah berhak menentukan dan memilih supplier
dalam pembelian barang. Jika anggota menunjuk supplier lain, maka koperasi syari’ah berhak melakukan penilaian terhadap
supplier untuk menentukan kelayakannya sesuai dengan
kriteria yang ditetapkan oleh koperasi syari’ah.
58
Ibid., 140-141.
59
41
2) Koperasi menerbitkan purchae order (PO) sesuai dengan kesepakatan antara koperasi syari’ah dan anggota agar barang
dikirimkan ke anggota.
3) Cara pembayaran yang dilakukan oleh koperasi syari’ah yaitu
dengan mentransfer langsung pada rekening supplier/penjual, bukan kepada rekening anggota.60
d. Anggota
1) Anggota harus sudah cakap menurut hukum, sehingga dapat
melaksanakan transaksi jual beli.
2) Anggota memiliki kemauan dan kemampuan dalam melakukan
pembayaran.61
e. Supplier
1) Supplier adalah orang atau badan hukum yang menyediakan barang sesuai permintaan anggota.
2) Supplier menjual barangnya kepada koperasi syari’ah, kemudian koperasi syari’ah akan menjual barang tersebut
kepada anggota.
3) Dalam kondisi tertentu, koperasi syari’ah memberikan kuasa
kepada anggota untuk membeli barang sesuai dengan
spesifikasi yang telah ditetapkan dalam akad. Purchase order
(PO) atas pembelian barang tetap diterbitkan oleh koperasi
syari’ah, dan pembayarannya tetap dilakukan oleh koperasi
60
Ibid.
61
42
syari’ah kepada supplier. Namun penyerahan barang dapat
dilakukan langsung oleh supplier kepada anggota atas kuasa
dari koperasi syari’ah.62
f. Harga
1) Harga jual barang telah ditetapkan sesuai dengan akad jual beli
antara koperasi syari’ah dan anggota dan tidak dapat berubah
selama masa perjanjian.
2) Harga jual koperasi syari’ah merupakan harga jual yang
disepakati antara koperasi syari’ah dan anggota.
3) Uang muka (urbun) atas pembelian barang yang dilakukan oleh anggota (bila ada), akan mengurangi jumlah piutang
mura>bah{ah yang akan diangsur oleh anggota. Jika transaksi
mura>bah{ah dilaksanakan, maka urbun diakui sebagai bagian dari pelunasan piutang mura>bah{ah sehingga akan
mengurangi jumlah piutang mura>bah{ah. Jika transaksi
mura>bah{ah batal, maka urbun (uang muka) harus dikembalikan kepada anggota setelah dikurangi dengan biaya
yang telah dikeluarkan oleh koperasi syari’ah.63
g. Jangka waktu
1) Jangka waktu pembiayaan mura>bah{ah, dapat diberikan dalam jangka pendek, menengah, dan panjang, sesuai dengan
62
Ibid., 142.
63
43
kemampuan pembayaran oleh anggota dan jumlah pembiayaan
yang diberikan oleh koperasi syari’ah.
2) Jangka waktu pembiayaan tidak dapat diubah oleh salah satu
pihak. Bila terdapat perubahan jangka waktu, maka perubahan
ini harus disetujui oleh koperasi syari’ah maupun anggota.64
h. Lain-lain
1) Jika anggota mengalami tunggakan pembayaran maka harus
didenda, diperkenankan dalam aturan koperasi syari’ah dengan
tujuan untuk mendidik anggota agar disiplin dalam melakukan
angsuran atas piutang mura>bah{ah. Namun pendapatan yang diperoleh koperasi syari’ah karena denda keterlambatan
pembayaran angsuran piutang mura>bah{ah, tidak boleh
diakui sebagai pendapatan operasional, akan tetapi
dikelompokkan dalam pendapatan non halal, yang
dikumpulkan dalam suatu rekening tertentu atau dimasukkan
dalam titipan (kewajiban lain-lain). Titipan ini akan disalurkan
untuk membantu masyarakat ekonomi lemah, misalnya bantuan
untuk bencana alam, beasiswa untuk murid yang kurang
mampu, dan pinjaman tanpa imbalan untuk pedagang kecil.
2) Bila anggota menunggak terus, dan tidak mampu membayar
angsuran, maka penyelesaian sengketa ini dapat dilakukan
64
44
melaui musyawarah. Bila musyawarah tidak tercapai, maka
penyelesaiannya akan diserahkan kepada pengadilan agama.65
7. Resiko-resiko dalam pembiayaan mura>bah{ah
Adapun resiko dalam pembiayaan mura>bah{ah yang harus diantisipasi, ialah:
a. Default atau kelalaian; anggota sengaja tidak membayar angsuran.
b. Fluktuasi harga komparatif, dalam hal ini jika harga suatu barang di pasar naik setelah koperasi syari’ah membelikannya untuk
anggota. Koperasi syari’ah tidak bisa mengubah harga jual beli
tersebut.
c. Penolakan anggota; barang yang dikirim bisa saja ditolak anggota
karena berbagai sebab. Bisa jadi karena rusak dalam perjalanan
sehingga anggota tidak mau menerimanya. Karena itu, sebaiknya
dilindungi dengan asuransi. Kemungkinan lain karena anggota
merasa spesifikasi barang tersebut berbeda dengan yang ia pesan.
Bila koperasi syari’ah telah mendatangani kontrak pembelian
dengan penjualnya, maka barang tersebut akan menjadi milik
koperasi syari’ah. Dengan demikian, koperasi syari’ah mempunyai
resiko untuk menjualnya kepada pihak lain.
d. Dijual; karena bay’ al-Mura>bah{ah bersifat jual beli dengan utang, maka ketika kontrak ditandatangani, barang itu menjadi
65
45
milik anggota. Anggota bebas melakukan apapun terhadap