PENINGKATAN DAYA SERAP LULUSAN PADA
DUNIA USAHA DAN DUNIA INDUSTRI MELALUI
PERAN MASYARAKAT DI SEKOLAH MENENGAH
KEJURUAN NAHDLATUL ULAMA PRAMBON
SKRIPSI
Oleh
FARUQ ABDUL BAQI NIM. D03211011
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA FAKULTAS TARBIYAH & KEGURUAN
▸ Baca selengkapnya: format target kurikulum dan daya serap
(2)PENINGKATAN DAYA SERAP LULUSAN PADA DUNIA
USAHA DAN DUNIA INDUSTRI MELALUI PERAN
MASYARAKAT DI SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN
NAHDLATUL ULAMA PRAMBON
SKRIPSI
Diajukan kepada
Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya
Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan dalam Menyelesaikan
Program Sarjana Strata Satu
Fakultas Tarbiyah dan Kejuruan
Oleh
FARUQ ABDUL BAQI NIM. D03211011
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA
FAKULTAS TARBIYAH & KEGURUAN JURUSAN KEPENDIDIKAN ISLAM
ABSTRAK
Faruq Abdul Baqi. 2015. “Peningkatan daya serap lulusan pada dunia usaha dan dunia industri melalui peran masyarakat di SMK Ma’arif NU Prambon.” Skripsi. Dibimbing oleh Dra. Mukhlishah, AM, M.Pd. jurusan
Kependidikan Islam, Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya.
Faktor daya serap lulusan pada dasarnya adalah masalah ketenagakerjaan yang sangat kompleks sulit dipecahkan. Dalam penyelenggaraan pendidikan, peran partisipasi masyarakat sangat penting. Masyarakat ikut berpartisipasi dalam merancang, melaksanakan, menilai dan mengembangkan pendidikan. Mengacu pada latar belakang tersebut maka rumusan masalahnya adalah 1) bagaimana daya serap lulusan pada dunia usaha dan dunia industri di SMK Ma’arif NU Prambon, 2) bagaimana peran partisipasi masyarakat dalam meningkatkan daya serap lulusan pada dunia usaha dan dunia industri di SMK Ma’arif NU Prambon, 3) apa faktor pendukung dan penghambat dalam peningkatan daya serap lulusan pada dunia usaha dan dunia industri melalui peran masyarakat di SMK ma’arif NU Prambon. Maka tujuan peneliti adalah 1) Untuk mengetahui tentang daya serap lulusan pada dunia usaha dan dunia industri di SMK Ma’arif NU Prambon, 2) Untuk mengetahui peran partisipasi masyarakat dalam meningkatkan daya serap lulusan pada dunia usaha dan dunia industri di SMK Ma’arif NU Prambon, 3) Untuk mengetahui faktor pendukung dan penghambat dalam peningkatan daya serap lulusan pada dunia usaha dan dunia industri melalui peran masyarakat di SMK ma’arif NU Prambon.
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif, yaitu sebuah prosedur penelitian berdasarkan data deskriptif. yang dimaksud dengan jenis penelitian kualitatif adalah suatu pendekatan penelitian yang mengungkap situasi sosial tertentu dengan mendeskripsikan kenyataan secara nyata.
Dengan latar belakang dan tujuan masalah maka dapat disimpulkan bahwa peningkatan daya serap lulusan pada dunia usaha dan dunia industri melalui peran masyarakat dapat dicapai dengan kerjasama yang baik antara pihak seklah dan masyarakat, mempersiapkan peserta didiknya dengan berbagai keahlian dan materi yang sesuai dengan pokja (program kerja) salah satunya dengan program PSG.
DAFTAR ISI
SAMPUL DALAM ... i
PERSETUJUAN PEMBIMBING SKRIPSI ... ii
PENGESAHAN TIM PENGUJI SKRIPSI ... iii
MOTTO ... iv
PERSEMBAHAN ... v
ABSTRAK ... vii
KATA PENGANTAR ... viii
DAFTAR ISI ... x
DAFTAR LAMPIRAN ... xiii
BAB I : PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1
B. Rumusan Masalah ... 8
C. Tujuan Penelitian ... 9
D. Manfaat Penelitian ... 9
E. Definisi Operasional ... 10
F. Tinjauan Pustaka Terdahulu ... 12
G. Sistematika Pembahasan ... 15
BAB II : KAJIAN TEORI
1. Pengertian Daya Serap Lulusan Pada Dunia Usaha dan Dunia Industri
... 17
2. Konsep Tentang Dunia Usaha dan Dunia Industri ... 18
3. Karakteristik Daya serap Lulusan ... 24
4. Karakteristik SMK Pada Dunia Usaha dan Dunia Industri ... 28
5. Upaya Peningkatan Daya Serap Lulusan Pada Dunia Usaha dan Dunia Industri ... 31
B. Peran Masyarakat 1. Pengertian Peran Masyarakat ... 34
2. Bentuk Peran Masyarakat ... 35
3. Manfaat peran serta masyarakat terhadap SMK ... 37
C. Peningkatan Daya Serap Lulusan Pada Dunia Usaha dan Dunia Industri Melalui Peran Masyarakat di SMK Ma’arif NU Prambon 1. Upaya Peningkatan Daya Serap Lulusan Pada Dunia Usaha dan Dunia Industri Melalui Peran Masyarakat di SMK Ma’arif NU Prambon ... 39
2. Faktor penghambat ... 42
3. Faktor Pendukung ... 42
BAB III : METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis dan Pendekatan Penelitian ... 45
B. Kahadiran Peneliti ... 46
C. Lokasi Penelitian ... 47
D. Informan Penelitian ... 47
E. Tahapan Penelitian ... 48
G. Teknik Analisa Data ... 53
H. Keabsahan Penelitian ... 54
BAB IV : HASIL PENELITIAN
A. Penyajian Data
1. Penyajian Data Tentang Daya Serap lulusan pada dunia Usaha dan
Dunia Industri ... 56
2. Penyajian data Tentang Peran Masyarakat di SMK Ma’arif NU
Prambon ... 61
3. Penyajian data tentang upaya peningkatan daya serap lulusan pada
dunia usaha dan dunia industri melelui peran masyarakat di SMK Ma’arif NU Prambon ... 66 B. Analisa Data
1. Analisis Data Tentang Peningkatan Daya Serap lulusan pada dunia
Usaha dan Dunia Industri... 73
2. Analisis Data tentang peran masyarakat di SMK Ma’arif NU
Prambon ... 77
3. Analisis data tentang upaya peningkatan daya serap lulusan pada
dunia usaha dan dunia industri melelui peran masyarakat di SMK Ma’arif NU Prambon ... 80
BAB V : PENUTUP
A. Kesimpulan ... 85
B. Saran ... 86
DAFTAR PUSTAKA. ... 88
DAFTAR LAMPIRAN
A. Pernyataan keaslian tulisan
B. Pedoman Wawancara
C. Profil Sekolah
D. Data Melanjutkan Kerja
E. Surat Izin Penelitian
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam dunia pendidikan di Indonesia masih banyak sekali
kekurangan. Salah satunya daya serap lulusan Sekolah Menengah Kujuruan
(SMK) ke dunia kerja masih rendah. Hal ini disebabkan belum relevannya
kompetensi lulusan berbagai keahlian di SMK dengan dunia kerja.
Perkembangan dunia pendidikan selalu lebih lambat dari dunia industri,
dikhawatirkan angka pengangguran dari lulusan SMK akan meningkat.
Faktor daya serap lulusan pada dasarnya adalah masalah
ketenagakerjaan yang sangat kompleks sulit dipecahkan karena terkait dengan
faktor ekonomi, politik, hukum keamanan, kultur, dan sebagainya.
Ketenagakerjaan tidak bisa dipisahkan dengan faktor perkembangan dan
pertumbuhan ekonomi nasional. Jika kondisi ekonomi nasional tumbuh
dengan baik maka investasi akan berjalan, industri akan berkembang sehingga
akan membuka lapangan kerja baru yang banyak menyerap tenaga kerja.
UNDP (2004) yang melaporkan kualitas pengembangan sumber daya manusia
antara lain diukur dari indikator-indikator sebagai berikut: (a) kinerja
ekonomi, (b) pertumbuhan industri, (c) peran politik, (d) perkembangan
demografi, (e) pendidikan. Dari uraian tersebut dapat dikatakan bahwa
kualitas lulusan, (3) pertumbuhan industri, (4) pertumbuhan kinerja ekonomi,
(5) kondisi trend demografi.1
Gambaran tentang kualitas lulusan pendidikan kejuruan merupakan
suatu ukuran ganda, yaitu kualitas menurut ukuran sekolah atau in-school
succes standarts dan kualitas menurut ukuran masyarakat atau out-of school
succes standarts. Kriteria pertama meliputi aspek keberhasilan peserta didik
dalam memenuhi tuntutan kurikulum yang telah diorientasikan pada tuntutan
dunia kerja, sedangkan kriteria meliputi keberhasilan peserta didik yang
tertampilkan pada kemampuan untuk kerja sesuai dengan standart hasil belajar
nesional ataupun internasional setelah mereka berada di lapangan kerja
sebenarnya.
Upaya untuk mencapai kualitas pendidikan kejuruan yang sesuai
dengan tuntutan dunia usaha dan dunia industri, perlu didasari dengan
kurikulum yang rancang dan dikembangkan dengan prinsip kesesuaian dengan
kebutuhan stakeholders. Kurikulum pendidikan kejuruan secara spesifik
memiliki karakter yang mengarah pada pembentukan kecakapan peserte didik
berkaitan dengan pelaksanaan tugas pekerjaan tertentu. Kecakapan tersebut
telah di akomodasi dalam kurikulum SMK yang meliputi kelompok mata
pelajaran normatif, adaptif, dan produktif.2
1
http://journal.um.ac.id/index.php/teknologi-kejuruan/article/view/3023/407. di akses Tanggal 8-12-2014. Jam 07.54.
2
Dalam lembaga pendidikan yang berwawasan mutu, kurikulum dan
perangkat pendidikan lainnya dituntut untuk memenuhi standart mutu yang
sesuai dengan harapan dan kebutuhan stakeholders. Perkembangan teknologi
dan informasi yang dinamis menuntut adanya standart baru disesuaikan
dengan kedinamisan tuntutan kebutuhan masyarakat tersebut, sehingga
sekolah dapat selalu tampil unggul dan memiliki relevansi yang tinggi. Di
pihak lain rekrutmen tenaga kerja sebenarnya tidak hanya bergantung pada
mutu lulusan semata-mata. Banyak faktor-faktor ekonomi, sosial, hukum,
politik, maupun budaya berpengaruh terhadap perekrutan tenaga kerja.
Menurut Nurhadi (2008) yang mengutip Kenneth Arrow (1974) menjelaskan
bahwa pengusaha akan mencari karyawan yang berkualitas yang memiliki
produktivitas dan kinerja tinggi. Dalam pandangan teori screening, pendidikan
dipandang bukan sebagai tolak ukur keterampilan dan pengetahuan calon
karyawan. Tetapi yang diperlukan sebenarnya adalah individu yang memiliki
karakter intelektual, motivasi tinggi, dan kemauan kerja keras. Jadi industri
lebih berorientasi pada investasi jangka panjang yakni kemampuan dasar yang
dimiliki oleh lulusan.3
Sinergi antara dunia pendidikan dengan dunia industri serta
stakeholders di masyarakat sangat dibutuhkan. Pengetahuan dan keterampilan
yang dikembangkan di sekolah perlu disesuaikan dengan kebutuhan
3
masyarakat. Dengan harapan pendidikan dapat meningkatkan taraf hidup
masyarakat, baik dari sisi pengetahuan maupun penyelesaian masalah
kontekstual yang dihadapi sehari-hari. Selama ini pembelejaran belum bisa
memenuhi semua tuntutan masyarakat, terutama bidang keterampilan hidup
sesuai kondisi lokal hidup peserta didik. Materi pembelajaran sering tidak
sejalan dengan perkembangan dan kebutuhan masyarakat. Konsekwnsinya,
setelah lulus sekolah peserta didik tidak bis langsung menerapkan teori yang
didapatkan dari sekolah.
Diketahui bersama, pendidikan sangat erat kaitannya dengan
transformasi sosial. Sebab pendidikan juga bagian dari sistem sosial.
Relevansi antara dunia pendidikan dengan dunia riil menjadi kebutuhan
mendesak untuk direalisasikan. Fenomena yang terjadi, antara dunia
pendidikan dan perkembangan masyarakat tidak sesuai dan terjadi
kesenjangan yang cukup signifikan. Kebutuhan masyarakat belum bisa
diwujudkan sepenuhnya oleh lembaga pendidikan. Di antara indikator
masalah ini adalah lulusan lembaga pendidikan belum siap pakai karena hanya
menguasai teori, miskin keterampilan. Dunia industri pun akhirnya
meninggalkan sekolah karena tidak ada lingkage.
Selain itu juga disebabkan materi pembelajaran tidak sesuai potensi
daerah dimana peserta didik bertempat tinggal. Materi pembelajaran dan
konteks kehidupan peserta didik tidak padu. Sehinggga tidak terjadi transfer
maka peluang kerja bagi lulusan SMK pada dasarnya belum begitu
menggembirakan.
Jumlah ini memang belum ideal, sehingga perlu di upayakan
peningkatan daya serap lulusan untuk memasuki lapangan kerja maupun
menciptakan peluang kerja. Secara nasional, idealnya 80%-85% lulusan SMK
dapat memasuki lapangan kerja, sementara 15%-20% dimungkinkan dapat
melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Jika melihat data ini,
maka penambahan jumlah SMK, yang salah satu pertimbangannya karena
52% lulusan SMA yang tidak studi lanjut, apkah benar sebuah solusi?
Bukankah yang lebih utama dan pertama adalah meningkatkan kualitas kinerja
penyelenggaraan SMK sehinggga kualitas lulusannya meningkat, baru
kemudian meningkatkan jumlah sehingga mencapai proporsi tertentu sekitar
65% penganggur terdidik adalah lulusan pendidikan menengah.4
Sesuai dengan tujuan pendidikan SMK, yaitu membekali peserta didik
dengan keterampilan tertentu untuk memasuki dunia kerja atau dunia usaha,
maka pengembangan SMK harus selalu mengacu pada kebutuhan pasar kerja.
Namun pengembangan SMK bukan sekedar pada memperbesar jumlah unit
SMK dan jumlah siswa, tetapi bagaimana keberadaan SMK jika dikaitkan
dengan potensi wilayah daerah. Sudah menjadi masalah klasik bagi dunia
pendidikan SMK di Indonesia pada umumnya, bahwa link and match antara
4
output pendidikan SMK dengan dunia usaha dan dunia industri (DU/DI)
sebagai pengguna output pendidikan SMK belum tercapai. Diantara
kebutuhan tersebut, kebutuhan atau tuntutan dunia kerja/usaha/industri,
dirasakan amat mendesak, maka prioritas “link and match” diberikan pada
pemenuhan kebutuhan dunia kerja. Salah satu masalahnya terletak pada
kualitas lulusan SMK yang belum selesai dengan standart kompetensi yang
dibutuhkan pasar kerja.
Dalam penyelenggaraan pendidikan, peran partisipasi masyarakat
sangat penting, sebagai salah satu elemen pendukung terwujudnya pendidikan
berbasis masyarakat. Sehingga, manfaat kehadiran pendidikan benar-benar
dirasakan masyarakat.
Masyarakat ikut berpartisipasi dalam merancang, melaksanakan,
menilai dan mengembangkan pendidikan yang mengarah pada usaha
menjawab tantangan dan peluang yang ada di lingkungan masyarakat tertentu
dengan berorientasi pada masa depan. Maka dari itu dalam upaya peningkatan
kualitas sumber daya manusia masyarakat bersama pihak sekolah
bersama-sama ikut berperan penting dalam menyerap daya lulusan dari SMK agar bisa
tertampung dan bisa bersaing dalam dunia kerja.
Salah satu bentuk peran masyarakat adalah melakukan pemberdayaan
masyarakat dengan memperluas partisipasi masyarakat dalam pendidikan
yang meliputi peran perorangan, kelompok, keluarga, organisasi profesi, dan
pelayanan pendidikan (Sisdiknas No. 20 tahun 2003 pasal 54 ayat 1).
Masyarakat tersebut dapat berperanan sebagai sumber, pelaksana, dan
pengguna hasil pendidikan (Sisdiknas No 20 tahun 2003 pasal 54 ayat 22).5
Dengan adanya masalah itu pihak orang tua ikut berperan mengatasi
masalah yang dihadapi oleh anak-anak. Orang tua ikut berpartisispasi dalam
menuangkan ide atau gagasan baru agar SMK Ma’arif NU Prambon
mempunyai pilihan jurusan yang nantinya bisa membuka peluang kerja bagi
anak-anak mereka.
Pilihan jurusan di SMK Ma’arif NU Prambon, yaitu:
1. Tata niaga agar anak-anak mereka bisa mempunyai keahlian dalam bidang
pemasaran.
2. Akuntansi supaya anak-anak mereka bisa memiliki kemampuan dalam
mengolah.
Orang tua dan pihak sekolah bersama-sama membuat program studi
keahlian yang sesuai kompetensi dan membekali peserta didik dengan ilmu
pengetahuan, teknologi, dan seni agar daya serap lulusan darai SMK bisa
terpakai di dunia kerja. Dengan latar belakang tersebut, peneliti ingin
mengkaji tentang peran masyrakat dalam skripsi yang berjudul “Peningkatan
daya serap lulusan pada dunia usaha dan dunia industri melalui peran
masyarakat di SMK Ma’arif NU Prambon Sidoarjo”.
5
Gambaran umum di SMK Ma’arif NU Prambon bahwa daya serap
lulusan pada dunia usaha dan dunia industri tiap tahunnya meningkat. Mereka
sudah terserap pada dunianya masing-masing seperti di supermarket, mall,
dan pabrik. Mereka dibekali keahlian dalam bidang yang mereka inginkan
ketika berada di sekolah. Begitu juga peran masyarakat yang disini berarti
orang tua peserta didik yang ikut membantu sekolah dalam hal pembiayaan,
pemilihan tempat seminar ketenagakerjaan dan tempat magang yang dipilih
oleh masyarakat yang sesuai dengan pekerjaan yang dibutuhkan dunia usaha
dan dunia industri. Dengan begitu keterserapan peserta didik akan tercakup
dalam dunia usaha dan dunia industri dengan mempunyai skill yang sudah
didapatkan di sekolah atau di tempat magang.6
No Tahun Banyaknya lulusan Bekerja Kuliah Menikah
1. 2008-2009 82 57 13 12
2. 2009-2010 84 62 11 11
3. 2010-2011 107 74 18 15
4. 2011-2012 113 81 15 17
5. 2012-2013 82 70 12 -
6. 2013-2014 115 87 15 13
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, rumusan masalah pada
peneltian ini dapat diuraikan sebagai beikut:
1. Bagaimana daya serap lulusan pada dunia usaha dan dunia industri di
SMK Ma’arif NU Prambon?
6
2. Bagaimana peran partisipasi masyarakat dalam meningkatkan daya serap
lulusan pada dunia usaha dan dunia industri di SMK Ma’arif NU
Prambon?
3. Apa faktor pendukung dan penghambat dalam peningkatan daya serap
lulusan pada dunia usaha dan dunia industri melalui peran masyarakat di
SMK ma’arif NU Prambon?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan peneliti ini dapat
diformulasikan sebagi berikut:
1. Untuk mengetahui tentang daya serap lulusan pada dunia usaha dan dunia
industri di SMK Ma’arif NU Prambon.
2. Untuk mengetahui peran partisipasi masyarakat dalam meningkatkan daya
serap lulusan pada dunia usaha dan dunia industri di SMK Ma’arif NU
Prambon.
3. Untuk mengetahui faktor pendukung dan penghambat dalam peningkatan
daya serap lulusan pada dunia usaha dan dunia industri melalui peran
masyarakat di SMK ma’arif NU Prambon.
D. Manfaat Penelitian
1. Pertama, keguanaan secara teoritis, yaitu dapat menjadi bahan acuan pada
peneliti berikutnya, khususnya yang menyangkut konsep atau pemikiran
tentang peran serta masyarakat terhadap daya serap lulusan usaha dan
dunia industri. Karena sudah menjadi maklum bahwa kebenaran di dalam
ilmu pengetahuan bersifat relatif dan dinamis.
2. Kedua, kegunaan secara praktis, yaitu:
a. Bagi peserta didik, diharapkan peserta didik dapat berperan aktif
dalam kegiatan pembelajaran serta mampu meningkatkan prestasi
belajar.
b. Bagi guru, sebagai masukan untuk meningkatkan kompetensi dan
profesionaliatasnya.
c. Bagi lembaga atau pihak sekolah, sebagai sumbangan pemikiran
dalam usaha peningkatan dan pengembangan proses belajar mengajar
secara lebih efektif dan efisien dalam usaha meningkatkan kompetensi.
d. Bagi masyarakat, diharapkan masyarakat akan lebih aktif memberikan
kontribusinya guna mengembangkan lulusan.
e. Bagi dunia kerja, sebagai masukan agar mempertimbangkan
perekrutan lulusan yang berkompeten.
E. Difinisi Operasional
Untuk menghindari salah tafsir tentang judul skripsi dan untuk
serap lulusan pada dunia usaha dan dunia industri melalui peran masyarakat di
SMK Ma’arif NU Prambon” maka perlu kiranya peneliti menjelaska arti dan
maksud dari istilah-istilah yang dipakai dalam judul penelitian ini sebagai
berikut:
a. Peningkatan daya serap lulusan pada dunia usaha dan dunia industri
Peningkatan secara bahasa artinya proses, cara, perbuatan, uasah
menaikkan. Dan secara istilah berarti proses menaikkan pada taraf yang
lebih baik dari sebelumnya.7 Pengertian peningkatan daya serap lulusan
pada dunia usaha dan dunia industri adalah kemampuan atau kekuatan
untuk meningkatkan ke taraf yang lebih baik dengan melakukan sesuatu
untuk bertindak dalam menyerap orang yang sudah lulus dari ujian pada
jalan untuk memperoleh sesuatu yang lebih menguntungkan dari
sebelumnya dengan menggunakan keterampilan, ketekunan kerja dan
penggunaan alat-alat di bidang pengelolahan hasil-hasil bumi dan
distribusinya sebagai dasar. Menurut Arikunto bahwa melalui bimbingan
karier di SMK nantinya daya serap lulusan diharapkan dapat
menumbuhkan profesionalisme dalam menghdapai dunia kerja dan
kemandirian peserta didik dalam memilih karier yang akan dijalaninya
nanati berdasarkan kemampuan yang dimiliki.8
b. Peran masyarakat
7
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2002), hlm, 688.
8
Peran masyarakat dalah serangkaian perilaku yang diharapkan pada
seseorang sesuai dengan posisi sosial yang membentuk sebuah sistem
semi tertutup atau semi terbuka dimana terjadi interaksi didalamnya denga
tingkatan sebagai berikut:
1. Hanya dalam menggunakan jasa pelayanan yang tersedia, misalnya
memasukkan anak ke sekolah.
2. Peran partisipasi dengan memberikan kontribusi dana, bahan, dan
tenaga.
3. Peran partisipasi dalam bentuk keikutsertaan, yang berarti menerima
secara pasif apa yanga telah diputuskan oleh pihak lain.
4. Peran partisipasi melalui adanya konsultasi mengenai hal-hal tertentu.
5. Keterlibatan dalam memberikan layanan tertentu, biasanya sebagai
mitra pihak lain.
6. Keterlibatan sebagai pelaksana kegiatan yang didelegasikan.
7. Peran partsipasi yang sebenarnya dalam pengambilan keputusan pada
berbagai jenjang.9
F. Tinjauan Pustaka Terdahulu
Tinjauan pustaka merupakan kajian mengenai penlitian-penelitian
terdahulu yang terkait (review of related literature). Berdasarkan penelusuran
9
hasil penelitian yang ada di temukan bebrapa skripsi yang relevan dengan
peneltian ini, diantaranya adalah:
Pertama, skripsi Satori, 2001 dari Program Studi Pendidikan Agama
Islam, Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Pemekasan, dengan judul “Peran
Tokoh Masyarakat Dalam Mengatasi Kenakalan Remaja di Desa Potoan Daya
Palengan Pamekasan”.
Penelitian ini berusaha untuk mengungkapkan perihal peran tokoh
masyarakat dalam mengatasi mengenai kenakalan remaja di Desa Potoan
Daya Palengan Pamekasan. Hasil pengamatan dan penelitian ini menunjukkan
bahwa: adanya kerjasama dengan orang tua dan juga para remaja, adanya
kegiatan-kegiatan positif yang dibentuk oleh tokoh masyarakat, adanya
organisasi belajar, adanya komunitas olahraga. Sedangkan yang menjadi
faktor penghambatnya adalah kurangnya kesadaran dari remaja itu sendiri
untuk menjadi lebih baik, kurangnya pengawasan dari orang tua dalam
mendidik anaknya, pergaulan denga remaja yang tidak baik. Meskipun
demikian, ada beberapa hal yang belum terpenuhi dalam peran tokoh
masyarakat dalam mengatasi kenakalan remaja di desa Potoan Daya Palengan
Pamekasan yaitu belum dibentuknya tim pengendali dan tim yang
mengevaluasi terhadap pelaksanaan peran tokoh masyarakat dalam mengatasi
kenakalan remaja di desa Potoan Daya Palengan Pamekasan.
Berikutnya, skripsi Fahim Ilmiya, 2010 dari Fakultas Keguruan dan
Peranan On The Job Training Dalam Mempersiapkan Siswa Untuk Memasuki
Dunia Kerja Pada Siswa Kelas XII Program Keahlian Penjualan SMK Negeri
6 Surabaya Tahun Ajaran 2009/2010.”
Tujuan penelitian ini adalah : (1) Mengetahui peranan On The Job
Training dalam mempersiapkan siswa memasuki dunia kerja pada siswa kelas
XII program keahlian penjualan SMK Negeri 6 Surakarta tahun 2009/2010.
(2) Mengetahui kesiapan siswa kelas XII program keahlian penjualan SMK
Negeri 6 Surakarta tahun 2009/2010 dalam memasuki dunia kerja dengan
adanya program On The Job Training. (3) Mengetahui hambatan-hambatan
yang dihadapi pihak sekolah dalam mempersiapkan siswa kelas XII program
keahlian penjualan SMK Negeri 6 Surakarta tahun 2009/2010 untuk
memasuki dunia kerja dengan adanya program On The Job Training.
Mengetahui usaha-usaha yang dilakukan sekolah dalam menanggulangi
hambatan-hambatan yang ada dalam mempersiapkan siswa kelas XII program
keahlian penjualan SMK Negeri 6 Surakarta tahun 2009/2010 untuk
memasuki dunia kerja dengan adanya program On The Job Training.
Berdasarkan hal di atas, dapat dilihat bahwa terdapat perbedaan antara
skripsi yang akan peneliti tulis dengan dua skripsi di atas. Skripsi yang akan
ditulis peneliti berjudul “ peningkatan daya serap lulusan pada dunia usaha
dan dunia industri melalui peran masyarakat di SMK Ma’arif NU Prambon”.
Bertujuan untuk mengetahui tentang peran partisipasi masyarakat dalam
Ma’arif NU Prambon dan mengetahui faktor pendukung dan penghambat
dalam peningkatan daya serap lulusan pada dunia usaha dan dunia industri
melalui peran masyarakat di SMK Ma’arif NU Prambon. Sedangkan skripsi
dari Satori berfokus untuk mengungkap perihal peran tokoh masyarakat dalam
mengatasi kenakalan remaja di desa Potoan Daya Palengaan Pamekasan.
Kemudian skripsi dari Fahim Ilmiya berfokus pada peranan On The Job
Training dalam mempersiapkan siswa memasuki dunia kerja pada siswa kelas
XII program keahlian penjualan SMK Negeri 6 Surakarta tahun 2009/2010.
G. Sistematika Pembahasan
Agar pembahasan dalam penelitian ini mengarah pada maksud yang
sesuai dengan judulo, maka hasil akhir di susun menjadi lima bab dengan
penjabaran sebagai berikut:
Bab I berisi pendahuluan dengan sub pokok bahasan : latar belakang,
rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, difinisi konseptual,
tinjauan pustaka terdahulu, dan sistematika pembahasan.
Bab II berisi tentang kajian teori denga sub bab pokok bahasan : kajian
tentang peningkatan daya serap lulusan pada dunia usaha dan dunia industri,
peran masyarakat, dan upaya peningkatan daya serap lulusan pada dunia usaha
dan dunia industri melalui peran masyarakat di SMK.
Bab III berisi tentang metodologi peneltian yang meliputi pendekatan
tahapan penelitian, teknik pengumpulan data, teknik analisa data, dan
keabsahan penelitian.
Bab IV berisi tentang penyajian dan analisis data denga sub bab
pembahasan: penyajian data hasil dokumentasi dan interview yang meliputi
data tentang peningkatan daya serap lulusan pada dunia usaha dan dunia
industri, penyajian data hasil interview. Serta analisis data yang meliputi hasil
interview mengenai sejauhmana peran serta masyarakat terhadap daya serap
lulusan di dunia usaha dan dunia industri.
Bab V penutup, berisi tentang kesimpulan dan saran
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Peningkatan Daya Serap Lulusan pada Dunia Usaha dan Dunia Industri 1. Pengertian daya serap lulusan pada dunia usaha dan dunia industri
Istilah daya memiliki arti yang bermacam-macam sesuai dengan orang
yang mengartikannya. Setiap orang mengartikan daya sesuai dengan bidang
keilmuwan yang dikuasainya. Istilah daya sering disamakan dengan tenaga,
energi, gejala, keinginan, dorongan dan sebagainya. Istilah daya sering
digunakan para penulis sesuai dengan keilmuwan yang dibidangi. Dalam
kamus ilmiah populer istilah daya diartikan sebagai kemampuan, kekuatan,
upaya kemampuan melakukan sesuatu.10 Istilah serap berarti mendalam secara
benar-benar. Dan pengertian lulusan menurut istilah adalah yang sudah lulus
dari ujian.
Daya serap merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi usaha
yang dilakukan seseorang. Daya serap yang kuat atau tinggi akan
menimbulkan usaha yang mudah dan tidak sulit dalam menghadapi masalah
atau problem.11
Pengertian daya serap lulusan adalah kemampuan atau kekuatan untuk
melakukan sesuatu untuk bertindak secara mendalam mendapat lulusan.
10
Al Barry, Kamus Ilmiah Populer, (Jakarta:apollo, 1994).
11
Pengertian dunia usaha adalah dunia yang terus berkembang dari waktu ke
waktu. Setiap individu yang menjalankan usaha, senantiasa mencari jalan
untuk selalu memperoleh sesuatu yang lebih menguntungkan dari
sebelumnya. Dan pengertian dunia industri adalah lingkungan kehidupan pada
bidang yang menggunakan keterampilan, ketekunan kerja dan penggunaan
alat-alat di bidang pengelolaan hasil-hasil bumi dan distribusinya sebagai
dasar.
Jadi daya serap lulusan pada dunia dan dunia industri adalah
kemampun atau kekuatan untuk melakukan sesuatu untuk bertindak dalam
menyerap orang yang sudah lulus dari ujian pada jalan untuk memperoleh
seseuatu yang lebih menguntungkan dari sebelumnya dengan menggunakan
keterampilan, ketekunan kerja, dan penggunaan alat-alat di bidang
pengelolaan hasil-hasil bumi dan distribusinya sebagai dasar. Menurut
Arikunto bahwa melalui bimbingan karier di SMK nantinya daya serap
lulusan diharapkan dapat menumbuhkan profesionalisme dalam menghdapai
dunia kerja dan kemandirian peserta didik dalam memilih karier yang akan
dijalaninya nanati berdasarkan kemampuan yang dimiliki.12
2. Konsep tentang dunia usaha dan dunia industri di SMK
12
SMK adalah lembaga yang menyelenggarakan pendidikan dan latihan.
Diharapkan dari lulusan SMK sesuai dengan sasaran pola penyelenggaraan
kecakapan hidup ditinjau dari keberhasilan lulusan yaitu:
a. Lulusan bekerja sesuai dengan bidang keahliannya.
b. Tenggang waktu lulusan mendapatakan kerja setelah lulus maksimal
satu tahun.
c. Keterserapan lulusan dalam periode dua tahun setelah lulus minimal
75 %.
d. Jumlah lulusan yang mampu menciptakan lapangan kerja 5 %.13
Standart kompetensi lulusan pada satuan pendidikan menengah
kejuruan bertujuan untuk meningkatkan kecerdasan, pengetahuan,
kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan
mengikuti pendidikan lebih lanjut sesuai dengan keterampilannya.14
Pendidikan SMK berorientasi menyiapkan para peserta didik sebagai
tenaga kerja profesional bidang pendidikan. Oleh karena itu dalam
mengembangkan model-model pembelajaran harus disesuaikan dengan
prinsip-prinsip pendidikan kejuruan yaitu mendekatkan pembelajaran dengan
dunia kerja. Pola pembelajaran work-based-learning merupakan model yang
sangat efektif untuk mencapai kompetensi yang dibutuhkan mahasiswa work
based learning merupakan model pembelajaran yang efektif untuk
13
Depdiknas, 2003.
14
membentuk kompetensi karena dalam pembelajaran tersebut siswa dapat
belajar dan bekerja secara bersama-sama ditempat kerja.
Kerjasama akan efektif jika kedua belah pihak merasa mendapat
keuntungan dari kerjasama. SMK memiliki kebutuhan meningkatkan relevansi
lulusan dan peningkatan kompetensi. Pihak industri memiliki kebutuhan
berupa pencapaian visi misi lembaga, informasi kualitas calon guru, dan
bertambahnya pengalaman bekerjasama dengan perguruan tinggi. Dalam
kerjasama perlu dirumuskan peran masing-masing lembaga, antara lain pihak
mitra: orientasi kurikulum, quallity control, format kerjasama, tempat dan
fasilitas magang, rekrutmen, bantuan pendanaan untuk peserta, dan supervisi.
Dari pihak SMK memiliki peran informasi hasil pengembangan iptek,
konsultasi, dan asistensi, bantuan teknologi, serta model pelatihan. Di dalam
kerjasama, semua program kerjasama harus dirumuskan bersama-sama antara
mitra dan program studi. Dalam kaitan dengan pembelajaran maka program
tersebut antara lain mencakup kurikulum, bahan ajar, evaluasi, rekrutmen,
peserta, instruktur, pendanaan, dan waktu pelaksanaan.
Sekolah kejuruan sebagai salah satu lembaga pendidikan formal yang
ada di Indonesia, dituntut juga untuk terus mengikuti dan menerapkan
berbagai perubahan kurikulum cdalam periode tertentu sesuai dengan
kebijakan pemerintah dalam sistem pendidikan nsionalnya. Sekolah kejuruan
berbeda dengan sekolah umum, terutama kompetensi lulusannya serta
untuk sekolah kejuruan tidak pernah bisa dilepaskan dari kondisi dan situasi
dunia kerja yang sedang berkembang. Penyesuaian kurikulum dengan dunia
kerja serta dilandasi oleh minat dan kebutuhan siswa, menjadikan kurikulum
sekolah kejuruan memiliki kerumitan tertentu, baik dalam proses penyusunan
maupun implementasinya.15
SMK sebagai bentuk satuan penyelenggara dari pendidikan menengah
kejuruan yang berada di bawah Direktorat Pembinaan Sekolah Kejuruan,
merupakan lembaga pendidikan yang berorientasi pada pembentukan
kecakapan hidup, yaitu melatih peserta didik untuk menguasai keterampilan
yang dibutuhkan oleh dunia kerja (termasuk dunia bisnis dan industri),
memberikan pendidikan tentang kewirausahaan, serta membentuk kecakapan
hidup (life skill). Pembelajaran di SMK lebih ditekankan untuk melakukan
praktik, sehingga mereka berpengalaman dan mantap untuk langsung
memasuki dunia kerja, tetapi ini tidak menutup kemungkinkan para lulusan
SMK untuk dapat melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi.
Sehingga kurikulum di SMK harus mampu mengakomodasi kebutuhan
peserta didik yang berbeda secara individual, baik ditinjau dari segi waktu
maupun kemampuan belajar.16 Oleh karena itu, merumuskan suatu kurikulum
15
Balitbang dan Dikdasmen. 1999(a). Memahami Kurikulum Sekolah Menengah Kejuruan Edisi 1999 Berpendekatan Competency Based dan Board Based. Jakarta: Balitbang dan Dikdasmen, Depdikbud.
16
sudah barang tentu bukan hal yang mudah. Banyak faktor yang menentukan
dalam proses lahirnya sebuah kurikulum.
Menurut Wolf menyatakan, bahwa untuk mencapai penguasaan
keahlian yang berstandart, diperlukan program berstandart, serta proses
pendidikan yang berstandart pula. Berkaitan dengan pendidikan kejuruan, Neil
dan Wiles dan Bondi mengetengahkan model pendekatan yang dinamakan
model kurikulum kejuruan. Neil menempatkan model pendekatan ini sejalan
dengan konsep kurikulum teknologis, namu Wiles dan Bondi mengganggap
model kejuruan telah bergeser dari konsep kurikulum teknologis.
Pandangan ini lebih lanjut telah memperkarya konsep kurikulum
teknologis, dengan memberi tempat bagi kehadiran industri yang bermitra
dengan sekolah bagi pelaksanaan pendidikan kejuruan, yang dikenal dengan
Pendidikan Sistem Ganda (PSG). Standart kompetensi sebagai standart
kemampuan untuk menangani suatu jabatan di industri. Standart kompetensui
tersebut digunakan sebagai sumber bagi penyusunan profil kemampuan
kurikulum PSG.17
Salah satunya dengan program PSG atau dikenal dengan pendidikan
sistem ganda. PSG sudah lama digunakan sebagai model pendidikan kejuruan
di Jerman. Secra tradisional para pengusaha atau industri di Jerman memiliki
sikap bahwa membantu pelatihan tenaga kerja melalui pelatihan kejuruan akan
memajukan negara tersebut. Oleh karena itu sejak lama terjalin hubungan
17
yang sangat erat antara pendidikan kejuruan dan pengguna tenaga kerja.
Keadaan inilah yang menyuburkan pertumbuhan PSG di Jerman.
Secara umum dapat dikemukakan model PSG merupakan suatu
penyelenggaraan pendidikan kejuruan yang di asuh bersama antara dunia
usaha dan dunia industri dan sekolah. PSG merupakan konsep atau model
penyelenggaraan pendidikan kejutuan dimana, pertama perencanaan dan
pelaksanaan pendidikan diwujudkan melalui kemitraan antara dunia kerja
dengan sekolah. Kedua, penyelenggaraan pendidikan berlangsung sebagian di
sekolah dan sebagian di industri.18
Dengan PSG yang perencanaan kurikulum, proses pembelajaran, dan
penyelenggaraan evaluasinya didesain dan dilaksanakan bersama-sama antara
pihak sekolah dan industri, diharapkan dapat dihasilkan lulusan SMK yang
mumpuni. Peserta didik tidak hanya dibekali pengetahuan-pengetahuan dasar
tentang dunia industri, tetapi langsung bersentuhan dengan pengalaman
kemampuan praktik di dunia kerja nyata.
Melalui PSG, peserta didik belajar di 2 tempat, sekolah dan industri.
Jadi, pemberlakuan PSG menuntut tanggung jawab bersama antara pihak
sekolah dan industrinya. Upaya peningkatan yang seharusnya dilakukan agar
lulusan SMK terserap di bidang industri ialah: (1) perluasan akses SMK, (2)
pemerataan akses SMK, (3) peningkatan mutu SMK, (4) peningkatan
18
relevansi SMK, (5) pencitraan SMK, (6) pengembangan kualitas layanan
SMK, (7) inovasi pendidikan, dan (8) pengembangan kurikulum.19
Oleh karena itu diperlukan suatu komitmen bersama antara dunia
usaha dan dunia industri dengan sekolah menengah kejuruan (SMK) yang
didukung oleh kemauan politik dari pemerintah. Serta kepedulian para
birokrat kependidikan dan pengusaha, untuk bekerja sama membangun dan
melaksanakan link and match yang berpola win-win solution demi kemajuan
sekolah menengah kejuruan sekaligus kemajuan dunia usaha dan dunia
industri agar dapat bersaing di era global sekarang dan masa yang akan
datang.20
3. Karakteristik daya serap lulusan
Faktor daya serap lulusan pada dasarnya adalah masalah
ketenagkerjaan yang sangat komplek sulit dipecahkan karena terkait dengan
faktor ekonomi, politik, hukum keamanan, kultur, dan sebaginya.
Ketenagakerjaan tidak bisa dipisahkan dengan faktor perkembangan dan
pertumbuhan ekonomi nasional. Jika kondisi ekonomi nasional tumbuh
dengan baik maka investasi akan berjalan, industri akan berkembang sehingga
akan membuka lapangan kerja baru yang banyak menyerap tenaga kerja.
19
http://journal.um.ac.id/index.php/teknologi-kejuruan/article/view/3023/407. di akses Tanggal 8-12-2014. Jam 07.54.
20
UNDP yang melaporkan kualitas pengembangan sumber daya manusia
antara lain di ukur dari indikator-indikator sebagi berikut: (a) kinerja ekonomi,
(b) pertumbuhan industri, (c) peran politik, (d) perkembangan demografi, (e)
pendidikan. Dari uraian tersebut dapat dikatakan bahwa karakteristik daya
serap lulusan mencakup antara lain: (1) relevansi lulusan, (2) kualitas lulusan,
(3) pertumbuhan industri, (4) pertumbuhan kinerja ekonomi nasional, (5)
kondisi trend demografi. Dalam lembaga pendidikan yang berwawasan mutu,
kurikulum dan perangkat pendidika lainnya dituntut untuk memenuhi standart
mutu yang sesuai dengan harapan dan kebutuhan srakeholders. Perkembangan
teknologi dan informasi yang dinamis menuntut adanya standart baru
disesuaikan dengan kedinamisan tuntutan kebutuhan masyarakat tersebut,
sehingga sekolah dapat selalu tampil unggul dan memiliki relevansi yang
tinggi. Dipihak lain rekrutmen tenaga kerja sebenarnya tidak hanya tergantung
pada mutu lulusan semata-mata. Banyak faktor-faktor ekonomi, sosial,
hukum, politik, maupun budaya berpengaruh terhadap perekruten tenaga
kerja.21
Pendidikan kejuruan memiliki karakteristik lain yang berbeda dengan
pendidikan umum, ditinjau dari kriteria pendidikan, substansi pelajaran dan
lulusannya. Kriteria yang harus dimiliki oleh pendidikan kejuruan adalah (1)
orientasi pada kinerja individu dalam dunia kerja, (2) justifikasi khusus pada
21
kebutuhan nyata di lapangan, (3) fokus kurikulum pada aspek psikomotorik,
afektif, dan kognitif, (4) tolak ukur keberhasilan tidak hanya terbatas
disekolah, (5) kepekaan terhadap perkembangan dunia kerja, (6) memerlukan
sarana dan prasarana yang memadai, (7) adanya dukungan masyarakat.
Oleh karena itu dalam memilih substansi peklajaran, pendidikan
kujuruan harus selalu memiliki perkembangan iptek kebutuhan masyarakat,
kebutuhan individu, dan lapangan kerja. Ditinjau dari daya serap lulusannya,
karakteristik lulusan pendidikan kejuruan harus memiliki kecakapan: (1)
minimal pengetahuan dan keterampilan khusus untuk jabatan atau
pekerjaannya, (2) minimal pengetahuan dan keterampilan sosial, emosional,
dan fisik dalam kehidupan sosial, (3) minimal serta pengetahuan dan
keterampilan akademik untuk jabatan, individu dan masa depannya.22
Upaya yang dilakukan untuk meningkatkan relevansi dan daya serap
lulusan adalah membangun kerjasama, baik dengan dunia usaha atau industri
khususnya sektor jasa konstruksi maupun dunia pendidikan. Isi kerjasama
antara lain berupa technical assistence untuk perbaikan kurikulum,
pelaksanaan magang, pelatihan keterampilan dan sebagainya.23
Berdasarkan tujuan tersebut, maka Sekolah Menengah Kejuruan
(SMK) seharusnya mampu menyiapkan lulusan sebagai tenaga kerja tingkat
22
Prof. Dr. Masrian Bukit, Strategi dan Inovasi Pendidikan Kejuruan, (bandung: Alfabeta, 2014), hlm, 14.
23
menengah yang dibutuhkan oleh dunia usaha dan industri, menyiapkan
lulusan untuk melanjutkan studi ke jenjang yang lebih tinggi, dan menyiapkan
lulusan yang berjiwa berwirausaha. Peraturan Pemerintah Nomor 29 tahun
1990 menyebutkan dalam Pasal 1 ayat 3 bahwa “pendidikan menengah
kejuruan adalah pendidikan pada jenjang pendidikan menengah yang
mengutamakan pengembangan kemampuan peserta didik untuk melaksanakan
jenis pekerjaan tertentu”. Sementara itu, pada Pasal 3 ayat 2 disebutkan bahwa
“pendidikan menengah kejuruan mengutamakan penyiapan peserta didik
untuk memasuki lapangan kerja serta mengembangkan sikap profesioanl”.
Dalam mempersiapkan lulusannya, SMK sering menemui masalah.
Permasalahan yang dihadapi diantaranya ketidaksesuaian kompetensi keahlian
yang dipelajari di SMK dengan kompetensi yang dibutuhkan dunia usaha dan
dunia industri (DU/DI). Salah satu indikator kesenjangan ini adalah rendahnya
daya serap lulusan SMK oleh DU/DI. Rendahnya daya serap tenaga kerja
lulusan SMK oleh DU/DI menyebabkan keterbatasan lapangan kerja. Kondisi
tersebut cenderung mengakibatkan terjadinya penggangguran terbuka.
Berbagai permasalahan terkait mutu, relevansi, dan daya saing pendidikan
yang dihadapi SMK perlu dicarikan alternatif pemecahaannya agar tujuan dan
visi misi pembentuka SMK terwujud. Dalam rang pengembangan sekolah
kejuruan, upaya penyempurnaan terhadap proses belajar mengajar, kurikulum
menyusun suatu perencanaan ke depan diperlukan data penunjang baik input,
proses belajar mengajar dan output (lulusan).
Upaya lain untuk meningkatkan daya serap lulusan adalah dengan
layanan bimbingan karier dari seorang konselor sangat dibutuhkan dalam
usaha memberikan arahan dan petunjuk kepada peserta didik dalam
menentukan karier dimasa mendatang. Tanpa petunjuk dan arahan dari
konselor peserta didik tidak akan mendapakan gamabaran tentang masa
depannya yang disesuaikan dengan bakat, potensi dan kemampuan yang
dimiliki, sehingga dengan adanya layanan bimbingan karier dan strategi
konselor dalam mengembangan karier peserta didik, diharapkan lulusan SMK
siap kerja dan memiliki sikap kemandirian yang dapat diandalkan mampu
untuk menghadapi persaingan era globalisasi dan tantangan masa depan
karier.
Bimbingan karier peserta didik di SMK sangat penting dalam
menciptakan kemandirian peserta didik dalam memilih karier dan berkarier,
serta dapat memberikan gambaran dan harapan yang akan dicapai oleh peserta
didik dimasa mendatang di dunia kariernya, sehinggga diharapakan lulusan
SMK yang siap kerja dan memiliki sikap kemandirian yang dapat diandalkan
mampu untuk mengahadapi persaingan era globalisasi dan tantangan masa
lulusannya mempunyai persiapan diri dalam memasuki dunia kerja dengan
pemenuhan kompetensi diberbagai pengembangan.24
4. Karakteristik SMK pada dunia usaha dan dunia industri
Dalam Undang-undang No. 2 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional (UU Sisdiknas), pendidikan menengah kejuruan merupakan
pendidikan yang mempersiapkan peserta didik untuk dapat bekerja dalam
bidang tertentu. Sedangkan dalam Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005
tentang Standart Nasional Pendidikan, pendidikan menengah kejuruan adalah
pendidikan pada jenjang pendidikan menengah yang mengutamakan
pengembangan kemampuan peserta didik untuk jenis pekerjaan tertentu.
Meskipun pendididikan kejuruan tidak terpisahkan dari sistem
pendidikan secara keseluruhan, namun sudah barang tentu mempunyai
karakteristik tertentuyang membedakan dengan pendidikan yang lain.
Perbedaan ini tidak hanya dalam definisi, struktur organisasi dan tujuan
pendidikan, tetapi juga tercermin dalam aspek-aspek lain yang erat kaitannya
dengan perencanaan kurikulum. Karakteristik pendidan kejuruan yaitu:
a. Orientasi pendidikan
Keberhasilan belajar berupa kelulusan dari sekolah kejuruan adalah
tujuan terminal, sedangkan keberhasilan program secara tuntas
berorientasi pada penampilan para lulusannya kelak di lapangan kerja.
24
b. Justifikasi untuk eksistensinya
Untuk mengembangkan pendidikan kejuruan perlu alasan atau
justifikasi khuhus yang ini tidak begitu dirasakan oleh pendidikan
umum. Justifikasi khusus adalah adanya kebutuhan nyata yang
dirasakan di lapangan.
c. Fokus kurikulumnya
Stimuli dan dan pengalaman belajar yang disajikan melalui pendidikan
kejuruan mencakup rangsangan dan pengalaman belajar yang
mengembangkan domain afektif, kognitif, dan psikomotorik berikut
paduan integralnya yang siap untuk dipadukan baik pada situasi kerja
yang terstimulusi lewat proses belajar maupun nanti dalam situasi
kerja yang sebenarnya. Ini termasuk sikap kerja dan orientasi nilai
yang mendasari aspirasi, motivasi, dan kemampuan kerjanya.
d. Kriteria keberhasilannya
Berlainan dengan pendidikan umum, kriteria untuk menentukan
keberhasilan suatu lembaga pendidikan kejuruan pada dasarnya
menerapkan ukuran ganda yaitu in school succes dan out of school
succes. Kriteria pertama meliputi aspek keberhasilan peserta didik
dalam memenuhi persyaratan kurikuler yang sudah diorientasikan ke
persyaratan dunia kerja, sedang kriteria yang kedua di indikasikan oleh
keberhasilan atau penampilan lulusan setalah berada di dunia kerja
e. Kepekaannya terhadap perkembangan masyarakat
Karena komitmen yang tinggi untuk selalu berorientasi ke dunia kerja,
pendidikan kejuruan mempunyai ciri lain berupa kepekaan atau daya
serap yang tinggi terhadap perkembangan masyarakat dan dunia kerja.
Perkembangan ilmu dan teknologi pasang surutnya suatu bidang
pekerjaan, inovasi dan penemuan baru dibidang produksi barang dan
jasa, semuanya itu sangat besar pengaruhnya terhadap perkembangan
pendidikan kejuruan.
f. Perbekalan logistiknya
Dilihat dari segi peralatan belajar, maka untuk mewujudkan situasi
atau pengalaman belajar yang dapat mencerminkan situasi dunia kerja
secara realistis dan edukatif diperlukan banyak perlengkapan, sarana
dan perbekalan logistik yang lain. Bengkel dan laboratirium adalah
kelengkapan umum yang menyertai eksistensi suatu sekolah
kekuruan.25
5. Upaya peningkatan daya serap lulusan pada dunia usaha dan dunia industri
Lulusan SMK merupakan tenaga terampil dibidangnya yang harus
memiliki kompetensi sebagai tenaga kerja sesuai kompetensi yang dibutuhkan
oleh dunia usaha dan dunia industri. Untuk itu pihak SMK harus terus
25
membenahi cara pelaksanaan uji kompetensi dengan melakukan kerjasama
(MoU) dengan DUDI supaya pihak SMK dapat meluluskan tenaga kerja yang
memiliki kompetensi sesuai dengan kebutuhan DUDI. Dan dalam melakukan
uji kompetensi juga harus melibatkan pihak DUDI (terutama yang memiliki
sertifikat sebagai assesor), sehingga instrumen uji kompetensi yang digunakan
harus merujuk pada kompetensi yang dibutuhkan dan memiliki standart
tertentu sesuai dengan DUDI tersebut.
Perlu dilakukan standarisasi sarana dan prasarana duna meningkatkan
mutu pembelajaran terutama untuk keperluan praktikum, sehingga penguasaan
suatu kompetensi yang dipersyaratkan oleh DUDI dapat dicapai oleh peserta
didik. Hal ini akan berdampak pada penguasaan pengetahuan praktis peserta
didik yang dapat di ukur melalui uji kompetensi, karena sarana prasarana
selalu menjadi kendala bagi beberapa SMK dalam mendukung pelaksanaan
uji kompetensi.
Diperlukan kiat-kiat khusus dalam meminimalisasi kendala-kendala
yang dihadapi pihak SMK dalam mempersiapkan peserta didiknya untuk
menghadapi uji kompetensi, seperti meningkatkan kuantitas dan kualitas
sarana dan prasarana, standarisasi peralatan kurikulum, perlibatan assesor
dalam uji kompetensi harus dilakukan seobjektif mungkin, peningkatan
kualitas dan komptensi guru melalui pelatihan (minimal bersertifikat assesor),
guru juga harus mampu bertindak seobjektif mungkin dalam melakukan uji
SMK terutama terkait letak geografis dan dukungan dari masyarakat dan
lingkungannya, sehingga program yang dibuka sesuai dengan kebutuhan
masyarakat sekitarnya.26
Selain itu untuk meningkatkan daya serap lulusan pada dunia usaha
dan dunia industri pihak sekolah beruapay memperbaiki diberbagai bidang di
antaranya:
a. Menerapkan secara utuh kurikulum berbasis kompetensi khususnya
penyelarasan kompetensi dengan kebutuhan DUDI. Seperti yang
dikatakan Menteri pendidikan dan Kebudayaan yang terkait dengan
penerapan Kurikulum 2013 dimana kompetensi lulusan program
pendidikan harus mencakup tiga kompetensi yaitu sikap, pengetahuan,
dan keterampilan, sehinggga yang dihasilkan manusia seutuhnya.
b. Memperluas jumlah dan kualitas lembaga pendidikan. Tugas berbagai
pihak untuk ikut bertanggung jawab meningkatkan jumlah dan kualitas
lembaga pendidikan.
c. Menjalin kerja sama yang menguntungkan antara lembaga pendidikan
dengan user (pengguna) lulusan yaitu lembaga pemerintahan,
perusahaan BUMN, lembaga swadaya masyarakat, perusahaan swasta
dan lembaga kewirausahaan. Kerja sama yang erat bisa berupa
program magang, kunjungan studi, stadium general atau karya ilmiah.
26
d. Lembaga pendidikan perlu melakukan studi penelusuran (tracer study)
terhadap lulusannya. Hal ini akan memudahkan lembaga pendidikan
mendeteksi keterpakaian lulusannya. Usaha melacak lulusan sekolah
bisa melalui kerja sama dengan himpunan alumni melului program
reuni dan pembuatan wadah informasi dan komunikasi alumni.
e. Penggunaan sosial media untuk memperlancar arus informasi antara
alumni dan pihak sekolah. Sosial media ini perlu dikelola oleh pihak
sekolah yang memiliki peran humas (hubungan masyarakat). Bentuk
penggunaan media misalnya membuat grup facebook yang memberi
kesempatan berbagai alumni dan peserta didik berinteraksi dan
meng-update info lowongan kerja dan tip-tip sukses di dunia kerja.
f. Menumbuhkan program kewirausahaan bagi siswa. Banyak kisah
suskses dunia kerja dan dunia bidang pertanian justru ketika
menggeluti dunia wirausaha. Seperti misalnya Bob sadino, yang sangat
sukses mengelola agribisnis, bisa menjadi sosok yang perlu diserap
ilmu dan pengalamannya. Bidang pertanian sangat dibutuhkan banyak
sekali praktisi agar berkembang dan mampu mensejahterakan
masyarakat.27
Upaya lain untuk meingkatkan daya serap lulusan pada dunia usaha
dan dunia industri adalah dengan pengembangan SDM yang akan membantu
perusahaan untuk mempersiapkan kualitas tenaga kerja yang sesuai dengan
27
kebutuhan strategi yang sedang dijalankan. Penentuan kriteria tenaga kerja ni
berdasarkan pada strategi perusahaan. Pengembangan SDM, sebenarnya dapat
dilihat dari dua aspek, yaitu kuantitas dan kualitas.28
B. Peran Masyarakat
1. Pengertian peran Masyarakat
Peran masyarakat adalah serangkaian perilaku yang diharapkan pada
sesorang yang sesuai dengan posisi sosial yang membentuk sebuah sistem
semi tertutup atau semi terbuka diman terjadi interaksi didalamnya.
Masyarakat memandang sekolah sebagai cara orang meyakinkan dalam
membina perkembangan peserta didik, karena itu masyarakat berpartisipasi
dan setia kepadanya.29 Peran serta masyarakat dalam bidang pendidikan
memiliki posisi yang sangat penting dan strategis. Hal itu secara resmi, baik
undang-undang maupun penetapan menteri. Menurut Undang-undang Sistem
Pendidikan Nasional nomor 2 tahun 1989, pendidikan merupakan tanggung
jawab bersama antara keluarga, masyarakat dan pemerintah.
2. Bentuk peran masyarakat
28
Edy Sutrisno, Manajemen Sumber Daya Manusia, (Jakarta: Kencana, 2011), hm, 70.
29
Menurut salah seorang pakar, ada bermacam-macam tingkatan serta
peran masyarakat dalam upaya pembangunan, termasuk dibidang pendidikan,
yang dimulai dari tingkat terendah ke tertinggi seperti rincian berikut:
1. Memberikan dukungan dana, atau sumbangan yang berupa fisik saja.
2. Merencanakan kegiatan dan kemungkinan pendanaan
kegiatan-kegiatan tersebut. Jadi tidak hanya diberi rencananya setelah semua
final, sehingga ada kesan hanya untuk basa-basi dari masyarakat.
3. Ikut menambah guru yang tidak ada, atau kurang atau bahkan menjadi
guru pengganti.
4. Memberikan masukan dan mendisukusikan pelaksanaan pembelajaran
kinerja para guru, prestasi belajar anak, kendala yang dihadapi dan
sebagainya.
5. Dalam pelaksanaan peran serta masyarakat yang sudah ideal,
masyarakat juga dapat terlibat dalam memilih dan memasukkan
guru-guru yang diperlukan sekolah, serta menghentikan guru-guru yang
prestasinya tidak memuaskan.
Peran serta masyarakat dalam pendidikan tidak akan muncul begitu
saja tanpa adanya upaya-upaya untuk menggalangnya. Upaya untuk
menggalang dan mendorong peran serta masyarakat perlu dilakukan agar
masyarakat tergerak dalam meningkatkan mutu pendidikan. Berbagai cara
mendorong peran serta masyarakat, diantaranya adalah pertama, mengundang
bagaimana cara meningkatkan mutu pendidikan dan sekolah. Kedua, perlunya
menjelaskan kepada masyarakat bahwa tanggungjawab pendidikan bukan
hanya pada pemerintah, melainkan juga masyarakat. Ketiga, kepala sekolah
dan guru memberikan kepercayaan kepada masyarakat untuk turut mengelola
keungan sekolah, terutama yang bersumber dari masyarakat. Keempat,
manajemen kepala sekolah hendaknya juga terbuka. Dengan demikian maka
masyarakat akan mempercayai apa yang dilakukan sekolah. Karena
manajemen yang terbuka itu pulalah, maka peran serta masyarakat dalam
pendidikan akan meningkat.30
Dengan terciptanya SDM/lulusan yang berkualitas yaitu lulusan yang
cerdas, terampil dan siap kerja sehingga siap memasuki pasar kerja.
Keterserapan para lulusan yang merupakan output SMK akan meningkatkan
produktifitas yang pada gililrannya akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi
melalui terciptanya nilai tambah terhadap barang dan jasa yang terdapat dalam
dijelaskan dengan tingkat partisipasi masyarakat dalam menyekolahkan
anak-anaknya untuk menempuh studi di jenjang SMK. Semakin tinggi tingkat
partisipasi masyarakat, semakin tinggi pula kualitas SDM yang dapat
digunakan dalam pengolahan sumber daya yang tersedia dalam
perekonomian.31
30
Ibid, hlm, 16.
31
3. Manfaat peran serta masyarakat terhadap SMK
Dalam pendidikan peran masyarakat sangat dibutuhkan karena bisa
membantu sekolah. Pihak sekolah memberikan informasi secara jelas dan
lengkap kepada masyarakat untuk menumbuhkan rasa saling pengertian antara
kedua belah pihak tentang visi dan misi sekolah, program kerja sekolah,
masalah-masalah yang dihadapi serta berbagai aktivitas sekolah lainnya.
Dengan begitu akan terasa manfaat dari peran masyarakat di antarnya:
a. Masyarakat/orang tua dan stakeholders lainnya akan mengerti dengan
jelas permasalahan yang dihadapi pihak sekolah dan mereka akan
membantu.
b. Untuk memajukan program pendidikan.
c. Untuk mengembangkan kebersamaan dan kerjasama yang erat
sehingga segala permasalahan dan lain-lain dapat dilakukan secara
bersama-sama dan dalam waktu yang singkat.
d. Bisa membantu dalam pengadaan sarana dan prasarana di sekolah
untuk menunjang pembelajran dikelas.
e. Proses pembelajaran yang berkualitas akan tercapai apabila mendapat
dukungan dari orang tua/ masyarakat, akan menunjang terhadap
kualitas hasil belajar peserta didik.32
32
C. Peningkatan Daya Serap Lulusan Pada Dunia Usaha dan Dunia Industri
Melalui Peran Masyarakat di SMK
Dalam rangka peningkatan daya serap lulusan pada dunia usaha dan
dunia industri, Kementerian Pendidikan Nasional melakukan program, antara
lain: (a) memperkuat kemampuan adaptif supaya untuk meningkatkan
kemampuan adaptif ini dilakukan dengan memperkuat kemampuan dasar
peserta didik melalui mata pelajaran matematika terapan dan sains terapan,
memperkuat kemampuan wirausaha peserta didik melalui mata pelajaran
pemasaran (marketing) dan keuangan, memperkuat penguasaan bahasa
nasional dan internasional, serta memperkuat penguasaan kompetensi dasar
teknologi informasi dan komunikasi. (b) mengembangkan kemitraan
SMK-industri (teaching industry) kemitraan antara SMK dengan industri yang telah
dikembangkan meliputi berbagai bidang: bidang manufaktur (meliputi:
perangkat keras dan perngkat lunak teknologi informasi, otomotif, machine
tools and hands tools dan elektronik), bidang bisnis ritel/jasa, dan bidang agro
industri.33
Dalam upaya peningkatan daya serap lulusan pada dunia usaha dan
dunia industri melalui peran masyarakat ada beberapa faktor yang bisa
menghambat dan mendukung dalam penyerapan lulusan diantaranya:
33
1. Upaya peningkatan daya serap lulusan pada dunia usaha dan dunia
industri melalui peran masyarakat di SMK
Sinergi antara dunia pendidikan dengan dunia industri serta
stakeholders di masyarakat sangat dibutuhkan. Pengetahuan dan keterampilan
yang dikembangkan disekolah perlu disesuaikan dengan kebutuhan
masyarakat. Dengan harapan pendidikan dapat meningkatkan taraf hidup
masyarakat, baik dari sisi pengetahuan maupun penyelesaian masalah
kontektual yang dihadapi sehari-hari. Selama ini pembelajaran belum bisa
memenuhi semua tuntutan masyarakat, terutama bidang keterampilan hidup
sesuai dengan kondisi lokal peserta didik. Materi pembelajaran sering tidak
sejalan dengan perkembangan dan kebutuhab masyarakat. Konsekuensinya,
setelah lulus sekolah peserts didik tidak bisa langsung menerapkan teori yang
didapatkan disekolah. Diketahui bersama, pendidikan sangat erat kaitannya
dengan transformasi sosial. Sebab pendidikan juga bagian dari sitem sosial.
Relevansi antara dunia pendidikan dengan dunia riil menjadi kebutuhan
mendesak untuk direalisasikan.34
Sekolah bersama masyarakat dalam membangun kerjasama dalam
meningkatkan keterserapan lulusan pada dunia usaha dan dunia industri antara
lain:
a. Perluasan akses SMK
34
Pembangunan sekolah baru dengan jurusan yang baru atau
menyesuaikan dengan kondisi masyarakat. Sehingga SMK menjadi
besar dan berkembang.
b. Pemerataan akses SMK
Pembangunan SMK di daerah tertinggal dan terpencil serta adanya
asrama di SMK tersebut. Sehingga anak-anak didaerah terpencil bisa
merasakan sekolah. Adanya asrama diperuntuhkan bagi peserta didik
yang rumahnya jauh.
c. Peningkatan mutu SMK
Pengadaaan sarana dan prasarana, serta buku pelajaran, rehabilitasi
gedung SMK agar peserta didik bisa lebih nyaman belajar. Adanya
kompetisi-kompetisi yang bisa membuat peserta didik lebih menonjol
dalam kemampuannya. Sertifikasi bahas Inggris TOEFL dan TOEIC,
agar peserta didik lebih bisa menguasai bahasa Inggris. Pengembangan
SMK bertaraf internasional sehingga mutunya lebih meningkat.
Adanya beasiswa prestasi bagi peserta didik berprestasi yang kurang
mampu.
d. Peningkatan relevansi SMK
Pengembangan unit usaha yang ada di SMK tersebut, bakat dan minat
peserta didik berkembang. Bantuan modal kerja terhadap SMK, serta
perlunya kerjasama dengan industri agar lulusan SMK tersebut tidak
e. Pencitraan SMK
Pencitraan SMK bisa melalui media-media yang elektronik maupun
cetak. SMK mempunyai website bersisi tentang SMK tersebut, dan
informasi yang bermanfaat bagi masyarakat. Adanya pencitraan di
media masa, suatu SMK bisa dikenal masyarakat.
f. Pengembangan kualitas layanan SMK.
g. Inovasi pendidikan.
h. Pengembangan kurikulum.
Penyiapan bahan kurikulum pragram keahlian baru serta pemenuhan
modul agar saat KBM materi disampaikan bisa dipahami oleh peserta didik.
Dan agar peserta didik dituntut aktif dalam pembelajaran, dalam praktiknya
bisa lebih baik.
2. Faktor penghambat
Faktor penghambat dalam peningkatan daya serap lulusan pada dunia
usaha dan dunia industri yaitu:
a. Para peserta didik belum mendapat informasi yang cukup dari
pemerintah maupun industri tentang bursa kerja yang luas dibidang
usaha tertentu.
c. Pendidan SMK cenderung pada pengajaran mata pelajaran dan tidak
terfokus pada pencapaian kompetensi yang sesuai dengan kebutuhan
kerja.
d. Pembentukan karakter peserta didik SMK yang kurang beretos kerja,
kurang integritas dan kurang berkepribadian tangguh serta kurang siap
menciptakan lapangan kerja untuk diri sendiri dan orang lain.35
Jadi intinya faktor penghambat akan membuat daya serap lulusan pada
dunia usaha dan dunia industri semakin kecil dan akan membuat angka
pengangguran semakin besar. Dengan begitu masalah ketenagakerjaan akan
semakin bertambah.
3. Faktor pendukung
Faktor pendukung dalam peningkatan daya serap lulusan pada dunia
usaha dan dunia industri melalui peran masyarakat di SMK yaitu:
a. Efektifitas sekolah atau pendidikan karakteristik. Hal ini
mencerminkan bahwa keefektifan atau mutu pendidikan harus tampak
dari hasil pendidikan. Pendidikan memilki tiga aspek yaitu
keterampilan, pengetahuan dan sikap.
b. Kurikulum yang digunakan SMK. Kurikulum merupakan seperangkat
rencana dan pengaturan mengenai pedoman penyelenggaraan kegiatan
35
belajar mengajar untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Dalam
pencapaian kurikulum, masih tampak sekitar 15 % sekolah memiliki
tingkat pencapaian kurikulum di bawah 70 %, dan sekitar 60 %
sekolah yang tingkat pencapaiannya di atas 70 %. Ini menunjukkan
bahwa masih ada sekitar 40 % sekolah yang harus ditingkatkan proses
pembelajarannya agar dapat memperoleh hasil yang lebih baik
khususnya untuk kualitas lulusan peserta didik itu sendiri.
c. Sistem penilaian pendidikan. Menurut M. Junus, konsep dan prinsip
Assesment for Learning (AFL) yang merupakan suata sistem penilaian
formatif oleh guru tepat untuk diterapkan pada pembelajaran kejuruan
yang memiliki sifat terstruktur dan orientasi penilaian lebih pada
proses. Jika model AFL ini diterapkan, maka akan memberikan
kesuksesan baik bagi guru maupun peserta didik yang terpenting
adalah kualitas lulusan.
d. Kerjasama kemitraan sekolah dengan dunia usaha dan dunia industri.
Kualitas pendidikan di SMK di ukur dari kualitas dan relevansi
lulusannya dengan kebutuhan di lapangan. Mutu pendidikan
merupakan masalah yang dijadikan agenda utama untuk di atasi dalam
kebijakan pembangunan. Terutama terhadap mutu pendidikan
khususnya SMK pada saat ini, sudah merupakan tuntutan yang sangat
mendasar, mutu lulusan akan ditunjukkan pada tiga aspek yaitu skill,