ABSTRAK
Teguh Ansori (B52211030), Pemberdayaan Ekonomi Petani Rempah-Rempah Di Desa Baosan Kidul Kecamatan Ngrayun Kabupaten Ponorogo.
Indonesia kaya akan sumber daya alamnya terutama dalam pertanian, hal ini dikarenakan Indonesia mempunyai dua musim yakni musim hujan dan musim kemarau. Fenomena ini yang menjadikan Indonesia kaya akan hasil pertanian. Begitu juga dengan Desa Baosan Kidul Kecamatan Ngrayun Kabupaten Pono-rogo, desa yang kaya akan hasil pertanian yang berupa rempah-rempah ( empon-empon). Rempah-rempah yang tumbuh di Desa Baosan Kidul antara lain kunyit (curcuma longa), jahe (zingiber officinale), lengkuas (alpinia galangal), kunci (curcuma rotunda), temulawak (curcuma xanthorrhiza). Nilam (pogostemon ca-blin), janggelan, dan cengkeh (syzygium aromaticium). Sekali memanen petani mampu menghasilkan 6 ton kunyit, 9 ton jahe, 8 ton temulawak, 1 ton kunci, dan 3 ton lengkuas. Hasil yang sangat banyak sekali, namun petani rempah-rempah belum begitu merasakan keuntungan yang tinggi. Dikeranakan harga rempah-rempah masih sangat rendah.. Rendahnya harga rempah-rempah-rempah-rempah mengakibatkan petani mendaptkan hasil yang sedikit, sehingga petani kurang dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Rendahnya penghasilan petani dikarenakan mereka menjual hasil rempah-rempahnya dalam bentuk basah. Belum ada pengelolaan untuk meningkatkan harga jual rempah-rempah. Pemberdayaan petani rempah-rempah yakni bertujuan agar petani mendapatkan penghasilan yang tinggi. Untuk mencip-takan harga yang tinggi, petani mengelola hasil tanamanya dengan cara alternatif dikeringkan. Dikarenakan harga rempah basah dengan harga rempah-rempah kering jauh berbeda. Sehingga kegiatan pemberdayaan untuk meningkat-kan ekonomi petani rempah-rempah adalah dengan alternatif pengeringan rem-pah-rempah.
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
PERNYATAAN KEASLIAN ... ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii
PENGESAHAN ... iv
MOTTO ... v
PERSEMBAHAN ... vi
ABSTRAK ... vii
KATA PENGENTAR ... viii
DAFTAR ISI ... x
DAFTAR GAMBAR ... xii
DAFTAR TABEL DAN BAGAN ... xiii
BAB I : PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1
B. Fokus Pendampingan ... 7
C. Tujuan Pendampingan ... 7
D. Sistematika Penulisan ... 8
BAB II : METODOLOGI PENELITIAN AKSI PARTISIPATIF A. Pengertian PAR ... 10
B. Prinsip-prinsip PAR ... 13
C. Langkah-langkah Riset Aksi dalam PAR ... 17
D. Analisis Stakeholder ... 20
BAB III : DAKWAH DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT A. Dakwah Islam... 25
B. Konsep Pemberdayaan ... 32
B. Sejarah Desa Baosan kidul ... 52
C. Tumbuhan Rempah-rempah Desa Baosan Kidul ... 57
D. Hubungan Sosial Masyarakat Desa Baosan Kidul ... 64
E. Adat dan kebudayaan ... 67
BAB V : KEMISKINAN PETANI REMPAH-REMPAH A. Harga Rempah-rempah ... 74
B. Melihat Aktifitas Petani ... 79
C. Mencari Akar Masalah ... 85
D. Memecahkan Masalah ... 92
E. Memetakan Potensi ... 95
F. Pengeluaran Petani ... 98
BAB VI : JALAN ALTERNATIV MEMBANGUN KESEJAHTERAA . N PETANI REMPAH-REMPAH A. Pengeringan Rempah-rempah ... 103
BAB VII : REFLEKSI A. Analisis Teori ... 109
B. Catatan Pendamping ... 116
BAB VIII : PENUTUP A. Kesimpulan ... 120
B. Rekomendasi ... 121
DAFTAR PUSTAKA ... 123
LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Indonesia merupakan negara yang kaya akan Sumber Daya Alam (SDA),
terutama dalam bidang pertanian. Hal ini dikarenakan Indonesia memiliki dua
musim, yakni musim penghujan dan musim kemarau. Musim penghujan
memuculkan sumber mata air untuk kehidupan bagi setiap makhluk. Sedangkan
pada musim kemarau ditandai dengan sinar matahari yang lama. Fenomena sinar
matahari yang lama adalah sebagai sumber energi yang digunakan untuk
fotosintesis tumbuhan.
Dengan adanya dua musim tersebut, para petani memanfaatkannya untuk
kepentingan kehidupan mereka. Musim penghujan digunakan oleh para petani
untuk menanam bermacam-macam tanaman di sawah maupun di ladang. Musim
hujan bisanya berlangsung antara bulan Oktober sampai bulan Maret, sedangkan
musim kemarau berlangsung mulai bulan April sampai dengan September.
Oleh karena itu berbagai tumbuh-tumbuhan yang ada di Indonesia
menjadikan Negara ini kaya akan Sumber Daya Alam (SDA). Namun demikian,
para petani masih belum bisa menikmati sepenuhnya apa yang dihasilkan, petani
yang ada di negara Indonesia masih tergolong dalam kelompok kurang beruntung,
meskipun hasil pertanian mereka melimpah. Negara kita yang kaya akan Sumber
2
dengan petani, mereka adalah golongan penyumbang jumlah kemiskinan terbesar
di Indonesia.
Begitu juga petani yang ada di Desa Baosan Kidul Kecamatan Ngrayun
Kabupaten Ponorogo juga mengalami nasib yang sama. Petani yang ada di desa
ini ketika musim penghujan kebanyakan menanam padi di sawah atau menanam
tanaman rempah-rempah di ladang dan lahan kering, Untuk tanaman padi
masyarakat tergolong berpenghasilan rendah, dikarenakan sawah yang ada di desa
dataran tinggi, tidak seluas sawah yang ada di dataran rendah. Karena lahan atau
sawah petani berada di lereng gunung.
Selain menjadi petani sawah, sebagian masyarakat Desa Baosan Kidul
juga sebagai petani lahan kering, yakni petani rempah-rempah. Berbagai jenis
rempah-rempah yang tumbuh, dikarenakan lahan pertanian yang ada di desa
kebanyakan adalah lahan kering atau ladang, maka tanaman yang cocok untuk
lahan seperti itu adalah jenis rempah-rempah. Adapun jenis rempah-rempah1 yang
ada adalah Jahe, Kunyit, Temulawak, Lengkuas, Kunci, dan lain-lainnya. Setiap
panen petani yang ada di Desa Bosan Kidul mampu memanen hasil
rempah-rempah sebesar 6 ton jahe, 9 ton kunyit, 8 ton temulawak, 1 ton kunci, 3 ton
lengkuas, dan 1 ton kencur.2
Mayoritas penduduk desa bekerja sebagai petani lahan kering. Selain
mengolah lahan sendiri, para petani yang ada di desa ini juga mengolah lahan
milik perhutani dengan memanfaatkannya untuk tanaman rempah-rempah,
Sehingga hasil rempah-rempah dari Desa Baosan Kidul sangat banyak. Dari 6958
1
Masyarakat Desa Baosan Kidul biasa menyebut tanaman rempah-rempah ini dengan sebutan empon-empon.
2
3
jiwa penduduk Desa Bosan Kidul;3 3262 jiwa memiliki mata pencaharian sebagai
petani, 1088 bermata pencaharian sebagai buruh tani,4 30 jiwa sebagai Pegawa
Negeri Sipil, 11 jiwa sebagai pengrajin industri rumah tangga, 5 jiwa sebagai
pedagang keliling, 740 jiwa sebagai peternak, 10 jiwa sebagai pensiunan, dan
sisanya adalah lanjut usia serta anak-anak.
Tabel 1.1 pembagian mata pencaharian
No Mata pencaharian Jumlah penduduk Persent
1. Petani 3262 46,8 %
2. Buruh tani 1088 15,6 %
3. PNS 30 0,4 %
4. Pengrajin industri rumah
tangga
11 0,1 %
5. Pedagang keliling 5 0,07 %
6. Peternak 740 10,6 %
7. Pensiunan 10 0,1 %
8. Lain-lain 1812 26 %
Jumlah 6958 100%
Data di atas menujukkan jumlah angka komunitas petani lebih banyak
daripada jumlah angka pekerjaan lainnya. 46,8 % dari jumlah penduduk 6958 jiwa
3
Daftar isian potensi Desa dan Kelurahan Desa Baosan Kidul tahun 2014 4
4
adalah sebagai petani, sehingga mayoritas penduduk adalah bekerja sebagai
petani.
Lahan yang ditanami oleh petani kebanyakan adalah lahan milik perhutani.
Perbandinagn luas lahan penduduk dengan lahan milik perhutani adalah 2 : 3,
lebih luas lahan milik perhutani yang dioleh olah setiap warga. Lahan atau ladang
milik sendiri yang dioleh seluas 298 ha sedangkan luas lahan perhutani yang
diolah petani seluas 352 ha. Lahan milik perhutani adalah hutan pinus yang di
bawahnya hanya ditanami rempah-rempah oleh masyarakat.
Masyarakat memanen tanaman rempah-rempahnya setiap akan
menjualnya, mereka menjual hasil rempah-rempah pada hari wage (pasaran Jawa) yaitu pasaran yang dilakukan setiap lima hari sekali menurut hari Jawa. Sekali menjual hasil rempah-rempah, ± satu karung yang beratnya antara 50-70
kg. Hasil penjualan mereka gunakan untuk membeli keperluan sehari-hari selama
lima hari kedepan, sehingga tidak ada panen raya untuk petani.
Meskipun Desa Baosan Kidul menghasilkan rempah-rempah sangat
banyak namun, hasil yang diperoleh petani dalam bentuk uang masih tergolong
sedikit. Karena nilai jual rempah-rempah di pasar desa harganya rendah. Tanaman
rempah-rempah untuk layak jual dengan harga mahal perlu pengelolaan lagi untuk
bisa dikonsumsi dan bisa menghasilkan lebih banyak uang, sementara itu para
petani cenderung menjual rempah-rempahnya dalam kondisi basah tanpa proses
pengelolaan pasca panen.
Dari ungkapan responden yang berhasil dihubungi penulis, mereka
5
“Hoalah nang, kerjo sampek sempal boyo e hasile ora sepiro. Saiki regane
kunir 600 repes, temu 600 repes, laos 900 repes, kunci 1200 repes.Ngeneki rekosone dadi wong tani”5.
Keadaan demikian yang membuat petani tetap berada digaris kemiskinan,
padahal mereka memiliki penghasilan yang luar biasa apabila dikelola dengan
baik. Faktor lain yang menjadi kendala para petani untuk bisa memperoleh
penghasilan lebih besar adalah, karena mereka bekerja hanya sebatas sebagai
pemenuhan kebutuhan hidup sehari-hari. tidak berorientasi untuk pemenuhan
pasar dengan hasil pertanian mereka.
Selama ini rempah-rempah ditanam dengan cara tradisional, yakni ditanam
kemudian dipanen untuk dijual, belum ada upaya untuk membudidayakan dengan
cara yang terbaru dan mengelolanya agar menghasilkan uang banyak. Padahal jika
tanaman ini diolah lebih modern lagi atau diolah menjadi barang setengah jadi
atau bahkan barang jadi, tentunya harganya akan meningkat.
Dengan demikian jika petani-petani bisa menemukan hal yang lebih
inisiatip untuk mengelola hasil tanamannya, khususnya dalam hal penanaman dan
pengolahan pasca panen maka petani-petani akan lebih meningkat lagi hasil
pertaniannya. Sehingga apabila para petani yang ada di Desa Baosan Kidul
mampu memproduksi hasil rempah-rempahnya menjadi produk setengah jadi atau
produk jadi, maka mereka bukan lagi menjadi penyumbang jumlah angka
5“(aduh nak, kerja sampai sakit punggung, tetapi hasilnya tidak seberapa, sekarang saja
6
kemiskinan di Indonesia, melainkan menjadi penyumbang angka pertumbuhan
perekonomian nasional.
Sebenarnya Indonesia telah menerima penghargaan Food Agricultural Organization (FAO) di Paris, sebagai Negara yang berpenghasilan mencapai swasembada beras pada tahun 1984, namun kejayaan itu hanya bertahan selama
10 tahun, karena sejak tahun 1993 Indonesia sudah mulai kekurangan pangan
utamanya beras. Dengan demikian merupakan pertanda bahwa pembangunan
pertanian mulai terpuruk karena fondasi yang kurang kuat sehingga bangunan
tersebut runtuh. Beberapa faktor yang mempengaruhi kelemahan pembangunan
pertanian di Indonesia adalah; pengolahan hasil pasca panen, sarana dan
prasarana, pemilikan tanah, akses modal, tingkat pendidikan, penguasaan
teknologi, tingkat ketrampilan, dan sikap mental petani.6
Salah satu indikator penting yang menunjukkan kemajuan suatu desa
sudah cukup baik atau tidak ialah tingkat kegiatan pemasaran barang-barang dan
jasa yang dihasilkan oleh desa tersebut. Makin banyak desa itu menjual
hasil-hasilnya ke luar desa, berarti bahwa semakin banyak pula barang-barang dan jasa
yang dapat dibeli oleh masyarakat desa tersebut untuk meningkatkan
kesejahteraan warganya. Dalam kenyataannya banyak potensi desa yang dapat
meningkatkan kesejahteraan masyarakat belum dapat dimanfaatkan secara optimal
disebabkan karena sarana prasarana, pengolahan, pengangkutan dan sebagainya
belum tersedia secara memadai. kurangnya ketersediaan sarana prasarana tersebut,
6
7
kurang memberikan incentive/perangsang bagi produsen di daerah pedesaan untuk menggali potensi yang ada.7
B. Fokus Pendampingan
Untuk mempermudah pemahaman penulisan ini maka penulis mempunyai
fokus pendampingan. Adapun fokus pendampingannya adalah sebagai berikut;
1. Apa akar masalah rendahnya penghasilan petani rempah-rempah di Desa
Baosan Kidul Kecamatan Ngrayun Kabupaten Ponorogo?
2. Bagaimana upaya memberdayakan petani rempah-rempah di Desa Baosan
Kidul Kecamatan Ngrayun Kabupaten Ponorogo agar perekonomian
mereka meningkat?
C. Tujuan Pendampingan
Adapun tujuan pendampingan ini adalah sebagai berikut;
1. Untuk mengetahui akar masalah rendahnya ekonomi petani
rempah-rempah di Desa Baosan Kidul Kecamatan Ngrayun Kabupaten Ponorogo.
2. Untuk mengetahui upaya memberdayakan petani rempah-rempah di Desa
Baosan Kidul Kecamatan Ngrayun Kabupaten Ponorogo agar
perekonomian mereka meningkat.
7
8
D. Sistematika Pembahasan
BAB I : PENDAHULUAN
Pada bab ini pendamping mencoba menjelaskan gambaran umum tentang
arah pendampingan, sehingga diketahui arah latar belakang
pendampingannya, fokus pendampingan, tujuan pendampingan, dan
sitematika pembahasan.
BAB II : METODOLOGI PENELITIAN AKSI PARTISIPATIF
Pendamping menyajikan konsep pengertian PAR (Participatory Action Research), prinsip-prinsip dalam PAR, langkah-langkah riset aksi dalam PAR, dan analisis stakeholder. Yang mana adalah menjelaskan mtodologi
yang digunakan dalam penelitian.
BAB III : DAKWAH DAN PEMBERDAYAAN
Pada bab ini pendamping ingin menyajikan tentang teori-teori, yaitu
konsep dakwah kontemporer dalam ranah pemberdayaan perspektif islam
dan pemberdayan perspektif ilmu sosial.
BAB IV : GAMBARAN UMUM DESA
Dalam bab ini pendamping menyajikan sejarah desa, letak geografis desa,
potensi desa yang berupa tumbuhan rempah-rempah Desa Baosan Kidul,
dan adat kebudayaan masyarakat Desa Baosan Kidul.
BAB V :ANALISIS MASALAH DAN PROBLEM
Dalam bab ini pendaming menyajikan sebuah data lapangan apa yang
9
Desa Baosan Kidul terutama dalam hal pasca panen, kegiatan masyarakat,
analisi pengeluaran masyarakat.
BAB VI :JALAN ALTERNATIF MEMBANGUN KESEJAHTERAAN PETANI
REMPAH-REMPAH
Yakni pendamping menyajikan alternatif membangun kesejahteraan petani
rempah-rempah.
BAB VII : REFLEKSI TEORITIK
Yakni pendamping menyajikan efektifitas program yang selama ini
berjalan dan bagaimana kelanjutan dari sebuah program itu. Dengan
analisis teori yang dipaparkan pada bab sebelumnya.
BAB VIII : PENUTUP
BAB II
METODOLOGI PENELITIAN AKSI PARTISIPATIF
A. Pengertian PAR
PAR (Participatory Action Research) adalah istilah yang memuat seperangkat asumsi yang mendasari paradigma baru ilmu pengetahuan dan
bertentangan dengan paradigma pengetahuan tradisional atau kuno.1
Asumsi-asumsi baru tersebut mengaris bawahi arti penting proses sosial dan kolektif
dalam mencapai kesimpulan-kesimpulan “apa kasus yang sedang terjadi” dan
“apa implikasi perubahannya” yang dipandang berguna oleh orang-orang yang
berada dalam situasi problematik, dalam mengantarkan untuk melakukan
penelitian awal.
PAR tidak memiliki sebutan tunggal. Dalam berbagai literatur, PAR bisa
disebut dengan berbagai sebutan diantaranya adalah; Action Research, Learning By Doing, Action Learning, Action Science, Action Inquiry Collaborative Research, Partisipatory Action Research, Participatory Research, Policy-Oriented Action Research, Emancipatory Research, Conscientizing Research Collaborative Inquiry, Participatory Action Learning, Dan Dialectical Research.
Sesungguhnya PAR sendiri tidak memiliki definisi yang baku.
Pada dasarnya PAR, merupakan penelitian yang melibatkan secara aktif
semua pihak-pihak yang relevan (stakeholder) dalam mengkaji tindakan yang
berlangsung (dimana pengalaman sendiri sebagai persoalan) dalam rangka
1
11
melakukan perubahan dan perbaikan ke arah yang lebih baik. Untuk itu mereka
harus melakukan refleksi kritis terhadap konteks sejarah, politik, budaya,
ekonomi, geografis dan konteks yang lain. Yang mendasari dilakukannya PAR
adalah kebutuhan kita untuk mendapatkan perubahan yang diinginkan.
PAR memiliki tiga kata yang selalu berhubungan dengan satu sama lain,
yaitu partisipasi, riset, dan aksi. Semua riset harus diimplikasikan dalam aksi.
Betapapun juga, riset mempunyai akibat-akibat yang ditimbulkannya. Segala
sesuatu berubah sebagian akibat riset. Situasi baru yang diakibatkan riset bisa jadi
berbeda dengan situasi sebelumnya. PAR merupakan intervensi sadar yang tak
terelakan terhadap situasi sosial. Riset berbasis PAR dirancang untuk mengkaji
sesuatu dalam rangka merubah dan melakukan perbaikan terhadapnya. Hal itu
seringkali muncul dari situasi yang tidak memuaskan yang kemudian mendorong
keinginan untuk berubah kepada situasi yang lebih baik. Namun, ia bisa juga
muncul dari pengalaman yang sudah berlangsung secara baik yang mendorong
keinginan untuk memperoduksi kembali atau menyebarkannya.
PAR tidak mengkonseptualisasikan alur ini sebagai perkembangan
terhadap teori sebab akibat yang bersifat prediktif (jika begini maka begitu).
Sebaliknya slogan PAR adalah masa depan diciptakan bukan diprediksi (jika kita
melakukan begini maka hasilnya barangkali begitu). Ia lebih merupakan teori
kemungkinan (possibility) dari teori prediksi. Tantangan utama bagi semua peneliti PAR adalah merancang proses yang dapat menciptakan kreatifitas dan
12
Menurut Hawort Hall sebagaimana yang dikutip oleh Agus Afandi, PAR
merupakan pendekatan dalam penelitian yang mendorong peneliti dan
orang-orang yang mengambil manfaat dari penelitian (misalnya keluarga, professional
dan pemimpin politik) untuk bekerja bersama-sama secara penuh dalam semua
tahapan penelitian.2 Semua anggota tim PAR dilibatkan sejak awal penelitian
untuk menentukan hal-hal berikut;
1. Menentukan pertanyaan-pertanyaan penelitin
2. Merancang program-peogram penelitian
3. Melaksanakan semua kegiatan penelitian
4. Menganalisis dan menginterpretasikan data
5. Menggunakan hasil riset dalam suatu cara yang berguna bagi keluarga.
Inti PAR dapat dikenali dari berbagai teori dan praktek sebagai berikut;
1. Sebuah gerakan dengan semangat pembebasan masyarakat dari
belenggu idiologi dan relasi kekuasaan yang menghambat manusia
mencapai perkembangan harkat dan martabat kemanusiaannya.
2. Sebuah proses dimana kelompok sosial kelas bawah mengontrol ilmu
pengetahuan dan membangun kekuatan politik melalui pendidikan
orang dewasa, penelitian kritis dan tindakan sosial politik.
3. Proses masyarakat membangun kesadaran diri melalui dialog dan
refleksi kritis.
2
13
4. PAR mengharuskan adanya pemihakan baik bersifat epistemologis
ideologis maupun teologis dalam rangka melakukan perubahan yang
signifikan.
5. Riset sosial dengan prinsip; 1. Produsi pengetahuan oleh masyarakat
mengenai agenda kehidupan mereka sendiri, 2. Partisipasi masyarakat
dalam pengumpulan dan analisis data, dan 3. Control masyarakat
terhadap penggunaan hasil riset.
6. Orientasi masyarakat lebih tertumpu pada proses perubahan relasi
sosial (transformasi sosial).
B. Prinsip-Prinsip PAR
Sebagaimana yang tertulis dalam bukunya Agus Afandi yang berjudul
Modul Participatory Action Research (PAR),3 terdapat 16 prinsip kerja PAR yang menjadi karakter utama dalam implementasi kerja PAR bersama komunitas.
Adapun 16 prinsip kerja tersebut adalah sebagai berikut;
1. Perbaikan kehidupan sosial
Salah satu Pendekatan PAR adalah untuk meningkatkan perbaikan
kehidupan sosial. Perubahan kehidupan sosial ini dimulai dari sebuah
penelitian, aksi dan refleksi yang akan terus berlanjut secara
berkesinambungan.
3
14
2. Partisipasi murni
Penelitian yang dilakukan dengan menggunakan metode PAR adalah
sebuah penelitian yang murni melibatkan masyarakat. Penelitian ini
dimulai dari analisis sosial, rencana aksi, aksi, evaluasi, ferleksi, dan
kemudian analisis sosial, kembali begitu seterusnya mengikuti proses
selanjutnya dengan melibatkan partisipasi masyarakat.
3. Kerjasama
Kerjasama dalam melakukan perubahan antara peneliti, masyarakat,
stakeholder untuk meningkatkan kemampuan. Serta terus menerus
memperluas kelompok kerjasama untuk menyelesaikan masalah.
4. Penyadaran komunitas
Situasi dan kondisi yang sedang mereka alami melalui pelibatan kerjasama
dalam bentuk partisipasi pada semua proses. Sehingga masyarakat akan
mengungkapkan relasi sosial yang bersifat merugikan dirinya.
5. Pemahaman kritis
Menciptakan pemahaman bersama terhadap situasi dan kondisi yang ada
dimasyarakat secara partisipatif. Pemahaman ini diperoleh melalui
kerjasama dalam bentuk diskusi-diskusi dan juga research. 6. Pelibatan orang sebanyak-banyaknya
Pelibatan orang sebanyak-banyaknya bertujuan untuk mencari sumber
data, kejadian-kejadian yang mereka hadapi. Sehingga antara orang satu
15
menemukan masalah sebenarnya. Selain itu mereka adalah narasumber
yang akan memberikan informasi.
7. Asumsi-asumsi sosial untuk diuji
Pendapat, dan juga asumsi-asumsi sosial lainnya harsus dibuktikan dengan
diuji sesuai fakta-fakta tentang keakuratan kebenaranya. Melalui uji fakta
inilah kita akan mendapatkan keterangan kebenaraan setiap asumsi.
8. Merekam setiap proses
Hasil rekaman ini adalah sebagai sumber data tentang pendapat, penilaian,
tanggapan, reaksi dan kesan. Hasil rekaman ini yang nantinya akan
ditindaklanjuti untuk analisis kritis.
9. Pengalaman sebagai objek riset
Yaitu mengembangkan dan meningkatkan praktek-praktek sosial mereka
berdasarkan pengalaman-pengalaman sebelumnya, yang telah dikaji.
Pengalaman sebelumnya itu harus direkam dan direfleksikan.
10.Politik yang luas
Artinya perubahan yang dilakukan dan diupayakan bersama-sama adalah
sebuah kepentingan dirinya sendiri. Baik itu dimasa sekarang maupun
dimasa yang akan datang.
11.Analisi relasi sosial secara kritis
Menganaslisis hubungan-hubungan sosial yang terjadi di masyarakat
untuk menciptakan kesefahaman. Tujuannya adalah menciptakan
16
12.Memulai isu kecil
PAR bermula dari isu yang kecil untuk melakukan perubahan sosial.
Setelah isu kecil terselesaikan maka berubah menjadi isu yang besar.
bermula isu kecil adalah sebuah indikator kemampuan awal fasilitator
dalam menyelesaikan masalah untuk menyelesaikan yang lebih besar
13.Bermula dari siklus yang kecil
Melalui kajian yang cermat dan akurat terhadap suatu persoalan berangkat
dari hal terkecil akan diperoleh hasil-hasil yang merupakan pedoman
melangkah selanjutnya yang bisa digunakan untuk menyelesaikan
persoalan yang lebih besar.
14.Berkolaborasi dengan kelompok sosial yang kecil
Melibatkan kelompok sosial yang kecil sebagai patner yang ikut
berpartisipasi dalam semua proses penelitian. Selanjutnya diperluas dan
diperbanyak melalui pelibatan dan kerjasama dengan kelompok
masyarakat yang lebih luas.
15.mewajibkan semua orang menyermati
Tujuannya adalah untuk mengoreksi setiap kegiatan penelitian. Rekaman
dan catatan dari hasil setiap orang akan menjadikan sebuah bukti yang
akurat.
16.Alasan dari setiap orang
Data yang terkumpul harus dicermati dan dianalisis kebenaranya oleh
setiap orang. Selanjutnya proses refleksi kritis dilakukan terhadapnya,
17
C. Langkah-Langkah Riset Aksi Dalam PAR
Untuk lebih mudahnya ketika peneliti dilapangan. Peneliti atau
pendamping mempunyai rancangan kerja diantaranya adalah sebagai berikut;
1. Pemetaan awal ( Preliminary Mapping),
pemetaan awal yang dilakukan oleh peneliti ini adalah untuk
memahami karakteristik Desa Baosan Kidul, baik itu karakteristik
manusiannya maupun karakteristik alamnya. Dari hasil riset yang
dilakukan masyarakat di setiap dusun memiliki ciri khas yang saling
berbeda. misalnya Dusun Bendo masih belum terjangkau oleh
pembangunan pemerintah desa akan tetapi masyarakat makmur dengan
keberadaan alamnya yang masih luas. Berbeda di Desa Baosan Kidul
bagian utara yakni di Dusun Krajan, masyarakat banyak yang beralih
profesi tidak lagi menjadi petani. Mereka membuka toko-toko, menjadi
guru dan lain sebagainnya.
Dengan memahami realitas kondisi yang berbeda-beda tersebut
maka peneliti akan mudah dalam memahami realitas problem yang ada di
Desa Baosan Kidul. Sehingga peneliti mudah menentukan key people
(pemimpin lokal) untuk diajak melakukan perubahan bersama.
2. Penetuan agenda riset untuk perubahan sosial.
Di dalam pelasanaan penelitian ini peneliti hanya seorang diri,
maka peneliti akan mengajak beberapa orang untuk membantu riset aksi.
Di dalam riset peneliti mengajak tiga orang, yaitu yang pertama Jayadi (50
18
Suyadi (32th) penggerak pemuda sekaligus sekertaris kelompok tani
Dusun Konto Desa Baosan Kidul, yang ketiga Miswanto (50th) petani
Desa Baosan Kidul. Peran kerjanya adalah sebagai orang-orang lapangan
yang akan memberikan informasi dan bekerja langsung ditengah-tengah
masyarakat untuk melakukan perubahan.
Setelah terbentuk tim maka akan ditindak lanjuti dengan
mengadakan FGD (Forum Group Discussion), mengagendakan program riset melalui teknik Pertisipatory Rural Appraisal (PRA) untuk memahami persoalan petani rempah-rempah yang selanjutnya menjadi alat perubahan
sosial. Sambil merintis membangun kelompok-kelompok komunitas petani
rempah-rempah.
3. Pemetaan partisipatif (partisipatory mapping ).
Dengan masyarakat Dusun Konto Desa Baosan Kidul dan
komunitas petani rempah-rempah, peneliti bisa melakukan pemetaan
wilayah dan merembukan suatu masalah yang dihadapi. Penelitian
memfokuskan penelitiannya dan pemetaannya di Dusun Konto, hal ini
mengingat luasnya desa yang tidak mungkin dijangkau oleh seorang
peneliti dan juga atas kesetujuan dari pihak pemerintah desa.
4. Merumuskan masalah kemanusiaan.
Peneliti bersama komunitas petani rempah-rempah merumuskan
masalah yang dihadapi oleh petani. Banyak sekali yang dikeluhkan para
petani rempah-rempah. Diantaranya harga jual hasil petani sangat menurun
19
terhadap pertanian, mulai matinya tanaman cengkeh yang dulu menjadi
komuditas utama petani.
Menurutnya (Suyadi 32 th) jika hasil rempah-rempah ini dikelola
sedemikian rupa maka akan menghasikan pendapatan yang lebih.
Dibanding dijual sendiri-sendiri ke pasar.
5. Menyusun strategi gerakan,
Setelah peneliti bersama masyarakat memahami permasalahan
yang terjadi. Selanjutnya menyusun sebuah strategi gerakan untuk
memecahkan problem tersebut. Salah satu jalan alternatifnya adalah
dengan cara mengajak petani rempah-rempah untuk mengeringkan hasil
panennya.
Yang terpenting disini adalah peneliti melibatkan secara langsung
dalam proses penelitian ini. Sehingga masyarakat sadar akan
kepentingannya untuk berubah, bukan sebagai objek perubahan.
6. Pengorganisasian masyarakat
Selanjutnya peneliti bersama masyarakat mengorganisir dengan
cara menggunakan kalender musim dimana musim-musim petani ini
memanen tanaman rempah-rempahnya untuk ditindaklanjuti sebagai
pengorganisiran potensi. Setelah hasil panen rempah-rempah ini
terorganisir maka salah satu dari petani ini akan menjual kepada pabrik
20
7. Refkleksi
Sejauh ini, petani rempah-rempah mengalami perubahan kemajuan
yang kurang memuaskan. Hanya ada satu dua orang yang melakukan
program tersebut seperti pengeringan hasil panen. Hal ini dikarenakan para
petani masih menggantungkan kepada pemimpin-pemimpin lokal, jika dari
pemimpin lokal tidak ada perubahan maka petani pun juga enggan untuk
melakukan perubahan. Sedangkan pemimpinnya sendiri yang dipercaya
sebagai agent of change masih disibukkan dengan aktifitasnya sendiri. Sebagaimana ketua kelompok tani dan sekertaris kelompok tani, yang
disitu dianggap oleh masyarakat paham akan informasi dan perkembangan
masih disibukan dengan pekerjaan utamanya sebagai PNS. Sedang
masyarakat yang lain tidak ada yang mau menggantikan, masyarakat
merasa kurang mampu untuk hal seperti itu.
D. Analisis Stakeholder
Stakeholder yang dimaksud adalah individu, tokoh masyarakat, lembaga
dan lain-lain yang nantinya akan kita jadikan informan saat kita melakukan
pemberdayaan. Informan sendiri adalah pihak yang dapat memberikan
informasi-informasi tentang gejala-gejala yang terlihat dan diartikan sesuai dengan
kebudayaan yang mereka punyai. Informan sendiri dibagi menjadi dua yaitu
informan kunci dan informan biasa. Informan kunci adalah seseorang pembicara
asli yang mempunyai status sebagai orang yang memiliki pengetahuan luas
21
penduduk di daerah tersebut. Sedangkan informan biasa adalah penduduk
setempat sebagai pelaku dari keadaan sosial di daerah yang bersangkutan yang
bias di kategorikan berdasarkan status yang diperolehnya seperti pengkategorian
jenis kelamin, usia, pekerjaan dan sebagainya.4
Adapun pihak-pihak yang terlibat atau informannya dan bentuk
keterlibatannya adalah sebagai berikut;
1. Masyarakat Petani rempah-rempah Desa Bosan Kidul
Dimana masyarakat ini adalah pihak yang paling penting dan yang
paling terlibat dalam program pemberdayaan ini. Hal ini karena masyarakat
yang menjadi subjek pemberdayaan dan yang akan menjadi pelaku
perubahan sosial di masyarakat. Jika masyarakat petani rempah-rempah
tidak ada keterlibatan dalam program pemberdayaan maka sama dengan
program pemberdayaan hanya sebagai wacana saja. Belum bisa
menyelesaikan problem yang selama ini masyarakat rasakan. Dalam hal ini
masyarakat petani rempah-rempah sangat diperlukan partisipasinya karena
mereka sendiri yang akan menjadi pelaku perubahan pada perekonomian
petani rempah-rempah. Partisipasinya baik secara materi, ide, tenaga dan
lain-lainnya yang bersangkutan dengan program pemberdayaan.
Selama ini peran serta masyarakat hanya dilihat dalam konteks yang
sempit, artinya manusia cukup dipandang sebagai tenaga kasar untuk
mengurangi biaya pembangunan. Dengan kondisi ini, partisipasi masyarakat
“terbatas” pada implementasi atau penerapan program, masyarakat tidak
4
22
dikembangkan dayanya menjadi kratif dari dalam dirinya dan harus
menerima keputusan yang sudah diambil “pihak luar” akhirnya partisipasi
menjadi bentuk yang pasif dan tidak memiliki kesadaran diri.5
Dalam hal ini partisipasinya adalah aktif, inisiatif diambil oleh
warga sendiri, dibimbing dengan cara berfikir mereka sendiri, dengan
menggunakan sarana dan proses., dimana mereka dapat menegaskan control
secara efektif. Partisipasi tersebut dapat dikategorikan dalam, pertama warga
komunitas dilibatkan dalam tindakan yang telah dipikirkan atau dirancang
oleh orang lain dan control oleh orang lain. Kedua partisipasi merupakan
proses pembentukan kekuatan untuk keluar dari masalah mereka sendiri.
Titik tolak partisipasi adalah memutuskan, bertindak, kemudian mereka
merfleksikan tindakan tersebut sebagai subjek yang sadar
2. Kelompok tani Desa Baosan Kidul
Kelompok tani yang berada di Desa Baosan Kidul juga harus terlibat
dalam program pemberdayaan petani rempah-rempah. Hal ini dikarenakan
kelompok tani adalah sebagai wadah para petani dalam belajar bersama
masyarakat ketika pendamping atau fasilitator sudah tidak lagi
mendampingi. Meskipun yang pertama adalah petaninya sendiri sudah
terlibat, akan tetapi kelompok tani juga harus terlibat. Karena kelompok tani
adalah sebagai lembaga, atau sebagai kekuatan lokal, komunitas tingkat
lokal yang kesehariannya berkesinambungan langsung dengan para petani.
5
23
Memang proses pemberdayaan dapat dilakukan secara individu
maupun kelompok. Akan tetapi, dengan memperhatikan kasus Indonesia
dimana hasil pembangunan dalam tiga dekade terakhir ini telah
menimbulkan perubahan sosial ditingkat komunitas, salah satu cirinya
adalah terjadinya kesenjangan ekonomi, kemampuan individu “ senasib”
untuk mengorganisir diri dalam suatu kelompok cenderung dinilai sebagai
bentuk pemberdayaan yang paling efektif ditingkat komunitas. Melalui
kelompok akan terjadi suatu dialogical encounter yang menumbuhkan dan memperkuat kesadaran dan solidaritas kelompok. Anggota kelompok
menumbuhkan identitas seragam dan mengenai kepentingan mereka
bersama.6
3. Organisasi-organisiasi yang ada di Desa Baosan Kidul
Organisaisi atau biasa disebut dengan perkumpulan yang ada di desa
ini adalah organisasi kemasyarakatan yang keterlibatannya sangat
berpengaruh teradap petani, selain kelompok tani. Diantara
organisasi-organisasi adalah karang tarunan, ibu-ibu PKK, kelompok arisan, jamaah
yasin dan tahlil baik bapak-bapak maupun ibu-ibu, dan organisasi lainnya.
Sebagaimana yang ada organisasi kepemudaan atau karang taruna dilibatkan
karena karang tarunan titik tolak kemajuan yang akan meneruskan nantinya.
Jika pemuda-pemudanya sudah dilatih dari sekarang mandiri maka dengan
mudah mereka akan menghadapi tantangan zaman. Tidak hanya itu
pemuda-pemudia ini nantinya diharapkan akan membantu dalam hal pemasaran
6
24
produk hasil panen, tidak hanya berdiam diri saja. Selain itu nantinya juga
akan dibantu dengan perkumpulan lainnya seperti ibu-ibu PKK ,
perkumpulan arisan dan lain-lainnya.
4. Perangkat Desa
Perangkat desa adalah mereka yang menjabat pada susunan
kepengurusan desa. Mereka yang memimpin dan mengatur lembaga
pemerintahan desa setempat. Yang dipimpin oleh kepala desa dan di bawahi
ada beberapa perangkat lainnya. Peran mereka dalam program
pemberdayaan adalah keterlibatan mereka dalam mengambil kebijakan desa
yang nantinya menjadi sebuah aturan atau perdes. Gunanya adalah mengatur
masyarakat, terutama masyarakat petani rempah-rempah agar lebih kondusif
dalam hal kelembagaan. Harapannya pengaruh serta dukungan dari
perangkat-perangkat desa inilah yang nantinya bisa menjadi pendukung para
masyarakat. Sudah semestinya perangkat-perangkat desa mendukung dan
membantu menyelesaikan problem yang ada di masyarakatnya. Karena
kamajuan dan kesejahteraan desa tergantung pada perangkat yang
memimpinnya.
5. Tokoh Masyarakat
Tokoh masyarakat adalah mereka yang mempunyai pengaruh penting
dalam masyarakat. Biasanya mereka adalah yang menjadi panutan atau yang
menjadi orang terpercaya. Baik itu sesepuh, ataupun pemimpin atau ketua
masjid dan lain sebagainya. Keterlibatannya adalah sebagai penggerak
BAB III
DAKWAH DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
A. Dakwah Islam
Ditinjau dari segi bahasa dakwah berarti panggilan seruan atau ajakan.
Berbentuk perkataan tersebut dalam bahasa arab disebut masdar. Sedangkan
bentuk kata kerja (fi’il) nya adalah berarti memanggil menyeru atau mengajak
(ة ع - ا ع ي-ع). Dalam pengertian istilah dakwah diartikan sebagai berikut;
1. Syaikh Ali Mahfudz, dalam kitabnya Hidayatul Mursidin sebagaimana yang yang dikutip oleh Prof. Dr. Moh. Ali Aziz1
ف عملاب مأا
لا ي لا لع سانلا ثح
ة اعسب ا
فيل كنملا نع نلا
لجآا لجاعلا
“menyeru manusia kepada kebajikan dan petunjuk serta menyeru kepada
kebajikan dan melarang kemungkaran agar mendapat kebahagiaan dunia dan akhirat”
2. Prof Toha Yahya Oemar menyatakan bahwa "Dakwah Islam sebagai
upaya mengajak umat dengan cara bijaksana kepada jalan yang benar
sesuai dengan perintah tuhan untuk keselamatan di dunia dan akhirat".2
3. Hamzah Ya’qub mengatakan bahwa “Dakwah adalah mengajak umat
manusia dengan hikmah (kebijaksanaan) untuk mengikuti petunjuk Allah
dan Rasul-Nya.”3
1
Moh. Ali Aziz, Ilmu Dakwah. ( Jakarta : Prenanda Media Group, 2009). Hal 11 2
Wahidin Sapurta, Pengantar Ilmu Dakwah. (Jakarta : Rajawali Pers, 2012). Hal 1 3
26
4. Prof. Dr. Hamka, “ dakwah adalah seruan panggilan untuk menganut suatu
pendirian yang ada dasarnya berkonotasi positif dengan subtansi terletak
pada aktifitas yang memerintah amar ma’ruf nahi munkar.”4
5. Syaikh Abdul Ba’alawi mengatakan bahwa “dakwah adalah mengajak
membimbing dan memimpin orang yang belum mengerti atau sesat
jalannya dari agama yang benar untuk dialihkan ke jalan ketaatan kepada
Allah menyuruh mereka berbuat baik dan melarang mereka berbuat buruk
agar mereka mendapat kebahagiaan di dunia dan akhirat.”5
Dari beberapa pengertian yang diberikan oleh para ahli tersebut, meskipun
berbeda-beda dalam memberikan penjelasan. Maka pengertian dakwah dapat
disimpulkan bahwa panggilan Allah untuk menyerukan kebaikan dijalan yang
benar agar selamat dunia dan akhirat, seruan itu diwajibkan kepada setiap muslim
baik laki-laki maupun perempuan.
Tidak hanya terbatas pada hal itu, pola dakwah dapat dipahami dalam tiga
hal yaitu dakwah cultural, dakwah politik, dan dakwah ekonomi.6 Dakwah
cultural adalah yang menekankan pada aktivitas dakwah pada pendekatan Islam
cultural. Yaitu salah satu pendekatan yang berusaha meninjau kembali kaitan
doktrinal yang formal antara Islam dan Negara. Dakwah cultural adalah dakwah
yang mendekati objek dakwah dengan memperhatikan aspek sosial budaya yang
berlaku pada masyarakat.
Dakwah politik adalah gerakan dakwah yang menggunakan kekuasaan
(pemerintahan), aktivitas dakwah bergerak mendakwahkan ajaran Islam supaya
27
Islam dapat dijadikan idiologi Negara, atau paling tidak setiap kebijakan
pemerintah atau Negara selalu diwarnai dengan nilai-nilai ajaran Islam. Sehingga
ajaran Islam melandasi kehidupan politik bangsa.
Dakwah ekonomi adalah aktifitas dakwah umat Islam yang berusaha
mengimplementasikan ajaran Islam yang berhubungan dengan proses-proses
ekonomi guna peningkatan kesejahteraan umat Islam. Dakwah ekonomi berusaha
untuk mengajak umat Islam meningkatkan ekonomi dan kesejahteraannya.
Dari sini kita bisa mengetahui bahwa dakwah tidak terbatas pada konteks
ajakan menyeru kebaikan saja, akan tetapi dakwah juga bisa diaplikasi dalam tiga
hal yakni dakwah cultural, dakwah politik, dan dakwah ekonomi. Dari ini semua
tujuan yang paling utama adalah kehidupan yang sejahtera baik di dunia maupun
di akhirat.
Kehidupan dunia juga harus kita bangun untuk lebih sejahtera. Karena jika
kehidupan dunia sejahtera, kita akan merasa mudah melakukan ibadah di jalan
kebenaran yakni di jalan Allah dan Rasul-Nya. Tentunnya pembangunan
kehidupan di dunia yang sejahtera harus diimbangi dengan pembangunan
kehidupan di akhirat nantinya. Sehingga dakwah pembangunan dunia harus
berjalan lurus dengan dakwah pembangunan kehidupan di akhirat.
Terlebih pada era modernisasi saat ini, kegiatan dakwah harus lebih
kompleks dan lebih mengikuti perkembangan zaman. Jangan sampai dakwah
dipandang hanya jalan tempat dengan mengangkat isu-isu yang terdahulu. Pada
era sekarang ini berbeda dengan era zaman dahulu, pada era saat ini permasalahan
28
Di era modern dakwah tidak hanya dibatasi sebagai ceramah atau khutbah
(dakwah bil lisan) melainkan kegiatan nyata yang dapat meningkatkan harkat dan martabat kehidupan (dakwah bil-hal). Karena dakwah dengan metode cerama saja dirasa sekarang kurang begitu kondusif tanpa diiringi dengan tindakan yang
dapat meningkatkan kehidupan sejahtera.
Sebenarnya yang diharapkan oleh Islam adalah dengan adanya dakwah
bisa merubah keadaan umat Islam. Umat Islam selama ini terlalu terpukau melihat
keadaan sehingga kehilangan strategi dan taktik terbaik dalam mengangkat derajat
mereka sendiri. Diantaranya pertama, umat islam sangat mementingkan kuantitas dalam segala aspek dibandingkan dengan kualitas. Padahal Rasulullah SAW
ketika berperang dengan jumlah sedikit tapi berkualitas dapat mengalahkan
kelompok yang lebih banyak. Kedua umat Islam terlalu mementingkan kulit dibandingkan esensi. Ketiga penyiapan sumber daya manusia belum terpikir secara baik. Keempat belum tertata dengan baik pengelolaan lembaga-lembaga umat. Kelima rekayasa terhadap program belum terprogram secara baik. Keenam
masyarakat banyak yang terjebak dalam konsumerisme dan hidonisme.7
Abdul Basit mengutip pendapatnya Ali Syariat bahwa, tranformasi
kesadaran harus ditumbuhkan dalam setiap individu muslim untuk melakukan
sebuah perubahan sosial. Atau dalam bahasa lain mereka perlu menjadi insan
kamil. Kemudian di dalam kehidupan perlu dibangun masyarakat yang memiliki
basis yang bersifat habil, dan menghapus sifat qobil yang ada pada masyarakat.
Sementara Hasan Hanafi lebih mementingkan untuk membangun Islam kiri yang
7
29
lebih berpihak kepada keadilan dan kesejahteraan, dengan cara mengkaji ulang
tradisi Islam dan membangun oksidentalisme dalam menandingi orientalisme
yang selama ini dilakukan oleh Brazil.8
Berbeda dengan kedua tokoh tersebut, Maududi memberikan
langkah-langkah yang sistematis, yaitu pertama menetapkan metode yang bersifat alamiah.
Yakni membangun mentalitas masyarakat dan kehidupan kolektif
kemanusiaannya. Dalam hal ini menurutnya membangun struktur kemasyarakatan
yang berbasis akhlak dan moralitas. Setelah metode itu ditancapkan sebagai
prioritas utama, mengimplementasikan hal tersebut dalam tataran yang lebih
teknis. Mahmudi memberikan dua tahapan yaitu revolusi pemikiran yang berbasis
kepada pandangan dunia tauhid, yang kedua revolusi yang mengarah kepada
transformasi.9
Dengan demikian perlulah melahirkan model-model pengembangan
masyarakat dan pemberdaya masyarakat. Hal demikian dirasa penting karena
melihat akan realita yang menimpa umat Islam saat ini. Secara etimologi
pengembangan adalah membina dan meningkatkan kualitas. Secara terminologi
pengembangan masyarakat Islam adalah mentransformasikan dan melembagakan
semua segi ajaran Islam dalam kehidupan keluarga (usrah), kelompok sosial (jamaah), dan masyarakat (ummah). Dengan demikian pengembangan masyarakat Islam merupakan model empiris pengembangan perilaku individu dan kolektif
dalam dimensi amal soleh, dengan titik tekan pada pemecahan masalah yang
dihadapi oleh masyarakat. Sasaran individu yakni individu muslim, dengan
8
Ibid hal 211 9
30
orientasi sumber daya manusia. Sasaran komunal adalah kelompok atau
komunitas muslim dengan orientasi pengembangan sistem masyarakat. Sasaran
institutional adalah organisasi Islam dan pranata sosial kehidupan. Dengan
orientasi pengembangan kualitas dan islamitas kelembagaan.10
Pada dasarnya agama Islam adalah agama pemberdaya. Dalam padangan
Islam pemberdayaa adalah gerakan yang tanpa henti-henti. Hal demikian sejalan
dengan paradigma Islam itu sendiri sebagai agama gerakan atau perubahan. Yang
dijelaskan dalam Al-Quran surat Ar Ra’d ayat 11 sebagai berikut;
mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri (Q.S Ar-Ra’d, ayat 11)11
Sebagaimana yang dikutip oleh Nanih Mahendrawaty, Menurut Agus
Efendi setidaknya ada tiga kompleks pemberdayaan yang mendesak untuk
diperjuangkan dalam konteks keumatan masa kini. Ketiga tersebut adalah sebagai
berikut;12 Pertama pemberdayaan pada matra ruhaniah. Dalam pandangan Agus Effendi degradasi moral atau pergeseran nilai masyarakat Islam saat ini sangat
mengguncang kesadaran Islam. Kepribadian kaum muslim terutama mayorits
10
Nanih Machendrawaty Dan Agus Ahmad Safei, Pengembangan Masyarakat Islam. (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2001). Hal 29
11
Al-Quran terjemah (Bandung: Sigma Publishing : 2010). Hal 250 12
31
generasi muda begitu telanjang terkooptasi oleh budaya negatif barat yang
merupakan antitesa dari nilai-nilai Islam.
Kedua pemberdayaan intelektual. Dengan sangat telanjang dapat disaksikan betapa umat Islam yang ada di Indonesia bahkan dimanapun sudah
terlalu jauh tertinggal dalam kemajuan dan penguasaan teknologi. Ketiga
pemberdayaan ekonomi, masalah kemiskinann menjadi demikian identik dengan
masyarakat Islam di Indonesia. Pemecahannya adalah masyarakat Islam sendiri,
yang selama ini selalu terpinggirkan. Situasi ekonomi masyarakat Islam Indonesia
bukan untuk diratapi melainkan untuk dicarikan jalan pemecahannya. Untuk
keluar dari himpitan ekonomi ini, diperlukan perjuangan besar dan gigih dari
setiap komponen umat. Setiap pribadi muslim ditantang untuk lebih keras dalam
bekerja, berkreasi, dan berwirausaha lebih-lebih dalam bekerja sama untuk
mengelola potensi-potensi yang dimiliki.
Dari beberapa penjelasan yang ada diatas, bisa kita ambil kesimpulan
bahwa pentingnya pengembangan masyarakat Islam yang dilakukan seseorang.
Karena semua ini adalah tanggung jawab kita. Sebagaimana yang dijelaskan
dalam sebuah hadits;
سانلل م عفنا سانلا يخ
Artinya : Sebaik-baik manusia yang bermanfaat bagi orang lain13Maka sudah barang tentu jika kita ingin berguna bagi orang lain adalah
dengan cara menjadi pengembang masyarakat. Karena pengembang masyarakat
merupakan dai yang mulia.
13
32
B. KONSEP PEMBERDAYAAN
Pemberdayaan merupakan alternatif baru dalam pengembangan
masyarakat. Pemberdayaan menjadi lebih penting dalam pengembangan
masyarakat karena menjadi berkaitan dengan pengembangan sumber daya
manusia. Konsep utama dalam pemberdayaan adalah dengan dasar teori
kekuasaan (power), yang berasal dari sosiologi struktur fungsional. Pemberdayaan sendiri merupakan sebuah rangkaian kegiatan untuk memperkuat dan
mengoptimalkan keberdayaan kelompok lemah dalam masyarakat, termasuk
individu-individu yang mengalami masalah kemiskinan.14
Istilah pemberdayaan masyarakat sebagai terjemah dari kata empowerment
mulai ramai digunakan dalam bahasa sehari-hari di Indonesia bersama-sama
denga kata pengentasan kemiskinan. Sejak digulirkannya program impress No
5/1993 yang kemudian dikenal dengan nama Impres Desa tertinggal (IDT). sejak
itu pemberdayaan masyarakat dan pengentasan kemiskinan menjadi saudara
kembar yang menjadi suatu topik dan pembahasan pembangunan.
Pemberdayaan sebagai salah satu ujung tombak dan strategi trisula ( three-pronged strategy) yang memerangi kemiskinan yang dilaksanakan sejak memasuki dasawarsa 90-an yang terdiri dari : penggalakan peluang fasilitas
pemberdayaan, dan peningkatan keamanan. Terkait dengan pengertian
Pemberdayaan diartikan sebagai upaya untuk memberikan daya atau penguat
kepada masyarakat. Keberdayaan masyarakat diartikan sebagai kemampuan
individu yang bersenyawa dengan masyarakat dalam membangun keberdayaan
14
33
masyarakat yang bersangkutan. Karena keberdayaan masyarakat dapat disamakan
dengan perolehan kekauatan dan akses terhadap sumberdaya untuk mencari
nafkah.15
Istilah pemberdayaan juga dapat diartikan sebagai upaya memenuhi
kebutuhan yang dinginkan individu, kelompok dan masyarakat luas agar mereka
memiliki kemampuan untuk melakukan pilihan dan mengontrol lingkungannya
agar dapat memenuhi keinginannya-keinginannya, termasuk aksibilitasnya
terhadap sumberdaya yang terkait dengan pekerjaan aktifitas sosial lainnya.
Dari pengertian-pengertian diatas maka, Pemberdayaan menunjukan pada
kemampuan orang, khususnya kelompok rentan dan lemah untuk :
1. Memiliki akses terhadap sumber-sumber produktif yang memungkinkan
mereka dapat meningkatkan pendapatannya dalam memperoleh
barang-barang dan jasa-jasa yang mereka perlukan.
2. Berpartisipasi dalam peruses pembangunan dan keputusan-keputusan yang
mempengaruhi mereka. Pemberdayaan menunjuknan pada usaha
pengalokasian kembali kekuasaan melalui pengubahan struktural sosial.
Pemberdayaan sebagai usaha untuk memberikan kesempatan dan
kemampuan kepada kelompok masyarakat miskin untuk mampu berani berusaha
dan berani bersuara atau menyuarakan pendapatnya, ide, atau gagasannya serta
kemapuan dan keberanian untuk memilih suatu metode, produk, tindakan yang
terbaik bagi pribadi, keluarga, dan masyarakatnya. Dengan kata lain
15
34
pemberdayaan masyarakat merupakan proses meningkatkan kemampuan dan
sikap kemandirian masyarakat.
Sejalan dengan itu, pemberdayaan masyarakat dapat diartikan sebagai
upaya penigkatan kemampuan masyarakat untuk menyampaikan pendapatnya dan
atau kebutuhannya, pilihan-pilihannya, berpartisipasi, bernegosiasi,
mempengaruhi dan mengelola kelembagaan masyarakatnya secara
bertanggung-jawab demi kebaikan kehidupannya.
Dalam pengertian tersebut pemberdayaan mengandung arti perbaikan
mutu hidup atau kesejahteraan setiap individu dan masyarakat baik dalam arti;
1. Perbaikan ekonomi, terutama kecukupan pangan
2. Perbaikan kesejahteraan sosial (pendidikan dan kesehatan)
3. Kemerdekaan dari segala bentuk penindasan
4. Terjamin keamanan
5. Terjamin hak asasi manusia yang bebas dari rasa takut dan
kekhawatiran
Pemberdayaan adalah suatu cara agar masyarakat, komunitas dan
organisasi diarahkan agar mampu menguasai atau berkuasa atas kehidupannya.
Pemberdayaan adalah sebuah proses agar setiap orang menjadi cukup kuat untuk
berpartisipasi dalam berbagai pengontrolan atas dan mempengaruhi,
kejadian-kejadian serta lembaga-lembaga yang mempengaruhi kehidupannya.
Pemberdayaan menekankan bahwa orang memperoleh ketrampilan pengetahuan
dan kekuasaan yang cukup untuk mempengaruhi kehidupannya dan kehidupan
35
Pemberdayaan masyarakat merupakan upaya untuk meningkatkan harkat
martabat lapisan masyarakat yang dalan kondisi sekarang tidak mampu untuk
melepaskan diri dari keterbelengguan dan keterbelakangan. Dengan kata lain
pemberdayaan adalah memampukan dan memandirikan masyarakat.
Dalam hal lain pemberdayan masyarakat adalah sebuah proses yang
ditunjukkan untuk membantu klien memperoleh daya khusus untuk mengambil
keputusan dalam menentukan tindakan yang akan ia lakukan yang terkait dengan
diri mereka, termasuk mengurangi efek hambatan diri dan sosial dalam melakukan
tindakan. Hal ini dilakukan melalui peningkatan kemampuan dan rasa percaya diri
untuk menggunakan daya yang ia miliki, antara lain transfer daya
lingkungannya.16
Pandangan lain mengartikan bahwa pemberdayan masyarakat secara
konseptual pada intinnya membahas bagaimana individu, kelompok, atau
komunitas berusaha membentuk masa depan sesuai dengan keinginan mereka.
Prinsip ini pada intinya mendorong klien untuk menentukan sendiri apa yang
harus ia lakukan dalam kaitan dengan upaya mengatasi permasalahan yang
dihadapinnya, sehingga klien mempunyai kesadaran dan kekuasaan penuh untuk
membentuk hari depannya.17
Berkaitan dengan hal ini, pemberdayaan masyarakat memiliki konsep
yang digunakan memberdayakan masyarakat tersebut. Konsep itu adalah konsep
penguatan pada kemampuan. Selain itu, pengembang masyarakat juga harus turut
serta berpartisipasi dalam pengembangan masyarakat tersebut. Bukan hanya
16
Fedian Tonny Nasdian, Pengembangan Masyarakat. (Jakarta : Yayasan Pustaka Obor Indonesia, 2014) hal 90
36
memberikan sebuah jalan keluar saja, akan tetapi pengembang masyarakat juga
ikut andil dalam kegiatan penguatan tersebut.
Mengenai pemberdayaan sendiri ada beberapa konsep diantaranya adalah,
pemberdayaan pada dasarnya adalah usaha yang disengaja dan dilakukan secara
bersama-sama dalam mengarahkan masa depan masyarakat dan serangkaian
teknik yang ditujukan untuk membantu orang-orang oleh masyarakat.18 Hal yang
sama lagi pemberdayaan atau pemberkuasaan berasal dari kata “power”
kekuasaan atau keberdayaan. Karena ide utama pemberdayaan mengenai
kekuasaan.19
Dalam pemberdayaan masyarakat sendiri peran pelaku pemberdaya setidaknya
ada empat peran dan ketrampilan.20 Keempat peran dan ketrampilan tersebut
adalah sebagai berikut:
1. Peran dan ketrampilan fasilitatif.
Dalam peran dan ketrampilan ini ada delapan konsep yang diberikan yaitu
sebagai berikut;
a. Animasi,
menurut Isbandi yang dikutib dari bukunya Ife, ketrampilan
melakukan animasi sosial menggambarkan kemampuan pelaku
perubahan ataupun pemberdayaan masyarakat untuk membangkitkan
energi, inspirasi, antusias masyarakat, termasuk didalamnya
18
Adi Fahrudin, Pemberdayaan Partisipasi dan Penguatan Kapasitas Masyarakat. ( Bandung : Humaniora, tt) hal 94
19
Edi Suharto, Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat. (Bandung : Refika Aditama, 2010) hal. 57
20
37
mengaktifkan, menstimulasi dan mengambangkan motivasi warga
untuk bertindak.
b. Mediasi dan negosiasi,
seorang pelaku perubahan harus mampu menegahi dan mencari titik
temu yang dapat dikerjakan bersama oleh masyarakat yang sedang
konflik atau bertentangan. Tanpa menimbulkan pertentangan dan
perpecahan yang lebih mendalam.
c. Pemberian dukungan
memberikan dan mengembangkan dukungan terhadap warga yang
mau terlibat dalam struktur dan aktivitas komunitas.
d. Membentuk consensus
membentuk consensus adalah tindak lanjut dari peran mediasi yang melibatkan pada penekanan terhadap tujuan umum bersama,
mengidentifikasi landasan dasar yang sama dari berbagai pihak dalam
masyarakat dan membantu warga untuk bergerak kearah pencapaian
consensus.
e. Fasilitasi kelompok,
fasilitasi disini dimaksudkan adalah berinteraksi dalam kelompok
untuk menemukan titik satu tujuan dalam kelompok yang
38
f. Pemanfaatan sumber daya dan ketrampilan
sebagai pemberdaya masyarakat harus dapat mengidentifikasi dan
memanfaatkan berbagai ketrampilan dan sumberdaya yang ada dalam
komunitas atau kelompok.
g. Mengorganisasi
ketrampilan mengorganisasi adalah melibatkan kemampuan pelaku
perubahan untuk berfikir tentang hal-hal apa saja yang perlu
dilakukan.
2. Peran dan ketrampilan edukational.
Dalam peran dan ketrampilan ini ada empat konsep, konsep-konsep itu
adalah sebagai berikut;
a. Membangkitkan kesadaran masyarakat
dalam upaya ini agar masyarakat mau dan mampu mengatasi ketidak
beruntungan struktural mereka, warga harus mau menjalin hubungan
antara satu dengan lainnya. Hal inilah yang menjadi tujuan awal dari
penyadaran masyarakat.
b. Menyampaikan informasi
pemberian informasi yang relevan mengenai suatu masalah yang
sedang dihadapi komunitas sasaran tidak jarang menjadi peran yang
bermakna terhadap komunitas tersebut. Misalnya saja tentang
39
teknik konfrontasi digunakan bila pelaku perubahan telah
mempertimbangkan bahwa kalau kondisi yang sekarang terjadi tetap di
biarkan maka keadaan akan mejadi semakin buruk.
d. Pelatihan
pelatihan pada dasarnya akan lebih efektif bila ketrampilan yang
diajarkan adalah ketrampilan yang dibutuhkan dan diinginkan oleh
masyarakat.
3. Peran dan ketrampilan perwakilan.
4. Peran dan ketrampilan teknis.
Dalam upaya lain memberdayakan masyarakat dapat dilihat dari tiga sisi,21
yaitu sebagai berikut;
Pertama, menciptakan suasana atau iklim yang memungkinkan potensi mayarakat berkembang. Disini titik tolaknya adalah pengenalan bahwa setiap
manusia, setiap masyarakat memiliki potensi yang dapat dikembangkan. Artinya
tidak ada masyarakat yang sama sekali tanpa daya, karena jika demikian sakan
sudah punah. Pemberdayaan adalah upaya untuk membangun daya itu, dengan
mendorong memotivasi, dan membangkitkan kesadaran akan potensi yang di
miliki serta berupaya untuk membangunnya.
Kedua, memperkuat potensi atau daya yang dimiliki masyarakat. Dalam rangka ini diperlukan langkah-langkah lebih positif dari hanya menciptakan iklim
dan suasana. Kekuatan ini meliputi langkah-langkah nyata, dan menyangkut
40
penyediaan berbagai masukan. Serta pembukaan akses ke dalam berbagai peluang
yang akan membuat masyarakat menjadi berdaya.
Dalam upaya ini, pemberdayaan masyaraat yang paling pokok adalah
upaya peningkatan taraf pendidikan, dan derajat kesehatan, serta akses ke dalam
sumber-sumber kemajuan ekonomi seperti modal teknologi, informasi, lapangan
kerja, dan pasar. Masukan berupa pemberdayaan ini menyangkut pembangunan
prasaranan dan sarana dasar fisik seperti irigasi, jalan, listrik, maupun sosial
seperti sekolah dan fasilitas pelayanan kesehatan yang dapat dijangkau oleh
masyarakat pada lapisan paling bawah, serta ketersedian lembaga-lembaga
pendanaan, pelatihan, dan pemasaran di pedesaan, dimana terkonsentrasi
penduduk yang keberadaannya amat kurang.
Untuk itu perlu program khusus bagi masyarakat yang amat kurang
berdaya, karena program-program pada umumnya yang berlaku tidak selalu dapat
menyentuh lapisan masyarakat ini. Pemberdayaan bukan hanya penguatan
individu anggota masyarakat, tetapi juga pranata-pranatanya. Menanamkan
nilai-nilai modern seperti kerja keras, hemat, keterbukaan, dan kebertanggungjawaban
adalah pokok upaya pemberdayaan ini.
Ketiga memberdayakan mengandung arti melindungi. Dalam proses pemberdayan harus dicegah yang lemah bertambah lemah. Oleh karena itu,
perlindungan dan pemihakan kepada yang lemah amat dasar sifatnya dalam
konsep pemberdayaan masyarakat. Melindungi tidak berarti mengisolasi atau
menutupi dari interaksi karena hal itu justru akan mengkerdilkan yang kecil dan
41
mencegah terjadinnya persaingan yang tidak seimbang serta eksploitasi yang kuat
atas yang lemah.
Pemberdayaan masyarakat bukan membuat masyarakat menjadi miskin
tergantung pada berbagai program pemberian. Tetapi pemberdayaan masyarakat
adalah menciptakan masyarakat yang mampu berdiri sendiri tanpa mengandalkan
pemberian. Karena mereka mampu menciptakan berbagai hal sendiri.
Pendekatan utama dalam pemberdayaan masyarakat adalah bahwa
masyarakat tidak dijadikan objek dari berbagai proyek pembangunan tetapi
merupakan sebuah subjek dari upaya pembangunannya sendiri. .
Dalam dunai bisnis pengertian power dikaitkan dengan kemapuan atau produktifitas karena itu pemberdayaan atau empowerment diartikan sebagai proses peningkatan optimalisasi kemampuan atau produktivitas, individu, organisasi atau
sistem. Di pihak lain power juga dapat diartikan sebagai keunggulan bersaing atau posisi tawar (bargainingposition). Karena itu pemberdayaan juga dapat diartikan sebagai penguatan atau peningkatan keunggulan bersaing atau posisi tawar.
Pemberdayaan merupakan upaya pemberian kesempatan dan atau
memfasilitasi kelompok miskin agar mereka memiliki aksebilitas terhadap
sumberdaya dll. Agar mereka mampu memajukan dan mengembangkan
usahannya, sehingga memperoleh perbaikan pendapatan serta peluasan
kesempatan kerja demi perbaikan kehidupan dan kesejahteraannya.
Tidak hanya terlepas dari peran seorang pemberdaya masyarakat saja.
Partisipasi dari masyarakat sering kita lupakan. Partisispasi dari masyarakat ini
42
masyarakat tentunya kita tidak akan mampu memberdayakan masyarakat. Terkait
dengan pertisipasi ini Isbandi mengutip dari Mikkelsen melihat bahwa konsep
partisipasi telah menjadi debat berkepanjagan antara lain terkait landasan teoritis
dan dengan dukungan kemungkinan untuk diterapkannya (practicial applicability)
dalam kaitannya dengan berbagai program pembangunan yang dilaksanakan oleh
lembaga pemerintah dan lembaga non pemerintah.22
Dari pengertian di atas bisa dikatakan bahwa pemberdayaan pada
kesadaran masyarakat untuk berperan dan membangun serangkaian cara dalam
memenuhi kebutuhan. Hal yang paling diutamakan dalam pemberdayaan adalah
berkaitan dengan teknik yang bertujuan mengangkat dan mengarahkan masa
depan dengan cara menyadarkan mereka. Sehingga setelah mereka sadar mampu
memenuhi kebutuhannya dengan kekuasaan dirinya sendiri.
Pemberdayaan menunjukkan pada kemampuan orang khususnya
kelompok rentan dan lemah sehingga mereka mampu memiliki kekuatan atau
kemampuan dalam memenuhi kebutuhan dasar. Setelah memenuhi kebutuhan
dasar maka mereka akan memiliki kebebasan. Kekebasan di sini bukan hanya
kebebasan dalam berpendapat akan tetapi juga bebas dalam kelaparan, kebodohan,
dan juga bebas dari penyakit.
Beberapa ahli mengemukakan definisi pemberdayaan dilihat dari tujuan,
proses, dan cara-cara pemberdayaan:23
1. Pemberdayaan bertujuan untuk meningkatkan kekuasaan orang-orang
43
2. Pemberdayaan adalah sebuah proses dengan mana orang menjadi cukup
kuat untuk berpartisipasi dalam berbagai peningkatan pengontrolan atas,
dan mempengaruhi terhadap, kejadian-kejadian serta lembaga yang
mempengaruhi kehidupannya. Pemberdayaan menekankan bahwa orang
memperoleh ketrampilan, pengetahuan, dan kekuasaan yang cukup untuk
mempengaruhi kehidupannya dan kehidupan orang lain yang menjadi
perhatiannya.
3. Pemberdayaan menunjuk pada usaha pengalokasian kembali kekuasaan
melalui pengubahan struktur sosial.
4. Pemberdayaan adalah suatu cara dengan mana rakyat, organisasi, dan
komunitas diarahkan agar mampu menguasai kehidupannya.
Dengan demikian pemberdayaaan adalah sebuah proses dan tujuan.
Sebuah proses karena pemberdayaan adalah serangkaian kegiatan untuk
memperkuat kekuasaan atau keberdayaan kelompok lemah dalam masyarakat.
Sebagai tujuan, pemberdayaan menuju keadaan atau hasil yang ingin dicapai oleh
sebuah perubahan sosial. Masyarakat yang berdaya memiliki kekuasaan atau
mempunyai pengetahuan dan juga kemampuan memenuhi kebutuhan hidupnya
baik yang bersifat material maupun sepiritual.
Sedangkan menurut Jim Ife yang dikutip oleh Adi Fahrudin pemberdayaan
memiliki dua konsep yaitu kekuasaan dan keberuntungan. Sebagai kekuasaan,
pemberdayaan memberikan kekuasaaan kepada individu atau kelompok.
Memberikan peluang kepada mereka menentukan kekuatan pada tangan mereka