• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGGUNAAN AYAT-AYAT AL QURAN UNTUK PENGOBATAN MENURUT QURAISH SHIHAB DALAM TAFSIR AL MISHBAH.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGGUNAAN AYAT-AYAT AL QURAN UNTUK PENGOBATAN MENURUT QURAISH SHIHAB DALAM TAFSIR AL MISHBAH."

Copied!
107
0
0

Teks penuh

(1)

PENGGUNAAN AYAT-AYAT AL-

QUR’AN

UNTUK

PENGOBATAN MENURUT QURAISH SHIHAB

DALAM TAFSIR AL-MISBAH

SKRIPSI

Disusun untuk Memenuhi Tugas Akhir Guna Memperoleh Gelar

Sarjana Strata Satu (S-1) dalam Ilmu Ushuluddi>n dan Filsafat

Oleh:

NIHLATUL MADANIAH NIM: E03211076

JURUSAN AL-QUR’AN DAN HADIS FAKULTAS USHULUDDI>N DAN FILSAFAT UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL

(2)

PENGGUNAAN AYAT-AYAT AL-

QUR’AN

UNTUK

PENGOBATAN MENURUT QURAISH SHIHAB

DALAM TAFSIR AL-MISBAH

SKRIPSI

Di ajukan kepada

Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya

Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan

Dalam Menyelesaikan Program Sarjana Strata Satu (S-1)

Ilmu Tafsir Hadith

Oleh:

NIHLATUL MADANIAH NIM: E03211076

JURUSAN AL-QUR’AN DAN STUDI HADITH

FAKULTAS USHULUDDI>N DAN FILSAFAT

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA

(3)
(4)
(5)
(6)

ABSTRAKSI

Nihlatul Madaniah, “Penggunaan Ayat-ayat Al-Qur‟an untuk Pengobatan”.

Masalah yang diteliti dalam penelitian ini adalah, 1) Bagaimana pandangan Qurasih Shihab tentang konsep pengobatan melalui ayat-ayat al-Qur‟an untuk pengobatan dalam tafsir al-Misbah? 2) Bagaimana implikasi tentang pengobatan penggunaan ayat-ayat al-Qur‟an untuk pengobatan menurut Qurasih Shihab dalam tafsir al-Misbah?

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui penafsiran para ulama tentang ayat-ayat untuk pengobatan tersebut sehingga dapat ditemukan jawaban tentang pengobatan menurut Quraish Shihab dalam Tafsir al-Misbah.

Penelitian ini bersifat kepustakaan (library research) dengan menggunakan metode penyajian data deskriptif dan analitis. Pengumpulan data diperoleh beberapa kitab Tafsir terkait pembahasan ayat-ayat al-Qur‟an dalam pengobatan. Dan beberapa karya tulis yang menyajikan uraian tentang pengobatan qur‟ani. Serta karya tulis lainnya yang relevan dengan penelitian ini.

Penelitian ini dilakukan karena penulis melihat masyarakat di kampung pribadi melakukan pengobatan seperti tersebut, dari jarak jauh pun bisa dilakukan seperti menggunakan alat komunikasi. Ia pun berusaha untuk menghubungi orang yang bisa melakukan pengobatan qur‟ani tersebut. Dan alasan memilih lima ayat yang berkaitan dengan pengobatan ini karena sangat jelas keterangan tentang pembahasan yang dibahas di atas, bahwa pengobatan qur‟ani yang paling ampuh itu adalah hanya untuk orang-orang yang beriman kepada sang pencipta dan memiliki hati yang salim.

Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa penafsiran ulama sebagian besar mengatakan yang dimaksud dengan pengobatan menggunakan ayat-ayat al-Qur‟an untuk pengobatan itu sangat berpengaruh kepada orang-orang yang beriman. Jika kepada orang-orang yang tidak beriman itu tidak terpengaruh karena akibat hatinya tertutup dengan sifat kemushrikannya.

(7)

DAFTAR ISI

SAMPUL DALAM………... i

PERSETUJUAN PEMBIMBING……….. ii

PENGESAHAN SKRIPSI….………. iii

PERNYATAAN KEASLIAN……..………...… iv

MOTTO……… v

PERSEMBAHAN……… vi

ABSTRAKSI………... vii

KATA PENGANTAR……… viii

DAFTAR ISI……… x

PEDOMAN TRANSLITERASI……… xiii BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang……… 1

B.Indentifikasi Masalah……….. 7

C.Rumusan Masalah………... 8

D.Tujuan Penelitian……… 8

E. Kegunaan Penelitian………... 9

F. Telaah Pustaka……….... 9

G.Metodologi Penelitian……… 11

H.Sistematika Pembahasan……… 14

BAB II PANDANGAN UMUM TENTANG PENGOBATAN A.Pengobatan dalam Pandangan Medis………...……. 16

(8)

C.Pengobatan dalam Pandangan Ulama‟……….……….. 35

BAB III KAJIAN TENTANG TAFSIR AL-MISBAH A.Biografi Quraish Shihab………. 40

B.Metodologi Penfasiran kitab Tafsir al-Misbah………... 47

BAB IV PENGGUNAAN AYAT-AYAT AL-QUR’AN TENTANG PENGOBATAN MENURUT TAFSIR AL-MISBAH A. Ayat-ayat Al-Qur’an tentang Pengobatan 1. Surat Yu>nus ayat 57 a) Teks dan Terjemahan Ayat………... 59

b)Asba>bNuzu>l Ayat………...… 59

c) Munasabah Ayat……….. 60

d)Tafsir Ayat………... 61

2. Surat al-Inshira>h} ayat 1 a) Teks dan Terjemahan Ayat………... 63

b) Asba>bNuzu>lAyat………...… 63

c) Munasabah Ayat………... 64

d) Tafsir Ayat……….. 64

3. Surat al-Shu‟ara>‟ ayat 80 a) Teks dan Terjemahan Ayat………... 68

b) Munasabah Ayat………. 68

c) Tafsir Ayat……….. 69

(9)

b) Munasabah Ayat………. 71

c) Tafsir Ayat……….. 72

5. Surat al-S}affa>t ayat 83-84

a) Teks dan Terjemahan Ayat………... 73

b) Munasabah Ayat………. 73

c) Tafsir Ayat………...74

B.Pandangan Quraish Shihab tentang Penggunaan Ayat-ayat al-Qur‟an untuk Pengobatan………....…... 76

C.Analisis terhadap Pandangan Quraish Shihab tentang

Penggunaan Ayat-ayat al-Qur‟an untuk Pengobatan…....…. 77

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan……….. 95

B. Saran……… 96

(10)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Masalah

Al-Qur‟an merupakan penyembuh dan rahmat bagi orang hatinya dipenuhi

keimanan, al-Qur‟an senantiasa membuka hatinya sehingga nilai-nilai al-Qur‟an

bersinar di dalamnya (hati). Nilai-nilai al-Qur‟an akan melahirkan ketenangan,

kenyamanan dan rasa aman dalam hatinya. Sehingga ia merasakan kenikmatan

yang tidak pernah dan tidak akan bisa dirasakan oleh orang-orang yang lalai dari

mengingat Allah.1

Sesungguhnya al-Qur‟an yang mulia merupakan benteng bagi manusia

untuk melindungi dirinya dari segala marabahaya yang mengancam jiwa dan

raganya. Al-Qur‟an akan menjaganya dari segala yang mengancamnya, termasuk

semua penyakit yang melekati hatinya seperti nafsu, sifat tamak, hasud dan

dengki, juga melindunginya diri dari godaan setan, keburukan dan kebencian.

Al-Qur‟an merupakan kitab dan jalan yang diturunkan oleh Allah penguasa alam

semesta ke dalam hati Muhammad Saw. Agar ia menjadi petunjuk bagi

hamba-hamba-Nya serta menjadi peringatan dan penyembuh bagi segala penyakit yang

ada di hati.2

1

Jamal Elzaky, Buku Induk Mukjizat Kesehatan Ibadah, ter. Dedi Slamet Riyadi (Jakarta: Zaman, 2011), 37.

2

Ibid., 404.

(11)

2

Al-Qur‟an mulia yang diturunkan oleh Allah Swt. Kepada Rasul-Nya,

Muhammad Saw. Bukanlah semata-mata kitab agama atau kitab fikih, melainkan

sebuah kitab yang komperehensif, yang menghimpun semua bidang ilmu

pengetahuan, semua aspek kehidupan dan segala bentuk kebijaksanaan, sekaligus

juga keagungan dan kemuliaan akhlak, serta keindahan dan kemegahan karya

sastra. Di antara bidang ilmu pengetahuan yang terkandung dalam al-Qur‟an

adalah kedokteran atau ilmu pengobatan. Tidak hanya bertutur tentang ilmu

kesehatan atau ilmu kedokteran, al-Qur‟an sendiri merupakan obat yang

menyembuhkan dan menyehatkan manusia. Al-Qur‟an juga merupakan petunjuk

dan rahmat bagi seluruh manusia, sebagaimana ditegaskan dalam firman Allah

Swt,:

















3

“Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari Tuhanmu dan penyembuh penyakit (yang ada) dalam dada serta petunjuk dan rahmat bagi orang yang beriman”. (QS.Yu>nus: 57).4

Sebagai mukjizat yang terpelihara dan dapat dibuktikan hingga hari

kiamat, kemukjizatan al-Qur‟an dapat merasakan oleh umat manusia. Salah satu

kemukjizatan al-Qur‟an yaitu memberikan pengaruh positif dan penyembuhan

3

Al-Qur‟an, 10:57.

4

Departemen Agama RI, Al-Qur‟an dan Terjemahnya, (Bandung: PT. Syaamil Cipta

(12)

3

bagi orang yang tengah menderita sakit, baik fisiologis maupun psikolog. Hal ini

telah dibuktikan oleh ilmu kedokteran modern sekarang ini.5

Penegasan Rasulullah Saw bahwa tiap penyakit ada obatnya bisa jadi

penyemangat jiwa bagi orang yang sedang sakit untuk tetap kuat dan tegar.

Karena di dalam dirinya timbul keyakinan bahwa penyakit yang dideritanya pasti

ada obatnya, harapannya untuk sembuh tetap kuat dan semangatnya semakin

tinggi. Bayangan dan pikiran-pikiran negatif pun semakin terkikis dan lenyap.6

Sejak ribuan tahun, manusia mencari-cari obat di tempat dan dengan

segala cara. Sebagian mengira bahwa kesembuhan itu datangnya dengan

pemujaan dewa-dewa, bersujud kepada matahari, menyembah api atau

mendekatkan diri kepada berhala dan keyakinan-keyakinan salah lainnya. Akan

tetapi, ketika Rasulullah Saw datang untuk mengarahkan kepada umat Islam

tentang metode pengobatan yang benar. Karena Allah Swt telah menurunkan

al-Qur‟an kepada umat Islam yang dijadikan sebagai obat bagi orang mukmin.7

Tidak heran lagi bahwa jika mukmin ketika hatinya berjalan menyusuri

taman-taman al-Qur‟an maka saat itulah akan merasakan saat yang paling bahagia

sepanjang umurnya. Seorang mukmin mendapatkan darinya pelita yang

menerangi di kegelapan shubhat dan shahwat, mendapatkan hiburan dengannya

dari segala kedukaannya, mendapatkan kemudahan dengannya dalam setiap

musibah yang menerpa, mendapatkan obat darinya pada setiap penyakit hati yang

5

Yusuf al-Hajj Ahmad, Mausu>‟ah al-I‟jaz al-„Ilmi>yy fi al-Qur<‟an al-Kari>m wa as-Sunnah

al-Mutahharah, ter. Masturi Irham dan Mujiburrohman (Jakarta: PT. Kharisma Ilmu), 58.

6

Ibid., 19.

7

Al-Kaheel Abdel Daem, Pengobatan Qur‟ani, ter. Muhammad Misbah (Jakarta: Amzah,

(13)

4

diderita. Jadilah al-Qur‟an sebagai penghilang kesedihannya dan obat penyembuh

kesusahan dan dukacita.8

Shifa>‟ dalam pandangan Islam maupun pandangan ahli Barat, pada

dasarnya tidak hanya mengkaji dari dimensi psikologis, melainkan juga fsiologis,

sosiologis dan spiritual. Sudut pandang ini menjadikan al-Qur‟an sebagai sumber

utama, juga melahirkan sejumlah temuan yang berbeda dari para cendikiawan

muslim maupun pemerhati shifa>‟ lainnya dengan segala bentuk dan corak

beraneka ragam. Bahkan studi al-Qur‟an tersebut dalam kitab-kitab tafsir maupun

keilmuannya dewasa ini hampir-hampir tidak pernah mengabaikan tafsir Fakh al-di>n al-Ra>zi>, yang terkenal dengan Tafsi>r al-Ka>bir wa Mafa>tih} al-Ghaib. Di mana

karya ini dapat melahirkan sejumlah penilaian dari berbagai kalangan, baik yang

berhubungan dengan cakupan ayat-ayat al-Qur‟an maupun kerangka

metodologisnya.

Kajian holistik terhadap tafsir al-Qur‟an, termasuk di dalamnya dimensi

normativitas dan historitas, merupakan bidang yang belum tersentuh secara

maksimal oleh kalangan ilmuan, baik Barat maupun Muslim. Kajian holistik

dimaksud menunjuk adanya kombinasi ideal antara perspektif tekstual dan

kontekstual. Jika pendekatan tekstual sangat penting untuk mengkaji kandungan

ayat-ayat al-Qur‟an secara normatif, maka pendekatan kontekstual sangat penting

8

Jamaluddin Mahran, Abdul „Azi>m Hafna> Muba>syir, Al-Qur‟an Bertutur Tentang

Makanan dan Obat-obatan, ter. Irwan Raihan, (Yogyakarta: Mitra Pustaka, 2005),

(14)

5

untuk menafsirkan norma-norma tersebut ke dalam wacana historis dan

metodologis.9

Meskipun al-Qur‟an sebagai shifa>‟ belum diketahui dapat menyembuhkan

keseluruhan yang ada di dalam dada manusia, namun ayat tersebut harus

diberlakukan secara mutlak, bahwa di dalam al-Qur‟an betul-betul menjelaskan

segala sesuatu, sehingga al-Qur‟an yang berkedudukan sebagai shifa>‟ itu

benar-benar tetap memberi manfaat secara mutlak dan lebih sempurna cakupan

maknanya bagi siapa saja yang berpegang teguh pada al-Qur‟an, ia dapat

memberikan keselamatan bagi orang-orang yang mengikuti petunjuknya, tidak

menutup dan menyesatkannya, tetapi membuka, menunjukkan dan meluruskan

pada jalan yang benar.10

Dalam hal ini, al-Qur‟an sendiri telah mengajarkan kepada umat Islam

bahwa al-Qur‟an adalah obat, penyembuh, penghibur duka lara, petunjuk dan

seterusnya. Dengan kata lain, adalah sarana di alam ruhani bagi seluruh umat

manusia. Sungguh, Allah Swt telah menurunkannya dengan benar, termasuk

menjadi penyembuh bagi semua penyakit ruhani dan fisik manusia.11

Dengan kata lain, bagaimana mungkin orang sakit bisa disembuhkan

hanya dengan beberapa ayat al-Qur‟an? Proses apa sebenarnya yang terjadi di

tubuh orang sakit tersebut secara detail? Di sinilah bisa dipahami lebih jelas

dengan berusaha mengembangkan dasar-dasar ilmiah pengobatan dengan

9

Fakh al-di>n al-Ra>zi>, Tafsir Mafa>tih} wa al Ghaib,Konsep Shifa>‟ dalam Al-Qur‟an, ter. Aswadi (Jakarta: Kementerian Agama Republik Indonesia, 2012), 1-2.

10

Ibid., 4-6.

11

(15)

6

Qur‟an supaya para dokter yakin dengan metode ini dalam mengobati penyakit

-penyakit yang paling berbahaya.12

Dapat dilihat bahwa al-Qur‟an memiliki pengaruh yang sangat

menakjubkan terhadap semua organ tubuh. Dan yang paling penting adalah sistem

kekebalan. Karena akan membuktikan bahwa pembacaan ayat-ayat al-Qur‟an

dapat meningkatkan kekebalan tubuh dalam jumlah yang besar, juga dapat

mengembalikan keseimbangan sistem kerja sel-sel, terutama sel-sel otak dan

jantung.13

Bisa dikatakan bahwa penelitian ini adalah sebagai tanda dan bukti bahwa

kemukjizatan al-Qur‟an tidak hanya terbatas pada retorika (ilmu-ilmu balagah),

alam, dan tashriyah saja. Namun, ada pula kemukjizatan pengobatan. Dalam arti

ada ayat-ayat tertentu di dalam al-Qur‟an yang terdapat “informasi-informasi”

yang ketika sampai ke dalam otak pendengar bisa mengembalikan program sel-sel

serta memberinya nutrisi dengan informasi-informasi yang benar, supaya sel-sel

tersebut bisa bekerja secara maksimal.14

Muhammad Quraish Shihab berpandangan, ketika sedang mengomentari

pendapat para ulama yang memahami bahwa ayat-ayat al-Qur‟an itu tersebut,

dapat menyembuhkan dan mengobati segala sesuatu penyakit jasmani.

Menurutnya bukan penyakit jasmani, melainkan ia adalah penyakit ruhani (jiwa)

yang berdampak pada jasmani. Ia adalah psikosomatik. Menurutnya, tidak jarang

12

Ibid.,

13

Ibid.,

14

Al-Kaheel Abdel Daem, Pengobatan Qur‟ani, ter. Muhammad Misbah (Jakarta:

(16)

7

seseorang merasa sesak nafas atau dada bagaikan tertekan karena adanya

ketidakseimbangan ruhani.15

Oleh karena itu, alasan pembahasan ini ditulis melalui dengan penulisan

skripsi ini; yaitu dapat mengajak kepada umat Islam untuk dapat memahami

ajaran agama yang dianut yaitu Islam yang bersumber al-Qur‟an dan al-Sunnah

sebagai ajaran Islam yang lengkap terhadap berbagai persoalan kehidupan.16

Sehingga, hal inilah yang telah mendorong untuk mengangkat dan menyusun

skripsi ini dengan judul: Penggunaan Ayat-ayat Al-Qur’an untuk Pengobatan,

Menurut Quraish Shihab dalam Tafsir Al-Misbah

B.Indentifikasi Masalah

Dari uraian permasalahan sebagaimana dijelaskan di atas maka muncul

persoalan-persoalan terkait dengan pengobatan melalui ayat-ayat al-Qur‟an dalam

pandangan ulama‟, persoalan-persoalan tersebut antara lain:

1. Bagaimana Konsep shifa> dalam al-Qur‟an tentang pengobatan.

2. Etika pengobatan dalam Islam

3. Pandangan medis dalam pengobatan

4. Cara-cara pengobatan melalui ayat-ayat al-Qur‟an

5. Relevansi metode/cara pengobatan Qur‟ani dan medis.

6. Dan lain-lain

15

Muhammad Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah :Pesan, Kesan dan keserasian al-Qur‟an.

(Jakarta: Lentera Hati, 2002), 531.

16

(17)

8

Mengingat terbatasnya penelitian ini maka semua persoalan-persoalan

tidak akan dibahas dalam penelitian ini, persoalan yang akan dibahas dalam

penelitian ini hanyalah persoalan yang dirumuskan dalam rumusan masalah

penelitian ini.

C.Rumusan Masalah

Agar lebih jelas dan memudahkan operasional penelitian, maka perlu

diformulasikan beberapa rumusan permasalahan pokok sebagai berikut:

1. Bagaimana pandangan Qurasih Shihab tentang konsep pengobatan melalui

ayat-ayat al-Qur‟an dalam tafsir al-Misbah?

2. Bagaimana implikasi tentang pengobatan terhadap penggunaan ayat-ayat

al-Qur‟an menurut Qurasih Shihab dalam tafsir al-Misbah?

D.Tujuan Penelitian

Bertolak dari rumusan masalah di atas, maka tujuan diadakannya

penelitian ini meliputi dua aspek yaitu:

1. Untuk menjabarkan seperti apa pandangan Quraish Shihab tentang konsep

pengobatan terhadap ayat-ayat al-Qur‟an dalam tafsir al-Misbah.

2. Ingin lebih memahami tentang pengobatan terhadap penggunaan ayat-ayat

(18)

9

E.Kegunaan Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini meliputi beberapa hal yaitu:

1. Secara teoritis, penelitian ini dapat memperkaya wawasan khazanah keilmuan

tafsir dan pengembangan penelitian sejenis.

2. Secara praktis, penelitian ini dapat menambah wawasan dan pemahaman

kepada masyarakat Islam dan segenap pembaca tentang kegunaan ayat-ayat

al-Qur‟an untuk pengobatan dan pelajaran urgen bagi individu, sosial dan

hubungan dengan Tuhan.

F. Telaah Pustaka

Penelitian yang membahas penafsiran ayat-ayat al-Qur‟an untuk

pengobatan, sejauh ini belum ditemukan karya tulis yang telah membahas

mengenai penelitian ini. Beberapa karya penafsiran bercorak ilmiah baik dalam

bentuk buku maupun penelitian ilmiah juga belum ditemukan adanya pembahasan

yang mirip dengan penelitian ini, ada beberapa karya yang membahas tentang makna shifa> yakni obat atau penawar.

1. Makna atau Definisi Shifa>‟ dalam perspektif Al-Qur‟an yang ditulis oleh Nurul

Hikmah, 2010, UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta. Hal ini dapat dipahami

bagaikan menyatakan bahwa pengaruh al-Qur‟an tidaklah berkisar pada bahasa

yang telah digunakannya, melainkan pada seseorang manusia yang telah

(19)

10

telah berhasil dalam memperoleh suatu manfaat, dan ada juga yang tidak

beriman.17

2. Al-Qur‟an sebagai al-Shifa>‟ yang ditulis Nur Hasanuddin, 1999, UIN Sunan

Ampel, Surabaya. Hal ini dapat disimpulkan bahwa ayat al-Qur‟an akan

menjadi obat ruhani bagi orang yang beriman, dan yang memikirkan isi

kandungan al-Qur‟an, serta obat jasmani bagi yang mengambil pelajaran dari

al-Qur‟an.18

3. Makna al-Shifa‟ dalam al-Qur‟an yang ditulis oleh Rohmat, 2008, UIN Sunan

Ampel, Surabaya. Hal ini dapat disimpulkan bahwa ayat al-Qur‟an akan

menjadi obat ruhani bagi orang yang beriman, dan yang memikirkan isi

kandungan al-Qur‟an, serta obat jasmani bagi yang mengambil pelajaran dari

al-Qur‟an.19

4. Makna Pengobatan dalam al-Qur‟an, surat al-Isra>‟ ayat 82 yang ditulis oleh

Ramdhon bin Sebeli, 2014, UIN Sunan Ampel, Surabaya. Hal ini dapat

disimpulkan bahwa rugilah orang-orang yang tidak beriman ketika mengalami

penyakit karena dengan al-Qur‟an akan dapat menawarkan penyakit tersebut

jika ia benar-benar beriman kepada Allah dan ia tidak termasuk orang-orang

yang merugi.20

17

Nurul Hikmah, “Shifa>‟ dalam Perspektif Al-Qur‟an”, Skripsi Strata 1 (Jakarta: Universitas Islam Syarif Hidayatullah, 2010).

18

Nur Hasanuddin,“Al-Qur‟an sebagai al-Shifa>‟”, Skripsi Strata 1, (Surabaya: Universitas Islam Negeri Sunan Ampel, 1999).

19

Rohmat, “Makna al-Shifa>‟ dalam Al-Qur‟an”, Skripsi Strata 1, (Surabaya: Universitas Islam Negeri Sunan Ampel, 2008).

20

(20)

11

Sedangkan dalam pembahasan ini ingin meneliti dan menelusuri tentang

ayat-ayat al-Qur‟an yang berkaitan dengan pengobatan, dalam penafsiran menurut

Quraish Shihab dalam Tafsir Al-Misbah, juga mencakup penyembuhan al-Qur‟an

itu seperti apa dan pengobatan medis itu seperti apa. Dengan pengkajian terhadap

ayat-ayat al-Qur‟an untuk pengobatan dengan metode penafsiran ayat-ayat

tersebut kemudian dibahas dan dianalisis tentang ayat-ayat di atas dan

relevansinya dengan ilmu medis menurut penafsiran Quraish Shihab dalam Tafsir

Al-Misbah. Maksud dan tujuan memilih judul ini adalah untuk menambah

wawasan, khususnya dalam memahami lebih dalam tentang pengobatan dalam

Tafsir Al-Misbah karya Quraish Shihab. Dan dalam pembahasan ini mengambil

dari ayat-ayat al-Qur‟an yang berkaitan untuk pengobatan.

G.Metodologi Penelitian 1. Model Penelitian

Penelitian ini menggunakan model metode penelitian kualitatif, sebuah

metode penelitian ini berlandaskan inkuiri naturalistik atau alamiah, perspektif

ke dalam dan interpretasi,21 penelitian kualitatif adalah penelitian yang

menggunakan latar alamiah, dengan maksud menafsirkan fenomena yang

terjadi dan dilakukan dengan jalan melibatkan berbagai metode yang ada.22

Penelitian kualitatif adalah penelitian yang mengahasilkan prosedur analisis

yang tidak menggunakan prosedur analisis statistik atau cara kuantifikasi

21

Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2002), 4.

22

(21)

12

lainnya.23 Inkuiri naturalistik adalah pernyataan dari diri penulis terkait

persoalan yang sedang diteliti, yaitu tentang indikasi adanya pemahaman

terhadap Ayat-ayat al-Qur‟an untuk pengobatan.

Perspektif ke dalam merupakan sebuah kaidah dalam menemukan

kesimpulan khusus yang semulanya didapatkan dari pembahasan umum yang

pada penelitian ini berupa pengobatan dalam al-Qur‟an. Sedangkan interpretasi

adalah penterjemahan atau penafsiran yang dilakukan untuk mengartikan

maksud dari suatu kalimat, ayat atau pernyataan, dengan kata lain

penterjemahan terhadap obyek bahasa, yang dalam penelitian ini berupa uraian

dari Mufassir Quraish Shihab tentang ayat-ayat al-Qur‟an untuk pengobatan.

2. Jenis Penelitian

Penelitian ini termasuk dalam penelitian non-empirik yang menggunakan

jenis penelitian dengan metode library research (penelitian kepustakaan) serta

kajiannya disajikan secara deskriptif analitis, oleh karna itu berbagai sumber

data yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari bahan-bahan tertulis baik

berupa literatur berbahasa Indonesia, Inggris maupun Arab yang dimungkinkan

mempunyai relevansi yang dapat mendukung penelitian ini.

3. Sumber Data

Data yang diambil dalam penelitian ini bersumber dari dokumen

perpustakaan yang terdiri dari dua jenis sumber yaitu primer dan skunder:

Sumber primer adalah rujukan utama yang akan dipakai yaitu kitab Tafsir

al-Misbah

23

(22)

13

Sumber skunder sebagai rujukan pelengkap, antara lain:

a. Fakh al-di>n al-Ra>zi>, Tafsir Mafa>tih} al-Ghaib, Konsep Shifa>‟ dalam Al

-Qur‟an, ter. Aswadi Jakarta: Kementerian Agama Republik Indonesia, 2012

b. Al-Kaheel Abdel Daem, Pengobatan Qur‟ani, terj: Muhammad Misbah

(Jakarta: Amzah, 2012)

4. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan metode

dokumentasi, yaitu mencari dan mengumpulkan data berbagai data berupa

catatan, buku, kitab dan lain sebagainya, yang berhubungan dengan hal-hal

atau variabel terkait penelitian berdasarkan konsep-konsep kerangka penulisan

yang sebelumnya telah dipersiapkan. Data variabel tergolong menjadi dua:

variabel A yang berkaitan dengan tafsir-tafsir, dan variabel B yang berkaitan

dengan buku tentang kedokteran.

5. Metode Analisis Data

Semua data yang telah terkumpul, baik primer maupun skunder

diklasifikasikan sesuai dengan sub bahasan masing-masing. Setelah itu

dilakukan telaah mendalam atas karya-karya yang memuat objek penelitian

dengan menggunakan analisis isi, yaitu suatu teknik sistematik untuk

menganalisis isi pesan dan mengelolahnya dengan tujuan menangkap pesan

(23)

14

juga berarti mengkaji bahan dengan tujuan spesifik yang ada dalam benak

peneliti.24

Pada dasarnya analisis data merupakan penguraian data melalui tahapan:

kategorisasi dan klasifikasi, perbandingan dan pencarian hubungan antar data

yang secara spesifik tentang hubungan antar perubah.

Untuk memudahkan analisis data, maka rujukan yang digunakan adalah

kerangka beripikir yang telah dipilih dan dirumuskan sebelumnya. Rangkaian

pernyataan yang dikemukakan dalam kerangka berpikir menjadi pedoman

dalam cara kerja analisis data, yang tahapannya telah dikemukakan di atas.

Dengan cara demikian, peneliti bertindak konsisten dapat menempatkan

kerangka berpikir sebagai rujukan dalam analisis dan penafsiran data yang

diperoleh.25 Dalam pembahasan ini dapat dideskripsikan pada ayat-ayat yang

bekaitan dengan pengobatan al-Qur‟an menurut Quraish Shihab.

H.Sistematika Pembahasan

Untuk memudahkan pembahasan skripsi ini ditulis untuk menyusunnya

dengan menggunakan dalam 5 bab, yaitu:

BAB I: Pendahuluan yang merupakan gambaran umum berupa Latar belakang masalah, Indentifikasi masalah, Rumusan masalah, Tujuan penelitian,

Kegunaan penelitian, Telaah pustaka, Metodologi penelitian dan Sistematika

pembahasan.

24

Noeng Muhadjir, Metodologi Peneltian Kualitatif, (Yogyakarta: Rake Sarasin, 1993), 77.

25

Hasan Bisri, Penuntun Penyusun Rencana Penelitian dan Penulisan Skripsi (Bidang

(24)

15

BAB II: Pandangan umum tentang pengobatan yang meliputi Pengobatan dalam pandangan medis, Pengobatan dalam pandangan Islam dan Pengobatan

dalam Pandangan Ulama‟.

BAB III: Kajian tentang tafsir al-Misbah yang mecantumkan Biografi Quraish Shihab dan Metodologi penafsiran kitab tafsir al-Misbah.

BAB IV: Penggunaan ayat-ayat al-Qur‟an tentang Pengobatan menurut Tafsir al-Misbah, Teks dan Terjemahan ayat, Asba>b nuzu>l ayat, Muna>sabah ayat,

Tafsir ayat dan juga membahas bagaiamana Pandangan Quraish Shihab tentang

penggunaan ayat-ayat al-Qur‟an untuk pengobatan, serta Analisis terhadap

pandangan Quraish Shihab tentang penggunaan ayat-ayat al-Qur‟an untuk

pengobatan.

(25)

16

BAB II

PANDANGAN UMUM TENTANG PENGOBATAN

A.Pengobatan dalam Pandangan Medis

Setiap penyakit dipastikan ada penyebabnya dan setiap penyakit juga pasti

ada obatnya. Pernyataan itu sebagaimana telah diketahui dan diungkapkan dalam

kitab suci al-Qur‟an. Bahwasanya dapat mencegah atau mengobati penyakit

dengan cara yang bijaksana dan smart, hanya kalau jika memahami

sebab-musababnya.

Dalam kehidupan sehari-hari, banyak pasien yang memeriksakan diri pada

dokter karena menderita suatu penyakit. Repotnya, banyak di antara dokter tidak

peduli tentang sebab-musabab penyakit pasien. Penderita yang memeriksakan diri

ke tempat praktik dokter tersebut umumnya menginginkan kesembuhan yang

spotan (cepat). Seharusnya, sebelum dokter memberikan resep obat atau

obat-obatan. Ia melakukan pemeriksaan teliti terhadap sebab-musabab sakit yang

diderita oleh pasien.26

Obat merupakan semua zat baik kimiwai, hewani, maupun nabati yang

dalam dosis layak dapat menyembuhkan, meringankan atau mencegah penyakit

serta gejalanya. Senyawa atau bahan kimia ini berasal dari luar tubuh dan akan

26

Tuhana Taufiq Andrianto, Ampuhnya Terapi Herbal Berantas Berbagai Penyakit Berat,

(Yogyakarta: Najah, 2011), 14-15.

(26)

17

mengakibatkan perubahan fungsi biologis ringan atau organ jika masuk ke dalam

tubuh manusia.

Sebagai bahan kimia, obat dapat mempengaruhi organisme hidup dan

dipergunakan untuk keperluan diagnosis, pencegahan dan pengobatan suatu

penyakit. Menurut pengertian umum, obat dapat didefinisikan sebagai bahan yang

menyebabkan perubahan dalam fungsi biologis melalui proses kimia.

Adapun menurut Undang-undang Kesehatan No. 23 Tahun 1992, obat

merupakan bahan atau campuran bahan untuk dipergunakan dalam menentukan

diagnosis, mencegah, mengurangi, menghilangkan dan menyembuhkan penyakit

atau gejala penyakit, luka, kelainan fisik atau kejiwaan pada manusia atau hewan

termasuk untuk memperelok tubuh atau bagian tubuh manusia.

Dewasa ini, obat-obat telah banyak diproduksi secara sintesis, semisintesis

dan biosintesis. Obat sebagai bahan kimia ada yang senyawa organik dan ada pula

berupa senyawa anorganik. Ada yang mempunyai struktur kimia sederhana dan

ada yang kompleks. Dari sekian banyak obat yang kini telah dikenal, ada yang

mempunyai fungsi yang sama dan ada pula yang mempunyai fungsi yang berbeda.

Demikian pula mengenai efek samping atau pengaruh yang merugikan kesehatan.

Nyatalah bahwa obat-obatan telah memperbaiki kualitas manusia saat ini.

Obat-obatan memberikan konstribusi terhadap pemberantasan beberapa penyakit

serius yang sudah tersebar luas seperti penyakit lumpuh dan cacar. Manusia pun

(27)

18

kandungan mineral, tumbuhan dan bagian dari hewan guna mengobati rasa sakit,

penyakit dan memperbaiki kesehatan.27

Setiap makanan yang masuk ke dalam perut adalah sesuatu yang berguna

bagi kesehatan tubuh. Artinya makanan tidak saja dipakai sebagai sumber

kenyang, tetapi juga bermanfaat sebagai “obat”. Seiring dengan adanya gerakan

kembali ke alam atau back to nature, akhir-akhir ini dimulai dilakukan

penelitian-penelitian yang bertujuan untuk mengungkap senyawa-senyawa berkhasiat yang

terdapat dalam makanan. Makanan dipilih tidak hanya karena harga dan cita rasa,

tetapi juga karena kandungan gizi di dalamnya. Makanan yang dipilih karena

memiliki efek yang baik bagi kesehatan atau kebugaran tubuh dikenal dengan

nama makanan fungsional. Makanan fungsional ini bermanfaat bagi penyembuhan

dan pencegahan suatu penyakit, dengan cara meningkatkan daya tahan,

memulihkan dan mengembalikan kondisi fit, mencegah penyakit denegartif dan

memperlambat proses penuaan.

Umumnya makanan fungsional didapatkan pada tumbuh-tumbuhan,

seperti umbi-umbian, biji-bijian, sayuran, buah-buahan serta rempah-rempah.

Beberapa makanan fungsional yang didapat pada hewan, di antaranya adalah

cakar ayam, lemak ikan laut serta telur dan daging ayam kampung.

Makanan fungsional ini tidak berarti dapat menggantikan peranan obat

yang dipakai pada pengobatan medis konvensional. Makanan fungsional ini lebih

berperan sebagai “obat” pelengkap yang mendukung proses kesembuhan penyakit

tertentu pasien yang sedang dalam proses pengobatan. Jadi pengkonsumsian

27Iqra‟ al

(28)

19

makanan fungsional ini bukan karena untuk mendapatkan rasa kenyang atau

karena cita rasa yang memenuhi selera, tapi karena khasiat yang berefek positif

pada kesehatan dan kebugaran tubuh.28

Pengobatan herbal menjadi alternatif pengobatan yang tidak membutuhkan

biaya besar jika dibandingkan dengan obat-obat kimiawi. Keputusan memilih

pengobatan ini bisa dikatakan jalan keluar yang paling tepat. Dengan

menggunakan pengobatan herbal, memang tidak penting dalam kehidupan ini.

Setidaknya, pengobatan herbal mampu meringankan sakit yang diderita selama ini

jika dilakukan secara benar.29

1. Prinsip Pengobatan Penyakit Menggunakan Herbal

Dokter kemudian akan memberikan resep obat-obatan kimia, meskipun di

era sekarang, dapat ditemui juga beberapa tempat praktik dokter yang

menawarkan obat herbal yang diramu dari tumbuh-tumbuhan tertentu.

Obat-obatan herbal khasiatnya tidak kalah dengan obat-Obat-obatan kimia dalam

menyembuhkan penyakit. Bahkan, obat-obatan herbal memiliki efek samping,

berbeda dengan pemakaian obat-obatan kimia yang selalu memiliki efek

samping tertentu jika pemakaiannya tidak sesuai dosis yang dianjurkan atau

alasan lainnya.

Menyadari akan efek samping yang tidak diinginkan akibat penggunaan

obat-obatan kimia, maka inilah alasan obat-obatan herbal mulai naik daun.

28

Rimawati, Kesehatan Keluarga, (Jakarta: Tugu, 2012), 33-36.

29

(29)

20

Selain tidak memiliki efek samping, bahan-bahannya pun mudah ditemukan

dan dibudidayakan di lingkungan sekitar.

Penggunaan bahan-bahan herbal sebagai obat suatu penyakit,

sesungguhnya telah dilakukan sejak zaman dahulu. Banyak literatur yang

membutuhkan hal ini. Cina adalah salah satu bangsa yang amat piawai meracik

obat-obatan dari bahan tumbuh-tumbuhan dan hewan. Bahkan kepiawaiannya

masih bertahan sampai saat ini. Dulu, jamu dan obat herbal dimanfaatkan

sebagai metode perawatan kesehatan yang sifatnya preventif dan kuratif.

Sehingga, ada jamu yang dikonsumsi sehabis melahirkan, untuk menjaga

stamina, menambah nafsu makan dan masih banyak lagi manfaatnya.

Dengan berkembangnya pengetahuan tentang herbal, mulailah jamu dan

obat herbal Cina digunakan untuk mengatasi berbagai penyakit berat. Dalam

kehidupan sehari-hari, mudah ditemui orang yang menderita suatu penyakit,

mulai yang ringan hingga yang berat, menggunakan obat herbal untuk

penyembuhan, seperti pegal linu, hepatitis, hipertensi, asam urat, batu ginjal

dan lain-lain. Obat-obat herbal untuk pencegahan (preventif) maupun

pengobatan (kuratif), dapat ditemukan di pasaran bebas, dalam bentuk kemasan

(kapsul) atau yang lain.

Di Indonesia, kemasan obat herbal terdapat dalam bentuk suplemen

makanan, obat herbal standar, sampai fitofarmaka. Sedangkan di luar negeri,

obat herbal ada yang berbentuk suplemen makanan dan ada pula yang masih

(30)

21

Khasiat obat herbal yang bekerja sebagai antioksidan, antiradang,

analgesik dan lain-lain, mengarah pada pemberantasan suatu penyakit. Hal itu

tidak terlepas dari adanya kandungan bahan kimia tumbuhan obat (fitokimia)

yang berasal dari metabolisme skunder. Setiap tumbuhan menghasilkan

bermacam-macam senyawa kimia atau zat metabolit yang merupakan bagian

dari proses kehidupan normal tumbuhan itu sendiri.

Penggunaan herbal sebagai obat, ditinjau dari persyaratan medis, memiliki

sejumlah prasyarat yang harus dipenuhi hingga aman dikonsumsi. Aman dan

tidaknya suatu produk ditentukan oleh banyak hal, mulai dari simplisia,

dikumpulkan dari tanaman liar atau sudah dibudidayakan. Apabila tanaman

sudah dibudidayakan, yang selanjutnya perlu diketahui apakah tanaman

tersebut dibuat atau diperbanyak dari benih unggul dan perkembangbiakannya

melalui kultur jaringan atau cara lain. Perlu juga diketahui apakah tanaman

tersebut tidak terpapar polusi, tidak berasal dari perkarangan pabrik yang

limbahnya beracun, bagaimana cara pemanenan, pencucian, pengeringan,

sampai penyimpanan dan distribusinya. Tidak jarang, simplisia herbal yang

dikirim ke pabrik untuk diekstraksi, sudah mengalami kerusakan atau cacat,

seperti berbau apek, berjamur, mengandung serangga dan lain-lain sehingga

menjadi kurang higenis. Simplisia yang rusak bisa jadi karena proses

pengeringan, penyimpanan dan distribusi yang tidak memadai.30

30

(31)

22

2. Prinsip Pengobatan Penyakit dengan Herbal

Sebelum memutuskan penggunaan berbagai tanaman untuk mengobati

suatu penyakit, harus dipahami persyaratan-persyaratan tertentu agar

pengobatan yang dilakukan bisa berhasil. Adapun beberapa persyaratan yang

dimaksud adalah memahami penyakit yang akan diobati, memahami kondisi

pasien, memahami tanaman atau tumbuhan obat dan memahami penggunaan

tanaman obat untuk setiap kasus pasien atau penderita yang dihadapi.

Selain mengetahui hal tersebut, perlu dilakukan pendekatan kuratif

fungsional, rekonstruktif dan holistik. Pendekatan kuratif fungsional yaitu

mengobati penyakit dan gejalanya melalui perbaikan fungsi organ dan sistem

metabolisme tubuh.

Pendekatan rekonstruktif dilakukan dengan memberikan tanaman obat

untuk memperbaiki organ-organ yang rusak. Pemberian tanaman obat dalam

jangka panjang untuk memulihkan fungsi organ dan sebagai upaya

pencegahan. Sedangkan pendekatan holistik merupakan pengobatan pasien

dengan memperhatikan seluruh aspek kesehatan sehingga mengikutsertakan

dukungan pengobatan yang lain.

Jenis tanaman atau tumbuhan yang tepat digunakan untuk pengobatan

secara kuratif adalah bermacam-macam tumbuhan atau tanaman obat dengan

fungsi, antara lain antiinflamasi, antiracun, analgesik, antipiretik, hemostatik,

antibiotik, membersihkan darah, perangsang ginjal dan lain-lain.

Jenis tanaman atau tumbuh-tumbuhan yang memiliki daya rekonstruktif

(32)

23

revitalisasi organ, masuk meridian organ tertentu dan memperbaiki fungsi

organ, stimulan organ, stimulan sirkulasi, antikogulasi dan lain-lain.

Jenis tanaman atau tumbuh-tumbuhan yang mempunyai efek holistik

berfungsi atau dapat digunakan sebagai terapi jus, terapi air, fisio terapi,

akupuntur, akupresur, pengaturan aktivitas fisik, olahraga dan pengaturan gizi.

Berbagai contoh tanaman yang mempunyai karakteristik atau sifat-sifat seperti

ini akan dikemukakan selengkapnya.31

3. Langkah Pengobatan Penyakit dengan Herbal

Langkah-langkah pengobatan cara herbal didasarkan kepada

pendekatan-pendekatan secara umum sebagaimana yang telah dipaparkan. Mengenai

langkah-langkah pengobatan herbal, berikut uraian selengkapnya.

a) Diagnosis

Langkah yang dilakukan untuk menemukan jenis penyakit, terjadinya

komplikasi, serta kondisi perkembangannya. Kemudian, memahami terapi

dengan tanaman obat.

b) Terapi Utama

Melakukan langkah-langkah merancang program pengobatan

menyangkut kuratif fungsional dengan tekanan utama pengobatan

simptomatik. Selanjutnya dilakukan langkah konstruktif dengan tekanan

utama memperbaiki organ yang rusak.

31

(33)

24

c) Terapi Pendukung

Langkah terapi pendukung dilakukan untuk memaksimalkan

penyembuhan, yaitu menyangkut gizi, terapi juz, terapi air, pengaturan

aktivitas fisik, olahraga, istirahat dan lain sebagainya.32

Pengobatan obat sangat penting untuk diketahui. Menurut undang-undang

kesehatan, penggolongan obat bertujuan untuk meningkatkan keamanan dan

ketetapan penggunaan serta pengamanan distribusi. Dengan demikian, obat dapat

digolongkan berdasar beberapa kriteria, yaitu kegunaan, cara penggunaan, cara

kerja, undang-undang, sumber, bentuk sediaan (kapsul, larutan atau gas), serta

proses fisiologis biokimia dalam tubuh.

Penggolongan obat berdasarkan kegunaannya pada tubuh adalah:

1. Untuk menyembuhkan (terapeutik),

2. Untuk mencegah (profilaktik) dan

3. Untuk diagnosis (diagnostik).

Menurut cara penggunaannya, obat dibagi menjadi lima, yaitu:

1. Melalui mulut (oral),

2. Suntikan (parental),

3. Dihirup (inhalasi),

4. Selaput lendir (membran mukosa) dan

5. Topikal (permukaan kulit),

Penggolongan obat berdasarkan cara kerja dalam tubuh adalah sebagai

berikut:

32

(34)

25

1. Lokal, yaitu obat kerja pada jaringan setempat, contoh pemakaian topikal pada

kulit.

2. Sistemik, yaitu obat didistribusikan ke seluruh tubuh, seperti tablet analgetik.33

Penggunaan obat akan dapat merugikan jika penggunaannya secara tidak

tepat. Untuk menggunakan obat secara umum maka ketahui aturan pakainya,

dosis yang harus diminum dan frekuensi minum dalam sehari (24 jam), serta

jangka minum obat. Untuk pengobatan sendiri, dibatasi tidak lebih dari 2x24 jam.

Jika gejala tidak berkurang maka hendaknya segera ke dokter.

Maka, penggunaan obat secara rasional memerlukan beberapa kriteria, di

antaranya indikasi yang tepat, pemilihan obat yang tepat, dosis dan cara

pemakaian yang tepat dan penilaian terhadap kondisi pasien yang tepat.34

Ada berbagai cara dalam pemberian obat-obatan. Pemilihan penggunaan

obat itu tergantung pada tujuan pengobatan, sifat obat yang digunakan dan

situasi-kondisi penderita. Oleh karena itu perlu memperhatikan beberapa hal sebagai

berikut:

1. Tujuan terapi atau pemberian obat, lokal atau sistemik.

2. Kerja obat, cepat atau lambat.

3. Keamanan relatif.

4. Pemberian obat yang tepat dan menyenangkan bagi penderita.

5. Kemampuan penderita menelan obat melalui mulut.

Jika tujuan pemberian pengobatan adalah untuk memperoleh efek sistemik

maka efek tersebut dapat diperoleh dengan cara oral melalui saluran gas

33Iqra‟ al

-Firdaus, Menjadi Dokter….., 76-77.

34

(35)

26

trointestinal atau rectal; parental secara interavena (iv); intramuskular (im);

subkutan (sc) atau inhalasi; dan dihantarkan melalui aerosol langsung ke dalam

paru-paru. Efek lokal dapat diperoleh dengan cara sebagai berikut:

1. Intraocular melalui mata, intranasal melalui hidung dan intrautal melalui

telinga, misalnya, tetes mata, tetes hidung dan tetes telinga.

2. Intrarespiratoral berupa gas yang masuk ke paru-paru, mislanya, inhalasi dan

aerosol.

3. Rektal melalui anus (supositoria), uretral melalui saluran kemih (bacilla) dan

vaginal melalui vagina.35

B.Pengobatan dalam Pandangan Islam

Islam adalah agama yang lengkap. Islam tidak hanya menjelaskan tentang

cara bertauhid dan bersosial belaka, tetapi lebih dari itu, juga memperhatikan

aspek-aspek kesehatan dan pengobatan. Pada dasarnya al-Qur‟an yang merupakan

sumber segala hukum dan pengetahuan dalam Islam, sebenarnya adalah obat

segala macam penyakit.36

Islam telah menetapkan etika dalam dunia kedokteran. Di antaranya:

dokter harus menguasai penyebab penyakit dan jenis-jenisnya, memperhatikan

kondisi pasien, tidak hanya menghilangkan penyakit si pasien, mencegah penyakit

si pasien, juga mencegah penyakit lain yang muncul karena pengobatan,

35

Ibid., 90-91.

36

(36)

27

mengobati dengan cara yang lebih ringan terlebih dahulu, memperhatikan tingkat

kekuatan obat dan sebagainya.

Menurut pandangan shariat Islam, seorang dokter harus memiliki

sifat-sifat tertentu agar ia benar-benar layak untuk menunaikan tugas medisnya secara maksimal. Meskipun misi tugas medis fard}u kifayah, para ulama memasukkannya

ke dalam kategori profesi yang sangat mulia karena berkaitan erat dengan

melindungi jiwa (nyawa) dan peran manusia dalam menjalankan misi khilafah di

muka bumi ini, karena jika orang sakit, ia tidak bisa menjalankan perannya dalam

kehidupan di muka bumi. Dalam hal ini, para ulama memberikan dua syarat yang

benar-benar harus diperhatikan. Profesi ini harus dilakukan dengan penuh

kesungguhan dan keikhlasan. Menjaga akhlak Islam dalam semua tindakan dan

perbuatan yang dilakukan.37

Rasulullah Saw adalah orang pertama dalam sejarah yang menyeru

melakukan penelitian ilmiah. Ini dapat dilihat dari banyaknya hadith Rasulullah

yang meletakkan dasar-dasar penting bagi ilmu kedokteran modern. Rasulullah

Saw bersabda:

ًءاَفِش ُهَل َلَزْ نَأ ََِإ ًءاَد ُهَللا َلَزْ نَأ اَم

Tidaklah Allah menurunkan penyakit, melainkan Dia pula yang menurunkan obatnya. (HR. al-Bukhari)38

Hadith ini menegaskan adanya obat bagi setiap macam penyakit. Ini

berarti bahwa manusia apabila ingin mencari pengobatan, pasti akan menemukan.

37

Yusuf al-Hajj Ahmad, Mausu>„ah al-I’ja>z al-„Ilmi>yy fi al-Qur‟an al-Kari>m wa

as-Sunnah al-Mutahharah, Ensklopedi Kemukijzatan Ilmiah dalam Al-Qur‟an dan Sunnah,

ter. Masturi Irham, Mujibburrohman, (Jakarta: PT Kharisma Ilmu, 2009), 45.

38S}ohih}

(37)

28

Dalam hadith lain, Rasulullah menegaskan perlunya ilmu kedokteran,

mempelajari, serta mencari obat.

Hadith ini mengajak untuk melakukan penelitian medis, sebagaimana yang

terdapat dalam sabdanya. Selain itu, Rasulullah Saw menegaskan bahwa obat

tersebut ada, namun dibutuhkan orang yang mencarinya dan bersungguh-sungguh

dalam melakukan penelitian serta menemukannya.39

Dengan demikian, umat Islam telah benar-benar mencapai puncak

kejayaannya dalam bidang kedokteran, yang kemudian disebarkan ke seluruh

penjuru dunia. Dari berbagai ilmuan muslim yang pernah dilahirkan tersebut,

pastilah terdapat berbagai yang sampai saat ini masih bertahan dan dapat

dilestarikan sebagai alternatif pengobatan yang sangat penting.40

Dewasa ini perkembangan ilmu pengobatan atau kedokteran sangat

menakjubkan. Berbagai teknologi kedokteran telah ditemukan, seiring dengan itu

bermunculan pula berbagai penyakit baru yang sebelumnya belum dikenal oleh

masyarakat. Meskipun kemajuan teknologi cukup pesat, namun hingga sekarang,

penyakit-penyakit yang bermunculan terkadang lebih dominan, sehingga

memupus harapan untuk mengobati, mencegah dan membahas penyebarannya. Ini

semua adalah merupakan ketentuan dan ketetapan dari Allah. Penyakit dan

seluruh hal-hal yang tidak diinginkan, bahkan sesuatu yang disenangi pun

merupakan suatu sunnatullah yang menyimpan hikmah di belakangnya. Bagi

seorang mukmin, semuanya itu adalah ujian.

39

Abdel Daem al-Kaheel, Rahasia Medis dalam Al-Qur‟an dan Hadis Operasi tanpa

Luka, ter. Muhammad Misbah, (Jakarta: Amzah, 2012), 3-5.

40

(38)

29

Salah satu bentuk cobaan itu adalah penyakit. Secara garis besar penyakit

terbagi penyakit jasmani, penyakit jiwa dan penyakit rohani. Semua bentuk

penyakit tersebut menghendaki adanya kesabaran, harapan dan sandaran kepada

Allah melalui do‟a dan dhikir untuk menghilangkannya. Islam telah memberikan

berbagai dorongan dan cara untuk menyembuhkan penyakit tersebut. Untuk

penyakit jasmani, dapat diobati dengan menggunakan ilmu pengobatan dan

kedokteran yang sesuai diagnosa penyakitnya.

Di samping itu, Islam juga memberikan perhatian cukup besar terhadap

penyembuhan penyakit kejiwaan. Untuk itu, Islam mengajarkan bagaimana

umatnya hidup secara baik, bekerjasama antar sesama dengan baik, serta

hubungan individu dengan anggota keluarga baik, serta hubungan dengan

masyarakat sekitarnya. Demikianlah, Islam mengatur kehidupan manusia dalam

segala aspeknya, baik secara sosial, ekonomi, politik dan lain sebagainya dalam

suatu bingkai ketentraman, damai dan sejahtera. Dengan suasana demikian,

tekanan jiwa yang dapat mengakibatkan stres dan shok dapat diminimalisir.

Namun, untuk penyakit-penyakit rohani seperti kesurupan, terkena sihir,

dan korban kebencian orang dengki tidak mungkin dapat diobati dengan

pendekatan medis atau psikis, karena termasuk wilayah alam ghaib. Untuk itu,

Islam sebagai agama sempurna memberikan sejumlah petunjuk bagaimana

(39)

30

sering diistilahkan dengan rukiah yang selanjutnya akan diuraikan secara lebih

rinci.41

Pada dasarnya, semua penyakit dapat disembuhkan dengan rukiah.

Namun, untuk penyakit-penyakit jasmani dianjurkan untuk mencari obatnya yang

cocok dan material-material yang ada dan sambil berdo‟a memohon kesembuhan

kepada Allah. Dalam tradisi umat Islam, khususnya di Indonesia, rukiah selalu

digunakan untuk penyakit-penyakit yang ditimbulkan oleh setan, baik melalui

cara-cara menciptakan perasaan waswas maupun dengan merasuk ke dalam

tubuh.42

1. Karakteristik Pengobatan Dalam Islam

Sesuai dengan spirit ajaran Islam yang tertuang dalam al-Qur‟an dan

Sunnah, karakteristik pengobatan dalam Islam dapat diuraikan sebagai berikut.

a) Ketundukan terhadap ajaran dan moralitas Islam.

b) Keharusan bersikap logis dan rasional dalam menjalaninya.

c) Keharusan memahami secara komperehensif dengan memberikan perhatian

yang seimbang terhadap fisik, akal dan jiwa.

d) Keharusan bersifat global (mendunia) dalam praktik penanganannya dengan

mempertimbangkan berbagai sumber dan mengorientasikan pula

kemanfaatannya untuk lapisan masyarakat.

41

Syarif Hade Masyah, Al-„ijaz ilmi> fi Al-Qur‟an wa al-Sunnah, Ensklopedia Mukjizat

Al-Qur‟an dan Hadis, Kemukjizatan Pengobatan dan Makanan, ter. Hisham Thalbah, (Jakarta: PT: Sapto Santosa, 2013), 213-214.

42

(40)

31

e) Keharusan bersifat ilmiah dalam metodologinya dengan mendasarkan

konklusi-konklusi logisnya pada hasil-hasil obervasi yang valid, statistika

yang akurat dan eksperimen yang objektif (dapat dipertanggungjawabkan).

f) Keharusan bersifat unik dan istimewa, dengan memberikan solusi terhadap

masalah yang tidak dapat diselesaikan oleh metode pengobatan yang lain.43

Ditegaskan lagi bahwasanya dalam pembahasan etika dokter, hendaknya

bertawakkal kepada Allah Swt dan berharap kesembuhan dari-Nya, yang tidak

serta merta mengandalkan kekuatan dan kemampuannya. Dan harus bersandar

sepenuhnya kepada Allah Swt dalam semua urusannya. Jika melakukan semua ini

tidak sesuai dengan semua itu dan hanya mengandalkan dirinya serta kekuatannya

dalam mengobati, Allah Swt tidak akan memberikan kesembuhan.44

Rasulullah Saw, juga menyebutkan bahwa Allah Swt adalah Dhat yang

menurunkan penyakit sekaligus menurunkan obatnya. Dengan kata lain, dalam

Islam, penyakit dimaknai sebagai sebuah “pemberian”. Penyakit dapat diartikan

seperti sebuah masalah. Tidak ada masalah yang tidak bisa diselesaikan, asalkan

prosedur dan aturan yang benar. Begitu pun dengan penyakit, tidak ada penyakit

yang tidak memiliki obat. Allah Swt menurunkan keduanya secara bersamaan.

Prinsip pertama: Dalam Islam yang seharusnya dimengerti dan dipahami

oleh umat Islam adalah bahwa setiap penyakit memiliki obat. Prinsip ini juga

sesuai dengan prinsip alam semesta, yakni prinsip “pasangan”; jika ada siang

maka ada malam, jika ada penyakit pasti juga ada obatnya. Hal ini sudah menjadi

43

Ahsin W. Al-hafidz, Fikih Kesehatan, (Jakarta: Amzah, 2007), 9-10.

44

Yusuf al-Hajj Ahmad, Mausu>„ah al-I‟ja>z al-„Ilmi>yy fi al-Qur‟an al-Kari>m wa

as-Sunnah al-Mutahharah, Ensklopedi Kemukijzatan Ilmiah dalam Al-Qur‟an dan

(41)

32

sunnatullah. Prinsip kedua: Dalam Islam yaitu Al-Qur‟an selain sebagai petunjuk,

al-Qur‟an juga dapat sebagai obat penyembuh bagi ruhani dan jasmani. Islam

memang selalu komperehensif terhadap setiap fenomena yang ada, termasuk dua

unsur dikotomis dalam diri manusia, jasmani dan ruhani. Prinsip ketiga: Dalam

Islam yaitu pengobatan Islam yang tidak mungkin menggunakan obat-obatan dari

benda-benda yang dilarang konsumsi, seperti darah, bangkai dan sejenisnya, atau

menggunakan obat-obatan yang dengan cara yang dilarang, seperti menggunakan

obat dari bahan curian dan lain sebagainya yang akan mengakibatkan tambah

parah pada penyakit.

Itulah beberapa prinsip pengobatan dalam Islam yang mesti diperhatikan

ketika seseorang hendak menyembuhkan suatu penyakit. Para dokter muslim

terdahulu sudah mengerti prinsip-prinsip tersebut, sehingga obat-obat atau terapi

kesehatan yang diwariskannya sudah terjamin kehalalannya.45

Jika ingin terselamatkan, hendaknyalah memiliki model terapi yang

menyelamatkan yaitu terapi iman, yang bermula dengan rukun Islam, rukun Iman

yang merupakan pilar-pilar utama dalam agama Islam.

Pelaksanaan dari kedua pilar itu akan tercermin pada dua aspek: 1) Aspek

Biologis, yaitu kepatuhan untuk makan dan minum yang halal dan kebiasaan

melakukan puasa sunnah, dan 2) Aspek Psikologis, yaitu kemauan pasien untuk

menghadapi sakitnya dengan melakukan amalan-amalan dhikir, sabar, syukur dan

tawakkal.

45

(42)

33

Amalan-amalan tersebut kemudian membentuk hati yang baik, yang

membebaskan hati pasien dari perasaan takut mati dan meningkatkan

ketenangannya selama menjalani masa sakit. Selanjutnya, perasaan ini akan

memberikan dampak positif lainnya berupa menurunnya stresor psikososial, dan

meningkatnya kekebalan tubuh pasien.

Penguatan kekebalan tubuh (secara psikologis), yang didukung pula oleh

asupan makanan yang halal dan kebiasaan berpuasa (secara biologis), akan

mendayagunakan tubuh untuk melindungi serangan-serangan penyakit secara

internal. Tubuh pasien menjadi sehat kembali, dan sembuh dari penyakitnya,

seterusnya, tubuh sehat yang dilandasi oleh hati yang baik (Qalbun Sali>m),

mampu melahirkan jiwa (roh) yang tenang (Nafsul Mut}ma’innah).

Kembali pada pandangan agama, manusia hidup karena ada jiwa (roh)

yang menyatu dengan tubuhnya. Roh akan meninggalkan tubuh ketika kematian

tiba yang sudah ditentukan waktunya oleh Allah Swt., sejak manusia berusia

empat bulan dalam rahim ibunya.

Secara hakikat keimanan, keimanan tidak berhubungan dengan aspek

medis. Meskipun, bila kematian telah terjadi, peristiwanya bila dijelaskan secara

medis. Roh dan kematian adalah faktor yang tidak bisa dikendalikan secara medis

oleh manusia.

Dengan demikian, tubuh yang sehat hanya berpotensi melahirkan kondisi

kesehatan jasmani dan rohani yang baik. Dikatakan berpotensi, karena seorang

pasien yang telah mencapai tahap ini, mungkin saja mati, jika rohnya telah

(43)

34

dikendalikan sepenuhnya secara medis. Dengan kata lain, pasien yang telah

mencapai kondisi kesehatan jasmani dan rohani baik, tidak berarti akan hidup

untuk selama-lamanya di dunia. Sesuai janji-Nya, Dia akan memasukkan roh yang

tenang yakni roh orang beriman ke dalam surga-Nya.46

Praktik-praktik ritual keagamaan seperti so}lat dan puasa, juga

tradisi-tradisi keagamaan, pengarahan emosi/spiritual, dan unsur-unsur tertentu yang

disebut memiliki efek kuratif, seperti al-Qur‟an, madu, habbahtus sauda‟ dan

sebagainya, memiliki satu simpul kesamaan bahwa efek-efek kuratif yang

ditimbulkannya lebih bereaksi dengan faktor-faktor laten (internal) penyebab

penyakit seperti kekurangan atau gangguan immunitas, daripada dengan

faktor-faktor eksternal penyakit. Karenanya ciri-ciri utama kuratif yang terkandung

dalam sejumlah terapi yang dishariatkan ajaran Islam adalah sebagai berikut.

Ciri pertama, efek kuratif terapi-terapi Islam adalah bersifat esensial

dalam penyembuhan penyakit, dan tidak sekadar berfungsi analgesic (pereda

penyakit). Ciri kedua, efek kuratif ini bersifat restoratif tanpa memandang

kecenderungan sel. Artinya, jika jumlah sel-sel tertentu kurang dari batas normal,

maka terapi ini akan bekerja meningkatkan jumlah sel tersebut. Sebaliknya, jika

jumlah sel itu melebihi batas normal, maka terapi ini akan bekerja mengurangi

jumla sel tersebut. Ciri ketiga, perubahan kuratif yang ditimbulkan terapi ini, baik

ke atas maupun ke bawah, hanya akan mencapai batas normal, atau paling tidak

mendekati batas normal dan tidak akan melebihi batas tersebut. Ini merupakan

keistimewaan yang dimiliki oleh obat-obat herbal dan metode-metode pengobatan

46

(44)

35

alami lainnya. Berbeda halnya dengan beragam obat-obat kimiawi yang selalu

menciptakan pengaruh satu arah dan sering melebihi batas normal jika dikonsumsi

secara berlebihan.47

C.Pengobatan dalam Pandangan Ulama’

Shifa>‟ itu sendiri, oleh Zarkashi digolongkan sebagai nama lain dari

al-Qur‟an yang diuraikan melalui penjelasan bahwa al-Qur‟an dapat berfungsi

sebagai shifa>‟ bagi orang-orang yang beriman dari penyakit kekafiran dan bagi

orang-orang yang mengetahui dan mengamalkannya dapat berfungsi sebagai shifa>‟ dari penyakit kebodohan. Lebih lanjut al-Qurthubi dalam karyanya al-Ja>mi’

li Ahka>m al-Qur‟an dan al-Zamakshari dalam karyanya al-Kashsyaf justru

memasukkan shifa>‟ sebagai nama lain dari surat al-Fa>tihah dengan menunjuk

kepada hadith Nabi Saw “Abu Hurairah r.a, berkata: Nabi Saw bersabda:

Terkena mata yang menyebabkan penyakit itu benar. (Bukhori Muslim).48 Antara lain mengandung makna bahwa surat al-Fa>tihah dapat menyembuhkan segala

penyakit. Dalam pada itu, al-Qurthubi bahkan menyatakan bahwa inti al-Qur‟an adalah surat al-Fa>tihah dan inti surat al-Fa>tihah adalah basmalah. Karena itu, ia

mengatakan: jika engkau sakit, obatilah dengan surat al-Fa>tihah, maka penyakit

itu dapat disembuhkan dengannya. Di samping itu al-Qur‟an juga

menginformasikan bahwa shifa>‟ erat kaitannya dengan minuman sejenis madu,

yang berfungsi sebagai obat bagi sekelompok orang yang mau berfikir dan

beberapa penyaktinya.

47

Ahsin W. Al-Hafidz, Fikih Kesehatan….., 27-28.

48

(45)

36

Keragaman pendapat di atas dapat dipahami bahwa eksistansi shifa>boleh

jadi terkait langsung dengan al-Qur‟an maupun terkait dengan minuman sejenis

madu. Hal ini sejalan dengan penggunaan term shifa>‟ dalam bentuk nakirah

(umum) yang oleh banyak kalangan dinilai sebagian keluasan kandungan makna shifa>‟ itu sendiri, namun dalam hal-hal tertentu ia menunjuk pada makna sebagian.

Oleh karna itu, sangat wajar apabila dijumpai berbagai perbedaan pendapat mengenai cakupan makna, karakteristik sasaran dan fungsi shifa>‟, baik yang

berbentuk al-Qur‟an, ayat-ayat-Nya maupun madu dan sejenisnya bagi kehidupan

umat manusia.49

Ibnu kathir juga berkata bahwa yang memberikan karunia oleh Allah

diturunkan kepada Rasul-Nya yang mulia. “Hai manusia! Sesungguhnya telah

datang kepadamu pelajaran dari Rabbmu,” maksudnya, pencegah kekejian.

“Dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada)”.

Maksudnya dari kesamaran-kesamaran dan keraguan-keraguan, yaitu

menghilangkan kekejian dan kekotoran yang ada di dalam dadanya dan dapat

terobati jika dengan membaca ayat-ayat-Nya. “dan petunjuk serta rahmat”.

Maksudnya, hidayah dan rahmat bagi Allah ta‟ala dapat dihasilkan dengan adanya

al-Qur‟an itu. Dan sesungguhnya hidayah dan rahmat itu hanyalah untuk orang

-orang yang beriman kepadanya, membenarkan dan meyakini apa yang ada di

dalamnya.50

49

Fakh al-di>n al-Ra>zi>, Tafsir Mafa>tih} al-Ghaib, Konsep Shifa>‟ dalam Al-Qur‟an….., 6.

50

(46)

37

Shifa>‟ dalam al-Qur‟an menurut Hamka dalam tafsir al-Azhar adalah

segala sesuatu yang diupayakan oleh seseorang dalam penyembuhan dari

penyakitnya, sehingga ia menjadi normal, benar keimanan, pemikiran dan

akidahnya dalam memperoleh kebahagiaan di hadapan Allah. Shifa>‟ dalam

al-Qur‟an pada hakekatnya adalah penyembuhan dari penyakit, penyembuhan ini

telah menjadi sebuah usaha manusia dalam membersihkan dirinya dari berbagai

gangguan dan kesulitan lahiriah maupun batiniah.51

Muhammad ali al-S}obuni menyatakan bahwa ayat-ayat al-Qur‟an juga

sesuatu yang menyembuhkan penyakit kebodohan dan hasud dan sesuatu yang

menjadi rahmat bagi orang-orang mukmin, yaitu ayat yang mengandung hikmah

dan kebaikan yang jelas.52

Term shifa>‟ yang artinya obat atau penawar yang telah disebut dalam

beberapa ayat-ayat al-Qur‟an. Yang dimaksud adalah al-Qur‟an yang dapat

dijadikan obat terhadap penyakit-penyakit dalam dada. Ayat-ayat shifa>‟ ini

menjelaskan bahwa al-Qur‟an dapat memperbaiki jiwa manusia dalam empat

fungsi, yaitu: 1) sebagai nasihat baik yang dapat mendorong untuk melakukan

perbuatan baik dan menjauhi perbuatan yang buruk; 2) sebagai obat bagi jiwa dan

penyakit syirik, munafik, serta penyakit-penyakit jiwa lainnya; 3) sebagai

petunjuk ke jalan yang benar; 4) sebagai rahmat bagi orang-orang yang beriman.53

51Afriyani, “

Shifa>‟ dalam al-Qur‟an (Studi tentang Makna Shifa>‟ dalam al-Qur‟an menurut Hamka dalam Tafsir al-Azhar)”, Skripsi Strata 1, (Cirebon, IAIN Syekh Nurjati, 2014).

52Muhammad Ali al-S}obuni, S}ofwatut Tafa>sir Tafsir Pilihan-pilihan, jilid 3, ter. Yasin, (Jakarta: Pustaka Al-Kauthar, 2011), 237.

53

(47)

38

Al-Qur‟an dan pengaruhnya terhadap penyembuhannya, di antara studi

dan penelitian ilmiah yang dilakukan seputar tema ini adalah apa yang dilakukan

oleh Dr. Ahmad al-Qadi, datang dari riset kedokteran Islam yang mengadakan

penelitian seputar pengaruh al-Qur‟an terhadap manusia secara fisiologis dan

psikologis melalui dua tahap:

1. Tahap pertama, penelitian ini bertujuan untuk membuktikan apakah al-Qur‟an

memiliki pengaruh terhadap fungsi organ tubuh dan mengukur pengaruh

bacaan tersebut jika memang ada. Hasilnya, 97% dari responden yang menjadi

objek percobaan, baik muslim maupun nonmuslim, baik mereka memahami

bahasa Arab maupun tidak, mengalami perubahan-perubahan fisiologis yang

menunjukkan penurunan tingkat ketegangan saraf secara spontan. Hal ini

menunjukkan bahwa al-Qur‟an memiliki pengaruh untuk menenangkan kondisi

yang tegang. Hal ini dicatat dengan alat pengontrol tercanggih yang dilengkapi

dengan komputer untuk mengukur perubahan-perubahan fisiologis tubuh.

2. Tahap kedua, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah pengaruh

ketegangan yang disamakan dengan munculnya perubahan-perubahan

fisiologis, memang dikarenakan kalimat-kalimat al-Qur‟an itu sendiri, tanpa

memerhatikan apakah kalimat-kalimat dipahami oleh pendengar ataupun tidak,

atau karena ada faktor lain. Selanjutnya, dilakukanlah uji coba mendengarkan

bacaan ayat-ayat al-Qur‟an dan bacaan-bacaan berbahasa Arab non al-Qur‟an

yang kata-kata dan bentuknya mirip dengan ayat-ayat al-Qur‟an pada

responden nonmuslim dan responden non Arab. Para responden tidak mampu

(48)

39

ayat al-Qur‟an atau bahasa Arab selain ayat-ayat al-Qur‟an. Ternyata hasil,

persentase pengaruh penenang yang ditimbulkan oleh ayat-ayat al-Qur‟an

terhadap para responden mencapai 56%, sedangkan persentase pengaruh yang

ditimbulkan oleh bacaan-bacaan bahasa Arab selain al-Qur‟an tersebut hanya

53%.54

54

Yusuf al-Hajj Ahmad, Mausu>„ah al-I’ja>z al-„Ilmi>yy fi al-Qur‟an al-Kari>m wa

as-Sunnah al-Mutahharah, Ensklopedi Kemukijzatan Ilmiah dalam al-Qur‟an dan

(49)

40

BAB III

KAJIAN TENTANG TAFSIR AL-MISBAH

A.Biografi Kehidupan M. Quraish Shihab

M. Quraish Shihab lahir di Reppang, Sulawesi Selatan, pada 16 februari

1944. Ia berasal dari keturunan Arab terpelajar.55

Ayahnya, almarhum Abdurrahman Shihab (1905-1986), adalah guru besar

dalam bidang tafsir. Di samping berwiraswasta, sejak muda beliau juga

berdakwah dan mengajar. Selalu disisakan waktunya, pagi dan petang, untuk

membaca al-Qur‟an dan kitab-kitab tafsir.

Seringkali beliau mengajak anak-anaknya duduk bersama. Pada saat-saat

seperti inilah, beliau menyampaikan petuah-petuah keagamaannya. Banyak dari

petuah itu yang kemudian diketahui sebagai ayat al-Qur‟an atau petuah Nabi,

Sahabat, atau pakar-pakar al-Qur‟an yang hingga detik ini masih terngiang di

telinga saya.56

Di antara nasihat-nasihat itu, seperti itu di tulis dalam kata pengantar

bukunya Membumikan al-Qur‟an, sebagai berikut.

a) “Aku akan palingkan (tidak memberikan) ayat-ayat-Ku kepada mereka yang bersikap angkuh di permukaan bumi…..”(QS. al-A’ra>f: 146).

b) Al-Qur‟an adalah jamuan Tuhan, bunyi sebuah hadis.

55

Referensi

Dokumen terkait

Hasil pengujian hipotesis (H 4 ) ditemukan bahwa variabel kualitas pelayanan dalam penelitian ini memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kepuasan konsumen Mc

Napomena 1.4.2. Primijetimo da se graf na slici 1.3 sastoji od ulaznog sloja te potpuno povezanih slojeva, odnosno, na njemu nisu prikazani aktivacijski slojevi. Aktivacijski

Dari hasil rekapitulasi jawaban responden terhadap jawaban pernyataan yang telah diolah dengan menggunakan aplikasi IBM SPSS Statistic 23 for windows 8, maka

Terhadap variabel hasil padi gogo terlihat bahwa perlakuan N2 yaitu dosis pupuk N 90 kg/ha mampu meningkatkan jumlah malai, jumlah gabah, bobot gabah, bobot

Pembangunan yang salah satunya dibidang olah raga merupakan suatu proses yang terus menerus dan berkelanjutan yang menghasilkan suatu yang bermanfaat atau

Nilai probabilitas yang didapat lebih kecil dari (α) 5% sebesar 0,164 dari hasil ini dapat dijelaskan bahwa sanksi perpajakan secara statistik tidak mempunyai pengaruh

Indeks Prestasi adalah nilai kredit rata-rata yang merupakan satuan akhir yang menggambarkan nilai proses belajar setiap semester atau dapat juga diartikan sebagai besaran atau

Kuartal II / Second Quarter Period of financial statements submissions Tanggal awal periode berjalan January 01, 2020 Current period start date Tanggal akhir periode berjalan June