• Tidak ada hasil yang ditemukan

3.2. Defenisi Operasional 3.2.1. Penyumbatan Cerumen (Impacted Cerumen) - Hubungan Penyumbatan Cerumen Dengan Kemampuan Mendengar Pada Siswa-Siswi Di Beberapa Sekolah Dasar Yang Berada Di Kecamatan Medan Maimun dan Kecamatan Medan Labuhan Tahun 2012

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "3.2. Defenisi Operasional 3.2.1. Penyumbatan Cerumen (Impacted Cerumen) - Hubungan Penyumbatan Cerumen Dengan Kemampuan Mendengar Pada Siswa-Siswi Di Beberapa Sekolah Dasar Yang Berada Di Kecamatan Medan Maimun dan Kecamatan Medan Labuhan Tahun 2012"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

3.1. Kerangka Konsep

Variabel Independen Variabel Dependen

Gambar 3.1. Kerangka Konsep penelitian

3.2. Defenisi Operasional

3.2.1. Penyumbatan Cerumen (Impacted Cerumen)

Penyumbatan cerumen (impacted cerumen) adalah keadaan dimana cerumen yang mengumpul membentuk massa yang padat yang melekat pada dinding kanal auditorius eksternal.

a. Cara pengukuran adalah menggunakan metode observasi. b. Alat ukur yang digunakan adalah otoskop.

c. Skala pengukuran menggunakan variabel kategorik. Hasil Pengukuran :

- Menutupi membran timpani: impacted cerumen.

- Tidak menutupi membran timpani: bukan impacted cerumen

3.2.2. Kemampuan Mendengar

(2)

Kemampuan mendengar adalah suatu proses menangkap, memahami dan mengingat dengan sebaik-baiknya apa yang didengarnya atau sesuatu yang dikatakan oleh orang lain kepadanya.

a. Cara pengukuran menggunakan metode observasi.

b. Alat pengukuran yang digunakan adalah audiometri Triveni tipe TAM-25. c. Skala pengukuran menggunakan variabel kategori.

Hasil Pengukuran :

Hearing loss (dB)

Normal 0 s/d 25

Mild 26 s/d 40

Moderate 41 s/d 55

Moderate-Severe 56 s/d 70

Severe 71 s/d 90

Profound > 90

3.3. Hipotesis

Dengan mempertimbangkan landasan teori yang telah dikemukakan sebelumnya, maka hipotesis dalam penelitian ini adalah:

− Terdapat hubungan antara penyumbatan cerumen dengan kemampuan mendengar.

(3)

METODE PENELITIAN

4.1. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian analitik dengan desain cross-sectional.

4.2. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Sekolah Dasar Yayasan Washliyani, Jalan Pancing 1, Kecamatan Medan Labuhan; Sekolah Dasar Negeri 064005, Jalan Rawe VII, Kecamatan Medan Labuhan; Sekolah Dasar Yayasan St. Yoseph I, Jalan Pemuda No. 1A, Kecamatan Medan Maimun; Sekolah Dasar Negeri 060902, Jalan Mangkubumi No. 6, Kecamatan Medan Maimun. Adapun pertimbangan pemilihan lokasi tersebut karena dianggap mewakili sekolah dasar yang berada di kota Medan dan dipinggir kota Medan.

Pengumpulan data penelitian dilakukan selama bulan Oktober setiap hari sekolah mulai pukul 08.00-13.00 WIB, atau dengan kesepakatan oleh pihak sekolah.

4.3. Populasi dan Sampel

4.3.1. Populasi

Populasi adalah siswa kelas 4, 5 dan 6 Sekolah Dasar Yayasan Washliyani, Sekolah Dasar Negeri 064005, Sekolah Dasar Yayasan St. Yoseph I dan Sekolah Dasar Negeri 060902.

(4)

Sampel penelitian adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti. Teknik pemilihan sampel adalah teknik probability sampling dengan cara cluster sampling. Pada cluster sampling, semua subyek dipilih berdasarkan gugus / kelas

dimana diasumsikan didalam setiap kelas/gugus sudah terdapat semua sifat/variasi yang akan diteliti, selanjutnya kelas yang akan diacak dan unit sampel yang akan diambil dari kelas yang sudah ditarik (Wahyuni, 2008).

Adapun jumlah sampel yang diperlukan dihitung dengan cara estimasi proporsi berdasarkan rumus di bawah ini (Wahyuni, 2008):

Dimana:

− N = jumlah sampel minimum

− Z1-α/2 = nilai distribusi normal baku menurut tabel Z pada α

tertentu

− P = harga proporsi di populasi

− d = kesalahan (absolut) yang dapat ditolerir

Pada penelitian ini, ditetapkan nilai α sebesar 0,05 (tingkat kepercayaan 95%) sehingga untuk uji hipotesis dua arah diperoleh nilai Z1-α/2 sebesar 1,96.

Nilai P yang digunakan ialah 0,5 dengan kesalahan (absolut) yang dapat ditolerir 0,1. Berdasarkan rumus di atas, besarnya sampel yang diperlukan dalam penelitian ini adalah:

(5)

4.4. Kriteria Inklusi dan Kriteria Eksklusi

Adapun kriteria inklusi dan eksklusi dalam peneltian ini adalah: Kriteria Inklusi

• Siswa kelas 4,5 dan 6 yang bersekolah di SD Washliyani, SDN 064005, SD St. Yoseph I dan SD 060902.

• Anak usia 9 – 12 tahun.

Kriteria Eksklusi

• Siswa yang menolak atau tidak bersedia untuk menjadi sampel penelitian.

4.5. Metode Pengumpulan Data

Jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data primer, yaitu data yang didapat langsung dari masing-masing sampel penelitian, meliputi ada atau tidaknya impacted cerumen dan kemampuan mendengar. Pengumpulan dilakukan dengan pemeriksaan liang telinga menggunakan otoskop dan pemeriksaan audiometri nada murni yang dilakukan secara langsung oleh peneliti terhadap sampel penelitian.

4.6. Metode Pengolahan dan Analisis Data

Data yang telah terkumpul dari hasil wawancara akan ditabulasi untuk kemudian diolah lebih lanjut dengan menggunakan program Statistic Package for Social Science (SPSS).

(6)

Pada awal nya, uji hipotesis pada penelitian ini direncanakan menggunakan metode Chi Square karena variabel bebas dan terikat merupakan data kategorik, tetapi setelah dilakukan uji Chi Square oleh peneliti, ditemukan bahwa 2 cells dengan nilai expected count dibawah 5 (33.3%), padahal syarat menggunakan Chi Square adalah nilai expected count tidak boleh lebih dari 20%. Uji hipotesis juga

tidak dapat menggunakan Fisher’s Exact test karena tes tersebut hanya dapat digunakan untuk tabel berukuran 2 x 2. Oleh karena itu, uji hipotesis kemudian dilakukan peneliti menggunakan metode Kolmogorov Smirnov karena data tersebut merupakan data kategorik tidak berpasangan 2 x k (Dahlan,2009).

(7)

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1. Hasil Penelitian

5.1.1. Deskripsi lokasi penelitian

Penelitian ini dilakukan di empat sekolah dasar yaitu Sekolah Dasar Yayasan Washliyani, Jalan Pancing 1, Kecamatan Medan Labuhan; Sekolah Dasar Negeri 064005, Jalan Rawe VII, Kecamatan Medan Labuhan; Sekolah Dasar Yayasan St. Yoseph I, Jalan Pemuda No. 1A, Kecamatan Medan Maimun; Sekolah Dasar Negeri 060902, Jalan Mangkubumi No. 6, Kecamatan Medan Maimun.

5.1.2. Deskripsi Karakteristik Subjek penelitian

Responden yang ikut serta dalam penelitian ini berjumlah 137 orang yang telah memenuhi kriteria inklusi. Mayoritas subjek penelitian berjenis kelamin perempuan sebanyak 80 orang (58.4%) sedangkan yang berjenis kelamin laki-laki sebanyak 57 orang (41.6%). Hal ini dapat dilihat pada tabel 5.1.

Tabel 5.1. Distribusi Frekuensi Jenis Kelamin Subjek Penelitian Jenis Kelamin Jumlah (orang) Persentasi (%)

Laki-laki 57 41,6

Perempuan 80 58,4

Jumlah 137 100,0

Dari 137 anak tersebut, sebagian besar bersekolah di SD Washliyani sebanyak 48 orang (35.0%), sedangkan yang bersekolah di SDN 064005 sebanyak 44 orang (32.1%), SD St.Yoseph sebanyak 20 orang (14.6%) dan SDN 060902 sebanyak 25 orang (18.2%). Hal ini dapat dilihat pada tabel 5.2.

(8)

SD Washliyani 48 35,0

SDN 064005 44 32,1

SD St.Yoseph 1 20 14,6

SDN 060902 25 18,2

Jumlah 137 100,0

Angka kejadian tertinggi terdapatnya cerumen pada telinga subjek penelitian yang bertempat tinggal di kecamatan Medan Labuhan sebanyak 32 orang (65.3%) sedangkan yang bertempat tinggal di kecamatan Medan Maimun sebanyak 17 orang (34.7%). Hal ini dapat dilihat pada tabel 5.3

Tabel 5.3. Distribusi Frekuensi Angka Kejadian Terdapatnya Cerumen Terhadap Faktor Tempat Tinggal

Tempat Tinggal Jumlah (orang) Persentasi (%)

Medan Labuhan 32 65.3

Medan Maimun 17 34.7

Jumlah 49 100.0

Angka kejadian tertinggi terdapatnya cerumen pada telinga subjek penelitian yang bersekolah di sekolah dasar negeri sebanyak 29 orang (59.2%) sedangkan yang bersekolah di sekolah dasar swasta sebanyak 20 orang (40.8%). Hal ini dapat dilihat pada tabel 5.4.

Tabel 5.4. Distribusi Frekuensi Angka Kejadian Terdapatnya Cerumen Terhadap Faktor Sekolah

Sekolah Dasar Jumlah (orang) Persentasi (%)

Negeri 29 59.2

Swasta 20 40.8

Jumlah 49 100.0

(9)

orang (36.8%). Dari 137 orang anak, didapati 32 orang (23.4%) dengan cerumen pada salah satu telinga dan 17 orang (12.4%) dengan cerumen pada kedua telinganya. Hal ini dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 5.5 Distribusi Frekuensi Lokasi Terdapatnya Cerumen Lokasi Jumlah (orang) Persentasi (%)

Unilateral 32 23,4

Bilateral 17 12,4

Tidak ada 88 64,2

Jumlah 137 100,0

Dari penelitian ini,didapati 32 orang yang terdapat cerumen pada salah satu telinganya (unilateral), yang menderita gangguan pendengaran mild sebanyak 14 orang (43.8%) dan yang menderita gangguan pendengaran moderate sebanyak 1 orang (3.1%). Sedangkan yang terdapat cerumen pada kedua telinganya (bilateral) sebanyak 17 orang, yang menderita gangguan pendengaran mild sebanyak 4 orang (23.5%) dan yang menderita gangguan pendengaran moderate sebanyak 3 orang (17.6%). Hal ini dapat dilihat dari tabel 5.6.

Tabel 5.6 Distribusi Frekuensi Lokasi Terdapatnya Cerumen Terhadap Gangguan Pendengaran Normal Mild Moderate

Unilateral 17 14 1 32 23,4

Bilateral 10 4 3 17 12,4

Tidak ada 77 10 1 88 64,2

Jumlah 104 28 5 137 100,0

(10)

Pengujian hipotesis untuk melihat ada tidaknya hubungan antara penyumbatan cerumen dengan gangguan statistik dilakukan dengan program statistik. Pada penelitian ini sampel dianalisis dengan menggunakan Kolmogorov-Smirnov test.

Hubungan antara penyumbatan cerumen dengan kemampuan mendengar dapat dilihat pada tabel 5.7.

Tabel 5.7. Hubungan Penyumbatan Cerumen dengan Kemampuan Mendengar pada Siswa SD

Cerumen

Audiogram

Jumlah (orang)

P value Normal Tipe Konduktif

Mild Moderate

Ada 27 18 4 49

0,003

Tidak 77 10 1 88

Jumlah 104 28 5 137

Diperoleh sebanyak 49 orang (35.8%) yang terdapatnya cerumen pada telinganya. Dari 49 orang tsb, terdapat 22 orang (16%) yang mengalami gangguan pendengaran . Nilai p pada uji Kolmogorov-Smirnov Test pada penelitian ini nilai p sebesar 0.003 (p<0.05). Hal ini menunjukkan bahwa hipotesis yang dikemukakan sebelumnya dapat diterima karena nilai p lebih kecil dari 0.05 sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara penyumbatan cerumen dengan kemampuan mendengar.

5.2. Pembahasan

(11)

Pada penelitian ini didapati 49 orang (35.8%) yang terdapat penyumbatan cerumen. Hal ini juga didapati pada penelitian di kota Semarang yang dilakukan BKIM kota Semarang tahun 2007 yang menunjukkan angka yang cukup besar pada penderita yang mengalami penyumbatan cerumen pada anak usia sekolah dasar. Sekitar 29.55% anak SD kelas 1 di kota Semarang ditemukan adanya penyumbatan cerumen, jadi diperkirakan dari total 25.741 anak SD kelas 1 di kota Semarang, 7.526 anak mengalami penyumbatan cerumen. (Widodo,2007). Hal ini menunjukkan bahwa penyumbatan cerumen merupakan kejadian yang cukup sering terjadi di masyarakat.

Penelitian yang dilakukan oleh Guest JF dkk (2004) di Inggris, menyebutkan bahwa berbagai faktor berkaitan dalam terjadinya pemyumbatan cerumen, faktor internal seperti kelainan bentuk anatomis liang telinga, cerumen yang berlebihan, kelainan sistemik, aktivitas bakteri dan jamur dalam liang telinga berperan dalam terjadinya penyumbatan cerumen. Faktor eksternal seperti cara membersihkan liang telinga, kelembaban udara yang tinggi, serta lingkungan yang berdebu juga berperan dalam terjadinya penyumbatan cerumen. Selain itu,pada penelitian ini juga didapati faktor lain yang mempengaruhi penyumbatan cerumen yaitu tingkat pengetahuan dan tingkat sosio-ekonomi. Hal ini ditunjukkan dari hasil penelitian dimana anak yang mengalami penyumbatan cerumen sebanyak 32 orang (65.3%), bertempat tinggal di Medan Labuhan yang termasuk pinggiran kota Medan.

5.2.2 Kemampuan Mendengar

(12)

kepadanya; (2).tahap memahami dengan sebaik-baiknya apa yang didengarnya atau sesuatu yang dikatakan oleh orang lain kepadanya;dan (3).tahap mengingat dengan sebaik-baiknya apa yang didengarnya atau sesuatu yang dikatakan oleh orang lain kepadanya.

Pada penelitian ini didapati salah satu faktor yang mempengaruhi proses pendengaran seseorang yaitu kebersihan telinga. Hal ini ditunjukkan dari hasil penelitian yang mendapatkan sebanyak 88 orang (64.2%) yang tidak mengalami penyumbatan cerumen dan gangguan pendengaran.

5.2.3 Hubungan Antara Penyumbatan Cerumen dengan Kemampuan Mendengar

Pada hasil penelitian ini, peneliti mendapatkan bahwa jumlah keseluruhan anak yang mengalami penyumbatan cerumen adalah 49 orang (35.8%) dan yang mengalami gangguan pendengaran sebanyak 22 orang (16%) dari anak yang terdapat cerumen pada telinganya. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Ruben (2007),bahwa gangguan telinga luar dan telinga tengah dapat menyebabkan gangguan pendengaran tipe konduktif dimana terdapat hambatan hantaran gelombang suara karena kelainan atau penyakit pada telinga luar dan tengah, dalam hal ini berupa penyumbatan cerumen yang akan menghambat hantaran gelombang suara yang kemudian akan mempengaruhi kemampuan mendengar seseorang.

(13)

Sebuah penelitian yang dilakukan pada tahun 2000, 1507 orang dewasa di Inggris menunjukkan bahwa sekitar 2,1% dari subjek penelitian tsb,mengalami gangguan pendengaran. (Karlsmose, et al, 2001). Hal ini sejalan dengan penelitian yang telah dilakukan bahwa ditemukan 22 orang (16%) yang mengalami gangguan pendengaran.

BAB 6

(14)

6.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis data yang diperoleh, adapun kesimpulan yang dapat diambil pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Berdasarkan sekolah, subjek penelitian yang mengalami penyumbatan cerumen terbanyak adalah yang bersekolah di sekolah dasar negeri sebanyak 29 orang (59.2%)

2. Angka kejadian tertinggi terdapatnya cerumen pada telinga subjek penelitian yang bertempat tinggal di kecamatan Medan Labuhan sebanyak 32 orang (65.3%).

3. Jumlah keseluruhan subjek penelitian yang mengalami penyumbatan cerumen adalah 49 orang (35.8%) dan yang disertai gangguan pendengaran sebanyak 22 orang (16%) .

4. Terdapat hubungan antara penyumbatan cerumen dengan kemampuan mendengar (p<0,05, p=0,003).

6.2. Saran

Beberapa hal yang dapat direkomendasikan dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Perlunya tindakan dini seperti skrining agar insidensi penyumbatan cerumen dapat menurun sehingga tidak menurunkan kualitas pendengaran. 2. Perlunya dilakukan edukasi pada masyarakat yang mengalami

penyumbatan cerumen agar lebih paham tentang pentingnya kebersihan telinga.

3. Perlunya dilakukan penelitian lebih lanjut yang dilakukan dibeberapa tempat yang berbeda.

Gambar

Tabel 5.1. Distribusi Frekuensi Jenis Kelamin Subjek Penelitian
Tabel 5.3. Distribusi Frekuensi Angka Kejadian Terdapatnya Cerumen
Tabel 5.5 Distribusi Frekuensi Lokasi Terdapatnya Cerumen
Tabel 5.7. Hubungan Penyumbatan Cerumen dengan Kemampuan

Referensi

Dokumen terkait

Dengan Peraturan Bupati Ini, diatur Rencana Aksi Implementasi Dalam Rangka Mewujudkan Tata Pemerintahan Yang Baik Sebagai Upaya Pencegahan Korupsi Di Lingkungan Pemerintah Daerah

Apabila konsep ideal dilaksanakan maka dapat diharapkan kualitas pendidikan akan meningkat secara signifikan.sehingga dengan pelaksanaan supervisi yang baik, maka hasil

Dari 3 penegrtian tentang Bank Perkreditan Rakyat diatas dapat disimpulkan bahwa Bank Perkreditan Rakyat (BPR) adalah bank yang melaksankan kegiatan sebagaimana

Hasil penelitian menunjukan bahwa peran Penyidik Pegawai Negeri Sipil Keimigrasian dalam penegakan hukum tindak pidana penyalahgunaan visa di Provinsi Kepulauan Bangka

Lapisan malpighi merupakan kulit ari yang berada di bawah lapisan kulit tanduk. Lapisan ini tersusun dari sel-sel hidup yang selalu membelah diri. Pada lapisan ini terdapat

[r]

Paksi Aan Syuryadi 042 PERANAN PENGGUNA JASA DALAM PENERAPAN KONSEP KONSTRUKSI HIJAU DI KOTA BANDA ACEH SEBAGAI KOTA HIJAU

1.. Model tradisional mengasumsikan bah&amp;a semua tindakan manusia dan keputusan se%ara sempurna rasional dan bah&amp;a dalam sebuah organisasi, ada konsistensi