Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas)
Muhammad Syaifuddin
Fakult as Hukum Universit as Sriwij aya E-mail: syaif uddin_unsri@yahoo. co. id
Abst r act
Law No. 40 Year 2007 obl i ge good cor por at e gover nance. Pr act i cal l y, t her e i s a chance t o do wr ongf ul act whi ch cause bad cor por at e gover nance. Law No. 40 Year 2007 have some l egal i nconsi st encies, so t hat cause uncer t ai nt y and unused legal pr act i cal l y. The i dea of r egul at i ng on i nvest igat ing of a company in f or war d has t o develop of st r engt hening of l egal cer t aint y pr i nci pl e and l egal ut i l it y pr i nci pl e (besi des legal j ust i ce pr inci pl e) whi ch concr et e i n posi t i ve l egal nor ms about per f or mi ng, gover ni ng, i nvest i gat ing and post -i nvest i gat i ng of a l imi t ed company by shar es as a syst em. Then, t he r evi sing of posi t i ve l egal nor ms about i nvest i gat i ng of a l i mi t ed company by shar es consi st ent l y, whi ch r ef er s t o t he logi cs of l egal r ul es.
Keywor ds: t he i nvest i gat i ng, l imi t ed company by shar es, nor mat i ve eval uat i on, l egal inconsi st ency.
Abst rak
UU No 40 Tahun 2007 mewaj ibkan good cor por at e gover nance, namun secara prakt is, ada kesempat an unt uk melakukan t indakan yang salah yang menyebabkan cor por at e gover nance yang buruk. UU No 40 Indonesia Tahun 2007 memiliki beberapa inkonsist ensi hukum, sehingga menyebabkan ket idakpast ian hukum dan ket idakmanf aat an hukum prakt is. Gagasan unt uk mengat ur penyelidikan perusahaan pada masa mendat ang harus mengembangkan dan menguat kan prinsip kepast ian hukum dan prinsip kemanf aat an hukum (selain prinsip keadilan hukum) yang konkrit dalam norma-norma hukum posit if t ent ang melakukan, mengat ur, menyelidiki dan pasca-menyelidiki sebuah perusahaan dibat asi oleh saham sebagai sebuah sist em. Kemudian merevisi norma hukum posit if t ent ang menyelidiki sebuah perusahaan dibat asi oleh saham, yang mengacu pada logika at uran hukum.
Kat a kunci: penyelidikan, pembat asan perusahaan oleh saham, evaluasi normat if , inkonsist ensi hukum.
Pendahuluan
Perseroan t erbat as (selanj ut nya disingkat PT), adalah badan hukum yang merupakan per-sekut uan modal, didirikan berdasarkan perj an-j ian, melakukan kegiat an usaha dengan modal dasar yang seluruhnya t erbagi dalam saham dan memenuhi persyarat an yang dit et apkan dalam UU No. 40 Tahun 2007 t ent ang Perseroan Ter-bat as sert a perat uran pelaksanaannya (vi de Pa-sal 1).1
1
Lihat dan bandingkan pengert i an PT ini dengan bebe-rapa pendapat yang berkait an dengan masi ng-masing unsur yang ada di PT, pada Ridwan Khairandy, “ Perse-roan Ter bat as sebagai Badan Hukum” , Jur nal Hukum Bi sni s, Vol . 26 No. 3 Tahun 2007, hl m. 5; Yuniart i, “ Ke-wenangan Not ar is Membuat Akt a Ri sal ah Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa t ent ang Perubahan
Ang-UU No. 40 Tahun 2007 t elah memuat pe-ngat uran hukum pengelolaan perusahaan yang baik, yang lebih dikenal dengan ist ilah good cor por at e gover nance (disingkat GCG).2 Namun,
garan Dasar Perseroan Terbat as” , Reper t or i um, Vol . 1 No. 1 Mei -Sept ember 2010, hl m. 50; Habib Adj ie, “ Tanggung Jawab Sosi al Perusahaan” , Jur nal Hukum Bi sni s, Vol . 27-No. 1-Tahun 2008, hl m. 60; dan M. Yahya Harahap, “Separ at e Ent i t y, Li mi t ed Li abi l i t y, dan Pi er ci ng t he Cor por at e Vei l” , Jur nal Hukum Bi sni s, Vol . 26-No. 3-Tahun 2007, hl m. 44.
2
secara prakt ikal, t erbuka kesempat an unt uk t erj adinya prakt ik penyimpangan, yang dapat menj adikan pengelolaan PT3 t idak baik (dalam makna t idak t ransparan, t idak akunt abel, t idak adil, dan t idak responsibel), sehingga UU No. 40 Tahun 2007 t elah mengat ur pemeriksaan t er-hadap PT, khususnya dalam Pasal 138 sampai dengan Pasal 141, sebagai bent uk dan meka-nisme pengawasan represif -ekst ernal t erhadap pengelolaan PT.
Pemeriksaan PT berdasarkan UU No. 40 Tahun 2007 dalam spirit menj amin kepast ian hukum, sehingga seharusnya t idak ada norma-norma hukumnya yang inkonsist en, karena inko-nsist ensi hukum, menurut M. Isnaeni, menam-pakkan cit ra yang t idak past i, sehingga sulit mencipt akan kepast ian hukum sebagai sendi ut ama dari at uran hukum selain keadilan, yang berkait -an erat dengan ef isiensi ekonomi, yang seringkali menggunakan j asa hukum dalam pel-bagai t ransaksi ekonominya.4 Selain it u, peme-riksaan PT menurut UU No. 40 Tahun 2007 j uga seharusnya mengeliminasi kemenduaan hukum, karena hukum – menurut Sat j ipt o Rahardj o – se-ringkali mengandung kemenduaan (ambi guit y) sebagai cacat logisnya, yait u: per t ama, kemen-duaan semant ik, karena kat a-kat a yang diru-muskan secra umum (open t ext ur e); kedua, ke-menduaan sint akt ik, karena kat a-kat a ” at au” , ” dan” , ” semua” , dan sebagainya; dan ket i ga,
kemenduaan karena pernyat aan maksud pem-buat undang-undang sendiri t idak dikonsep-t ualisasikan secara j elas.5
Bi sni s, Vol ume 26-No. 3 Tahun 2007, hl m. 31. Ban-dingkan pul a dengan Jimmy E. Al i as, “ Per an Manaj emen Risiko St r at egik dal am Mendukung Good Cor por at e Gover nance” , Jur nal Hukum Bi sni s, Vol ume 2No. 3-Tahun 2004, hl m. 52.
3 Ist il ah “ pengel ol aan PT” ber makna l uas, mencakup
pe-ngarahan PT (yang mer upakan wewenang RUPS), pengu-rusan PT (yang merupakan wewenang direksi), dan pengawasan PT (yang mer upakan wewenang dewan komi -sari s. Lihat dal am Nindyo Pramono, “ Tanggung Jawab Dan Kew aj i ban Pengurus PT (Bank) Menurut UU No. 40 Tahun 2007 Tent ang Perseroan Terbat as”, Bul et i n Hukum Per bankan dan Kebangsent r al an, Vol . 05 Nomor 03, Desember 2007, hl m. 20-25.
4
M. Isnaeni, “ Hak Tanggungan sebagai Lembaga Jaminan dal am Ker angka Tat a Hukum Indonesia” , Jur nal Hukum Ekonomi , Edisi V, Agust us 1996, hl m. 2.
5 Sat j i pt o Rahardj o, 2000, Il mu Hukum, Bandung: PT.
Cit ra Adit ya Bakt i, Bandung, hl m. 98. ; Muhammad Syai f uddin, “ Perspekt if Gl obal Penyel esai an Sengket a
Secara dogmat ik, UU No. 40 Tahun 2007 seharusnya t idak memuat norma-norma hukum yang inkonsist en dan mendua, sehingga t idak menghambat spirit menj amin kepast ian hukum (sert a keadilan dan kemanf aat an) dalam peme-riksaan PT. Oleh karena it u, pent ing dikaj i:
per t ama, bagaimanakah pengat uran hukum pe-meriksaan PT dalam UU No. 40 Tahun 2007 dal-am upaya mewuj udkan pengelolaan perusahaan yang baik?; kedua, apakah ada at au t idak ada inkonsist ensi dan kemenduaan hukum sebagai wuj ud kelemahan pengat uran hukum pemerik-saan PT dalam UU No. 40 Tahun 2007 yang da-pat menj adi hambat an (const r ai n) dalam upaya mewuj udkan pengelolaan perusahaan yang baik t ersebut ?; ket i ga, bagaimanakah gagasan pe-ngat uran hukum ideal pemeriksaan PT sebagai upaya mewuj udkan pengelolaan perusahaan yang baik di masa yang akan dat ang.
Pembahasan
Alasan dan Tuj uan Pemeriksaan Perseroan Terbat as
Menurut Pasal 138 ayat (1) UU No. 40 Ta-hun 2007, alasan pengaj uan permohonan pe-meriksaan PT kepada pengadilan, adalah t erda-pat ” dugaan” (ver moeden, pr esumpt ion): Per -t ama, PT melakukan perbuat an melawan hukum sebagai bent uk penyimpangan yang sif at -nya melanggar norma larangan dan/ at au t idak melaksanakan norma kewaj iban dalam UU No. 40 Ta-hun 2007, perat uran hukum posit if lain-nya, dan anggaran dasar, yang menimbulkan kerugian bagi pemegang saham at au pihak ke-t iga; ake-t au kedua, anggot a direksi at au dewan komisaris sebagai personel (individual) dari or-gan-organ PT melakukan perbuat an melawan hukum yang merugikan PT at au pemegang sa-ham at au pihak ket iga. Dengan demikian, t er-dapat nya dugaan t erj adinya perbuat an mela-wan hukum sebagai bent uk penyimpangan da-lam pengelolaan PT yang dilakukan oleh “ kar-yawan yang t idak t ermasuk organ PT at au per-sonel (individual) dari organ-organ PT” ,
nya orang yang bekerj a di bagian administ rasi dan keuangan, t idak dapat dij adikan alasan pe-ngaj uan permohonan pemeriksaan PT, karena UU No. 40 Tahun 2007 t idak mengat ur penyele-saian hukum individual dan konkrit nya.
” Perbuat an melawan hukum” yang di-lakukan oleh organ-organ PT, dalam hal ini RUPS,6 direksi7 dan dewan komisaris,8 baik se-cara organisasional (organ PT) maupun indivi-dual (personel dari direksi at au dewan komisa-ris sebagai organ PT), sebagai bent uk penyim-pangan dalam pengelolaan PT sebagaimana di maksud Pasal 138 ayat (1) UU No. 40 Tahun 2007, adalah perbuat an melawan hukum ( on-r echt mat i gedaad) menurut Pasal 1365 Kit ab Undang-Undang Hukum Perdat a (selanj ut nya disingkat KUH Perdat a) dan Yurisprudensi Ar-rest Lindenbaum-Cohen t ahun 1919 H. R. 31 Januari,9 yait u perbuat an yang bert ent angan dengan UU No. 40 Tahun 2007 dan perat uran hukum posit if lainnya, sert a perbuat -an yang melanggar ket ert iban umum dan kesusi-laan. Selain it u, j uga mencakup perbuat an yang ber-t enber-t angan dengan anggaran dasar PT,10 yang merupakan bagian dari isi akt a pendirian PT (vi de Pasal 8 ayat (1) UU No. 40 Tahun 2007), yang memuat norma-norma hukum posit if yang waj ib dipat uhi oleh RUPS, direksi dan dewan komisaris, baik secara organisasional (organ PT) maupun individual (personel dari organ PT). Ji-ka dugaan t erj adinya perbuat an melawan hu-kum t erbukt i, maka berdasarkan RUPS, direksi dan/ at au dewan komisaris, baik secara organi-sasional (organ PT) maupun individual (personel
6
Lihat penj el asan l ebih l anj ut t ent ang RUPS i ni pada Fred B. G. Tumbuan, Tugas dan Wewenang Organ Per seroan Terbat as Menurut UndangUndang Tent ang Per -seroan Terbat as, PPH New sl et t er s, Nomor 70, Sept em-ber 2007, hl m. 17-18
7 Lihat dan bandingkan pembahasan t ent ang direksi
dal am Nindyo Pramono, op. ci t, hl m. 15-18.
8 Lihat mengenai pembahasan dewan direksi ini dal am
Fred B. G. Tumbuan, op. cit , hl m. 22-24.
9
Baca l ebih l anj ut mengenai Arrest Lindenbaum-Cohen ini pada Mar iam Darus Badruzzaman, 2001, Kompi l asi Hukum Per i -kat an, Bandung: PT. Cit ra Adit ya Bakt i , hl m. 106-107; dan Fred B. G. , op. ci t, hl m. 21.
10
Lihat penj el asan t ent ang anggaran dasar PT pada Mu-hammad Syaif uddin, ” Tanggung Jawab Sosi al Per usaha-an: Perkembangan Teori dan Rel evansi nya dengan Tuj u-an Hukum Perusahau-an” , Si mbur Cahaya, No. 31 Tahun XI, Mei 2006, hl m. 232.
dari direksi at au dewan komisaris sebagai organ PT) waj ib menggant i kerugian kepada peme-gang saham at au pihak ket iga at au bahkan ke-j aksaan yang hak at au kepent ingannya dirugi-kan. Alasan pengaj uan permohonan pemerik-saan PT kepada pengadilan menurut Pasal 138 ayat (1) UU No. 40 Tahun 2007 pada dasarnya adalah suat u ” kepent ingan hukum”11 at au posi-t a yang berisi ” alasan hukum”12 yang mendasari ” permohonan” (bukan gugat an) pemeriksaan PT oleh pemegang saham dan pihak ket iga.
Tuj uan pemeriksaan PT dinyat akan sec-ara sumir dalam UU No. 40 t ahun 2007. Ber-dasarkan t af sir t eleologis at as kalimat ” . . . -de-ngan t uj uan unt uk mendapat kan dat a at au ke-t erangan dalam hal ke-t erdapake-t dugaan. . . ” dalam norma hukum pada Pasal 138 ayat (1) UU No. 40 Tahun 2007, dapat dipahami bahwa peme-riksaan PT bert uj uan menemukan dan mene-rang bendemene-rangkan kebenaran (mengungkapkan kebe-naran menj adi t erang-benderang) yang didukung oleh dat a at au ket erangan sebagai bukt i yang bersif at langsung (dir ect evi dence) yang mampu membukt ikan t erj adinya perbuat -an melaw-an hukum sebagai bent uk penyim-pangan dalam pengelolaan PT.
Secara met odelogis, upaya menemukan dan menerang-benderangkan kebenaran harus menggunakan penalaran hukum yang mengikut i prinsip-prinsip logika yang disebut si l ogi sme.13 Ini berart i bahwa upaya menemukan dan me-nerangkan kebenaran harus didasarkan at as f akt a-f akt a hukum (pr emis mi nor / st at ement of f act) yang diperoleh selama proses pemerik-saan PT dilakukan. Jika f akt a-f akt a hukum yang dit emukan memenuhi unsur-unsur perbuat an melawan hukum sebagai bent uk penyimpangan dalam pengelolaan PT sebagaimana dimaksud
11 Baca mengenai makna kepent ingan hukum pada Sudikno
Mert okusumo, 2006, Hukum Acar a Per dat a Indonesi a, Yogyakart a: Libert y, hl m. 82-84; dan Radi an Sal man, SH, LL. M, Mahkamah Konst it usi dan Pol it ik Hukum di Bidang Pemil ihan Umum, Jur nal Konst i t usi, Vol . II, No. 1, Juni 2009, hal 91.
12
Lihat mengenai maksud dari al asan hukum pada M. Yahya Harahap. op. ci t . , hl m. 532.
13 Penj el asan l ebi h l anj ut mengenai sil ogi sme dapat
oleh Pasal 138 ayat (1) UU No. 40 Tahun 2007 (pr emis may-or / st at ement of l aw), maka hasil pemeriksaannya harus menegaskan bahwa be-nar t erj adi perbuat an melawan hukum sebagai bent uk penyimpangan dalam pengelolaan PT (concl usi on). Jika sebaliknya, maka hasil peme-riksaannya harus menegaskan bahwa t idak be-nar t erj adi perbuat an melawan hukum sebagai bent uk penyimpangan dalam pengelolaan PT.
Tuj uan pemeriksaan PT yang dinyat akan dalam Pasal 138 ayat (1) UU No. 40 Tahun 2007, adalah t uj uan khusus at au mikro, yang secara sist emik dapat mendukung t uj uan umum at au makro dari pemeriksaan PT, yait u me-wuj udkan asas-asas hukum GCG dalam UU No. 40 Tahun 2007.14 Asas-asas it u meliput i per -t ama, asas t ransparansi, yang mengharuskan inf ormasi perusahaan j elas, konsist en, dan da-pat diperbandingkan, agar pihak-pihak yang berkepent ingan dapat memerhit ungkan dampak risiko bert ransaksi dengan perusahaan (Pasal 66-Pasal 99); kedua, asas akunt abilit as, yang mengharuskan agency pr oblem ant ara direksi dan pemegang saham, didasarkan pada sist em
i nt er nal checks and bal ances yang mencakup prakt ik audit yang sehat dan pengawasan ef ek-t if berdasarkan keseimbangan anek-t ara pemegang saham, komisaris, dan direksi (Pasal 120-Pasal 121); ket i ga, asas keadilan, yang mengharuskan perlindungan hak-hak pemegang saham minori-t as dari kepuminori-t usan direksi aminori-t au pemegang sa-ham mayorit as yang merugikan kepent ingannya at au kepent ingan secara keseluruhan (Pasal 61); dan keempat , asas responsibilit as, yang mengharuskan perusahaan mempunyai t ang-gung j awab memat uhi hukum yang berlaku (Pasal 2). Unt uk mencapai manf aat yang opt i-mal, pengelola perusahaan perlu menj abarkan
14 Lihat penj el asan mengenai asas-asas GCG ini pada
Mu-hammad Syaif uddin, ” Wewenang Dewan Komi sar is Me-ngurus Perseroan Terbat as: Anal i si s Rasio dan Impl ikasi Hukum Pasal 118 dal am Kait annya dengan Pasal 1 angka 6 dan Pasal 108 Undang-Undang PT No. 40 Tahun 2007” , Si mbur Cahaya, No. 41 Tahun XV, Januar i 2010, hl m. 1458; Pari purna P. Sugar da, ” Pengel ol aan Perusahaan yang Baik: Apakah Hanya Et ika Bisnis at au j uga Persyar at an Hukum?” , Jur nal Hukum Bi sni s, Vol ume 14, Jul i 2001, hl m. 61; dan Subihart a, “ Ul t ra Vires” dan Good Corporat e Governance” dal am Perspekt if UU Nomor 40 Tahun 2007 t ent ang Perseroan Terbat as” , Var i a Per adi l an, Tahun XXV No. 294 Mei 2010, hl m. 86.
secara lebih konkrit asas-asas hukum GCG da-lam perat uran int ernal perusahaan (sel f r egul a-t i on) dan menerapkannya dalam prakt ik t erbaik (best pr act i ces)15 sesuai dengan keadaan dan budaya perusahaannya (cor por at e cul t ur e).16
Persyarat an, Prosedur Hukum, dan Ruang Lingkup Pemeriksaan Perseroan Terbat as
Norma-norma hukum dalam Pasal 138 ayat (2) j o. Pasal 139 ayat (1) UU No. 40 Tahun 2007 mengharuskan pemeriksaan PT berdasar-kan penet apan pengadilan negeri, sesuai de-ngan f ungsi pengawasan lembaga peradilan17 dalam melindungi RUPS, direksi dan/ at au de-wan komisaris, baik secara organisasional (or-gan PT) maupun individual (personel dari or(or-gan PT), dari perbuat an-perbuat an pemegang sa-ham dan/ at au pihak ket iga yang sewenang-we-nang at au ” t indakan menghakimi sendiri” (ei -genr i cht i ng).18 Perkara pemeriksaan PT adalah perkara perdat a umum yang t ermasuk wewe-nang at au kompet ensi absolut peradilan umum. Oleh karena it u, pengadilan yang berwenang (kompet ensi relat if ) menet apkan dapat at au t i-dak dapat nya dilakukan pemeriksaan PT adalah pengadilan negeri yang daerah hukumnya meli-put i t empat kedudukan PT.
15 Menurut Col in Law & Pat ri ci a Wong, GCG memuat
prin-si p-pr inprin-si p t ransparanprin-si, akunt abil it as, keadil an, dan pert anggungj awaban yang di prakt ikkan dengan kombi -nasi ant ara perat ur an hukum, undang-undang non l egisl a-t if , best pr act i ces, dan sel f r egul at i on. Col in Law & Pat r icia Wong, “ Corporat e Governance: A Com-par at i ve Anal ysis Bet ween The UK and China” , Int er na-t i onal Company and Commer ci al Law Revi ew, Vol . 16 (9), 2005, hl m. 350,
16
GCG mempromosikan et ika bi sni s yang mengar ahkan peng-el ol a perusahaan unt uk mengel i mi nasi budaya korupsi , suap-menyuap dan peril aku curang l ainnya. Perhat ikan. Meri a Ut ama, “ The Impl ement at ion of Good Corporat e Governance in Indonesian Company” , Si mbur Cahaya, No. 44 Tahun XVI Januar i 2011, hl m. 2285.
17 Tugas l embaga peradil an dil akukan ol eh haki m di
pe-ngadil an yang memberikan keput usan hukum yang akan berl aku sebagai kai dah hukum, yang berpoj ak pada ko-ridor hukum, berdasarkan real it as sosi al dan menj un-j ung t inggi perikemanusiaan. Cermat i, Abdul Haki m Ga-ruda Nusant ara, “ Kual i t as Put usan Pengadil an Ni aga” , Jur nal Hukum Bi sni s, Vol ume 22-No. 4-Tahun 2003, hl m. 23.
18
Lalu, siapakah yang dapat mengaj ukan permohonan pemeriksaan PT ke pengadilan negeri? Menurut Pasal 138 ayat (3) UU No. 40 Tahun 2007, sat u orang pemegang saham saj a mempunyai l egal st andi ng, sehingga boleh me-ngaj ukan permohonan pemeriksaan PT dalam kapasit asnya mewakili para pemegang saham lainya, dengan syarat mewakili paling sedikit 1/ 10 (sat u persepuluh) bagian dari j umlah selu-ruh saham dengan hak suara. Selain it u, bebe-rapa pemegang saham j uga boleh mengaj ukan permohonan pemeriksaan PT dengan syarat , ya-it u dalam kapasya-it asnya memenuhi bat as mini-mal kepemilikan saham sebagaimana dit ent u-kan dalam Pasal 138 ayat (3) UU No. 40 Tahun 2007 t ersebut di at as. Selanj ut nya, pihak lain j uga mempunyai l egal st andi ng at au hak me-ngaj ukan permohonan pemeriksaan PT dalam kapasit asnya sebagai ” pribadi” , dengan syarat : perat uran perundang-undangan sendiri yang memberikan hak it u kepada yang bersangkut an; at au berdasarkan perj anj ian ant ara pihak lain it u dengan PT, di mana dalam sat u di ant ara sej umlah klausula dalam perj anj ian it u, mem-berikan wewenang kepadanya unt uk mengaj u-kan permohonan pemeriksaan PT. Berikut nya, kej aksaan j uga mempunyai l egal st andi ng at au hak mengaj ukan permint aan pemeriksaan PT dalam kapasit asnya mewakili ” kepent ingan umum” , dalam makna ” kepent ingan bang-sa dan negara dan/ at au kepent ingan masyara-kat ” .19 Dengan demikian, UU No. 40 Tahun 2007 t idak memberikan l egal st andi ng at au hak me-ngaj ukan permohonan pemeriksaan PT kepada anggot a direksi at au dewan komisaris, kecuali anggot a direksi it u pemegang saham, sehingga dia berhak mengaj ukan permohonan pemeriksa-an PT dalam st at usnya sebagai pemegpemeriksa-ang sah-am, bukan dalam kapasit asnya sebagai anggot a direksi at au dewan komisaris.
Pasal 138 ayat (3) huruf c UU No. 40 Ta-hun 2007 memberikan wewenang kepada ke-j aksaan sebagai “ pemint a” (bukan pemohon)
19 Lihat penj el asan mengenai makna ” kepent ingan umum”
pada Y. Warel l a, Kepent i ngan Umum dan Kepent ingan Perseor angan, “ Di al ogue” JIAKP, Vol . 1, No. 3, Sept ember 2004, Hal 382-386.
pemeriksaan PT.20 Wewenang kej aksaan yang di berikan oleh UU No. 40 Tahun 2007 adalah ben-t uk dan isi “ wewenang lain” selain di bidang penun-t ut an sebagaimana diat ur dalam Pasal 2 ayat (1) Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2004 t ent ang Kej aksaan (selanj ut nya disingkat UU No. 16 Tahun 2004). Selanj ut nya, menurut Pa-sal 30 UU No. 16 Tahun 2004, di bidang perdat a dan t at a usaha negara, kej aksaan dengan kuasa khusus dapat bert indak baik di dalam at au di luar peng-adilan unt uk dan at as nama negara at au pemerint ah, sehingga kej aksaan sebagai advokat negara/ pemerint ah harus berdasarkan surat kuasa khusus j ika akan bert indak di depan pengadilan negeri sebagai pemint a pemeriksaan PT. Konsekuensi logisnya, adalah kej aksaan ha-rus akt if memant au dan mengawasi pengelola-an seluruh PT-PT di Indonesia unt uk menge-t ahui ada amenge-t au menge-t idak adanya perbuamenge-t an mela-wan hukum yang dilakukan oleh PT-PT it u yang menimbulkan kerugian bagi kepent ingan bangsa dan negara dan/ at au masyarakat .
Pent ing diperhat ikan bahwa permohonan pemeriksaan PT, menurut Penj elasan at as Pasal 138 ayat (4) UU No. 40 Tahun 2007, hanya da-pat diaj ukan set elah pemohon t erlebih dahulu memint a secara langsung dat a at au ket erangan yang dibut uhkannya yang harus didasarkan at as ” alasan yang waj ar” dan ” it ikad baik” kepada PT dalam RUPS, t et api PT t idak memberikan dat a at au ket erangan t ersebut . Ini berart i bah-wa j ika pemohon t elah memperoleh dat a at au ket erangan dari PT yang dimint a oleh pemohon yang menguat kan dugaan t erj adinya perbuat an
20
mela-wan hukum sebagai bent uk penyimpangan dalam pengelolaan PT sebagaimana dimaksud oleh Pasal 138 ayat (1) UU No. 40 Tahun 2007, maka pemohon t idak dapat lagi mengaj ukan permohonan pemeriksaan PT. Sebaliknya, j ika pemohon belum pernah mengaj ukan permint a-an secara la-angsung kepada PT mengenai dat a at au ket erangan yang dibut uhkannya, maka t ert ut up hak pemohon mengaj ukan permohon-an pemeriksapermohon-an PT. Syarat f ormil ypermohon-ang dit ent u-kan dalam Pasal 138 ayat (4) UU No. 40 Tahun 2007 hanya berlaku dan dit erapkan kepada pe-megang saham, sehingga t idak berlaku kepada pihak ket iga at au kej aksaan. Oleh karena it u, pihak lain at au kej aksaan dapat langsung me-ngaj ukan permohonan at au permint aan peme-riksaan PT t anpa harus t erlebih dahulu melaku-kan upaya memohon at au memint a secara langsung dat a at au ket erangan dari PT.
Menurut M. Yahya Harahap, permohonan pemeriksaan PT yang diaj ukan oleh pemohon (dalam hal ini: pemegang saham) yang me-langgar syarat f ormil yang dit ent ukan dalam Pasal 138 ayat (4) UU No. 40 Tahun 2007, ada-lah permohonan yang mengandung cacat f or-mil. Dit inj au dari segi t eknis yudisial, permo-honan it u dikat egori sebagai permopermo-honan yang ” premat ur” yang mengakibat kan permohonan t idak dapat dit erima (niet ont vankel i j k ver -kl aar d, t o decl ar e i nadmi ssabl e).
Berikut nya, Pasal 138 ayat (2) UU No. 40 Tahun 2007 mengharuskan permohonan pemeri-ksaan PT diaj ukan secara t ert ulis (ver zoekschr i -f t), bukan secara lisan (mondel i ng, ver bal). Ke-pent ingan hukum (posit a) yang menj adi alasan hukum permohonan pemeriksaan PT menurut Pasal 138 ayat (1) UU No. 40 Tahun 2007, yait u t erdapat nya dugaan perbuat an melawan hukum sebagai bent uk penyimpangan dalam pengelola-an PT ypengelola-ang dilakukpengelola-an oleh PT, pengelola-anggot a direksi at au dewan komisaris yang merugikan PT, pe-megang saham at au pihak ket iga.
Selain it u, permohonan pemeriksaan PT j uga harus menguraikan secara t egas, j elas dan konkrit pet it um21 yang relevan dengan
21 Lihat penj el asan mengenai Pet i t um at au t unt ut an, pada
Sudikno Mert okusumo, op. ci t . , hl m. 55; dan Yudhi
Se-mohonan it u sendiri. Berdasarkan alasan yang dihubungkan dengan t uj uan permohonan peme-riksaan PT menurut Pasal 138 UU No. 40 Tahun 2007, sert a memerhat ikan pasal-pasal lainnya dalam UU No. 40 Tahun 2007 yang mengat ur pemeriksaan PT (vi de Pasal 139, Pasal 140 dan Pasal 141), maka pet i t um yang relevan dengan it u adalah: Per t ama, memint a agar pengadilan negeri menerbit kan penet apan pemeriksaan t erhadap PT; kedua: memint a agar pengadilan mengangkat 1 (sat u) at au 3 (t iga) orang ahli melakukan pemer-iksaan PT; ket i ga: memint a agar j angka wakt u pemeriksaan oleh ahli, pa-ling lama 30 (t iga puluh) at au 60 (enam puluh) hari, sert a memerint ahkan ahli melaporkan ha-sil pemeriksaan paling lambat dalam j angka wakt u t ersebut ; keempat: memerint ahkan se-t iap anggose-t a direksi, anggose-t a dewan komisaris dan karyawan PT memberi segala ket erangan yang diperlukan dalam pelaksanaan pemerik-saan; kel i ma: membebankan segala biaya pe-meriksaan kepada PT.
Surat permohonan pemeriksaan PT set e-lah didaf t arkan di kepanit eraan pengadilan ne-geri, akan diperiksa oleh hakim dalam persi-dangan yang t erbuka unt uk umum. Pemegang saham at au pihak ket iga yang berkepent ingan sebagai pemohon dan kej aksaan sebagai pemin-t a waj ib membukpemin-t ikan dalil-dalil dugaannya. Sebaliknya, pihak PT dan/ at au anggot a direksi at au dewan komisaris sebagai t ermohon at au t ermint a j uga waj ib membukt ikan dalil-dalil sanggahannya. Selanj ut nya, pengadilan negeri akan memberikan put usan dalam bent uk pene-t apan dengan memerpene-t imbangkan alapene-t -alapene-t bukpene-t i dan f akt a-f akt a hukum yang t erungkap di per-sidangan. Jika permohonan at au permint aan pemeriksaan PT dikabulkan oleh ket ua peng-adilan negeri, maka ket ua pengpeng-adilan negeri, berdasarkan Pasal 139 ayat (3) UU No. 40 Tahun 2007, dalam penet apannya harus memuat dik-t um, yaidik-t u: mengangkadik-t paling banyak 3 (dik-t iga) ” orang yang ahli” sebagai ” pemeriksa” unt uk melakukan pemeriksaan PT unt uk mendapat
kan dat a at au ket erangan yang diperlukan; me-net apkan j angka wakt u pemeriksaan paling lambat 90 (sembilan puluh) hari t erhit ung sej ak t anggal pengangkat an; memerint ahkan ahli membuat dan menyampaikan Laporan Hasil Pe-meriksaan kepada Ket ua Pengadilan dalam j angka wakt u yang t idak boleh lebih dari 90 (sembilan puluh) hari; menet apkan at au me-nent ukan biaya pemeriksaan. Kemudian, ahli (pemeriksa) yang t elah dit et apkan berdasarkan penet apan hakim pengadilan negeri sesuai de-ngan Pasal 139 ayat (3) UU No. 40 Tahun 2007, waj ib melakukan pemeriksaan PT. Dalam rang-ka melaksanarang-kan t ugas pemeriksaan PT, UU No. 40 Tahun 2007 memberikan wewenang kepada orang yang ahli sebagai pemeriksa PT unt uk memeriksa semua dokumen dan kekayaan PT yang dianggap perlu (vi de Pas-al 139 ayat (5)) dan memeriksa set iap anggot a direksi, anggot a dewan komisaris dan semua karyawan PT yang dianggap perlu oleh ahli sebagai pemeriksa (vi -de Pasal 139 ayat (6)).
Tahap akhir, berdasarkan Pasal 140 UU No. 40 Tahun 2007, ahli (pemeriksa) waj ib me-nyampaikan laporan hasil pemeriksaan PT kep-ada ket ua pengadilan negeri dalam j angka wak-t u sebagaimana diwak-t enwak-t ukan dalam penewak-t apan pengadilan negeri unt uk pemeriksaan PT paling lambat 90 (sembilan puluh) hari t erhit ung sej ak t anggal pengangkat an orang yang ahli sebagai pemeriksa PT t ersebut . Berikut nya, ket ua peng-adilan negeri memberikan salinan laporan hasil pemeriksaan PT kepada pemegang saham at au pihak ket iga yang berkepent ingan sebagai pe-mohon at au kej aksaan sebagai pemint a. Jadi, pengadilan t idak campur t angan lagi t erhadap hasil pemeriksaan PT it u, karena pengadilan bersikap pasif , dalam art i t idak berwenang memberikan penet apan lebih lanj ut at au reko-mendasi kepada pemohon (pemegang saham at au pihak ket iga) at au pemint a (kej aksaan) unt uk melakukan t indakan hukum at au upaya hukum t ert ent u yang berkait an dengan hasil pemeriksaan PT. Ini berart i bahwa laporan hasil pemeriksaan PT it u berupa bahan bagi pemo-hon at au pemint a unt uk menent ukan sikap apa-kah dia akan mengaj ukan gugat an perdat a
ber-dasarkan Pasal 1365 KUH Perdat a kepada PT, anggot a direksi at au dewan komisaris j ika ber-dasarkan hasil pemeriksaan cukup f akt a t en-t ang en-t erj adinya perbuaen-t an melawan hukum yang menimbulkan kerugian bagi pemegang sa-ham, pihak ket iga at au kepent ingan umum. Selain it u, pemohon (pemegang saham at au pi-hak ket iga) at au pemint a (kej aksaan) harus me-laporkan kepada kepolisian j ika menurut hasil pemeriksaan it u t erdapat unsur-unsur t indak pidana penggelapan berdasarkan Pasal 372 KUH Pidana at au penipuan berdasarkan Pasal 378 KUH Pidana.
Ket ua pengadilan negeri, menurut Pasal 139 ayat (1) UU No. 40 Tahun 2007, berwenang menolak permohonan pemeriksaan PT yang diaj ukan oleh pemohon (pemegang saham at au pi-hak ket iga) at au permint aan pemeriksaan PT ya-ng diaj ukan oleh pemint a (kej aksaan). Me-nurut M. Yahya Harahap, j ika prinsip hukum pembukt ian dikait kan dengan Pasal 139 ayat (2), berart i penolakan permohonan oleh Ket ua pengadilan negeri, karena pemohon t idak dapat membukt ikan adanya dugaan perbuat an mela-wan hukum yang dilakukan oleh PT, anggot a di-reksi at au dewan komisaris. Sebaliknya, Ket ua Pengadilan Negeri menemukan f akt a at au dapat membukt ikan, permohonan yang diaj ukan dise-lubungi dengan it ikad t idak baik (t e kwader t r ouw, bad f ai t h). Misalnya, permohonan diaj u-kan unt uk mengganggu kegiat an PT. Jadi, ket ua pengadil-an negeri berwenang menolak permo-honan at au permint aan pemeriksaan PT yang diaj ukan oleh pemohon (pemegang saham at au pihak ket iga), at au pemint a (kej aksaan) berda-sarkan at as pert imbangan, yait u: permohonan t idak didasarkan at as alasan yang waj ar dan/ at au t idak dilakukan dengan it ikad baik.
Inkonsist ensi dan Kemenduaan Hukum seba-gai Wuj ud Kelemahan Pengat uran Hukum Pe-meriksaan Perseroan Terbat as
dari pemohon (pemegang saham at au pihak ke-t iga) ake-t au perminke-t aan (kej aksaan). Namun, se-cara mat ril penet apan pengadilan negeri hanya semat a-mat a unt uk menent ukan orang yang ahli yang diangkat sebagai pemeriksa PT, se-hingga t id-ak memut uskan bersalah at au t idak bersalahnya PT at au anggot a direksi at au dewan komisaris yang diduga melakukan perbuat -an melaw-an hukum sebagai bent uk penyim-pangan dalam pengelolaan PT sebagaimana di-maksud oleh Pasal 138 ayat (1) UU No. 40 Ta-hun 2007.
UU No. 40 Tahun 2007 t idak menent ukan krit eria ” ahli” , t et api hanya menj elaskan seca-ra umum bahwa yang dimaksud dengan ” ahli” adalah ” Orang yang mempunyai keahlian dalam bidang yang akan diperiksa” (vi de Penj elasan at as Pasal 139 ayat (3)). Selain it u, Pasal 139 ayat (4) UU No. 40 Tahun 2007 hanya memuat ket en-t uan larangan bagi set iap anggot a direk-si, anggot a dewan komisaris, karyawan PT, konsult an, dan akunt an publik yang t elah dit un-j uk oleh PT t idak dapat diangkat sebagai ahli” . Jadi, t erdapat kemenduaan hukum berupa nor-ma t erbuka (open t ext ur e) t ent ang krit eria ahli dalam Pasal 139 ayat (3) UU No. 40 Tahun 2007, yang dapat menimbulkan kemenduaan dalam penerapan hu-kumnya.
Secara yuridis, set iap anggot a direksi, anggot a dewan komisaris, dan semua karyawan PT ” diharuskan” oleh Pasal 139 ayat (6) UU No. 40 Tahun 2007 unt uk memberikan dat a at au ke-t erangan yang diperlukan unke-t uk pemeriksaan PT kepada orang yang ahli sebagai pemeriksa PT. Namun, UU No. 40 Tahun 2007 t ernyat a t i-dak mengat ur sanksi hukumnya kepada mereka yang menolak memberikan dat a at au ket erang-an dimaksud, sehingga inkonsist en dengerang-an asas manf aat , karena norma-norma hukum dalam Pasal 139 ayat (5) dan ayat (6) UU No. 40 Tahun 2007 t idak mempunyai daya kerj a normat if , se-bab orang yang ahli sebagai pemeriksa PT t idak mempunyai upaya hukum apapun dan t idak dapat memint a bant uan hukum kepada polisi, j aksa dan hakim unt uk memaksa set iap anggot a direksi, anggot a dewan komisaris, dan semua karyawan PT agar kooperat if selama proses
pe-meriksaan PT, karena t idak ada dasar hukum-nya dalam UU No. 40 Tahun 2007. Jadi, peme-riksaan PT sangat t ergant ung kepada it ikad baik dari set iap anggot a direksi, anggot a dewan ko-misaris, dan semua karyawan PT yang bersang-kut an.
Kemenduaan hukum berupa norma kabur (vague nor m) j uga t erdapat dalam prosedur hu-kum pascapemeriksaan PT, karena orang yang ahli sebagai pemeriksa PT, set elah melakukan pemeriksaan PT, t idak diberikan wewenang yang j elas dan konkrit oleh UU No. 40 Tahun 2007 unt uk menyat akan benar at au salah dugaan t erj adinya perbuat an melawan hukum sebagai bent uk penyimpangan pengelolaan PT sebagaimana dimaksud oleh Pasal 138 ayat (1) UU No. 40 Tahun 2007. Selain it u, UU No. 40 Tahun 2007 j uga t idak mengat ur kekuat an me-ngikat laporan hasil pemeriksaan PT t erhadap pemegang saham at au pihak ket iga yang ber-kepent ingan sebagai pemohon dan kej aksaan sebagai pemint a, sert a pihak PT at au anggot a direksi at au dewan komisaris sebagai t ermohon at au t ermint a.
Norma hukum dalam Pasal 138 ayat (7) UU No. 40 Tahun 2007 mewaj ibkan orang yang ahli sebagai pemeriksa PT unt uk merahasiakan hasil pemeriksaan PT kepada pihak lain. Jadi, secara a cont r ar io, dapat dit af sirkan bahwa or-ang yor-ang ahli sebagai pemeriksa PT dilaror-ang ol-eh Pasal 138 ayat (7) UU No. 40 Tahun 2007 Pa-sal 138 ayat (7) UU No. 40 Tahun 2007 unt uk mengumumkan at au memberit ahukan hasil pe-meriksaan PT kepada pihak lain. Namun, ket en-t uan imperaen-t if ini (secara a cont r ar io dapat pula disebut ket ent uan larangan) t ernyat a t idak dise-rt ai dengan sanksi hukum t erhadap orang yang ahli sebagai pemeriksa PT yang melakukan pela-nggaran t erhadap kewaj iban hukumnya (secara a cont r ar io dapat pula disebut melaku-kan pela-nggaran t erhadap ket ent uan larangan-nya).
harus disampaikan oleh orang yang ahli sebagai pemeriksa PT paling lambat 90 (sembilan pu-luh) t erhit ung sej ak t anggal pengangkat an orang yang ahli sebagai pemeriksa PT. Kemudi-an, berdasarkan Pasal 140 ayat (2) UU No. 40 Tahun 2007, ket ua pengadilan negeri memberi-kan salinan laporan hasil pemeriksaan PT it u baik kepada pemegang saham at au pihak ket iga yang berkepent ingan sebagai pemohon dan ke-j aksaan sebagai pemint a maupun pihak PT at au anggot a direksi at au dewan komisaris sebagai t ermohon at au t ermint a dalam j angka wakt u paling lambat 14 (empat belas) hari t erhit ung sej ak t anggal laporan hasil pemeriksaan PT dit erima. Norma hukum dalam Pasal 140 ayat (2) UU No. 40 Tahun 2007 isinya berlebihan (over bodi g), karena set elah pemeriksaan PT se-lesai dilakukan, masih memerlukan int ervensi (campur t angan) ket ua pengadilan negeri unt uk menerima dan memberikan hasil pemeriksaan PT kepada pihak-pihak yang berkepent ingan. Selain it u, j uga t erdapat inkonsist ensi, karena ket ent uan limit at if ini t ernyat a t idak mengat ur akibat hukum dan upaya hukum yang dapat di-lakukan oleh pihak-pihak yang dirugikan (ut a-manya pemohon at au pemint a pemeriksaan PT, sert a orang yang ahli sebagai pemeriksa PT) at au mungkin sanksi hukum yang dapat dit erap-kan kepada ket ua pengadilan negeri yang lalai at au t idak melakukan at au t erlambat melaku-kan kewaj iban hukumnya memberimelaku-kan salinan laporan hasil pemeriksaan PT dalam j angka wa-kt u yang t elah dit ent ukan oleh undang-undang, baik kepada pemegang saham at au pihak ket iga yang berkepent ingan sebagai pemohon dan ke-j aksaan sebagai pemint a maupun pihak PT at au anggot a direksi at au dewan komisaris sebagai t ermohon at au t ermint a.
Gagasan Pengaturan Hukum Ideal Pemeriksa-an PerseroPemeriksa-an Terbat as di Masa yPemeriksa-ang AkPemeriksa-an Dat ang
Pemeriksaan PT berdasarkan UU No. 40 Tahun 2007 yang mengandung banyak inkonsist -ensi dan kemenduaan hukum t idak akan dapat
menj amin kepast ian hukum,22 sehingga t idak akan dapat bermanf aat secara prakt ikal. Ideal-nya, harus ada perbaikan pengat uran hukum pemeriksaan PT dalam UU No. 40 Tahun 200723 dalam upaya mewuj udkan pengelolaan perusa-haan yang baik di masa yang akan dat ang, yang prinsip-prinsipnya mencakup beberapa hal.
Per t ama, adalah penguat an asas kepast i-an hukum di-an asas kemi-anf aat i-an (selain asas keadilan) sebagai dasar f ilosof is pendirian dan pengelolaan PT, t ermasuk pemeriksaan PT yang harus dinyat akan secara t egas dalam sat u pasal khusus, unt uk kemudian dikonkrit isasi hukum (dij abarkan secara normat if ) dalam pasal-pasal lainnya dalam suat u sist em hukum PT. Asas hu-kum bukan norma huhu-kum yang dapat dipakai la-ngsung dalam prakt ik, sehingga isinya perlu di bent uk lebih konkrit .24 Art inya, asas kepast ian hukum dan asas manf aat (selain asas keadilan) dirumuskan secara abst rak dan umum, kemudi-an dikonkrit isasi hukum menj adi norma hukum posit if , sehingga dapat digunakan dalam prakt ik hukum di pengadilan.25
Kedua, adalah Perbaikan (mencakup: pe-rubahan dan penambahan) norma-norma huk-um pemeriksaan PT yang mengacu kepada logi-ka-logika at uran hukum, ant ara lain, (a) Jika suat u at uran hukum memberikan wewenang t ert ent u kepada subj ek hukum t ert ent u, maka harus ada kej elasan wewenang dan krit eria konkrit subj ek hukum t ert ent u yang diberikan wewenang. Logika at uran hukum ini harus
22 Kepast ian hukum, menurut Shi dart a ber int ikan
predik-t abil ipredik-t as, yakni kemampuan memer sepsikan ”an i ndi vi -dual ought t o behave i n cer t ai n way” . Shidart a, ” Minosmer dal am Nomenkl at ur Posit ivisme hukum” , Er a Hukum, No. 2 TH. 11/ -Januar i 2004, hl m. 2.
23 Lihat penj el asan t ent ang membangun undang-undang
yang ideal pada M. Laica Marzuki, ” Membangun Undang-Undang yang Ide-al ” , Jur nal Legi sl asi Indonesi a, Vol . 4 No. 2-Juni 2007, hl m. 1.
24 Mahadi, 1989, Fal saf ah Hukum Suat u Pengant ar ,
Bandung: PT. Cit ra Adit ya Bakt i , hl m. 119. Bandingkan dengan Pet er Mahmud Marzuki, “ Bat as-bat as Kebebasan Berkont rak” , Yur -i di ka, Vol . 18, No. 3, Mei 2003.
25
j adi acuan dalam merumuskan norma hukum yang t egas dan konkrit sebagai dasar hukum pemberian wewenang kepada orang yang ahli sebagai pemeriksa PT unt uk menyat akan benar at au t idak benar dugaan t erj adinya perbuat an mela-wan hukum sebagai bent uk penyimpang-an dalam pengelolapenyimpang-an PT ypenyimpang-ang dilakukpenyimpang-an oleh RUPS, direksi dan/ at au dewan komisaris, baik secara organisasional (organ PT) maupun indivi-dual (personel dari organ PT), dan penent uan krit eria konkrit ” orang yang ahli” yang berwe-nang melakukan pemeriksaan PT berdasarkan pen-et apan pengadilan (perbaikan norma hu-kum dalam Pasal 139 ayat (3)). Krit eria dasar ahli sebagaimana dit egaskan oleh M. Yahya Ha-rahap dapat dij adikan t it ik t olak dalam menen-t ukan krimenen-t eria ahli, yaimenen-t u: memiliki kompemenen-t ensi khusus yang t idak dimiliki orang biasa (or di nar y peopl e), berupa kecakapan (ski l l) yang diper-oleh dari hasil pendidikan (educat ion), lat ihan (t r ai ni ng) maupun pengalaman (exper ience); (b) Jika suat u at uran hukum mengharuskan ada-nya prosedur hukum t ert ent u, maka harus ada j angka wakt u pelaksanaan, akibat hukum, upa-ya hukum, bahkan sanksi hukum at as pelang-garan prosedur hukum t ert ent u t ersebut . Logi-ka at uran hukum ini harus menj adi acuan dalam merumuskan norma hukum yang j elas dan kon-krit yang menent ukan akibat hukum dan upaya hukum yang dapat dilakukan oleh pihak-pihak yang dirugikan (ut amanya pemohon at au pe-mint a pemeriksaan PT, sert a orang yang ahli sebagai pemeriksa PT), bahkan mungkin sanksi hukum (administ rat if ) yang dapat dit erapkan kepada ket ua pengadilan negeri yang lalai at au t erlambat melakukan at au t idak melakukan ke-waj iban hukumnya memberikan salinan laporan hasil pemeriksaan PT it u, baik kepada peme-gang saham at au pihak ket iga yang berkepen-t ingan sebagai pemohon dan kej aksaan sebagai pemint a maupun pihak PT at au anggot a direksi at au dewan komisaris sebagai t ermohon at au t ermint a (perbaikan norma hukum dalam Pasal 140 ayat (2)); (c) Jika suat u at uran hukum me-waj ibkan subj ek hukum t ert ent u melakukan perbuat an hukum t ert ent u dalam hubungan-hubungan hukum t ert ent u pula, maka harus ada
Pi-dana) (perbaikan norma hukum dalam Pasal 139 ayat (7)).
Penut up Simpulan
UU No. 40 Tahun 2007 (vi de Pasal 138–Pa-sal 141) memuat pengat uran hukum pemerik-saan PT, yang bert uj uan menemukan dan me-nerang-benderangkan kebenaran dugaan t er-j adinya perbuat an melawan hukum sebagai bent uk penyimpangan yang dilakukan oleh or-gan PT (RUPS, direksi dan dewan komisaris) at au personel dari organ PT (anggot a direksi at au dewan komisaris) dalam pengelolaan PT yang merugikan pemegang saham, pihak ket iga at au kepent ingan umum. Namun, persyarat an dan prosedur hukum, sert a ruang lingkup pe-meriksaan PT yang diat ur dalam UU No. 40 Ta-hun 2007 mengandung banyak inkonsist ensi dan kemenduaan hukum (norma kabur dan norma t erbuka), sehingga norma-norma hukum posit if pemeriksaan PT t idak memadai unt uk menj e-laskan dan mengarahkan t ercapainya t uj uan pemeriksaan PT, yang menimbulkan ket past ian hukum, yang dapat berakibat ket idak-manf aat an hukum secara prakt ikal, yang pada akhirnya dapat menj adi hambat an (const r ai n) dalam upaya mewuj udkan pengelolaan perusa-haan yang baik. Oleh karena it u, gagasan peng-at uran hukum ideal pemeriksaan PT dalam upa-ya mewuj udkan pengelolaan perusahaan upa-yang baik di masa yang akan dat ang perlu mem-perhat ikan prinsip-prinsip yang mencakup: per -t ama, penguat an asas kepast ian hukum dan asas kemanf aat an hukum (selain asas keadilan) yang dikonkrit isasi dalam norma-norma hukum posit if mengenai pendirian, pengelolaan, pe-meriksaan dan pascapepe-meriksaan PT, sebagai suat u sist em; kedua, perbaikan norma-norma hukum posit if mengenai pemeriksaan PT yang konsist en dan t idak mendua, dengan mengacu kepada logika-logika at uran hukum.
Daft ar Pust aka
Adj ie, Habib. “ Tanggung Jawab Sosial Perusa-haan” . Jur nal Hukum Bi sni s, Vol. 27-No. 1-Tahun 2008;
Alias, Jimmy E. “ Peran Manaj emen Risiko St ra-t egik dalam Mendukung Good Cor por at e Gover nance” . Jur nal Hukum Bi sni s, Volu-me 23 No. 3-Tahun 2004;
Badruzzaman, Mariam Darus. 2001. Kompi l asi Hukum Per i -kat an. Bandung: PT. Cit ra Adit ya Bakt i;
Harahap, M. Yahya. “Separ at e Ent it y, Li mit ed Li abi l i t y, dan Pi er ci ng t he Cor por at e Vei l” . Jur nal Hukum Bi sni s, Vol. 26-No. 3-Tahun 2007;
Ibrahim, Johnny. 2005. Teor i dan Met ode Pe-nel i t ian Hukum Nor mat i f . Malang: Bayu Media Publishing;
Isnaeni, M. “ Hak Tanggungan sebagai Lembaga Jaminan dalam Kerangka Tat a Hukum Indonesia” . Jur nal Hukum Ekonomi , Edisi V, Agust us 1996;
Khairandy, Ridwan. “ Perseroan Terbat as seba-gai Badan Hukum” . Jur nal Hukum Bi sni s,
Vol. 26 No. 3 Tahun 2007;
Law, Colin & Pat ricia Wong. “ Corporat e Gover-nance: A Comparat ive Analysis Bet ween The UK and China” . Int er nat ional Com-pany and Commer ci al Law Review, Vol. 16 (9), 2005;
Mahadi. 1989. Fal saf ah Hukum Suat u Pengan-t ar . Bandung: PT. Cit ra Adit ya Bakt i; Malik, Camelia. “ Implikasi Adanya Komisaris
In-dependen dalam Perseroan Berdasarkan UU No. 40 Tahun 2007” . Jur nal Hukum Bi sni s, Volume 26-No. 3 Tahun 2007;
Marzuki, M. Laica. ” Membangun Undang-Un-dang yang Ide-al” . Jur nal Legi sl asi Indo-nesi a, Vol. 4 No. 2-Juni 2007;
Marzuki, Pet er Mahmud. “ Bat as-bat as Kebebas-an Berkont rak” . Yur i di ka, Vol. 18, No. 3, Mei 2003;
Mert okusumo, Sudikno. 2006. Hukum Acar a Per dat a Indonesi a. Yogyakart a: Libert y;
Nusant ara, Abdul Hakim Garuda. “ Kualit as Pu-t usan Pengadilan Niaga” . Jur nal Hukum Bi sni s, Volume 22 No. 4-Tahun 2003;
Pramono, Nindyo. “ Tanggung Jawab Dan Kewa-j iban Pengurus PT (Bank) Menurut UU No. 40 Tahun 2007 Tent ang Perseroan Terba-t as”. Bul et i n Hukum Per bankan dan Ke-bangsent r al an, Vol. 05 Nomor 03, Desember 2007;
Raj agukguk, Erman. “ Pengelolaan Perusahaan yang Baik: Tanggung Jawab Pemegang Saham, Komisaris, dan Direksi” . Jur nal Hukum Bi sni s, Volume 26 No. 3 Tahun 2007;
Salman, Radian. “ Mahkamah Konst it usi dan Po-lit ik Hukum di Bidang Pemilihan Umum” .
Jur nal Konst it usi, Vol. II, No. 1, Juni 2009;
Set iawan, Yudhi dan Boedi Dj at miko Hadiat -modj o. ” Cacat Yuridis Dalam Prosedur Sebagai Alasan Pembat alan Sert if ikat Hak At as Tanah Oleh Pradilan Tat a Usaha Negara” . Jur nal Equal i t y, Vol. 13 Nomor 1, Februari 2008;
Shidart a. ” Minosmer dalam Nomenklat ur Posit i-visme Hukum” . Er a Hukum, No. 2 TH. 11/ Januari 2004;
Subihart a. “ Ult ra Vires” dan Good Corporat e Governance” dalam Perspekt if UU Nomor 40 Tahun 2007 t ent ang Perseroan Ter-bat as” . Var i a Per adi l an, Tahun XXV No. 294 Mei 2010;
Sudaryant o, Agus. “ Fenomena Penghakiman Massa Dalam Perspekt if Hukum dan Eko-nomi” . Mi mbar Hukum, Vol. X Nomor 36, Tahun 2000;
Sugarda, Paripurna P. ” Pengelolaan Perusahaan yang Baik: Apakah Hanya Et ika Bisnis at au j uga Persyarat an Hukum?” . Jur nal Hukum Bi sni s, Volume 14, Juli 2001;
Syaif uddin, Muhammad. “ Pemeriksaan Yayasan: Pengat uran, Inkonsist ensi, dan Kemen-duaan Hukumnya dalam UU No. 16/ 2001
j o. UU No. 28/ 2004” . Si mbur Cahaya, No. 39 Tahun XIV Mei 2009;
---. “ Perspekt if Global Penyelesaian Sengke-t a InvesSengke-t asi di Indonesia” . De Jur e, Jur -nal Syar iah dan Hukum, Vol. 02 Nomor 01, Juni 2010;
---. ” Tanggung Jawab Sosial Perusahaan: Perkembangan Teori dan Relevansinya dengan Tuj uan Hukum Perusahaan” . Si m-bur Cahaya, No. 31 Tahun XI, Mei 2006;
---. ” Wewenang Dewan Komisaris Mengurus Perseroan Terbat as: Analisis Rasio dan Implikasi Hukum Pasal 118 dalam Kait -annya dengan Pasal 1 angka 6 dan Pasal 108 Undang-Undang PT No. 40 Tahun 2007” . Si mbur Cahaya, No. 41 Tahun XV, Januari 2010;
Tumbuan, Fred B. G. “ Tugas dan Wewenang Or-gan Perseroan Terbat as Menurut Undang-Undang Tent ang Perseroan Terbat as”.
PPH Newsl et t er s, Nomor 70, Sept em-ber 2007;
Ut ama, Meria. “ The Implement at ion of Good Corporat e Governance in Indonesian Company” . Si mbur Cahaya, No. 44 Tahun XVI Januari 2011;
Warella, Y. “ Kepent ingan Umum dan Kepen-t ingan Perseorangan” . “ Di al ogue” JIAKP,
Vol. 1, No. 3, Sept ember 2004;
Yuniart i. “ Kewenangan Not aris Membuat Akt a Risalah Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa t ent ang Perubahan Ang-garan Dasar Perseroan Terbat as” . Reper t or i um,