• Tidak ada hasil yang ditemukan

laporan kodok katak yang ada di universi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "laporan kodok katak yang ada di universi"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

MAKALAH

MATA KULIAH PRAKTIKUM BIOLOGI

(ABKC5105)

“PRAKTIKUM AMPHIBI”

DOSEN PENGASUH :

MAULANA KHALID RIEFANI M.Si, M.Sc

OLEH KELOMPOK VIII :

M. Muhajir Luthfi (A1C515012)

Nining Tri Sugiarti (A1C515013)

Winda Sugiarti (A1C515022)

Feninda Herdi Surya Putri (A1C515203)

Raudya Tuzzahra (A1C515210)

Rezky Fitriyana (A1C514217)

Fajar Lazuardi (A1C514223)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN IPA

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN IPA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

BANJARMASIN

(2)

PRAKTIKUM LAPANGAN Topik : Amphibi

Tujuan : Untuk mengidentifikasi cirri karakteristik Kelas Amphibia melalui kegiatan determinasi dan pengamatan morfologis

Hari / Tanggal : jum’at – sabtu / 04-05 Desember 2015 Tempat : UNLAM Banjarmasin

I. ALAT DAN BAHAN A. ALAT :

1. Alat tulis

2. Buku panduan pengamatan 3. Alat dokumentasi (Kamera dll) 4. Alat tulis

B. BAHAN : 1. Plastik sampel 2. Kertas label

3. Berbagai jenis hewan kelas Amphibia yang berhasil ditemukan II. CARA KERJA

1. Menyiapkan alat yang akan digunakan dalam melakukan pengamatan. 2. Mengambil sampel amphibi dikawasan sekitar unlam.

3. Melakukan pengamatan cirri morfologis dan karakteristik sampel.

4. Melakukan dokumentasi terhadap data dan sampel yang telah dikumpulkan. 5. Menunjang data yang didapat dengan pengkajian literature terkait.

6. Melakukan penyusunan sementara.

III. TEORI DASAR

(3)

dari hutan pantai, hutan dataran rendah hingga hutan pegunungan yang ektrim,kecuali daerah kutub dan gurun (Mistar 2008).

Amfibi merupakan hewan berdarah dingin yang mampu menyesuaikan cara hidupnya dengan lingkungannya. Didaerah iklim sedang, bila musim dingin tiba, hewan ini bersembunyi dimana saja ,misalnya mengubur diri dalam lumpur parit, dikubangan,atau tanah tanah yang basah diantara batu-batuan. Elama tidur pada waktu musim dingin, hewan ini tidak makan, dan sedikit pertukaran udara yang dibutuhkannya, yang berlangsung melalui kulitnya (Vitt,2009).

Semua emfibi dewasa merupakan pemakan daging, tetapi karena ukuran tubuhnya yang relatif kecil,Amfibi hanya dapat memangsa serangga dan hewan mangsa yang empuk bagi hewan lain, dan musuh utamanya ialah : burung ular dan beberapa mamlia, sedangkan telur dan larvanya merupakan mangsa bagi ikan dan hewan air lainnya (Duellman dkk., 2003).

(4)

Keterangan : 1. Kepala (caput) 2. Ekstermitas atas 3. Badan (trunchus) 4. Ekstermitas bawah Klasifikasi

Kerajaan : Animalia Filum : Chordata Kelas : Amphibia Ordo : Anura Famili : Bufonidae

Genus : Bufo (laurenti, 1768)

Spesies : B. Melanostictus (schneider, 1799)

Keterangan : 1. Kepala (caput) 2. Ekstermitas atas 3. Badan (trunchus) 4. Ekstermitas bawah Klasifikasi

Kerajaan : Animalia Filum : Chordata Kelas : Amphibia Ordo : Anura Famili : Bufonidae

Genus : Bufo (laurenti, 1768)

(5)

Keterangan :

Kerajaan : Animalia Filum : Chordata Kelas : Amphibia Ordo : Anura Famili : Bufonidae Genus : Ingerophrynus

Spesies : I. Biporcatus (gravenhorst, 1829)

(6)

Keterangan :

Genus : Bufo (laurenti, 1768) Spesies : B. Melanostictus (schneider, 1799)

Pada sp 1, 2, 4, dan 5 kami memberi nama yang sama, karena pada kodok Bangkong kolong (B. Melanostictus) memang memiliki banyak ciri dan perbedaan, dari bentuk badan, warna. Kurangnya pengetahuan pada kodok ini, saat terdapat perbedaan yang mencolok misalnya pada bentuk badan, maka itu ditetapkan sp yang berbeda. Padahal bentuk badan pada kodok ini bisa berbeda tergantung umur, dan jenis kelamin kodok.

Kami, meyakini ke 4 sp yang ditetapkan ini adalah sama karena spesies di indonesia hanya ada 5 dalam artikel (https://amfibidunia.wordpress.com/) dan 5 spesies itu sangat jauh berbeda ciri-cirinya.

Kodok berukuran sedang, yang dewasa berperut gendut, berbintil-bintil kasar. Bangkong jantan panjangnya (dari moncong ke anus) 55-80 mm, betina 65-85 mm. Di atas kepala terdapat gigir keras menonjol yang bersambungan, mulai dari atas moncong; melewati atas, depan dan belakang mata; hingga di atas timpanum (gendang telinga). Gigir ini biasanya berwarna kehitaman. Sepasang kelenjar parotoid (kelenjar racun) yang besar panjang terdapat di atas tengkuk.

(7)

Sisi bawah tubuh putih keabu-abuan, berbintil-bintil agak kasar. Telapak tangan dan kaki dengan warna hitam atau kehitaman; tanpa selaput renang, atau kaki dengan selaput renang yang sangat pendek. Hewan jantan umumnya dengan dagu kusam kemerahan.

Bangkong kolong paling sering ditemukan di sekitar rumah. Melompat pendek-pendek, kodok ini keluar dari persembunyiannya di bawah tumpukan batu, kayu, atau di sudut-sudut dapur pada waktu magrib; dan kembali ke tempat semula di waktu subuh. Terkadang, tempat persembunyiannya itu dihuni bersama oleh sekelompok kodok besar dan kecil; sampai 6-7 ekor.

Bangkong ini kawin di kolam-kolam, selokan berair menggenang, atau belumbang, sering pada malam bulan purnama. Kodok jantan mengeluarkan suara yang ramai sebelum dan sehabis hujan untuk memanggil betinanya, kerapkali sampai pagi.

Pada saat-saat seperti itu, dapat ditemukan beberapa pasang sampai puluhan pasang bangkong yang kawin bersamaan di satu kolam. Sering pula terjadi persaingan fisik yang berat di antara bangkong jantan untuk memperebutkan betina, terutama jika betinanya jauh lebih sedikit. Oleh sebab itu, si jantan akan memeluk erat-erat punggung betinanya selama prosesi perkawinannya. Kadang-kadang dijumpai pula beberapa bangkong yang mati karena luka-luka akibat kompetisi itu; luka di moncong hewan jantan, atau luka di ketiak hewan betina.

Nampaknya kodok ini memiliki asosiasi yang erat dengan lingkungan hidup manusia. Dari waktu ke waktu, bangkong kolong terus memperluas daerah sebarannya mengikuti aktivitas manusia. Iskandar (1998) mencatat bahwa kodok ini tak pernah terdapat di dalam hutan hujan tropis.

Kodok spesies kedua yang kami temukan yaitu Kodok-puru hutan. Kodok-puru hutan adalah sejenis katak dari familia Bufonidae (suku katak buduk). Nama ilmiahnya adalah Ingerophrynus biporcatus, menunjuk pada sepasang gigir pendek yang berada di atas kepalanya.

Nama-nama daerahnya antara lain: kodok buduk (Btw.), bangkong buduk (Sd.), dan kodok berut (Jw.). Dalam bahasa Inggris dikenal dengan nama Crested Toad atau Indonesian Toad.

(8)

menyegitiga, terletak di atas bahu. Masing-masing diikuti dengan sederet bintil-bintil yang membesar, hingga ke depan paha.

Punggung kecoklatan, keabu-abuan atau kehitaman, dengan coreng-moreng kecoklatan. Ada pula spesimen yang berwarna coklat kemerahan, dengan deretan bintil di belakang parotoid berwarna merah jambu. Beberapa bercak hitam di punggung terletak tidak simetris. Sisi perut (ventral) berwarna putih keabu-abuan, dengan bercak-bercak gelap kehitaman terutama di sekitar dada. Bintil-bintil di punggung dan perut lebih halus daripada bangkong kolong Duttaphrynus melanostictus, namun berbentuk meruncing. Juga perut umumnya tidak segendut melanostictus. Jantan biasanya dengan tenggorokan kemerahan.

Kaki dan tangan pendek-pendek namun kuat. Jari-jari tangan berujung tumpul, tanpa menggembung, tanpa selaput renang. Sedangkan jari-jari kaki berselaput renang sampai sekitar setengahnya.

Kodok ini biasa ditemukan di lingkungan hutan-hutan primer dan hutan sekunder, serta di sekitar hunian manusia. Di lingkungan pemukiman,kodok ini agak jarang ditemukan dekat rumah dan lebih banyak di sekitar kolam atau belumbang di kebun dan pekarangan.

Untuk memikat betinanya, kodok jantan mengeluarkan suara nyaring dari atas tanah di dekat tepi kolam atau air. Terkadang kodok ini juga berbunyi dari vegetasi yang tumbuh di air, misalnya dari semak sikejut Mimosa pigra sekitar 1-2 meter dari tepian.

(9)

Daftar pustaka

https://id.wikipedia.org/wiki/Bangkong_kolong https://id.wikipedia.org/wiki/Kodok-puru_hutan https://amfibidunia.wordpress.com/

Referensi

Dokumen terkait

Penunjukan Kantor Akuntan Publik yang akan mengaudit Laporan Keuangan Perseroan untuk tahun buku yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2020 dan menetapkan honorarium

7 Undang Undang Nomor 42 Tahun1999 tentang Jaminan Fidusia, Op.. Penelitian ini juga digunakan penelitian normatif untuk mendukung penelitian empiris dengan

kenaikan pangkat berikutnya sampai pada pangkat maksimum dalam lingkup jabatan setingkat lebih tinggi dari jabatan semula tidak lagi disyaratkan tambahan angka kredit, sedangkan

Bagi peneliti selanjutnya agar melakukan penelitian yang lebih maksimal dengan menggunakan media yang lebih baik seperti memutar video dan alat peraga ataupun dikombinasikan

Dehidrasi yang dilakukan yaitu dengan cara adsorbsi menggunakan molecular sieve 3A, silica gel, dan kombinasi dari molecular sieve 3A + silica gel. Dari percobaan adsorbsi dari

Sumber data sekunder diperoleh dari dokumen atau arsip, antara lain berupa dokumen-dokumen dan arsip yang ada kaitannya dengan langkah yang dilakukan berkenaan

BPR Dana Mandiri mulai dari proses pengajuan permohonan kredit yang Anda ajukan sampai dengan keluarnya keputusan dari BPR apakah kredit Anda tersebut diterima?. Keberatankah

Untuk mengoptimalkan pendistribusian spring bed serta meminimumkan biaya pendistribusiannya ke daerah Bungku, Kabupaten Toli- toli, daerah Luwuk, Kabupaten Poso,