• Tidak ada hasil yang ditemukan

FORMAT KURIKULUM PENDIDIKAN ISLAM YANG I

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "FORMAT KURIKULUM PENDIDIKAN ISLAM YANG I"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan suatu proses pembentukan kepribadian manusia, baik melalui proses agama atau umum lebih-lebih pada kematangan perencanaan kurikulumnya. Pendidikan tidak hanya berlangsung pada beberapa saat saja, melainkan pendidikan anak harus dimulai dari masa paling awal, yakni masa anak yang berada dalam kandungan hingga lahir menjadi sosok generasi yang cakap dengan berbagai potensi dan keahlian guna mencapai kehidupan yang layak dan bahagia dunia akhirat. Pendidikan memang membutuhkan waktu yang panjang dan bahkan proses tersebut berkelanjutan dan tidak akan pernah habis yang dimulai dari lahir sampai akhir hayat dalam arti pendidikan seumur hidup (Life Long Education) dan ada juga yang memberikan istilah pendidikan terus menerus (Continuing Educational). Dengan demikian pada esensinya pendidikan merupakan proses yang tidak pernah berhenti dalam kondisi apapun, tinggal seberapa besar keinginan seseorang untuk merubah diri menjadi diri yang berpotensi dan diperhitungkan oleh orang lain dalam bidang tertentu dan penguasaan kemampuan tertentu.

(2)

kemudian dirubah menjadi Competency Based Curriculum (KBK), kemudian berubah ke Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), kemudian dirubah lagi dengan kurikulum 2013 yang sudah resmi dilauncingkan, akan tetapi masih belum jelas statusnya sampai hari ini, atau masih dalam tanda (“), informasi terbaru juga akan dirubah lagi menjadi kurikulum nasional, “Sebuah dilematika kurikulum bangsa di bawah kebijakan yang tersandar”.

Disisilain, sumbangsih kurikulum dengan beberapa perubahan di atas seyogyanya memberikan kekuatan dan pondasi kuat kepada setiap anak didik khususnya dan terutama dalam membangun karakter seorang anak, “Akhlaq”, akan tetapi realitas menjawabnya, dari hari kehari masih banyaknya degradasi moral bagi anak didik, baik pergaulan bebas, kenakalan remaja, narkoba dan pelecehan seksual.

Sesuai dengan informasi yang diberitakan oleh (Trans TV pada hari Rabu, 06 Oktober 2015 pukul 15.00 Wib) memberitakan bahwa kenakalan remaja dan pelecehan seksual dari tahun ketahun selalu mengtalami peningkatan, 2013 tercatat kurang lebih 3011 kasus, kemudian pada tahun 2014 naik menjadi 4331 kasus dan sampai oktober 2015 sudah mencapai 5000 lebih kasus.

Selain dampak perkembangan tekhnologi dan globalisasi, hal ini juga sangat erat kaitanya dengan sumbangsih sistem kurikulum yang telah diterapkan di Indonesia, sejauhmana kekuatan sistem, pola atau format kurikulum tersebut dalam membentuk pribadi yang berakhlaq, beriman, bertaqwa dan berwawasan. Dengan demikian, realitas ini membutuhkan sumbangsih pemikiran dan konsep tentang format kurikulum yang ideal dalam pendidikan Islam yang bisa diterima oleh public.

(3)

anak, sehingga dengan batasan demikian, pembahasan ini lebih spesifik dan tidak terlalu melebar.

Kurikulum Pendidikan Islam yang Ideal

Pengertian kurikulum pendidikan Islam

Kurikulum pendidikan Islam merupakan suatu pola atau format dengan segala hal yang berkaitan dengan pendidikan Islam yang harus didesain sedemikian rupa guna menghasilkan generasi muslim yang tidak diragukan lagi terutama dalam bidang karakter.

Dalam bahasa arab, kata kurikulum dapat diterjemahkan dengan istilah manhaj yang berarti jalan terang, atau jalan yang dilalui oleh manusia pada berbagai bidang kehidupan. Dikutip oleh Jalaludin dalam (Toumy al-Syaibany, 478)

Sacara etimologis, kurikulum berasal dari bahasa yunani yaitu “curir” yang berarti pelari dan “curer” yang berarti tempat terpacu. Jadi istilah kurikulum berasal dari bidang olahraga di Yunani, yang mengandung pengertian suatu jarak yang harus ditempuh oleh pelari dari garis strart sampai garis finish. Jalaludin mengutip dari (Sudirman, 1987:9).

(4)

Sedangkan Sanjaya (2011, hal. 9) mendefensikan kurikulum sebagai sebuah dokumen perencanaan yang berisi tentang tujuan yang harus dicapai, isi materi dan pengalaman belajar yang harus dilakukan siswa dan cara yang dapat dikembangkan, evaluasi yang dirancang untuk mengumpulkan informasi tentang pencapaian tujuan, serta implementasinya dari dokumen yang dirancang dalam bentuk nyata.

Definisi yang populer terkait kurikulum adalah “ the curriculum of a school is all the experiences that pupils have under the guidance of the school” yaitu segala pengalaman anak disekolah dibawah bimbingan sekolah. (Nasution, 2003. hal. 10). Secara terminologis, kurikululum adalah sejumlah mata pelajaran yang harus ditempuh atau sejumlah pengetahuan yang haurs dikuasai untuk mencapai suatu tingkat atau ijazah. Dikutip oleh Jalaludin dalam (Zuhairini, 1983, hal.58)

Esensinya kurikulum memiliki pengertian yang sangat luas dan universal dan tidak terbatas pada lingkaran pengertian olahraga “Yunani” saja. Dan ini salah satu menu dalam menunjang pola pikir yang menimbulkan makna kerdil dalam pendekatan Islam (Alqur’an dan Hadits) dalam memaknai kurikulum secara lughat.

Kurikulum pada hakekatnya juga merupakan perencanaan bahan-bahan materi ajar baik dari isi materi dan pengalaman anak didik serta produk yang disediakan sebagai acuan dalam perencanaan, implementasi dan evaluasi pembelajaran. Dan pada substansinya, format kurikulum pendidikan Islam merupakan suatu pola yang merencanakan tujuan, bahan, metode, isi dan evaluasinya dalam mencapai tujuan pendidikan Islam, yakni insan kamil yang berakhlak, berwawasan dan bertaqwa kepada Allah swt yang bersumber pada Al-Qur’an dan Al-Hadits.

(5)

Pendidikan merupakan suatu proses yang komprehensif yang berupaya mempersiapkan diri dengan segala yang dimilikinya menuju kabaikan dan ketaqwaan kepada Allah swt. Pendidikan Islam berupaya menyiapkan manusia untuk hidup baik dalam keadaan damai maupun perang, dan menyiapkannya untuk menghadapi masyarakat dengan segala kebaikan dan kejahatannya, manis dan pahitnya (al-Qardawi, 1980, hal. 39)

Sementara itu, Hasan Langgulung merumuskan pendidikan Islam sebagai suatu proses penyiapan generasi muda untuk mengisi peranan, memindahkan kemampuan pengetahuan dan nilai-nilai Islam yang diselaraskan dengan fungsi manusia untuk beramal dan memetik hasilnya kelak di akhirat (Langgulung, 1980, hal. 6)

Pendidikan juga merupakan sebuah proses transformasi ilmu pengetahuan mulai dari tingkat dasar sampai menuju tingkat selanjutnya yang lebih tinggi. (Gunawan, 2012 hlm. 198).

(6)

Islam telah menetapkan suatu metode sempurna dan mencakup berbagai aspek pada diri manusia, sekiranya metode itu diterapkan benar, pasti terlahir pada masyarakat Islam seorag musim manusia yang sempurna “Insan Kamil” dan lurus. Yang mempu mewujudkan tujuan dalam pendidikan dalam Islam (Musthafa, 2009: 19).

Disisilain, pendidikan Islam selalu mengajarkkan untuk mempersiapkan anak yang alim dan sholeh. Bukan sebatas cerdas, berwawasan maupun pandai saja. Islam telah menggariskan beberapa aspek kepribadian bagi seorang muslim. Karena itu al-Qur’an menyebutkan sifat-sifat kaum muslimin yang disebut dengan “Ibaadurrahman” (Hamba-hamba Arrahman). Mereka adalah orang-orang yang menggambarkan pribadi muslim yang tulus dalam kehidupan nyata di dunia ini.

Allah swt berfirman,

املس اولاق نولهجلا مهبطاخ اذاو انوه ضرلا ىلع نؤشمي نيذلا نمحرا دابعو

Artinya : Dan hamba-hamba Tuhan yang maha penyayang itu (ialah) orang-orang yang berjalan di atas bumi dengan rendah hati dan apabila orang orang jahil menyapa mereka, mereka mengucapkan kata-kata (yang mengandung) keselamatan. (Q.S. Al-Furqan: 63).

Islam telah memberikan pilihan kepada umat Islam dengan tepat, Islam telah menetapkan pola hidup yang lengkap bagi pemeluknya. Sehingga apabila seseorang itu memahaminya pola hidup ini, realitanya akan seimbang sesuai dengan tuntunan dalam al-Qur’an dan sunnah.

(7)

rencana harian. Rencana harian ini dimulai dengan shalat shubuh dimasjid, kemudian membaca do’a-do’a yang mu’tsar, kemudian melakukan apa yang telah tercatat di dalam kurikulum pribadinya, serta melakukan pekerjaan-pekerjaan dan tugas-tugas rumah tangga dan agamanya.

Sedangkan ideal menurut Kamus Besar Bahasa Indoensia (KBBI) itu sendiri adalah sangat sesuai dengan yangg dicita-citakan atau diangan-angankan atau dikehendaki. Dimaksudkan pendidikan Islam yang ideal disini merupakan sebuah proses.

Dengan demikian, pendidikan Islam yang ideal merupakan suatu upaya mewariskan sekaligus mentransformasikan nilai-nilai Islami yang akan menjadi penolong dan penentu umat Islam dalam menjalani kehidupan, dan sekaligus untuk memperbaiki nasib dan peradaban umat Islam secara komprehensif yang berdasarkan al-Qur’an dan al-Hadits.

Kurikulum perspektif Al-qur’an dan Al-Hadits

Dasar pendidikan Islam adalah identik dengan dasar ajaran Islam itu sendiri. Keduanya berasal dari sumber yang sama, yakni Al-Qur’an dan Hadits.

Jika dasar dasar pendidikan Islam dikembangkan oleh pemahaman ulama dalam bentuk qiyas syar’i, ijma’ yang di akui, ijtihad dan tafsir yang benar-benar dalam bentuk pemikiran yang menyeluruh dan terpadu tentang jagad raya, manusia, masyarakat dan bangsa, pengetahuan, kemanusiaan dan akhlaq dengan merujuk kedua sumber asal, yakni A-Qur’an dan Hadits sebagai sumber rujukkan utamanya. Dikutip oleh Jalaludin dalam (Mohammad Omar al-Thoumy al-Syaibani, 1979, hal.36)

(8)

didasarkan pada keyakinan semata. Lebih dari itu kebenaran dimaksud juga sejalan dengan kebenaran yang dapat diterima oleh nalar (rasio) dan bukti-bukti sejarah . menurut Jalaludin (2011, hal,74), mengemukakan, apabila pemikiran-pemikiran ini difokuskan pada masalah yang berhubungan dengan hakekat pendidikan, maka pemikiran seperti itu disebut sebagai pemikiran filosofis.

Dalam perspektif ini, kurikulum dipahami dengan sangat universal dan fleksibel, baik pada tujuan, metode, isi maupun evaluasinya. Pertama, Tujuan kurikulum itu sendiri juga tidak terlepas dari substansi pendidikan Islam yang berasaskan Al-qur’an dan Al-Hadits, sesuai tujuannya, kurikulum pendidikan Islam harus sesuai dengan Al-Qur’an, Allah swt menciptakan manusia tujuannya untuk menjadi khalifah yang bertugas memakmurkan bumi dan menebarkan keamanan , keadilan, serta kesejahteraan di dalamnya.

Allah swt berfirman:

ةفيلخ ضرلا ىف لع اج ىنا ةكئلملل كبر لاق ذاو

Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat: ‘Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalaifah di muka bumi.” (QS. Al-Baqarah; 30).

Untuk itu, yang menjadi dasar pendidikan dasar Islam adalah hubungan yang terus berkelanjut antara seorang muslim dengan Allah. Dengan demikian, seorang muslim sudah berjalan sesuai dengan peraturan dari Allah SWT. Alqur’an dan Hadits dijadikan sebagai satu-satunya dasar utama dalam mendesain sistem kurikulum pendidikan Islam, dan hal ini masih tabu dan dilihat sebelah mata oleh penemuan-penemuan dari kaum menuju kegelapan “Eropa”.

(9)

ميظع قلخ ىلعل كناو

Artinya : “ Sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung” (QS. Al-Qalam, 4).

Selain itu, Rasulullah saw juga bersabda,

قلخ لا مراكم ممتل تثعب

Artinya : “ Saya diutus untuk menyempurnakan Akhlaq” (HR. Al-Bukhari).

Diriwayat lain, Rasulullah saw juga bersabda,

ئىش لك ىلع ن اسحلا بتك ل نا

Artinya: “Sesungguhnya Allah swt memerintahkan bebuat baik dalam segala hal”.

Sesuai kacamata kurikulum, sangatlah jelas bahwa al-Qur’an dan al-Hadits seirama dalam maksud dan tujuannya, yakni dalam bidang akhlaq. “Karakter”. Dengan demikian kurikulum pendidikan Islam sudah seyogyanya focus pada pembentukan karakter mulia, bukan sebatas pada penguasaan kompetensi.

Kedua, pada metode, metode, salah satu bentuk metode yang dianjurkan dalam al-Qur’an adalah dengan metode Uswah.

Menurut Musthafa (2010, hal.22) mengemukakan pendidikan akhlaq merupakan tanggung jawab para bapak, ibu, bapak dan ibu guru. Agar pendidikan akhlaq memberikan buah yang baik, hendaknya seorang anak mendapati dalam rumah dan sekolahnya, seorang Qudwah Hasanah, (Panutan yang baik). Yang bisa dijadikannya panutan dan teladan dalam hidupnya.

(10)

ةنسح ةوسا ل لوسر ىف مكل ناك دقل

Artinya : “ Sungguh telah ada bagi kamu diri Rasulullah itu suri teladan yang baik. ( Al-ahzab:21).

Rasulullah saw juga bersabda,

ىت لص اومعتلو ىب اومت اتل اذه تعنص ىن ا س انا اهيا اي

Artinya: “Wahai manusia, sesungguhnya aku melakukan hal ini agar kamu mengikutiku, dan agar kamu belajar dari shalatku”.

Disisilain, metode yang sering digunakan oleh pendidik yakni dengan metode ceramah,

Dalam hal ini Allah SWT juga sudah menegaskan dalam firmannya ”Sesungguhnya Allah menyuruh kamu sekalian menyampaikan amanat kepada yang berhak meneriman. Dan (menyuruh kamu sekalian) apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu menetapkannya dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu, sesungguhnya Allah adalah Maha Mendengar lagi Maha Melihat. (QS. An-Nisa’:58).

Dengan demikian, hakekatnya kurikulum pendidikan Islam itu sudah dijabarkan dengan jelas dalam Al-Qur’an dan Al-Hadits. Sudah seyognya pendidikan Islam di Indonesia mengevaluasi dan memformulasi kembali substansi kurikulum itu sendiri, baik pada tujuan, metode, bahan dan evaluasi serta pada sistemnya yang disesuaikan dengan tujuan al-Qur’an dan al-Hadits menuju bangsa yang berkakrakter dan berintegritas.

(11)

format dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Format adalah bentuk, pola dan ukuran (buku, surat kabar, dsb). Sedangkan alternatif adalah pilihan diantara dua atau beberapa kemungkinan, (KBBI). Sehingga dapat dideskripsikan bahwa format kurikulum pendidikan ideal yang dapat menyelesaikan problematika karakter bangsa adalah sebagai berikut:

Kurikulum yang sehat dan berkarakter

Kurikulum yang sehat dan berkakter merupakan sebuah kurikulum yang memiliki tujuan, metode, isi dan evaluasinya bersumber pada al-Qur’an dan al-Hadits.

Sesuai firman Allah swt,

ةفيلخ ضرلا ىف لع اج ىنا ةكئلملل كبر لاق ذاو

Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat: ‘Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalaifah di muka bumi.” (QS. Al-Baqarah; 30).

Selain itu, Rasulullah saw juga bersabda,

قلخ لا مراكم ممتل تثعب

Artinya : “ Saya diutus untuk menyempurnakan Akhlaq” (HR. Al-Bukhari).

Untuk itu, kurikulum yang sehat dan berkakarter lebih diasumsikan bahwa adanya upaya untuk memberdayakan potensi sumber daya timur atau Indonesia sendiri dalam hal substanstif, bahkan sumber dasarnya dengan tetap memprioritaskan pendidikan karakter dan tidak terlalu terpaku dan mengikuti pola-pola yang di bangun oleh ilmuan eropa, “kembali pada konsep Rasulullah saw”

Pola kurikulum sehat dan berkarakter,

(12)

Berbasis Pesantren

Keseluruhan pesantren adalah lembaga pendidikan Islam yang asli Indonesia, yang pada saat ini merupakan warisan kekayaan bangsa Indonesia yang terus berkembang. (Dhofier, 2011 hlm. 41).

Hal ini juga dikemukakan oleh Madjid (1997, hlm. 03) bahwa Pesantren juga merupakan suatu lembaga pendidikan agama Islam tradisional yang telah mengembangkan dan ikut serta berperan dalam proses penyebaran agama Islam di Indonesia sejak sebelum kemerdekaan hingga saat sekarang ini. Pesantren atau pondok adalah lembaga yang bisa dikatakan merupakan wujud proses wajar perkembangan sistem pendidikan Nasional. Dari segi historis pesantren tidak hanya identik dengan makna ke-Islaman, tetapi juga mengandung makna keaslian Indoneisa (Indegenous).

Dengan pernyataan demikian, maka pesantren merupakan suatu lembaga tradisional yang lahir dari beberapa tokoh sebagai wujud kekayaan budaya Indonesia yang tidak hanya identik dengan makna ke-agamaan atau ke-Islaman melainkan juga

Al-Qur’an & Al-Hadits

Isi Metode

Evaluasi Pendidikan

sehat &

(13)

mengandung nilai-nilai keaslian Indonesia, hal ini dapat dilihat dengan bayaksnya pesantren di tanah air yang belum tentu didapatkan model pendidikan ini di Negara-negara lain.

Kata pondok diambil dari bahasa arab funduk yang berarti ruang tidur, wisma, dan atau hotel sederhana. Dalam pengertian ini pondok merupakan asrama bagi santri yang menjadi cirikhas pesantren, yang membedakannya dengan sistem pendidikan Islam tradisional lainnya-seperti masjid, surau dan atau langgar. (Aly, 2011. hlm.159-160).

Dari segi fisik pesantren merupakan sebuah kompleks pendidikan yang terdiri dari susunan bangunan yang dilengkapi dengan sarana prasarana yang mendukung penyelenggaraan pendidikan. Sedangkan secara kultural pesantren mencakup pengertian yang lebih luas mulai dari sistem nilai khas yang secara intrinsik melekat di dalam pola kehidupan komunitas santri, seperti kepatuhan pada kyai sebagai tokoh sentral, sikap ikhlas dan tawādlu’, serta tradisi keagamaan yang diwariskan secara turun-temurun. Pesantren merupakan lembaga pendidikan tradisional Islam untuk memahami, menghayati, dan mengamalkan ajaran Islam dengan menekankan pentingnya moral agama Islam sebagai pedoman hidup bermayarakat sehari-sehari.

Sedangkan menurut dhofier (2011, hlm. 41) perkataan pesantren berasal dari kata santri, yang dengan awalan pe di depan dan akhiran an berarti tempat tinggal para santri.

Ziemek (1986, hlm. 16) juga mendifiniskan bahwa pesantren secara etimologis asalnya pe-santri-an, berarti “tempat santri”. Santri atau murid (umumnya sangat berbeda-beda) mendapat pelajaran dari pemimpin pesantren (Kyai) dan oleh para guru (‘ulāma’ atau ustāz). Pelajarannya mencakup berbagai bidang tentang pengetahuan Islam.

(14)

yaitu sebagai lembaga pendidikan agama Islam dan sebagai integral masyarakat yang bertanggung jawab terhadap perubahan dan rekayasa sosial. (Haedari, 2005. hlm. 76).

Terlepas dari asal-usul kata itu berasal dari mana, yang jelas ciri umum keseluruhan pesantren adalah lembaga pendidikan Islam yang asli Indonesia, yang pada saat ini merupakan warisan kekayaan bangsa Indonesia yang terus berkembang. Bahkan pada saat memasuki millennium ketiga ini menjadi salah satu penyangga yang sangat penting bagi kehidupan berbangsa dan bernegara bangsa Indonesia. (Dhofier, 2011 hlm. 41).

Dengan demikian Pendidikan pesantren merupakan pendidikan yang lahir dari potensi intern dalam mewujudkan pendidikan yang dinamis dan efektif sesuai dengan pengalaman dan ilmu yang diperoleh dengan latar belakang masing-masing yang memiliki tanggung jawab terhadap pendidikan agama Islam dan perubahan rekayasa sosial. Pondok pesantren dapat dijadikan sebagai sumber penanaman akhlak pada santri sehin serta menjunjung tinggi nilai-nilai Tafaqquh fiddīn. Hal tersebut menjadi prioritas utama bagi orang tua khususunya dan masyarakat umunya dalam ikut serta mewujudkan tujuan pendidikan Nasional, yakni menjadi manusia yang berbudi luhur.

Kurikulum merupakan salah satu komponen utama dalam pondok pesantren yang tidak dapat ditinggalkan. Kurikulum dalam pesantren salaf dan sebagian pesantren khalaf sangat dominan dengan pembelajaran kitab klasik dengan tujuan untuk mendidik calon-calon ulama’.

(15)

Sedangkan Madjid (1997. hal. 8) mengemukakan bahwa para lulusan atau produk pesantren berkisar pada bidang-bidang berikut; (a) Nahwu-sharaf (b) Fiqh, (c), ‘Aqaid, (d) Tasawuf, (e) Tafsir, (f) Hadits, (g) Bahasa Arab, (h) Fundamentalisme.

Zainuddin dan Tuwah dalam Depag RI (2001, hal. 31-70) telah mengklasifikasikan kurikulum pondok pesantren dengan beberapa materi antaralain; (a) Aqidah/ Tauhid, (b) Tajwid, (c), Akhlaq/ Tasawuf, (d) Bahasa Arab (Nahwu-Sharaf), (e) Fiqh, (f), Ushul Fiqh, (g) Al-Qur’an (Tafsir), (h) Ilmu Tafsir, (i) Hadits, (j) Ilmu Hadits, (k) Tarikh ( Sejarah Islam).

Dari beberapa pendapat di atas, kurikulum pesantren merupakan kumpulan bahan-bahan pelajaran yang disediakan kepada seluruh santri guna mencapai visi dan misi pesantren dengan tetap menyesuaikan kebutuhan dan kondisi masing-masing yang lebih fleksibel dan komprehensif. Penyesuaian kondisi ini dilakukan karena pesantren memiliki otonomi dalam menentukan kurikulum yang akan diterapkan.

Dengan demikian, kurikulum pesantren di Indonesia semestinya mengimplementasikan jenis kurikulum yang telah ditentukan oleh Kementerian Agama dengan tetap menyesuaikan kebutuhan dan kondisi masing-masing pesantren. Sehingga dengan kebijakan yang telah dikeluarkan oleh Kementerian Agama menjadi salah satu upaya pemersatu dan eksistensi pesantren guna memberikan kontribusi pada bangsa dan agama dengan tetap memprioritaskan nilai-nilai keagamaan dan akhlak al karīmah.

Pesantren adalah lembaga pendidikan tradisional Islam untuk memahami,menghayati, dan mengamalkan ajaran agama Islam (tafaqquh fiddīn) dengan menekankan pentingnya moral agama Islam sebagai pedoman hidup bermasyarakat sehari-hari. (Mastuhu,1989 hlm.14).

(16)

Uraian Komponen Sub Komponen Indikator

(17)

(Analisa Penyusun)

Dimaksudkan bahwa adanya penanaman moral dan penguasaan dasar-dasar ilmu agama pada anak merupakan hal yang paling mendasar bagi pesantren. Sesuai dengan dikemukakan Wahid (2007, hlm. 183) bahwa prinsip yang digunakan dalam pembenahan dan pengembangan pesantren adalah diktum yang sudah lama dikenal kalangan pesantren sendiri yaitu memelihara hal-hal baik yang telah ada sambil mengembangkan hal-hal yang baru yang lebih baik, (al-muhāfadlatu ‘ala al-qodhīmi ash shālih ma’a al akhzu bī al jadīdi al ashlāh).

Dengan demikian, kurikulum berbasis pesantren ini sangat tepat diterapkan pada lembaga-lembaga non pesantren dengan mereduksi kurikulumnya mengacu pada penanaman nilai-nilai kepesantrenan “karakter” yang bisa dijaidkan uswah bagi generasi mendatang.

Kurikulum Terintegratif

(18)

Kartanegara (2005, hal. 72) mengemukakan bahwa konsekuensi integrasi objek-objek ilmu adalah adanya integrasi bidang-bidang, atau ada yang menyebutnya disiplin-disiplin ilmu.

Teori Integrated Curriculum (Kurikulum Terpadu) dari Nasution adalah “ mengintregasikan bahan pelajaran dari berbagai mata pelajaran”.

Integrasi dalam pandangan tauhid menurut kartanegara (2005, hal. 31) bahwa terdapat beberapa upaya yang dapat dilakukan dalam upaya integrasi ilmu yang mencakup beberapa aspek antaralain, landasan atau basis integrasi ilmu, integrasi objek dan sumber ilmu, integrasi bidang ilmu, seperti fisika, matematika dan metafisika, integrasi metode dan penjelasan ilmiah serta integrasi ilmu-ilmu praktis dan teoritis.

Definisi di atas setidaknya memberikan penjelasan bahwa integrasi merupakan upaya memusatkan bahan-bahan dari segala disiplin ilmu dan beberapa aspek guna menyelesaikan masalah tertentu dengan lebih praktis dan teoritis. Sehingga dengan integrasi kurikulum yang ada merupakan langkah-langkah yang sangat baik dan perlu dikaji lebih dalam sejauh mana upaya-upayanya dalam mendidik siswa-siswanya guna menjadi siswa yang berwawasan dan berakhlak.

(19)

(Analisa Penyusun)

Pola di atas memiliki substansi bahwa adanya konsep integrasi kurikulum antara ilmu agama dan umum, kemudian diintegrasikan menjadi satu konsep baru yang disesuaikan dengan kebutuhan publik baik pada tujuan, bahan, metode dan isinya, sehingga dengan pola yang lebih kompleks tersebut menghasilkan kemampuan afektif, psikomotorik dan kognitif yang tetap bersumber pada alqur’an dan al-hadits. Sehingga terbangun karakter bangsa yang memang sesuai dengan cita-cita bangsa itu sendiri, bangsa yang adil, makmur dan sejahtera, jauh dari kriminalitas, korupsi, ataupun lebih fleksibel disebut dengan akhlaq tercela.

Kesimpulan

(20)

Referensi

Dokumen terkait

Aplikasi di lapangan yang baik untuk pakan pasca kuning telur arwana sebaiknya variasi antara jentik dan cacing darah agar tidak terjadi ketergantungan pada satu

Penambahan serat pinang dan foam agent berpengaruh terhadap sifat fisik dan mekanik papan beton. Kuat lentur optimum diperoleh pada persentase 0,4% serat sebesar 37,5 kgf/cm

Suatu kegiatan penelitian yang dilaksanakan dengan baik, obyektif, menyita waktu yang cukup lama dan menghabiskan biaya yang sangat besar, tidak

Kebiasaan Makanan Ikan Baung (Mystusnemurus C.V) di Sungai Bingai Binjai Provinsi Sumatera Utara.. Dibimbing oleh HESTI WAHYUNINGSIH dan

Pada software SAP2000, beban tekanan total (tanah+air) yang berbentuk segitiga tersebut dilimpahkan merata ke pelat yang dijepit di sisi bawah elemen dinding basement. Bagian

Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa dalam novel Surga Yang Tak Dirindukan karya Asma Nadia, didalamnya terkandung pesan moral yang

c) Pembayaran yuran / lain-lain bayaran / hutang tertunggak boleh dibuat menggunakan kaedah “Financial Processing Exchange” dengan melayari laman sesawang UTeM

Menghitung waktu antara 2 consecutive landing (weighted time between 2 consecutive landing/MTTS), dilakukan dengan menghitung total separasi antara 2 consecutive landing