• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kesesuaian Lahan Perumahan Berdasarkan K

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Kesesuaian Lahan Perumahan Berdasarkan K"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

KESESUAIAN LAHAN PERUMAHAN BERDASARKAN KARAKTERISTIK

FISIK DASAR KOTA BATU

Syihabuddien Heksano1, Imma Widyawati Agustin2, Abdul Wahid Hasyim3 Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota Fakultas Teknik Universitas Brawijaya

Jalan MT.Haryono 167 Malang 65145, Indonesia

Telp. 62-341-567886; Fax. 62-341-551430; Telex. 31873 Unibraw IA Email: syihabuddien.heksano @ gmail .com

ABSTRAK

Kota Batu mempunyai berbagai macam guna lahan seperti perdagangan, wisata, permukiman, perkantoran dan lainnya. Penggunaan lahan permukiman semakin tahun semakin berkembang, keterbatasan lahan Kota Batu menyebabkan developer membangun perumahan tidak sesuai dengan peruntukannya. Dalam RTRW Kota Batu 2010-2030 terdapat rencana pengembangan kawasan peruntukan perumahan seluas 2.104 ha. Tujuan penelitian ini untuk memberikan arahan lokasi lahan perumahan berdasarkan kesesuaian lahannya. Analisis yang digunakan adalah analisis overlay dan skoring untuk mengetahui kesesuaian lahan dan lokasi potensial perumahan. Kriteria kesesuaian lahan yaitu topografi, tersedianya air, rawan bencana, kondisi drainase, wilayah sempadan, fungsi kawasan dan sawah irigasi teknis. Kriteria lokasi potensial adalah kedekatan dengan jalan utama, kedekatan dengan pusat kota, dan rencana pola ruang. Hasil penelitian ini adalah lahan bukan peruntukan perumahan seluas 16.489,52 ha (83%) dan lahan peruntukan perumahan seluas 3.410,20 ha (17%). Lahan perumahan yang sesuai dengan peruntukan memiliki luas 55,88 ha (39%) dan lahan yang tidak sesuai luasnya adalah 84,42 ha (61%). Lokasi potensial perumahan memiliki luas total 2210 ha dengan klasifikasi sangat potensial seluas 466,55 ha (21%), potensial seluas 610,72 ha (28%) , cukup potensial seluas 688,46 ha (31%) dan lokasi dilarang seluas 444,27 ha (20%).

Kata Kunci: Kesesuaian Lahan, Perumahan, Lokasi Potensial.

ABSTRACT

Batu City has various land use such as commercial, tourism, residential, office and others. Recently the use of residential increased specifically hence the settlement development were implemented on unsuitable lot. In 2010-2030 Spatial Planning Batu City contained residential zoning district development plan which covered on 2,104 ha land. The purpose of this research is to provide guidance based on the location of residential land land suitability. The analysis that being used on this research is the overlay analysis and scoring to determine the suitability and potential zones for settlement development. The are criterias of suitability such as topography, water availability, disaster-prone, drainage, riparian areas, area function and technical irrigated. Meanwhile, the criteria of potential zone is proximity to main roads, proximity to city centre, and the masterplan of spatial pattern. The results showed the total coverage of non settlement area is 16,489.52 ha (83%) and coverage of settlement area is 3,410.20 ha (17%). The suitable area for settlement covered 55.88 ha (39 %) of total and the rest which is 84.42 ha (61%) is for the unsuitable area. Potential settlement zone has a total area of 2,210 ha with a very potential classification area of 466.55 ha (21 %), the potential area of 610.72 ha (28%), quiet potential area of 688.46 ha (31%) and the forbidden zone covered 444.27 ha (20%) area.

Keywords: Suitability-Land, Settlement, Potential- Location.

PENDAHULUAN

Data penginderaan jauh dan data spasial yang berupa peta tematik dapat digunakan untuk memetakan faktor kesesuaian lahan perumahan kelas menengah baik itu faktor fisik (lereng, drainase, kedalaman air tanah, kerawanan bencana,tekstur tanah, daya dukung

tanah) maupun faktor aksesibilitas (jalan utama dan sungai) (Alunita dan Danoedoro, 2010).

Faktor dominan yang menjadi penghambat utama dalam penentuan kawasan permukiman adalah lereng, kekuatan batuan, kembang kerut tanah, bahaya longsor, bahaya erosi, dan jalur patahan (Setyowati, 2007).Delgado et al. (2007) menggunakan data biofisik dan sosial ekonomi

1 Mahasiswa Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas Teknik – Universitas Brawijaya

2 Dosen Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas Teknik – Universitas Brawijaya

(2)

logika Boolean Model lebih mudah untuk menerapkan dan lebih ketat untuk menerapkannya di bandingkan dengan data biner dan indeks tumpang tindih yang memerlukan atribut bobot dengan metode relatif kompleks.

Untuk menetapkan kesesuaian lahan bagi permukiman dipakai beberapa parameter geomorfologis yaitu yang berhubungan dengan relief, proses geomorfologi, batuan, tanah, hidrologi, vegetasi, dan aksesibilitas yang lebih banyak melihat pada faktor penggunaan lahannya (Khadiyanto, 2005).

Seluruh luas Kota Batu adalah 19,91 km2

yang terdiri dari berbagai macam guna lahan seperti, perdagangan, wisata, permukiman, perkantoran, RTH dan lainnya. Dari tahun ke tahun terjadi peningkatan jumlah kebutuhan rumah sehingga semakin banyak pula lahan yang dibangun permukiman dan perumahan. Perumahan kelas elit maupun kelas menegah keatas juga ikut dalam pembangunan di dalam Kota Batu sehingga menyebabkan kepadatan bangunan tinggi.

Menurut RTRW Kota Batu 2010-2030, rencana pengembangan kawasan peruntukan perumahan seluas 2.104 ha, meliputi perumahan dengan kepadatan tinggi, kepadatan sedang, dan kepadatan rendah. Hal tersebut menimbulkan adanya peluang developer dalam membangun kawasan perumahan pada lahan yang tersedia di Kota Batu.

Kota Batu terbatas dalam hal pembangunan perumahan pada lokasi kawasan budidaya. Dapat dijumpai bahwa perumahan dibangun pada lahan yang tidak sesuai peruntukkannya oleh developer karena lokasinya yang berada di dekat sungai maupun di kelerengan yang curam. Beberapa perumahan-perumahan tersebut juga belum mempunyai IMB (Izin Mendirikan Bangunan) sehingga keberadaan perumahan tersebut patut dipertanyakan.

Maka, penelitian tentang Kesesuaian Lahan Perumahan Berdasarkan Karakteristik Fisik Dasar Kota Batu dilakukan untuk mencari lokasi potensial lahan perumahan sebagai rekomendasi bagi pemerintah, masyarakat maupun developer di Kota Batu.

Metode penelitian yang digunakan adalah metode kuantitatif, hal ini dikarenakan penelitian ini mempunyai tujuan, pendekatan, sumber data yang telah disiapkan sebelumnya, langkah penelitian sudah direncanakan ketika penyusunan awal, dapat menggunakan sampel dan mewakili untuk populasi dan analisis dilakukan setelah semua data sudah terkumpul (Arikunto, 2006:13).

Penelitian ini berlokasi di Kota Batu (Gambar 1) dengan luas wilayah 19,91km2 yang

terletak ditengah-tengah Kabupaten Malang dan secara geografis terletak pada posisi 112,90o

112,11o Bujur Timur dan 7,11o – 8,450 Lintang

Selatan.

Gambar 1 Peta Wilayah Studi

Metode Analisis

Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu identifikasi karakteristik wilayah Kota Batu, analisis kesesuaian lahan, dan analisis lokasi potensial perumahan.

1. Identifikasi Karakteristik Wilayah

(3)

Syihabuddien Heksano, Imma Widyawati Agustin, Abdul Wahid Hasyim

survei, baik survei primer maupun survei sekunder.

2. Analisis Kesesuaian lahan

Analisis kesesuaian lahan yang digunakan berupa analisis yang bersifat deskriptif-evaluatif. Kriteria dalam melakukan analisis kesesuaian lahan ini menggunakan pedoman dari pemerintah dalam Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.41/PRT/m/2007 tentang Pedoman Kriteria Teknis Kawasan Budi Daya. Berikut merupakan kriteria-kriterianya:

1. Topografi datar sampai bergelombang (kelerengan lahan 0-25%)

2. Tersedia sumber air, baik tanah maupun air yang diolah oleh penyelenggara dengan jumlah cukup. Untuk air PDAM suplai air antara 60 liter/orang/hari – 100 liter/orang/hari

3. Tidak berada pada daerah rawan bencana (longsor, banjir, erosi, abrasi)

4. Drainase baik sampai sedang

5. Tidak berada pada wilayah sempadan sungai/pantai/waduk/danau/mata

air/saluran pengairan/rel kereta api/ dan daerah aman penerbangan

6. Tidak berada pada kawasan lindung 7. Tidak terletak pada kawasan budidaya

pertanian/penyangga

8. Menghindari sawah irigasi teknis

3. Analisis Lokasi Potensial Perumahan

Kesesuaian lahan perumahan di Kota Batu akan menghasilkan output yang berupa peta kesesuaian lahan yang dilakukan dengan cara melakukan overlay peta-peta berdasarkan kriteria-kriteria kesesuaian lahan. Peta kesesuaian lahan tersebut terbagi menjadi lahan sesuai dan lahan yang tidak sesuai. Lahan sesuai untuk lahan perumahan akan dijadikan beberapa klasifikasi kesesuaian lahan yang selanjutnya dapat disebut sebagai lahan potensial perumahan. Klasifikasi tersebut dilakukan menggunakan analisis buffer dan overlay dengan data rencana pola ruang, kedekatan dengan jalan, kedekatan dengan pusat pelayanan serta kesesuaian lahan perumahan . Pembagian klasifikasi menjadi tiga bagian, dimana:

1. Lahan sangat potensial 2. Lahan potensial 3. Lahan cukup potensial

Perhitungan dalam penentuan klasifikasi lahan potensial perumahan adalah dengan hasil skoring dari kesesuaian lahan. Jumlah skoring adalah penjumlahan pada masing-masing

kriterianya dan menentukan kelas interval yang diinginkan dengan cara mengurangi skor tertinggi dengan skor terendah, kemudian membaginya dengan jumlah interval yang diinginkan. Perhitungan tersebut menggunakan rumus/formula yang dirumuskan oleh Effendi penelitian ini ada dua teknik, yaitu teknik overlay peta dan teknik skoring yang penjelasannya terdapat pada bahasan berikut:

1. Teknik Overlay

Teknik overlay peta sangat membantu dalam melakukan analisis spasial. Menggunakan teknik analisis ini akan diketahui karakteristik fisik wilayah Kota Batu. Berdasarkan data yang ada dan informasi yang didapat melalui survei dengan teknik ini akan mengetahui kesesuaian lahan dan lokasi lokasi potensial untuk lahan perumahan di Kota Batu. Alat yang digunakan dalam melakukan teknik ini adalah dengan menggunakan software ArcGIS 10.1. Terdapat beberapa tahapan atau langkah dalam menggunakan teknik analisis ini (Gambar 2), yaitu:

1. Membuat terlebih dahulu peta dasar wilayah penelitian

2. Membuat peta-peta lain yang mendukung dalam penelitian

3. Menentukan kriteria-kriteria yang disesuaikan terhadap kebutuhan penelitian terhadap keadaan yang ada berdasarkan kriteria-kriteria yang ditentukan. Kriteria dapat ditentukan dengan adanya peratuan yang berlaku dan berdasarkan studi literatur pada penelitian lain. Teknik skoring dalam penelitian ini digunakan untuk melakukan analisis kemampuan lahan, peruntukan perumahan, serta lokasi potensial perumahan.

(4)

HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Wilayah Penelitian

Kota Batu mempunyai tiga kecamatan yaitu Kecamatan Junrejo, Kecamatan Batu dan Kecamatan Bumiaji yang dapat dilihat pada Tabel 1. Kota Batu merupakan daerah perbukitan dan pegunungan, ada tiga gunung yang telah diakui secara nasional, yaitu Gunung Panderman (2.010 meter), Gunung Welirang (3.156 meter), dan Gunung Arjuno (3.339 meter).

Luas kecamatan yang terbesar adalah Kecamatan Bumiaji dengan luas 12.797,89 ha (64,28%), akan tetapi sebagian besar wilayah Bumiaji ini merupakan kawasan hutan yang berada di sebelah utara. Kecamatan Junrejo adalah kecamatan terkecil di Kota Batu dengan luas sebesar 2.565,02 ha (12,88%). Sedangkan Kecamatan Batu merupakan wilayah yang termasuk pusat kota dengan luasan mencapai 4.545,81 ha (22,83%). Lebih rinci mengenai luas administrasi Kota Batu dapat dilihat pada Tabel 1 dibawah ini.

Tabel 1 Luas Administrasi Kota Batu

No Kecamatan Ha Luas (%)

1. Kecamatan Bumiaji 12.797,89 64,28 2. Kecamatan Junrejo 2.565,02 12,88 3. Kecamatan Batu 4.545,81 22,83 Total 19.908,72 100,00

Kemampuan Lahan

Skoring dan pembobotan untuk kemampuan lahan dilakukan menggunakan tiga kriteria berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pertanian Nomor 837/Kpts/Um/11/1980 tentang

Kriteria dan Tata Cara Penetapan Hutan Lindung yaitu kelerengan, curah hujan, dan jenis tanah. Penilaian kemampuan lahan Kota Batu dilakukan dengan memberikan skor untuk masing-masing kriteria kemampuan lahan (Tabel 2).

Tabel 2 Hasil Analisis Kemampuan Lahan

Skor

Kelerengan Skor Jenis Tanah

Skor Curah Hujan

Total

Skor Kemampuan lahan

20 60 10 90 Budidaya

20 60 20 100 Budidaya

20 30 10 60 Budidaya

20 30 20 70 Budidaya

20 15 10 45 Budidaya

20 15 20 55 Budidaya

80 15 10 105 Budidaya

80 15 20 115 Budidaya

80 60 10 150 Penyangga

80 60 20 160 Penyangga

80 60 10 150 Penyangga

80 60 20 160 Penyangga

80 30 10 120 Budidaya

80 30 20 130 Penyangga

80 75 20 175 Lindung

80 75 30 185 Lindung

100 15 10 125 Penyangga

100 15 20 135 Penyangga

100 15 30 145 Penyangga

100 60 10 170 Penyangga

100 60 20 180 Lindung

100 30 10 140 Penyangga

100 30 20 150 Penyangga

100 75 20 195 Lindung

100 75 30 205 Lindung

100 60 10 170 Penyangga

100 60 20 180 Lindung

(5)

Syihabuddien Heksano, Imma Widyawati Agustin, Abdul Wahid Hasyim

dengan atau lebih dari 175 menunjukkan bahwa wilayah yang bersangkutan perlu dijadikan, dibina dan dipertahankan sebagai kawasan lindung. Kawasan penyangga dapat dinilai jika mempunyai jumlah nilai skor total 125 – 174. Kawasan ketiga yaitu kawasan budidaya dapat ditetapkan jika mempunyai nilai skor 125 ke bawah.

Tabel 3 Kemampuan Lahan Kota Batu (ha) tahun 2014

Kecamatan BudidayaKemampuan LahanPenyangga Lindung Bumiaji 3490,15 1092,68 8215,06 Junrejo 1787,01 52,95 725,06 Batu 1716,18 630,48 2199,15 Kota Batu 6993,34 1776,11 11139,27

% 35% 9% 56%

Kemampuan lahan di Kota Batu didominasi oleh kawasan lindung dengan luasan sebesar 11139,27 ha (56%) dimana kondisi ini merupakan guna lahan yang berupa hutan raya, sempadan sungai, mata air dan kawasan dengan kelerengan lebih dari 40%. Kawasan penyangga memiliki luas terkecil yaitu 1776,11 ha (9%) yang dapat dilihat pada Tabel 3. Sebesar 35% (6993,34 ha) merupakan kawasan budidaya yang lahannya dapat dimanfaatkan sebagai lahan perumahan, perdagangan dan lainnya. Kecamatan Bumiaji memiliki luas lahan budidaya terluas daripada kecamatan lainnya. Sebaran kemampuan lahan di Kota Batu dapat dilihat pada Gambar 3.

Gambar 3 Kemampuan Lahan Tahun 2014

Kesesuaian Lahan

Analisis kesesuaian lahan merupakan penggabungan dari peta daerah rawan bencana, peta air bersih, peta drainase, peta sawah irigasi teknis, peta kelerengan, peta wilayah sempadan, serta peta kemampuan lahan dengan cara melakukan overlay data tersebut sesuai dengan kriteria peruntukan perumahan yang tercantum pada Tabel 4.

Tabel 4 Klasifikasi Lokasi Peruntukan Perumahan No

. Lokasi PeruntukanPerumahan Lokasi Bukan PeruntukanPerumahan 1 Kelerengan 0-25% Kelerengan >25% 2 Berada di kawasan amanterhadap bahaya Berada pada daerah rawanbencana

3 Berada pada wilayahbukan sempadan Berada pada wialyahsempadan

4 Berada pada kawasanbudidaya Berada pada kawasanpenyangga dan lindung

5 Berada pada lahan bukansawah irigasi teknis Berada pada lahan sawahirigasi teknis

6 Berada pada wilayah yangterlayani air bersih Berada pada wilayah yangtidak terlayani air bersih

7 Berada pada daerah yangmemiliki kondisi drainase sedang sampai baik

Berada pada daerah yang memiliki kondisi drainase buruk

Tabel 5 Peruntukan Perumahan Kota Batu

Lokasi Bukan PeruntukanKlasifikasi

Perumahan PeruntukanPerumahan

Bumiaji 10723,01 2074,88

Junrejo 2247,04 317,98

Batu 3474,19 1071,63

Kota Batu 16444,24 3464,49

% 83% 17%

Hasil dari overlay tersebut berupa lahan peruntukan perumahan seluas 3.464,49 ha dengan persentase 17 % dan lahan yang bukan peruntukan perumahan seluas 16.444,24 ha dengan persentase 83% (Tabel 5). Peruntukan lahan perumahan didominasi oleh lahan yang bukan peruntukan di Kota Batu dikarenakan karakteristik fisik Kota Batu yang mempunyai tiga gunung sehingga topografinya lebih banyak yang termasuk dalam kategori curam (>40%). Selain itu, terdapat sawah irigasi teknis yang luas dan harus dipertahankan guna memenuhi kebutuhan pangan penduduk Kota Batu dan sekitarnya. Faktor lainnya seperti sempadan sungai dan mata air, tersedianya air, daerah rawan bencana, serta kondisi drainase juga mempengaruhi peruntukkan lahan perumahan.

(6)

Gambar 4 Peruntukan Lahan Perumahan Kota Batu 2014

Gambar 4 menunjukkan letak peruntukan lahan perumahan pada masing-masing kecamatan di Kota Batu tahun 2014. Bagian tengah (Kecamatan Batu) merupakan bagian yang terluas. Hasil pada Gambar 4 tersebut dilakukan analisis overlay dengan sebaran perumahan-perumahan di Kota Batu tahun 2014 sehingga dapat diketahui lokasi perumahan yang sesuai dan lokasi perumahan yang tidak sesuai. Tabel 6 berikut merupakan hasil dari kesesuaian perumahan dengan luas ketidaksesuaian dan persentase ketidaksesuaian.

Tabel 6 Kesesuaian Lokasi Perumahan Kota Batutahun 2014

No. Klasifikasi Ha Luas %

1 Sesuai 55,88 38,83

2 Tidak Sesuai 84,42 60,17

Total 140,30 100,00

Tabel 6 menunjukkan bahwa 84,42 ha (60%) lokasi perumahan di Kota Batu tidak sesuai dan seluas 55,88 ha (40%) lokasi perumahan telah sesuai dengan peruntukan lahan perumahan yang secara rinci dapat dilihat pada Tabel 6 diatas. Ketidaksesuaian pada lokasi perumahan-perumahan di Kota Batu mempunyai kriteria-kriteria yang berbeda penyebabnya sesuai dengan kriteria yang tertera pada Tabel 4. Terdapat 13 kelompok kriteria yang tidak sesuai pada lokasi perumahannya. Tabel 7 menjelaskan

berdasarkan kelompok kriteria

ketidasksesuaiannya.

Tabel 7 Kelompok Kriteria Tidak Sesuai No. Kriteria Tidak Sesuai Nama Perumahan

1

2 Kawasan Lindung dan Penyangga Sempadan

Sisir Ratu Kusuma Agro

3 Kawasan Lindung dan Penyangga

Kelerengan > 25% Villa Bukit Cherry

4

6 Kawasan Lindung dan Penyangga

Rekesan Residence Bukit Selecta Mas Panderman Hill Panderman View Amarta Hill

7 Tidak terlayani air bersih

Martabe Regency

8 Kawasan Irigasi Teknis Metro Indah

9 Tidak terlayani air bersihSempadan Wastu AsriJunrejo Indah Grand Mandiri Land 11 Rawan Longsor Astana Wayang

Perumahan Flamboyan

12 Tidak terlayani air bersihIrigasi teknis

Griya Jemani

13 Tidak terlayani air bersih

Golden Park Nadia Residence Green Apple Regency Pondok Beji Indah Batu Permata Puri

(7)

Syihabuddien Heksano, Imma Widyawati Agustin, Abdul Wahid Hasyim

Gambar 5. Kesesuaian Lokasi Perumahan di Kota Batu Tahun 2014

Tindakan untuk lahan-lahan yang tidak sesuai dilakukan sebuah pengendalian pemanfaatan ruang pada Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang. Pengendalian permafaatan ruang yang tertera pada pasal 35 dilakukan melalui penetapan peraturan zonasi, perizinan, pemberian insentif dan disinsentif, serta pengenaan sanksi.

Dalam penelitian ini dapat dilakukan pemberian disinsentif yang merupakan perangkat untuk mencegah, membatasi pertumbuhan, atau mengurangi kegiatan yang tidak sejalan dengan rencana tata ruang dan pengenaan sanksi oleh pemerintah pada perumahan yang tidak sesuai yaitu berupa:

 Pengenaan pajak yang tinggi yang

disesuaikan dengan besarnya biaya yang dibutuhkan untuk mengatasi dampak yang ditimbulkan akibat pemanfaatan ruang.

 Pembatasan penyediaan infrastruktur.  Pengenaan kompensasi, dan penalti.

 Tindakan penertiban terhadap

pemanfaatan ruang yang tidak sesuai

Lokasi Potensial Perumahan

Lokasi potensial adalah tahap akhir analisis pada penelitian ini dimana lahan-lahan yang sesuai peruntukan perumahan akan dianalisis untuk mengidentifikasi lahan yang sangat

potensial, potensial, dan cukup potensial. Tabel 8 merupakan peniliaian dari lahan potensial perumahan berdasarkan tiga kriteria yaitu kedekatan dengan jalan utama, kedekatan dengan pusat pelayanan kota, dan kesesuaian dengan rencana pola ruang.

Tabel 8 Penilaian Lahan Potensial Perumahan Kriteria Klasifikasi

Pariwisata, hutan produksi, kawasan militer, industri, perkantoran, pelayanan umum

Gambar 6 Kedekatan dengan Jalan Utama

Gambar 6 menunjukkan bahwa dominasi terbesar adalan zona yang mempunyai kedekatan dengan jalan dengan jarak 0-500 meter. Pada jarak antara 500-1000 meter memberikan persentase 31% yang menempati posisi kedua. Jarak 1000-1500 meter luasnya hanya 23% yang mana luas tersebut merupakan luas terkecil dari jarak-jarak dengan kedekatan

Gambar 7 Kedekatan dengan Pusat Pelayanan

Gambar 7 menunjukkan bahwa kedekatan dengan pusat pelayanan luasan wilayahnya didominasi dengan pusat lingkungan karena titik lokasinya terbanyak diantara pusat lainnya.

(8)

pusat pelayanan Kota Batu yang termasuk dalam klasifikasi zona sangat potensial dan luas lahan terkecil dari pusat lainnya.

Gambar 8 Rencana Pola Ruang

Data yang digunakan adalah data yang bersumber dari Bappeda Kota Batu dalam dokumen Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Batu Tahun 2010-2030. Luas terbesar adalah dengan guna lahan hutan dengan persentase 54%, sedangkan pada guna lahan perumahan persentasenya sebesar 10% (Gambar 8) dimana sangat sesuai jika dimanfaatkan sebagai lahan perumahan.

Penilaian dilakukan pada ketiga kriteria tersebut, sehingga akan didapatkan hasil melalui perhitungan menggunakan rumus/formula yang potensial, interval 4-6 termasuk klasifikasi lokasi potensial, dan 7-9 termasuk klasifikasi lokasi sangat potensial. Tabel 9 merupakan hasil penentuan lokasi potensial perumahan berdasarkan 3 kriteria.

Tabel 9 Hasil Lokasi Potensial Perumahan Kota Batu tahun 2014

Skor

Jalan Skor PolaRuang PusatSkor TotalSkor Keterangan

0 - 3 - Dilarang

1 0 1 Cukup Potensial

1 0 0 1 Cukup Potensial

0 0 1 1 Cukup Potensial

1 - 1 - Dilarang

1 - 2 - Dilarang

2 0 0 2 Cukup Potensial

1 1 0 2 Cukup Potensial

1 0 1 2 Cukup Potensial

0 1 1 2 Cukup Potensial

0 0 2 2 Cukup Potensial

2 - 0 - Dilarang

2 - 3 - Dilarang

Jalan Ruang Pusat Skor

2 0 1 3 Cukup Potensial

1 1 1 3 Cukup Potensial

3 - 0 - Dilarang

3 2 2 7 Sangat Potensial

3 3 1 7 Sangat Potensial

3 1 3 7 Sangat Potensial

2 2 3 7 Sangat Potensial

2 3 2 7 Sangat Potensial

1 3 3 7 Sangat Potensial

3 2 3 8 Sangat Potensial

3 3 2 8 Sangat Potensial

2 3 3 8 Sangat Potensial

3 3 3 9 Sangat Potensial

Tabel 10 merupakan tabel hasil skoring dari penjumlahan hasil overlay ketiga kriteria zona potensial perumahan. Dari hasil tersebut dapat diketahui luas lahannya berdasarkan klasifikasi lokasi potensial perumahan dimana lahan sangat potensial seluas 2638,15 ha (13,25%), lahan potensial 3742,45 ha (18,80%), cukup potensial 3788,84 ha (19,03%) dan dilarang seluas 9739,28ha (48,92%). Lokasi potensial perumahan didominasi lahan dilarang sebgai lahan yang terluas dan yang terkecil luasnya adalah klasifikasi sangat potensial. Lebih rinci mengenai hasil dari klasifikasi lokasi potensial perumahan dapat dilihat pada Tabel 10. Sebaran dari masing-masing klasifikasi seluruh lokasi potensial perumahan dapat dilihat pada Gambar 9 berikut.

Tabel 10 Klasifikasi Lokasi Potensial Perumahan Kota Batu Tahun 2014

(9)

Syihabuddien Heksano, Imma Widyawati Agustin, Abdul Wahid Hasyim

Gambar 9. Lokasi Potensial Perumahan Kota Batu Tahun 2014

Lahan tidak terbangun yang berlokasi pada lahan peruntukan perumahan akan dilakukan analisis overlay sehingga dapat mengetahui lokasi potensial perumahan pada lahan peruntukan perumahan. Lokasi – lokasi potensial perumahan ini yang dijadikan acuan dalam pemilihan lahan-lahan perumahan yang tepat sehingga tidak merusak lingkungan dan memiliki aksesibilitas tinggi. Tabel 11 merupakan klasifikasi lokasi potensial perumahan yang berada pada lahan tidak terbangun.

Tabel 11 Klasifikasi Lokasi Potensial Perumahan pda Lahan Tidak Terbangun Kota Batu

Tahun 2014

No Klasifikasi HaLuas (%) 1 Sangat Potensial 466,55 21% 2 Potensial 610,72 28% 3 Cukup Potensial 688,46 31% 4 Dilarang 444,27 20% Total 2210,00 100%

Klasifikasi lokasi cukup potensial merupakan lokasi yang terbesar daripada yang lainnya yaitu seluas 688,46 ha (lihat Tabel 11). Terbesar kedua adalah lokasi potensial dimana mempunyai luas 610,72 ha dan sangat potensial mempunyai luas 466,55 ha. Lokasi dilarang merupakan lokasi yang dalam rencana pola ruang termasuk rencana kawasan lindung sehingga tidak diperbolehkan untuk lahan budidaya pada umumnya dan perumahan pada

khususnya. Secara pemetaan spasial lokasi potensial perumahan dapat dipertakan pada Gambar 11 berikut.

Gambar 10. Lokasi Potensial Perumahan pada Lahan Tidak Terbangun

KESIMPULAN

Luas Kota Batu adalah 19.908,72 ha dibagi menjadi dua peruntukan perumahan yaitu peruntukan perumahan seluas 3.410,20 ha (17,13%), dan bukan peruntukan perumahan seluas 16.498,52 ha (82,87%). Seluruh perumahan di Kota Batu mempunyai luas sebesar 140,30 ha dan lokasi yang tidak sesuai karena berlokasi pada lahan bukan peruntukan perumahan adalah 84,42 ha (60%) serta lokasi yang sesuai karena berletak pada lahan peruntukan perumahan adalah seluas 55,88 ha (40%). Penyebab tidak sesuainya lokasi perumahan beragam mulai dari terletak pada kawasan lindung , penyangga, wilayah sempadan, kelerengan lebih dari 25%, daerah rawan bencana, kawasan yang tidak terlayani air bersih, serta berada pada kawasan sawah irigasi teknis.

Lahan peruntukan perumahan yang seluas 3.410,20 ha dibagi menjadi lahan terbangun seluas 1200,20 (35%) dan lahan tidak terbangun seluas 2210,00 (65%). Lahan tidak terbangun tersebut terbagi menjadi 4 lahan potensial yaitu lokasi sangat potensial dengan luas 466,55 ha (21%)%) yang disebabkan karena lokasi berada

(10)

jarak 0-2km dari pusat pelayanan Kota Batu dan termasuk pada lokasi rencana perumahan dalam Rencana Pola Ruang Kota Batu Tahun 2010-2030, lokasi potensial seluas 610,72 ha (28%), lokasi cukup potensial seluas 688,46 ha (31%) dan lokasi dilarang seluas 444,27 ha (20%).

DAFTAR PUSTAKA

Alunita, Artan Niki dan Danoedoro, Projo. -.

Analisis Kesesuaian Lahan Perumahan Kelas Menengah Menggunakan Data Penginderaan Jauh dengan Sistem Informasi Geografis di Kota Surabaya.

Arikunto, Suharsini. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik (Edisi Revisi VI). Jakarta: Rineka Cipta

Bappeprov Jawa Timur. 2012. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Timur Nomor Tahun 2012 tentang RTRW Provinsi Jawa Timur tahun 2011-2031

Bappeda Kota Batu. 2011. Peraturan Daerah Kota Batu Nomor 7 Tahun 2011 tentang RTRW Kota Batu tahun 2010-2030

Departemen Pekerjaan Umum Direktorat Jendral Penataan Ruang. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 41/PRT/M/2007 tentang Pedoman Kriteria Teknis Kawasan Budidaya

Departemen Pekerjaan Umum Direktorat Jendral Penataan Ruang. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 36/PRT/1993 tentang Garis Sempadan Sungai, Daerah Penguasaan Sungai dan Bekas Sungai Delgado, Otoniel Buenrosstro, Manuel Mendoza,

Erna Lopez Granados, Davide Geneletti. 2007. Analysis of Suitability for the siting of inter-municipal landfills in the Cuitzeo Lake Basin, Mexico. Waste Management. 28: 1137-1146

Khadiyanto, Parfi. 2005. Tata Ruang Berbasis pada Kesesuaian Lahan. Semarang: Badan Penerbit Undip

Peraturan Menteri Perumahan Rakyat No. 10 Tahun 2012 tentang Penyelenggaraan Perumahan dan Kawasan Permukiman dengan Hunian Berimbang

Setyowati, Dewi Liesnoor. 2007. Kajian Evaluasi

Kesesuaian Lahan, Permukiman Dengan Teknik Sistem Informasi Geografis (SIG). Jurnal Geografi FIS UNNES. Volume 4 No. 1 Januari 2007

837/Kpts/Um/11/1980 Kriteria dan Tata Cara Penetapan Hutan Lindung

Undang-undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang

Gambar

Gambar 1 Peta Wilayah Studi
Tabel 2 Hasil Analisis Kemampuan Lahan
Gambar 3 Kemampuan Lahan Tahun 2014
Tabel 6 Kesesuaian Lokasi Perumahan Kota
+4

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan data yang diperoleh pada pola kalimat imperatif di atas, dapat diketahui bahwa, anak usia 4;2 tahun dapat memberikan perintah dengan menggunakan pola

menyalahgunakan maka kita terjebak dengan hal-hal yang negatifsehinggakan amal ibadah kita bisa terganggu.Narsisme dan selfie sudah menjadi satu fenomena di era

Penelitian ini menggunakan penginderaan jauh dalam pengumpulan data-data yang berkaitan dengan variabel potensi penyebab banjir, dan didukung oleh Sistem Informasi

Dalam gaya kepemimpinan demokratis, kepala sekolah berperan aktif dalam menentukan tugas dan tanggung jawab masing-masing guru dan pegawai, dan tetap melakukan pengawasan

menggunakan data sekunder unsur kelumit pada abu layang dari PLTU batubara Paiton dan data kandungan abu layang pada hasil samping pupuk sesuai petunjuk studi kelayakan EB-FGT

Ayat (4) “Pengaturan dan penjadwalan pemasangan iklan kampanye Pemilu sebagaimana dimaksud pada ayat (3) untuk setiap Peserta Pemilu diatur sepenuhnya oleh lembaga penyiaran

Positioning dari Sakacu adalah menjadikan Sakacu sebagai sandal jepit kekinian yamg dapat bersaing dengan produk lain dengan mengunggulkan warna serta gambar