• Tidak ada hasil yang ditemukan

View of KRITIK MIMETIK KUMPULAN CERPEN MATA BLATER KARYA MAHWI AIR TAWAR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "View of KRITIK MIMETIK KUMPULAN CERPEN MATA BLATER KARYA MAHWI AIR TAWAR"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

63

KRITIK MIMETIK

KUMPULAN CERPEN MATA BLATER KARYA MAHWI AIR TAWAR

Mariam Ulfa, M.Pd. Surel: ulfamariam@gmail.com

Abstrak

Semua hal yang terangkum dalam karya sastra tidak terlepas dari berbagai problematika yang dialami manusia baik secara pribadi maupun secara kolektif. Menanggapi dan menghadapi masalah-masalah tersebut manusia akan melakukan sebuah usaha atau perjuangan menentukan masa depan yang lebih baik berdasarkan imajinasi, perasaan, dan intuisinya. Masyarakat Madura memiliki beragam tradisi dan budaya yang cukup dikenal dalam di Indonesia bahkan hingga ke luar negeri. Dalam kumpulan cerpen karya Mahwi Air Tawar menceritakan tentang tradisi orang-orang Madura antara lain pertunjukan karapan sapi yang menjadi tolak ukur harga diri seseorang, jika tersinggung orang Madura akan menyatakan carok yang merupakan pertaruhan harga diri. Tradisi tersebut masih ada hingga saat ini.

Penelitian ini akan dilakukan dengan metode penelitian deskriptif dengan cara memberikan pemaparan hasil-hasil yang ditemukan dalam penelitian ini. Penelitian yang akan dilakukan ini merupakan penelitian yang berjenis kualitatif, yang secara keseluruhannya memanfaatkan cara-cara penafsiran dengan menyajikannya dalam bentuk deskripsi, memberikan perhatian terhadap data alamiah, data dalam hubungannya dengan konteks keberadaannya.

Hasil penelitian ini adalah kritik mimetik terhadap (1) tradisi kerapan sapi yang cenderung mengeksploitasi hewan lebih dar sekedar hewan peliharaan tetapi diperlakukan layaknya manusia, (2) budaya carok yang dianggap sebagai kebiasaan dan dibenarkan oleh kalangan masyarakat Madura meskipun tidak semua menganggap carok sebagai hal yang patut dibenarkan, (3) ritual Ojung yang merupakan tradisi memanggil hujan dengan jalan melakukan pertarungan yang melibatkan dua orang laki-laki dewasa hingga terluka. Pertandingan tersebut bahkan menjadi tontonan masyarakat umum, (4) budaya Sape Sono‘ yang menjadikan seekor sapi disulap seperti seorang perempuan dan diharuskan berjalan berlenggak-lenggok, hal ini menandakan bahwa seekor hewan diperlakukan selayaknya hewan.

Kata kunci: kritik mimetik, sastra, kebudayaan Madura Abstract

All things are summarized in the literature can not be separated from the various problems that people experience both individually and collectively. Respond to and deal with the problems that humans will make an effort or struggle determine a better future based on imagination, feeling, and intuition. Madurese communities have diverse traditions and cultures are well known in the in Indonesia, even abroad. In the short story collection of Mahwi Air Tawar work tells of a tradition Madurese among other races show cow that became the benchmark price of a person, if offended Madurese will declare carok which is betting esteem. The tradition still exists today.

(2)

Results of this study are mimetic criticism against (1) bull racing traditions tend to exploit animals more than just pets but were treated like human beings, (2) carok culture and customs are regarded as justified by the Madurese community though not all consider carok as things that should be justified, (3) Ojung ritual is a tradition summon rain by doing a fight involving two men till injured. The match was a spectacle even by public, (4) Sape Sono' tradition 'makes a cow conjured up like a woman and required to walk waddle, it indicates that an animal is treated like animals.

Keywords: mimetic criticism, literature, culture of Madura

A. Pendahuluan

Karya sastra merupakan bagian dari kebudayaan, kelahirannya di tengah-tengah masyarakat tidak luput dari pengaruh sosial dan budaya. Pengaruh tersebut bersifat timbal balik, artinya karya sastra dapat memengaruhi dan dipengaruhi oleh masyarakat.. Hal ini berarti setiap orang dapat melihat budaya masyarakat dalam sebuah karya sastra bahkan sebagian karya sastra menjadi representasi terhadap kebudayaan masyarakat tertentu. Uraian ini menunjukkan bahwa karya sastra tidak lahir begitu saja. Ada proses yang mendorong munculnya karya sastra dengan keberagaman tema dan aspek kehidupan masyarakat yaitu proses kreatif pengarang yang berusaha menciptakan karya yang dapat menggambarkan kenyataan sosial yang benar-benar ada dalam kehidupan masyarakat serta kaitannya dengan budaya masyarakat setempat yang dimunculkan dengan kreasi estetis dalam sebuah cerita berupa cerpen dan novel.

Semua hal yang terangkum dalam karya sastra tidak terlepas dari berbagai

problematika yang dialami manusia baik secara pribadi maupun secara kolektif. Menanggapi dan menghadapi masalah-masalah tersebut manusia akan melakukan sebuah usaha atau perjuangan menentukan masa depan yang lebih baik berdasarkan imajinasi, perasaan, dan intuisinya. Dengan demikian, perjuangan panjang manusia dalam memaknai kehidupan akan selalu melekat dalam teks sastra. Disadari atau tidak karya sastra menjadi model bagi kehidupan pembaca. Setiap persoalan maupun gambaran hidup yang dialami tokoh dalam cerita akan menimbulkan permenungan atau refleksi bagi pembaca dalam menentukan sikap dan tindakannya dalam kehidupan bermasyarakat.

(3)

kritik sastra umum, meskipun begitu para pengkritik ini juga harus sesuai dengan koridor teori kritik sastra yang bisa membangun, tidak mencaci, dan tidak membaur kedalam hal yang jauh dari yang dikritik, dan juga bisa mengekspresikan tujuan pengarang lewat teks. Berbeda dengan kritik sastra akademis yang lebih bersifat kritik alamiah, dengan kata lain setiap kritikan yang dilontarkan kritikus harus disertai dengan alasan pertanggungjawaban. Artinya ia bisa diterima berdasarkan ketentuan ilmiah. Sesuai dengan kerangka teoritis dan metodologi pengungkapan nilai-nilai yang dipakai.

Kritik sastra yang akan ditulis berikut ini akan menggunakan kritik mimetik untuk menilai kumpulan cerpen Mata Blater karya Mahwi Air Tawar yang mengangkat cerita kehidupan nyata orang Madura serta tradisi-tradisi di dalamnya. Mendengar kata ―Orang Madura‖. Makna pertama kali yang tergambar adalah paradoks dari keluguan dan kecerdasan, kesombongan, kekonyolan, serta kekerasan dan sekaligus kelucuan. Orang Madura itu unik, orang Madura (dimanapun ia berada) akan selalu bisa dengan mudah dibedakan, baik dari cara ia bicara (logatnya), tingkah laku, maupun cara ia memandang sebuah persoalan. Ia bisa sangat sombong sekaligus bisa sangat rendah hati. Ia bisa sangat sekuler sekaligus bisa sangat religius.

Masyarakat Madura memiliki beragam tradisi dan budaya yang cukup dikenal dalam di Indonesia bahkan hingga ke luar negeri. Dalam kumpulan cerpen karya Mahwi Air Tawar menceritakan tentang tradisi orang-orang Madura antara lain pertunjukan karapan sapi yang menjadi tolak ukur harga diri seseorang, jika tersinggung orang Madura akan menyatakan carok yang merupakan pertaruhan harga diri. Tradisi tersebut masih ada hingga saat ini.

(4)

mimetik adalah kritik yang memandang karya sastra sebagai pencerminan kenyataan kehidupan manusia. Menurut Abrams, kritikus pada jenis ini memandang karya sastra sebagai tiruan aspek-aspek alam. Sastra merupakan pencerminan/penggambaran dunia kehidupan. Sehingga kriteria yang digunakan kritikus sejauh mana karya sastra mampu menggambarkan objek yang sebenarnya. Semakin jelas karya sastra menggambarkan realita semakin baguslah karya sastra itu. Kritik jenis ini jelas dipengaruhi oleh paham Aristoteles dan Plato yang menyatakan bahwa sastra adalah tiruan kenyataan.

B. Teori Mimetik

Teori mimetik yang semula dikenal dengan nama mimeis merupakan salah satu wacana yang ditinggalkan Plato dan Aristoteles sejak masa keemasan filsafat kuno, hingga pada akhirnya Abrams memasukkannya menjadi salah satu pendekatan utama menganalisis sastra selain pendekatan paragmatik, ekspresif dan pendekatan objektif. Mimesis merupakan ibu dari pendekatan sosiologi sastra yang darinya dilahirkan metode kritik sastra yang lain. Mimesis berasal dari bahasa Yunani yang berarti tiruan. Dalam hubungannya dengan kritik sastra mimesis diartikan sebagai pendekatan sebuah pendekatan yang dalam mengkaji karya sastra selalu berupaya mengaitkan karya sastra dengan realitas atau

kenyataan. Perbedaan pandangan Plato dan Aristoteles menjadi sangat menarik karena keduanya merupakan awal filsafat alam, merekalah yang menghubungkan persoalan filsafat dengan kehidupan.dan teori kritik mimetik Abrams yakni kritik mimetik adalah kritik yang memandang karya sastra sebagai pencerminan kenyataan kehidupan manusia. Menurut Abrams, kritikus pada jenis ini memandang karya sastra sebagai tiruan aspek-aspek alam. Sastra merupakan pencerminan/penggambaran dunia kehidupan. Sehingga kriteria yang digunakan kritikus sejauh mana karya sastra mampu menggambarkan objek yang sebenarnya. Semakin jelas karya sastra menggambarkan realita semakin baguslah karya sastra itu. Kritik jenis ini jelas dipengaruhi oleh paham Aristoteles dan Plato yang menyatakan bahwa sastra adalah tiruan kenyataan.

C. Metode Penelitian

(5)

keberadaannya. Menurut Kutha Ratna (2009: 47), sumber data dalam penelitian kualitatif untuk sastra berupa karya, naskah, data penelitiannya, sebagai data formal adalah kata-kata, kalimat, dan wacana. data yang terkumpul dalam penelitian ini berbentuk kata-kata atau gambar, bukan angka-angka. Tulisan hasil penelitian berisi kutipan-kutipan dari kumpulan data untuk memberikan ilustrasi dan mengisi materi laporan.

Penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian, misalnya perilaku persepsi, tindakan, motivasi, secara holistik dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa. Hal-hal yang perlu dipaparkan dalam penelitian ini meliputi objek penelitian, sumber data, teknik pengumpulan data, dan teknik analisis data. (Moleong, 2010: 6).

D. Objek Penelitian

Objek penelitian ini adalah Budaya Masyarakat Madura dalam kumpulan cerpen Mata Blater karya Mahwi air tawar. Objek penelitian ini dipilih karena dalam kumpulan cerpen ini mampu mendeskripsikan budaya masyarakat Madura yang belum banyak diketahui dan dikenal orang dan untuk memberikan pengetahuan bahwa tidak semua tradisi kebudayaan dalam masyarakat Madura memiliki nilai-nilai positif tetapi ada tradisi

kebudayaan yang merupakan penyimpangan tetapi tetap dilaksanakan secara turun-temurun hingga saat ini.

E.Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data adalah suatu cara yang ditempuh dalam penelitian untuk mendapatkan data yang sesuai dengan apa yang diteliti dan bersifat akurat.(Arikunto, 1998:226).

Pengumpulan data digunakan untuk memperoleh keaslian data yang selanjutnya dianalisis. Menurut Arikunto, (1998:226). Pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode dokumentasi. Menurut Arikunto, (1998:236). Metode dokumentasi adalah metode baca catat. Teknik pengumpulan data ini dengan cara mencari data mengenai hal-hal atau variabel berupa catatan traskip, buku, majalah dan sebagainya. Dengan metoda ini yang diamati bukan benda hidup, tapi benda mati. ( Arikunto, 1998:200).

(6)

tradisi carok, tradisi macapat dan tandha‘, tradisi religi, tradisi ritual ojung, dan tradisi arisan blater.

H.Teknik Analisis Data

Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Metode deskriptif adalah melakukan atau menafsirkan keadaan yang sekarang dengen bertujuan melukiskan kondisi yang ada dalam situasi dan tidak diuraikan untuk menguji hipotesis (Arikunto, 2006: 229).

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik baca catat, pengkodean, Endraswara (2003:16). Menyatakan bahwa analisis digunakan apabila hendak mengungkap, memahami dan menangkap aspek moral karya sastra dan pemahaman tersebut mengandalkan tafsir sastra.Pengumpulan data adalah suatu cara yang ditempuh dalam penelitian untuk mendapatkan data yang sesuai dengan apa yang diteliti dan bersifat akurat. (Arikunto, 1998:226).

Mengolah data adalah usaha konkrit mengolah data untuk membuat data itu menjadi jelas hal itu disebabkan karena berapapun banyaknya data yang terkumpul apabila tidak tersusun secara sistematis, maka data merupakan bahan yang tidak dapat dijelaskan, metode yang dijelaskan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif.

Metode deskriptif kualitatif adalah penggambaran atau penguraian dengan kata-kata atau kalimat yang dipisah-pidaskan menurut kategori untuk memperoleh kesimpulan. Sedangkan jenis data kualitatif yaitu jenis data dengan kategori atau sifat sesuatu, tidak terbentuk angka seperti halnya data dengan penelitian kuantitatif (Arikunto,1998:245). Prosedur analisis data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1) Membaca dan mencatat hal penting yang berkaitan dengan fokus penelitian

2) Mengumpulkan, menganalisis, dan menglasifikasi data berdasarkan fokus penelitian masing-masing 3) Setelah melalui analisis data dan

klasifikasi, untuk memudahkan dalam menganalisis data diperlukan pengkodean (Endraswara,2006:164).

H. Pembahasan

1. Tradisi Kerapan Sapi dalam

Masyarakat Madura

(7)

mengangkat cerita yang nyata ada dalam tradisi masyarakat Madura. Tradisi Kerapan Sapi adalah acara khas masyarakat Madura yang di gelar setiap tahun pada bulan Agustus atau September, dan akan di lombakan lagi pada final di akhir bulan September atau Oktober. Pada Karapan Sapi ini, terdapat seorang joki dan 2 ekor sapi yang di paksa untuk berlari sekencang mungkin sampai garis finis. Joki tersebut berdiri menarik semacam kereta kayu dan mengendalikan gerak lari sapi. Panjang lintasan pacu kurang lebih 100 meter dan berlangsung dalam kurun waktu 10 detik sampai 1 menit. Penceritaan Mahwi sama persis dengan kenyataan yang ada di lapangan.

Prosesi awal dari karapan sapi ini adalah dengan mengarak pasangan-pasangan sapi mengelilingi arena pacuan dengan diiringi gamelan Madura, yaitu Saronen. Babak pertama adalah penentuan kelompok menang dan kelompok kalah. Babak kedua adalah penentuan juara kelompok kalah, sedang babak ketiga adalah penentuan juara kelompok menang. Piala Bergilir Presiden hanya diberikan pada juara kelompok menang.

Berdasarkan penjelasan tentang kerapan sapi Madura sama dengan kutipan yang yang ada dalam salah satu cerpen Mahwi yang berjudul kerapan sapi, seperti berikut ini :

“Debu mengepul. Gegap gempita dan sorak-sorai terus bersahut-sahutan. Para penonton berdesakan saat memasuki pintu gerbang lapangan Trunojoyo. Saronen terus berbunyi, memandu gerakan selendang penandak yang sengaja diundang dalam rangka menyemarakkan pesta karapan sapi.”

―Pasangan-pasangan sapi memasuki lapangan karapan. Para penonton yang sebermula berkerumun segera menyingkir ke pinggir lapangan. Dari bibir masing-masing pengiring sapi karapan, seulum senyum, meski bias dan terkesan dipaksa, terus mengembang. Mata mereka mengirim isyarat kepada para penonton, meminta agar turut serta mendoakan sapi karapan masing-masing.”

(8)

2. Budaya Carok Dalam Masyarakat Madura

Dalam kumpulan cerpen Mata Blater terdapat cerita tentang carok. Budaya carok juga tidak luput dari penceritaan yang ada dalam kumpulan cerpen Mata Blater. Di Indonesia, carok telah dianggap sebagai ciri khas kelompok etnik Madura. Teror eceran berbentuk carok merajalela akibat alam gersang, kemiskinan, dan ledakan demografis. Pelembagaan kekerasan carok terkait erat dengan mentalitas egolatri (pemujaan martabat secara berlebihan) sebagai akibat tidak langsung dari keterpurukan ekologis. Selain hal itu penyebab terjadinya carok adalah sebagai berikut.

- Persetujuan sosial melalui ungkapan – ungkapan. Ungkapan-ungkapan Madura memberikan persetujuan sosial dan pembenaran kultur tradisi carok. - Proteksi berlebihan terhadap kaum

wanita. Carok refleksi monopoli kekuasaan laki-laki

- Upaya meraih status sosial. Carok oleh sebagian pelakunya

dipandang sebagai alat untuk meraih status sosial di dunia blater. Kultur blater dekat dengan unsur-unsur religio-magis, kekebalan, bela diri, kekerasan, dunia hitam, poligami, dan sangat menjunjung tinggi kehormatan harga diri.

- Lemahnya hukum. Kebiasaan para pemenang carok untuk nabang (memperoleh keringanan hukum melalui rekayasa peradilan) dengan menyuap polisi, hakim, dan jaksa juga turut berperan melembagakan kekerasan di Madura.

Kutipan berikut akan memperkuat penjelasan di atas :

“Lebih baik mati berkalang tanah daripada menangung hinaan orang. Harga diri haruas dijunjung tinggi. Begitu selalu Madrusin mengawali pembicaraan di setiap pertemuan. Kalau benar kabar bahwa Sati menangis karena diancam oleh Indrajid dan dipaksa orang tuanya untuk minum air kembangsetiap saat, maka tak pelak lagi, tiba saatnya bagi Madrusin memperlihatkan keperkasaannya sebagai lelaki. Ioa menganggap Indrajid dan orang tua sati telah melampaui batas. Maka, bergeraklah.

(9)

tangan setelah ditangkupkan pada sabut kelapa yang mengepulkan asap dan bau kemenyan. Tampak dari sela jemarinya asap dupa berebut mengepul, dan dengan tangan yang masih dipenhui asap itu, diambilnya celurit. Diusapnya senjata itu beberapa kali sebelumnya akhirnya ia membuka sarung celurit itu”.

Mahwi berhasil menceritakan carok yang memang nyata ada dalam kehidupan nyata dengan kemasan yang elegan dan sarat norma. Carok diceritakan Mahwi melalui tokoh-tokoh yang mengatasnamakan carok sebagai mempertahankan hal yang dianggap benar, dan jika dengan menyelesaikan permasalahan dengan damai, maka carok merupakan satu-satunya jalan untuk menyelesaikannya. Mengapa saya

katakan Mahwi menyampaikan carok dengan elegan? Karena carok yang diceritakan Mahwi merupakan esensi carok yang sebenarnya ada dalam masyarakat Madura, bukan carok yang selama ini terjadi karena hal remeh-temeh. Dikatakan sarat norma dalam cerpen carok ini, dengan membaca cerpen ini dan memahami maksudnya, maka pembaca dapat menemukan menyimpulkan bahwa sebenarnya carok sangat merugikan bagi kedua belah pihak, meskipun carok itu adalah tradisi masyarakat Madura sendiri. Dari gambar yang diambil dari sebuah berita online membuktikan bahwa penyelesaian masalah dengan cara carok masih ada di Madura :

LENSAINDONESIA.COM: Tak terima sang ayah menghembuskan nafas terakhir di rumah sakit karena kalah carok (perang senjata tradisional Madura). Sang anak pun nekat membalas dendam dan membunuh musuh ayahnya. Adalah Marzuki alias Suki bin Manaf (31), warga Kampung Raas Dusun Raas Desa Kemuning Kecamatan Tragah Kabupaten Bangkalan. Zuki menuntaskan dendamnya usai membabat sekujur tubuh Mat Ikhsan, warga Kampung Goa Dusun Soket Laok Kecamatan Tragah Kabupaten Bangkalan musuh ayahnya dengan duel maut satu lawan satu dengan menggunakan clurit.

3.Ritual Ojung dalam Masyarakat Madura

(10)

timur Madura adalah pelaksanaan ritual Ojung. Ojung dalam bentuknya adalah sejenis permainan yang melibatkan dua orang untuk beradu fisik dengan dilengkapi media rotan berukuran besar sepanjang 1 meter sebagai alat memukul. Ritual ini biasanya diselenggarakan agar segera turun hujan dan terhindar dari malapetaka akibat kekeringan musim kemarau dan biasanya diiringi dengan musik yang jarang dijumpai di daerah lain yang terdiri dari 3 buah dung-dung (akar pohon siwalan) yang dilubangi di tengahnya sehingga bunyinya seperti bas, dan kerca serta satu alat musik kleningan sebagai pengatur lagu. Dalam kumpulan cerpen Mata Blater terdapat cerita tentang ritual ojung yang hingga kini masih dilakukan oleh masyarakat Madura bagian Timur, hal tersebut terbukti dalam kutipan berikut :

“Mereka memintaku mendatangi seorang pawang yang tak lain adalah adik kakekku sendiri. Mereka ingin agar kakekku segera bertindak, mengusir kemarau tahun ini yang terlampau panjang hingga tanah-tanah mengeras, kering-kerontang, bertumbang pohon siwalan, hanya menyisakan sejengkal lubang harapan, dan ladang-ladang tak lagi mendatangkan untung, panen jagung berujung malang, dan di laut para nelayan hilang tangkapan. Inilah saatnya: hujan harus didatangkan!Ritual ojung mesti dilangsungkan.”

“ Ojung!ojung, Kak.Harus dilaksanakan.Harus! tegas seseorang.

“Lakukanlah,Lek! Kamu

ponggebe. Dulu kamu santre

kesayangan Ke Lesap. Datanglah ke sana.Mintalah. Bukaknkah Ke Lesap pernah bilang, satu-satunya di kampung ini yang bisa memainkan ojung hanya kamu?” kakakku yang sedari tadi bungkam mulai bicara”.

Kritik ini merupakan kritik mimetik, jika semakin mewakili kehidupan nyata maka akan semakin bagus karya sastra tersebut, maka harus saya katakan bahwa Mahwi menceritakan ojung dengan begitu lengkap dan detail sehingga pembaca mampu memunculkan gambaran tentang bagaimana pelaksanaan ojung dan paham tujuannya. Berikut gambar tradisi ritual ojung di Madura :

4.Kebudayaan Sapi Sonok Dalam Masyarakat Madura

(11)

memperkenalkan tradisi Sapi Sonok ke masyarakat luas, umumnya masyarakat di luar pulau Madura.

Sapi sonok dalam

perkembangannya bukan hanya menjadi perekat hubungan sosial, namun juga memiliki makna budaya dan tehnologi. Bagi Pamekasan sapi sonok telah menjadi kebanggan tersendiri. Bupati Pamekasan telah mendapatkan penghargaan sebagai bupati yang memiliki kepedulian yang tinggi atas pelestarian budaya karena komitrnennya untuk melestarikan sapi sonok ini.

Pasangan sapi betina yang menjadi peserta kontes sapi ―sonok‖ didandani selempang yang didominasi warna kuning keemasan pada leher hingga dada. Selain itu, di leher sapi tersebut diberi ―pangonong‖ yang terbuat dari kayu berukir sebagai perangkai pasangan sapi.

Sebelum acara dimulai, beberapa pemilik sapi menari sambil menggiring sapi-sapi mereka keliling lapangan. Grup musik Saronen yang terdiri atas tiga pemain kenong, satu pemain kendang, satu pemain gong, dua pemain terompet, dan dua pemain kecer mengiringi pasangan sapi yang melenggang dengan kepala tegak bak seorang model.Penjelasan tentang Tradisi Perlombaan Sapi Sonok persis dengan cerita yang terdapat dalam kumpulan cerpen Mata Blater karya Mahwi Air Tawar seperti dikutip berikut ini :

“Gemerincing gelang kaki. Kalung kuningan padaleher sepasang sapi sonok yang berdenting-denting.

Bau kemenyan dan

semerbakkembang menyeruak dari arah barat halaman samping langgar.”

“Ya, sepasang sapi sonok itu, Rattin namanya. Cah,oh, lihatlah: mereka terus berlenggang di bawah temaram cahaya serungking,di dalam lingkaran, berlenggang, dan terus berlenggang. Sesaat kemudian, merekaakan berjingkrak seiring musik yang menghentak rancak. Dan, Rattin akan melenguh panjang seiring lenggang gemulai.

(12)

I.Simpulan

Membaca kumpulan cerpen Mata Blater karya Mahwi Air Tawar serasa membawa kita ke Madura, karena Mahwi sangat mampu untuk menyampaikan deskripsi masing-masing tradisi. Kumpulan cerpen ini sangat bagus dan menarik karena sangat mewakili realitas. Melakukan kajian teks pada kumpulan cerpen Mata Blater karya Mahwi Air Tawar, terdapat beberapa kebudayaan dan tradisi dalam masyarakat Madura yang diceritakan oleh Mahwi Air Tawar dengan kemasan yang begitu baik, sempurna, dan detail. Beberapa budaya dan tradisi Madura disampaikan melalui tokoh-tokoh dan setting serta alur penceritaan yang mudah dipahami. Dengan penceritaan yang jujur sesuai dengan tradisi yang ada dalam masyarakat Madura, Mahwi berusaha menyampaikan bahwa tradisi-tradisi tersebut bernilai positif dan negatif. Kedua nilai tersebut sulit untuk dipisahkan meskipun berbeda. Mahwi mampu menyampaikan sisi positif dan sisi negatif

tradisi-tradisi tersebut dengan kesan tidak menggurui, tetapi menggunakan pesan-pesan tersirat melalui tokoh-tokoh dan karakter serta cerita.Kumpulan cerpen ini sangat layak dibaca bukan saja oleh orang-orang Madura khususnya, tetapi juga para pembaca yang bukan berasal dari Madura untuk tetap melestarikan tradisi-tradisi asli daerahnya dengan cara menyikapi dengan baik sisi negatifnya untuk menghindari penyalahgunaan tradisi yang seharusnya menjadi kearifan lokal.

J. Biografi Pengarang

Mahwi Air Tawar, lahir di Pesisir Sumenep, Madura, 28 Oktober 1983. Sejumlah cerpen dan puisinya dipublikasikan di pelbagai surat kabar: Kompas, Jawa Pos, Suara Pembaruan,Suara Merdeka, Bali Post, Majalah Sastra Horison, Jurnal Cerpen Indonesia, danlain-lain. Cerpen dan puisinya juga termuat di sejumlah antologi bersama, diantaranya 3 Penyair Timur (2006-puisi), Herbarium (2006-puisi), Medan Puisi. Sampena the 1st

International Poetry.(2006-puisi), IBUMI:

Kisah-kisah dari Tanah di Bawah Pelangi

(2008-puisi), Sepasang Bekicot Muda (2006-cerpen), dan Robingah,Cintailah Aku (2007-cerpen). Salah satu cerpennya

(13)

Jalan Menikung ke (TSI II, 2009-cerpen).

BukitTima, Ujung Laut Pulau Marwah,

(TSI III, 2010-cerpen)Buku Kumpulan Cerpennya Mata Blater, (2010-cerpen), dan Seberang Selat Sampan Karapan, (cerpen -siap terbit, 2011). Tana Merah (Novel-siap terbit, 2011). Kini, di samping sebagai editor lepas, ia mengelola komunitas sastra poetika dan kalèlès, Kalompok Kajian Seni Budaya Madura, di Yogyakarta.

K. DAFTAR RUJUKAN Air Tawar, Mahwi. 2010. Mata

Blater.Yogyakarta: Matapena

Arikunto. 1998. Metode Penelitian. Jakarta: PT Gramedia

Damono, Sapardi Djoko. 1984. Sosiologi Sastra: Sebuah Pengkajian Sastra.

Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonasia

Endraswara, Suwardi. 2004. Metodologi

Penelitian Sastra. Yogyakarata:

Pustaka Belajar.Faruk, 2010.

Pengantar Sosiologi Sastra.

Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Hardjana, Andre.1985 . Kritik Sastra:

Sebuah Pengantar. Jakarta : PT

Gramedia

Ratna, Nyoman Kutha. Sosiologi Sastra.

Jakarta: PT Gramedia

Sukada, Made.1987. Pembinaan Kritik

Sastra Indonesia: Masalah

Sistematika Analisis Struktur Fiksi.

Referensi

Dokumen terkait

menyatakan bersedia mengundurkan diri/digugurkan dan tidak akan menuntut Pemerintah Kabupaten Lombok Barat apabila dalam pemeriksaan berkas administrasi, dinyatakan

4< ◆ ◆ Kagcbkbtj ugtuh Kagcbkbtj ugtuh kagcjlagtjejhbsj lbg kagcjlagtjejhbsj lbg karukushbg kbsbibo karukushbg kbsbibo tagtbgc fdyah 0 ljkagsj tagtbgc fdyah 0 ljkagsj ◆

Selanjutnya Ornstein, (1990) dalam (Mulyasa, 2007) merekomen- dasikan bahwa untuk membuat RPP yang efektif harus berdasarkan pengetahuan terhadap: tujuan umum sekolah,

Tes kebugaran jasmani sebaiknya dilakukan pada pagi hari karena suhu udara belum terlalu panas (Suharjana, 2013: 175). Jika dalam keadaan terpaksa tes kebugaran

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Analisis Rasio

Keuntungan dalam usaha sapi potong dengan pola kemitraan antara investor dengan petani peternak di Kelurahan Sail Kecamatan Tenayan Raya Kota Pekanbaru selama

Namun, bagi umat Islam, pemahaman umumnya ialah bahawa agama Islam merupakan satu ajaran yang bersistem dan berstruktur dengan membawa misi keamanan dan

Meskipun memulai dari manajer Anda sering kali merupakan cara terbaik untuk menangani masalah secara efisien, jika Anda merasa tidak patut atau tidak nyaman melakukannya, Anda