• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGELOLAAN SUMBER BELAJAR ELEKTRONIK

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PENGELOLAAN SUMBER BELAJAR ELEKTRONIK"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

PENGELOLAAN SUMBER BELAJAR ELEKTRONIK

Disusun oleh : Eka Kurniawan A.P (0104510007) – KTP PPS Unnes

Sumber Belajar untuk MK. Perkembangan Arsitektur Tradisional (MATERI ARSITEKTUR TORAJA)

Program Studi Desain Interior

Standar Kompetensi

Mengenal ragam bentuk arsitektural dan pola ruang hingga ornamen yang ada di dalam bangunan tradisional

Kompetensi Dasar

Memahami konsep budaya dan pengaruhnya pada bentuk dan pola tata ruang dalam arsitektur tradisional Toraja.

ARSITEKTUR TANA TORAJA

KONDISI GEOGRAFIS & PENDUDUK

Tana Toraja secara administrasi masuk dalam Kabupaten Toraja, terdiri dari 9 kecamatan dan 32 desa. Luas wilayah 3178 Km2, sebagian besar (40%) terdiri dari pegunungan dan dataran tinggi (25%). Wilayah Tana Toraja terletak sekitar 350 Km di utara kota Makassar, antara 2°40'-3°25' lintang selatan dan 119°30'-120°25' bujur timur. Di tengah-tengah wilayah berbukit-bukit tersebut terdapat Sungai Sa’dang yang mengalir dari utara ke selatan serta berpengaruh secara sosial, budaya dan ekonomi masyarakat Toraja (Sumalyo, 2001).

Gambar 1. Peta Sulawesi Menunjukkan Lokasi Tana Toraja

(2)

Istilah Toraja Sa'dang dipakai untuk menyebut wilayah dan kelompok etnis di kawasan Sungai Sa'dang. Sebutan tersebut untuk membedakan dengan kelompok dan tempat dengan sebutan Toraja-Mamasa, berada di sebelah baratnya beberapa puluh kilometer, dipisahkan oleh lembah dan gunung. Menurut legenda suku Toraja-Mamasa berasal dari suku Toraja-Sa'dang yang merantau ke arah barat, tidak kembali dan membentuk masyarakat Toraja di tempatnya yang baru. Di Tana Toraja terdapat dua pusat kota, Makale dan Rantepao. Makale berfungsi sebagai pusat administrasi di selatan, sedangkan Rantepao 18 Km di utara Makale, lebih berfungsi sebagai pusat pelayanan dan jasa

Menurut Laporan Kuliah Kerja Toraja 1975 Jurusan Arsitektur Universitas Indonesia dalam Wegymantung (2009), Suku Toraja yang ada sekarang ini bukanlah suku asli, tapi merupakan suku pendatang. Menurut kepercayaan atau mythos yang sampai saat ini masih dipegang teguh, suku Toraja berasal dari khayangan yang turun pada sebuah pulau Lebukan. Kemudian secara bergelombang dengan menggunakan perahu mereka datang ke Sulawesi bagian Selatan. Di pulau ini mereka berdiam disekitar danau Tempe dimana mereka mendirikan perkampungan. Perkampungan inilah yang makin lama berkembang menjadi perkampungan Bugis. Diantara orang-orang yang mendiami perkampungan ini ada seorang-orang yang meninggalkan perkampungan dan pergi ke Utara lalu menetap di gunung Kandora, dan di daerah Enrekang. Orang inilah yang dianggap merupakan nenek moyang suku Toraja.

Sistem pemerintahan yang dikenal di Toraja waktu dulu adalah sistim federasi. Daerah Toraja dibagi menjadi lima daerah yang terdiri atas :

1. Makale 2. Sangala 3. Rantepao 4. Mengkendek 5. Toraja Barat.

(3)

KEPERCAYAAN

Menurut L. I. Tangdilintin dalam Yulianto Sumalyo (2001), kepercayaan asli masyarakat Toraja adalah Aluk Todolo yang artinya agama/aturan dari leluhur (aluk = agama/aturan, todolo = nenek moyang). Menurut ajaran Aluk Todolo, di luar diri manusia terdapat 3 unsur kekuatan dan wajib dipercayai kebenaran dan kebesarannya, yaitu Puang Matua, Deata dan To Membali Puang (Todolo).

a. Puang Matua

Aluk Todolo menurut penganutnya diturunkan oleh Puang Matua atau Sang Pencipta mulanya pada leluhur pertama yang disebut Datu La Ukku' yang kemudian menurunkan ajarannya kepada anak cucunya. Oleh karena itu menurut kepercayaan ini, manusia harus menyembah, memuja dan memuliakan Puang Matua atau Sang Pencipta diwujudkan dalam berbagai bentuk sikap hidup dan ungkapan ritual antara lain berupa sajian, persembahan maupun upacara-upacara.

• Merupakan unsur kekuatan yang paling tinggi sebagai pencipta alam semesta.

• Dalam pelaksanaan persembahan kurban, hewan yang dpersembahkan untuk Puang Matua adalah kerbau, babi dan ayam.

Puang Matua bersemayam di langit / dunia atas

Puang Matua memberikan kebahagiaan sesuai dengan kelakuan, baik atau jahat.

• Upacara untuk Puang Matua dilakukan di Utara / depan tongkonan

b. Deata

Setelah Puang Matua menurunkan Aluk kepada Datu La Ukku’ sebagai manusia pertama, kemudian memberikan kekuasaan kepada para Deata atau Dewa untuk menjaga dan me-melihara manusia. Oleh karena itu Deata di-sebut pula sebagai Pemelihara yang menurut Aluk Todolo tidak tunggal tetapi di golongan menjadi tiga yaitu:

Deata Langi (Sang Pemelihara Langit menguasai seluruh isi langit dan cakrawala)

Deata Kapadanganna (Sang Pemelihara Bumi, menguasai semua yang ada di bumi)

(4)

c. To Membali Puang

To Membali Puang atau Todolo (Leluhur) merupakan arwah leluhur yang juga diwajibkan dipuja dan disembah karena merekalah yang memberi berkah kepada para keturunannya dan menempati dunia bawah.

• Selain memberi berkah juga bertugas mengawasi perbuatan dan perilaku manusia keturunannya.

• Upacara untuk to membali puang diadakan di Barat tongkonan.

Upacara Adat (Wegymantung, 2009)

Toraja sangat dikenal dengan upacara adatnya. Didalam menjalankan upacara dikenal dua macam pembagian yaitu Rambu Solok dan Rambu Tuka.

Rambu Solok merupakan upacara kedukaan yang meiliputi 7 tahapan, yaitu : a. Rapasan

b. Barata Kendek c. Todi Balang d. Todi Rondon e. Todi Sangoloi f. Di Silli

g. Todi Tanaan

Rambu Tuka merupakan upacara kegembiraan, yang juga meliputi 7 tahapan, yaitu : a. Tananan Bua’

b. Tokonan Tedong c. Batemanurun d. Surasan Tallang e. Remesan Para f. Tangkean Suru g. Kapuran Pangugan

Gambar 2. Kubur Batu Tebing Toraja (pa’tane)

(5)

Karena mayoritas penduduk suku Toraja masih memegang teguh kepercayaan nenek moyangnya maka adat istiadat yang ada sejak dulu tetap dijalankan sekarang. Hal ini terutama pada adat yang berpokok pangkal dari upacara adat Rambu Tuka’ dan Rambu Solok. Dua pokok inilah yang merangkaikan upacara-upacara adat yang masih dilakukan dan cukup terkenal. Upacara adat itu meliputi persiapan penguburan jenazah yang biasanya diikuti dengan adu ayam, adu kerbau, penyembelihan kerbau dan penyembelihan babi dengan jumlah besar. Upacara ini termasuk dalam Rambu Solok, dimana jenazah yang mau dikubur sudah di simpan lama dan nantinya akan dikuburkan di gunung batu.

ORIENTASI RUMAH

Pandangan Aluk Todolo mengenai angapan tentang alam raya / makro kosmos diklasifikasikan sebagai berikut (Sumalyo, 2001) :

• Orientasi Timur Barat

Alu’matallo adalah upacara kebahagiaan. Perangkat upacara disebut rambu tuka.

Barat adalah matampu, tempat matahari terbenam yang memiliki makna kedukaan, kegelapan dan sumber kedukaan.

Alu’matampu adalah upacara kedukaan. Perangkat upacara disebut rambu solo.

b. Orientasi Utara Selatan

Utara adalah paling utama, disebut uluna lino yang berarti kepala dunia. Utara memiliki makna kepala, depan dan atasan yang dihormati dan dalam interior sebagai tempat suci dan terhormat.

Selatan disebut pollo’na lino yang berarti dasar dunia. Selatan memiliki makna kaki, bawahan dan pengikut belakang serta dalam interior sebagai tempat kotor.

c. Orientasi Atas Bawah

• Benua atas, berada di langit, sebagai laki-laki dan bersifat baik.

• Benua bawah, berada di bawah air, sebagai wanita dan bersifat buruk. • Benua tengah, berada di permukaan bumi, diangap sebagai tempat

(6)

d. Orientasi Empat Arah Angin

Empat arah angin membentuk segi empat dan diproyeksikan sbb : • Azas kehidupan tentang kelahiran manusia

• Azas kehidupan tentang eksistensi (kehadiarn manusia)

• Azas kehidupan tentang pengabdian manusia dalam makrokosmos. • Azas kehidupan tentang kematian manusia.

TONGKONAN

Gambar 3: Potongan Samping Tongkonan

(sumber: http://assets.kompas.com/data/photo/2009/06/25/1607092p.JPG )

Kata Tongkonan menurut Abdul Azis Said dalam Shandra Stephani (2009), berasal dari kata Tongkon yang berarti 'tempat duduk', mendapat akhiran 'an' maka menjadi Tongkonan yang artinya tempat duduk. Dahulu Tongkonan adalah pusat pemerintahan, kekuasaan adat dan perkembangan kehidupan sosial budaya masyarakat Tana Toraja. Tongkonan tidak bisa dimiliki oleh perseorangan, melainkan dimiliki secara turun-temurun oleh keluarga atau marga suku Tana Toraja.

Dengan sifatnya yang demikian, Tongkonan dapat diartikan beberapa fungsi, antara lain pusat budaya, pusat pembinaan keluarga, pembinaan pera-turan keluarga dan kegotongroyongan, pusat dinami-sator, motivator dan stabilisator sosial, sehingga fungsi Tongkonan tidaklah sekedar sebagi tempat untuk duduk bersama, lebih luas lagi meliputi segala aspek kehidupan. Apabila mempelajari letak dan upacara-upacara yang dilaksanakan, melalui simbol-simbolnya akan diketahui bahwa Tongkonan adalah simbol sosial dan simbol alam raya. Oleh karena itu, orang Toraja sangat men"sakral"kan Tongkonan.

(7)

Gambar 4: Potongan Samping Tongkonan (sumber: Stephany, 2009:31)

Keterangan gambar:

a. Atap dan bagian muka, terutama bagian ber-bentuk segitiga dari dinding muka dinamakan sondong para atau lido puang (wajah dari dewa-dewa), melambangkan Dunia Atas

b. Dunia Tengah, dunia dari manusia; bagian muka sebelah utara paling berhubungan dengan “bagian dari matahari terbit‟ (untuk upacara di bagian timur)

c. Dunia bawah: Sama seperti Pong Tulak Padang memegang dunia di atas, jadi rumah disangga dengan jiwa yang tinggal dalam Bumi (menurut beberapa orang Toraja, Tulak Padang sendiri yang menyangga rumah)

d. Lubang, yang dibuka pada bagian dalam atap untuk upacara-upacara dari sebelah timur.

PENATAAN RUANG

Rumah bagi masyarakat Toraja adalah cerminan penghayatan religi, sebagai bentuk pemahaman sederhana terhadap alam semesta (Dewi, 2003). Bentukan geometris ruang selalu dikaitkan dengan fenomena alam. Konsep hirarki rumah Toraja (banua) terdiri dari tiga bagian berdasarkan hirarkinya, yakni bagian atas, bagian tengah dan bagian bawah.

(8)

Gambar 5: Konsep Kosmologi Rumah Toraja (sumber: Dewi, 2003:41)

(9)

Rumah suku Toraja diletakkan sesuai orientasi utara-selatan. 14) Bagian rumah yang dianggap paling sakral adalah bagian loteng paling utara (lindo puang), sebagai pengejawantahan wajah pemilik rumah itu, sekaligus juga pintu masuk para dewa ke dalam rumah. Pada sisi rumah sebelah selatan dan sisi lainnya disimbolkan sebagai kematian, seperti juga sisi barat, tempat matahari terbenam; 15) Jenasah diposisikan di sebelah barat rumah dengan kepala di selatan, melambangkan pulau kematian yang berada di sebelah selatan. Kondisi ini hanya dilakukan pada saat upacara menjelang pemakaman. Jenasah kemudian diposisikan di timur-barat, dan diperlakukan seolah jenasah itu masih hidup; 16) Upacara ini merupakan upacara terpenting, akhirnya jenasah dikeluarkan melalui pintu yang terletak di sisi barat rumah. Sisi selatan dan sisi barat juga dilambangkan sebagai tempat leluhur dan tempat peninggalan benda-benda pusaka; 17) Ada juga yang meletakkannya di sudut tenggara ruangan; 18) Sebelah timur rumah merupakan tempat aktivitas para penghuni, dilambangkan sebagai jantung.

Menurut Azis Said dalam Shandra Stephani (2009), rumah Tongkonan terdiri atas ruang-ruang yang berjejer dari utara ke selatan dan berbentuk persegi panjang. Ruang pada bagian badan Tongkonan terbagi atas tiga bagian, yaitu:

- Ruang bagian depan (Tangdo‟) disebut kale banua menghadap bagian utara. Tempat penyajian kur-ban pada upacara persembahan dan pemujaan kepada Puang Matua.

- Ruang tengah (Sali) lebih luas dan agak rendah dari ruang lainnya. Terbagi atas bagian kiri (barat) tempat sajian kurban hewan dalam upacara Aluk Rambu Solo’ dan bagian kanan (timur) tempat sajian kurban persembahan dalam upacara Aluk Rambu Tuka’.

(10)

Selain itu, pola penataan ruangnya berdasarkan pada pembagian keempat titik mata-angin seperti yang terlihat pada gambar berikut ini.

Gambar 6: Denah Tongkonan (sumber: Stephany, 2009:32)

Penataan ruang disusun sedemikian rupa untuk mempermudah pelaksanaan ritual di dalam tongkonan yang terletak pada tata letak penyajian hidangan yang mengikuti arah Timur-Barat menurut kepercayaan Aluk Todolo. Pada upacara rambu tuka’, sajiannya dihidangkan di bagian timur sedangkan untuk upacara rambu solo’, sajiannya dihidangkan di bagian Barat dalam Tongkonan.

Berikut penjabaran dari perwujudan kepercayaan Aluk Todolo pada tiap ruang dalam dari Tongkonan, yaitu Bagian Utara, Selatan, Timur dan Barat:

- Bagian Utara Tongkonan disebut Ulunna lino (kepala dunia) atau lindo puang (wajah raja-raja). Bagian ini dikonotasikan sebagai kepala, bagian depan, atasan, bagian yang dihormati, dan dianggap sebagai tempat suci tempat bersemayamnya Puang Matua sekaligus sebagai tempat dewa memasuki rumah. Areal ini terletak pada bagian depan Tongkonan dan dalam pelaksanaan ritual berfungsi untuk upacara persembahan dan pemu-jaan kepada Puang Matua.

(11)

- Bagian Timur tempat terbitnya matahari, rampe mata allo (rampe=sisi; allo=matahari) dikonotasikan sebagai “kehidupan‟, mewakili kebahagiaan, terang, kesukaan, dan kegiatan yang menunjang kehidupan-tempat perapian diletakkan. Fungsi religiusnya sebagai areal pelaksanaan ritual Aluk Rambu Tuka’, tempat pemujaan Deata-deata (penguasa dan pemelihara bumi) dan terletak pada sisi kanan ruang dalam Tongkonan.

(12)

ORNAMEN

Ornamen dalam bahasa Toraja disebut passuraq, yang berasal dari akar kata suraq sinonim dengan kata surat, yang artinya, berita, tulisan atau gambaran (Anwar Thosibo, 2011). Etnis Toraja menggambar passuraq sama seperti bentuk aslinya (einmalig) yang memiliki artikulasi. Artikulasi passuraq ternyata identik dengan tulisan, namun bukan dalam modus seperti alphabet Latin atau hiragana Jepang tetapi dalam representasi yang lain yaitu karya seni ukir kayu yang di dalam obyek gambarnya memiliki tataran ikonis dan tataran plastis.

Pada tataran ikonis, gambar passuraq diandaikan mewakili obyek tertentu yang dapat diketahui melalui persepsi dunia-hidup sehari-hari yang masih berlangsung, sementara pada tataran plastis, kualitas ekspresi gambar passuraq berguna untuk menyampaikan konsep-konsep yang abstrak. Seperti halnya bahasa tulisan, passuraq merupakan “sistem pembuka dan penyimpan makna” realitas masyarakat Toraja, karena itu maka passuraq tidak sekedar komunikatif tetapi juga sebagai tempat kreatifitas seni. Dalam kapasitas seni inilah pribadi passuraq - sebagai seorang perupa dan seorang sejarawan - memiliki kebebasan untuk merefleksikan apa yang dilihat dan dialami dalam dunia imajinasinya.

Menurut Kornelius Kadang dalam Anwar Thosibo (2011) menyatakan bahwa terdapat kurang lebih 125 motif gambar passuraq yang pernah diciptakan, yang masing-masing menggambarkan realitas kehidupan dan ada 75 motif hanya dikhususkan untuk Tongkonan. etnis Toraja mengklasifikasi gambar passuraq ke dalam 4 kategori berdasarkan ketentuan adat.

(13)

Contoh Ukiran/ Passurak Toraja (Wegymantung, 2009)

Ne’Limbongan (menggambarkan danau)

Mengandung arti Orang Toraja bertekad mendapat rejeki dari empat penjuru angin bagaikan mata air yang menyatu di satu danau.

Pa’bulu Lodong (rumbai ayam jago)

Mengandung makna keperkasaan dan kearifan • Pa’tedong (ukiran kepala kerbau)

Melambangkan kesejahteraan dan kemakmuran.

Pa’Barre Alo (ukiran matahari)

Melambangkan kebesaran dan kebanggaan bagi orang Toraja.

Pa’ulu Karua

Artinya diharapkan dalam keluarga muncul orang yang berilmu. • Pa’Bambo Uai (binatang air yang berenang)

Bermakna manusia harus cepat dan tepat dalam melaksanakan pekerjaan, tetapi dengan hasil berlipat dan memuaskan.

Padaun Peria (ukiran kuncup bunga peria)

(14)

Berikut beberapa contoh aplikasi ornamen/passurak pada Tongkonan (Dewanto, 2011) :

Gambar 7: Passurak pada Pintu Masuk (sumber:

http://3.bp.blogspot.com/_zwVYq8NdRIs/TSwEcKN89bI/AAAAAAAACcA/jMssJFpkroA/s400/Ta ngga.jpg )

Gambar 8: Denah Tongkonan (sumber:

(15)

DAFTAR PUSTAKA

Dewanto, Rudy. 2011. Rumah Toraja Tongkonan. http://www.rudydewanto.com/2011/01/rumah-toraja-tongkonan.html

(diunduh 20 September 2011)

Stephany, Shandra. 2009. Transformasi Tatanan Ruang dan Bentuk pada Interior

Tongkonan di Tana Toraja Sulawesi Selatan.

http://203.189.120.190/ejournal/index.php/int/article/shop/18179/18066 (diunduh 18 September 2011)

Sumalyo, Yulianto. 2001. Kosmologi dalam Arsitektur Toraja. http://puslit.petra.ac.id/files/published/journals/ARS/ARS012901/ARS01290108 .pdf (diunduh 18 September 2011)

Thosibo, Anwar. 2011. Mengungkap Masa Lampau Etnis Toraja Melalui Seni Ukir

Ornamen Passurak sebagai Sumber Sejarah.

http://www.geocities.ws/konferensinasionalsejarah/anwar_thosibo.pdf. (diunduh 18 September 2011)

Wegymantung. 2009. Asal Usul Suku Toraja.

http://wegymantung.multiply.com/journal/item/3/Asal_usul_Suku_Toraja. (diunduh

20 September 2011)

Wegymantung. 2009. Ukiran Toraja.

Gambar

Gambar 1. Peta Sulawesi Menunjukkan  Lokasi Tana Toraja
Gambar 2. Kubur Batu Tebing Toraja (pa’tane)
Gambar 3: Potongan Samping Tongkonan
Gambar 4: Potongan Samping Tongkonan
+4

Referensi

Dokumen terkait

Dan hendaklah mereka menutupkan kain kerudung ke dadanya, dan janganlah menampakkan perhiasannya (auratnya), kecuali kepada suami mereka, atau ayah mereka, atau ayah

Selain itu dalam penelitian yang dilakukan oleh Arief Nugroho yang berjudul Analisis Framing Pemberitaan Program bela Negara di media online metrotvnews.com dan

Penulis akan membuat sebuah pembangkit listrik yang bersifat mengubah gerakan menjadi tenaga listrik, seperti kincir air tetapi akan memakai gaya gravitasi sebagai

Minyak dan lemak dalam bentuk trigliserida dengan bahan-bahan petroleum (hidrokarbon) jika digunakan bersama-sama dan dengan reaksi kimia yang disebut hidrolisis,

Pada Tabel 20 item angket 20 diperoleh bahwa 48,57% siswa atau hampir setengahnya siswa sangat setuju tujuan siswa mengikuti bimbingan belajar adalah untuk dapat

Dari berbagai pandangan tersebut, tampak bahwa budaya yang masih dilestarikan pada budaya bermukim Komunitas AKUR Cigugur berupa simbol yang terdapat pada struktur

Pada ANOVA yang dilanjutkan dengan uji LSD, hasilnya menunjukkan bahwa pada pengamatan menit ke-120, pemberian ektrak tapak liman dosis 400 mg/kg BB menunjukan adanya hambatan

Dari data yang diperoleh pada komponen Control (C7) didapatkan capaian dari dua indikator termasuk dalam kategori Baik, dengan capaian terendah pada indikator mengatur aktifitas