• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Daya Tarik Iklan, Kualitas Pesan Iklan dan Frekuensi Penayangan Iklan Terhadap Efektifitas Iklan Televisi Produk Mie Instan Merek Indomie Goreng Cabe Ijo

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Pengaruh Daya Tarik Iklan, Kualitas Pesan Iklan dan Frekuensi Penayangan Iklan Terhadap Efektifitas Iklan Televisi Produk Mie Instan Merek Indomie Goreng Cabe Ijo"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

Pengaruh Daya Tarik Iklan, Kualitas Pesan Iklan dan Frekuensi Penayangan Iklan

Terhadap Efektifitas Iklan Televisi Produk Mie Instan Merek Indomie Goreng Cabe Ijo

Deddy Iskandar, SE1, Khairul Amri, SE. M.Si2

1)

Fakultas Ekonomi Universitas Syiah Kuala Banda Aceh 2)

Akademi Sekretari dan Manajemen (ASM) Nusantara Banda Aceh

Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh daya tarik iklan, kualitas pesan iklan dan frekuensi penayangan iklan terhadap efektifitas iklan televisi produk mie instan merek indomie cabe ijo dikalangan mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Syiah Kuala. Sampel penelitian sebanyak 100 orang mahasiswa yang diambil secara purposive sampling. Pengumpulan data menggunakan kuesioner dan selanjutnya data dianalisis dengan menggunakan peralatan statistik regresi linier berganda. Penelitian menemukan bahwa daya tarik iklan, kualitas pesan iklan dan frekuensi penayangan iklan berpengaruh positif terhadap efektifitas iklan televisi produk mie instan merek indomie goreng cabe ijo dikalangan mahasiswa Fakultas Ekonomi Unsyiah. Hubungan antara daya tarik iklan, kualitas pesan iklan dan frekuensi penayangan iklan dengan efektifitas iklan televisi produk mie instan merek indomie goreng cabe ijo sangat kuat. Hasil pengujian statistik menunjukkan nilai F hitung > F tabel dan nilai t hitung masing-masing variabel lebih besar dari nilai t tabel, dapat disimpulkan baik secara simultan maupun parsial variabel daya tarik iklan, kualitas pesan iklan dan frekuensi penayangan iklan berpengaruh signifikan terhadap efektifitas iklan televisi produk mie instan merek indomie goreng cabe ijo.

Kata Kunci : Efektifitas Iklan Televisi, Daya Tarik Iklan, Kualitas Pesan Iklan dan Frekuensi Penayangan Iklan

Latar Belakang Penelitian

Produk Indomie rasa cabe ijo merupakan salah satu produk Indomie yang diproduksi oleh PT Indofood Sukses Makmur. Akhir-akhir ini, iklan produk indomie rasa cabe ijo sangat gencar dilakukan melalui media iklan di TV swasta. Pengiklanan produk tersebut tentunya tidak hanya bertujuan untuk memberikan informasi tentang keberadaan produk kepada konsumen, akan tetapi merupakan tindakan persuasif yang bertujuan agar produk indomie rasa cabe ijo juga dijadikan salah

satu pilihan ketika konsumen ingin

mengkonsumsi produk mie instan. Dengan kata lain, penyampaian informasi melalui media iklan

televisi diharapkan mampu menimbulkan

kebutuhan konsumen terhadap indomie rasa cabe ijo dan pada akhirnya diwujudkan dalam pembelian nyata.

Sebagai produsen/pemasar yang meng-iklankan produknya, PT Indofood Sukses Makmur memiliki kepentingan yang tinggi terhadap efektifitas iklan Indomie goreng rasa cabe ijo yang mereka tayangkan melalui media televisi. Efektifitas iklan dapat dijadikan tolok ukur keberhasilan pemilihan media iklan terutama meda televisi di antara banyak media lain seperti media cetak dan media elektronik lainnya. Iklan yang efektif adalah iklan yang dapat membuat pesan iklan dapat dipahami oleh pemirsa, mudah diingat dan merek produk yang diiklankan dapat

dikenali secara lebih baik. Sebaliknya iklan belum dapat dikatakan efektif ketika pemirsa/calon konsumen yang melihat/menonton iklan tidak paham dengan informasi yang disampaikan, sulit untuk mengingat pesan iklan dan tidak mengenal merek produk yang diiklankan.

Secara teoritis dan empiris, efektifitas iklan televisi dapat dipengaruhi oleh daya tarik iklan, kualitas pesan iklan, frekuensi penayangan iklan. Daya tarik iklan berkaitan dengan sejauhmana iklan yang ditampilkan dapat menarik perhatian pemirsa. Secara umum pemirsa televisi yang dalam hal ini adalah mereka yang melihat iklan indomie rasa cabe ijo menyukai iklan yang menarik. Ketertarikan terhadap iklan dapat membuat pesan iklan dapat dipahami, mudah diingat. Tidak hanya itu, daya tarik iklan juga akan memudahkan mereka untuk mengenali merek produk yang diiklankan.

(2)

diiklankan. Karena kualitas pesan iklan sangat penting artinya bagi pembentukan pemahaman konsumen akan produk yang diiklankan. Kualitas pesan iklan tidak hanya menentukan apakah isi iklan mudah diingat, akan tetapi juga mempengaruhi sejauhmana konsumen dapat mengenal merek produk yang diiklankan.

Sejak kehadiran indomie goreng cabe ijo mengisi pasar Indomie di Indonesia, penjualan

produk Indomie mengalami peningkatan.

Kendatipun tidak ada data lengkap tentang penjualan indomie goreng cabe ijo dalam beberapa tahun terakhir, tetapi peningkatan penjualan dapat dilihat dari pertumbuhan penjualan PT Indofood Sukses Makmur secara keseluruhan. Pada tahun 2012 perusahaan tersebut berhasil membukukan penjualan bersih sebesar Rp 45.012,01 miliar jauh lebih besar bila dibandingkan dengan penjualan tahun sebelumnya sebesar 37.112,03 miliar.

Masyarakat yang menjadi konsumen

indomie goreng cabe ijo berasal dari berbagai kalangan termasuk kalangan mahasiswa. Hasil wawancara dengan beberapa orang mahasiswa yang menjadi konsumen produk indomie, sebagian di antara mereka juga sudah pernah mengkonsumsi Indomie Rasa Cabe Ijo. Informasi mengenai keberadaan produk mie instan tersebut mereka peroleh dari media televisi dengan tagline (slogan) ijo, mantap dan hot. Slogan tersebut menjadi daya tarik tersendiri bagi konsumen, sehingga muncul keinginan untuk mencari tahu tentang produk tersebut sesuai dengan janji slogan iklan yang mereka dengar. Hal ini berarti bahwa mahasiswa tidak secara langsung menjadi konsumen produk Indomie Cabe Ijo, akan tetapi mereka juga menerima informasi tentang keberadaan produk tersebut melalui iklan produk mie Instan yang ditayangkan melalui media televisi.

Tidak dapat dipungkiri bahwa tidak semua mahasiswa tertarik untuk mengkonsumsi produk mie instan Indomie Cabe Ijo. Apalagi produk indomie tersebut merupakan produk terbaru yang diluncurkan oleh PT Indofood Sukses Makmur sehingga informasi mengenai keberadaan produk serta kelebihannya dibanding produk mie instan lainnya belum seluruhnya dapat dipahami oleh masyarakat terutama mahasiswa. Kondisi ini dapat dimaknai bahwa efektifitas iklan Indomie Cabe Ijo berbeda bila diukur dari kemampuan iklan tersebut menimbulkan kebutuhan konsumen akan produk tersebut.

Seperti dijelaskan sebelumnya, secara teoritis dan empiris efektifitas iklan yang

disampaikan melalui media televisi dapat dipengaruhi oleh daya tarik iklan, kualitas pesan iklan, frekuensi penayangan iklan. Penelitian ini menguji pengaruh daya tarik iklan, kualitas pesan iklan dan frekuensi penayangan iklan terhadap efektifitas iklan televisi produk mie instan merek indomie goreng cabe ijo dikalangan mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Syiah Kuala.

TINJAUAN KEPUSTAKAAN Periklanan dan Tujuannya

Lee dan Johnson (2004:3) menyatakan, periklanan adalah komunikasi komersil dan non personal tentang sebuah organisasi dan produk-produknya yang ditransmisikan ke suatu khalayak target melalui medis bersifat massal seperti televisi, radio, koran, majalah, direct mail

(pengeposan langsung), reklame luar ruang, atau kendaraan umum. Selanjutnya, Kotler (2005:75) menyatakan bahwa periklanan merupakan semua bentuk penyajian nonpersonal dan promosi ide, barang atau jasa yang dibayar oleh suatu sponsor tertentu.

Pendapat lain mengenai periklanan dikemukakan oleh Suyanto (2007:143) bahwa periklanan merupakan penggunaan media bayaran oleh seorang penjual untuk mengkomunikasikan informasi persuasif tentang produk, jasa atau pun organisasi dan merupakan alat promosi yang kuat. Iklan mempunyai berbagai macam bentuk (nasional, regional, lokal; konsumen, industri, eceran; produk, merek, lembaga dan sebagainya) yang dirancang untuk mencapai berbagai tujuan (penjualan seketika, pengenalan merek, preferensi dan sebagainya).

Sementara itu, Payne (2002:192)

menyatakan, periklanan merupakan salah satu bentuk utama komunikasi impersonal yang dipakai oleh perusahaan-perusahaan jasa. Peranan periklanan dalam pemasaran jasa adalah untuk

membangun kesadaran akan jasa, untuk

menambah pengetahuan pelanggan akan jasa, untuk membantu membujuk pelanggan supaya membeli dan untuk mendiferensiasikan jasa dari penawaran-penawaran jasa yang lain.

(3)

(advertensi) dapat diartikan sebagai bentuk-bentuk presentasi nonpersonal yang dibayar oleh sponsor untuk mempresentasikan gagasan atau ide promosi dari barang atau jasa tertentu.

Assauri (2007:273) menyatakan, tujuan

iklan (advertensi) secara keseluruhan

mempengaruhi tingkat penjualan agar tingkat keuntungan perusahaan meningkat. Sedangkan tujuan advertensi secara khusus, adalah:

1. Mempertahankan para langganan yang setia dengan membujuk para langganan agar tetap membeli.

2. Menarik kembali para langganan yang hilang atau lari, dengan menarik atau mengarahkan arus langganan secara perlahan-lahan ke arah produk yang dihasilkan perusahaan dari merek produk pesaing.

3. Menarik langganan baru, dengan menarik arus pembeli ke arah produk yang diiklankan perusahaan, dan menggantikan tempat langganan yang pindah ke merek produk saingan, serta memperluas pasar secara keseluruhan.

Sedangkan Suyanto (2007:145)

menyatakan, tujuan periklanan dapat digolongkan menurut sasarannya, yakni untuk memberi informasi, persuasi, atau mengingatkan pembeli, menambah nilai dan membantu usaha lain perusahaan.

1. Iklan informatif, bertujuan untuk membentuk permintaan pertama dengan memberitahukan pasar tentang produk baru, mengusulkan kegunaan baru suatu produk, memberitahukan pasar tentang perubahan harga, menjelaskan cara kerja suatu produk, menjelaskan pelayanan yang tersedia, mengoreksi kesan yang salah, mengurangi kecemasan pembeli dan membangun citra perusahaan, biasanya dilakukan secara besar-besaran pada tahap awal suatu jenis produk. Dengan demikian, periklanan informatif kebanyakan dipakai pada tahap perintisan (pengenalan) suatu produk, dimana sasaran yang ingin dicapai adalah untuk menciptakan permintaan primair (primary demand). Tujuannya antara lain untuk memberitahu konsumen tentang produk baru, Memberitahu cara penggunaan produk baru, Memberitahu tentang adanya perubahan harga, Menjelaskan cara kerja suatu produk, Memberitahu jenis jasa (pelayanan) yang tesedia, Mengurangi keraguan konsumen dan Membangun citra perusahaan.

2. Iklan persuasif, bertujuan untuk membentuk permintaan efektif suatu merek tertentu, dilakukan pada tahap kompetitif dengan membentuk preferensi merek, mendorong alih

merek, mengubah persepsi pembeli tentang atribut produk, membujuk pembeli untuk membeli sekarang dan membujuk pembeli menerima kunjungan penjualan.

3. Iklan pengingat, bertujuan untuk meng-ingatkan pada produk yang sudah mapan dengan mengingatkan pembeli bahwa produk tersebut mungkin akan dibutuhkan kemudian, mengingatkan pembeli di mana dapat membelinya, membuat pembeli tetap ingat produk itu walau tidak sedang dalam musimnya, dan mempertahankan kesadaran puncak.

4. Iklan penambah nilai, bertujuan menambah nilai merek pada persepsi konsumen dengan melakukan inovasi, perbaikan kualitas dan penguatan persepsi konsumen. Iklan yang efektif akan menyebabkan merek dipandang lebih elegan, lebih bergaya, lebih prestisius, dan mungkin super dalam persaingan.

5. Iklan bantuan usaha lain perusahaan, bertujuan membantu menfasilitasi usaha lain

perusahaan dalam proses komunikasi

pemasaran, misalnya iklan yang membantu dalam pelepasan promosi penjualan (kupon), membantu wiraniaga (perkenalan produk),

menyempurnakan hasil komunikasi

pemasaran yang lain (konsumen dapat mengidentifikasikan paket produk di toko, mengenal nilai produk lebih mudah setelah melihat iklan dan alamat situs web yang diperkenalkan).

Sejalan dengan tujuan di atas, Assauri (2007:273) menyatakan, fungsi advertensi dalam pemasaran adalah sebagai berikut:

1. Sebagai alat untuk memberi informasi/ penerangan dalam memperkenalkan produk baru ke pasaran.

2. Untuk membantu ekspansi atau perluasan pasar.

3. Untuk menunjang program personal selling. 4. Untuk mencapai orang-orang yang tidak dapat

dikunjungi para pramuniaga (sales-person). 5. Untuk membentuk nama baik (good will)

perusahaan.

Payne (2002:193) menyatakan, penentuan tujuan periklanan merupakan persyaratan paling penting bagi periklanan yang efektif. Beberapa tujuan periklanan yang paling umum dalam urutan kemudahan pengukuran dan menariknya, dalam urutan terbalik berdasarkan derajat kepen-tingannya sebagai berikut:

1. Penampakan (exposure). ini berarti anggota-anggota khalayak sasaran yang telah diekspos

medium entah mereka benar-benar

(4)

2. Kesadaran dan sikap. Para pengiklan akan merasa lebih senang bila mereka mengetahui

bahwa khalayak sasaran benar-benar

membaca iklan mereka dan sejauh mana sikap positif tercipta atau dikuatkan. Jelas, tujuan ini jauh lebih sulit untuk diukur dibandingkan penampakan, khususnya pada produk-produk yang tidak berwujud seperti jasa.

3. Perilaku diinginkan yang dihasilkan. Para pengiklan akan mempelajari pengaruh periklanan terhadap pasar sasaran mereka dan sejauh mana perilaku pembelian dihasilkan dari periklanan ini.

Efektifitas Iklan

Kotler (2008:262) menyatakan, perencanaan dan pengendalian iklan yang baik bergantung pada pengukuran efektifitas iklan. Kebanyakan pengiklan mencoba mengukur efek komunikasi suatu iklan-maksudnya, dampak potensialnya terhadap kesadaran, pengetahuan, atau preferensi. Perencanaan dan pengendalian periklanan yang baik sangat tergantung pada ukuran efektifitas periklanan. Namun jumlah riset dasar mengenai efektifitas periklanan sangat sedikit. Ukuran efektivitas periklanan umumnya bersifat terapan, berkaitan dengan iklan dan kampanye tertentu, umumnya periklanan perusahaan mengukur pengaruh komunikasi dari suatu iklan, yaitu potensi pengaruhnya pada kesadaran, pengetahuan atau preferensi. Mereka juga mengukur pengaruh iklan terhadap penjualan, tetapi merasa bawa itu terlalu sulit diukur, namun keduanya dapat diteliti.

Khasali (2002:83-86) menyebutkan ada 4 karakter dasar yang dapat dijadikan standar efektif atau tidaknya suatu iklan. Keempat karakter tersebut dikenal dengan AIDA (Attention, Interest, Desire, and Action)

a. Attention (Perhatian)

Iklan harus menarik perhatian khlayak sasarannya, baik pembaca, pendengar atau pemirsa. Untuk itu iklan memerlukan bantuan, antara lain berupa ukuran (size untuk media cetak, atau air time untuk media penyiaran), penggunaan warna (spot atau full color), tata letak (layout), jenis-jenis huruf (tipografi) yang ditampilkan, serta berbagai suara khusus untuk iklan pada radio dan televisi. Disamping itu, ada hal lain yang sama pentingnya dengan alat-alat bantu tersebut memberikan kontribusi saling menunjang dalam overall effect.

b. Interest (Minat)

Setelah perhatian calon pembeli berhasil direbut, persoalan yang dihadapi sekarang adalah bagaimana agar mereka berminat dan ingin tahu lebih jauh. Perhatian harus dapat segera ditingkatkan menjadi minat sehingga timbul rasa ingin tahu secara lebih rinci dalam diri calon pembeli. Untuk itu mereka harus dirangsang agar mau membaca dan mengikuti pesan-pesan yang disampaikan. Dengan demikian, penggunaan kata-kata atau kalimat pembuka sebaiknya dapat merangsang orang untuk tahu lebih lanjut.

c. Desire (Kebutuhan/Keinginan)

Tidak ada gunanya menyenangkan calon pembeli dengan rangkaian kata-kata gembira melalui sebuah iklan, kecuali iklan tersebut berhasil menggerakkan keinginan orang untuk memiliki atau menikmati produk tersebut. Kebutuhan atau keinginan mereka untuk memiliki, memakai atau melakukan sesuatu harus dibangkitkan.

d. Action (Tindakan)

Akhirnya kita sampai pada upaya terakhir untuk membujuk calon pembeli agar sesegera

mungkin melakukan suatu tindakan

pembelian atau bagian dari itu. Bujukan yang diajukan berupa harapan agar calon pembeli segera pergi ke toko, melihat-lihat di show room terdekat, mengambil percontohan, mengangkat telepon, mengisi formulir pesanan atau setidak-tidaknya menyimpan, dalam ingatan mereka sebagai catatan untuk membelinya kelak.

Memilih kata yang tepat agar calon pembeli bergerak melakukan respon sesuai dengan yang diharapkan adalah suatu pekerjaan yang sangat sulit. Harus dipergunakan kata perintah agar calon pembeli tergerak hatinya. Akan tetapi, harus juga dipikirkan dampak psikologis dari kata-kata perintah seperti itu. Seberapa jauh hal kata-kata tersebut berkenan dan tidak menyinggung perasaan calon pembeli atau menimbulkan antipati.

Iklan yang disampaikan melalui media televisi pada dasarnya berisi pesan-pesan dari pemasar/pengiklan kepada pemirsa televisi sebagai calon konsumen. Bovee dan Thil (2007:7) menyatakan untuk menjadikan pesan efektif, pesan tersebut praktis, faktual, padat, jelas mengenai apa yang diharapkan dan persuasif. a. Sediakan informasi yang praktis

(5)

diinginkan atau untuk memahami kebijakan baru perusahaan.

b. Berikan fakta, bukan kesan

Gunakan kalimat konkret, detail yang spesifik dan informasi yang jelas, meyakinkan, akurat dan etis. Bahkan ketika suatu opini dibutuhkan, sajikan bukti yang meyakinkan untuk mendukung kesimpulan.

c. Perjelas dan padatkan informasi

Berikan pokok-pokok informasi yang paling

penting daripada memberikan semua

informasi. Sebagian besar pebisnis

profesional menemukan ciri mereka berada pada serbuan banjir data dan informasi. Pesan-pesan yang jelas dan ringkas lebih efektif daripada yang tidak.

d. Nyatakan tanggung jawab dengan tepat. Tulislah pesan-pesan yang menghasilkan respon spesifik dari penerima tertentu. Nyatakan secara jelas apa yang diharapkan dari penerima pesan atau apa yang dapat dilakukan untuk mereka.

e. Bujuk orang lain dan tawarkan rekomendasi Tunjukkan kepada penerima pesan secara tepat, bagaimana mereka akan mendapatkan manfaat dengan memberikan respon atas peran Anda sesuai dengan cara yang Anda inginkan. Menyebutkan manfaat bagi para penerima pesan merupakan kunci untuk membujuk pemberi kerja, rekan sekerja, pelanggan atau klien untuk menyetujui rencana tindakan atau membeli produk. Dalam penelitian ini, indikator yang digunakan untuk mengukur efektifitas iklan produk mie instan merek Indomie Cabe Ijo diambil dari ciri-ciri pesan yang efektif seperti dijelaskan oleh Bovee dan Thill. Kelima ciri-ciri pesan efektif seperti dijelaskan di atas dijabarkan dalam 12 indikator.

Daya Tarik Iklan Televisi dan Efektivitas Iklan

Sebuah iklan yang disampaikan dengan kata-kata dan ilustrasi yang sudah dipahami akan menarik perhatian konsumen. Karena daya tarik sebuah iklan atau power of impression dari suatu iklan adalah seberapa besar iklan mampu memukau atau menarik perhatian pemirsanya (Indiarto, 2006). Dalam menampilkan pesan iklan yang mampu membujuk, mampu membangkitkan dan mempertahankan ingatan konsumen akan produk yang ditawarkan, memerlukan daya tarik pemirsa sasaran. Daya tarik iklan sangat penting

karena akan meningkatkan keberhasilan

komunikasi dengan pemirsa (Sutisna, 2003). Karena pada dasarnya setiap konsumen pasti ingin membeli produk yang berkualitas, akan tetapi jika

kualitas antara beberapa produk sangat seimbang, hal ini memungkinkan konsumen untuk memilih produk berdasarkan dari iklan yang menawarkan produk yang diminati (Situmorang, 2008). Maka dalam hal ini, daya tarik iklan dapat mempengaruhi persepsi konsumen sehingga iklan tersebut dapat efektif.

Kualitas Pesan Iklan Televisi dan Efektivitas Iklan

Sebuah iklan yang efektif tidak hanya mencakup kandungan informatif atas barang yang ditawarkan saja, melainkan suatu pesan yang dapat menarik perhatian pemirsa (Wahyu dalam Sufa dan Bambang, 2012). Dalam penelitiannya Puspitasari (2009) mengungkapkan bahwa pesan yang dikemas dengan menarik akan lebih efektif untuk membuat konsumen melakukan keputusan pembelian. Ketika perhatian pemirsa tertuju kepada iklan tersebut, maka pesan-pesan iklan yang tertuang dalam iklan tersampaikan kepada pemirsa, sehingga pemirsa dapat mengetahui produk yang ditawarkan. Ketika masyarakat mampu memahami dan merespon baik struktur pesan yang ada pada iklan yang ditayangkan maka iklan tersebut termasuk iklan efektif (Arifin, 2005). Menurut Kotler (2005) efektifitas iklan bergantung pada struktur isi pesan. Idealnya sebuah pesan seharusnya dapat mendapat perhatian (attention), menarik minat (interest), membangkitkan keinginan (desire) dan menyebabkan tindakan (action) atau model AIDA. Suatu iklan tidak perlu secara memaksa menjejalkan banyak pesan atau informasi mengenai suatu produk. Cukup dengan satu atau beberapa unsur drai iklan tersebut dirancang untuk memberikan impact yang mendalam sehingga membuat para pemirsa mengidentifikasi informasi-informasi lain yang ditampilkan dalam pesan iklan tersebut. Maka diharapkan sebuah pesan iklan yang mampu berkomunikasi dengan tepat kepada khalayak, diharapkan dapat meningkatkan iklan produk.

Frekuensi Penayangan Iklan dan dan Efektivitas Iklan

Menentukan berapa sering untuk

(6)

periode singkat. Memutuskan frekwensi periklanan melibatkan kelompok faktor, baik secara objektif dan subjektif, dan seorang wirausaha akan bijak menjadi saran profesional.

Tentu saja, beberapa periklanan yang tidak terus menerus mungkin benar, seperti periklanan untuk mempersiapkan para konsumen menerima sebuah produk baru Periklanan seperti itu mungkin juga digunakan untuk mengusulkan pada para konsumen kegunaan baru untuk produk yang

sudah ada sebelumnya atau untuk

mempromosikan penjualan khusus.

Teori advertising media menyebutkan, iklan akan memberikan hasil efektif apabila disampaikan pada tingkat frekuensi yang efektif, kemudian menerpa pemirsa dalam jumlah efektif, serta seharusnya ditampilkan pada masa pembelian berlangsung (Sihombing, 2010). Dalam penelitiannya Ray et al yang dikutip oleh Indiarto (2006) menemukan bahwa pengulangan meningkatkan niat beli dalam iklan low-price convinience goods tetapi tidak untuk high-price shopping goods. Namun studi menggunakan iklan televisi memiliki efek positif pengulangan.

Dimana pengulangan suatu pesan iklan

merupakan suatu strategi untuk mendekati khalayak sasaran. Karena suatu pesan yang sama senantiasa diulang-ulang pada akhirnya akan berakibat diingatnya pesan tersebut.

Pemasangan iklan melalui media televisi secara geografis memiliki jangkauan yang sangat luas. Iklan televisi memilik efek pengulangan positif dimana pengulangan suatu pesan iklan menjadi strategi untuk mendekati khalayak sasaran. Semakin tinggi frekuensi tayang

memungkinakan penonton semakin sering

menerima informasi dari iklan tersebut. Frekuensi yang tinggi jika tidak didukung dengan waktu penayangan yang tepat akan terasa sia-sia karena iklan tidak akan menjangkau segmen pasar yang tepat. Waktu-waktu dalam sehari ini disebut sebagai bagian hari (day part). Shimp (2003) menyatakan, ketiga day part utama adalah : 1. Waktu utama (prime time), periode waktu

antara pukul 20:00 dan 23:00 atau antara pukul 19:00 dan 22:00.

2. Siang hari (day time), periode yang dimulai dengan tayangan berita di pagi hari (subuh) berlangsung sampai pukul 16:30.

3. Waktu tambahan (fringe time), masa sebelum dan sesudah waktu utama (prime time). Berkaitan dengan efektifitas iklan, Sihombing (2010) menyatakan, suatu iklan akan efektif jika dilihat rata- rata tiga kali. Jika hanya satu atau dua kali dianggap belum memberikan dampak yang

signifikan. Hal ini didukung oleh pendapat Indriyanti dan Ilhalauw (2002) menyatakan, pengulangan pesan iklan cukup berpengaruh dalam menarik perhatian, menimbulkan rasa tertarik, keinginan dan mendorong konsumen untuk melakukan tindakan pembelian. Karena hakikatnya suatu pesan yang sama senantiasa diulang-ulang pada akhirnya akan berakibat diingatnya iklan tersebut.

Hasil Penelitian Terdahulu

Thamrin dkk (2003) mengadakan penelitian dengan judul “Studi Mengenai Proses Adopsi paska Masa Tayang Iklan Produk Xon-Ce di Surabaya”. Variabel yang digunakan terdiri dari kegunaan produk, atribut produk, memori iklan, nilai pelanggan, kepuasan pelanggan dan minat beli ulang. Model analisis yang digunakan adalah

structural equition model (SEM). Penelitian tersebut antara lain menyimpulkan bahwa kepuasan pelanggan, memori iklan, nilai pelanggan, kegunaan produk serta atribut produk secara langsung maupun tidak langsung dapat mempengaruhi minat beli ulang konsumen.

Sufa dan Bambang (2012) mengadakan penelitian dengan judul Analisis Pengaruh Daya Tarik Iklan, Kualitas Pesan Iklan, Frekuensi Penayangan Iklan Terhadap Efektifitas Iklan Televisi Produk Mie Sedap (Survei Pemirsa Iklan Mie Sedap pada Mahasiswa Kost di Sekitar Kampus Undip Tembalang). Penelitian tersebut menemukan bahwa variabel daya tarik iklan berpengaruh positif dan signifikan terhadap efektifitas iklan. Variabel kualitas pesan iklan juga berpengaruh positif dan signifikan terhadap efektifitas iklan, dan frekuensi penayangan iklan berpengaruh positif dan signifikan terhadap efektifitas iklan.

Zuraida dan Uswatun (2001) dalam penelitiannya yang berjudul Analisis Efektivitas Iklan Rinso Soklin dan Attack Dengan Menggunakan Consumer Decision Model (CDM) menyimpulkan,

1. Pesan iklan berpengaruh signifikan terhadap pengenalan merek, keyakinan konsumen. 2. Pengenalan merek berpengaruh signifkan

terhadap keyakinan konsumen dan sikap konsumen.

3. Keyakinan dan sikap konsumen berpengaruh singnifikan terhadap niat beli.

(7)

5. Pesan iklan dapat berpengaruh secara langsung terhadap niat beli tanpa melalui sikap konsumen.

6. Pengenalan merek memperkuat pengaruh antara pesan iklan dan keyakinan konsumen, pengenalan merek sebagai variabel perantara. 7. Pengenalan merek memperkuat pengaruh

antara variabel pesan iklan dan sikap konsumen, pengenalan merek sebagai variabel perantara.

Albari (2007) mengadakan penelitian yang berjudul efektivitas iklan televisi sabun pembersih muka di Kota Banda Aceh (Pendekatan Consumer Decision Model). Produk sabun pembersih muka yang dimaksudkan terdiri dari tiga merek meliputi

Hipotesis Penelitian

Berdasarkan latar belakang penelitian, landasan teoritis dan paradigma penelitian yang telah dikemukakan sebelumnya maka yang menjadi hipotesis penelitian adalah diduga daya tarik iklan, kualitas pesan iklan, frekuensi penayangan iklan berpengaruh signifikan terhadap efektifitas iklan televisi produk mie instan merek Indomie Goreng Cabe Ijo dikalangan mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Syiah Kuala.

METODE PENELITIAN Populasi dan Penarikan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh mahasiswa Fakultas Ekonomi Unsyiah yang menjadi konsumen produk mie instan merek Indomie Goreng Cabe Ijo maupun mie instan merek lainnya yang jumlahnya tidak diketahui secara pasti. Keterwakilan populasi oleh sampel dalam penelitian merupakan syarat penting untuk melakukan interpretasi, maka

Biore, Pond’s dan Dove. Penelitian tersebut menemukan bahwa untuk sabun pembersih muka merek Biore, semua hipotesis yang diuji dengan pendekatan regresi yang signifikan. Hal itu berarti terdapat pengaruh positif variabel bebas terhadap variabel terikat yang diteliti, misalnya pesan iklan terhadap pengenalan merek.

Paradigma Penelitian

Sesuai dengan tujuan penelitian, dapat dipahami bahwa efektifitas iklan produk mie instan merek Indomie Cabe Ijo merupakan fungsi dari daya tarik iklan, kualitas pesan iklan dan frekuensi penayangan iklan. Karena itu, paradigma atau hubungan antar konsep dalam penelitian ini seperti terlihat dalam Gambar 1.

Ferdinand (2002) menyatakan bahwa bila ukuran sampel terlalu besar maka model menjadi sangat sensitif sehingga sulit untuk mendapatkan

goodness of fit yang baik. Untuk itu disarankan ukuran sampel adalah 100 responden mengikuti

Sudman yang dikutip oleh Ma’ruf (2005)

menyarankan bahwa untuk riset atau penelitian tentang sikap/persepsi biasanya jumlah minimum yang menjadi responden penelitian adalah 100 orang. Dalam penelitian ini akan diambil sampel dari mahasiswa Fakultas Ekonomi Unsyiah. yang menjadi konsumen produk mie instan merek Indomie Goreng Cabe Ijo. Penarikan sampel sejumlah tersebut dilakukan secara purposive sampling dengan ketentuan sebagai berikut. 1. Sudah pernah mengkonsumsi produk indomie

cabe ijo dan indomie merek lain selain indomie goreng cabe ijo.

2. Pernah menonton dan memperhatikan iklan indomie cabe ijo di media televisi.

Gambar 1 Paradigma Penelitian

Daya Tarik

Iklan

Kualitas Pesan

Iklan

Efektivitas

Iklan

(8)

Teknik Pengumpulan Data dan Skala Pengukuran

Pengumpulan data dilakukan dengan mengedarkan kuesioner kepada mahasiswa yang terpilih menjadi sampel penelitian. Kuesioner tersebut berisi pernyataan-pernyataan yang berhubungan dengan variabel yang diteliti yaitu efektifitas iklan, daya tarik iklan, kualitas pesan iklan dan frekuensi penayangan iklan. Masing-masing pernyataan disediakan pilihan respon dalam bentuk dalam bentuk tingkat kesetujuan. Mahaiswa diminta untuk menentukan alternatif pilihan respon yang mereka anggap paling cocok untuk setiap pernyataan terkait. Setiap pilihan respon diberikan skor berdasarkan skala Likert (Likert Scale). Pemberian skala dimaksudkan untuk memberikan bobot atau skor terhadap

masing-masing pilihan respon (tingkat

kesetujuan) yang disediakan pada setiap pernyataan terkait. Skor atau bobot berdasarkan skala Likert pada masing-masing pilihan respon (tingkat kesetujuan) berlaku 1 = tidak setuju, 2 = kurang setuju, 3 = cukup setuju, 4 = setuju, dan 5 = sangat setuju.

Model Analisis Data

Efektifitas iklan indomie goreng cabe ijo merupakan fungsi dari daya tarik iklan, kualitas pesan iklan dan frekuensi penayangan iklan. Karena itu, model empiris yang digunakan untuk menganalisis keterkaitan antar variabel tersebut adalah peralatan statistik regresi linier berganda dengan tiga variabel bebas yang diformulasikan sebagai berikut (Supranto, 2000:80):

Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + e

Dimana:

Y = Efektifitas iklan a = Konstanta X1 = Daya tarik iklan

X2 = Kualitas pesan iklan

X3 = Frekuensi penayangan iklan

b1, b2 danb3 = Koefisien regresi X1, X2

dan X3 e = Error term

Penerimaan atau pun penolakan hipotesis menggunakan peralatan statistik uji F dan uji t. Uji F digunakan untuk mengetahui signifikansi pengaruh keseluruhan variabel independen secara simultan terhadap efektifitas iklan indomie goreng cabe ijo, dengan ketentuan apabila nilai F hitung > F tabel, berarti secara simultan daya tarik iklan, kualitas pesan iklan, frekuensi penayangan iklan berpengaruh signifikan terhadap efektifitas iklan. Sebaliknya apabila nilai F hitung < F tabel, berarti secara simultan daya tarik iklan, kualitas pesan

iklan, frekuensi penayangan iklan tidak berpengaruh signifikan terhadap efektifitas iklan televisi produk mie instan merek indomie goreng cabe ijo.

Selanjutnya uji t digunakan untuk mengetahui signifikansi pengaruh masing-masing variabel independen secara parsial terhadap efektifitas iklan, dengan ketentuan apabila nilai t hitung suatu variabel > bila dibandingkan dengan t nilai tabel, berarti variabel tersebut secara parsial berpengaruh signifikan terhadap efektifitas iklan televisi produk mie instan merek indomie goreng cabe ijo. Sebaliknya apabila nilai t hitung suatu variabel < bila dibandingkan dengan t nilai tabel, berarti variabel tersebut secara parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap efektifitas iklan televisi produk mie instan merek indomie goreng cabe ijo.

Operasional Variabel

Variabel penelitian terdiri dari efektifitas iklan sebagai variabel bebas, dengan daya tarik iklan, kualitas pesan iklan dan frekuensi penayangan iklan sebagai variabel terikat. Definisi dan indikator masing-masing variabel tersebut sebagai berikut.

1. Efektifitas iklan berkaitan dengan

kemampuan iklan yang ditayangkan untuk mempengaruhi kesadaran dan respon pemirsa televisi. Indikator yang digunakan untuk mengukur efektifitas iklan didasarkan pada karakteristik pesan yang efektif (Bovee dan Thill, 2007), terdiri dari iklanmenyediakan informasi yang praktis, iklan memberikan fakta bukan kesan, iklan dapat memperjelas dan memadatkan informasi, iklan menyatakan tanggung jawab dengan tepat dan iklan membujuk dan menawarkan rekomendasi. 2. Daya tarik iklan berkaitan dengan daya tarik

iklan televisi dalam mempengaruhi respon pemirsa televisi. Indikator yang digunakan terdiri dari iklan memberikan banyak informasi manfaat dan kelebihan produk, iklan menampilkan proses manfaat produk sehingga menjadi pesan yang bisa dipercaya banyak orang dan menimbulkan keinginan untuk mencoba, pesan yang disampaikan dapat menyentuh perasaan mengandung pelajaran, nasehat, pesan yang bermanfaat,

iklan membuat orang mempunyai

(9)

3. Kualitas pesan iklan, berkaitan dengan nilai kualitas pesan iklan bagi pemirsa televisi atas penayangan iklan. Indikator yang digunakan dalam mengukur kualitas pesan iklan terdiri dari iklan mudah diingat, iklan berisi informasi tentang keunggulan produk, pesan iklan memberikan alternatif pilihan bagi konsumen untuk memilih produk, pesan iklan menimbulkan rangsangan untuk mengikuti isi iklan dan iklan berisi berita gembira.

4. Frekuensi penayangan iklan berkaitan dengan seberapa sering pemirsa melihat penayangan iklan televisi. Indikator yang digunakan untuk mengukur variabel tersebut terdiri dari intensitas penayangan iklan indomie cabe ijo, melihat dan memperhatikan iklan lebih dari tiga kali per hari di stasiun televisi yang sama, keseringan melihat iklan Indomie Cabe Ijo antara pukul 20.00 s/d 22.00 WIB, keseringan melihat iklan Indomie Cabe Ijo antara pukul 05.30 s/d 16.30 WIB, dan iklan indomie cabe ijo merupakan bagian dari iklan indomie secara keseluruhan.

Variabel efektifitas iklan televisi terdiri dari 5 (lima) item pernyataan dilambangkan dengan A1, A2 hingga A5. Hasil pengolahan data menunjukkan nilai r hitung untuk setiap item pernyataan lebih besar bila dibandingkan dengan

nilai r tabel. Item pernyataan pertama misalnya dilambangkan dengan A1 menghasilkan nilai r

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas

Suatu skala pengukuran disebut valid apabila ia melakukan apa yang seharusnya dilakukan dan mengukur apa yang seharusnya diukur. Dalam penelitian ini, penentuan validitas dapat dilakukan dengan mencari nilai korelasi skor masing-masing item dengan skor total item untuk setiap variabel. Nilai korelasi yang diperoleh (disebut r hitung) kemudian dibandingkan dengan nilai kritis r product moment (r tabel). Apabila nilai r hitung suatu item pernyataan dalam variabel tertentu lebih besar bila dibandingkan dengan nilai r tabel, maka item pernyataan dinyatakan valid. Sebaliknya apabila nilai r hitung suatu item lebih kecil bila dibandingkan dengan nilai r tabel, maka item tersebut dinyatakan tidak valid. Untuk lebih jelasnya mengenai hasil uji validitas dan reliabilitas dapat dilihat Tabel 1.

hitung sebesar 0,636. Angka ini lebih besar bila dibandingkan dengan nilai r tabel (n = 100) sebesar 0,194. Dengan demikian dapat diartikan item pernyataan tersebut dinyatakan valid. Demikian pula halnya dengan item pernyataan kedua (A2) hingga item pernyataan kelima (A5) Tabel 1

Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Kuesioner

Variabel

Uji Reliabilitas Uji Validitas

(10)

juga menunjukkan nilai r hitung lebih besar dari nilai r tabel sebesar 0,194, sehingga dapat diartikan seluruh item pernyataan yang berhubungan dengan efektivitas iklan televisi dinyatakan valid. Item pernyataan yang berhubungan dengan variabel daya tarik iklan, kualitas pesan iklan dan frekuensi penayangan iklan juga menunjukkan nilai r hitung lebih besar bila dibandingkan dengan nilai r tabel. Dengan demikian dapat diartikan seluruh item pernyataan yang berhubungan dengan variabel-variabel tersebut dinyatakan valid. Mengacu pada definisi validitas, dapat dipahami bahwa seluruh item pernyataan yang dimuat dalam setiap variabel penelitian mampu mengukur apa yang seharusnya diukur. Hal ini bermakna bahwa seluruh item pernyataan yang dimuat dalam variabel efektivitas iklan, dapat digunakan untuk mengukur efektivitas iklan produk mie instan merek indomie goreng cabe ijo. Demikian pula halnya item pernyataan yang berhubungan dengan variabel daya tarik iklan, kualitas pesan iklan dan frekuensi penayangan iklan, juga dapat digunakan untuk mengukur penilaian atau pandangan mahasiswa terhadap daya tarik iklan, kualitas pesan iklan dan frekuensi penayangan iklan produk mie instan merek indomie goreng cabe ijo.

Tabel 1 memperlihatkan bahwa hasil pengujian reliabilitas kuesioner untuk keempat variabel penelitian menghasilkan nilai cronbach alpha masing-masing sebesar 0,608 untuk variabel efektivitas iklan, sebesar 0,623 untuk variabel daya tarik iklan, sebesar 0,682 untuk variabel kualitas pesan iklan dan sebesar 0,720 untuk variabelfrekuensi penayangan iklan..

Berdasarkan Tabel 1 diketahui bahwa nilai r hitung masing-masing item pernyataan pada setiap variabel penelitian lebih besar bila dibandingkan dengan nilai r tabel. Dengan demikian dapa diartikan bahwa seluruh item pernyataan yang dimuat dalam kuesioner dinyatakan valid. Selanjutnya nilai cronbach alpha masing-masing variabel penelitian juga lebih besar dari 0,60 sebagai nilai yang dipersyaratkan dalam uji reliabilitas (kehandalan kuesioner), sehingga dapat diartikan kuesioner yang digunakan dalam pengumpulan data juga dinyatakan handal.

Hasil Uji Asumsi Klasik

Penggunaan statistik regresi linier berganda sebagai peralatan analisis data mensyaratkan adanya uji asumsi klasik. Uji asumsi klasik yang digunakan terdiri dari uji normalitas, multikolinieritas dan heteroskedastisitas.

Tolok ukur yang digunakan dalam uji normalitas adalah grafik normal probability plot

yang membandingkan distribusi kumulatif data sesungguhnya dengan distribusi kumulatif data normal. Suatu data dikatakan berdistribusi normal apabila normal P-P Plot tidak menyimpang jauh dari garis diagonal (Umar, 2008:181). Sebaliknya apabila normal P-P Plot menyimpang jauh dari garis diagonal, maka data dinyatakan tidak terdistribusi secara normal. Hasil pengolahan data memperlihatkan normal probability plot seperti ditunjukkan gambar 2.

Gambar 2

Normal P-P Plot Regression (Uji Normalitas)

0.0 0.2 0.4 0.6 0.8 1.0

Observed Cum Prob

0.0 0.2 0.4 0.6 0.8 1.0

Expected C

um P

rob

Dependent Variable: Efektifitas iklan Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual

Garis yang menggambarkan data

sesungguhnya mengikuti garis diagonalnya. Dengan demikian dapat diartikan bahwa data yang digunakan dalam penelitian ini terdistribusi secara normal.

Hasil Uji Multikolinieritas

Model regresi yang baik mensyaratkan tidak adanya gejala multikolinieritas. Dengan kata lain, uji multikolinieritas mensyaratkan tidak adanya hubungan yang linier di antara sesama variabel bebas yang dalam hal ini adalah daya tarik iklan, kualitas pesan iklan dan frekuensi penayangan iklan. Dalam penelitian ini, uji multikolinieritas didasarkan pada nilai variance inflation factor

(VIF) yang diperoleh melalui perhitungan statistik, dengan ketentuan apabila nilai VIF >

5,00 dapat diartikan terjadi gejala

multikolinieritas. Sebaliknya apabila nilai VIF < 5,00 berarti tidak terdapat gejala multikolinieritas

(Santoso, 2000:281). Hasil pengujian

(11)

Tabel 2

Nilai Variance Inflation Factor (VIF) Sebagai Tolok Ukur Multikolinieritas

No Variabel Tolerance Nilai VIF

1 2 3

Daya Tarik Iklan Kualitas Pesan Iklan

Frekuensi Penayangan Iklan

0,433 0,393 0,529

2,307 2,511 1,890 Sumber: Data Primer (Diolah), 2014.

Tabel 2 memperlihatkan nilai VIF masing-masing variabel independen lebih kecil dari 5,00 sehingga dapat diartikan tidak terjadi gejala multikolinieritas. Dengan kata lain tidak terdapat korelasi atau hubungan yang erat diantara sesama variabel independen (daya tarik iklan, kualitas pesan iklan dan frekuensi penayangan iklan) sebagai predictor variable bagi efektifitas iklan televisi produk mie instan merek indomie goreng cabe ijo.

Hasil Uji Heteroskedastisitas

Deteksi ada tidaknya heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan melihat ada tidaknya pola tertentu pada grafik scatterplot. Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang ada membentuk pola tertentu yang teratur (bergelombang, melebar kemudian menyempit), maka mengidentifikasikan telah terjadi heteroskedastisitas. Hal ini didukung oleh pendapat Nachrowi dan Hardius (2005:130) yang menyatakan heteroskedastisitas akan terdeksi bila plot menunjukkan pola yang sistematis. Hasil pengolahan data memperlihatkan grafik scatterplot seperti ditunjukkan dalam gambar 3.

Gambar 3

Grafik Scatterplot Hasil Uji Heteroskedastisitas

-3 -2 -1 0 1 2

Regression Standardized Predicted Value

-3 -2 -1 0 1 2 3

Regress

ion S

tudenti

zed Residual

Dependent Variable: Efektifitas iklan Scatterplot

Berdasarkan gambar 3 di atas terlihat bahwa grafik scatter plot tidak memiliki pola yang sistematis, dan titik-titik menyebar di atas dan dibawah angka 0 pada sumbu Y. Dengan demikian dapat diartikan tidak terjadi gejala heteroskedastisitas.

Analisis Pengaruh Daya Tarik Iklan, Kualitas Pesan Iklan dan Frekuensi Penayangan Iklan Terhadap Efektifitas Iklan Televisi Produk Mie Instan Merek Indomie Goreng Cabe Ijo

Hasil perhitungan statistik menemukan bahwa daya tarik iklan, kualitas pesan iklan dan frekuensi penayangan iklan berpengaruh positif terhadap efektifitas iklan televisi produk mie instan merek indomie goreng cabe ijo. Persamaan regresi linier berganda yang memperlihatkan efektifitas iklan televisi produk mie instan merek indomie goreng cabe ijo sebagai fungsi dari daya tarik iklan, kualitas pesan iklan dan frekuensi penayangan iklan diformulasikan sebagai berikut (bagian printout SPSS seperti dalam Tabel 3).

Y = 0,849 + 0,143X1 + 0,330X2 + 0,344X3

Persamaan di atas memperlihatkan nilai konstanta sebesar 0,849 yang secara statistik dapat interpretasikan bahwa apabila variabel independen mendekati 0, maka nilai Y akan mendekati angka sebesar 0,849. Angka ini mendekati 1,00 (skor untuk pilihan jawaban sangat tidak setuju) yang berarti efektifitas iklan televisi produk mie instan merek indomie goreng cabe ijo sangat rendah atau bisa dikatakan tidak efektif sama sekali. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa apabila mahasiswa memiliki penilaian yang tidak baik terhadap daya tarik iklan, kualitas pesan iklan frekuensi penayangan iklan, maka iklan produk mie instan tersebut tidak efektif sama sekali.

Nilai koefisien regresi masing-masing variabel independen bernilai positif, yaitu sebesar 0,143 untuk variabel daya tarik iklan (X1), sebesar

0,330 untuk variabel kualitas pesan iklan(X2) dan

sebesar 0,344 untuk variabel frekuensi penayangan iklan (X3). Hal ini berarti bahwa

ketiga variabel tersebut bepengaruh positif terhadap efektifitas iklan televisi produk mie instan merek indomie goreng cabe ijo.

(12)

Tabel 4

Bagian Printout SPSS yang Memperlihatkan Nilai Koefisien Korelasi (R) dan Koefisien Determinasi (R2)

Model Summaryb

.887a .787 .780 .17177 2.104

Model 1

R R Square

Adjusted R Square

St d. Error of the Estimate

Durbin-Wat son

Predictors: (Constant), F rekuensi penay angan iklan, Day a tarik iklan, Kualitas Iklan

a.

Dependent Variable: Ef ektif itas iklan b.

Sumber: Data Primer (Diolah), 2014. Tabel 3

Bagian Printout SPSS yang Memperlihatkan Nilai Koefisien Regresi Masing-masing Variabel Independen

Coeffi ci entsa

.849 .190 4.469 .000

.143 .061 .166 2.323 .022 .433 2.307

.330 .063 .391 5.237 .000 .398 2.511

.344 .051 .441 6.809 .000 .529 1.890

(Constant) Day a tarik iklan Kualitas Iklan Frekuensi penay angan iklan Model

1

B St d. Error Unstandardized

Coef f icients

Beta St andardized Coef f icients

t Sig. Tolerance VI F

Collinearity Statistics

Dependent Variable: Ef ektif itas iklan a.

Sumber: Data Primer (Diolah), 2014.

penayangan iklan memiliki pengaruh lebih dominan terhadap efektifitas iklan bila dibandingkan dengan dua variabel lainnya. Sebaliknya variabel yang memiliki pengaruh paling kecil adalah daya tarik iklan (X1) dengan

nilai koefisien regresi sebesar 0,143.

Dominasi pengaruh frekuensi penayangan iklan terhadap efektifitas iklan mengindikasikan bahwa konsumen indomie goreng cabe ijo sensitif terhadap frekuensi penayangan iklan. Artinya keseringan mereka menonton iklan produk indomie tersebut dapat membuat mereka menerima informasi yang lebih jelas tentang produk indomie cabe ijo. Selain itu, akurasi informasi tentang produk indomie cabe ijo juga

mereka ketahui dengan adanya penayangan iklan secara berulang. Hal ini sesuai dengan pendapat Sihombing (2010) yang menyatakan bahwa iklan akan memberikan hasil efektif apabila disampaikan pada tingkat frekuensi yang efektif, kemudian menerpa pemirsa dalam jumlah efektif, serta seharusnya ditampilkan pada masa pembelian berlangsung. Adanya pengaruh dominan frekuensi penayangan iklan terhadap efektifitas iklan indomie goreng cabe ijo terkait dengan kemampuan iklan tersebut memberikan informasi yang jelas dan akurat tentang

keberadaan produk yang diiklankan. Hal ini mengindikasikan bahwa hingga saat ini, frekuensi penayangan iklan indomie goreng cabe ijo masih berada pada tingkat frekuensi efektif.

Untuk mengetahui keeratan hubungan antara efektifitas iklan televisi produk mie instan merek indomie goreng cabe ijo dengan daya tarik iklan, kualitas pesan iklan dan frekuensi penayangan iklan digunakan koefisien korelasi (R). Selanjutnya untuk mengetahui besarnya variasi yang terjadi pada efektifitas iklan tersebut sebagai akibat terjadinya variasi pada variabel daya tarik iklan, kualitas pesan iklan dan frekuensi

penayangan iklan digunakan koefisien

determinasi (R2)

(13)

Selanjutnya nilai koefisien determinasi (R2) menunjukkan angka sebesar 0,787, dapat diartikan sebesar 78,7 persen efektifitas iklan produk mie instan merek indomie goreng cabe ijo dipengaruhi oleh variabel daya tarik iklan, kualitas pesan iklan dan frekuensi penayangan iklan. Sisanya sebesar 21,3 persen lagi (1-0,787) dipengaruhi oleh variabel lain selain daya tarik iklan, kualitas pesan iklan dan frekuensi penayangan iklan. Variabel lain dimaksud adalah variabel-variabel yang secara teoritis dapat mempengaruhi efektifitas iklan seperti pengenalan merek, sikap konsumen terhadap merek dan faktor lainnya.

Pembuktian Hipotesis

Untuk membuktikan hipotesis yang

dikemukakan dalam bab sebelumnya digunakan statistik Uji F dan Uji t. Statistik uji F digunakan untuk mengetahui signifikansi pengaruh daya tarik iklan, kualitas pesan iklan dan frekuensi penayangan iklan secara simultan terhadap efektifitas iklan televisi produk mie instan merek indomie goreng cabe ijo. Hasil pengujian statistik menunjukkan, nilai F hitung sebesar 118,094. Sedangkan nilai F tabel menunjukkan angka sebesar 2,699. Karena nilai F hitung > F tabel (118,094 > 2,699) dapat diartikan secara simultan daya tarik iklan, kualitas pesan iklan dan frekuensi penayangan iklan berpengaruh signifikan terhadap efektifitas iklan televisi produk mie instan merek indomie goreng cabe ijo

dikalangan mahasiswa Fakultas Ekonomi

Unsyiah, sehingga hipotesis Ha diterima, sebaliknya hipotesis Ho ditolak.

Selanjutnya statistik uji t digunakan untuk mengetahui signifikansi pengaruh masing-masing variabel (secara parsial) terhadap efektifitas iklan. Hasil pengujian statistik menunjukkan nilai t hitung sebesar 2,323 untuk variabel daya tarik iklan, sebesar 5,237 untuk variabel kualitas pesan iklan dan sebesar 6,809 untuk variabel frekuensi penayangan iklan. Nilai t tabel pada tingkat keyakinan 95 persen menunjukkan angka sebesar 1,984. Dengan membandingkan nilai t hitung dan nilai t tabel, dapat diartikan bahwa secara parsial daya tarik iklan, kualitas pesan iklan dan frekuensi penayangan iklan juga berpengaruh signifikan terhadap efektifitas iklan televisi produk mie instan merek indomie goreng cabe ijo

dikalangan mahasiswa Fakultas Ekonomi

Unsyiah.

Berdasarkan pengujian statistik yang telah dijelaskan dapat dipahami bahwa baik secara simultan maupun parsial daya tarik iklan, kualitas pesan iklan dan frekuensi penayangan iklan berpengaruh signifikan terhadap efektifitas iklan

televisi produk mie instan merek indomie goreng cabe ijo. Hal ini berarti efektifitas iklan televisi produk tersebut secara nyata dipengaruhi oleh daya tarik iklan, kualitas pesan iklan dan frekuensi penayangan iklan.

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan

Daya tarik iklan, kualitas pesan iklan dan frekuensi penayangan iklan berpengaruh positif terhadap efektifitas iklan televisi produk mie instan merek indomie goreng cabe ijo dikalangan mahasiswa Fakultas Ekonomi Unsyiah. Semakin baik daya tarik dan kualitas pesan iklan serta semakin sering frekuensi penayangan iklan, akan semakin efektif pula iklan televisi produk mie instan merek indomie goreng rasa cabe ijo. Hubungan antara daya tarik iklan, kualitas pesan iklan dan frekuensi penayangan iklan dengan efektifitas iklan televisi produk mie instan merek indomie goreng cabe ijo sangat kuat, ditunjukkan oleh nilai koefisien korelasi (R) sebesar 0,887. Sebesar 78,7 persen efektifitas iklan televisi produk mie instan merek indomie goreng cabe ijo dipengaruhi oleh daya tarik iklan, kualitas pesan iklan dan frekuensi penayangan iklan.

Hasil pengujian statistik menunjukkan nilai F hitung > F tabel dan nilai t hitung masing-masing variabel lebih besar dari nilai t tabel, dapat disimpulkan baik secara simultan maupun parsial variabel daya tarik iklan, kualitas pesan iklan dan frekuensi penayangan iklan berpengaruh signifikan terhadap efektifitas iklan televisi produk mie instan merek indomie goreng cabe ijo.

Saran-saran

Produsen dan pemasar produk mie instan merek Indomie goreng cabe ijo dipandang perlu meningkatkan daya tarik iklan, kualitas pesan iklan dan frekuensi penayangan iklan. Peningkatan daya tarik iklan dapat dilakukan dengan cara menampilkan informasi yang lebih banyak tentang kelebihan produk, manfaat produk bagi konsumen produk mie instan. Yang lebih penting lagi, iklan yang disampaikan tidak hanya berisi informasi tentang produk, akan tetapi juga dapat bermakna nasehat yang sifatnya persuasif dan argumentatif tentang keunggulan produk mie instan tersebut bila dibandingkan dengan produk mie instan merek lain.

(14)

peningkatan frekuensi penayangan iklan harus

dilakukan dengan cara menentukan jam

penayangan iklan yang lebih tepat sehingga tayangan iklan lebih banyak ditonton oleh pemirsa televisi.

DAFTAR PUSTAKA

Albari (2007) Efektivitas Iklan Televisi Sabun Pembersih Muka di Kota Banda Aceh (Pendekatan Consumer Decision Model).

Sinergi Kajian Bisnis dan Manajemen Vol. 9 No. 1 Hal. 1-21.

Arifin, Ali (2005) Seni Menjual, Andi, Yogyakarta.

Assauri, Sofyan (2007) Manajemen Pemasaran, Edisi I, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta. Bovee dan Thill., (2007) Komunikasi Bisnis, Edisi

Kedelapan, Indeks, Jakarta.

Ferdinand, Augusty., (2002) Structural Equation Modeling Dalam Penelitian Manajemen: Aplikasi Model-Model Rumit Dalam Penelitian Untuk Tesis Magister & Desertasi Doktor, Seri Pustaka Kunci 03/ 2002.

Indiarto, Fidelis (2006) Studi Mengenai Faktor Kekhawatiran dalam Proses Penyampaian Pesan Iklan, Jurnal Sains Pemasaran Indonesia, No. 3, Hal: 243-268.

Indiyanti, I. Satya dan J. J. O. I. Ilhalauw (2002) Pengulangan Pesan Suatu Iklan dalam Proses Pembelajaran Konsumen: Studi Terhadap Iklan Pasta Gigi Pepsodent,

Jurnal Ekonomi dan Bisnis, Vol. 8, No. 1, hal 36-52.

Kotler, Philip (2005) Manajemen Pemasaran: Analisis Perencanaan dan Pengendalian, Penerbit Erlangga, Jakarta.

Kotler, Philip and Kevin Keller, (2008)

Manajemen Pemasaran, Edisi Bahasa Indonesia, Jilid I, PT Indeks, Jakarta. Lee, Monle dan Carla Johnson (2004) Prinsip

Pokok Periklanan Dalam Perspektif Global, Terjemahan: Haris Munandar dan Dudy Priatna, Prenada Media, Jakarta.

Ma’ruf, Jasman J (2005) Riset Perilaku Konsumen

Niat Membeli Melalui Internet, Penerbit MM-Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh. Nachrowi, Djalal dan Hardius Usman (2005)

Penggunaan Teknik Ekonometri: Pendekatan Populer dan Praktis Dilengkapi Teknik Analisis dan Pengolahan Data Dengan Menggunakan Paket SPSS, Edisi Revisi, PT Rajagrafindo Persada, Jakarta.

Payne, Adrian (2002) The Essence of Service Marketing Pemasaran Jasa, Terjemahan:

Fandy Tijiptono, Penerbit Andi,

Yogyakarta.

Puspitasari, Intan (2009) Pengaruh Efektifitas Iklan Terhadap Pembentukan Brand Awareness, Tesis Tidak Diterbitkan, Program Magister Manajemen Universitas Diponegoro.

Santoso, Singgih (2000) SPSS Mengolah Data Statistik Secara Profesional, Alex Media Komputindo, Jakarta.

Shimp, Terence A. (2003). Periklanan Promosi dan Aspek Tambahan Komunikasi Pemasaran Terpadu. Edisi 5. Jilid 1. Jakarta: Erlangga.

Sihombing, Indra Jaya (2010) Frekuensi Jumlah Audiens dan Masa Beriklan, Suara Merdeka, 8 Me 2010. hal. 1

Situmorang, James R (2008) Mengapa Harus Iklan, Jurnal Administrasi Bisnis, Vol. 1, No. 2 Hal. 188-200.

Sufa, Faela dan Bambang Munas (2012) Analisis Pengaruh Daya Tarik Iklan, Kualitas Pesan Iklan, Frekuensi Penayangan Iklan Terhadap Efektifitas Iklan Televisi Produk Mie Sedap (Survei Pemirsa Iklan Mie Sedap pada Mahasiswa Kost di Sekitar Kampus Undip Tembalang) Diponegoro Journal of Management, Volume 1, Nomor 1, 2012: hal. 226-233.

Supranto, J (2000) Metode Peramalan Kuantitatif Untuk Perencanaan Ekonomi dan Bisnis, Rineka Cipta, Jakarta.

Sutrisna, (2003) Perilaku Konsumen dan Komunikasi Pemasaran, Remaja Rosdakarya, Bandung.

Suyanto (2007) Marketing Strategy Top Brand Indonesia, Penerbit Andi, Yogyakarta. Thamrin, Sylvia Denada, (2003) “Studi Mengenai

Proses Adopsi paska Masa Tayang Iklan Produk Xon-Ce di Surabaya”, Jurnal Sain Pemasaran Indonesia, Vol.11 ,Nomor 2, September, Magister Manajemen Undip Semarang.

Umar, Husein. (2005) Metode Penelitian Untuk Skripsi dan Tesis Bisnis, PT. Gramedia, Jakarta.

Zuraida, Lukia dan Uswatun (2001) Analisis Efektivitas Iklan Rinso Soklin dan Attack Dengan Menggunakan Consumer Decision

Model (CDM), Manajemen Usahawan

Gambar

  Gambar 1 Paradigma Penelitian
 Tabel 1  Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Kuesioner
Tabel 1 memperlihatkan bahwa hasil
Grafik Scatterplot Hasil Uji Heteroskedastisitas
+2

Referensi

Dokumen terkait

Jika faktor di atas kertas saja tidak mampu meyakinkan panglima untuk menang bagaimana dia dapat meyakinkan rakyat dan prajuritnya bahwa mereka semua akan berperang dan menang..

97 the students have difficulties to speak in English class caused both by some psychological factors like fear of making mistakes, lack of confidence and some

Dalam tahap eksplorasi ini, p&gt;eneliti mengadakan observasi selama setengah semester (lihat Bab III.A.3). Setelah satu bulan berjalan, peneliti mengadakan wawancara baik

Ketentuan Pelaksanaan Peraturan Daerah ini diatur lebih lanjut dengan Keputusan Gubernur Bengkulu. Pasal

Dimana teknologi yang digunakan dan software pembuatan website sudah bermacammacam jenisnya, salah satunya yaitu Macromedia Flash MX Website ini memuat informasi sederhana

Jika Anda pergi ke tempat wisata Las Vegas, Anda akan memiliki semua jenis kegiatan yang menyenangkan untuk dipilih, dan salah satu dari mereka

Mn = momen lentur nominal pada penampang, Nmm Mu = momen terfaktor pada penampang, Nmm M1 = momen ujung terfaktor yang lebih kecil pada komponen struktur tekan, diambil sebagai

3. Memasang Support bar dengan cara mengikat support bar ke tulangan geser/sengkang berdasarkan posisi yang telah di marking. Menyambung duct sesuai dengan Tipe