• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Sistem Kendali Pintu Parkir Otomatis Menggunakan Bahasa C Berbasis Atmega16

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Sistem Kendali Pintu Parkir Otomatis Menggunakan Bahasa C Berbasis Atmega16"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Peraturan Pemerintah Nomor 66 tahun 2014 tentang Kesehatan

Lingkungan menyatakan bahwa kesehatan lingkungan adalah upaya pencegahan

penyakit dan/atau gangguan kesehatan dari faktor risiko lingkungan untuk

mewujudkan kualitas lingkungan yang sehat baik dari aspek fisik, kimia, biologi,

maupun sosial. Sedangkan menurut WHO, kesehatan lingkungan meliputi

seluruh faktor fisik, kimia, dan biologi dari luar tubuh manusia dan segala faktor

yang dapat mempengaruhi perilaku manusia. Kondisi dan kontrol dari kesehatan

lingkungan berpotensial untuk mempengaruhi kesehatan (WHO, 1948)

Permasalah kesehatan lingkungan yang ada di Indonesia adalah mengenai

Buang Air Besar Sembarangan. Menurut data WHO pada tahun 2010 Indonesia

adalah negara kedua yang memiliki angka Buang Air Besar Sembarang (BABS)

terbesar di dunia setelah India. Sebesar 1,1 milyar orang atau 17% penduduk

dunia masih buang besar di area terbuka, dari data tersebut diatas sebesar 81%

penduduk yang Buang Air Besar Sembarangan terdapat di 10 negara yaitu India

(58%), Indonesia (12,9%), China (4,5%), Ethopia (4,4%), Pakistan (4,3%),

Nigeria (3%), Sudan (1,5%), Nepal (1,3%), Brazil (1,2%) dan Niger (1,1%).

Menurut laporan Join Monitoring Program (JMP) WHO/Unicef, sekitar 55 juta penduduk Indonesia masih buang air besar sembarangan (WHO, 2010).

Hasil Riskesdas 2013 tentang proporsi rumah tangga berdasarkan

(2)

jamban adalah (82,6%). Lima provinsi dengan presentase tertinggi rumah tangga

yang berperilaku benar dalam buang air besar diantaranya DKI jakarta (98,9%),

DI Yogyakarta (94,2%), Kepulauan Riau (93,7%), Kalimantan Timur (93,7%) dan

Bali (91,1%). Sedangkan lima provinsi terendah diantaranya Sumatera Barat

(29,0%), Papua (29,5%), Kalimantan Selatan (32,3%), Sumatera Utara (32,9%)

dan Aceh (33.6%). Di Sumatera Utara rumah tangga yang memiliki tempat

pembuangan tinja memiliki presentase 32,9% sudah mencakup daerah perkotaan

dan pedesaan termasuk wilayah kabupaten Dairi, Kecamatan Siempat Nempu

Hulu (Kemenkes, 2014).

Menurut jenis tempat buang air besar yang digunakan, sebagian besar

rumah tangga di Indonesia menggunakan kloset berjenis leher angsa sebesar

84,4%, plengsengan sebesar 4,8%, cemplung/cubluk/lubang dengan lantai sebesar

3,7%. Berdasarkan tempat pembuangan akhir tinja, berdasarkan hasil Riskesdas

2013, sebesar 66% rumah tangga di Indonesia menggunakan tangki septik sebagai

pembuangan akhir tinja. Rumah tangga yang menggunakan Saluran Pembuangan

Akhir Limbah (SPAL) sebesar 4%, kolam/sawah sebesar 4,4%, sungai/danau/laut

sebesar 13,9%, lubang tanah sebesar 8,6%, pantai/tanah lapang/kebun sebesar

2,7% (DepkesRI, 2013).

Perilaku buang air besar sembarangan akan berakibat pada menurunnya

tingkat kesehatan seseorang. Masalah paling menonjol karena masalah perilaku

buang air besar sembarangan ini adalah serangan diare. Menurut data WHO

(2015), 88 persen angka kematian anak akibat diare disebabkan kesulitan

(3)

buruk dan BABS memperbesar risiko terganggunya pertumbuhan fisik anak

sehingga tidak optimal pada usianya (WHO,2015).

Pada tahun 2012 angka kesakitan diare pada semua umur sebesar 214 per

1.000 penduduk dan angka kesakitan diare pada balita 900 per 1.000 penduduk

(Kajian Morbiditas Diare 2012). Data riskesdas tahun 2007 mengungkapkan

kasus diare ini 66 persen lebih tinggi terjadi di lingkungan yang melakukan BABS

di area perumahan yang memiliki toilet pribadi (Riskesdas,2007).

Dalam penanggulangan permasalahan sanitasi, pemerintah Indonesia

sebenarnya telah melakukan berbagai upaya. Salah satu program Departemen

Kesehatan dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan masyarakat Indonesia

adalah Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM). Sanitasi Total Berbasis

Masyarakat (STBM) atau dikenal juga dengan nama Community Led Total Sanitation (CLTS) merupakan program pemerintah dalam rangka memperkuat upaya pembudayaan hidup bersih dan sehat, mencegah penyebaran penyakit

berbasis lingkungan, meningkatkan kemampuan masyarakat, serta

mengimplementasikan komitmen pemerintah untuk meningkatkan akses air

minum dan sanitasi dasar berkesinambungan dalam pencapaian Millenium Development Goals (MDGs) tahun 2015 (Depkes RI, 2014).

Upaya sanitasi berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik

Indonesia Nomor 3 Tahun 2014 Tentang Sanitasi Total Berbasis Masyarakat yang

disebut Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM), yaitu : meliputi tidak buang

air besar (BAB) sembarangan, mencuci tangan pakai sabun, mengelola air minum

(4)

rumah tangga dengan aman. Menurut Kepala Balitbangkes, Tjandra Yoga

Aditama jumlah Desa STBM (sanitasi total berbasis masyarakat) termasuk stop

BAB sembarangan pada tahun 2014 mencapai 19.100 desa dari target 20.000

tahun 2014 (Permenkes,2014).

Kecamatan Siempat Nempu Hulu, Kabupaten Dairi Provinsi Sumatera

Utara merupakan salah satu kecamatan yang menjalankan program STBM.

Pelaksanaan STBM di Dairi sejak bulan Juli 2014. Kegiatan dimulai dengan

pemicuan di masing-masing desa yang ada di kecamatan Siempat Nempu Hulu.

Pada awal bulan Desember 2014 telah dilaksanakan verifikasi di satu kecamatan

siempat Nempu hulu dan dari hasil verifikasi tersebut dinyatakan bahwa

Kecamatan Siempat Nempu Hulu sudah 100% bebas dari BuangAir Besar

Sembarangan (Kecamatan SBS). Berdasarkan hasil tersebut, pemerintah

Kabupaten Dairi memberanikan diri untuk melaksanakan deklarasi kecamatan

SBS serta di provinsi Sumatera Utara dan Kecamatan pertama di Wilayah

Sumatera. Deklarasi stop buang air besar sembarang (SBS) dilaksanakan di Desa

Silumboyah pada 13 Juni 2015 yang di hadiri oleh Menteri Kesehatan RI, Prof. dr.

Nila F. Moeloek, Sp.M(K). (Puskesmas Killometer 11, 2015).

Pelaksanaan program Sanitasi Total berbasis Masyarakat (STBM ) di

kabupaten Dairi yang mencakup pilar “Stop Buang Air Besar sembarangan”

untuk mewujudkan status bebas dari Buang Air besar Sembarang melalui Aksi “

berak di jamban keluarga” (BERJAGA). BERJAGA merupakan salah satu

pendekatan yang digunakan untuk mengatasi masalah sanitasi khususnya masalah

(5)

Siempat nempu Hulu telah berhasil terlihat dari masyarakat yang sudah memiliki

jamban keluarga dan buang air besar di jamban (Instruksi Bupati Dairi

No.188.55/4028/2014).

Desa pangaribuan berada di Kecamatan Siempat Nempu Hulu dan

merupakan satu desa yang telah dinyatakan ODF (Open Defecation free) di wilayah Sumatera. Desa Pangaribuan yang terdiri dari tiga dusun telah mampu

menghilangkan kebiasaan BAB sembarangan dengan cara penyediaan jamban

keluarga yang dilakukan oleh masyarakat tanpa bantuan pemerintah. Data dinas

kesehatan kabupaten Dairi menunjukkan bahwa masyarakat di Desa Pangaribuan

kecematan Siempat nempu Hulu Kabupaten Dairi sudah seluruhnya mempunyai

jamban di rumah masing-masing. Sebanyak 218 KK memiliki jamban sehat

permanen, 87 KK memiliki jamban semi sehat permanen. (Dinkes Kab.Dairi,

2015).

Jenis jamban yang digunakan oleh masyarakat desa Pangaribuan yaitu

sebanyak 218 KK menggunakan jamban leher angsa dan 87 KK menggunakan

jamban cubluk. Jenis jamban yang digunakan masyarakat ini sangat

membutuhkan pemeliharaan yang baik. Masyarakat Pangaribuan telah memiliki

kesadaran untuk memiliki jamban keluarga akan tetapi kurang memiliki

pengetahuan,sikap, tindakan untuk pemeliharaan jamban. Permasalahan utama

yang timbul adalah perilaku masyarakat di Desa Pangaribuan masih kurang

terhadap pemeliharaan jamban keluarga yang memenuhi syarat kesehatan

sehingga jamban tidak dikelola dengan baik. Jamban yang dimiliki tidak

(6)

rumah yang memiliki jamban namun keadaannya jauh dari kata bersih, karena

tergolong jamban sederhana. Pemeliharaan jamban yang dilakukan oleh sebagian

besar masyarakat adalah dengan cara menyikat lantai dan klosetnya dengan

menggunakan sikat WC (Puskesmas kilometer 11, 2015).

Berdasarkan data diatas, peneliti ingin melihat lebih jauh bagaimana

pengetahun, sikap dan tindakan masyarakat serta pemeliharaan jamban keluarga

pasca Program Sanitasi Total berbasis Masyarakat (STBM) pilar pertama “Stop

Buang Air Besar Sembarang (SBS)” di desa Pangaribuan Kecamatan Siempat

Nempu Hulu Kabupaten Dairi. Penelitian ini difokuskan kepada Perilaku

Masyarakat Terhadap Pemeliharaan Jamban Keluarga di Desa Pangaribuan

Kecamatan Siempat Nempu Hulu, Kabupaten Dairi tahun 2016. Hasil penelitian

dapat dijadikan sebagai bahan masukan dalam memelihara kesehatan lingkungan

terutama dari segi hal pemeliharaan jamban yang sehat, bagi masyarakat Desa

Pangaribuan Kecamatan Siempat Nempu Hulu, Kabupaten Dairi.

1.2 Rumusan Masalah

Desa pangaribuan merupakan desa yang telah dinyatakan bebas dari buang

air besar sembarangan dan setiap keluarga telah memiliki jamban keluarga di

rumah masing-masing. Jenis jamban yang digunakan adalah jamban sehat

permanen dan jamban semi sehat permanen yang sangat membutuhkan

pemeliharaan jamban yang baik agar memenuhi syarat sebagai jamban sehat.

Permasalah dari penelitian ini adalah bagaimana perilaku masyarakat tentang

(7)

sanitasi total berbasis masyarakat (STBM) di Desa Pangaribuan Kecamatan

Siempat Nempu Hulu, Kabupaten Dairi tahun 2016.

1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum

Adapun tujuan umum dalam penelitian ini adalah untuk melihat

gambaran pemeliharaan jamban keluarga dan perilaku masyarakat buang air

besar pasca program sanitasi total berbasis masyarakat (STBM) di Desa

Pangaribuan Kecamatan Siempat Nempu Hulu, Kabupaten Dairi tahun 2016.

1.3.2 Tujuan khusus

1. Untuk mengetahui gambaran perilaku (pengetahuan,sikap dan tindakan)

masyarakat tentang buang air besar di jamban pasca program sanitasi total

berbasis masyarakat (STBM) di Desa Pangaribuan Kecamatan Siempat Nempu

Hulu, Kabupaten Dairi tahun 2016.

2. Untuk melihat Gambaran pemeliharaan jamban keluarga pasca program

sanitasi total berbasis masyarakat (STBM) di Desa Pangaribuan Kecamatan

Siempat Nempu Hulu, Kabupaten Dairi tahun 2016.

3. Untuk mengetahui upaya-upaya apa saja yang dilakukan untuk menjadi desa

yang bebas dari buang air besar sembarangan dan upaya yang dilakukan agar

(8)

1.4 Manfaat Penelitian

1. Sebagai bahan masukan bagi petugas sanitasi puskesmas dalam rangka

peningkatan kesehatan lingkungan .

2. Bagi masyarakat, penelitian ini bermanfaat dapat dijadikan bahan masukan

dalam pemeliharaan jamban yang sehat.

3. Penelitian ini juga dapat memberi manfaat kepada mahasiswa Ilmu Kesehatan

Masyarakat dalam memberi informasi tentang perilaku masyarakat buang air

besar di jamban dan pemeliharaan jamban.

4. Menjadi dasar yang dapat digunakan sebagai informasi untuk

penelitian-penelitian selanjutnya.

5. Bagi peneliti Sebagai proses belajar dalam upaya mengimplementasikan

berbagai teori yang diperoleh di bangku kuliah selama proses belajar di

Referensi

Dokumen terkait

However, BI gauges that the NPL will remain at its stable range of 3% improving bank’s capability to give lending, bolstering the growth in 2018 credit, and supporting BI to

At the very beginning Bilbo appears as a weak and timid hobbit, but his personality develops getting over the difficulties he meets over a period of the journey, and at the end

peningkatan perilaku perawatan kaki pada pasien DM dalam penelitian ini; 1) dasar dari program edukasi perawatan kaki berbasis keluarga, 2) metode edukasi, 3) dukungan

Pendekatan keluarga sangat penting dalam penatalaksanaan pada pasien usia lanjut yang mengalami depresi, ini dapat diwujudkan oleh keluarga dengan mampu

dimana GBA diterapkan dalam menulis teks Discussion, tulisan/teks yang ditulis oleh siswa, dan wawancara dengan tiga orang siswa. Data dari observasi dianalisis berdasarkan

Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk menentukan desain jaring insang dasar yang terbaik untuk menangkap lobster dengan meng- analisis pengaruh HR terhadap karakteristik

a) Bagaimana merancang antena mikrostrip yang diaplikasikan pada frekuensi dualband selular 1800 MHz dan Wireless LAN 2400 MHz menggunakan antena mikrostrip

Komunitas terdiri dari 11 jenis dari kelas Gastropoda, 2 jenis dari kelas Bivalvia dan 2 jenis dari kelas Crustacea dari 842 individu yang ditemukan, selain itu menurut