• Tidak ada hasil yang ditemukan

Manajemen layanan jasa di Pusat Pengembangan Bisnis Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Manajemen layanan jasa di Pusat Pengembangan Bisnis Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya."

Copied!
103
0
0

Teks penuh

(1)

MANAJEMEN LAYANAN JASA

DI PUSAT PENGEMBANGAN BISNIS

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA

SKRIPSI

Oleh :

RESTU ERISWATY

NIM : D73213062

PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM

JURUSAN KEPENDIDIKAN ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN (FTK)

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL

(2)

MANAJEMEN LAYANAN JASA

DI PUSAT PENGEMBANGAN BISNIS

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA

SKRIPSI

DiajukanKepada :

Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya

Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan dalam Menyelesaikan Program Strata Satu (S-1)

Fakultas Tarbiyah dan Keguruan

Oleh :

Restu Eriswaty D73213062

PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM

JURUSAN KEPENDIDIKAN ISLAM

FAKULTASTARBIYAH DAN KEGURUAN (FTK)

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL

SURABAYA

(3)
(4)
(5)
(6)
(7)

ABSTRAK

Restu Eriswaty (D73213062), 2017, Manajemen Layanan Jasa di Pusat Pengembangan Bisnis Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya, Dosen Pembimbing Prof. Dr. H. Abd. Haris, M. Ag, dan Pembimbing II, Dra. Hj. Liliek Channa AW, M. Ag

Penelitian ini bertujuan untuk mendiskripsikan manajemen layanan jasa dari masing-masing unit bisnis di Pusat Pengembangan Bisnis Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya dan Untuk mengetahui faktor pendukung dan penghambat yang dihadapi dalam mengimplementasikan manajemen layanan jasa dari masing-masing unit bisnis layanan jasa di Pusat Pengembangan Bisnis

Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya. Penelitian ini

merupakan jenis penelitian kualitatif deskriptif. Dalam proses pencarian data, Peneliti ini menggunakan metode observasi, wawancara mendalam terhadap subyek penelitian, dan dokumentasi. Dalam analisis dan intepretasi data, Peneliti menggunakan model Miles and Huberman yaitu reduksi, penyajian, dan verifikasi data. Sedang kandalamu di keabsahan data Peneliti menggunakan triangulasi, yaitu triangulasi data, metode dan sumber.

Dalam manajemen layanan jasa dilakukan melalui proses: a) Perencanaan dengan menganalisi 7 P yakni ditawarkan (produk), tempat (place), harga (price), promosi (promotion), orang (people), bukti fisik (physical evidence) dan proses (process), b) pelaksanaan layana jasa dengan menganalisis dari lima dimensi Tangibles merupakan bukti nyata, Reliability atau keandalan, Responsiveness atau daya tanggap, Assurance atau jaminan dan Emphaty merupakan kemampuan perusahaan yang dilakukan langsung oleh karyawan untuk memberikan perhatian kepada konsumen. c) evaluasi layanan jasa dengan menganalisis faktor apa yang mempengaruhi kepuasan pelanggan dilihat dari mutu pelayanan produk, mutu pelayanan jasa, harga, waktu penyerahan dan keamanan. Serta mengevaluasi mengukur kepuasan pelanggan dengan menggunakan sistem keluhan dan saran dan survei kepuasan pelanggan.

(8)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... ii

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING SKRIPSI ... iii

PENGESAHAN TIM PENGUJI SKRIPSI ... iv

PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ... v

MOTTO ... vi

HALAMAN PERSEMBAHAN ... vii

KATA PENGANTAR ... ix

ABSTRAK ... xi

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvi

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian ... 1

B. Fokus Penelitian ... 6

C. Tujuan Penelitian ... 6

D. Manfaat Penelitian ... 7

E. Definisi Konseptual ... 8

F. Keaslian Penelitian ... 11

(9)

BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. Manajemen Layanan Jasa ... 16

1. Pengertian Manajemen Layanan Jasa ... 16

2. Prinsip-prinsip Layanan Jasa ... 20

3. Karakteristik Layanan Jasa ... 22

B. Proses Manajemen Layanan Jasa ... 25

1. Perencanaan Layanan Jasa ... 25

2. Pengorganisasian Layanan Jasa ... 29

3. Pelaksanaan Layanan Jasa ... 29

4. Evaluasi Layanan Jasa ... 33

C. Lembaga Bisnis ... 37

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 39

B. Lokasi Penelitian ... 42

C. Sumber Data dan Informan Penelitian ... 42

D. Cara Pengumpulan Data ... 45

E. Instrumen Penelitian... 48

F. Prosedur Analisis dan Interprestasi Data ... 48

(10)

BAB VI HASIL DAN ANALISIS DATA

A. Gambaran Umum ... 53

B. Deskripsi Subjek ... 58

C. Deskripsi Hasil Temuan ... 63

D. Analisis Hasil Temuan ... 74

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 88

B. Saran ... 89

(11)

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Pendidikan merupakan salah satu topik yang selalu menjadi

sorotan yang menarik. Pasalnya ada dua alasan mengapa pendidikan selalu

menjadi topik utama di negara kita. Pertama, kebutuhan akan pendidikan

merupakan hal yang bertautan langsung dengan kehidupan masing-masing

individu. Kedua, pendidikan merupakan wahana bagi upaya perbaikan

mutu kehidupan manusia, yang ditandai dengan meningkatnya level

kesejahteraan, menurunnya derajat kemiskinan serta peluang dalam

mengaktulisasikan diri di masa yang akan datang.

Pendidikan mempunyai peran vital sebagai pendorong setiap

individu dalam meraih progresivitas dalam kehidupan ini, serta sebagai

alat proses transformasi personal maupun sosial. Namun, dengan era

globalisasi yang semakin pesat, pergeseran paradigma tentang pendidikan

yang awalnya memandang lembaga pendidikan sebagai lembaga sosial,

kini dipandang sebagai suatu lahan bisnis yang mengindikasikan perlunya

perubahan pengelolaan. 1 Pengelolaan sering disebut juga dengan

manajemen. Dengan adanya manajemen atau pengelolaan inilah yang akan

menjadi modal utama dalam mengubah cara pandang masyarakat

mengenai lembaga pendidikan. Modal ini akan menjadi pijakan yang kuat

1

Dede Mahfud dan Dayat, “Pentingnya Manajemen Dalam Pengelolaan

Pendidikan”, Diakses pada tanggal 19 November 2016,

https://mpiuika.wordpress.com/2009/11/03/makalah-diskusi-mpi-kelompok-/

(12)

2

untuk mengembangkan lembaga pendidikan. Pada titik inilah

diperlukan berbagai komitmen untuk perbaikan kualitas pada suatu

lembaga pendidikan. Untuk menuju pada perubahan lembaga pendidikan

secara menyeluruh, maka manajemen merupakan hal yang harus

diprioritaskan untuk kelangsungan pendidikan.

Melihat perkembangan pendidikan di Indonesia, tidak bisa terlepas

dari kebutuhan dan keinginan masyarakat akan pendidikan. Menurut

Indrajit dan Djoko Pranoto, bahwa Pendidikan Tinggi di Indonesia telah

mengalami perubahan paradigma, pengelolaan, persaingan, dan

sebagainya. Perguruan Tinggi bukan hanya sebagai pusat ilmu

pengetahuan, pusat penelitian dan pusat pengabdian kepada masyarakat,

tetapi juga suatu entitas korporasi penghasil ilmu pengetahuan yang perlu

bersaing untuk menjamin kelangsungan hidupnya.2 Dalam hal ini yang

membuat orang memilih dalam menentukan arah pendidikan yang akan

ditempuh. Seiring dengan banyaknya instansi, khususnya bidang yang

bergerak dalam pelayanan jasa di dunia pendidikan, salah satunya ialah

Perguruan Tinggi, maka setiap instansi akan selalu berusaha dan

berlomba-lomba dalam meningkatkan mutu pelayanannya. Hal ini

bertujuan untuk memperoleh kepuasan dan kepercayaan dari para

pelanggan atau konsumen terhadap layanan jasa yang diberikan oleh

instransi tersebut.

2

Slamet, “Implentasi Konsep Badan Layanan Umum Pada Perguruan Tinggi Agama Negeri Dalam Rangka Mewujudkan Good University Governance”, (Phd Diss., Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang, 2014)

(13)

3

Persaingan-persaingan yang muncul inilah yang memberi dampak

kepada instansi untuk dapat meningkatkan layanan sebagai wujud respon

kepada para konsumen di masa yang akan datang. Untuk itu, setiap istansi

harus menganggap setiap perubahan, persaingan dan ketidakpastian

permintaan konsumen sebagai tantangan dan kesempatan yang harus

diambil untuk maju dengan memanfaatkan potensi yang dimilikinya.

Lembaga pendidikan Universitas Islam Negeri Sunan Ampel

Surabaya, merupakan lembaga Perguruan Tinggi yang menerapkan pola

pengelolaan keuangan Badan Layanan Umum (BLU). Badan Layanan

Umum (BLU) adalah instansi di lingkungan pemerintah yang dibentuk

untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat berupa penyediaan

barang atau jasa yang dijual tanpa mengutamakan mencari keuntungan dan

dalam melakukan kegiatannya didasarkan pada prinsip efisiensi dan

produktivitas.3 Dalam hal ini, UIN Sunan Ampel Surabaya membentuk

lembaga pelayanan kepada masyarakat berupa penyediaan barang atau

jasa. Lembaga pelayanan ini ialah Pusat Pengembangan Bisnis UIN Sunan

Ampel Surabaya atau yang biasa disebut dengan Pusbis. Dengan adanya

Lembaga pelayanan Pusat Pengembangan Bisnis UIN Sunan Ampel

Surabaya ini menjadi bukti bahwasannya UIN Sunan Ampel Surabaya bisa

menjadi Perguruan Tinggi yang mandiri secara ekonomi tidak hanya

bergantung pada dana pendidikan dari pemerintah, akan tetapi mampu

3

Peraturan Pemerintah Nomor 23 tahun 2005

(14)

4

menghasilkan pendapatan sendiri dari hasil beberapa unit usaha bisnis

yang dapat direalisasikan di masyarakat.

Perjalanan Pusat Pengembangan Bisnis UIN Sunan Ampel

Surabaya dimulai bulan Juni tahun 2013 sampai dengan saat ini, telah

mengalami banyak peningkatan dan inovasi, baik dari aspek jumlah unit

bisnis yang dikelola, jalinan kerjasama dengan pihak luar maupun dari

aspek laba/pendapatan yang diperoleh.

Sebagai perbandingan, pada tahun 2013 laba/pendapatan yang

dihasilkan UIN Sunan Ampel sebesar Rp. 40.306.325,- (Empat Puluh Juta

Tiga Ratus Enam Ribu tiga Ratus Dua Puluh Lima Rupiah) dengan 3 unit

bisnis yaitu UINSA Tour & Travel, UINSA Fresh dan UINSA Press.

Sedangkan pada tahun 2014, total laba/pendapatan yang didapat

meningkat 3.053% dengan 7 unit bisnis yang telah dikembangkan.4

Hingga pada saat ini Pusat Pengembangan Bisnis Universitas Islam Negeri

Sunan Ampel Surabaya tidak hanya memiliki pendapatan yang selalu

meningkat, akan tetapi juga memiliki 10 unit bisnis yang telah

dikembangkan, baik bisnis yang berupa sektor jasa maupun sektor barang.

Jika dilihat dari aspek pelayananya Pusat Pengembangan Bisnis

Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya mampu mengembangkan

bisnis-bisnis baru dalam kurun waktu yang singkat, serta dalam

pengelolaannya dapat menjadi contoh bagi Universitas yang akan

mengembangkan bisnis di Universitasnya, salah satu contohnya Pusat

4

Taufik Siraj, Company Profile Pusat Pengembangan Bisnis UIN Sunan Ampel Surabaya, (Surabaya, 2015) h. 3

(15)

5

Pengembangan Bisnis pernah menjadi pusat kunjungan beberapa

universitas selauruh Indonesia, salah satunya Universitas Islam Negeri

Syarif Hidayatullah Jakarata, Universitas Islam Negeri Malik Ibrahim

Malang dan lain-lain.

Pusat Pengembarngan Bisnis terbagi atas tiga sektor yakni sektor

pelayanan jasa, sektor penyediaan barang dan sektor penumbuhkembang

jiwa enterpreneurship civitas akademia. Dalam hal ini, penulis ingin

mengkaji pada sektor pelayanan jasa. Dikarenakan dalam suatu lembaga

pelayanan hal awal yang mendasari ialah mencermati bagaimana layanan

yang diberikan oleh lembaga pelayanan. Kegiatan yang dilakukan oleh

lembaga pelayanan tidak hanya berorientas kepada hasil akhir dari proses

yang dilakukan dengan melahirkan sejumlah suatu produk, melainkan

fokus perhatian harus mulai diarahkan pada kualitas layanan dalam

pelaksanaannya.

Untuk meningkatkan kualitas layanan, pusat pengembangan bisnis

UIN Sunan Ampel Surabaya memilih menyediakan pelayanan jasa yang

terbagi atas penyediaan Hotel Greensa Inn & Training Center, Uinsa Tour

& Travel, Property Managemnet, Uinsa Umroh dan Jasa Non Akademik

yang masih menjadi garapan baru Pusat Pengembangan Bisnis UIN Sunan

Ampel Surabaya. Sedangkan untuk Uinsa Press pada tahun ini sudah

diserahkan ke percetakan Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya

(16)

6

Dari paparan diatas, Hal ini yang mendasari bagi penulis untuk

menganalisa bagaimana manajemen layanan jasa dari masing-masing unit

bisnis yang dikembangkan di Pusat Pengembangan Bisnis Universitas

Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya.

B. Fokus Penelitian

Dari latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka

permasalahan yang dapat diangkat dalam penelitian ini adalah

1. Bagaimana manajemen layanan jasa dari masing-masing unit bisnis di

Pusat Pengembangan Bisnis Universitas Islam Negeri Sunan Ampel

Surabaya?

2. Apa saja faktor pendukung dan penghambat yang dihadapi dalam

mengimplementasikan manajemen layanan jasa dari masing-masing

unit bisnis layanan jasa di Pusat Pengembangan Bisnis Universitas

Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka penelitian ini

memiliki tujuan, yaitu:

1. Untuk mendiskripsikan manajemen layanan jasa dari masing-masing

unit bisnis di Pusat Pengembangan Bisnis Universitas Islam Negeri

(17)

7

2. Untuk mengetahui faktor pendukung dan penghambat yang dihadapi

dalam mengimplementasikan manajemen layanan jasa dari

masing-masing unit bisnis layanan jasa di Pusat Pengembangan Bisnis

Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah khazanah

ilmu pengetahuan di bidang pendidikan, khususnya dalam menambah

wawasan tentang manajemen layanan jasa demi terwujudnya layanan

yang baik.

2. Manfaat Praktis

a. Untuk Mahasiswa

Penulis berharap agar hasil penelitian ini dapat membantu

mahasiswa untuk mengetahui bagaimana proses pengimplentasian

manajemen layanan jasa di Pusat Pengembangan Bisnis UIN

Sunan Ampel Surabaya.

b. Untuk Prodi Manajemen Pendidikan Islam

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan di

Prodi Manajemen Pendidikan Islam agar dapat meningkatkan

manajemen layanan jasa yang baik terhadap konsumen

(18)

8

c. Untuk Pusat Pengembangan Bisnis UIN Sunan Ampel Surabaya

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan di

Pusat Pengembangan Bisnis UIN Sunan Ampel Surabaya agar

terus meningkatkan manajemen layanan jasa di masing-masing

bidang bisnis layanan jasa serta mampu memberikan pelayanan

jasa yang terbaik.

d. Untuk Penulis

Diharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi bekal dan

acuan bagi penulis ketika berperan langsung dalam lembaga

pendidikan maupun perusahaan.

E. Definisi Konseptual

Penjelasan istilah penelitian ini penting dikemukaan dalam rangka

mengetahui makna dari judul penelitian ini. Oleh karena itu, agar tidak

terjadi salah penafsiran dalam mengkaji, memahami dan memaknai, maka

perlu dikemukakan penjelasan istilah sebagai berikut :

1. Manajemen Layanan Jasa

Menurut Hersey dan Blanchard manajemen merupakan suatu

proses bagaimana pencapaian sasaran organisasi melalui

kepemimpinan.5 Sedangkan menurut Stoner manajemen merupakan

proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan

usaha-usaha para anggota organisasi dan penggunaan sumber daya

5

Tim Dosen Administrasi Pendidikan UPI, Manajemen Pendidikan, (Bandung: Alfabeta, 2013), h.86

(19)

9

organisasi lainnyaar mencapai tujuan organisasi yang telah

ditetapkan.6

Dengan demikian, menurut penulis manajemen merupakan

kemampuan dan keterampilan khusus yang dimiliki oleh seseorang

(manajer) untuk melakukan suatu kegiatan secara perseorangan

ataupun bersama orang lain dalam upaya mencapai tujuan organisasi

yang ditetapkan secara efektif dan efisien.

Menurut Kotler definisi pelayanan adalah setiap tindakan atau

kegiatan yang dapat ditawarkan oleh suatu pihak kepada pihak lain,

yang pada dasarnya tidak berwujud dan tidak mengakibatkan

kepemilikan apapun. 7 Produksinya dapat dikaitkan atau tidak

dikaitkan pada satu produk fisik.

Sedangkan Jasa menurut Kotler adalah a service to any act or

performance that one party can offer to another that is essentially

intangible and does not result in the ownership ofanytihing. Its

production may or may not tied to a physical product.8 Jasa

merupakan sesuatu yang tidak berwujud, yang melibatkan hubungan

antara penyaji jasa dengan konsumen pemakai dan tidak ada

perpindahan kepemilikan (transfer of ownership) antara keduanya.

6

Tim Dosen Administrasi Pendidikan UPI, Manajemen Pendidikan.

7

Philip Kotler, Manajemen Pemasaran, Terjemahan Hendra Teguh, Ronny A, Rusli, Benjamin Molan, jilid 1 & 2 edisi milenium, (Jakarta: PT Prenhalindo, 2003) h.83.

8

Kotler, manajemen Pemasaran, 44.

(20)

10

Jadi penulis dapat menyimpulkan bahwasanya layanan jasa

merupakan tindakan atau kegiatan yang bersifat tidak berwujud dari

satu pihak kepada pihak lain, yang mana antar pihak terjadi interaksi

yang akan berpengaruh pada hasil jasa yang berdampak pada

pemenuhan kepuasaan konsumen.

Dari paparan diatas, maka penulis dapat menyimpulkan

pengertian manajemen layanan jasa secara keseluruhan adalah

kemampuan melakukan suatu kegiatan (Perencanaan,

pengorganisasian, pengimplentasian dan pengawasan) yang tindakan

atau kegiatannya memiliki sifat tidak berwujud dari satu pihak kepada

pihak lain, yang mana antar pihak terjadi interaksi yang akan

berpengaruh pada hasil jasa yang berdampak pada pemenuhan

kepuasaan konsumen.

2. Pusat Pengembangan Bisnis UIN Sunan Ampel Surabaya

Dalam hal ini lembaga pendidikan UIN Sunan Ampel

Surabaya, merupakan lembaga perguruan tinggi yang menerapkan

pola pengelolaan keuangan Badan Layanan Umum (BLU).9 Hal ini

memungkinkan bahwasannya UIN Sunan ampel Surabaya untuk

membentuk lembaga pelayanan kepada masyarakat berupa penyediaan

barang atau jasa. Lembaga pelayanan ini ialah Pusat Pengembangan

9

Taufik Siraj, Company Profile Pusat Pengembangan Bisnis UIN Sunan Ampel Surabaya, (Surabaya, 2015) h. 7

(21)

11

Bisnis UIN Sunan Ampel Surabaya atau yang biasa disebut dengan

Pusbis.

Ruang lingkup bisnis di Pusat Pengembangan Bisnis UIN

Sunan Ampel Surabaya terbagi atas tiga bidang, antara lain:

a. Bisnis yang bergerak dibidang layanan jasa: Greensa Inn &

Training Center, Uinsa Catering, Uinsa Tour & Travel, Property

Managemnet, Uinsa Press dan Uinsa Umroh dan Jasa

b. Bisnis yang bergerak dibidang penyediaan barang: UINSA Fresh,

Merchandise dan Gallery, dan UINS@MART.10

c. Bisnis yang bergerak dibidang penumbuhkembangkan jiwa

Enterpreneurship civitas akademia: Bisnis Jasa Akademik UINSA

(Pelatihan dan Konsultan).

F. Keaslian Penelitian

Pada penelitian terdahulu penulis tidak menemukan jurnal maupun

skripsi yang sama. Akan tetapi ada kemiripan dengan penelitian yang akan

dilakukan.

Penelitian Fatkuroji Tahun 2015 dengan judul Desain Model

Manajemen Pemasaran Berbasis Layanan Jasa Pendidikan pada MTs

Swasta Se-Kota Semarang, dari hasil analisis dalam penelitian ini dapat

disimpulkan bahwasannya pelaksanaan desain model pengembangan

manajemen pemasaran berbasis layanan jasa terdiri atas tiga fungsi yaitu

10

Siraj, Company Profile.

(22)

12

perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. Dimana tahap awal yakni

perencanaan meliputi analisis kebutuhan pelanggan, menetapkan program

layanan MTs dengan memperhatikan kebutuhan dan karakter pelanggan,

melakukan analisis SWOT MTs, memperhatikan visi, misi dan tujuan

MTs, dan kejelasan kebijakan layanan pemasaran di MTs. Kedua, tahap

pelaksanaan meliputi mengimplementasikan program layanan pendidikan

MTs, kebijakan strategi pemasaran pendidikan melalui program unggulan,

memperhatikan kepuasan pelanggan, target pelanggan dan segmen pasar

yang jelas, dan memperhatikan indikator relevansi analasis kebutuhan

masyarakat dengan layanan pendidikan MTs. Dan tahap ketiga, evaluasi

meliputi bagaimana animo siswa masuk ke MTs, bagaimana output dan

outcame serta loyalitas pelanggan pada MTs tersebut.11 Dalam penelitian

ini, persamaan dengan judul penulis ialah bagaimana cara kerja

manajemen yang berorientasi dengan layanan jasa dalam lingkup lembaga

pendidikan, sedangkan perbedaannya ialah manajemen yang digunakan

penelitian ini berupa manajemen pemasaran yang berbasis layanan jasa

pendidikan, sedangkan penulis menggunakan manajemen pemasaran yang

berbasis layanan jasa yang bergerak dalam bidang bisnis di dunia

pendidikan.

Penelitian Hendra Hadiwijaya Tahun 2011 dengan judul Persepsi

Siswa Terhadap Pelayanan Jasa Pendidikan Pada Lembaga Pendidikan

El Rahma Palembang, dari hasil analisis penelitian ini, dapat disimpulkan

11

Fatkuroji, “Desain Model Manajemen Pemasaran Berbasis Layanan Jasa Pendidikan pada MTs Swasta Se-Kota Semarang”, Vol 9, No. 1 (April 2015).

(23)

13

bahwasannya bahwa ada 15 faktor yang menjadi acuan siswa dalam

menilai tentang pelayanan jasa lembaga pendidikan El Rahma Palembang

yakni meliputi: Kondisi, penampilan para staf, ketersediaan sarana dan

media yang digunakan dalam belajar, kenyamanan ruang belajar, lokasi

gedung yang strategis, saranan area parkir yang dimiliki lembaga, Materi

pelajaran yang benar-benar sesuai dengan kebutuhan dunia kerja, jadwal

belajar yang akurat, cara penyampaikan materi kepada siswa, cara

instruktur melakukan pendekatan dengan siswa, perhatian dan kepedulian

instruktur terhadap partisipasi siswa dalam belajar, pemberian pelayanan

tanpa memandang status sosial, kemampuan staf menangani masalah

dalam proses belajar, kemudahan dalam mengakses fasilitas belajar,

instruktur yang memiliki kemampuan dan keahlian di bidangnya,

keramahan dan kesopanan para staf dalam memberikan pelayanan.12

Dalam penelitian ini, persamaan dengan judul penulis ialah bagaimana

cara kerja layanan jasa yang diberikan lembaga pendidikan, sedangkan

perbedaannya ialah dalam penelitian ini, untuk mengukur cara kerja

layanan jasa yang telah diberikan oleh lembaga pendidikan menggunakan

persepsi dari peserta didik, sedangkan penulis untuk mengukur kinerja

layanan menggunakan wawancara dengan karyawan atau pegawai di pusat

pengambangan bisnis tentang bagaimana pengelolaannya sehingga

menjadi unit bisnis yang sangat berkembang.

12

Hendra Hadiwijaya, “Persepsi Siswa Terhadap Pelayanan Jasa Pendidikan Pada Lembaga Pendidikan El Rahma Palembang”, Vol 1, No.3 (September 2011).

(24)

14

Jadi perbedaan antara beberapa penelitian terdahulu dengan

penelitian peneliti tentang Manajemen Layanan jasa adalah dari penelitian

terdahulu biasanya meneliti tentang pengelolaan layanan jasa di bagian

administrasi sekolah, sedangkan dari penelitian ini peniliti mengambil

tentang pengelolaan layanan jasa yang berpusat pada lembaga Bisnis di

Perguruan Tinggi.

G. Sistematika Pembahasan

Untuk mempermudah dalam pembahasan dan penyusunan proposal

ini, maka penulis akan menyajikan pembahasan ke dalam beberapa bab

yang sistematika pembahasannya adalah sebagai berikut :

Bab I Pendahuluan, merupakan tahapan awal dasar dari proposal

penelitian ini. Yang meliputi: latar belakang penelitian yang

menggambarkan problematika yang melatar belakangi mengapa penelitian

ini dianggap penting untuk diteliti, fokus penelitian yang merupakan

rumusan dalam bentuk pertanyaan, tujuan penelitian yang merupakan

tujuan penelitian yang diharapkan, manfaat penelitian yang merupakan

implikasi teoritis dan praktis dari hasil yang diperoleh, definisi konseptual

yang merupakan penjelasan singkat terkait dengan judul peneliti, keaslian

penelitian yang menguraikan beberapa hasil penelitian terdahulu dan

sistematika pembahasan yang berisi uraian bab, sub bab yang ditulis dalam

(25)

15

Bab II Kajian Pustaka, dalam bagian ini materi menjelaskan

tentang kajian teori dan objek kajian yang dikaji, penjelasannya meliputi:

pengertian manajemen layanan jasa, proses manajemen layanan jasa, dan

mengklasifikasi layanan jasa.

Bab III Metode Penelitian, pembahasan pada bab ini meliputi

metode yang digunakan dalam penelitian. Bab ini berisikan Jenis

penelitian, Lokasi Penelitian, Sumber Data Dan Informasi Penelitian,

Prosedur Analisis Dan Interprestasi Data dan keabsahan data.

Bab IV Penyajian Data dan Analisis Data, dimana hasil penelitian

dan pembahasan bab ini menjelaskan secara rinci tentang deskripsi subjek,

temuan-temuan data yang ditemukan selama melakukan penelitian dan

mengupas secara tuntas mendalam hasil penelitian tentang Manajemen

Layanan Jasa di Pusat Pengembangan Bisnis Islam Negeri Sunan Ampel

Surabaya.

Bab V meruapakan Penutup, bab ini sebagai akhir dari rangkaian

penelitian yang dilakukan oleh penulis, yang memaparkan jawaban dari

rumusan masalah yang diajukan oleh penulis serta implikasi teoritik

terhadap pendidikan Islam. Oleh karena itu, bab ini tersistematika menjadi

2 sub bab, yaitu kesimpulan dan saran-saran dari penulis untuk

(26)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Manajemen Layanan Jasa

1. Pengertian Manajemen Layanan Jasa

Kata manajemen berasal dari bahasa Latin, yaitu dari asal kata

manus yang berarti tangan dan agere yang berarti melakukan.

Kata-kata itu digabung menjadi Kata-kata kerja managere yang artinya

menangani. Kemudian managere diterjemahkan dalam bahasa Inggris

dalam bentuk kata kerja to manage yang berarti control, dengan kata

benda management dan manager untuk orang yang melakukan

kegiatan manajemen. 1 Akhirnya, management Dalam bahasa

indonesia dapat diartikan mengendalikan, menangani atau mengelola.2

Pada abad 20, diawali oleh karya Mary Parker Follet yang

mendefinisikan manajemen sebagai seni melaksanakan segala sesuatu

melalui manusia.3

Setiap orang memiliki pandangan yang berbeda tentang

manajemen. Namun kebanyakan dari pemikiran-pemikiran para ahli

menyatakan bahwa manajemen merupakan suatu proses tertentu yang

menggunakan kemampuan atau keahlian untuk mencapai suatu tujuan

yang di dalam pelaksanaannya dapat mengikuti alur keilmuan secara

1

Husaini Usma, Manajemen Teori, Praktik dan Riset Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2010) h.5

2

Yayat M. Herujito, Dasar-dasar Manajemen, (Bandung: Grasindo, 2011) h.1.

3

Jan Hoesada, Taksonomi Ilmu Manajemen, (Yogyakarta: Penerbit Andi, 2013) h. 52.

(27)

17

ilmiah dan dapat pula menonjolkan kekhasan atau gaya

manajer dalam mendayagunakan kemampuan orang lain.4

Menurut Hersey dan Blanchard manajemen merupakan suatu

proses bagaimana pencapaian sasaran organisasi melalui

kepemimpinan.5 Sedangkan menurut Stoner manajemen merupakan

proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan

usaha-usaha para anggota organisasi dan penggunaan sumber daya

organisasi lainnya agar mencapai tujuan organisasi yang telah

ditetapkan.6

Dengan demikian, menurut peneliti manajemen merupakan

kemampuan dan keterampilan khusus yang dimiliki oleh seseorang

(manajer) untuk melakukan suatu kegiatan secara perseorangan

ataupun bersama orang lain dalam upaya mencapai tujuan organisasi

yang ditetapkan secara efektif dan efisien.

Sedangkan berdasarkan kamus besar bahasa Indonesia,

“pelayanan” memiliki kata dasar “layan” yang artinya 1) perihal atau

cara melayani; 2) usaha melayani kebutuhan orang lain dengan

memperoleh imbalan (uang) atau jasa; 3) kemudahan yang diberikan

sehubungan dengan jual beri barang atau jasa.7 Menurut Kotler

definisi pelayanan adalah setiap tindakan atau kegiatan yang dapat

4

Tim Dosen Administrasi Pendidikan UPI, Manajemen Pendidikan, (Bandung: Alfabeta, 2013), h. 86.

5

Ibid,.

6

Ibid,.

7

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia

(Jakarta: Balai Pustaka, 2005), Cet Ke- III, 646.

(28)

18

ditawarkan oleh suatu pihak kepada pihak lain, yang pada dasarnya

tidak berwujud dan tidak mengakibatkan kepemilikan apapun.8

Produksinya dapat dikaitkan atau tidak dikaitkan pada satu produk

fisik.

Jasa merupakan aktivitas, manfaat atau kepuasan yang

ditawarkan untuk dijual. Jasa berupa suatu kegiatan yang bermanfaat

bagi pihak lain dalam memenuhi keinginan dan kebutuhannya. Kotler

mengemukakan pengertian jasa adalah a service to any act or

performance that one party can offer to another that is essentially

intangible and does not result in the ownership ofanytihing. Its

production may or may not tied to a physical product.9 Jasa

merupakan sesuatu yang tidak berwujud, yang melibatkan hubungan

antara penyaji jasa dengan konsumen pemakai dan tidak ada

perpindahan kepemilikan (transfer of ownership) antara keduanya.

Jadi penulis dapat menyimpulkan bahwasanya layanan jasa

merupakan tindakan atau kegiatan yang bersifat tidak berwujud dari

satu pihak kepada pihak lain, yang mana antar pihak terjadi interaksi

yang akan berpengaruh pada hasil jasa yang berdampak pada

pemenuhan kepuasaan konsumen.

8

Philip Kotler, Manajemen Pemasaran, Terjemahan Hendra Teguh, Ronny A, Rusli, Benjamin Molan, jilid 1 & 2 edisi milenium,( Jakarta: PT Prenhalindo,2003) h. 83.

9

Ibid,.h. 44.

(29)

19

Manajemen layanan merupakan proses penerapan ilmu dan

seni untuk menyusun rencana, mengimplementasikan rencana,

mengkoordinasikan dan menyelesaikan aktifitas-aktifitas pelayanan

demi tercapainya tujuan-tujuan pelayanan.10

Adapun dalam pembagian jenis-jenis pelayanan dapat dibagi

atas tiga pelayanan yaitu:

1. Pelayanan fisik (Barang) yaitu pelayanan yang menghasilkan

berbagai bentuk atau jenis barang yang dapat digunakan oleh

publik, misalnya penyediaan air bersih.

2. Pelayanan non fisik (Jasa) yaitu pelayanan yang menghasilkan

berbagai bentuk jasa yang dibutuhkan oleh publik, misalnya

pendidikan.

3. Pelayanan administrasi yaitu pelayanan yang menghasilkan

berbagai bentuk dokumen resmi yang dibutuhkan oleh publik,

misalnya status kewarganegaraan.11

Dari paparan pendapat menurut para ahli di atas penulis dapat

menyimpulkan bahwasanya manajemen layanan jasa adalah

kemampuan melakukan suatu kegiatan (Perencanaan,

pengorganisasian, pengimplentasian dan pengawasan) yang tindakan

atau kegiatannya memiliki sifat tidak berwujud dari satu pihak kepada

pihak lain, yang mana antar pihak terjadi interaksi yang akan

10

Rivan Pradipta W, “Manajemen Pelayanan”, di akses pada tanggal 2 Desember 2016, http://rivanpradipta.blogspot.co.id/2012/10/manajemen-pelayanan.html?m=1.

11

Pradipta, “Manajemen Pelayanan.”

(30)

20

berpengaruh pada hasil jasa yang berdampak pada pemenuhan

kepuasaan konsumen.

2. Prinsip-prinsip Layanan Jasa

Dalam memasarkan produknya produsen atau penjual selalu

berusaha untuk memuaskan keinginan dan kebutuhan para konsumen.

Dalam usaha tersebut tidak terlepas dari adanya pelayanan terhadap

jasa yang telah ditawarkan. Agar loyalitas konsumen semakin melekat

erat, maka penyedia jasa perlu menguasai lima unsur prinsip yaitu:

a. Cepat

Yang dimaksud dengan kecepatan di sini adalah waktu

yang digunakan dalam melayani konsumen minimal sama dengan

batas waktu dalam standar pelayanan yang ditentukan oleh

perusahaan. Bila konsumen menetapkan membeli suatu produk,

tidak saja harga yang dinilai dengan uang tetapi juga dilihat dari

faktor waktu. Di Pusat Pengembangan Bisnis Universitas Islam

Negeri Sunan Ampel Surbaya

b. Tepat

Kecepatan tanpa ketepatan dalam bekerja tidak menjamin

kepuasan konsumen, karena tidak akan dapat memenuhi keinginan

dan harapan konsumen. Oleh karena itu, ketepatan sangat penting

(31)

21

c. Aman

Dalam melayani konsumen, para petugas pelayanan harus

memberikan perasaan aman pada konsumen. Tanpa perasaan aman

di dalam hatinya niscaya konsumen akan berpikir dua kali jika

harus kembali ke tempat tersebut. Rasa aman yang dimaksudkan di

sini adalah selain rasa aman fisik adalah rasa aman psikis. Dengan

adanya keamanan maka seorang konsumen akan merasa tentram

dan mempunyai banyak kesempatan untuk memilih dan

memutuskan apa yang diinginkan.

4. Ramah

Dalam dunia pelayanan umumnya masih menggunakan

perasaan dan mencampuradukkan antara kepentingan melayani dan

perasaan sendiri. Jika penjual tersebut beramah tamah secara

profesional terhadap konsumen , niscaya perusahaan dapat lebih

meningkatkan hasil penjualan karena kepuasan konsumen yang

akan membuat konsumen menjadi loyal.

5. Nyaman

Jika rasa nyaman dapat diberikan pada konsumen, maka

konsumen akan berulang kali menggunakan jasa atau produk yang

ditawarkan. Jika konsumen merasa tenang, tenteram, dalam proses

pelayanan tersebut konsumen akan memberikan kesempatan

kepada perusahaan untuk menjual produk jasa yang

(32)

22

ditawarkan. Pelanggan juga akan lebih leluasa dalam menentukan

pilihan sesuai dengan yang diinginkan.12

3. Karakteristik Layanan Jasa

Pada dasarnya cukup banyak karakteristik suatu pelayanan

dimana karakteristik pelayanan mempunyai kekuatan untuk

mempengaruhi tingkat kepuasan dan penampilan kerja karyawan. Hal

ini dapat dilihat pada berbagai perumusan karakteristik yang dibuat

oleh para ahli. Menurut Simamora karakteristik layanan jasa terdiri

atas empat, yaitu:

a. Intangibility (tidak berwujud) Layanan jasa yang bersifat

intangibility artinya tidak dapat dilihat, dirasa, diraba, dicium, dan

didengar sebelum dibeli. Seseorang tidak dapat menilai hasil dari

layanan sebelum ia menikmatinya sendiri. Untuk mengurangi

ketidakpastian, konsumen akan mencari tanda atau bukti dari

kualitas jasa tersebut.

b. Inseparability (tidak terpisahkan) Layanan jasa biasanya dijual

terlebih dahulu baru kemudian diproduksi dan dikonsumsi secara

bersamaan. Jika seseorang melakukan layanan maka penyedianya

adalah bagian dari layanan. Karena konsumen juga hadir pada saat

layanan itu dilakukan, interaksi antara penyedia layanan dan

konsumen merupakan ciri khusus dalam pemasaran layanan jasa.

12

Zurni Zahara Samosir, “Pengaruh Kualitas Pelayanan Terhadap Kepuasan Mahasiswa Menggunakan Perpustakaan Unversitas Sumantra”, Vol.1, No.1 (Juni 2016) h. 5-6

(33)

23

c. Variability (bervariasi) Layanan jasa sangat bersifat variabel karena

merupakan nonstandardized output, artinya banyak variasi bentuk,

kualitas dan jenis, tergantung pada siapa, kapan dan dimana

layanan tersebut dihasilkan.

d. Perishability (mudah lenyap) Layanan jasa merupakan komoditas

yang tidak dapat tahan lama dan tidak dapat disimpan. Sehingga

dapat dikatakan bahwa jasa dihasilkan pada saat ada permintaan

akan jasa tersebut dan permintaan ini tidak dapat ditunda.13

Sedangkan menurut dari berbagai riset dan literatur pemasaran

layanan jasa mengungkapkan bahwasannya layanan jasa memiliki

karakteristik unik yang membedakannya dari barang, karakteristik ini

terdiri atas:

a. Intangibility, layanan jasa berbeda dengan barang. Bila barang

merupakan suatu objek, alat atau benda maka jasa adalah suatu

perbuatan, tindakan, pengalaman, proses, kinerja atau usaha. Oleh

sebab itu jasa tidak dapat dilihat, dirasa, dicium, didengar atau

diraba sebelum dibeli dan dikonsumsi.

b. Inseparability, barang biasanya diproduksi, kemudian di jual, lalu

dikonsumsi. Sedangkan layanan jasa umumnya dijual terlebih

dahulu, baru kemudian diproduksi dan dikonsumsi pada waktu dan

tempat yang sama.

13

Simamora Bilson, Memenangkan Pasar dengan Pemasaran Efektifdan Profitabel, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2001), h.175

(34)

24

c. Variability, jasa bersifat sangat variabel karena merupakan

nonstandardized output, artinya banyak variasi bentuk, kualitas dan

jenis, tergantung pada siapa, kapan dan dimana layanan tersebut

dihasilkan.

d. Perishability, jasa tidak tahan lama dan tidak dapat disimpan.

e. Lack of ownership, merupakan perbedaan dasar antar jasa dan

barang. Pada pembelian barang, konsumen memiliki hak penuh

atas penggunaan dan manfaat produk yang dibelinya. Mereka bisa

mengonsumsi, menyimpan dan menjualnya. Di lain pihak, pada

pembelian jasa, para konsumen mungkin hanya memiliki akses

personal atas suatu jasa untuk jangka waktu yang terbatas.14

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwasannya

pelayanan jasa tidak dapat dilihat, dirasa, diraba, didengar, atau

dicium sebelum pelayanan yang diberikan digunakan oleh para

konsumen, pelyanan jasa umumnya dijual terlebih dahulu baru bisa

diproduksi dan dikonsumi, pelayanan jasa juga memiliki banyak

variasi bentuk, jenis dan kualitas tergantung keada siapa dan diaman

jasa itu digunakan, dan layanan jasa tidak dapat tahan lama dan

disimpan. Dengan demikian, pelayanan jasa yang diberikan oleh

penyedia jasa kepada konsumen didesain khusus untuk memenuhi

kebutuhan para konsumen.

14

Tjiptono Fandy, Pemasaran Jasa, (Malang: Bayumedia Publishing, 2005) h.18-22

(35)

25

B. Proses Manajemen Layanan Jasa

Proses manajemen merupakan seperangkat kegiatan-kegiatan yang

digunakan oleh manajemen untuk melaksanakan fungsi-fungsi manajemen

yang meliputi, planning, organizing, actuating dan evaluation.15 Adapun

fungsi-fungsi manajemen dalam menerapkan layanan jasa:

1. Perencanaan Layanan Jasa

Dalam hal ini tidak terlepas dari karakteristik jasa, dimana jasa

ditidak dapat dilihat, dirasa, diraba, didengar atau dicium. Bagi

konsumen, ketidakpastian dalam pembelian jasa relatif tinggi,

dikarenakan terbatasnya karakteristik fisik yang tidak dapat dievaluasi

oleh para konsumen (search qualities). Untuk mengurangi

ketidakpastian ini, maka para konsumen akan mencari bukti mutu dari

layanan jasa yang diberikan oleh penyedia jasa, di antaranya mereka

akan menarik kesimpulan mengenai jasa yang ditawarkan (produk),

tempat (place), harga (price), promosi (promotion), orang (people),

bukti fisik (physical evidence) dan proses (process) atau yang biasa

disebut dengan 7P.16

Untuk itu, penyedia jasa membuat perencanaan mengenai 7P

untuk meminimalisir ketidakpastian konsumen dalam membeli jasa

yang ditawarkan, di antaranya:

15

Muhammad Fahmi, “Proses Manajemen”, Di akses pada tanggal 8 Februari 2017, http://www.academia.edu/6403335/proses-manajemen

16

Modul Universitas Pendidikan Indonesia, Pemasaran Pendiidikan, h. 223-225.

(36)

26

a. Produk jasa yang ditawarkan (product)

Menurut Kotler, produk adalah segala sesuatu yang dapat

ditawarkan produsen untuk diperhatikan, diminta, dibeli, dicari,

digunakan atau dikonsumsi pasar sebagai pemenuhan kebutuhan

atau keinginan pasar yang bersangkutan.17 Sedangkan menurut

Keegan produk adalah koleksi sifat-sifat fisik, jasa dan simbolik

yang menghasilkan kepuasan, manfaat, bagi seorang konsumen

atau pembeli.

Produk dalam kontek jasa di lembaga bisnis pendidikan

adalah layanan jasa yang ditawarkan oleh lembaga berupa layanan

jasa yang variatif, sekiranya jasa yang ditawarkan merupakan

kebutuhan atau keinginan dari para konsumen.

b. Tempat (place)

Place adalah letak lokasi yang mempunyai peran yang

sangat penting, karena lingkungan dimana jasa disampaikan

merupakan bagian dari nilai dan manfaat jasa yang dipersepsikan

cukup berperan sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan

pilihan.

Dalam hal ini penyedia jasa perlu mempertimbangkan

faktor-faktor sebagai berikut:

1) Akses yaitu kemudahan mencapai lokasi.

17

Buchori Alma dan Ratih Hurriyati, Manajemen Corporate & Strategi Pemasaran Jasa pendidikan “Fokus Pada Mutu dan Pelayanan Prima”, (Bandung: Alfabeta, 2009), Cet.2. h. 156

(37)

27

2) Vasibilitas yaitu lembaga tersebut dapat terlihat dengan jelas

keberadaan fisiknya.

3) Eksterior dan interiornya seharusnya mempunyai sudut-sudut

yang bersih.

c. Harga (price)

Harga merupakan elemen yang sejajar dengan mutu produk,

dimana apabila mutu dari suatu produk baik, maka harga yang

ditetapkan akan lebih tinggi sepanjang dirasa dalam batas

jangkauan konsumen. Akan tetapi ketika hendak menentukan harga

maka harus mempertimbangkan terhadap sasaran yang hendak

dicapai.

d. Promosi (promotion)

Promosi merupakan aktivitas pemasaran yang berusaha

menyebarkan informasi, mempengaruhi atau membujuk atas

lembaga dan produknya agar konsumen bersedia menerima,

membeli, dan loyal terhadap produk yang ditawarkan oleh lembaga

tersebut. Aktivitas ini tentang bagaimana memberitahu kepada

konsumen tentang keberadaan suatu produk jasa. Aspek yang harus

dipertimbangkan dalam promosi ialah membuat iklan, promosi

penjualan, publisitas.

e. Orang (people)

Menurut Zeithaml and Bitner, people adalah semua pelaku

(38)

28

mempengaruhi persepsi konsumen. Elemen-elemen dari people ini

adalah karyawan dan konsumen dalam lingkungan lain. Semua

sikap atau tindakan karyawan, bahkan cara berpakaian dan

penampilan karyawan mempunyai pengaruh terhadap persepsi

konsumen atau keberhasilan penyampaian jasa.18

f. Bukti fisik (physical evidence)

Bukti fisik (physical evidence) merupakan sarana prasarana

yang mendukung proses penyampaian jasa sehingga akan

membantu tercapainya janji lembaga kepada para konsumenya.

Sarana fisik ini merupakan suatu hal yang scara nyata akan

mempengaruhi keputusan para konsumen untuk membeli dan

menggunakan produk jasa yang telah ditawarkan.

g. Proses (process)

Dengan demikian proses penyampaian jasa ini merupakan

inti dari suluruh pelaksanan pelayanan terhadap jasa yang

ditawarkan oleh para konsumen. Kualitas dalam seluruh elemen

diatas menjadi hal yang sangat penting untuk mementukan

keberhasilan proses pembelajaran sekaligus bahan evaluasi

terhadap pengelolaan lembaga bisnis dan citra yang terbentuk akan

membentuk sirkulasi dalam merekrut para konsumen.19

18

Buchori Alma dan Ratih Hurriyati, Manajemen Corporate & Strategi Pemasaran Jasa pendidikan “Fokus Pada Mutu dan Pelayanan Prima”.

19

Modul Universitas Pendidikan Indonesia, Pemasaran Pendiidikan, h. 223-225.

(39)

29

2. Pengorganisasian Layanan Jasa

Pengoranisasian layanan jasa merupakan proses yang

menyangkut bagaimana strategi dan taktik yang telah dirumuskan

dalam perencanaan didesain dalam sebuah struktur organisasi yang

tepat dan tangguh, sistem dan lingkungan organisasi yang kondusif

dan dapat memastikan bahwa semua pihak yang terlibat dalam

organisasi dapat bekerja secara efektif dan efisien guna pencapaian

tujuan organisasi tentang memberikaan layanan jasa yang baik untuk

pelanggan atau konsumen. Berikut ini beberapa kegiatan yang

dilakukan dalam pengorganisasian layanan jasa adalah sebagai

berikut:

a. Menglokasikan sumber daya, merumuskan dan menetapkan tugas,

dan menetapkan prosedur yang diperlukan.

b. Menetapkan struktur organisasi yang menunjukkan adanya garis

kewenangan dan tanggung jawab.

c. Kegiatan penempatan sumber daya manusia pada posisi yang

paling tepat, sesuai dengan bidangnya.20

3. Pelaksanaan Layanan Jasa

Dalam hal ini untuk penunjang layanan jasa yang telah

ditawarkan kepada para konsumen maka dalam pelaksanaannya

diperlukan Konsep dalam meningkatkan kualitas pelayanan jasa.

20

Nur Azmiz, “Fungsi Manajemen POAC Pada Manajemen Proyek dan resiko”, di akses pada tanggal 2 Desember 2016, http://nurazmiz.blogspot.co.id/2017/03/fungsi-manajemen-poac-pada-manajemen.html?m=1

(40)

30

Konsep ini yang merupakan faktor penilaian yang merefleksikan

persepsi konsumen terhadap lima dimensi spesifik dari kinerja

layanan. Menurut Tjiptono, menyimpulkan bahwa ada lima dimensi

ServQual (Service Quality) yang dipakai untuk mengukur kualitas

dalam pelaksanaan pelayanan jasa, yaitu:

a. Tangibles

Tangibles merupakan bukti nyata dari kepedulian dan

perhatian yang diberikan oleh penyedia jasa kepada konsumen.

Pentingnya dimensi tangibles ini akan menumbuhkan image

penyedia jasa terutama bagi konsumen baru dalam mengevaluasi

kualitas jasa. Perusahaan yang tidak memperhatikan fasilitas

fisiknya akan menumbuhkan kebingungan atau bahkan merusak

image perusahaan. Jadi yang dimaksud dengan dimensi tangibles

adalah suatu lingkungan fisik di mana jasa disampaikan dan di

mana perusahaan dan konsumennya berinteraksi dan

komponen-komponen tangibles akan memfasilitasi komunikasi jasa tersebut.

Komponen-komponen dari dimensi tangibles meliputi penampilan

fisik seperti gedung, ruangan front-ofifce, tempat parkir,

kebersihan, kerapian, kenyamanan ruangan, dan penampilan

karyawan.

b. Reliability

Reliability atau keandalan merupakan kemampuan

(41)

31

dijanjikan secara tepat waktu. Pentingnya dimensi ini adalah

kepuasan konsumen akan menurun bila jasa yang diberikan tidak

sesuai dengan yang dijanjikan. Jadi komponen atau unsur dimensi

reliability ini merupakan kemampuan perusahaan dalam

menyampaikan jasa secara tepat dan pembebanan biaya secara

tepat.

c. Responsiveness

Responsiveness atau daya tanggap merupakan kemampuan

perusahaan yang dilakukan langsung oleh karyawan untuk

memberikan pelayanan dengan cepat dan tanggap. Daya tanggap

dapat menumbuhkan persepsi yang positif terhadap kualitas jasa

yang diberikan. Termasuk di dalamnya jika terjadi kegagalan atau

keterlambatan dalam penyampaian jasa, pihak penyedia jasa

berusaha memperbaiki atau meminimalkan kerugian konsumen

dengan segera. Dimensi ini menekankan pada perhatian dan

kecepatan karyawan yang terlibat untuk menanggapi permintaan,

pertanyaan, dan keluhan konsumen. Jadi komponen atau unsur dari

dimensi ini terdiri dari kesigapan karyawan dalam melayani

pelanggan, kecepatan karyawan dalam melayani pelanggan, dan

penanganan keluhan pelanggan.

d. Assurance

Assurance atau jaminan merupakan pengetahuan dan perilaku

(42)

32

konsumen dalam mengkonsumsi jasa yang ditawarkan. Dimensi ini

sangat penting karena melibatkan persepsi konsumen terhadap

risiko ketidakpastian yang tinggi terhadap kemampauan penyedia

jasa. Perusahaan membangun kepercayaan dan kesetiaan

konsumen melalui karyawan yang terlibat langsung menangani

konsumen. Jadi komponen dari dimensi ini terdiri dari kompetensi

karyawan yang meliputi ketrampilan, pengetahuan yang dimiliki

karyawan untuk melakukan pelayanan dan kredibilitas perusahaan

yang meliputi hal-hal yang berhubungan dengan kepercayaan

konsumen kepada perusahaan seperti, reputasi perusahaan, prestasi

dan lain-lain. Selain itu anggota perusahaan harus bersikap ramah

dengan menyapa pelanggan yang datang. Dalam hal ini perilaku

para karyawan harus membuat konsumen tenang dan merasa

perusahaan dapat menjamin jasa pelayanan yang dibutuhkan

pelanggan.

e. Emphaty

Emphaty merupakan kemampuan perusahaan yang

dilakukan langsung oleh karyawan untuk memberikan perhatian

kepada konsumen secara individu, termasuk juga kepekaan akan

kebutuhan konsumen. Jadi komponen dari dimensi ini merupakan

gabungan dari akses (acces) yaitu kemudahan untuk memanfaatkan

jasa yang ditawarkan oleh perusahaan, komunikasi merupakan

(43)

33

konsumen atau memperoleh masukan dari konsumen dan

pemahaman merupakan usaha untuk mengetahui dan memahami

kebutuhan dan keinginan konsumen. Untuk mewujudkan sikap

empati, setiap anggota perusahaan hendaknya dapat mengelola

waktu agar mudah dihubungi, baik melalui telepon ataupun

bertemu langsung.21

4. Evaluasi Layanan Jasa

Dalam hal ini, evalusi layanan jasa sangat erat kaitannya

terhadap kuliatas produk jasa yang telah ditawarkan kepada

koonsumen dan bagaimana tanggapan dari konsumen tentang

kepuasaan terhadap produk jasa yang telah ditawarkan.

Kualitas memiliki hubungan yang erat dengan kepuasan

konsumen. Kualitas memberikan suatu dorongan kepada pelanggan

untuk menjalin ikatan hubungan yang kuat dengan suatu perusahaan.

Menurut Engel Kepuasan pelanggan merupakan evaluasi purna beli

dimana alternatif yang dipilih sekurangkurangnya memberikan hasil

(outcome) yang sama atau melampaui harapan pelanggan, sedangkan

ketidakpuasan timbul apabila hasil yang diperoleh tidak memenuhi

harapan pelanggan.22 Sedangkan Menurut Kotler kepuasan pelanggan

adalah perasaan senang atau kecewa seseorang yang muncul setelah

membandingkan kinerja (hasil) produk yang muncul setelah

21

Tjiptono Fandy, Manajemen Jasa, (Yogyakarta: Andi Offset, 2001), h. 70

22

Ibid,. h. 126

(44)

34

membandingkan kinerja (atau hasil) yang diharapkan. Jika kinerja

berada di bawah harapan, pelanggan tidak puas. Jika kinerja

memenuhi harapan pelanggan puas. Jika kinerja melebihi harapan,

pelanggan amat puas atau senang”.23

Dari definisi di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa kepuasan

konsumen ditinjau dari mengenai apa yang telah dirasakan pelanggan

atas pelayanan yang telah diberikan dibandingkan dengan apa yang

mereka inginkan. Para konsumen akan merasa puas bila keinginan

mereka telah terpenuhi oleh perusahaan sesuai dengan yang

diharapkan. Dengan adanya nilai tambah dari suatu produk, maka para

konsumen menjadi lebih puas dan kemungkinan untuk menjadi

pelanggan suatu produk tersebut dalam waktu lama akan sangat besar.

Kepuasan para konsumen dapat dipengaruhi oleh berbagai

macam faktor, antara lain kualitas produk, pelayanan, aktivitas

penjualan, dan nilai-nilai perusahaan. Untuk menghadapi persaingan

dan perubahan perilaku konsumen tersebut maka banyak perusahaan

yang berpusat pada para konsumen yang dapat memberikan nilai

superior kepada mereka, dan memenangkan persaingan. Suatu

perusahaan akan mempertahankan para konsumennya yang senantiasa

menggunaka produk mereka dibandingkan menarik pelanggan yang

baru. Kunci untuk mempertahankan pelanggan adalah dengan

memberikan kepuasan pelanggan yang tinggi. Pelanggan yang merasa

23

Philip Kotler, Manajemen Pemasaran, (Jakarta: Indeks, 2007), h. 177

(45)

35

puas akan bersedia datang kembali mengulangi pembeliannya dan

merekomendasikan kepada orang lain untuk membeli.

a. Faktor-faktor Kepuasan Pelanggan

Menurut Lupiyoadi Kepuasan pelanggan dipengaruhi oleh

beberapa faktor, yaitu :

1) Mutu produk atau jasa, Mengenai mutu produk atau jasa yang

lebih bermutu dilihat dari fisiknya.

2) Mutu Pelayanan, Berbagai jenis pelayanan akan selalu dikritik

oleh pelanggan, tetapi bila pelayanan memenuhi harapan

pelanggan maka secara tidak langsung pelayanan dikatakan

bermutu. Contohnya pelayanan pengaduan pelanggan segera

diatasi atau tanggapan atas keluhan pelanggan.

3) Harga, Harga adalah hal yang paling sensitif untuk memenuhi

kebutuhan pelanggan. Pelanggan akan cenderung memilih

produk atau jasa yang memberikan penawaran harga lebih

rendah dari yang lain.

4) Waktu penyerahan, Maksudnya bahwa baik pendistribusian

maupun penyerahan jasa dari perusahaan bisa tepat waktu dan

sesuai dengan perjanjian yang telah disepakati.

5) Keamanan, Pelanggan akan merasa puas bila produk atau jasa

yang digunakan ada jaminan keamanannya yang tidak

membahayakan pelanggan tersebut.24

24

Rambat Lupiyodi, Manajemen Pemasaran Jasa, (Jakarta: Salemba Empat), h. 158

(46)

36

b. Mengukur Kepuasan Pelanggan

Menurut Kotler ada empat metode untuk mengukur

kepuasan pelanggan, yaitu:

1) Sistem Keluhan dan Saran, yang berwawasan pelanggan akan

menyediakan formulir bagi pelanggan untuk melaporkan

kesuakaan dan keluhannya. Selain itu dapat berupa kotak saran

dan telepon pengaduan bagi pelanggan. Alur informasi ini

memberikan banyak gagasan baik dan industri dapat bergerak

lebih cepat untuk menyelesaikan masalah.

2) Survei Kepuasan Pelanggan, tidak dapat menggunakan tingkat

keluhan sebagai ukuran kepuasan pelanggan yang responsif

mengukur kepuasan pelanggan dengan mengadakan survei

berkala, yaitu dengan mengirimkan daftar pertanyaan atau

menelpon secara acak dari pelanggan untuk mengetahui

perasaan mengetahui perasaan mereka terhadap berbagai kinerja

para karyawan.

3) Ghost Shopping (Pelanggan Bayangan) Pelanggan bayangan

adalah menyuruh orang berpura-pura menjadi pelanggan dan

melaporkan titik-titik kuat maupun titik-titik lemah yang dialami

waktu membeli produk dari lembaga sendiri maupun lembaga

pesaing lainnya.

4) Analisa Kehilangan Pelanggan. Lembaga dapat menghubungi

(47)

37

mengetahui penyebabnya apakah harganya tinggi, pelayanan

kurang baik, produknya kurang dapat diandalkan dan

seterusnya, sehingga dapat dikendalikan. Bukan hanya exit

interview saja yang perlu, tetapi pemantauan customer loss rate

juga penting, dimana peningkatan customer loss rate

menunjukkan kegagalan perusahaan dalam memuaskan

pelanggannya.25

C. Lembaga Bisnis

Dalam kegiatan bisnis banyak sekali lembaga yang berkaitan atau

berhubungan baik secara langsung maupun tidak langsung.

Lembaga-lembaga tersebut ada yang dibentuk oleh pemerintah dan ada pula yang

dibentuk oleh pihak swasta. Adapun pengertian dari lembaga bisnis ialah

badan hukum yang menggunakan dan mengkoordinasi sumber-sumber

ekonomi untuk menyediakan barang dan jasa yang dapat memuaskan

kebutuhan masyarakat.26 Adanya lembaga-lembaga ini ditujukan untuk

mendorong atau memajukan kegiatan perdagangan, untuk dapat mencapai

tingkat perkembangan ekonomi negara yang baik.

Menurut teori manajemen, setiap usaha yang dilakukan oleh

lembaga bisnis adalah untuk mencapai suatu tujuan yang harus dilalui oleh

tahap penecanaan.27 Dikarenakan perencanaan berkaitan dengan masa

25

Tjiptono Fandy, Manajemen Jasa, (Yogyakarta: Andi Offset, 2006), h. 34

26

Taufik Hidayat, “Perusahaan Bisnis”, Di akses pada tanggal 10 Januari 2017, http:// thoples.blogspot.co.id/2013/10/perusahaan-bisnis.html?m=1

27

Raymond Mcleod, sistem informasi manajemen (jakarta PT indeks, 2004) h. 135

(48)

38

yang akan datang. Lembaga bisnis tidak selalu berkaitan dengan

perusahaan. Akan tetapi, pada saat ini banyak lembaga pendidikan yang

juga memiliki lembaga bisnis dengan tujuan untuk meningkatkan

perekonomian dan sebagai bekal bagi anak didiknya untuk

mengembangkan jiwa entrepreneur. Salah satunya lembaga pendidikan

yang memiliki lembaga bisnis ialah Perguruan Tinggi.

Di Perguruan Tinggi, lembaga bisnis juga ada yang dibentuk oleh

pemerintah dan juga ada yang dibentuk oleh pihak swasta. Di Perguruan

Tinggi, Salah satu lembaga bisnis yang dinaungi oleh pemerintah dapat

berstatus Badan Layanan Umum (BLU). ini memiliki sasaran utnuk

memberikan pelayanan kepada masyarakat berupa penyediaan barang atau

jasa tanpa mengutamakan mencari keuntungan.28 Dan dengan adanya

Badan Layanan Umum (BLU) dapat membantu proses pembangunan

usaha baru dan mendorong civitas akademik untuk menjadi pelaku usaha.

Konsep pengembangannya memiliki fokus terhadap pencapaian yang

memiliki kandungan inovasi yang tinggi dengan karakteristik pada nilai

tambah produk atau jasa yang dihasilkan.29

28

Peraturan pendiikan no. 23 tahun 2005

29

LPIK ITB, Inkubasi LPIK, Di akses pada tanggal 8 Februari 2017, http://lpik.itb.ac.id/ies/layanan_ipik

(49)

BAB III

METODE PENELITIHAN

Metode (method), secara harfiah berarti cara. Selain itu metode berasal

dari bahasa yunani, metha, (melalui atau melewati), dan hodos (jalan atau cara),

metode bisa berarti suatu prosedur atau cara untuk mengetahui sesuatu, yang

mempunyai langkah-langkah sistematis.1 Jadi, metode penelitian adalah cara

yang sistematis dan terorganisasi untuk menyelidiki masalah tertentu yang

memerlukan jawaban.

A. Jenis Penelitian

Pendekatan yang digunakan oleh peneliti pada penelitian tentang

manajemen layanan jasa di Pusat Pengembangan Bisnis Universitas Islam

Negeri Sunan Ampel Surabaya adalah pendekatan kualitatif. Berdasarkan

jenisnya, penelitian ini menggunakan penelitian berdasarkan metode

analisis, yaitu terkategori sebagai penelitian kualitatif.

Penelitian kualitatif yang akan digunakan dalam penelitian ini

bercirikan kualitatif deskriptif. Yaitu data yang akan dikumpulkan adalah

berupa kata-kata, gambar dan bukan angka. Dengan demikian, laporan

penelitian akan berisi kutipan-kutipan data untuk memberi gambaran

penyajian laporan tersebut. Data tersebut mungkin berasal dari naskah

wawancara, catatan lapangan, foto, videotape, dokumen pribadi, catatan

atau memo, dan dokumen resmi lainnya. Pada laporan demikian, peneliti

1

Husaini Usman dan Purnomo Setiady Akbar, metodelogi Penelitian Sosial, (Jakarta: Bumi Aksara, 1996), h.42

(50)

40

menganalisis data yang sangat kaya tersebut dan sejauh mungkin

dalam bentuk aslinya. Hal itu dilakukan seperti orang merajut sehingga

setiap bagian ditelaah satu demi satu.2

Metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang

digunakan untuk meneliti pada kondisi objek yang alamiah, (sebagai

lawannya eksperimen) dimana peneliti adalah sebagai instrumen kunci,

teknik pengumpulan data dilakukan secara trianggulasi (gabungan),

analisis data bersifat induktif, dan hasil penelitian kualitatif lebih

menekankan makna daripada generalisasi. 3

Berikut adalah hal-hal mengenai penelitian kualitatif yang

disebutkan oleh Sugiyono dalam bukunya :4

1. Dilakukan pada kondisi yang alamiah, (sebagai lawannya adalah

eksperimen), langsung ke sumber data dan peneliti adalah instrumen

kunci.

2. Penelitian kualitatif lebih bersifat deskriptif. Data yang terkumpul

berbentuk kata-kata atau gambar, sehingga tidak menekankan pada

angka.

3. Penelitian kulitatif lenih menekankan pada proses daripada produk

atau outcome.

4. Penelitian kualitatif melakukan analisis data secara induktif.

2

Lexy J. Moloeng, Metodologi Penelitian Kuantitatif, (Bandung : Remaja Rosdakarya, 2009), h. 11.

3

Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif ( Bandung : Alfabeta, 2015 ), h. 1.

4

Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, h. 1.

(51)

41

5. Penelitian kualitatif lebih menekankan makna (data dibalik yang

teramati).

Penelitian ini menggambarkan serta menjelaskan mengenai

manajemen layanan jasa di Pusat Pengembangan Bisnis Universitas Islam

Negeri Sunan Ampel Surabaya. Sedangkan jenis penelitian yang peneliti

gunakan adalah jenis studi kasus. Studi kasus adalah jenis penelitian yang

mendalam tentang suatu aspek lingkungan sosial termasuk manusia

didalamnya. Studi kasus dapat dilakukan terhadap individu (misalnya

pimpinan, karyawan, mahasiswa-mahasiswi, konsumen, masyarakat

sekitar dan lain-lain. Bahan studi kasus dapat diperoleh dari

sumber-sumber seperti laporan pengamatan, catatan pribadi, kitab harian atau

biografi orang yang diselidiki, laporan atau keterangan dari orang yang

banyak tau tentang hal itu.5

Dalam pendekatan teoritis dan empiris dalam suatu penelitian

sangat diperlukan. Oleh karena itu, sesuai dengan judul skripsi ini, penulis

menggunakan pendekatan penelitian deskriptif. Karena penelitian

deskriptif tidak dimaksudkan untuk menguji hipotesis, tetapi hanya

menggambarkan gejala variabel, gejala atau keadaan yang diteliti secara

apa adanya.

5

Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan (Bandung: Remaja Rosdakarya,2007), h. 61.

(52)

42

B. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ini di UIN Sunan Ampel Surabaya tepatnya di

Pusat Pengembangan Bisnis UIN Sunan Ampel Surabaya. Peneliti

mengambil lokasi tersebut karena pemilihan dan penentuan lokasi tersebut

dilatarbelakangi oleh beberapa pertimbangan atas dasar kekhasan,

kemenarikan dan sesuai dengan topik dalam penelitian ini. Lokasi

menunjukan bahwa di lembaga Pusat Pengembangan Bisnis menjalankan

manajemen layanan jasa yang berupa penyediaan Hotel Greensa Inn &

Training Center, Uinsa Tour & Travel, Property Management, Uinsa

Press, Uinsa Umroh dan Jasa Akademik yang menjadi garapan baru dan

jika dikaitkan dalam pengambilan keputusan, hal ini menarik untuk

ditelati. Demikianlah alasan yang peneliti kemukakan sehingga lembaga

Pusat Pengembangan Bisnis, dianggap merupakan lembaga yang menarik

untuk diteliti jika dilihat dari proses pengimplentasian manajemen layanan

jasa.

C. Sumber Data dan Informan Penelitian

Sumber data merupakan darimana data dapat diperoleh.6 Pada

penelitian ini peneliti menggunakan sumber data berupa :

1. Sumber Data

a) Person (narasumber), merupakan sumber data yang biasa

memberikan data berupa jawaban lisan melalui wawancara. Dalam

6

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Yogyakarta: PT. Rineka Cipta, 1991), h. 144.

(53)

43

hal ini peneliti mendapatkan data-data atau informasi tentang

gambaran umum objek penelitian di Pusat Pengembangan Bisnis

Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya dari

ketua/pimpinan Pusbis, karyawan, mahasiswa/mahasiswi, dan

konsumen karena para narasumber tersebut akan sangat membantu

kelancaran penelitian ini.

b) Paper (dokumentasi/arsip), merupakan sumber data yang

menyajikan tanda-tanda berupa gambar atau lainnya yang ada di

Pusat Pengembangan Bisnis Universitas Islam Negeri Sunan

Ampel Surabaya, misalnya struktur organisasi, data karyawan dan

lain sebagainya

c) Observasi, yang berarti pengamatan yang bertujuan untuk

mendapatkan data tentang suatu masalah, sehingga diperoleh

pemahaman atau sebagai alat re-checking atau pembuktian

terhadap informan/keterangan yang diperoleh sebelumnya.

2. Informan Penelitian

Informan adalah orang yang diwawancarai, diminta informasi

oleh pewawancara. Informan adalah orang yang diperkirakan

menguasai data, informasi ataupun fakta dari suatu objek penelitian.7

Penentuan Informan penelitian ini menggunakan cara bola salju

(Snowball Sampling) yaitu penentuan sample yang mula-mula

jumlahnya kecil kemudian sampel ini diminta memilih responden lain

7

Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Sosial (Surabaya: Airlangga University

Press, 2011), h. 133.

(54)

44

untuk dijadikan sampel lagi, begitu seterusnya sehingga jumlah sampel

menjadi semakin banyak.8 Pada penelitian ini, yang menjadi informan

adalah sebagai berikut :

a) Kepala pimpinan Pusat Pengembangan Bisnis Universitas Islam

Negeri Sunan Ampel Surabaya.

Dalam penelitian ini peneliti bermaksud menjadikan kepala pimpinan

Pusat Pengembangan Bisnis Universitas Islam Negeri Sunan Ampel

Surabaya sebagai sumber data yang akan diolah. Data yang akan dicari

oleh peneliti diantaranya adalah sebagai berikut :

1) Mencari data tentang pendirian Pusat Pengembangan Bisnis

Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya.

2) Mencari data tentang manajemen layanan jasa di Pusat

Pengembangan Bisnis Universitas Islam Negeri Sunan Ampel

Surabaya.

b) Staf/karyawan Pusat Pengembangan Bisnis Universitas Islam Negeri

Sunan Ampel Surabaya.

Data yang dicari oleh peneliti dalam hal ini adalah sebagai berikut :

1) Mencari data tentang pengimplementasian manajemen layanan jasa

dari masing-masing unit bisnis layanan jasa di Pusat

Pengembangan Bisnis Universitas Islam Negeri Sunan Ampel

Surabaya.

8

Husein Umar, Metode Riset Bisnis, (Jakarta, PT. Gramedia Pustaka Utama, 2003), h. 141.

(55)

45

2) Mencari data tentang karyawan di Pusat Pengembangan Bisnis

Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya.

c) Konsumen

Data yang dicari oleh peneliti dari konsumen adalah mencari data

tentang tanggapan konsumen terhadap layanan jasa di Pusat

Pengembangan Bisnis Universitas Islam Negeri Sunan Ampel

Surabaya dalam memberikan pelayanan jasanya.

D. Cara Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini, yang menjadi instrument atau alat penelitian

adalah peneliti itu sendiri. Oleh karena itu peneliti sebagai instrument juga

harus divalidasi seberapa jauh peneliti kualitatif siap melakukan penelitian

yang selanjutnya terjun ke lapangan.9 Dalam teknik penelitian ini terdapat

dua bagian, yaitu : teknik analisis data dan teknik pengumpulan data.

Dalam teknik analisis data ini peneliti memulai dengan analisis

sebelum di lapangan, dilanjutkan dengan analisis di lapangan. Untuk

analisis dilapangan penulis menggunakan analisis secara interaktif model

Miles dan Huberman, yang terdiri dari 3 tahapan yaitu tahap reduksi data,

penyajian data, dan kesimpulan.

Adapun teknik pengumpulan data, peneliti menggunakan beberapa

teknik, diantaranya adalah :

9

Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: Alfabeta, 2014), h. 305

Gambar

Tabel 4.1. Daftar Informan
Tabel 4.3. Jadwal Kegiatan Wawancara Subyek ke 2
Tabel 4.4. Jadwal Kegiatan Wawancara Subyek ke 3
Gambar 4.1 Brosur Umrah

Referensi

Dokumen terkait

Skripsi yang berjudul “Bagi Hasil Kinerja Syirkah Abdan (Konsinyasi) di Laboratorium Koperasi Syariah Mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam UIN Sunan Ampel

Hasil Pengajuan Nomor Induk Dosen Nasional (NIDN).. Universitas Islam Negeri Sunan

Skripsi yang berjudul “Peran Laboratorium Koperasi Syariah Mahasiswa FEBI Dalam Pengembangan Jiwa Kewirausahaan Anggota di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam UIN Sunan

Chotamul Laili Inayah. Pengaruh Tadabbur Alam Terhadap Kecerdasan Spiritual Mahasiswa Unit Kegiatan Khusus Pramuka Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya. Acmad Zaini, MA

Setelah melakukan proses Terapi Menulis untuk meningkatkan self confidence seorang mahasiswi Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya, maka konselor meyakini

Dalam kesehariannya, mahasiswi bercadar berinteraksi dengan mahasiswa, dosen dan civitas akademik yang ada dilingkungan Universita Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya, baik

Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa Praktik jual beli sertifikat seminar yang ada di Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya adalah transaksi jual beli dengan

Dari definisi di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa kepuasan konsumen ditinjau dari mengenai apa yang telah dirasakan pelanggan atas pelayanan yang telah diberikan