• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENINGKATAN KEMAMPUAN PENGGUNAAN HURUF KAPITAL

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENINGKATAN KEMAMPUAN PENGGUNAAN HURUF KAPITAL"

Copied!
126
0
0

Teks penuh

(1)

PENINGKATAN KEMAMPUAN PENGGUNAAN HURUF KAPITAL DAN TANDA BACA DALAM MENULIS KARANGAN SEDERHANA

MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK TALK WRITE (TTW)

(Penelitian Tindakan Kelas pada Peserta Didik Kelas III SD Negeri Pajang II No. 171 Surakarta Tahun Ajaran 2018/2019)

SKRIPSI

Oleh:

HESTI KHASYANAH PUTRI K7115072

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA Mei 2019

(2)
(3)

iii

PENINGKATAN KEMAMPUAN PENGGUNAAN HURUF KAPITAL DAN TANDA BACA DALAM MENULIS KARANGAN SEDERHANA

MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK TALK WRITE (TTW)

(Penelitian Tindakan Kelas pada Peserta Didik Kelas III SD Negeri Pajang II No. 171 Surakarta Tahun Ajaran 2018/2019)

Oleh:

HESTI KHASYANAH PUTRI K7115072

Skripsi

diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA Mei 2019

(4)
(5)
(6)

vi ABSTRAK

Hesti Khasyanah Putri. PENINGKATAN KEMAMPUAN PENGGUNAAN HURUF KAPITAL DAN TANDA BACA DALAM MENULIS KARANGAN SEDERHANA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK TALK WRITE (TTW) (Penelitian Tindakan Kelas pada Peserta Didik Kelas III SD Negeri Pajang II No. 171 Surakarta Tahun Ajaran 2018/2019). Skripsi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta. April 2019.

Penelitian ini bertujuan untuk (1) meningkatkan kemampuan penggunaan huruf kapital dan tanda baca dalam menulis karangan sederhana pada peserta didik kelas III SD Negeri Pajang II Surakarta tahun ajaran 2018/2019, dan (2) mendeskripsikan implementasi model pembelajaran kooperatif tipe Think Talk Write (TTW) yang dapat meningkatkan kemampuan penggunaan huruf kapital dan tanda baca peserta didik kelas III SD Negeri Pajang II Surakarta tahun ajaran 2018/2019. Penelitian Tindakan Kelas ini dilaksanakan sebanyak dua siklus dengan dua kali pertemuan tiap siklusnya. Subjek penelitian ini adalah guru dan peserta didik kelas III SD Negeri Pajang II Surakarta yang berjumlah 27 peserta didik. Teknik pengumpulan data yang digunakan pada penelitian ini berupa wawancara, observasi, tes, dan analisis dokumen. Analisis data kuantitatif menggunakan teknik analisis deskriptif komparatif, sedangkan analisis data kualitatif menggunakan model Miles dan Huberman yang terdiri dari reduksi data, penyajian data, dan penarikan simpulan. Teknik uji validitas data menggunakan triangulasi sumber dan triangulasi teknik.

Hasil penelitian ini menunjukkan adanya peningkatan terhadap kemampuan penggunaan huruf kapital dan tanda baca dalam menulis karangan sederhana pada peserta didik kelas III SD Negeri Pajang II Surakarta tahun ajaran 2018/2019 melalui model pembelajaran kooperatif tipe Think Talk Write (TTW). Hal tersebut dapat diketahui dari hasil ketuntasan klasikal pra tindakan sebesar 18.52% dengan nilai rata-rata kelas 45.56 meningkat pada siklus I dengan ketuntasan klasikal 66.66% dengan nilai rata-rata kelas 71.11. Pada siklus II, ketuntasan klasikal peserta didik kelas III kembali meningkat sebesar 88.89% dengan nilai rata-rata kelas 85.74.

Berdasarkan hasil yang telah dipaparkan di atas, dapat disimpulkan bahwa kemampuan penggunaan huruf kapital dan tanda baca dalam menulis karangan sederhana pada peserta didik kelas III SD Negeri Pajang II Surakarta tahun ajaran 2018/2019 dapat ditingkatkan melalui model pembelajaran kooperatif tipe Think Talk Write (TTW).

Kata Kunci : huruf kapital, tanda baca, karangan sederhana, model pembelajaran kooperatif tipe Think Talk Write (TTW)

(7)

vii ABSTRACT

Hesti Khasyanah Putri. INCREASING THE ABILITY OF CAPITAL LETTER

USE AND PUNCTUATION IN WRITING SIMPLE ESSAYS THROUGH THE COOPERATIVE TYPE OF THINK TALK WRITE (TTW) LEARNING MODEL

(Classroom Action Research at the Third Grade Students of SD N Pajang II No. 171 Surakarta at 2018/2019 Academic Year). Skripsi, Teacher Training and Educational Faculty, Sebelas Maret University, Surakarta. April 2019.

The purpose of this research was to (1) improve the ability to use capital letters and punctuation in writing simple essays on third grade students of SD N Pajang II Surakarta in the 2018/2019 academic year, and (2) describe the implementation of the Think Talk Write (TTW) type of cooperative learning model which can increase the ability to use capital letters and punctuation in grade III students of SD N Pajang II Surakarta in the 2018/2019 academic year. Classroom Action Research is carried out in two cycles with two meetings for each cycle. The subjects of this research were teachers and class third grade students of SD N Pajang II Surakarta in the 2018/2019 academic year consisting of 27 students. Data collection techniques for this research consisting of interviews, observation, tests, and document analysis. Quantitative data analysis using descriptive comparative techniques, and qualitative data analysis using the Miles and Huberman models consisting of data reduction, data presentation, and drawing conclusions. The data validity test technique uses source triangulation and technical triangulation.

The results of this research indicate an increase in the ability to use capital letters and punctuation in writing simple essays on third grade students of SD N Pajang II Surakarta in the 2018/2019 academic year through the Think Talk Write (TTW) type learning model. It can be seen from the results of the classical completeness of the action of 18.52% with the average grade of 45.56 increasing in the first cycle with classical completeness of 66.66% with the class average value of 71.11. In the second cycle, the classical completeness of third grade students again increased by 88.89% with an average grade of 85.74.

Based on the results described above, it can be concluded that the ability to use capital letters and punctuation in writing simple essays on third grade students of SD N Pajang II Surakarta in the 2018/2019 academic year can be improved through the Think Talk Write (TTW) type cooperative learning model.

Keywords: capital letters, punctuation, simple essays, Think Talk Write (TTW)

(8)

viii MOTTO

“Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenteram.” -QS. Ar-Ra’d, 13: 28-

“Andaikan kamu tahu bagaimana Allah mengatur urusan hidupmu, pasti kamu akan meleleh karena jatuh cinta kepada-Nya.”

-Ibnu Qoyyim-

“Tidak seorang pun yang keluar dari rumahnya untuk menuntut ilmu, kecuali para malaikat akan membentangkan sayapnya karena ridha

atas apa yang dilakukannya.” -HR. Ibnu Majah-

“Janganlah engkau menanggung kebingungan dunia karena itu urusan Allah. Janganlah engkau menanggung kebingungan rezeki karena itu dari Allah. Janganlah engkau menanggung kebingungan masa depan karena itu kekuasaan Allah. Yang harus engkau tanggung adalah satu kebingungan,

yakni bagaimana Allah Ridho kepadamu.” -Habib Umar bin Hafidz-

“Jangan takut jatuh, karena yang tidak pernah memanjatlah yang tak pernah jatuh. Jangan takut gagal, karena yang tak pernah gagal hanyalah

orang-orang yang tidak pernah melangkah. Jangan takut salah, karena dengan kesalahan yang pertama, kita dapat menambah pengetahuan

untuk mencari jawaban yang benar pada langkah yang kedua.” -Buya Hamka-

“Sabar bukan tentang seberapa lama kau bisa menunggu. Melainkan tentang bagaimana perilakumu saat menunggu.”

-Anonim-

“Bertindak walau tidak berani adalah keberanian yang sesungguhnya.” -Anonim-

(9)

ix

PERSEMBAHAN

Alhamdulillahirrobil’alamin, rasa syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dan dapat penulis persembahkan untuk:

♥ Bapak Pujo Sutarko dan Ibu Wasyati ♥

Kedua orang tua tercinta yang senantiasa melangitkan doa, memberikan perhatian, motivasi, dan dukungan untuk mengiringi langkah sang putri di setiap

perjalanan hidupnya, Jazakumullahu khairan katsiran.

♥ Andita Sigit Prasetyo ♥

Terima kasih atas segala dukungan yang diberikan untuk adikmu ini.

♥ Bapak dan Ibu Dosen PGSD FKIP UNS Surakarta ♥

Terima kasih untuk setiap ilmu yang diberikan, motivasi yang tak pernah pudar, dan senantiasa membimbing dengan penuh kesabaran.

♥ Bapak & Ibu Seno ♥

Terima kasih telah menjadi orang tua yang penuh perhatian di tanah rantau.

♥ Veranita Intan Palupy, Priska Ayu Tri Pamungkas, dan Rani Setiana ♥ Terima kasih untuk selalu meluangkan waktu dan berbagi kebersamaan selama di

kota penuh cinta ini.

♥ Kawan-kawan Kelas B PGSD UNS 2015 ♥

Terima kasih untuk segalanya, untuk segala suka duka yang dilalui bersama, dan seluruh rasa yang kita bina hingga terjalin menjadi sebuah ikatan keluarga. Berawal Berbeda, Berproses Bersama, Berjalan Beriringan, Berakhir Bahagia 

♥ Almamaterku tercinta ♥

(10)

x

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, taufik, dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Penulis menyadari banyak hambatan dalam menyusun skripsi ini, namun berkat rahmat-Nya, akhirnya skripsi ini dapat terselesaikan. Dalam penyusunan skripsi ini, penulis telah melibatkan berbagai pihak. Maka dengan segala kerendahan hati, penulis menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan bantuannya. Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada:

1. Dr. Mardiyana, M.Si., Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta atas pemberian izin kegiatan penelitian. 2. Drs. Hadi Mulyono, M.Pd., Kepala Program Studi Pendidikan Guru Sekolah

Dasar FKIP UNS Surakarta atas perizinan dan dukungan penyusunan skripsi. 3. Dr. Rukayah, M.Hum., Dosen Pembimbing I, yang telah banyak memberikan

bimbingan dan pengarahan sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

4. Dra. Sularmi, M.Pd., Dosen Pembimbing II, yang telah banyak memberikan bimbingan dan pengarahan sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

5. Hasih Susilowati, M.Pd., Kepala SD Negeri Pajang II No. 171 Surakarta yang telah memberikan izin untuk melaksanakan kegiatan penelitian.

6. Warsidi, S.Pd.SD., Guru Kelas III SD Negeri Pajang II No. 171 Surakarta yang telah membantu peneliti untuk melaksanakan kegiatan penelitian.

7. Dosen-dosen PGSD FKIP Universitas Sebelas Maret Surakarta. 8. Berbagai pihak yang telah membantu menyelesaikan skripsi ini.

Dalam menyusun skripsi ini, penulis menyadari masih banyak kekurangan dan kelemahan karena keterbatasan pengetahuan, sehingga hasilnya masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, saran dan kritik yang membangun sangat dibutuhkan. Akhirnya, penulis berharap mudah-mudahan skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang berkepentingan umumnya dan dunia pendidikan khususnya.

Surakarta, April 2019 Penulis

(11)

xi DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERNYATAAN ... ii

HALAMAN PENGAJUAN ... iii

HALAMAN PERSETUJUAN ... iv

HALAMAN PENGESAHAN SKRIPSI ... v

HALAMAN ABSTRAK ... vi

HALAMAN MOTTO ... viii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusah Masalah ... 6

C. Tujuan Penelitian ... 6

D. Manfaat Penelitian ... 6

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS ... 9

A. Kajian Pustaka ... 9

1. Hakikat Huruf Kapital dan Tanda Baca dalam Karangan Sederhana 9 2. Hakikat Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Talk Write .... 18

B. Penelitian yang Relevan ... 26

C. Kerangka Berpikir ... 28

D. Hipotesis Tindakan ... 29

BAB III METODE PENELITIAN... 30

A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 30

(12)

xii

C. Data dan Sumber Data ... 31

D. Teknik Pengumpulan Data ... 32

E. Uji Validitas Data ... 34

F. Teknik Analisis Data ... 35

G. Indikator Kinerja Penelitian... 38

H. Prosedur Penelitian ... 38

BAB IV HASIL TINDAKAN DAN PEMBAHASAN ... 43

A. Deskripsi Prasiklus ... 43

B. Deskripsi Hasil Tindakan Tiap Siklus ... 45

1. Siklus I ... 46

2. Siklus II ... 69

3. Perbandingan Hasil Tindakan Antarsiklus ... 91

C. Pembahasan ... 95

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN ... 102

A. Simpulan ... 102

B. Implikasi ... 102

C. Saran ... 104

DAFTAR PUSTAKA ... 106

(13)

xiii

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

2.1 SK dan KD Bahasa Indonesia Kelas III Semester II... 15

2.2 Kriteria Penilaian Penggunaan Huruf Kapital dan Tanda Baca ... 17

4.1 Distribusi Frekuensi Nilai Prasiklus ... 44

4.2 Hasil Observasi Aktivitas Peserta Didik Siklus I ... 52

4.3 Skor Rata-rata Observasi Aktivitas Peserta Didik Siklus I ... 52

4.4 Hasil Observasi Pelaksanaan Pembelajaran Guru Siklus I ... 56

4.5 Skor Rata-rata Pelaksanaan Pembelajaran Guru Siklus I ... 57

4.6 Hasil Analisis Aspek Ketepatan Penggunaan Huruf Kapital Pertemuan I ... 58

4.7 Hasil Analisis Aspek Ketepatan Penggunaan Huruf Kapital Pertemuan II .... 59

4.8 Hasil Analisis Aspek Ketepatan Penggunaan Huruf Kapital Siklus I ... 60

4.9 Hasil Analisis Aspek Ketepatan Penggunaan Tanda Baca Pertemuan I ... 61

4.10 Hasil Analisis Aspek Ketepatan Penggunaan Tanda Baca Pertemuan II ... 61

4.11 Hasil Analisis Aspek Ketepatan Penggunaan Tanda Baca Siklus I ... 62

4.12 Skor Rata-rata Tiap Aspek Siklus I ... 63

4.13 Distribusi Frekuensi Nilai Kemampuan Menulis Siklus I ... 64

4.14 Perbandingan Nilai Prasiklus dan Siklus I ... 66

4.15 Hasil Observasi Aktivitas Peserta Didik Siklus II ... 75

4.16 Skor Rata-rata Observasi Aktivitas Peserta Didik Siklus II... 75

4.17 Hasil Observasi Pelaksanaan Pembelajaran Guru Siklus II ... 79

4.18 Skor Rata-rata Pelaksanaan Pembelajaran Guru Siklus II ... 79

4.19 Hasil Rekapitulasi Perolehan Skor Pelaksanaan Pembelajaran Guru ... 80

4.20 Hasil Analisis Aspek Ketepatan Penggunaan Huruf Kapital Pertemuan I ... 82

4.21 Hasil Analisis Aspek Ketepatan Penggunaan Huruf Kapital Pertemuan II .. 83

4.22 Hasil Analisis Aspek Ketepatan Penggunaan Huruf Kapital Siklus II ... 83

4.23 Hasil Analisis Aspek Ketepatan Penggunaan Tanda Baca Pertemuan I ... 84

4.24 Hasil Analisis Aspek Ketepatan Penggunaan Tanda Baca Pertemuan II ... 85

4.25 Hasil Analisis Aspek Ketepatan Penggunaan Tanda Baca Siklus II ... 86

(14)

xiv

4.27 Distribusi Frekuensi Nilai Kemampuan Menulis Siklus II ... 88

4.28 Perbandingan Nilai Siklus I dan Siklus II ... 90

4.29 Perbandingan Data Skor Rata-rata Aktivitas Peserta Didik ... 92

4.30 Perbandingan Data Skor Rata-rata Kinerja Guru ... 93

4.31 Perbandingan Nilai Prasiklus, Siklus I, dan Siklus II ... 94

4.32 Rekapitulasi Penilaian Peraspek Tiap Siklus ... 97

(15)

xv

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

2.1 Bagan Kerangka Berpikir ... 29

3.1 Triangulasi dengan Tiga Sumber Data ... 35

3.2 Triangulasi dengan Empat Teknik Pengumpulan Data ... 35

3.3 Komponen Analisis Data (Interactive Model) ... 37

3.4 Prosedur Penelitian Tindakan Kelas ... 39

4.1 Grafik Distribusi Frekuensi Nilai Prasiklus ... 44

4.2 Grafik Skor Rata-rata Observasi Aktivitas Peserta Didik Siklus I ... 53

4.3 Skor Rata-rata Pelaksanaan Pembelajaran Guru Siklus I ... 57

4.4 Grafik Ketuntasan Klasikal Pertemuan I Siklus I Aspek 1 ... 59

4.5 Grafik Ketuntasan Klasikal Pertemuan II Siklus I Aspek 1 ... 59

4.6 Grafik Ketuntasan Klasikal Siklus I Aspek 1 ... 60

4.7 Grafik Ketuntasan Klasikal Pertemuan I Siklus I Aspek 2 ... 61

4.8 Grafik Ketuntasan Klasikal Pertemuan II Siklus I Aspek 2 ... 62

4.9 Grafik Ketuntasan Klasikal Siklus I Aspek 2 ... 63

4.10 Skor Rata-rata Tiap Aspek Siklus I ... 64

4.11 Grafik Distribusi Frekuensi Nilai Kemampuan Menulis Siklus I ... 65

4.12 Grafik Perbandingan Nilai Prasiklus dan Siklus I... 67

4.13 Grafik Skor Rata-rata Observasi Aktivitas Peserta Didik Siklus II ... 76

4.14 Skor Rata-rata Observasi Pelaksanaan Pembelajaran Guru Siklus II ... 80

4.15 Hasil Rekapitulasi Perolehan Skor Pelaksanaan Pembelajaran Guru ... 81

4.16 Grafik Ketuntasan Klasikal Pertemuan I Siklus II Aspek 1 ... 82

4.17 Grafik Ketuntasan Klasikal Pertemuan II Siklus II Aspek 1 ... 83

4.18 Grafik Ketuntasan Klasikal Siklus II Aspek 1 ... 84

4.19 Grafik Ketuntasan Klasikal Pertemuan I Siklus II Aspek 2 ... 85

4.20 Grafik Ketuntasan Klasikal Pertemuan II Siklus II Aspek 2 ... 85

4.21 Grafik Ketuntasan Klasikal Siklus II Aspek 2 ... 86

4.22 Grafik Skor Rata-rata Tiap Aspek Siklus II ... 87

(16)

xvi

4.24 Grafik Perbandingan Nilai Siklus I dan Siklus II ... 90

4.25 Grafik Perbandingan Data Skor Rata-rata Aktivitas Peserta Didik ... 92

4.26 Grafik Perbandingan Data Skor Rata-rata Kinerja Guru ... 93

(17)

xvii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

Lampiran 1. Jadwal Penelitian ... 111

Lampiran 2. Daftar Peserta Didik Kelas III SD Negeri Pajang II Surakarta ... 112

Lampiran 3. Hasil Wawancara Pra Siklus... 113

Lampiran 4. Hasil Observasi Pelaksanaan Pembelajaran Guru Pra Siklus. ... 117

Lampiran 5. Hasil Observasi Aktivitas Peserta Didik Pra Siklus. ... 120

Lampiran 6. Soal Pra Siklus. ... 123

Lampiran 7. Nilai Peserta Didik Pra Siklus. ... 125

Lampiran 8. Hasil Belajar Pra Siklus. ... 126

Lampiran 9. Pedoman Penilaian. ... 127

Lampiran 10. Silabus Pembelajaran. ... 128

Lampiran 11. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Siklus I. ... 133

Lampiran 12. Lembar Observasi Aktivitas Peserta Didik Siklus I. ... 149

Lampiran 13. Hasil Observasi Pelaksanaan Pembelajaran Guru Siklus I. ... 151

Lampiran 14. Rekapitulasi Nilai Tiap Aspek Siklus I. ... 156

Lampiran 15. Hasil Penilaian Kemampuan Menulis Siklus I. ... 160

Lampiran 16. Hasil Evaluasi Menulis Karangan Sederhana Siklus I. ... 164

Lampiran 17. Dokumentasi Tindakan Siklus I ... 165

Lampiran 18. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Siklus II. ... 167

Lampiran 19. Lembar Observasi Aktivitas Peserta Didik Siklus II. ... 185

Lampiran 20. Hasil Observasi Pelaksanaan Pembelajaran Guru Siklus II. ... 187

Lampiran 21. Rekapitulasi Nilai Tiap Aspek Siklus II. ... 192

Lampiran 22. Hasil Penilaian Kemampuan Menulis Siklus II. ... 196

Lampiran 23. Hasil Evaluasi Menulis Karangan Sederhana Siklus II. ... 200

Lampiran 24. Dokumentasi Tindakan Siklus II ... 201

Lampiran 25. Hasil Wawancara Setelah Penerapan Model Think Talk Write .... 202

(18)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Bahasa Indonesia adalah salah satu muatan pelajaran pokok yang terdapat hampir di setiap tingkatan pendidikan, tak terkecuali tingkat sekolah dasar. Peserta didik diharapkan dapat memahami potensi diri, lingkungan, budaya, dan budaya orang lain dengan baik melalui pembelajaran bahasa. Setelah mengenal segala hal tersebut dengan baik, diharapkan pula peserta didik dapat mengungkapkan perasaan atau gagasan yang tersimpan dalam pikirannya melalui penggunaan bahasa Indonesia yang tepat dalam partisipasinya di lingkungan masyarakat tempat mereka berada (Nafi’ah, 2018: 32).

Keterampilan berbahasa berdasarkan urutannya dapat dibagi menjadi empat macam keterampilan (skills), yakni listening skills (keterampilan mendengarkan), speaking skills (keterampilan berbicara), reading skills (keterampilan membaca), dan writing skills (keterampilan menulis). Sejak seseorang dilahirkan, hal pertama yang mereka dapatkan tentu adalah bunyi suara yang dapat mereka dengar hingga lambat laun dapat ditirukan dalam bentuk bahasa lisan (berbicara). Untuk itu, keterampilan mendengarkan dan keterampilan berbicara diperoleh seseorang sebelum memasuki usia sekolah, kemudian keterampilan-keterampilan lainnya bertambah seiring dengan tingkat perkembangan kognitif manusia. Ke-empat komponen keterampilan sangat erat berhubungan dengan cara yang beragam yang pada hakikatnya merupakan suatu kesatuan (Tarigan, 2013: 1; Zulela 2012: 5).

Menulis dapat dijadikan sebagai kegiatan untuk mengekspresikan suatu gagasan, pendapat, ide, dan pikiran ke dalam bentuk tulisan. Rukayah (2013: 6) mengemukakan bahwa kunci di dalam sebuah rangkaian pembelajaran yang aktif dalam rangka meningkatkan kemampuan berpikir serta kemampuan komunikasi (baik lisan maupun tulis) adalah dengan menulis. Untuk itu, sudah semestinya keterampilan menulis dikembangkan sejak dini.

Menulis maupun mengarang adalah suatu keterampilan yang cukup kompleks, sehingga tidak serta merta keterampilan menulis dapat diperoleh dengan

(19)

mudah tanpa adanya latihan secara teratur dan cermat sejak kelas awal di sekolah dasar (Nafi’ah, 2018: 95). Keterampilan menulis merupakan suatu hal yang esensial dalam perkembangan bahasa manusia, Abidin (2012: 187) mengemukakan pembelajaran menulis yang dipelajari di sekolah memuat tiga tujuan penting. Tiga tujuan yang dimaksud yakni untuk menumbuhkan rasa cinta peserta didik terhadap kegiatan menulis, meningkatkan kemampuan peserta didik khususnya pada aspek menulis, dan meningkatkan kreativitas peserta didik dalam menghasilkan tulisan.

Berdasarkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), satu dari beberapa kompetensi dasar yang harus dipenuhi dan dikuasai peserta didik kelas III sekolah dasar dalam pembelajaran bahasa Indonesia adalah menulis karangan sederhana berdasarkan media gambar seri menggunakan pilihan kata dan kalimat yang tepat dengan memperhatikan penggunaan ejaan, huruf kapital, dan tanda titik. Menulis karangan merupakan suatu kegiatan dalam menyusun atau merangkai kata dan kalimat menjadi sebuah paragraf yang disesuaikan dengan tema atau topik sehingga diperoleh hasil akhir berupa karangan yang baik yang dapat dipahami dan memiliki makna (Murwani, dkk. Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran, 2(6), 2013: 2). Suatu karangan tentu didalamnya harus memuat kategori atau aspek-aspek pokok yang dapat mencirikan bahwa karangan tersebut merupakan karangan yang baik, misalnya: (1) isi karangan; (2) organisasi dan penyajian isi; (3) bahasa yang digunakan; (4) mekanik, yang meliputi ejaan, gramatika, tanda baca, kerapihan tulisan, dan kebersihan (Rukayah, 2013: 86).

Karangan yang telah memenuhi ke-empat kategori di atas, terlebih apabila dihasilkan dari peserta didik sekolah dasar, dapat dikatakan bahwa karangan tersebut merupakan contoh hasil karangan yang baik. Namun pada kenyataannya, kerap kali karangan yang dihasilkan belum sesuai dengan harapan dalam artian belum memenuhi kategori atau aspek-aspek yang mencirikan suatu karangan yang baik. Masalah tersebut telah peneliti jumpai pada peserta didik kelas III SD N Pajang II No. 171 Surakarta. Peserta didik kelas III telah mampu menyusun suatu kalimat menjadi paragraf dengan hasil akhir berupa karangan sederhana, namun mengabaikan aspek mekanik yang meliputi ejaan terutama huruf kapital dan tanda baca. Hal tersebut juga dikeluhkan wali kelas III, karena seringnya peserta didik

(20)

yang masih mengabaikan penggunaan huruf kapital dan tanda baca. Menurut KBBI (2008: 534), huruf kapital merupakan huruf yang berbeda, dalam arti memiliki ukuran dan bentuk khusus, yakni lebih besar dari huruf biasa, sedangkan tanda baca yakni kumpulan tanda yang digunakan di dalam sistem ejaan, terutama dalam bentuk tulisan (KBBI, 2008: 1436).

Berdasarkan hasil wawancara yang telah dilaksanakan bersama dengan wali kelas dan perwakilan peserta didik kelas III SD N Pajang II No. 171 Surakarta, penggunaan huruf kapital dan tanda baca memang kerap kali dilupakan oleh peserta didik. Peserta didik telah diberikan materi huruf kapital dan tanda baca bahkan sejak kelas I SD, namun peserta didik menunjukkan sikap mengabaikan terhadap pentingnya aturan huruf kapital dan penggunaan tanda baca pada saat menulis. Selain itu, peserta didik harus selalu diingatkan tentang aturan penggunaan huruf kapital dan tanda baca oleh guru. Pada saat kegiatan belajar mengajar berlangsung, peserta didik belum menunjukkan sikap aktif dalam memperhatikan materi yang disampaikan oleh guru.

Hal-hal di atas merupakan beberapa permasalahan yang mengakibatkan rendahnya kemampuan penggunaan huruf kapital dan tanda baca saat menulis pada peserta didik kelas III SD N Pajang II No. 171 Surakarta. Hal tersebut dibuktikan dari nilai peserta didik yang masih rendah. Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil pra tindakan yang berupa soal tes pilihan ganda, tercatat 18.52% atau hanya 5 peserta didik dari 27 peserta didik yang berhasil melampaui dan sama dengan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang ditetapkan yakni 70. Hal tersebut berarti bahwa masih terdapat 81.48% atau 22 peserta didik yang belum memenuhi KKM. Dari hasil analisis aspek penggunaan huruf kapital dan tanda baca, jumlah kesalahan penggunaan tanda baca lebih banyak dibandingkan dengan jumlah kesalahan penggunaan huruf kapital (lampiran halaman 125). Hasil yang diperoleh merupakan salah satu bukti bahwa proses pembelajaran yang telah dilakukan belum dapat meningkatkan kemampuan peserta didik dalam menggunakan huruf kapital dan tanda baca dengan benar.

Penyebab yang menimbulkan rendahnya kemampuan penggunaan huruf kapital dan tanda baca adalah karena proses pembelajaran yang belum maksimal.

(21)

Berdasarkan pengamatan pada kegiatan belajar-mengajar bahasa Indonesia di kelas III, proses pembelajaran masih bersifat satu arah, dengan model pembelajaran yang digunakan berupa ceramah yang cenderung berpusat pada guru. Oleh karena itu, peserta didik cenderung menunjukkan sikap pasif, mudah bosan, dan memiliki ketergantungan pada guru karena karakteristik dari peserta didik kelas III SD N Pajang II yang harus selalu diingatkan dengan materi yang sebenarnya telah mereka pelajari sebelumnya. Kondisi tersebut menyebabkan kemampuan peserta didik dalam menerapkan aturan pemakaian huruf kapital dan penggunaan tanda baca dalam menulis menjadi rendah.

Dari permasalahan yang telah dipaparkan di atas, apabila tidak segara diatasi dengan solusi yang tepat akan berdampak pada hasil tulisan peserta didik untuk seterusnya hingga masa yang akan datang, yakni mengabaikan ketepatan penggunaan huruf kapital dan tanda baca dalam menulis. Maka dari itu, dibutuhkan suatu kreativitas dan inovasi dari guru sebagai pendidik untuk menciptakan suatu kondisi dalam kegiatan belajar-mengajar agar menjadi aktif, menarik, dan bermakna bagi peserta didik.

Kini, sangat banyak model-model pembelajaran yang variatif dan inovatif untuk mendukung proses belajar-mengajar. Guru diharapkan dapat menguasai berbagai model-model pembelajaran, karena karakteristik masing-masing model pembelajaran berbeda. Tidak semua model pembelajaran cocok untuk diterapkan pada setiap materi yang harus dikuasai peserta didik. Salah satu model pembelajaran untuk mengatasi permasalahan rendahnya kemampuan peserta didik terhadap penggunaan huruf kapital dan aturan pemakaian tanda baca dalam menulis adalah model pembelajaran kooperatif tipe Think Talk Write (TTW).

Model pembelajaran Think Talk Write (TTW) ialah salah satu model pembelajaran kooperatif yang memiliki sintak atau langkah-langkah yang dimulai dari proses berpikir (think), kemudian mendiskusikan hasil pemikiran (talk), dan menuangkan hasil diskusi melalui tulisan (write). Model pembelajaran Think Talk Write (TTW) sangat cocok untuk diterapkan dalam kegiatan pembelajaran bahasa Indonesia karena membantu peserta didik dalam proses berpikir, berbicara dalam suatu kelompok diskusi, dan menuliskan suatu topik tertentu melalui kegiatan kerja

(22)

sama dengan kelompok sehingga dapat mengefisienkan waktu pembelajaran. Selain itu, model pembelajaran Think Talk Write (TTW) merupakan model yang berpusat pada peserta didik, yang dapat menarik minat peserta didik dalam belajar. Melalui model pembelajaran kooperatif tipe Think Talk Write (TTW) pada materi penggunaan huruf kapital dan tanda baca, diharapkan dapat mendorong terciptanya kegiatan yang berguna untuk meningkatkan kemampuan pemahaman konsep dan komunikasi antar peserta didik (Huda, 2016: 218; Hamdayama: 2015: 217).

Model pembelajaran kooperatif tipe Think Talk Write (TTW) pernah diterapkan pada penelitian yang dilaksanakan oleh Wijayanti (2016). Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan keterampilan menulis argumentasi peserta didik kelas IV melalui model pembelajaran kooperatif tipe Think Talk Write (TTW). Peningkatan tersebut dapat diketahui dari nilai keterampilan menulis yang memperlihatkan terdapat peningkatan pada tiap siklusnya dari ketuntasan klasikal semula saat prasiklus sebesar 36.67%, pada siklus pertama meningkat dengan persentase 60% dan pada siklus kedua menunjukkan adanya peningkatan kembali hingga mencapai 86.67%. Dengan demikian, dari hasil penelitian yang telah dilaksanakan sebelumnya oleh Wijayanti menunjukkan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe Think Talk Write (TTW) dapat dijadikan sebagai solusi atau alternatif dalam pembelajaran bahasa Indonesia, salah satunya untuk meningkatkan kemampuan penggunaan huruf kapital dan tanda baca dalam menulis karangan sederhana pada peserta didik kelas III SD N Pajang II No. 171 Surakarta. Selain itu, perbedaan permasalahan yang terdapat pada penelitian dengan penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa penelitian belum pernah dilakukan sebelumnya.

Uraian di atas menarik minat peneliti untuk melaksanakan penelitian tentang “Peningkatan Kemampuan Penggunaan Huruf Kapital dan Tanda Baca dalam Menulis Karangan Sederhana melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Talk Write (TTW) (Penelitian Tindakan Kelas pada Peserta Didik Kelas III SD Negeri Pajang II No. 171 Surakarta Tahun Ajaran 2018/2019)”.

(23)

B. Rumusah Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka rumusan masalah pada penelitian ini yaitu :

1. Apakah kemampuan penggunaan huruf kapital dan tanda baca dalam menulis karangan sederhana pada peserta didik kelas III SD N Pajang II Surakarta tahun ajaran 2018/2019 dapat ditingkatkan melalui model pembelajaran kooperatif tipe Think Talk Write (TTW)?

2. Bagaimana implementasi model pembelajaran kooperatif tipe Think Talk Write (TTW) yang dapat meningkatkan kemampuan penggunaan huruf kapital dan tanda baca dalam menulis karangan sederhana pada peserta didik kelas III SD N Pajang II Surakarta tahun ajaran 2018/2019?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini yang didasarkan dari rumusan masalah yang telah dipaparkan yakni untuk :

1. Meningkatkan kemampuan penggunaan huruf kapital dan tanda baca dalam menulis karangan sederhana melalui model pembelajaran kooperatif tipe Think Talk Write (TTW) pada peserta didik kelas III SD N Pajang II Surakarta tahun ajaran 2018/2019.

2. Mendeskripsikan implementasi model pembelajaran kooperatif tipe Think Talk Write (TTW) yang dapat meningkatkan kemampuan penggunaan huruf kapital dan tanda baca dalam menulis karangan sederhana pada peserta didik kelas III SD N Pajang II Surakarta tahun ajaran 2018/2019.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat teoretis maupun praktis yang dapat diberikan dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Manfaat Teoretis

a. Memberikan manfaat terhadap pembelajaran di sekolah, terutama pada mata pelajaran Bahasa Indonesia yakni untuk meningkatkan kemampuan penggunaan huruf kapital dan tanda baca pada tulisan peserta didik.

(24)

b. Memberikan kontribusi pada strategi pembelajaran bahasa Indonesia untuk lebih mementingkan proses dalam memperoleh hasil belajar daripada mementingkan hasil belajar tanpa memperhatikan proses yang berlangsung di dalamnya.

2. Manfaat Praktis a. Bagi Peserta Didik

1) Meningkatnya kemampuan penggunaan huruf kapital dan tanda baca dalam menulis karangan sederhana peserta didik kelas III SD N Pajang II Surakata tahun ajaran 2018/2019.

2) Meningkatnya partisipasi peserta didik dalam mengikuti pembelajaran bahasa Indonesia melalui penerapan model yang bermakna.

3) Meningkatnya motivasi peserta didik dalam menulis dengan memperhatikan ketepatan penggunaan huruf kapital dan tanda baca. b. Bagi Guru

1) Bertambahnya pengetahuan tentang model pembelajaran yang sesuai dalam rangka meningkatkan kemampuan peserta didik terhadap penggunaan huruf kapital dan tanda baca, salah satunya melalui model pembelajaran kooperatif tipe Think Talk Write (TTW).

2) Tercipta suasana pembelajaran yang kondusif, aktif, dan menyenangkan sehingga mengefektifkan kegiatan belajar-mengajar.

3) Memberikan motivasi kepada guru untuk melakukan inovasi pembelajaran demi terbentuknya karakter peserta didik yang pandai dan kreatif.

c. Bagi Sekolah

1) Terciptanya kegiatan belajar-mengajar yang aktif, inovatif, dan menyenangkan karena model pembelajaran kooperatif tipe Think Talk Write (TTW) dapat pula diterapkan pada mata pelajaran yang lain di sekolah.

2) Meningkatnya keberhasilan pembelajaran di sekolah dan adanya perbaikan terutama pada pembelajaran penggunaan huruf kapital dan

(25)

tanda baca pada mata pelajaran Bahasa Indonesia yang penerapannya selalu dilakukan dalam kehidupan sehari-hari sampai kapanpun.

3) Meningkatnya mutu pendidikan di sekolah dengan berlangsungnya proses pembelajaran yang bervariasi melalui penerapan model-model pembelajaran yang inovatif.

d. Bagi Peneliti yang Akan Datang

1) Sebagai bahan pertimbangan dan referensi yang dapat digunakan dalam rangka mengatasi permasalahan pada pembelajaran bahasa Indonesia khususnya pada penggunaan huruf kapital dan tanda baca dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Think Talk Write (TTW) atau model pembelajaran yang lain.

(26)

9 BAB II

KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS

A. Kajian Pustaka

1. Hakikat Huruf Kapital dan Tanda Baca dalam Menulis Karangan Sederhana

a. Huruf Kapital

1) Pengertian Huruf Kapital

Huruf kapital merupakan nama lain dari huruf besar, yakni huruf dengan ukuran dan bentuk yang khusus. Ukuran khusus tersebut lebih besar dibandingkan dengan huruf biasa dan biasa dipakai untuk menuliskan huruf pertama kata pada awal kalimat, nama diri, dan lain sebagainya (Ngalimun, 2017: 52; Sugiarto, 2017: 9). Riskawati, dkk. (Jurnal Kreatif Tadulako Online, 6(5), 2015: 3) menyatakan bahwa huruf kapital artinya huruf yang ditulis atau diberi jeda kapital (atau semua) kapital untuk menunjukkan penekanan atau memperjelas bagian tertentu pada tulisan.

Berdasarkan paparan di atas, dapat disimpulkan bahwa huruf kapital adalah huruf yang memilliki bentuk khusus dengan ukuran lebih besar dibanding huruf biasa untuk menunjukkan penekanan guna memperjelas bagian tertentu pada tulisan.

2) Penggunaan Huruf Kapital

(Sugiarto, 2017: 9-14; PUEBI, 2016: 5-12, dan PUEBI yang Disempurnakan dan Pedoman Umum Pembentukan Istilah, 2012: 5-12) menjelaskan bahwa huruf kapital diterapkan pada 13 aturan penulisan, yakni digunakan untuk menuliskan (1) huruf pertama awal kalimat, (2) huruf pertama unsur nama orang, (3) huruf pertama awal kalimat pada petikan langsung, (4) huruf pertama kata setiap nama agama, kitab suci, Tuhan, dan kata ganti untuk Tuhan, (5) huruf pertama gelar yang diikuti nama orang, (6) huruf pertama unsur nama jabatan yang diikuti nama orang, (7) huruf pertama nama bangsa, suku bangsa, dan bahasa, (8) huruf

(27)

pertama nama hari, bulan, tahun, hari besar, dan hari raya, (9) huruf pertama nama geografi, (10) huruf pertama nama negara, lembaga, organisasi, (11) huruf pertama penulisan judul, (12) huruf pertama unsur singkatan nama gelar, pangkat, atau sapaan, dan (13) huruf pertama kata

penunjuk hubungan kekerabatan. Namun, berdasarkan silabus

pembelajaran bahasa Indonesia kelas III Sekolah Dasar, huruf kapital hanya dipelajari pada 6 aturan penulisan, yakni :

(1) Huruf kapital digunakan untuk menuliskan huruf pertama kata yang terdapat pada awal kalimat, seperti: Pekerjaan rumah Toni baru dikerjakan saat di sekolah.

(2) Huruf kapital digunakan untuk menuliskan huruf pertama pada kata maupun kalimat yang berhubungan dengan agama, kitab suci, dan Tuhan, termasuk kata ganti untuk Tuhan. Contohnya yakni: Islam, Alkitab, Tuhan senantiasa menyayangi hamba-Nya yang bersabar. (3) Huruf kapital digunakan untuk menuliskan huruf pertama unsur-unsur

nama diri/orang, seperti: Abdul Aziz; Zainal Abidin.

(4) Huruf kapital digunakan untuk menuliskan huruf pertama nama bangsa/negara, suku bangsa, dan bahasa, contohnya yakni: negara Indonesia; bahasa Eskimo; suku Jawa.

(5) Huruf kapital digunakan untuk menuliskan huruf pertama pada nama tahun, nama bulan, nama hari, dan nama hari raya. Contoh: bulan Agustus; hari Rabu; hari Natal.

(6) Huruf kapital digunakan untuk menuliskan huruf pertama dari unsur-unsur nama diri geografi, contoh: Banyumas; Asia Tenggara; Cimahi. b. Tanda Baca

1) Pengertian Tanda Baca

Tanda baca ialah tanda-tanda yang terdapat dalam sistem ejaan, terutama dalam bentuk tulisan seperti contohnya tanda titik, tanda koma, tanda hubung, dan lain sebagainya (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2008: 1436; Wijayanti, dkk., 2014: 30). Tanda baca berfungsi sebagai aturan dan suara pembicara dalam memberikan arti terhadap suatu kalimat. Tanda

(28)

baca dapat membantu pembaca guna memahami makna dan maksud dari tujuan tulisan dengan tepat. Tanda baca sangatlah penting adanya, sehingga seorang penulis perlu untuk menguasai tanda baca sebagai peranti yang dapat mewakili maksud dan pemikirannya. Chaer (2011: 71) mengemukakan pengertian tanda baca sebagai tanda yang dipergunakan di dalam sistem kebahasaan untuk membuat kalimat-kalimat yang ditulis dapat dimengerti oleh orang lain sesuai dengan pesan yang dimaksudkan penulis.

Berdasarkan paparan di atas, dapat diambil simpulan bahwa tanda baca ialah tanda yang digunakan dalam bahasa untuk memudahkan pembaca dalam memahami isi tulisan yang dituangkan oleh penulis. 2) Jenis-Jenis Tanda Baca

Terdapat 15 jenis tanda baca yang harus diperhatikan dalam menulis, di antaranya adalah a) tanda titik, b) tanda koma, c) tanda hubung, d) tanda titik dua, e) tanda titik koma, f) tanda seru, g) tanda tanya, h) tanda pisah, i) tanda petik, j) tanda petik tunggal, k) tanda elipsis, l) tanda kurung, m) tanda kurung siku, n) tanda garis miring, dan o) tanda penyingkat atau apostrof (PUEBI yang Disempurnakan dan Pedoman Umum Pembentukan Istilah, 2012: 35-57; Ngalimun, 2017: 75-93).

Dalam pembelajaran bahasa Indonesia di kelas III sekolah dasar, terdapat kompetensi dasar menulis karangan sederhana melalui media gambar seri dengan memperhatikan penggunaan ejaan, huruf kapital, dan tanda baca yang tepat. Tanda baca yang harus dipahami dan dikuasai peserta didik kelas III berdasarkan silabus pembelajaran bahasa Indonesia yang telah ditetapkan ada tiga (3), yaitu tanda titik, tanda koma, dan tanda hubung. Masing-masing tanda baca tersebut dijabarkan dalam penjelasan sebagai berikut sesuai dengan silabus pembelajaran bahasa Indonesia kelas III Sekolah Dasar :

a) Tanda Titik (.)

Tanda titik diletakkan di bagian akhir kalimat yang bukan merupakan kalimat tanya maupun kalimat seru, contohnya:

(29)

1) Pamanku berlibur ke Semarang. 2) Hari ini hujan sangat lebat. b) Tanda Koma (,)

1) Tanda koma digunakan di antara unsur-unsur dari suatu perincian/pembilangan, contohnya yakni:

(a) Tina mendapatkan hadiah buku, penggaris, dan penghapus. (b) Tiga, empat, . . ., lima.

2) Tanda koma digunakan pada bagian di antara nama dan alamat, bagian-bagian suatu alamat, tempat dan tanggal, serta nama tempat dan negara yang ditulis secara berurutan. Contohnya yakni:

(a) Purbalingga, 25 Januari 2012

(b) Sdr. Aramzi, Jalan Belimbing 1, Bandung c) Tanda Hubung (-)

1) Tanda hubung digunakan untuk menyambung suku-suku kata yang terpisah karena pergantian baris. Contoh:

(a) Sebagaimana peribahasa mengatakan, tiada rotan akar pun ja- di.

(b) Model pembelajaran ialah salah satu komponen pendukung da-lam kegiatan pembelajaran.

2) Tanda hubung digunakan sebagai penyambung dari unsur-unsur kata ulang, contohnya: Anak-anak; jalan-jalan.

c. Materi Huruf Kapital dan Tanda Baca Kelas III Sekolah Dasar

Menurut Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (2012), terdapat banyak aturan penggunaan huruf kapital dan tanda baca. Berdasarkan silabus bahasa Indonesia Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), hanya ada beberapa aturan penggunaan huruf kapital dan tanda baca yang diajarkan kepada peserta didik kelas III Sekolah Dasar.

Dari 15 aturan penulisan huruf kapital, huruf kapital yang harus dikuasai oleh peserta didik kelas III ada 6, yakni 1) huruf kapital untuk menuliskan huruf pertama awal kata/kalimat, 2) huruf kapital untuk menuliskan huruf pertama pada kata dan ungkapan yang berkaitan dengan

(30)

agama, kitab suci, dan Tuhan, termasuk kata ganti untuk Tuhan, 3) huruf kapital untuk menuliskan huruf pertama dari unsur-unsur nama orang, 4) huruf kapital untuk menuliskan huruf pertama nama sebuah bangsa, nama suku bangsa, dan nama bahasa, 5) huruf kapital untuk menuliskan huruf pertama nama tahun, bulan, hari, dan hari raya, serta 6) huruf kapital untuk menuliskan huruf pertama dari unsur-unsur nama diri geografi. Sedangkan tanda baca yang harus dikuasai oleh peserta didik kelas III berdasarkan silabus pembelajaran bahasa Indonesia yang telah ditetapkan ada tiga (3), yaitu tanda baca titik, tanda baca koma, dan tanda baca hubung.

d. Pengertian Menulis

Menulis ialah salah satu keterampilan dalam berbahasa. Setiap orang tentu pernah melakukan kegiatan menulis. Menulis bukanlah suatu hal yang asing bagi kebanyakan orang, karena menulis dapat dijadikan sebagai salah satu sarana bagi seseorang untuk mengekspresikan atau menuangkan ide, pikiran, maupun gagasan ke dalam bentuk bahasa tulis atau tulisan. Menulis dapat diartikan sebagai suatu kegiatan untuk menyampaikan pesan atau komunikasi yang berisi gagasan dengan tujuan memberitahu, meyakinkan, atau menghibur pihak lain melalui bahasa tulis sebagai perantaranya. Artinya, menulis digunakan untuk melakukan komunikasi tidak langsung, yakni tidak harus bertemu atau tatap muka dengan orang lain (Suparno dan Yunus, 2008: 1.3; Dalman, 2015: 3; Tarigan, 2013: 3).

Slamet (2014: 109) mengemukakan bahwa dalam keterampilan menulis dibutuhkan suatu kemampuan dalam menerapkan pola bahasa secara tertulis untuk menuangkan suatu ide atau gagasan dengan jelas. Beberapa kemampuan yang terdapat dalam keterampilan menulis antara lain: kemampuan dalam mengaplikasikan unsur-unsur bahasa dengan tepat, kemampuan mengorganisasikan wacana untuk menghasilkan suatu karangan, kemampuan menggunakan gaya bahasa secara tepat, kemampuan memilih diksi dengan tepat, dan sebagainya. Oleh karena itu, menulis merupakan kegiatan yang kompleks dan menuntut banyak kemampuan, sehingga harus dipelajari dan dikuasai (Winarni, dkk., 2016: 43).

(31)

Berdasarkan paparan di atas, dapat disimpulkan bahwa menulis merupakan suatu proses atau kegiatan menyampaikan pesan melalui bahasa tulis sebagai alat komunikasi penyampai pesan. Jadi, melalui kegiatan menulis, pesan yang ingin disampaikan dapat melalui perantara tulisan tanpa harus bertemu atau bertatap muka langsung dengan penerima pesan.

e. Pengertian Karangan Sederhana

Menuangkan ungkapan atau menyampaikan suatu gagasan ke dalam bentuk tulisan merupakan hakikat dari mengarang. Dalam sebuah karangan, tentu mengandung maksud dan isi dari pesan yang akan disampaikan. Pada dasarnya, istilah mengarang sama halnya dengan menulis. Keduanya dipandang sama karena memiliki tujuan untuk menyampaikan ide, pikiran, dan perasaan dalam sebuah karya tulisan. Mengarang adalah kegiatan menyusun, mengatur, dan mengutarakan bahasa menjadi sesuatu secara tertulis dengan menggunakan bahasa yang baik dan memiliki makna (Suparno dan Yunus, 2008: 3.1; Dalman, 2015: 85).

Sejalan dengan pendapat di atas, Nurgiyantoro (2016: 463) menjelaskan bahwa karangan ialah bentuk dari sistem komunikasi yang menggunakan lambang visual. Agar komunikasi melalui lambang tulis sesuai dengan yang diharapkan, maka seorang penulis harus menuangkan gagasannya dengan menggunakan bahasa yang tepat, teratur, dan lengkap.

Murwani, dkk. (Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran, 2(6), 2013: 7) menyatakan bahwa karangan merupakan penjabaran gagasan secara resmi dan teratur mengenai suatu topik bahasan tertentu yang lebih rinci atau lebih luas dari paragraf. Karangan sederhana adalah ungkapan pikiran, perasaan, dan gagasan penulis yang dirangkai ke dalam tulisan yang sederhana dan mudah dipahami. Ciri-ciri karangan sederhana di antaranya yaitu: 1) menggunakan bahasa anak yang sederhana dan mudah dicerna, 2) diksi mudah dimengerti dan sesuai dengan perkembangan usia anak, 3) tema seputar lingkungan yang sesuai dengan dunia anak (Asumbi, 2014: 26; Slamet, 2014: 127).

(32)

Berdasarkan paparan di atas, dapat diketahui bahwa karangan sederhana merupakan tulisan yang biasanya berasal dari anak-anak yang berisi pikiran, gagasan, dan perasaan yang ingin disampaikan oleh penulis kepada pembaca. Isi tulisan dari karangan sederhana dapat dengan mudah dipahami oleh pembaca karena kosa kata yang digunakan sederhana.

f. Pembelajaran Menulis Karangan Sederhana di Kelas III Sekolah Dasar Karangan sederhana ialah salah satu jenis sastra yang dipelajari mulai dari jenjang sekolah dasar. Pembelajaran menulis karangan sederhana diajarkan di kelas III semester 2, hal ini tercantum dalam silabus bahasa Indonesia kelas III sekolah dasar. Untuk lebih jelasnya, berikut ini merupakan rincian materi karangan sederhana yang diajarkan di kelas III semester 2. Tabel 2.1 SK dan KD Bahasa Indonesia Kelas III Semester 2

Standar Kompetensi Kompetensi Dasar

8. Mengungkapkan pikiran,

perasaan, dan informasi dalam bentuk karangan sederhana dan puisi.

8.2 Menulis karangan sederhana

berdasarkan gambar seri

menggunakan pilihan kata dan

kalimat yang tepat dengan

memperhatikan penggunaan ejaan, huruf kapital, dan tanda titik. Indikator yang hendak dicapai dalam penelitian ini berdasarkan standar kompetensi dan kompetensi dasar di atas yakni:

1) Menerapkan penggunaan huruf kapital dalam menulis karangan sederhana dengan tepat.

2) Menerapkan penggunaan tanda baca dalam menulis karangan sederhana dengan tepat.

g. Kemampuan Penggunaan Huruf Kapital dan Tanda Baca dalam Menulis Karangan Sederhana Peserta Didik Kelas III Sekolah Dasar

Kemampuan penggunaan huruf kapital dan tanda baca dalam menulis karangan sederhana peserta didik kelas III Sekolah Dasar merupakan salah satu kompetensi dasar yang harus dipenuhi peserta didik pada mata pelajaran Bahasa Indonesia. Dalam kegiatan menulis karangan, peserta didik dituntut untuk membuat tulisan dengan memperhatikan penggunaan huruf kapital dan tanda baca. Artinya, peserta didik dinyatakan mampu dalam menggunakan

(33)

huruf kapital dan tanda baca apabila dalam menulis karangan sederhana telah sesuai dengan kaidah penulisan huruf kapital dan penggunaan tanda baca yang telah diajarkan. Selain itu, penilaian hasil kemampuan penggunaan huruf kapital dan tanda baca dalam menulis karangan sederhana diukur dengan ketercapaian nilai peserta didik yang memenuhi KKM ≥70.

h. Penilaian Kemampuan Penggunaan Huruf Kapital dan Tanda Baca dalam Menulis Karangan Sederhana

Dalam menulis karangan, ada lima komponen yang dinilai, yakni 1) Isi dari gagasan yang hendak disampaikan, 2) Organisasi isi, 3) Gramatika atau tata bahasa, 4) Gaya bahasa atau diksi yang sesuai dengan gagasan yang dikemukakan, serta 5) Ejaan dan tata tulis yang terdiri dari: penulisan huruf, kata, dan tanda baca (Nurgiyantoro, 2016: 479; Slamet, 2007: 120).

Penilaian karangan dapat dilakukan dengan cara holistik maupun analitis. Penilaian holistik yaitu penilaian karangan yang dilakukan secara utuh dan menyeluruh tanpa dirinci ke dalam komponen pendukungnya. Guru langsung melihat secara keseluruhan karangan yang dihasilkan oleh peserta didik. Sedangkan penilaian analitis ialah penilaian terhadap karangan peserta didik berdasarkan kualitas komponen-komponen pendukungnya dengan pemberian skor tersendiri pada tiap komponen. Total skor diperoleh dengan cara menjumlah tiap skor komponen tersebut. Keuntungan dari penilaian secara analitis adalah diketahuinya letak kelemahan dan kelebihan dari hasil tulisan atau karangan peserta didik (Nurgiyantoro, 2016: 482).

Komponen penilaian yang dilaksanakan dalam penelitian ini adalah penilaian analitis yang hanya difokuskan pada penilaian komponen ejaan dan tata tulis peserta didik yang berupa pemakaian huruf kapital dan penggunaan tanda baca dalam menulis karangan sederhana. Agar pelaksanaan penilaian menjadi lebih mudah, maka perlu adanya kriteria penilaian kemampuan pemakaian huruf kapital dan penggunaan tanda baca dalam menulis karangan sederhana. Hal ini sesuai dengan pendapat Elander, dkk. dalam International Journal of Instruction yang menyatakan bahwa, “The process of assesment of written literacy should be well organized and well managed to make it

(34)

transparent and meaningful” (Javed, Juan, & Nazli, 2013: 131). Pernyataan tersebut mengandung arti bahwa penilaian menulis perlu diorganisasi dan dikelola dengan baik, sehingga mendapat hasil yang transparan dan bermakna.

Berikut kriteria penilaian kemampuan penggunaan huruf kapital dan tanda baca dalam menulis karangan sederhana yang diadaptasi dari Nurgiyantoro (2016: 481):

Tabel 2.2 Kriteria Penilaian Penggunaan Huruf Kapital dan Tanda Baca

Komponen Aspek yang Dinilai Skor Maksimal

Mekanik (Ejaan dan Tata Tulis)

Ketepatan Penggunaan Huruf Kapital 6

Ketepatan Penggunaan Tanda Baca 4

Jumlah 10

Diadaptasi dari Penilaian Pembelajaran Berbahasa Berbasis Kompetensi (Nurgiyantoro, 2016: 481)

Deskriptor:

1) Aspek ketepatan penggunaan huruf kapital

1 = Terdapat >10 kesalahan penggunaan huruf kapital 2 = Terdapat 9-10 kesalahan penggunaan huruf kapital 3 = Terdapat 6-8 kesalahan penggunaan huruf kapital 4 = Terdapat 3-5 kesalahan penggunaan huruf kapital 5 = Terdapat 1-2 kesalahan penggunaan huruf kapital 6 = Tidak ada kesalahan penggunaan huruf kapital 2) Aspek ketepatan penggunaan tanda baca

1 = Terdapat >4 kesalahan dalam penggunaan tanda baca 2 = Terdapat 3-4 kesalahan dalam penggunaan tanda baca 3 = Terdapat 1-2 kesalahan dalam penggunaan tanda baca 4 = Tidak ada kesalahan penggunaan tanda baca

Berdasarkan paparan yang telah diuraikan sebelumnya, ada lima komponen yang dinilai dalam menulis karangan, yakni a) isi, b) organisasi isi, c) gaya bahasa, d) diksi, dan e) ejaan. Pada penelitian ini, fokus penilaian yang dilakukan oleh peneliti dibatasi pada aspek ejaan, yakni penggunaan huruf kapital dan tanda baca. Skor maksimal pada penilaian aspek huruf

(35)

kapital dan tanda baca berbeda, karena disesuaikan dengan tingkat kedalaman materi. Aspek penggunaan huruf kapital memiliki skor yang lebih tinggi dibandingkan dengan aspek penggunaan tanda baca karena materi penggunaan huruf kapital lebih banyak dibandingkan dengan materi penggunaan tanda baca.

2. Hakikat Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Talk Write (TTW) a. Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif

Sebagai seorang pendidik, tentunya harus paham benar akan model-model pembelajaran sebagai bagian dari aspek pendukung dalam proses belajar-mengajar untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan. Model pembelajaran sebagai suatu pola yang dijadikan pedoman untuk merancang pembelajaran yang akan dilaksanakan di kelas haruslah dipersiapkan oleh pendidik dengan sebaik mungkin (Suwarto, 2014: 136; Fathurrohman, 2015: 29; Kurniasih, 2016: 18). Model pembelajaran penting sekali keberadaannya di dalam proses pembelajaran agar pembelajaran dapat berlangsung sesuai tujuan yang dirumuskan dan memperoleh hasil yang maksimal.

Penerapan model pembelajaran yang sesuai dengan materi yang akan diajarkan dapat mendorong peserta didik untuk bisa mengembangkan pengetahuan, kemampuan, dan keterampilan secara maksimal dalam suasana belajar yang terbuka dan demokratis (Isjoni, 2014: 23). Sejalan dengan pendapat yang telah dikemukakan sebelumnya, (Suprijono, 2016: 52; dan Sugiyanto, 2009: 34) menjelaskan bahwa model pembelajaran merupakan suatu rangkaian prosedur yang di dalamnya terdapat langkah-langkah dengan tujuan yang mengarah pada hasil belajar yang bersifat spesifik serta menciptakan kegiatan pembelajaran menjadi lebih bervariasi. Dengan model pembelajaran, maka guru memiliki pedoman yang dapat dijadikan sebagai acuan untuk memandu proses pembelajaran di dalam kelas (Nafi’ah, 2018: 17).

Salah satu model pembelajaran inovatif dan sudah banyak dikembangkan ialah model pembelajaran secara berkelompok atau

(36)

kooperatif. Dalam pembelajaran kooperatif, yang menjadi unsur utama adalah adanya kerjasama antarpeserta didik dalam kelompok. Pembelajaran kooperatif biasanya menempatkan peserta didik untuk bekerja sama dengan kelompoknya dan saling membantu dalam memahami materi pelajaran. Pembelajaran kooperatif biasanya melibatkan kelompok dengan jumlah peserta didik tiap kelompok terdiri dari 3-6 orang dengan tingkat kognitif yang bervariasi pada tiap kelompoknya. Model pembelajaran kooperatif kini marak diterapkan guna menciptakan kegiatan belajar-mengajar yang berorientasi pada peserta didik, terutama sebagai solusi bagi guru yang mengalami kesulitan dalam mengaktifkan peserta didik yang enggan bekerja sama dengan orang lain, agresif, maupun tidak peduli pada yang lain (Huda, 2016: 111; Isjoni, 2014: 16).

Gupta dan Ahuja (2014: 37) dalam International Journal of Research in Humanities, Arts, and Literature menyatakan bahwa: Cooperative learning (CL) as one of the means of active learning might serve as an appropriate and promising strategy helping to increase learning effectiveness and providing students with the skills of collaborating, cooperating, sharing, and socializing. Pernyataan tersebut mengandung arti bahwa pembelajaran kooperatif sebagai salah satu cara pembelajaran aktif yang berfungsi sebagai strategi yang tepat dan menjanjikan untuk membantu meningkatkan efektivitas belajar dan membekali peserta didik dengan keterampilan berkolaborasi, bekerja sama, berbagi, dan bersosialisasi.

Dari berbagai pendapat yang telah dikemukakan, dapat diketahui bahwa model pembelajaran kooperatif ialah model pembelajaran yang melibatkan peserta didik untuk belajar dalam kelompok kecil dalam rangka melakukan kerja sama, bertukar pendapat, berdiskusi, dan saling membantu dalam belajar. Melalui model pembelajaran kooperatif yang sesuai dengan situasi, kondisi, karakteristik peserta didik, dan materi pelajaran, akan menjadikan proses pembelajaran berlangsung efektif dan menyenangkan sehingga tujuan pembelajaran dan rencana pembelajaran yang telah dirumuskan dapat tercapai dengan mudah.

(37)

b. Macam-macam Model Pembelajaran Kooperatif

Model pembelajaran kooperatif memiliki banyak variasi, namun prinsip dasar pembelajaran kooperatif tidak akan berubah, yakni pembelajaran dalam bentuk kelompok-kelompok kecil. Macam-macam model pembelajaran kooperatif menurut Huda (2016: 196) dan Kurniasih (2016: 22) di antaranya: 1) Teams Game Tournament (TGT); 2) Team Assisted Individualization (TAI); 3) Student Team Achievement Division (STAD); 4) Jigsaw; 5) Think Pair Share (TPS); 6) Think Talk Write (TTW), 7) Make A Match, 8) Two Stay Two Stray (TSTS), 9) Numbered Head Together (NHT), 10) Group Investigation (GI), dan lain sebagainya. Pada penelitian ini, peneliti menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Think Talk Write (TTW) untuk meningkatkan kemampuaan penggunaan huruf kapital dan tanda baca dalam menulis karangan sederhana peserta didik kelas III Sekolah Dasar.

c. Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Talk Write (TTW)

Think Talk Write (TTW) ialah salah satu model pembelajaran kooperatif yang pada hakikatnya dibangun melalui kegiatan berpikir (think) seperti menyimak, mengkritisi, kemudian berbicara (talk) seperti contohnya presentasi, diskusi, dan kemudian menulis (write) yang berupa kegiatan menulis laporan akhir hasil diskusi atau presentasi. Think Talk Write (TTW) berguna sebagai salah satu model pembelajaran kooperatif yang memberikan fasilitas latihan berbahasa baik lisan maupun tulis. Model pembelajaran kooperatif tipe Think Talk Write (TTW) mendorong peserta didik untuk mengembangkan kemampuan kognitif, lisan, dan tulisan. Model pembelajaran kooperatif tipe Think Talk Write (TTW) memberi kesempatan peserta didik untuk mengorganisasikan ide-ide sebelum menuangkannya dalam bentuk tulisan. Hal tersebut dapat mendorong peserta didik dalam mengumpulkan dan mengembangkan ide-ide melalui kegiatan diskusi. Model pembelajaran kooperatif tipe Think Talk Write (TTW) juga menekankan pentingnya peserta didik untuk mengkomunikasikan gagagasannya. Lebih

(38)

dari itu, model pembelajaran kooperatif tipe Think Talk Write (TTW) dengan sintak atau langkah-langkah berpikir (think), berbicara (talk), dan menulis (write) dapat mendorong terciptanya aktivitas yang dapat dilakukan untuk menumbuhkembangkan kemampuan pemahaman konsep dan komunikasi antar peserta didik (Hamdayama, 2015: 217; Shoimin, 2014: 212).

Suminar dan Putri (2015: 300) dalam Journal of English Language and Learning menyatakan bahwa: Think Talk Write model can be facilities the students in writing because the students practice work together or cooperative learning. The student will be relax if they work together, they can think what they know and they share with a group, finally they can write on paper after they discussion with their group.

Pernyataan di atas mengandung arti bahwa model pembelajaran Think Talk Write (TTW) dapat menjadi fasilitas bagi peserta didik dalam menulis karena peserta didik mempraktikkan secara langsung dalam bekerja bersama dengan kelompok. Peserta didik dapat merasa senang apabila bekerja bersama, mereka dapat menuangkan pikiran dan pengetahuan yang mereka miliki dan membahas bersama dengan kelompok, sehingga model pembelajaran Think Talk Write (TTW) dapat mendukung peserta didik dalam kegiatan menulis secara berkelompok.

Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan, dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran Think Talk Write (TTW) merupakan salah satu model pembelajaran kooperatif yang kegiatannya meliputi proses berpikir (think), berbicara (talk), dan menulis (write). Dengan ketiga langkah yang terjadi pada kegiatan pembelajaran menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Think Talk Write (TTW), diharapkan dapat menumbuhkembangkan aktivitas peserta didik dalam berbahasa, baik secara lisan maupun tulis.

d. Langkah-langkah Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Talk

Write (TTW)

Dalam menerapkan suatu model pembelajaran, seorang guru atau pendidik harus memahami benar akan persiapan dan langkah-langkah dari suatu model pembelajaran yang akan diterapkan (Kurniasih, (2016: 20). Jika

(39)

guru tidak memahami langkah-langkah dari model yang digunakan dan tidak mempersiapkan hal-hal yang diperlukan dengan matang, bukan tidak mungkin proses pembelajaran akan menjadi kacau dan tujuan pembelajaran tidak tercapai sesuai harapan.

Hamdayama (2015: 219-220) dan Nafi’ah (2018: 127) menjelaskan sintak model pembelajaran kooperatif tipe Think Talk Write (TTW) sebagai berikut:

1) Peserta didik memperoleh LKPD beserta petunjuk pengerjaannya yang dibagikan oleh guru.

2) Peserta didik memahami persoalan yang terdapat pada LKPD dan membuat catatan sederhana yang berkaitan dengan hal yang diketahui maupun tidak berdasarkan persoalam yang ditemukan pada LKPD. Dalam kegiatan tersebut, terjadilah proses berpikir (think) yang mengharuskan peserta didik untuk memecahkan sendiri persoalan yang mereka temukan. Kegiatan pada proses tersebut memiliki tujuan agar peserta didik dapat membedakan dan menyatukan ide-ide yang terdapat dalam bacaan untuk kemudian diterjemahkan menggunakan bahasanya sendiri.

3) Peserta didik dibagi kedalam kelompok-kelompok kecil dengan tiap-tiap kelompok terdiri dari 3-5 orang.

4) Peserta didik saling berdiskusi (talk) dengan anggota kelompok untuk mencari solusi dari permasalahan yang telah mereka temukan pada saat mengerjakan LKPD secara individu.

5) Setelah kegiatan diskusi selesai, peserta didik menuliskan hasil diskusinya (write).

6) Setiap kelompok menyajikan hasil diskusi dan kelompok lain memberikan masukan/tanggapan.

7) Pembelajaran diakhiri dengan kegiatan membuat refleksi dan simpulan dari materi yang telah dipelajari.

Berdasarkan paparan di atas, peneliti menerapkan langkah-langkah model pembelajaran kooperatif tipe Think Talk Write (TTW) dengan sedikit modifikasi sebagai berikut:

(40)

1) Guru mengemukakan tujuan pembelajaran yang hendak dicapai. 2) Guru menjelaskan sekilas tentang materi yang harus dikuasai.

3) Peserta didik memproleh LKPD yang dibagikan guru. Peserta didik membaca soal dalam LKPD, memahami persoalan secara mandiri, dan membuat catatan sederhana dari hal-hal yang mereka ketahui maupun tidak (think).

4) Peserta didik dibagi menjadi beberapa kelompok. Setiap kelompok terdiri dari 3-5 peserta didik yang dikelompokkan secara heterogen.

5) Peserta didik saling berinteraksi dan berdiskusi mencari solusi atas permasalahan yang mereka temukan pada soal yang terdapat dalam LKPD (talk).

6) Peserta didik menuliskan hasil diskusi kelompok (write).

7) Setiap kelompok mempresentasikan hasil diskusinya dan kelompok lain memberikan tanggapan.

8) Kegiatan pembelajaran diakhiri dengan membuat refleksi dan simpulan dari materi yang telah dipelajari.

e. Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think

Talk Write (TTW)

Setiap hal pasti mempunyai kelebihan maupun kekurangan, sama halnya dengan model pembelajaran. Setiap model pembelajaran pasti mempunyai kelebihan dan kekurangan. Tak ada model pembelajaran yang sangat bagus maupun sangat buruk dalam penerapannya. Pemahaman terhadap kelebihan dan kekurangan dari suatu model pembelajaran sangatlah penting. Hal tersebut diperlukan guna memaksimalkan kelebihan dan mengantisipasi kekurangan yang ada pada model pembelajaran sehingga kegiatan belajar-mengajar berlangsung dengan baik dan mencapai hasil yang diinginkan sesuai dengan tujuan yang telah dirumuskan. Untuk itu, Rusman (2016: 133) menyatakan bahwa dalam memilih model pembelajaran alangkah lebih baiknya mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut: (1) materi pembelajaran yang akan disampaikan; (2) tujuan yang hendak dicapai; (3)

(41)

karakteristik peserta didik; dan (4) nilai efektivitas dari penerapan model itu sendiri.

Sama halnya dengan model pembelajaran yang lain, model pembelajaran kooperatif tipe Think Talk Write (TTW) juga memiliki kelebihan dan kekurangan. Kelebihan dari model pembelajaran kooperatif tipe Think Talk Write (TTW) antara lain: 1) memperkuat kemampuan kognitif, terutama yang berkaitan dengan keterampilan visual; 2) mendorong peserta didik menemukan solusi secara mandiri sehingga dapat memahami materi ajar dengan penuh makna; 3) melalui soal open ended, keterampilan berpikir kritis dan kreatif peserta didik dapat berkembang; 4) melalui kegiatan diskusi bersama anggota kelompok, peserta didik menjadi terlibat aktif dalam suasana pembelajaran; dan 5) membiasakan peserta didik berpikir dan berkomunikasi dengan teman, guru, bahkan dirinya sendiri (Hamdayama, 2015: 222; Shoimin, 2014: 215).

Sedangkan kelemahan model pembelajaran kooperatif tipe Think Talk Write (TTW) menurut Hamdayama (2015: 222) adalah: 1) peserta didik terkadang merasa tidak mampu dan tidak percaya saat bekerja dalam kelompok, karena didominasi oleh peserta didik yang mampu; 2) guru harus mempersiapkan segala media dan keperluan pembelajaran saat menerapkan model Think Talk Write (TTW) agar tidak mengalami kendala.

Adapun kekurangan model pembelajaran kooperatif tipe Think Talk Write (TTW) menurut Shoimin (2014: 215) adalah sebagai berikut: 1) biasanya soal open ended akan membuat peserta didik menjadi sibuk, karena berisi soal yang harus mereka selesaikan sesuai dengan pengetahuan yang mereka miliki dan menuangkannya dalam bentuk bahasa atau kalimat sendiri; 2) apabila persiapan yang digunakan saat akan menerapkan model pembelajaran Think Talk Write (TTW) kurang matang, guru akan mengalami kesulitan dan akan banyak waktu yang terbuang.

Berdasarkan kekurangan-kekurangan dari model pembelajaran kooperatif tipe Think Talk Write (TTW) yang telah diuraikan di atas, peneliti mengusulkan beberapa cara untuk mengatasi kekurangan-kekurangan

(42)

tersebut, seperti: 1) menyiapkan segala kebutuhan dengan matang sebelum pembelajaran, sehingga tidak banyak waktu yang terbuang; 2) guru memberikan bimbingan dan instruksi yang jelas terkait pembelajaran yang akan dilaksanakan dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Think Talk Write (TTW); 3) guru memberikan pengarahan agar peserta didik mau berkelompok dengan siapapun, karena kelompok tersebut hanya untuk kepentingan pelaksanaan pembelajaran; 4) guru secara tegas memberikan arahan kepada peserta didik lain untuk memperhatikan kelompok yang sedang presentasi di depan kelas; 5) mengatasi kebosanan peserta didik dengan menampilkan gambar-gambar yang berkaitan dengan materi pembelajaran menggunakan powerpoint, video, ataupun media lain; 6) dan guru dapat meminta bantuan kepada guru lain untuk menyiapkan alat dan bahan yang digunakan guna mendukung proses pembelajaran apabila mengalami kesulitan saat melakukannya sendiri.

f. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Talk Write (TTW) pada Pembelajaran Huruf Kapital dan Tanda Baca dalam Menulis Karangan Sederhana

Sebelum menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Think Talk Write (TTW), guru perlu melaksanakan persiapan terlebih dahulu. Adapun persiapan yang perlu dilakukan, antara lain: 1) menyiapkan LKPD sesuai dengan bahan dan materi pelajaran; 2) menyiapkan media pembelajaran apabila diperlukan, seperti misalnya media gambar untuk membantu peserta didik menulis karangan sederhana; 3) menyiapkan kelompok-kelompok peserta didik secara heterogen sesuai dengan tingkat kemampuan yang merata; 4) membuat aturan kesepakatan saat proses pembelajaran, seperti pemberian bintang bagi kelompok yang melaksanakan diskusi dan presentasi dengan tertib, serta pemberian sanksi bagi peserta didik yang tidak mau melakukan diskusi dengan teman kelompoknya. Sanksi yang diberikan tentu sanksi yang ringan dan relevan dengan pembelajaran, seperti misalnya kelompok peserta didik diminta menyanyikan lagu nasional atau menjelaskan materi yang telah mereka pelajari sebelumnya (Supriyadi, 2014: 74).

Gambar

Tabel 2.1 SK dan KD Bahasa Indonesia Kelas III Semester 2  Standar Kompetensi  Kompetensi Dasar  8
Gambar 2.1 Bagan Kerangka Berpikir
Gambar 3.2 Triangulasi dengan empat teknik pengumpulan data
Gambar 3.3 Komponen Analisis Data (Interactive Model) Pengumpulan Data
+7

Referensi

Dokumen terkait

Syok ini dapat timbul akibat infak miokard akut (IMA) yang luas menimbulkan iskemik, injuri sampai infaks dengan gangguan irama jantung, atau sebagai fase terminal dari

Jika terdapat bukti obyektif bahwa kerugian penurunan nilai telah terjadi atas instrumen ekuitas yang tidak memiliki kuotasi yang tidak dicatat pada nilai wajar

[r]

ISPRS Annals of the Photogrammetry, Remote Sensing and Spatial Information Sciences, Volume II-3/W5, 2015 ISPRS Geospatial Week 2015, 28 Sep – 03 Oct 2015, La Grande Motte,

Melakukan proses tarik tunai, pindah buku dana Bantuan Siswa Miskin/Program Indonesia Pintar (PIP) di Bank Muamalat2. Demikian surat kuasa diberikan tanpa hak subtitusi untuk

[r]

commit to user.. makin rapuh, berkurangnya fungsi indra pendengaran, penglihatan, gerak fisik dan sebagainya maka muncul gangguan fungsional atau bahkan kecacatan pada lansia

Kawasan ini juga merupakan kawasan ekowisata yang banyak dikunjungi oleh wisatawan lokal maupun wisatawan asing untuk melihat Orangutan Sumatera secara langsung di