• Tidak ada hasil yang ditemukan

EKSPLORASI PARASITOID TELUR Plutella xylostella PADA PERTANAMAN KUBIS Brassica oleracea DI DAERAH MALANG DAN KOTA BATU ABSTRACT

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "EKSPLORASI PARASITOID TELUR Plutella xylostella PADA PERTANAMAN KUBIS Brassica oleracea DI DAERAH MALANG DAN KOTA BATU ABSTRACT"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

117

EKSPLORASI PARASITOID TELUR Plutella xylostella PADA PERTANAMAN KUBIS Brassica oleracea DI DAERAH MALANG DAN KOTA BATU

Lukmanul Hakim, Sri Karindah, Ludji Pantja Astuti

Jurusan Hama dan Penyakit Tumbuhan, Fakultas Pertanian, Universitas Brawijaya. Jl. Veteran, Malang 65145

ABSTRACT

Cabbage Brassica oleracea (Cruciferae) has high economy and social value in Indonesia so that most of people plant cabbage. The main pest of cabbage is the Diamond back moth Plutella xylostella. Diamond back moth can be controlled by applying biological control agent, especially egg parasitoids, instead of applying insecticides. The objective of the research was to know the species of egg parasitoid and the level of egg parasitization on P. xylostella at Tumpang, Poncokusumo, Pujon and Kota Batu. In this study, the eggs of P. xylostella were collected from cabbage plantation at Tumpang-Tumpang, Wonomulyo-Poncokusumo, Ngroto-Pujon, and Sumberbrantas-Batu from 3 weeks after transplanting until 8 weeks after transplanting. Hundred eggs were collected and kept in the laboratory of Plant Pest Faculty of Agriculture Brawijaya University. The emerged parasitoid was identified and counted. The result of exploration found that the egg parasitoid from species

Trichogrammatoidea cojuangcoi Nagaraja (Hymenoptera: Trichogrammatidae). The

average percentage of parasitized eggs at Tumpang, Poncokusumo, Pujon and Batu were 42,4%, 37,2 %, 32,2% and 28,4%, respectively.

Keywords: Trichogrammatidae, Trichogrammatoidea cojuangcoi. ABSTRAK

Tanaman kubis Brassica oleracea (Cruciferae) mempunyai nilai ekonomi dan sosial yang tinggi di Indonesia. Hama utama yang menyerang tanaman kubis ialah hama

Plutella xylostella. Pengendalian hama P. xylostella bisa dilakukan dengan

menggunakan pemanfaatan parasitoid, khususnya parasitoid telur, sebagai pengganti penggunaan insektisida. Tujuan penelitian ini ialah untuk mengetahui tingkat parasitasi telur pada hama kubis P. xylostella di Poncokusumo, Tumpang, Pujon dan Kota Batu. Dalam penelitian ini, telur-telur P. xylostella dikumpulkan dari pertanaman kubis di Desa Tumpang Kecamatan Tumpang, Desa Wonomulyo Kecamatan Poncokusumo, Desa Ngroto Kecamatan Pujon dan Desa Sumber Brantas Kecamatan Bumiaji Kota Batu dari 3 minggu setelah tanam sampai 8 minggu setelah tanam. Ratusan telur diambil dan dibawa ke laboratorium Hama Jurusan Hama Penyakit Tumbuhan Universitas Brawijaya. Parasitoid yg ditemukan di identifikasi dan dihitung. Hasil menunjukkan, bahwa parasitoid telur yang ditemukan dari masing-masing lokasi pengambilan sampel ialah Trichogrammatoidea cojuangcoi Nagaraja (Hymenoptera: Trichogrammatidae). Rata-rata parasitasi di masing-masing lokasi yaitu pada Poncokusumo 28,4 %, Tumpang 42,4 %, Pujon 37,2 % dan di Kota Batu 32, 2 %. Kata kunci: Trichogrammatidae, Trichogrammatoidea cojuangcoi.

(2)

118 PENDAHULUAN

Tanaman kubis Brassica oleracea (Cruciferae) mempunyai nilai ekonomi dan sosial yang tinggi di Indonesia, kebutuhan kubis di Indonesia terus meningkat oleh karena itu petani dituntut untuk bekerja secara efisien dalam mengelola usahatani kubis agar produksi yang diperoleh lebih tinggi dan keuntungan yang diperoleh menjadi lebih besar (Wibisono,2011). Rendahnya tingkat produktivitas kubis di Indonesia disebabkan oleh beberapa kendala. Salah satu kendala tersebut ialah serangan hama ulat daun (Plutella xylostella)

(Lepidoptera: Plutellidae ). Hama utama yang menyerang tanaman kubis ialah ulat

P. xylostella (Kalshoven,1981). Hama P. xylostella mempunyai empat stadium,

stadium yang paling merugikan ialah larva (ulat) karena menyerang permukaan daun dan melubangi daun (epidermis) (Rukmana, 1994). Hama P. xylostella sangat merugikan bagi petani kubis karena dapat menghilangkan hasil yang besar hingga menyebabkan gagal panen. Menurut (Rukmana, 1994) kehilangan hasil akibat serangan hama ini dapat menyebabkan kehilangan hasil antara 58% - 100%, terutama musim kemarau.

Pengetahuan masyarakat tentang agens hayati pada tanaman kubis sangat rendah sehingga masyarakat masih menggunakan pestisida sintetik untuk mengurangi serangan hama P. xylostella. Ada alternatif lain selain menggunakan pestisida sintetik untuk mengurangi serangan hama P. xylostella diantaranya ialah pemanfaatan parasitoid, khususnya parasitoid telur. Parasitoid ini menyerang inang pada stadia telur, sehingga kerusakan pada tanaman budidaya akibat serangan hama P. xylostella dapat ditekan sejak awal (Marwoto dan Shaleh, 2003).

Saat ini, kajian parasitoid telur

P. xylostella baru tahap eksplorasi,

biologi, dan perbaikan kualitas. Dari hasil

ekplorasi di Sumatera Selatan dan Jawa Barat telah ditemukan satu jenis parasitoid yang memarasit telur P. xylostella (Herlinda, 2005a). Untuk mengetahui parasitoid telur P. xylostella di Kabupaten Malang dan Kota Batu maka perlu diadakan penelitian untuk eksplorasi parasitoid telur pada P. xylostella di Kabupaten Malang dan Kota Batu.

BAHAN DAN METODE

Eksplorasi parasitoid ini dilaksanakan pada bulan Mei sampai bulan September 2013, ditanaman kubis yang terletak di Desa Wonomulyo Kecamatan Poncokusumo, Desa Tumpang Kecamatan Tumpang, Desa Ngroto Kecamatan Pujon, Desa Sumber Brantas Kecamatan Bumiaji Kota Batu. Pemeliharaan telur P. xylostella dilakukan di Laboratorium Hama Jurusan Hama dan Penyakit Tumbuhan Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya Malang.

Dari masing-masing tempat yaitu Desa Wonomulyo Kecamatan Poncokusumo, Desa Tumpang Kecamatan Tumpang, Desa Ngroto Kecamatan Pujon, Desa Sumber Brantas Kecamatan Bumiaji Kota Batu dicari tanaman kubis yang umurnya 3 - 4 minggu, setelah itu ditentukan plot yang akan menjadi obyek eksplorasi telur P. xylostella. Dari tempat tersebut dicari dan diambil secara sengaja sampel telur P. xylostella sebanyak 100 butir telur dari daun kubis. Selanjutnya daun kubis yang ada telur P. xylostella dibawa ke Laboratorium Hama Jurusan Hama dan Penyakit Tumbuhan Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya Malang untuk di ambil 100 telur sebagai sampel.

Pemeliharaan dilakukan dengan meletakkan daun kubis yang berisi telur

P. xylostella di atas kasa yang sudah

dibasahi oleh air, kasa tersebut diletakkan di toples plastik besar, pada setiap harinya telur diamati yang terparasit atau tidak terparasit. Telur yang terparasit akan

(3)

119 berubah warna menjadi agak kehitam-hitaman. Apabila ada telur yang terparasit maka telur akan dipindahkan ke botol fial. Setelah telur menetas maka diamati apa yang muncul dari telur P.xylostella, apabila menetas sebagai P. xylostella maka larva itu dihitung lalu dipisahkan dari telur yang belum menetas. Sedangkan telur yang terparasit dibiarkan sampai muncul imago dan sampai mati, setelah parasitoid itu mati maka akan di ambil untuk di identifikasi.

Untuk mengetahui jumlah telur yang terparasit maka dihitung berapa jumlah parasitoid yang muncul dari setiap sampel dari Poncokusumo, Tumpang, Pujon dan Kota Batu. Persen parasitasi dengan menggunakan rumus menurut Ramadan (1987) dalam Nurfarhanah (2009), yaitu :

Jumlah Telur Terparasit

PP = X 100%

Jumlah Telur Sampel

Dimana PP adalah persen parisitasi HASIL DAN PEMBAHASAN Identifikasi dan Morfologi Parasitoid Telur P. xylostella

Parasitoid telur yang ditemukan dari Poncokusumo, Tumpang, Pujon dan Kota Batu merupakan parasitoid telur yang berasal dari genus

Trichogrammatoidea. Berdasarkan

karakter morfologi luar yang mengacu pada Meilin (2000), parasitoid tersebut adalah Trichogrammatoidea cojuangcoi

Nagaraja (Hymenoptera:

Trichogrammatidae).

Dekskripsi karakter morfologi dari parasitoid yang ditemukan diantaranya pada sayap depan terdapat fringe setae

pada tormus yang lebih panjang dan trichia pada remigium sedikit (Gambar 1A). Pada sayap belakang ada rambut-rambut hampir sama panjang dengan fringe setae sayap depan tetapi jumlahnya tidak terlalu banyak (Gambar 1B).

Populasi Parasitoid T. cojuangcoi

Berdasarkan hasil koleksi telur P.

xylostella dari masing-masing lokasi

didapatkan telur yang terparasit oleh parasitoid. Telur yang terparasit diamati sampai parasitoid muncul. Dari pengamatan itu didapatkan hasil bahwa dari masing-masing telur yang terparasit muncul satu ekor parasitoid. Herlinda (2005b) melaporkan bahwa, T. cojuangcoi merupakan endoparasitoid telur soliter, yaitu dari satu telur inang yang terparasit hanya berkembang satu ekor larva. Telur

P. xylostella yang sehat (tidak terparasit)

berwarna kuning kehijauan, sedangkan telur P. xylostella yang terparasit akan berubah warna dari kuning kehijauan menjadi kuning agak hitam dan semakin lama telur P. xylostella semakin hitam (Gambar 2). Telur P. xylostella yang terparasit mempunyai ciri-ciri berwarna hitam, sedangkan yang sehat berwarna kuning kehijauan (Herlinda, 2005a). Perubahan warna ini disebabkan oleh pengendapan pigmen hitam pada selaput vitelin (Flander, 1937 dalam Nurafiatin, 2000).

Pada penelitian ini didapatkan bahwa parasitasi dari masing-masing lokasi berbeda-beda (Gambar 3). Tidak hanya masing-masing lokasi tetapi dari setiap pengambilan sampel juga berbeda tingkat parasitasinya, Perbedaan tersebut terjadi karena beberapa faktor diantaranya proses budidaya dari masing-masing tempat yang berbeda.

(4)

120

(A) (B)

Gambar 1. Sayap parasitoid T. cojuangcoi. (A) Sayap depan, (B) Sayap belakang

A B

Gambar 2. A. Telur P. xylostella yang tidak terparasit; B. Telur P. xylostella yang terparasit

Gambar 4. Persentase Parasitasi Telur P. xylostella di Poncokusumo, Tumpang, Pujon dan Kota Batu oleh T. cojuangcoi

% Telur Terparasit

Umur Tanaman (minggu)

(5)

121 Pada Gambar 3 dapat dilihat bahwa populasi parasitoid telur P.

xylostella di Poncokusumo, Tumpang,

Pujon dan Kota Batu berfluktuasi selama musim tanam. Pada pengambilan sampel pertama di Tumpang umur tanaman berumur 3-4 minggu populasi parasitoid

T. cojuangcoi sangat tinggi, pada

pengambilan sampel minggu berikutnya cenderung menurun sampai pengamatan terahir minggu ke 7-8. Demikian pula tingkat parasitasi telur di Poncokusumo juga tinggi pada awal musim tanam dan cenderung menurun sampai akhir musim tanam. Pada awal pengambilan sampel di daerah Poncokusumo dan Tumpang tingkat parasitasinya tinggi, karena di sekitar lokasi pengambilan sampel terdapat banyak tanaman kubis. Namun pada pengambilan sampel berikutnya terjadi penurunan disebabkan karena tanaman kubis di sekitar pengambilan sampel sudah di panen. Sejak pengamatan kedua di sekitar pertanaman kubis tidak terdapat tanaman yang sejenis kubis, sehingga menurunkan inang P.

xylostella Hal itu menyebabkan

menurunnya populasi telur P. xylostella. Terjadinya penurunan populasi parasitoid dapat pula disebabkan oleh penggunaan insektisida yang intensif dan secara berjadwal di semua daerah pertanaman kubis. Tingkat parasitasi telur pada lokasi Pujon dan Batu sebaliknya cenderung naik dari awal tanam sampai pada minggu ke 7-8, pada daerah Pujon dan Kota Batu terdapat banyak tanaman kubis dan sayuran-sayuran lainnya yang dapat dijadikan inang alternatif hama P.

xylostella. Tersedianya inang di lahan

dapat meningkatkan tingkat parasitasi. Ada berbagai faktor yang mempengaruhi naik turunnya populasi parasitoid yaitu pengaplikasian pestisida, lingkungan dan ketersediaan inang. Herlinda (2004) menyatakan, bahwa fluktuasi parasitisasi oleh parasitoid telur lebih dipengaruhi oleh fluktuasi populasi telur inangnya,

yaitu P. xylostella. Peningkatan populasi telur inang cenderung diikuti peningkatan parasitisasi. Perbedaan tingkat parasitasi juga dapat dipengaruhi oleh lingkungan setempat dan penggunaan pestisida. Herlinda (2005b) menjelaskan bahwa penggunaan pestisida yang intensif pada pertanaman sekitarnya dapat mempengaruhi keberadaan T. cojuangcoi. Rerata persen parasitasi telur P.

xylostella selama satu musim tanam kubis

di Tumpang (42,4 %) adalah yang tertinggi dan diikuti oleh persen parasitasi di Pujon (37,2 %), Kota Batu (32, 2 %) dan Poncokusumo (28,4 %). Hasil eksplorasi telah menunjukkan, bahwa di daerah pertanaman kubis di Kabupaten Malang dan Kota Batu dapat dijumpai parasitoid telur dari P. xylostella selama satu musim tanam. Parasitoid telur adalah musuh alami yang dapat pertama-tama menurunkan populasi dengan mencegahnya telur menetas. Peningkatan jumlah parasitoid telur sesungguhnya dapat diupayakan dengan menurunkan frekuensi pengendalian dengan insektisida seperti yang biasa dilakukan petani. Usaha lain yang dapat dilakukan untuk meningkatkan populasi parasitoid T.

cojuangcoi adalah dengan melakukan

augmentasi.

KESIMPULAN

1. Parasitoid telur yang ditemukan di Poncokusumo, Tumpang, Pujon dan Kota Batu sama spesiesnya, yaitu

Trichogrammatoidea cojuangcoi

Nagaraja (Hymenoptera:

Trichogrammatidae).

2. Rata-rata tingkat parasitasi dari T.

cojuangcoi di Poncokusumo 28,4 %,

Tumpang 42,4 %, Pujon 37,2 % dan di Kota Batu 32, 2 %.

(6)

122 UCAPAN TERIMA KASIH

Ucapan terimakasih penulis sampaikan kepada Dr. Ir. Sri Karindah MS dan Dr. Ir. Ludji Pantja Astuti, MS selaku dosen pembimbing. Penghargaan yang tulus kepada kedua orangtua, kakak, dan adik atas doa, motivasi dan dukungan, yang diberikan kepada penulis. Teman-teman Jurusan Hama dan Penyakit Tumbuhan angkatan 2009, Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya, keluarga besar Pramuka Universitas Brawijaya, serta semua pihak yang telah membantu dalam pelaksanaan penilitian ini.

DAFTAR PUSTAKA

Herlinda, S. 2004. Dinamika interaksi antara parasitoid dengan inangnya,

Plutella xylostella L. (Lepidoptera:

Plutellidae) pada sayuran Brassicaceae. Agria 1:10-17.

Herlinda, S. 2005a. Parasitoid dan Parasitisasi Plutella xylostella (L.) (Lepidoptera: Yponomeutidae) di Sumatera Selatan. Jurnal Perlindungan Tanaman Fakultas Pertanian Universitas Sriwijaya. Sumatra Selatan. 12 (4): 151-156 Herlinda, S. 2005b. Variasi Kebugaran

Jenis/Strain Trichogramma Pada Telur Plutella xylostella (L.) (Lepidoptera: Plutellidae). Jurnal Perlindungan Tanaman Fakultas

Pertanian Universitas Sriwijaya. Sumatra Selatan. 11(1):51-59

Kalshoven, L. G. E. 1981. The Pests Of Crops In Indonesia Revised and Translated. By P. A. Van der Laan. Jakarta.

Marwoto dan Shaleh. 2003. Peningkatan Peran Parasitoid Telur

Trichogrammtoidae bactrae -

bactrae Dalam Pengendalian

Penggerek Polong Kedelai Etiella sp. Jurnal Litbang Pertanian.

Meilin, A. 2000. Parasitoid Telur Pada Hama Kubis Plutella xylostella (L.) (Lepidoptera: Yponomeutidae). Jurnal HPT IPB. Bogor. Indonesia. 12(1): 2 1-26

Nurfarhanah. 2009. Parasitasi

Trichogrammatoidea armigera

Nagaraja (hymenoptera: Trichogrammatidae) dengan Beberapa Tingkat Populasi Pelepasan Parasitoid Pada Pertanaman Kedele. Skirpsi. Universitas Brawijaya. Malang Rukmana. 1994. Bertanam Kubis.

Kanisius. Yogyakarta.

Wibisono, H. 2011. Efisiensi Usahatani Kubis (Studi Empiris Di Desa Banyuroto Kecamatan Sawangan Kabupaten Magelang). Dalam Skripsi. Universitas Diponegoro. Semarang.

Gambar

Gambar  2.  A.  Telur  P.  xylostella  yang  tidak  terparasit;  B.  Telur  P.  xylostella  yang  terparasit

Referensi

Dokumen terkait

Menyatakan bahwa karya ilmiah (Skripsi) dengan Judul: Persepsi masyarakat dan aparat desa terhadap pelayanan publik (Studi kasus di Desa Tumpang Kecamatan

Proses pembelajaran dengan kegiatan bermain peran dengan tema Profesi untuk meningkatkan kepercayaan diri anak pada siklus I ini tentunya sesuai dengan masalah yang

Pendapatan dari kontrak dengan pelanggan diukur pada harga transaksi, sebagai jumlah imbalan yang diharapkan akan menjadi hak Grup sebagai imbalan atas pengalihan barang

Berdasarkan uraian tersebut untuk model splin kubik dengan variasi 1 knot, 2 knot dan 3 knot, maka pemilihan estimasi kurva regresi nonparametrik yang sesuai untuk

Jika pekebun yang bersangkutan adalah anggota RSPO pada saat perencanaan pengembangan baru, maka pihaknya bertanggung jawab untuk menyelesaikan proses yang dijelaskan rinci dalam

Pembibitan pepaya diharapkan menggunakan media tanam yang cocok untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan tanaman pepaya serta memiliki media tanam yang ringan

Data primer yang dibutuhkan pada penelitian ini seperti data pasien, data rekam medis pasien untuk menentukan attribut dalam pembuatan sistem, alur kerja pada Klinik dan

adalah teknik analisis ekonomi untuk menilai “utilitas [daya guna]” atau kepuasan atas kualitas hidup yang diperoleh dari suatu intervensi kesehatan. Kegunaan diukur dalam jumlah