• Tidak ada hasil yang ditemukan

SISTEM VERIFIKASI LEGALITAS KAYU (SVLK) SEBAGAI SYARAT EKSPOR PRODUK KAYU

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "SISTEM VERIFIKASI LEGALITAS KAYU (SVLK) SEBAGAI SYARAT EKSPOR PRODUK KAYU"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

SISTEM VERIFIKASI LEGALITAS KAYU (SVLK) SEBAGAI

SYARAT EKSPOR PRODUK KAYU

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Syarat Untuk Mencapai Gelar Sarjana Hukum Program Studi Ilmu Hukum Fakultas Hukum

Universitas Kristen Satya Wacana

Davit Indra Permana NIM : 312008601

PROGRAM STUDI ILMU HUKUM FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA

SALATIGA

Juni 2014

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
(10)

Ucapan Terima Kasih

Penulis berterimakasih kepada:

Pertama, kepada Tuhan Yang Maha Esa atas jalanNYA skripsi saya bisa

terselesaikan.

Kedua, Ibu Penulis, Ibunda Widyaningsih Nugrahani (Nunik), yang selalu tiada

hentinya mensupport saya dari awal sampai akhir walaupun beliau sering kesal dengan tingkah nakal saya namun beliau selalu sabar serta memberikan energi positif sehingga saya menghadapi segalanya.

Ketiga, Ayah Penulis, Ayahanda Sumedi, untuk doa dan restunya.

Keempat, kepada saudara Penulis, Edwin Ghani O (Poss) , atas bantuan tenaganya

yang cukup besar dan menghibur Penulis saat waktu yang kurang tepat.

Kelima, Keluarga Besar Djamin Wardani.

Keenam, Bapak Arie Siswanto, S.H., M.Hum., selaku dosen pembimbing atas

waktu dan perhatiannya dalam membimbing Penulis dalam proses penulisan skripsi ini.

Ketujuh, Bapak Khrisna Djaja Darumurti S.H., M.Hum., selaku Dekan Fakultas

Hukum Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga, ditambah seluruh keluarga besar civitas akademika Fakultas Hukum Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga, kepada semua dosen yang telah memberikan ilmu kepada Penulis, dan, Staff TU yang telah memberikan pelayanan selama proses perkuliahan.

Kedelapan, special thanks kepada Mas Yakub Adi Kristanto, S.H., M.Hum.,

(sayidan rule).

Kesembilan, sahabat-sahabat Penulis; Pradikka Exa Budi H, S.H., Aditya Reza

(11)

Matthew Clarence M.H.S, Caesar Fortunus Wauran, S.H., Perima Harianto Sembiring, S.H., Paulus Nagata, Adjie Kepo, S.Pd., Ghani Jhono, Dandles Willy (si Wess), Gerry, Neo, Kacang, Hello Sucknight, Das Sollen, dan barisan para mantan Penulis (kalian akan menyesal)..

Kesepuluh, seluruh mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Kristen Satya

Wacana Salatiga, khususnya teman-teman angkatan 2008-2009 yang telah banyak membagi suka duka selama Penulis berkuliah.

(12)

KATA PENGANTAR

Suatu karya tulis ilmiah dalam bidang hukum haruslah ditulis dengan maksud untuk memberi ide atau gagasan baru yang berkaitan dengan asas dan kaedah hukum. Hukum dalam ranah Kehutanan tidaklah terhitung sebagai hukum yang baru atau muda di Indonesia, namun kurang mendapat perhatian dari para penulis literatur Hukum Kehutanan. Oleh karena itu untuk memberikan ide atau gagasan baru dimaksud, Penulis ingin memberikan buah pemikiran tentang hukum kehutanan khususnya mengenai Sistem Verifikasi Legalitas Kayu.

Skripsi yang bertujuan untuk memberikan ide atau gagasan keilmuan yang baru mengenai hukum kehutanan yang secara khusus membahas mengenai Sistem Verifikasi Legalitas Kayu, dan sekaligus untuk mendapatkan gelar kesarjanaan, dengan judul:

“Sistem Verifikasi Legalitas Kayu Sebagai Syarat Ekspor Produk Kayu”.

Indonesia adalah salah satu negara dengan hutan tropis yang luas dan bahkan di dunia internasional hutan Indonesia dikenal sebagai paru-paru dunia, oleh karena itu Hutan Indonesia juga dianggap sebagai Aset Internasional. Namun dalam rentangan waktu, Wilayah Hutan Indonesia semakin berkurang karena Hutan Indonesia banyak mengalami eksploitasi baik untuk pertanian, perkebunan, maupun pencurian, pembalakan, penjualan secara liar atau illegal, Indonesia sudah memiliki Instrumen Hukum Kehutanan yaitu Undang-Undang No. 41 tahun 1999 tentang Kehutanan yang sudah diubah dengan Undang-undang No. 19 Tahun 2004 tentang Penetapan PERPU No. 1 Tahun 2004 tentang Perubahan atas Undang-undang No. 41 tahun 1999 tentang Kehutanan menjadi Undang-undang.

Namun Instrumen Hukum tersebut belumlah cukup untuk mengurangi dampak dari eksploitasi hutan di Indonesia terutama pembalakan liar (illegal logging) maupun perdagangan ilegal kayu maupun produk kayu (illegal trading). Hal tersebut tidak saja

(13)

menjadi perhatian nasional saja namun juga menjadi perhatian internasional terutama Uni Eropa yang ikut prihatin atas kondisi hutan di Indonesia.

Oleh karena itu Uni Eropa dengan mengeluarkan European Timber Regulation, yang singkatnya bahwa Uni Eropa melarang impor/melarang masuk kayu/produk kayu yang ilegal atau tidak sesuai hukum asal negara kayu tersebut ke Uni Eropa. Namun karena kebutuhan akan kayu/produk kayu masih tinggi, Uni Eropa mengajak negara-negara penghasil kayu/produk kayu termasuk Indonesia.

Uni Eropa dan Indonesia bersama-sama berkerja sama dalam suatu kemitraan yang membentuk suatu regulasi-regulasi mengenai kayu/produk kayu dan perdagangannya. Dari situlah lahirlah Sistem Verifikasi Legalitas Kayu atau di dunia internasional dikenal dengan TLASindo.

Sistem Verifikasi Legalitas Kayu (SVLK) sudah di sahkan dan diundangkan pada tahun 2009 yaitu melalui, yang berisi menenai Peraturan menteri kehutanan No. 38/menhut-II/2009 jo Permenhut P.68/Menhut-II/2011 jo Permenhut P.45/Menhut-II/2012, jo Permenhut P.42 /Menhut-II/2013 tentang Standard dan Pedoman Penilaian Kinerja Pengelolaan Hutan Produksi Lestari dan Verifikasi Legalitas Kayu pada Pemegang izin atau pada Hutan Hak. Yang berisi mengenai tata administrasi kehutanan khususnya mengenai hasil hutan berupa kayu maupun produk kayu baik mengenai ketentuan-ketentuan yang harus dipenuhi oleh subjek SVLK, Pelaksana SVLK, Standar Penilaian dan Standar Verifikasi, output SVLK.

SVLK tidak hanya diatur dalam satu kementrian saja yaitu Kementrian Kehutanan, namun SVLK juga diatur di dalam Kementrian Perdagangan, yang dimana dalam Peraturan Menteri Perdagangan No. 64 /M.DAG /PER / 10 / 2012 Jo Peraturan Menteri Perdagangan No. 81 /M.DAG / PER /12 / 2013 yang mewajibkan para pelaku ekspor kayu/produk kayu untuk memiliki Dokumen V yaitu bukti bahwa kayu tersebut telah melewati Sistem Verifikasi Legalitas Kayu di Kementrian Kehutanan.

SVLK tidak hanya mengatur mengenai ketentuan di dalam hutan negara saja namun juga mengatur mengenai Hutan Rakyat atau hutan hak, atau dapat disebut juga

(14)

hutan milik. Hutan yang dimiliki oleh orang-perorangan, kelompok masyarakat maupun badan hukum yang dapat dibuktikan keabsahannya.

Namun seiring berjalannya SVLK banyak menimbulkan masalah terhadap pelaku usaha terutama yang berskala kecil / UMKM dimana para pelaku usaha tersebut kesulitan untuk mendapatkan Sertifikat Legalitas Kayu, yang dimana pelaku usaha tersebut merasa bahwa untuk mendapatkan S-LK memerlukan biaya yang tinggi atau mahal.

Oleh karena itu skripsi ini akan membahas mengenai peraturan perundang-undangan yang mengatur mengenai SVLK, terutama bagaimana SVLK dalam perdagangan kayu internasional, kedudukan hutan rakyat dalam SVLK, dan SVLK sebagai instrumen perlindungan hutan.

Kiranya skripsi ini bermanfaat.

Salatiga, Mei 2014

(15)

Daftar Isi

Ucapan Terima Kasih……… i

Kata Pengantar……….. iii

Daftar isi... vi

Daftar Singkatan……… vii

BAB I………... 1 A. Latar Belakang………... 1 B. Rumusan Masalah……….. 9 C. Tujuan Penelitian………... 10 D. Metode Penelitian... 10 BAB II………. 11 A. Hasil Penelitian………... 11

1. Norma-norma Perlindungan Hutan dalam Sistem Verifikasi Legalitas Kayu………. 12

2. Sistem Verifikasi Legalitas Kayu Sebagai Instrumen Perlindungan Hutan……… 31

3. Posisi Hutan Rakyat dalam Sistem Verifikasi Legalitas Kayu………. 46

4. Sistem Verifikasi Legalitas Kayu Sebagai Syarat Perdagangan Internasional Kayu dan Produk Kayu……….. 55

B. Analisis………. 62

BAB III……… 70

A. Kesimpulan……….. 70

(16)

DAFTAR SINGKATAN

SVLK = Sistem Verfikasi Legalitas Kayu.

KAN = Komite Akreditasi Nasional

LP & VI = Lembaga Penilai & Verifikasi Independen

LPHPL = Lembaga Penilai Pengelolaan Hutan Produksi Lestari

LVLK = Lembaga Verifikasi Legalitas Kayu

SVLK = Standar Verifikasi Legalitas Kayu

SPHPL = Sertifikat Pengelolaan Hutan Produksi Lestari

SLK = Sertifikat Legalitas Kayu

PI = Pengawas Independen

IUPHHK-HA = Ijin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu – Hutan Alam

IUPHHK-HT = Ijin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu – Hutan Tanaman

IUPHHK-HTR = Ijin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu – Hutan Tanaman Rakyat

IUPHHK-RE = Ijin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu – Restorasi Ekosistem

IUPHHK-HKM = Ijin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu – Hutan Kemasyarakatan

IUPHHK-HD = Ijin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu – Hutan Desa

IUPHHK-HTHR = Ijin Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu – Hutan Tanaman Hasil Reboisasi

(17)

IPK = Izin Pemanfaatan Kayu

IUIPHHK = Izin Usaha Industri Primer Hasil Hutan Kayu

IUI = Izin Usaha Industri

TDI = Tanda Daftar Industri

TLAS = Timber Legality Assurance System

LIU = Licensing Information Unit

ETPIK = Ekportir Terdaftar Produk Industri Kehutanan

HGU = Hak Guna Usaha

SPE = Surat Persetujuan Ekspor

Referensi

Dokumen terkait

Sekretaris Badan Kepegawaian dan Diklat Daerah mempunyai tugas memimpin, merencanakan, mengatur, mengkoordinasikan dan mengendalikan kegiatan serta pelayanan

Alhamdulillah, puji syukur kepada Allah SWT atas segala rahmat, nikmat dan hidayah-Nya, sehingga penulisan skripsi yang berjudul ”Penerapan Pembelajaran Problem Posing

Secara umum peran public relations adalah menjalankan fungsi manajemen yang membangun dan mempertahankan hubungan yang baik dan bermanfaat antara organisasi dengan

diterapkan pada kondisi legalitas kuat dan legitimasi juga kuat. Kayu yang telah memperoleh sertifikat SVLK, misalnya, akan “berbeda” dengan kayu-kayu tanpa

“Desa atau yang disebut nama lain selanjutnya disebut Desa, adalah ketentuan masyarakat hukum yang memiliki batas-batas wilayah yang berwenang untuk mengatur

Aspek umum keselamatan di tempat kerja diperhatikan. Pengamanan terhadap bahaya listrik, mekanik, dan tekanan yang berlebihan. Pengamanan pada saat proses pemesinan atau

VPA Indonesia - Uni Eropa berpijak pada Sistem Verifikasi Legalitas Kayu (SVLK) yang mampu melakukan verifikasi bahwa kayu dan produk kayu yang dihasilkan dan diproses di Indonesia

15 membahas, dan menerbitkan regulasi yang mengatur teknis pengelolaan warisan budaya sebagai aturan pelaksana turunan dari Peraturan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata