• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. mendunia. Di sektor pertanian misalnya, sub sektor pekebunan seperti komoditas

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. mendunia. Di sektor pertanian misalnya, sub sektor pekebunan seperti komoditas"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

1 1.1 Latar Belakang Masalah

Indonesia merupakan Negara kepulauan yang kaya akan sumber daya alam (SDA). Bahkan beberapa komoditas SDA yang dimiliki Indonesia saat ini sudah mendunia. Di sektor pertanian misalnya, sub sektor pekebunan seperti komoditas kelapa sawit ( CPO ) saat ini telah menduduki peringkat pertama di dunia sejak tahun 2006, produksi karet menduduki peringkat kedua di dunia setelah Thailand, kemudian komoditas kakao dan kopi menduduki peringkat ketiga di dunia (Vibiznews 2013). Demikian halnya dengan SDA yang berupa hasil pertambangan, Indonesia menempati posisi produsen terbesar kedua untuk komoditas timah, posisi terbesar keempat untuk komoditas tembaga, posisi kelima untuk komoditas nikel, posisi terbesar ketujuh untuk komoditas emas, dan posisi kedelapan untuk komoditas batubara, di tingkat dunia (Djamaluddin et.al 2012). Potensi SDA yang ada di Indonesia, sangat berpengaruh terhadap perkembangan ekonomi dan juga pemberdayaan masyarakat. Untuk itulah penting bagi Indonesia untuk mengembangkan SDA yang dimiliki pada sektor pertanian, seperti sub sektor perkebunan, peternakan, perikanan dan pertambangan sehingga tetap dapat menjadi komoditas unggulan di pasar internasional dan mendorong pembangunan nasional.

Selain dikenal dengan negara kepulauan yang kaya akan sumber daya alam, Indonesia adalah sebuah negara yang sering disebut dengan julukan negara agraris, karena sebagian besar penduduknya bergiat di sektor pertanian. Hal ini

(2)

mengartikan bahwa sektor pertanian di Indonesia memiliki peran penting dalam mendorong pembangunan nasional. Di dalam sektor pertanian, terdapat beberapa sub sektor yang mampu menjadi andalan Indonesia. Salah satunya adalah sub sektor perkebunan. Banyak komoditas dari sub sektor perkebunan Indonesia yang telah menjadi komoditas unggulan dan mampu mendorong pertumbuhan ekonomi bagi Indonesia, seperti komoditas cengkeh, karet, kopi, kelapa sawit, dan lain sebagainya. Menurut Arifin (2001), potensi sub sektor perkebunan mampu untuk dijadikan andalan ekspor Indonesia di masa mendatang. Pembangunan di sub sektor perkebunan dapat menciptakan lapangan pekerjaan dan juga memberikan pendapatan bagi masyarakat. Selain itu pembangunan sub sektor perkebunan juga menyumbang ekspor non migas di Indonesia sehingga dapat menghasilkan devisa bagi negara. Oleh karena itu, pengembangan sub sektor perkebunan bisa menjadi peluang untuk menopang perekonomian Indonesia. Sub sektor perkebunan saat ini semakin berkembang dari tahun ke tahun dan telah banyak berdampak bagi perekonomian dan kesejahteraan masyarakat Indonesia. Berbagai komoditas perkebunan telah dikembangkan oleh beberapa pihak, baik itu pemerintah, swasta, ataupun oleh masyarakat. Komoditas-komoditas yang dikembangkan ini pada umumnya adalah komoditas unggulan pada subsektor perkebunan dan bahkan sudah mampu bersaing di pasar internasional. Salah satunya adalah komoditas karet. Karet merupakan salah satu komoditas unggulan yang dimiliki oleh Indonesia dan saat ini komoditas karet Indonesia telah mampu masuk dan bersaing dalam pasar internasional. Komoditas karet Indonesia menjadi salah satu andalan ekspor yang kuat. Indonesia adalah negara dengan lahan perkebunan karet

(3)

terluas di dunia. Menurut Menteri Perindustrian Mohammad S Hidayat,

mengungkapkan bahwa Indonesia memiliki areal karet paling luas di dunia yakni

sebesar 3,6 juta hektar, angka ini jauh lebih tinggi bila dibandingkan dengan

Thailand yang hanya memiliki luas lahan perkebunan karet sebesar 2 juta hektar.

Namun Hidayat mengungkapkan bahwa produksi industri karet nasional masih

rendah. Menurutnya, Indonesia masih kalah dibandingkan dengan Malaysia dan

Thailand. Produksi dalam negeri baru mencapai satu ton, sedangkan dengan

Malaysia sudah memproduksi 1,3 ton per ha dan Thailand 1,9 ton per ha (Harian

Ekonomi Neraca, 9 Oktober 2014). Saat ini, produksi karet Indonesia hanya

mampu menduduki peringkat kedua setelah Thailand, hal ini karena rendahnya produktivitas perkebunan karet di Indonesia. Peringkat ini juga ditunjukkan pada Gambar 1.1.

(4)

Pada Gambar, terlihat bahwa produksi karet alam Indonesia hanya mampu

menduduki peringkat kedua setelah Thailand. Padahal Indonesia adalah negara

dengan lahan perkebunan terluas di dunia. Kondisi ini menggambarkan

produktivitas perkebunan karet nasional yang belum maksimal. Hal ini

menandakan bahwa produktivitas perkebunan karet di Indonesia memang belum maksimal. Permasalahan yang timbul pada komoditas karet Indonesia tidak terlepas dari masalah atau kendala yang dihadapi oleh masing-masing perkebunan karet. Ada banyak faktor yang bisa mempengaruhi produktivitas karet Indonesia. Selain itu, permasalahan yang dihadapi oleh masing-masing perkebunan karet juga berbeda satu dengan yang lain. Di Indonesia, perkebunan karet dikembangkan oleh 3 pihak yaitu pemerintah (BUMN), swasta,dan rakyat. Luas lahan karet berdasarkan kepemilikan lahan digambarkan pada Tabel 1.2.

Tabel 1.1

Luas Perkebunan Karet Indonesia berdasarkan kepemilikan lahan tahun 2009-2014 (ribu Ha)

Kepemilikan Perkebunan

Luas Perkebunan Karet Indonesia Tahun 2009-2014

2009 2010 2011 2012 2013* 2014**

Rakyat 2,912 2,922 2,932 2,978 3,016 3,063

BUMN 239 239 257 259 261 264

Swasta 284 284 267 269 279 279

Total Area 3,435 3,445 3,456 3,506 3,556 3,606

Sumber: Statistik Perkebunan Karet Indonesia, 2007-2009, 2010-2012, 2011-2013, 2012-2014

Direktorat Jenderal Perkebunan, Indonesia 2014 *) Preliminary (Perkiraan)

**) Estimation (Prediksi)

Data pada Tabel 1.1, menunjukkan bahwa sebagian besar perkebunan karet di Indonesia adalah perkebunan karet milik rakyat. Berdasarkan kepemilikannya, perkebunan karet milik rakyat banyak tersebar di pulau Sumatera

(5)

dan Kalimantan, sedangkan perkebunan karet di pulau Jawa lebih di dominasi oleh perkebunan besar milik BUMN. Seiring dengan banyaknya perkebunan karet milik rakyat, maka perkebunan karet rakyat memilik kontribusi yang besar terhadap produksi karet nasional dibandingkan dengan perkebunan BUMN dan Swasta. Gambaran kontribusi karet rakyat terhadap karet nasional akan dijelaskan pada Gambar 1.2.

79% 10%

11%

Gambar 1.2

Kontribusi Produksi Karet Rakyat Terhadap Total produksi Karet Nasional tahun 2014

Perkebunan Rakyat BUMN Swasta

Sumber: Statistik Perkebunan Karet Indonesia, 2007-2009, 2010-2012, 2011-2013, 2012 2014

Dari Gambar 1.2, terlihat bahwa kontribusi karet perkebunan milik rakyat sebesar 79%, kontribusi karet milik swasta sebesar 11%, sedangkan kontribusi karet milik BUMN hanya 10%. Hal ini menunjukkan perkebunan karet milik rakyat menyumbang besar terhadap produktivitas karet nasional.

(6)

Menurut Arifin ( Harian Kontan Online, 2014), permasalahan utama yang dihadapi perkebunan karet nasional adalah rendahnya produktivitas karet rakyat yaitu rata-rata hanya 600 kg/ha/th. Padahal, di negara lain produksi karet sudah bisa mencapai 2 ton per ha-3 ton per ha. Rendahnya produktivitas ini antara lain disebabkan karena sebagian besar tanaman masih menggunakan bahan tanam asal biji (seedling) tanpa pemeliharaan yang baik, dan tingginya proporsi areal tanaman karet yang telah tua, rusak atau tidak produktif yaitu sekitar 13% dari total areal. Pada saat ini sekitar 400 ribu ha areal karet berada dalam kondisi tua dan rusak dan sekitar 2-3% dari areal tanaman menghasilkan (TM) yang ada setiap tahun akan memerlukan peremajaan. Dengan kondisi demikian, sebagian besar kebun karet rakyat menyerupai hutan karet.

Hal serupa juga diungkapkan oleh Chandra et. al (2008) bahwa rendahnya produktivitas karet juga disebabkan karena kebun yang sebagian besar dimiliki oleh rakyat belum mengunakan klon unggul dan kurang dalam perawatan. Penyebab lainnya adalah banyaknya areal kebun karet yang telah tua/rusak sehingga kurang produktif dan perlu segera diremajakan. Selain itu, rendahnya produktivitas tanaman karet milik rakyat umumnya karena usaha tani karet rakyat diusahakan dalam skala kecil dan tidak dikelola dengan baik. Sehingga tanaman karet hanya dibiarkan begitu saja tanpa ada tindak lanjut dari pihak petani karet. Rendahnya produktivitas perkebunan karet milik rakyat juga bisa dilihat melalui perbandingan produktivitas karet alam Indonesia dan beberapa negara penghasil karet alam yang ditunjukkan pada Tabel 1.2.

(7)

Tabel 1.2

Perbandingan luas areal dan produktivitas beberapa negara produsen karet alam di dunia Negara Luas (Ha) Produktivitas

(kg/Ha) Luas Perkebunan Rakyat (%) Indonesia 3.467.203 900 85 Thailand 2.647.000 1.424 95 Malaysia 1.022.000 1.680 90 China 975.000 1.334 88 Vietnam 547.000 1.358 37

Sumber: Dirjen Perkebunan Kementrian Pertanian 2011

Tabel 1.2 dengan jelas menunjukkan bahwa produktivitas karet rakyat di Indonesia masih jauh lebih rendah jika dibandingkan dengan produktivitas karet rakyat di beberapa negara produsen karet alam di dunia. Menurut data dari Badan Pusat Statistik tahun 2013, perkebunan karet rakyat tersebar hampir di seluruh wilayah di Indonesia termasuk Provinsi Jawa Tengah. Di provinsi Jawa Tengah perkebunan rakyat tersebar di beberapa kebupaten seperti Kabupaten Cilacap, Kabupaten Banyumas, Kabupaten Batang, Kabupaten Kendal, Kabupaten Semarang, Kabupaten Pekalongan, dan Kabupaten Karanganyar (Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa tengah 2013).

Berdasarkan uraian diatas, maka penulis mengambil kesimpulan bahwa produktivitas perkebunan karet rakyat di Indonesia masih rendah. Untuk mengetahui seperti apa gambaran produktivitas karet rakyat, perlu diteliti produktivitas dan permasalahan di dalam usaha perkebunan karet milik rakyat. Untuk maksud tersebut, peneliti akan melakukan penelitian yang bertujuan untuk menggambarkan produktivitas perkebunan karet rakyat. Selain melihat gambaran produktivitasnya, dalam penelitian ini peneliti juga ingin melihat bagaimana kondisi ekonomi petani karet. Alasan peneliti mengkaji hal tersebut karena dirasa

(8)

permasalahan produktivitas perkebunan karet rakyat secara langsung akan berdampak pada kondisi ekonomi petani karet. Apabila produksi dan produktivitasnya rendah maka akan menyebabkan ekonomi petani karet dari segi pendapatan akan menjadi rendah. Oleh sebab itu peneliti menambahkan aspek kondisi ekonomi petani karet untuk dikaji lebih mendalam. Penelitian ini dilakukan di perkebunan karet di wilayah kabupaten Semarang yaitu pada perkebunan karet rakyat di kelompok tani “Pendoh Makmur” Dusun Kaliputih, Desa Polosiri, Kecamatan Bawen, Kabupaten Semarang Provinsi Jawa Tengah.

Dasar pertimbangan dilakukan penelitian di lokasi ini adalah karena lokasi ini sesuai dengan fokus penelitian yang dikaji yaitu perkebunan karet rakyat dan adanya ketertarikan peneliti terhadap keberadaan lembaga kelompok tani karet di Provinsi Jawa Tengah yang sudah padat penduduk. Selain itu, peneliti juga tertarik dengan adanya keinginan para petani untuk menanam karet sampai membentuk kelompok tani Pendoh Makmur meskipun telah diketahui bahwa budidaya karet sekarang sudah tidak menguntungkan. Selain itu alasan praktis yaitu lokasi perkebunan juga menjadi dasar pertimbangan dalam penelitian ini. Penelitian yang dilakukan ini bersifat fleksibel sehingga dapat dilakukan di berbagai lokasi penelitian di Indonesia, namun pada saat ini peneliti memilih lokasi yang dapat dijangkau oleh peneliti itu sendiri. Peneliti akan melakukan penelitian yang mendalam dan berfokus pada petani karet di kelompok tani “Pendoh Makmur” Dusun Kaliputih, Desa Polosiri, Kecamatan Bawen, Kabupaten Semarang, Provinsi Jawa Tengah.

(9)

1.2 Masalah dan Persoalan Penelitian

Berdasarkan uraian latar belakang pada butir 1.1, maka yang menjadi topik masalah dalam penelitian ini adalah tentang “Produktivitas Perkebunan Karet Rakyat di kelompok tani “Pendoh Makmur” Dusun Kaliputih, Desa Polosiri, Kecamatan Bawen, Kabupaten Semarang, Provinsi Jawa Tengah”.

Pertanyaan yang menjadi fokus dalam penelitian ini adalah :

1. Bagaimana tingkat produktivitas, dan pemasaran usaha perkebunan karet rakyat di kelompok tani “Pendoh Makmur” Dusun Kaliputih, Desa Polosiri, Kecamatan Bawen, Kabupaten Semarang, Provinsi Jawa Tengah?

2. Bagaimana kondisi ekonomi petani karet di kelompok tani “Pendoh Makmur” Dusun Kaliputih, Desa Polosiri, Kecamatan Bawen, Kabupaten Semarang, Provinsi Jawa Tengah?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini antara lain:

1. Untuk mengetahui bagaimana tingkat produktivitas, dan pemasaran usaha perkebunan karet rakyat di kelompok tani “Pendoh Makmur” Dusun Kaliputih, Desa Polosiri, Kecamatan Bawen, Kabupaten Semarang, Provinsi Jawa Tengah.

2. Untuk mengetahui bagaimana kondisi ekonomi petani karet di kelompok tani “Pendoh Makmur” Dusun Kaliputih, Desa Polosiri, Kecamatan Bawen, Kabupaten Semarang, Provinsi Jawa Tengah.

(10)

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini yaitu dapat memberikan sumbangan pengetahuan dan informasi mengenai permasalahan produktivitas perkebunan karet rakyat dan juga diharapkan penelitian ini dapat menjadi salah satu referensi bagi pemerintah untuk membuat kebijakan untuk mendorong produktivitas perkebunan karet nasional. Selain itu, diharapkan penelitian ini juga mampu menjadi acuan bagi penelitian-penelitian selanjutnya mengenai perkebunan karet rakyat sehingga penelitian ini diharapkan dapat dijadikan referensi bagi para peneliti selanjutnya.

Referensi

Dokumen terkait

Acuan yang digunakan merujuk kepada Indeks Kepuasan Masyarakat (IKM) yang dalam hal ini dapat disebut Indeks Kepuasan Siswa (IKS) berbentuk kuesioner sesuai dengan penetapan

word of mouth yaitu talkers tidak digunakan dalam penelitian dikarenakan memiliki definisi yang sama dengan indikator dari minat beli.. 1 Definisi

Metode kualitatif ini memberikan informasi yang mutakhir sehingga bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan serta lebih banyak dapat diterapkan pada berbagai

Sebagaimana kita tau pasar adalah sebuah tempat bertemunya pembeli dengan penjual guna melakukan transaksi ekonomi yaitu untuk menjual atau membeli suatu barang

SKOR MAKS

Skripsi dengan judul “Pengaruh Kecerdasan Emosional Dan Kecerdasan Intelektual Terhadap Prestasi Matematika Siswa Kelas VII MTsN Bandung Tulungagung Tahun Pelajaran

Dengan menggunakan Tabel 3, dapat diketahui bahwa tingkat pelayanan jalan pada saat tanpa tarikan pergerakan dari Rumah Sakit Siloam Manado adalah 0,47 untuk Jalan