• Tidak ada hasil yang ditemukan

DEWAN PERWAKILAN DAERAH REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PARIPURNA KE-8 DPD RI MASA SIDANG III TAHUN SIDANG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "DEWAN PERWAKILAN DAERAH REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PARIPURNA KE-8 DPD RI MASA SIDANG III TAHUN SIDANG"

Copied!
38
0
0

Teks penuh

(1)

DEWAN PERWAKILAN DAERAH REPUBLIK INDONESIA

---

RISALAH

SIDANG PARIPURNA KE-8 DPD RI MASA SIDANG III TAHUN SIDANG 2015-2016

DEWAN PERWAKILAN DAERAH REPUBLIK INDONESIA

I. KETERANGAN

1. Hari : Selasa

2. Tanggal : 16 Februari 2016 3. Waktu : 09.35 WIB – selesai 4. Tempat : R.Rapat Nusantara V

5. Pimpinan Sidang : 1. H. Irman Gusman, SE., MBA (Ketua DPD RI) 2. GKR Hemas (Wakil Ketua DPD RI)

3. Farouk Muhammad (Wakil Ketua DPD RI)

6. Sekretaris Sidang : 1. Prof. Dr. Sudarsono Hardjosoekarto (Sekretaris Jenderal DPD RI)

2. Zul Evi Astar, S.H. (Wakil Sekretaris Jenderal DPD RI) 7. Panitera 1. Ir. Sefti Ramsiaty, MM. (Kepala Biro Persidangan I)

2. Adam Bachtiar, S.H., M.H. (Kepala Biro Persidangan II) 8. Acara : 1. Laporan Pelaksanaan Tugas Alat Kelengkapan DPD RI;

2. Pengesahan Keputusan DPD RI.

9. Hadir : Orang

(2)

II. JALANNYA SIDANG :

PIMPINAN SIDANG: GUSTI KANJENG RATU HEMAS (WAKIL KETUA DPD RI) Karena kita juga akan mempercepat sidang. Sebagian akan kembali ke daerah untuk mendampingi pelantikan kepala daerah. Mohon duduk di tempat masing masing.

Yang saya hormati Bapak dan Ibu Anggota DPD RI dan juga Sekretariat Jenderal beserta jajarannya.

Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Salam sejahtera untuk kita semua.

Om swastiastu.

Tentu pada saat ini belum kuorum, maka sebelumnya kita buka dulu dan akan kita skors selama 5 menit. Marilah Bapak dan Ibu sekalian, kita menyanyikan hal lagu Indonesia Raya sebelum diskors tadi. Mohon untuk kita berdiri dan seluruh hadirin dimohon untuk berdiri dan bersama-sama menyanyikan lagu Indonesia Raya.

PEMBICARA: PADUAN SUARA Hiduplah Indonesia raya… Indonesia tanah airku. Tanah tumpah darahku. Disanalah aku berdiri. Jadi pandu ibuku.

Indonesia kebangsaanku. Bangsa dan Tanah Airku. Marilah kita berseru. Indonesia bersatu. Hiduplah tanahku. Hiduplah negriku.

Bangsaku Rakyatku semuanya. Bangunlah jiwanya.

Bangunlah badannya. Untuk Indonesia Raya. Indonesia Raya. Merdeka Merdeka.

Tanahku negriku yang kucinta. Indonesia Raya.

Merdeka Merdeka. Hiduplah Indonesia Raya. Indonesia Raya.

Merdeka Merdeka.

Tanahku negriku yang kucinta. Indonesia Raya.

Merdeka Merdeka. Hiduplah Indonesia Raya.

(3)

PIMPINAN SIDANG: GUSTI KANJENG RATU HEMAS (WAKIL KETUA DPD RI) Kami persilakan duduk kembali. Sidang kami skors selama 5 menit.

SIDANG DISKORS

Bapak-bapak dan Ibu sekalian anggota DPD RI mohon kembali ke tempat, skors akan dicabut.

SKORS DICABUT Karena sudah 5 menit, skors kami cabut.

Para hadirin kami persilakan duduk kembali ke tempat masing-masing, dan saat ini jumlah yang hadir sudah 37. Saya memimpin sidang karena Pak Ketua sedang kurang sehat, kemudian Pak Farouk saya persilakan keluar karena akan ke KPK. Terima kasih, Pak.

Sekali lagi pada kesempatan Sidang Paripurna kali ini, kami informasikan bahwa telah hadir bersama kita, para generasi muda calon pimpinan Indonesia di masa datang yaitu, 150 orang siswa SD Al-Jannah Islamic Nature and Sains School bersama 11 orang guru pendamping dan DPD RI sangat mengapresiasi kehadiran anak-anak kita ini sebagai salah satu bentuk kepedulian dan pengalaman bagi mereka dalam mempelajari secara langsung salah satu proses penting dalam sistem ketatanegaraan kita. Mohon untuk tidak bicara tersendiri-sendiri. Diharapkan dengan pengalaman ini dapat semakin menambah pengetahuan dan membangun kepedulian mereka terhadap proses ketatanegaraan di Indonesia.

Berdasarkan catatan daftar hadir yang sampai disampaikan oleh Sekretariat Jenderal, sampai saat ini telah hadir 37 orang anggota DPD dan telah menandatangani daftar hadir. Dengan demikian tentu sidang belum kourum, kami mohon untuk kita lanjutkan saja karena kita semua akan kembali ke daerah, ada beberapa anggota DPD yang menghadiri pelantikan kepala daerah di daerahnya masing-masing. Maka, di beberapa yang akan diambil keputusan akan kami lewatkan lebih dulu, seperti dari Komite II, dari Komite IV, kemudian dari PURT. Maka, yang tidak mengambil persetujuan, saya kira selanjutnya kita mendengarkan dulu laporan perkembangan pelaksanaan tugas alat kelengkapan yang tidak mengambil keputusan. Berturut-turut mungkin kalau yang sudah siap dari Komite I atau Komite III, Ibu Fahira, sudah siap. Kami persilakan, Ibu Fahira.

PEMBICARA: FAHIRA IDRIS, SE. (WAKIL KETUA KOMITE III DPD RI ) Bismilahirrahmanirrahim.

Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Salam sejahtera bagi kita semua.

Om swastiastu.

Kepada yang terhormat Ibu Pimpinan DPD RI, kepada yang terhormat Bapak-Ibu Pimpinan Alat Kelengkapan DPD RI, kepada yang terhormat sahabat-sahabat Anggota DPD RI, serta hadirin yang berbahagia.

Pada Sidang Paripurna yang mulia ini, perkenankanlah kami menyampaikan laporan perkembangan pelaksanaan tugas Komite III DPD RI. Pada Masa Sidang III Tahun Sidang 2015 – 2016 kali ini, Komite III telah melaksanakan serangkaian kegiatan. Adapun program kegiatan yang menjadi prioritas pembahasan Komite III adalah:

1. Penyusunan Rancangan Undang-Undang tentang Tanggung Jawab Sosial Perusahaan; 2. Penyusunan Rancangan Undang-Undang tentang Perubahan Undang-Undang Nomor

(4)

3. Penyusunan pengawasan DPD RI atas pelaksanaan Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2004 tentang Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia di Luar Negeri; 4. Penyusunan pandangan DPD RI atas rancangan Undang-Undang tentang

Perlindungan Pekerja Indonesia di Luar Negeri;

5. Penyusunan pandangan DPD RI atas Rancangan Undang-Undang tentang Penyandang Disabilitas;

6. Penyusunan pandangan DPD RI atas Rancangan Undang-Undang tentang Kekarantinaan Kesehatan.

Ibu Pimpinan, Bapak-Ibu Anggota DPD RI yang kami hormati, Sidang Dewan yang kami muliakan, yang pertama mengenai penyusunan rancangan undang-undang inisiatif Komite III DPD RI. Kami telah menyepakati bahwa prioritas pembahasan rancangan undang-undang inisiatif Komite III adalah tentang tanggung jawab sosial perusahaan. Adapun perkembangan penyusunan rancangan undang-undang tersebut hingga saat ini masih dalam tahap pendalaman materi dengan melakukan serangkaian kegiatan rapat kerja atau rapat dengar pendapat dengan institusi terkait maupun rapat dengar pendapat umum dengan pakar yang berkompeten. Untuk penyusunan Rancangan Undang-Undang tentang Perubahan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan dalam Rumah Tangga atau Rancangan Undang-Undang tentang Penghapusan Kekerasan Seksual, kami telah mengadakan rapat kerja Komite III DPD RI dengan Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak dan juga dengan Komisi Perlindungan Anak.

Mengenai penyusunan pandangan atas rancangan undang-undang tertentu sehubungan dengan masuknya beberapa rancangan undang-undang inisiatif, baik dari DPR RI maupun rancangan undang-undang inisiatif pemerintah, yaitu RUU tentang Perlindungan Pekerja Indonesia di Luar Negeri. Untuk kegiatan itu, kami telah melaksanakan kegiatan rapat kerja Komite III dengan Menteri Kesehatan, salah satunya dilaksanakan pada tanggal 27 dan rapat kerja dengan Menteri Sosial.

Mengenai Rancangan Undang-Undang Kekarantinaan Kesehatan, kami telah melaksanakan rapat kerja dengan Menteri Kesehatan.

Pengawasan atas pelaksanaan Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2004 tentang Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja di Luar Negeri. Kami telah melaksanakan beberapa kegiatan, antara lain rapat kerja dengan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan yang dilaksanakan 3 Februari dan Menteri Tenaga Kerja yang dilaksanakan pada tanggal 15 Februari.

Ibu Pimpinan, Bapak-Ibu Anggota DPD RI yang kami hormati, Sidang Dewan yang kami muliakan, demikianlah laporan singkat pelaksanaan tugas Komite III DPD RI selama Masa Sidang III Tahun 2015 – 2016. Pada akhirnya, perkenankanlah kami mengucapkan terima kasih banyak kepada yang terhormat Pimpinan dan juga seluruh Anggota DPD RI dan semua pihak yang telah banyak membantu. Semoga segala upaya yang diberikan dapat balasan kebaikan berlipat dari Allah SWT.

Walaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh.

Damai sejahtera bagi kita semua.

Om shanti shanti shanti om.

Komite III Ketua, Bapak Hardi Selamat Hood. Wakil Ketua, Fahira Idris dan Pdt. Carles Simaremare, S.Th. M.Si..

Terima kasih.

PIMPINAN SIDANG: GUSTI KANJENG RATU HEMAS (WAKIL KETUA DPD RI) Terima kasih dari Komite III. Apakah Komite I siap? Kalau tidak, kita lanjutkan.

(5)

PEMBICARA: MUH. ASRI ANAS (SULBAR) Bu Ketua.

PIMPINAN SIDANG: GUSTI KANJENG RATU HEMAS (WAKIL KETUA DPD RI) Ya, silakan, Pak.

PEMBICARA: MUH. ASRI ANAS (SULBAR)

Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Para senator yang kami hormati, karena pandangan dari Komite III sifatnya tidak mengambil keputusan, tetapi memberikan perspektif dan pandangan posisi DPD terhadap unit kerja atau bidang kerja yang dilakukan oleh Komite III, rasanya ada dua hal yang sebenarnya menjadi satu isu besar sekarang yang sementara berjalan, dan kelihatannya tidak ada tidak ada pembahasan yang sedikit pun dilaporkan oleh Komite III. Karena saya tidak berada di Komite III, tentu kan kita membutuhkan satu perspektif pandangan sebagai sebuah sikap bersama antara Komite III dengan pemerintahan.

Yang pertama adalah mengenai LGBT. Menurut kami ini penting kita, iya ini penting ini LGBT buat kita karena ada beberapa teman-teman sudah mulai agak terganggu dengan ini. Misalnya, Pak Mervin bicara ke saya, LGBT ini mulai agak mengganggu dan mengusik kehidupan dia.

Kemudian yang kedua adalah mengenai guru honorer karena hampir semua gerakan yang baru-baru dilakukan oleh guru honorer se-Indonesia ini hampir semua delegasinya dari seluruh Indonesia. Tentu kita membutuhkan pandangan sikap dari Komite III karena menurut kami tidak ada sama sekali yang disinggung tentang ini, dan ini menjadi satu isu yang besar sekarang. Kita butuh pandangan saja, Ibu Ketua, karena ini sifatnya tidak mengambil keputusan kan begitu, tetapi butuh penjelasanlah buat kita semua.

Terima kasih.

PIMPINAN SIDANG: GUSTI KANJENG RATU HEMAS (WAKIL KETUA DPD RI) Terima kasih, Pak Asri, walaupun kurang begitu kedengaran dari sini. Saya kira ini menjadi perhatian dari Komite III dan tidak perlu ditanggapi, tetapi menjadikan suatu perhatian untuk dibahas.

Kami persilakan kalau sudah siap PPUU.

PEMBICARA: Drs. MUHAMMAD AFNAN HADIKUSUMO (KETUA PPUU)

Yang terhormat Pimpinan Dewan Perwakilan Daerah Republik Indonesia, yang terhormat Anggota Dewan Perwakilan Daerah Republik Indonesia, dan hadirin yang berbahagia.

Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Salam sejahtera bagi kita semua.

Om swastiastu.

Hadirin yang kami hormati, puji syukur dan senantiasa kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat dan hidayah-Nya kepada kita semua sehingga sidang pada hari ini dapat kita laksanakan.

Sebelumnya, kami turut prihatin atas kejadian bencana alam di beberapa daerah di Sumatera Barat, Jambi, dan Sumba, Nusa Tenggara Timur, kemudian air yang menggenang

(6)

di DKI Jakarta, kata Pak Ahok ya. Semoga saudara-saudara kita yang tertimpa bencana diberi kekuatan dan ketabahan.

Sesuai dengan agenda Sidang Paripurna hari ini, izinkan kami atas nama anggota dan pimpinan Panitia Perancang Undang-Undang menyampaikan hasil pelaksanaan tugas Panitia Perancang Undang-Undang selama Masa Sidang III Tahun Sidang 2015 – 2016 sebagai berikut. Laporan tentang pembahasan program legislasi nasional prioritas tahun 2016.

Pada kesempatan yang berbahagia ini, kami atas nama PPUU akan melaporkan secara resmi dalam Sidang Paripurna DPD mengenai kesepakatan dalam pembahasan Prolegnas prioritas tahun 2016. Pembahasan Prolegnas untuk prioritas tahun 2016 ini merupakan pembahasan Prolegnas prioritas yang dapat dikatakan memakan waktu yang sangat lama dan disahkan setelah Rancangan Undang-Undang tentang APBN disahkan. Secara normatif, Prolegnas prioritas tahun 2006 seharusnya disahkan sebelum RUU tentang APBN 2016 disahkan. Pembahasan Prolegnas prioritas tahun 2016 dilakukan melalui raker, rapat pimpinan terbatas, dan rapat tim kerja serta tripartit antara Baleg, PPUU, dan Kementerian Hukum dan HAM. Adapun hasil dari pembahasan Prolegnas prioritas tahun 2016 disepakati: 1) Prolegnas prioritas tahun 2016, dan 2) perubahan Prolegnas prioritas tahun 2016.

1. Program legislasi nasional Prioritas tahun 2016.

Dalam penyusunan Prolegnas RUU Prioritas tahun 2016 dapat kami sampaikan bahwa penyusunan Prolegnas prioritas Tahun 2016 ini didasarkan pada Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Perundang-undangan. Dalam penyusunan Prolegnas prioritas tahun 2016, DPR mengajukan RUU sebanyak 87 RUU, sedangkan pemerintah mengusulkan RUU sejumlah 27 RUU, dan DPD sendiri mengajukan 18 RUU sehingga secara keseluruhan jumlah RUU yang diajukan oleh ketiga lembaga tersebut berjumlah 132 RUU. Dari jumlah RUU sebanyak 132 tersebut, terdapat kesamaan judul dalam pengajuannya sehingga jumlah RUU yang diajukan dari ketiga lembaga menjadi 124 RUU. Tetapi, dalam pembahasan Prolegnas prioritas tahun 2016 ini disepakati secara tripartit antara Baleg, PPUU, dan Kemenhuham untuk tahun 2016 ini sebanyak 40 RUU.

Dari ke-40 RUU tersebut, yang menjadi usul DPD RI adalah: RUU tentang Wawasan Nusantara, RUU tentang Ekonomi Kreatif, RUU tentang BUMN dan BUMD, dan RUU tentang Perkoperasian. Alhamdulillah naik 300% dari tahun yang lalu.

Adapun pertimbangan menetapkan 40 RUU tahun 2016 adalah bahwa setiap komisi yang ada di DPR sebanyak 11 komisi diberi kuota 2 RUU untuk setiap komisi sehingga berjumlah 22 RUU, sedangkan Pansus di DPR sebanyak 3 RUU, Badan Legislasi 3 RUU, dan RUU yang masuk dalam kumulatif terbuka sebanyak 7 RUU, sehingga total menjadi 35 RUU. Sisanya terdapat beberapa RUU yang diusulkan tahun 2015 yang belum selesai dan pembahasan tersebut pada tingkat I. Maka, DPR, DPD, dan pemerintah menyepakati 40 RUU untuk tahun 2016.

Parameter yang digunakan dalam menentukan RUU dalam Prolegnas 2016 adalah bahwa RUU dalam tahap pembicaraan tingkat I, RUU sedang menunggu surat presiden, RUU dalam tahap tahapan harmonisasi di Baleg, RUU dalam tahap penyusunan dan sudah siap naskah akademik dan draf RUU-nya, serta RUU yang baru mememuhi urgensi tertentu.

Adapun 40 RUU yang disepakati menjadi Prolegnas prioritas tahun 2016 adalah sebagai berikut, tidak usah saya bacakan.

2. Kemudian yang kedua, perubahan Prolegnas prioritas tahun 2016.

Selain Prolegnas prioritas tahun 2016, telah disepakati sebanyak 32 RUU untuk perubahan Prolegnas RUU prioritas tahun 2016. Maksudnya, RUU menjadi prioritas untuk perubahan Prolegnas RUU prioritas tahun 2016 apabila sudah ada RUU dalam

(7)

prolegnas RUU prioritas tahun 2016 diselesaikan pembahasannya. Dari 32 RUU ini, yang menjadi usul inisiatif DPD adalah 5 RUU, yakni RUU tentang Sistem Budidaya Tanaman, RUU tentang Jabodetabekjur , RUU tentang Penyelenggaraan Pemerintahan di Wilayah Kepulauan, RUU tentang Barang dan Jasa, dan RUU tentang Hubungan Keuangan Pusat dan Daerah.

Adapun secara lengkap 32 RUU yang merupakan perubahan Prolegnas RUU tahun 2016, tidak usah saya bacakan.

Pimpinan DPD dan Anggota DPD yang kami hormati, sebelum menutup laporan PPUU dan Sidang Paripurna ini, kami sampaikan bahwa PPUU tahun 2016 ini tengah menyusun RUU tentang Pembentukan Undang-Undang dan RUU tentang Sistem Perekonomian Nasional. Sedangkan, untuk tugas PPUU dalam melakukan harmonisasi terhadap RUU yang berasal dari komite, maka perlu kami sampaikan bahwa PPUU dan Komite IV pada tanggal 24 sampai 26 Februari 2016 akan melakukan harmonisasi, yaitu RUU tentang Ketentuan Umum Perpajakan sehingga RUU ini dapat disahkan menjadi salah satu produk legislasi DPD RI pada Sidang Paripurna DPD yang akan datang.

Akhirnya, kami mengucapkan banyak terima kasih atas kerja samanya selama ini. Atas kerja keras dari Wakil Ketua Panitia Perancang Undang-Undang beserta seluruh staf sekretariat yang sudah bekerja maksimal siang sampai malam hari sampai dini hari sehingga produk kita diterima oleh DPR RI tambah besar sebanyak 300% sehingga dengan demikian, kita mendapatkan apresiasi dari teman-teman DPR RI. Atas kerja samanya, sekali lagi kami ucapkan terima kasih.

Pimpinan DPD, Anggota DPD yang kami hormati, demikian laporan yang dapat kami sampaikan pada Sidang Paripurna hari ini. Atas perhatian Pimpinan dan Anggota Dewan Perwakilan Daerah Republik Indonesia, kami ucapkan terima kasih.

Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Salam sejahtera untuk kita semua.

Shalom.

Om shanti shanti shanti om.

PIMPINAN SIDANG: GUSTI KANJENG RATU HEMAS (WAKIL KETUA DPD RI) Terima kasih dari PPUU sudah memberikan laporannya.

Selanjutnya kita mendengarkan laporan dari BK kalau sudah siap. Pak Fatwa kami persilakan.

PEMBICARA: DR (HC) A. M. FATWA (KETUA BK)

Bismillahirahmanirahim.

Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Ibu Ketua Sidang, rekan-rekan para Senator, Saudara Sekretaris Jenderal, dan hadirin sekalian. Saya tidak membaca laporan yang akan saya serahkan nanti. Hanya ada dua poin saya ingin sampaikan.

Yang pertama, bahwa Badan Kehormatan sekarang sedang aktif melakukan penyisiran dari keputusan Sidang Paripurna tanggal 15 Februari yang lalu. Untuk selanjutnya nanti, setelah tim yang diserahi untuk itu melaporkan kepada rapat pleno Badan Kehormatan, kemudian disampaikan kepada Pimpinan DPD RI untuk ditandatangani sebagai peraturan DPD RI.

Yang kedua, permohonan kepada seluruh anggota, permohonan perhatian maksudnya, kepada seluruh rekan-rekan para senator. Bahwa, Pimpinan BK selalu

(8)

mendapatkan kritikan di rapat-rapat Panmus tentang atau mohon perhatian BK tentang adanya anggota yang terlalu banyak absen, banyak bolong presensinya. Namun, Badan Kehormatan juga tentu memperhatikan etika bahwa anggota parlemen tidak sama dengan pegawai, tetapi juga harus ditegakkan keadilan antara orang-orang yang penuh tanggung jawab melaksanakan tugas keparlemenan dengan anggota yang mengambil haknya, tetapi tidak memenuhi kewajiban sebagaimana mestinya. Karena itu, dua anggota dengan segala hormat kami kirimi surat untuk mohon perhatian karena tingkat kehadirannya di bawah 50%. Kemudian, baik di dalam Rapat Paripurna yang lalu maupun di dalam rapat, maksud saya, baik dalam Sidang Paripurna yang lalu maupun pada rapat PURT, ada anggota yang melaporkan tentang dan memohon perhatian BK atas adanya anggota yang tidak mempedulikan kehadiran atau memenuhi kewajiban-kewajibannya di dalam koordinasi di dalam provinsinya. Terhadap adanya laporan yang demikian ini menjadi dasar bagi Badan Kehormatan untuk melakukan tindak lanjut dan mungkin, sekali lagi mungkin harus dilakukan sidang BK seperti yang telah dilakukan terhadap rekan anggota dari Sulawesi Tenggara dulu. Permasalahannya memang harus ada laporan, itu memang harus ada laporan. Kalau ada yang melaporkan di Rapat Paripurna atau ada yang tertulis laporkan, baru kita proses. Tetapi, yang kami berikan surat mengingatkan untuk peringatan itu berdasarkan laporan absensi yang hadir di bawah 50%, maka hanya kami bisa memberikan juga semacam ”peringatan secara rahasia” dan juga kepada pimpinan alat kelengkapan di mana anggota yang terhormat itu berada, kita memohon bantuannya untuk juga membantu BK di dalam memberikan perhatian terhadap anggota termaksud.

Saya kira hanya itu yang perlu kami sampaikan. Lebih dan kurangnya mohon maaf.

Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

PIMPINAN SIDANG: GUSTI KANJENG RATU HEMAS (WAKIL KETUA DPD RI) Terima kasih, Pak Fatwa, dari laporan BK. Kemudian, kalau sudah siap BKSP sebelum Komite I karena Komite I belum hadir. Atau ada yang mewakili Komite I? Komite II untuk diambil keputusan harus, tunggu Pak, untuk pengambilan keputusan harus kuorum, sedangkan terakhir jumlah 54. Apakah akan kita ambil keputusan dengan jumlah yang tidak kuorum? Karena, ini mengingat waktu sehingga tadi kita memulai dengan tidak mengambil, yang tidak mengambil keputusan kita mulai. Yang belum adalah Komite I yang tidak mengambil keputusan, kemudian BKSP. Kalau BPKK tidak akan melaporkan pada Sidang Paripurna ini. BKSP? Yang tidak melaporkan. Tidak melaporkan juga. BKSP.

PEMBICARA: Drs. H. BAHAR NGITUNG, M.B.A. (SULSEL) Interupsi, Bu. Bahar Ngitung, 103, Sulsel.

PIMPINAN SIDANG: GUSTI KANJENG RATU HEMAS (WAKIL KETUA DPD RI) Silakan, Pak.

PEMBICARA: Drs. H. BAHAR NGITUNG, M.B.A. (SULSEL)

Sebenarnya dalam forum Paripurna ini, manakala sidang telah dibuka dan dimulai itu berari sudah kuorum. Jadi, kita tidak perlu menunggu siapa-siapa lagi. Klau ini sudah berlangsung dan sudah diadakan laporan, dia mau hadir atau tidak hadir harus menerima. Seharusnya, kalau memang belum kuorum, tadi sidang jangan dibuka. Harusnya dibuka dulu,

(9)

baru ditunda selama 15 atau 10 menit, baru dibuka lagi. Berapa pun yang hadir itu dianggap kuorum. Jadi, forum ini sudah kuorum, Bu.

Terima kasih.

PIMPINAN SIDANG: GUSTI KANJENG RATU HEMAS (WAKIL KETUA DPD RI) Terima kasih, Pak Bahar. Tadi sudah dibuka dan ditutup dan dibuka lagi. Jadi, Pak Bahar baru tiba, mohon maaf. Jadi, kita harus mengambil kesepakatan, apakah di dalam pengambil keputusan dengan jumlah yang ada kita bisa mengambil putusan. Bapak dan Ibu sekalian para senator setuju?

PEMBICARA: HARIPINTO TANUWIDJAJA (BKSP) BKSP siap.

PIMPINAN SIDANG: GUSTI KANJENG RATU HEMAS (WAKIL KETUA DPD RI)

Oke.

KETOK 1X PEMBICARA: HARIPINTO TANUWIDJAJA (BKSP)

Yang terhormat Pimpinan Dewan Perwakilan Daerah Republik Indonesia, yang terhormat Anggota DPD RI, hadirin yang berbahagia.

Assalamualaikum wr.wb.

Salam sejahtera bagi kita semua.

Om swastiastu.

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Mahakuasa atas segala rahmat hidayah-Nya kita semua sehingga sidang hari ini dapat kita laksanakan. Izinkan kami atas nama Anggota Pimpinan BKSP menyampaikan laporan pelaksanaan tugas yang telah dilakukan pada Masa Sidang II Tahun sidang 2015 – 2016. Berikut adalah kemajuan yang dicapai dalam pelaksanaan tugas tersebut.

Partisipasi DPD pada forum parlemen internasional.

Delegasi DPD RI telah menghadiri pertemuan tahunan ke-24 forum Parlemen Asia Pasifik Annual Meeting of Asia Pacific Parliamentary Forum pada tanggal 17 sampai dengan 21 Januari 2016 di Vancouver, Kanada. Delegasi DPD RI tersebut terdiri atas satu orang Pimpinan DPD RI beserta 6 orang Pimpinan dan Anggota Badan Kerja Sama Parlemen BKSP DPD RI. Pimpinan dan Anggota delegasi DPD RI terlibat dalam berbagai kegiatan pada pertemuan utama planary dan komisi working group.

Di sela-sela kegiatan, delegasi DPD RI juga telah mengadakan pertemuan formal bilateral dengan delegasi parlemen Kanada, Malaysia, Fiji, dan misi diplomatik Republik Filipina di Kanada, di samping pertemuan-pertemuan yang bersifat informal dengan para peserta pertemuan tahunan APPF dari berbagai negara lainnya. Sebagai bagian dari delegasi Republik Indonesia, DPD RI telah mengadakan pertemuan koordinasi dengan delegasi Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPR RI) yang dipimpin oleh Wakil Ketua DPR RI Bapak Fadli Zon beserta anggota Badan Kerja Sama Antar Parlemen (BKSAP) DPR RI yang dipimpin oleh Ibu Nurhayati Ali Assegaf pada awal kedatangan di lokasi acara, yaitu Westin Bayshore Vancouver Hotel. Delegasi Republik Indonesia juga telah mendapat dukungan dari Duta Besar Republik Indonesia di Kanada, yaitu Bapak Teuku Faizasyah dan

(10)

Konsulat Jenderal Republik Indonesia di Vancouver beserta staf. Delegasi DPD RI telah membagi tugas sebagai berikut.

Untuk working group pertama, peace and security, Anggota DPD RI yang mendapat penugasan adalah Prof. Dailami Firdaus, Dr. Rugas Binti dan Senator Yusran Silondae. Untuk working group kedua, terorism and trans nasional crime, Anggota DPD RI yang mendapat penugasan adalah Prof. Dr. Farouk Muhammad dan Senator Andi Muhammad Iqbal Parewangi. Untuk working group ketiga, innovation, infrastructure and connectivity, Anggota DPD yang mendapat penugasan adalah Haripinto, saya sendiri dan Ahmad Jajuli. Untuk working group keenam, disaster and crisis, Anggota DPD RI yang mendapat penugasan adalah Dr. Rugas Binti. Terkait dengan pernyataan, pembacaan pernyataan

statement dari delegasi Republik Indonesia, terdapat materi sidang APPF, delegasi DPD RI

mendapat kesempatan untuk membacakan 4 pernyataan yakni:

1. Memperluas perdagangan dan investasi regional dan memaksimalkan nilai rantai global (Expanding regional trade and investment and optimalizing global value

chain), disampaikan oleh yang terhormat Prof. Dr. Farouk Muhammad.

2. Membangun ketahanan pada masa bencana dan krisis (building ressilient to disaster

and crisis), disampaikan oleh yang terhormat Prof. Dr. Dailami Firdaus

3. Melindungi margasatwa dan memajukan manajemen tanah berkelanjutan dan ekosistem maritim (protecting wild life and advancing the sustainable manajement of

land and marine ecosystem), disampaikan oleh yang terhormat Dr. Rugas Binti

4. Menerapkan agenda pembangunan paska 2015 dan tujuan-tujuan pembangunan yang berkelanjutan (implementing the post 2015 development agenda and sustainbable

development goals), ini sampaikan oleh Haripinto Tanuwijaya

Di sela-sela pertemuan dengan APPF, delegasi DPD RI juga mengadakan pertemuan bilateral dengan Senat Kanada, Malaysia, Fiji dan misi diplomatik Republik Filiphina. Hasil-hasil pertemuan ke-24 APPF 2016 di Vancouver, Kanada, ada 27 resolusi, tidak perlu saya bacakan, ada di dalam laporan. Pertemuan tahunan ke-24 APPF 2016 telah memberikan sarana kepada DPD RI untuk memperkuat pengakuan kelembagaan parlemen nasional yaitu DPR RI dan parlemen internasional kepada DPD RI. Empat Anggota DPD RI disampaikan mendapat kesempatan menyampaikan statement dalam sidang-sidang pleno, sementara ada dalam comitee draft maupun working group keberadaan DPD RI juga sudah mendapat pengakuan yang tentu perlu ditingkatkan.

DPD RI telah mengadakan pertemuan bilateral baik dengan senat maupun parlemen secara umum serta pertemuan secara informal di luar ruang sidang dan juga menerima kunjungan misi diplomatik Filiphina tekair isu Laut Cina Selatan. Kemajuan ini merupakan pengakuan atas kinerja DPD RI maupun BKSP DPD RI, perlu dipertahankan dan terus ditingkatkan agar eksistensi lembaga terus diakui dan peran serta sumbangsih pemikiran DPD RI terus dapat diberikan baik untuk kepentingan nasional, daerah dan dunia internasional pada umumnya.

Gagasan Senat Meeting 2016 telah disampaikan kepada Senat Malaysia secara langsung dan diharapkan menjadi mitra strategis DPD RI merealisasikan gagasan besar ini. Demikian juga telah disampaikan melalui misi diplomatik Pilipina untuk disampaikan kepada Senat Filipina maupun secara informal kepada satu-satunya Senat Kamboja yang hadir pada APPF 2016, dan tindak lanjut perlu dilakukan sebagai bahan konfirmasi maupun penentuan angka berikutnya, sedangkan untuk kawasan Asia Pasifik pihak DPD RI juga telah menyampaikan gagasan forum senat kepada Senat Kanada dan pihak Senat Kanada juga telah memberikan kontak untuk tindak lanjut gagasan tersebut.

Berbagai resolusi telah ditetapkan APPF di APPFF 2016. Bahan-bahan tersebut akan menjadi bahan rujukan dalam menentukan fokus maupun pengembangan isu yang perlu

(11)

dilakukan DPD RI secara umumnya, maupun oleh BKSP pada khususnya. Tanda atau sinyal positif dari segi hubungan antar DPR RI dan DPD RI maupun BKSAP DPD RI dan BKSAP, maaf, BKSAP DPR RI dan BKSP DPD RI perlu terus direalisasikan agar kesepahaman maupun mengenai keterlibatan DPD RI maupun pijakan dasar dan hukum DPD RI dalam diplomasi internasional terus diakui oleh DPR RI dan pemerintah. Jika merujuk pada website DPR RI dan Kementerian Luar Negeri maka DPD RI sudah menjadi bagian dari unsur diplomasi parlemen Indonesia. Pertemuan-pertemuan yang sifat informal diantara Pimpinan DPD RI dan DPR RI maupun Pimpinan BKSP dan BKSAP DPR RI perlu dipelihara agar hambatan psikologis atau teknis kedua lembaga negara baik dalam pengiriman delegasi maupun substansi diplomasi dapat diatasi dapat diatasi.

Rekomendasi. Terkait persiapan APPF 2017 yang akan datang, maka DPD RI perlu melakukan persiapan teknis antara lain penyerapan draf-draf resolusi maupun substansi pandangan-pandangan DPD RI. BKSP DPD RI akan terus mengembangkan kerjasama antara parlemen termasuk dengan parlemen dengan sistem dua kamar baik dengan dewan yang dirujuk sebagai upper house (majelis tinggi senat), second chamber (dewan kedua), dewan shura (shura council) dan sebagainya. Kerja sama dengan parleman dua kamar sangat strategis karena berbagai alasan-alasan menarik sebagai berikut.

Pada tahun 70-an jumlah negara dengan sistem parlemen dua kamar sekitar 45 negara dan pada satu diperkirakan akan mengalami penurunan. Namun setelah berakhirnya perang dingin pada tahun 1989, negara-negara yang menggunakan parlemen dua kamar meningkat jumlahnya dan saat ini berjumlah 78 negara dengan parlemen dua kamar. Dari 78 parlemen dua kamar tersebut 59 senat atau yang setara dengannya berada dalam sistem negara kesatuan (unitary state) sedangkan hanya 19 senat atau yang setara dengannya yang berada dalam sistem negara federal. Dengan kata lain, kurang lebih 24% saja parlemen dua kamar negara federal, selebihnya berada di negara kesatuan. Tanpa diharuskan menganut federalisme, berbagai negara dan Indonesia sendiri telah melakukan kebijakan sentralisasi yang memberikan justifikasi keterwakilan daerah pada pemerintahan dan parlemen nasional.

Ketiga, seluruh negara industri seperti Inggri, Perancis, Amerika, Kanada, Italia, dan Rusia tergabung dalam G7 dan group G8 memiliki parlemen dua kamar. Dari 19 negara G-20 yaitu kumpulan negara yang memiliki gross domestic product terbesar dunia yang menguasai 75% perdagangan dunia dimana Indonesia merupakan salah satu anggotanya, sebanyak 15 negara merupakan negara dengan sistem parlemen dua kamar.

Keempat, European Union yang merupakan gabungan negara-negara eropa dan dianggap entita supra nasional, apabila dianggap sebagai sebuah entitas negara dengan mata uang bersama, juga memiliki parlemen dua kamar yaitu European Parliamant dan Consul of the European Nation yang bertugas membantu badan eksekutif yaitu European Commission.

Kerjasama dengan berbagai parlemen termasuk parlemen dua kamar merupakan langkah strategis dan penting untuk dapat diselenggarakan dengan sebaik-baiknya oleh DPD RI. Pertama, untuk memperkuat pengakuan atas DPD RI sebagai lembaga negara yang diakui keberadaannya peran dan juga pandangan politiknya dalam berbagai permasalahan yang menjadi isu bersama bilateral, regional dan global. Kedua, memperkuat peran mediator, intregator pada berbagai bentuk kerjasama daerah antara pihak luar negeri internasional dengan daerah-daerah Indonesia. Dengan demikian peran DPD RI terus perlu terus mendapat perhatian dan dukungan internal dari Pimpinan Anggota DPD RI sehingga tujuan-tujuan kerjasama tersebut dapat dicapai dengan efektif dan efisien. Koordinasi dengan BKSAP DPR RI ini perlu terus ditingkatkan sehingga delegasi RI yang merupakan gabungan delegasi DPD RI dengan delegasi DPR RI dapat melakukan pembagian tugas secara merata di arena APPF mengingat agenda-agenda BKSAP cukup banyak dan tidak cukup hanya dikendalikan oleh satu delegasi dewan saja. Koordinasi ini akan berdampak pada kinerja akhir diplomasi parlemen Indonesia khususnya di APPF.

(12)

Pimpinan, Anggota Dewan Perwakilan Daerah Republik Indonesia serta hadirin yang kami hormati, demikianlah laporan pelaksanaan tugas BKSP pada Masa Sidang III tahun sidang ini. Namun demikian perlu kita pikirkan besama bahwa perjuangan memperkokoh eksistensi DPD di forum internasional belum selesai. Oleh karena itu perlu kesamaan langkah bersama, kekompakan untuk saling mendukung perjuangan ini. Sebelum menutup laporan ini perkenankan kami atas nama Pimpinan BKSP menyampaikan permohonan maaf kepada Anggota DPD RI apabila laporan ini belum dapat memuaskan kita semua.

Terima kasih atas perhatiannya.

Wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Salam sejahtera bagi kita semua.

Om shanti shanti shanti om.

PIMPINAN SIDANG : GUSTI KANJENG RATU HEMAS (WAKIL KETUA DPD RI) Terima kasih dari BKSP.

Dengan demikian kita akan melanjutkan mendengarkan laporan perkembangan pelaksanaan tugas, yang akan mengambil keputusan Komite II dengan Komite IV, kemudian PURT. Komite I, wah duduknya di sana tidak kelihatan Saudara Muqowam.

Silakan Komite I.

PEMBICARA : Drs. H. AKHMAD MUQOWAM (KETUA KOMITE I)

Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh. Bismillah. Alhamdulillah.

Selamat pagi dan salam sejahtera bagi kita semua.

Yang kami hormati Pimpinan dan Anggota DPD Republik Indonesia, Bapak Sekjen beserta seluruh jajaran Sekretariat Jenderal DPD RI, hadirin dan hadirot sekalian yang berbahagia.

Pertama-tama marilah kita bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa yang

alhamdulillah atas kuasa-Nya pada hari ini kita dapat hadir dalam Sidang Paripurna DPD

dalam keadaan sehat wal afiat.

Saudara, segenap pimpinan dan anggota dewan yang kami hormati, kami laporkan bahwa pada Masa Sidang III Komite I telah melaksanakan berbagai agenda kegiatan yang ditugaskan oleh Peraturan Tatib DPD dan Paripurna DPD. Oleh karena itu izinkan kami Komite I dalam Sidang Paripruna ini akan melaporkan hal sebagai berikut

A. Legislasi

1. Rancangan Undang-Undang perubahan tentang Undang-Undang No. 43 Tahun 2008 tentang wilayah negara

2. Rancangan Undang-Undang perubahan terhadap Undang-Undang Otsus Papua, Undang-Undang 21 Tahun 2001. Pada rapat kerja yang lalu posisi pemerintah adalah belum setuju draf perubahan Undang-Undang 21 ini sebagaimana rapat kerja kami dengan Menkopolhukam pada hari Selasa yang lalu.

3. Rancangan Undang-Undang tentang Konvergensi Telematika.

4. Pembahasan aspirasi masyarakat atas usulan pembentukan calon daerah otonom baru.

5. Pembahasan bersama DPR RI dan pemerintah.

6. Selain penyusunan RUU inisiatif, memperhatikan Prolegnas prioritas tahun 2016, Komite I akan mempersiapkan DIM untuk pembahasan bersama dan pemerintah dan DPR terkait:

(13)

b. Rancangan Undang-Undang tahap pengelolaan terpadu wilayah Jabodetabek. Saya kira tidak hanya DIM tapi juga NA dan drafting-nya, kemudian

c. Rancangan Undang-Unddang tentang penyelenggaraan pemerintahan daerah kepulauan yang di dalam prolegnas merupakan prioritas tahun 2017

B. Pengawasan

1. Pengawasan atas pelaksanaan Undang-Undang 27 Tahun 2006 tentang Penataan Ruang

2. Pengawasan atas pelaksanaan Undang-Undang 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah.

3. Pengawasan atas Undang-Undang 1 Tahun 2015 tentang Penetapan Perpu Nomor 1 Tahun 2014 tentang pemilihan gubernur, walikota dan bupati sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang 8 Tahun 2015

4. Pengawasan atas pelaksanaan Undang-Undang 65 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara

5. Pengawasan atas Undang-Undang 21 Tahun 2001 tentang Otsus Papua C. Tindak lanjut aspirasi masyarakat dan advokasi permasalahan daerah.

Terhadap beberapa agenda tersebut secara singkat dapat kami laporkan sebagai berikut.

1. Legislasi

a. Rancangan Undang-Undang Perubahan Undang-Undang Nomor 43 Tahun 2008 tentang wilayah negara. Secara singkat, berdasarkan kajian Komite I perlu adanya pelurusan konsistensi antara judul undang-undang tentang wilayah negara dan substansi yang berkaitan dengan perbatasan negara. Jikapun namanya tetap wilayah negara, maka substansi yang diaturnya haruslah sesuai dengan nama undang-undang sebagaimana amanat Pasal 25 Undang-Undang Dasar 1945, jikapun juga harus mengatur tentang ihwal perbatasan negara maka harus dipikirkan adanya undang-undang baru atau menjadi bagian dari revisi Undang-Undang Nomor 43 tentang negara wilayah tersebut. Penyusunan RUU tentang wilayah negara hingga saat ini masih dalam tahap pembahasan naskah akademik dan diharapkan pada 2016 ini dapat diselesaikan oleh Komite I.

b. Menyikapi desakan aspirasi masyarakat dan daerah terhadap perubahan Undang-Undang Otonomi Khusus Papua, Komite I DPD RI sedang melakukan kajian komprehensif terhadap pelaksanaan Otsus Papua di Provinsi Papua dan Papua Barat melalui kegiatan penyerapan aspirasi, rapat kerja,

expert meeting dan penyusunan naskah akademik, kajian yang

mengimplementasi Undang-Undang 21 Tahun 2001. Sebagaimana saya laporkan barusan bahwa pemerintah menolak atau belum setuju adanya revisi perubahan Undang-UNdang 21 Tahun 2001 tentang Otsus Papua. Pemerintah akan melakukan tindak lanjut dari undang-undang tersebut dengan mempersiapkan menetapkan peraturan pemerintah dan dalam rapat kerja kemarin pemerintah sepakat di dalam 2 tahun yang akan datang harus sudah selesai peraturan perundang-undangan tersebut, termasuk adalah pemerintah akan meminta kepada Pemda Papua dan Papua Barat untuk segera menetapkan Perdasus dan Perdasi bagi pelaksanaan Undang-Undang 21 tersebut.

c. Rancangan Undang-Undang tentang Konvergensi Telematika. Mengingat dinamika dan perkembangan telematika yang sebagaimana, eh, yang pesat saat

(14)

ini sementara regulasi yang tersedia tidak memadai untuk menopang pertemuan tersebut maka Komite I memandang perlu melakukan penyusunan Rancangan Undang-Undang Konvergensi Telematika. Konvergensi jasa telekomunikasi, penyiaran, dan teknik informasi adalah fenomena terintegrasinya layanan komunikasi udara data, gambar, video menjadi satu layanan multimedia. Jasa internet yang selama ini telah secara luas digunakan dapat dianggap sebagai bentuk sederhana dari konvergensi. Melalui teknologi seperti digitalisasi sistem telekomunikasi dan media, peningkatan kecepatan prosesor dan perangkat keras lainnya serta perkembangan telekomunikasi vital yang ditunjang dengan teknologi kompresi digital merupakan faktor-faktor penting Undang-Undang Konvergensi. Selain itu kebutuhan konsumen atas layanan terintegrasi juga akan menjadi ekselator terwujudnya konvergensi multimedia. Bahwa dalam kondisi sebelum konvergensi, struktur komunikasi dan penyiaran tradisional menurut pengoperasiannya secara terintegrasi dalam arah vertikal, mulai dari jaringan akses sampai dengan konten dari tiap jenis layanan seperti televisi kabel, telepon tetap, internet, telekomunikasi saluran dan penyiaran, sedangkan dalam era konvergensi, layanan akan lebih terpilah-pilah menurut fungsinya. Dalam hal ini terdapat 4 fungsi utama yaitu penyediaan jaringan akses, penyediaan jaringan backbond, penyediaan aplikasi atau agregator layanan dan penyediaan konten baik yang berupa berita, informasi dan lain lain. Selain perubahan dalam struktur layanan, terjadi pula perubahan dalam teknologi perangkat yang menjadi interface ke pengguna dimana akan tercipta satu perangkat terintegrasi atau integrated

devices yang dapat berfungsi sebagai televisi, telepon, radio, komputer dan

lain-lain. Hal ini menunjukkan bahwa pengaruh positif dari konvergensi digital terhadap persaingan bukan hanya dipengaruhi oleh faktor teknologis semata namun juga melibatkan faktor pasar dan kebijakan. Dari sisi pasar setidaknya tetap dua faktor utama, terdapat faktor utama:

1) Meningkatnya kebutuhan konsumsi akan layanan multimedia telekomunikasi, computing, informasi yang lebih mobile, andal, aman dan dengan kualitas yang tinggi.

2) Kemudian berkembangnya usaha yang mampu menghasilkan produk yang cukup terdefensiasi guna memenuhi kebutuhan konsumen yang lebih spesifik dan kebutuhan akan tersedianya payung hukum dan regulasi yang tepat yang mampu memfasilitasi supply dan demand

Kami melihat ibu dan bapak sekalian bahwa daerah perlu lebih mengapresiasi adanya konvergensi, utamanya adalah penggunaan dengan pita lebar yang akan digunakan, yang semestinya digunakan bagi upaya pengembangan masyarakat dan daerah. Penyusunan RUU Telematika ini diharapkan dapat memberikan pemahaman yang komprehensif mengenai konvergensi telematika dan melahirkan kebijakan yang berpihak kepada masyarakat. d. Pembahasan aspirasi masyarakat atas usulan pembentukan daerah otonom

baru. Mencermati perkembangan DOB saat tahun 1999 sampai dengan 2009 telah dibentuk 205 daerah otonom baru, meninggkat 63% dalam kurun waktu 10 tahun dan pada tahun 2012-2014 bertambah lagi 18 DOB sehingga daerah otonom saat ini berjumlah 542 DOB yang terdiri dari 34 provinsi, 415 kabupaten dan 93 kota. Atas pelaksanaan DOB tersebut pemerintah dalam hal ini Mendagri telah menyampaikan kepada DPD bahwa pemerintah telah melakukan evaluasi pelaksanaan DOB dengan membagi dua jenis evaluasi

(15)

yaitu evaluasi terhadap DOB yang berusia 0-3 tahun dan DOB yang berusia lebih dari 5 tahun.

Hasil evaluasi Kemendagri terhadap DOB yang berusia 0 sampai 3 tahun menunjukan bahwa:

1) Masih terdapat provinsi dan kabupaten induk yang belum menyelesaikan kewajibannya, antara lain pengalihan personel, aset, dokumen serta dana hibah kepada daerah otonom baru

2) Belum terselesaikannya penetapan batas wilayah di lapangan antara DOB dengan kabupaten induk atau DOB dengan kabupaten yang berbatasan serta dengan kabupaten provinsi di sekitarnya dan perda rencana tata ruang wilayah RT/RW. Untuk kami laporkan Bapak Ibu sekalian, Laporan Kemendagri dalam Rapat Kerja Komite I kurang lebih ada 800 atas tapal batas yang belum terselesaikan sampai dengan tahun 2015. Oleh karena itu dalam tahun 2015 Kemendagri dalam tahun ini akan fokus pada penetapan batas. Ekstrim yang kami sampaikan misalnya adalah mengenai daerah otonom Musi Banyuasin dan Musirawas. Saya kira sahabat-sahabat saya dari Sumatera Selatan memahami, dimana Musi Banyuasin ada satu titik yang pada waktu itu menjadi wilayah Musi Banyuasin tapi pada kali lain menjadi wilayah Musirawas. Ini karena faktor sumberdaya alam. Kemudian,

3) Masih terdapat permasalahan mengenai penetapan pemindahan perubahan ibukota. Karena itu kepada Bapak Ibu sekalian saya mohon dengan hormat apabila ada Ibu Bapak sekalian yang memperjuangkan DOB baru di provinsi masing-masing maka mohon satunya kata, satunya data yang disampaikan kepada pusat. Contoh yang paling ekstrim adalah di Maluku Utara saya kira. Maluku Utara karena perbedaan ibukota maka kemudian tidak menjadi daerah otonom baru. Ini gara-gara masyarakat berbeda soal perebutan ibukota. Sedangkan evaluasi DOB yang lebih dari 5 tahun Kemendagri mencatat perlu adanya peningkatan pada aspek tata kelola pemerintahan, pelayanan publik, daya saing dan kesejahteraan masyarakat. Dalam Rapat Kerja dengan Kemendagri Komite I menegaskan agar Kemendagri konsisten dalam melaksanakan kebijakan penataan daerah mengacu pada desain besar penataan daerah yang sedang dipersiapkan. Saya perlu laporkan Ibu Bapak sekalian, untuk DOB kali ini dasarnya adalah Undang-Undang 23 tahun 2014 juncto Undang-Undang 9/2015 dimana ada perbedaan yang sangat substantif antara Undang-Undang 32 dengan 23 ini. Bagi kami Komite I, atas nama kepentingan daerah meminta kepada pemerintah untuk tidak meniadakan persyaratan yang sudah ada tetapi melanjutkan persyaratan yang sudah dengan peraturan yang baru dalam hal ini adalah ada 2 PP. Satu, PP mengenai tata cara pemekaran yang sedang dibahas dan awal Maret nanti Komite I akan rapat kerja, Rapat Dengar Pendapat dengan Dirjen Otonomi Daerah dan yang kedua adalah PP mengenai desain besar penataan daerah yang hari ini juga belum selesai oleh pemerintah.

Selain itu meskipun kebijakan pemerintah memprioritaskan untuk menyelesaikan 65 DOB dan setelah selesai baru akan membahas 22 DOB, Komite I juga mendorong agar pemerintah melakukan pembahasan secara tripartit, pemerintah akan mendorong terkait usulan pembentukan DOB yang sudah diusulkan dan sesuai dengan persyaratan dan prosedur pembentukan daerah baik Undang-Undang 32 tahun 2004.

(16)

Saya perlu laporkan Bapak Ibu sekalian, per Desember kemarin Kemendagri menyampaikan ada 122 daerah otonom baru diluar 87. Jadi artinya ada 211 karena itu treatment kami adalah pertama 87 kita utamakan baru kemudian 122 sepanjang memenuhi persyaratan Undang-Undang 23, PP Pemekaran dan PP ... (tidak jelas, red) maka tidak ada kemampuan bagi Komite I untuk menindaklanjuti daerah otonom baru tersebut. Kami membagi diri ke dalam empat. Satu adalah Timja I/Barat Sumatera, Timja Tengah Jawa dan Kalimantan, Timja Timur I adalah Sulawesi dan Maluku-Maluku Utara, Timja Timur II adalah Nusa Tenggara Barat-Timur dan Bali serta Papua dan Papua Barat

D. Pengawasan terhadap UU tertentu

1. Pengawasan terhadap Undang-Undang 27 tata ruang. Kemudian dalam rangka pengawalan pengawasan tata ruang nasional dan daerah, Komite I melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan tata ruang, Undang-Undang Tata Ruang. Hal ini didasari atas banyaknya persoalan tata ruang di daerah yang belum terselesaikan baik menyangkut RT/RW maupun batas administrasi antar daerah. Saya kira apresiasi kepada Pimpinan DPD yang beberapa waktu yang lalu mengundang Pemda Riau dalam rangka menyelesaikan masalah ini. Kemudian, 2. Pengawasan atas pelaksanaan Undang-Undang 23 tentang pemerintah daerah. Ini

ada beberapa hal yang kami laporkan. Pertama adalah mendesak kepada pemerintah untuk melakukan terobosan hukum yang menyelesaikan beberapa persoalan yang berkaitan dengan peralihan urusan pemerintahan. Saya kira Bapak Ibu Bapak sekalian soal pendidikan, soal kehutanan, soal perkebunan, soal SDM, berkaitan dengan yang kita sebut sebagai kewenangan konkruen pemerintah, ini menjadi abu-abu dan dalam hal ini pemerintah sekarang sudah mengkaji ada terobosan hukum untuk menyelesaikan masalah-masalah yang berkaitan dengan wilayah yang masih konkruen itu. Komite I mendesak pemerintah untuk mempertimbangkan kembali pembagian urusan yang berimplikasi pada pembagian kewenangan antara pusat, provinsi dan daerah, khususnya pelayanan dasar yang berimplikasi pada tata kelola aset dan manajemen

3. Komite I mendesak pemerintah untuk mempercepat penyelesaian sejumlah peraturan pemerintah dan menerbitkan petunjuk teknis pelaksanaan belanja hibah dan bantuan sosial . Saya kira ini menjadi mengemuka di berbagai tempat dimana harus ada legal standing dari yayasan masyarakat apabila ingin mendapatkan bantuan dari pemerintah pusat atau propinsi dan daerah kabupaten/kota. Kemudian Komite I yang mendesak kepada pemerintah untuk menyelesaikan seluruh peraturan perundang-undangan yang diamanatkan Undang-Undang Pemda, utamanya Rancangan eh PP mengenai desain besar dan Peraturan Pemerintah tentang cara penataan daerah kemudian peraturan mengenai daerah otonom baru ...(tidak jelas, red) tegas dan dalam rangka ... (tidak jelas, red) tahun 2016, Komite I merekomendasikan kepada DPD agar bersikap pro aktif dan segera mewujudkan ada DOB, hal ini mengingat bahwa penataan daerah, DPD, DPR dan pemerintah sebagaimana amanat Undang-Undang Nomor 23 mempunyai kewenangan yang sama mulai dari awal sampai dengan akhir. Kami laporkan bahwa minggu lalu kami ke Papua Barat untuk memastikan melihat ada daerah otonom baru baik yang ada di Manokwari Barat ataupun juga di beberapa tempat dan untuk Papua yang 30 dan Papua Barat yang 10, saya kira kami di Komite I sepakat untuk memberikan ruang yang sama dengan daerah otonom baru di luar Papua dan Papua Barat.

(17)

4. Pengawasan pelaksanaan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2005 tentang pemilihan gubernur. Ada beberapa poin. Pertama adalah kepada pemerintah agar menjamin adanya data pemilih tunggal dalam pelaksanaan pilkada serentak yang tanggal 15 yang akan datang akan di laksanakan di 101 pilkada, 7 provinsi, 16 kota kemudian ada 78 kabupaten. Kemudian mendorong Kemendagri, Kepolisian, BIN melakukan koordinasi yang intensif, terutamanya dari kemarin misalnya ya mohon maaf Ibu dan Bapak sekalian, kasus di Kaltara menjadi mantan Anggota DPD sebagai TSK (tersangka) dalam kasus kerusuhan. Saya kira tidak boleh terjadi lagi. Kemudian mendorong agar bersama-sama dalam pemerintah dan DPR untuk melakukan revisi KPU berharap selesai ini pada Bulan Agustus, tapi pemerintah sampai sekarang belum pada posisi untuk membuatUndang-Undang atau perubahan dari Undang-Undang Nomor 1 tersebut.

5. Kemudian pengawasan atas pelaksanaan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara. Pertama, DPD perlu untuk segera meminta ke presiden agar pemegang kekuasaan pemerintah tertinggi di dalam hal kebijakan pemerintah provinsi dan management ASN sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2012 tentang ASN untuk memperingatkan kementerian yang menyelenggarakan urusan pemerintahan bidang Aparatur Sipil Negara untuk segera menetapkan sebagai peraturan pemerintah. kami kemarin rapat dan sampai sekarang dari 7 PP dari 12, diringkas jadi 7 PP, baru 1 yang selesai, dalam hal ini adalah batas usia pensiun. Kemudian berdasarkan ketentuan Pasal 12 Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang P3, bahwa pendelegasian kewenangan aturan lebih lanjut dalam satu peraturan teknis pelaksanaan dari satu Undang-Undang mengunakan frase ‘dengan’ maka PP yang semestinya ada maka itu kemudian ada 12 dan kemudian diperas menjadi 7 atau 8. Kemudian Komite I juga mendesak kepada pemerintah sebagai penanggung jawab Undang-Undang ASN agar semua kementerian lembaga, kementeriaan, untuk taat melaksanakan Undang-Undang ASN secara konsisten sebagai bagian dari perwujudan reformasi birokrasi. Kemudian mendorong penguatan struktur kelembagaan KASN yang kemarin kita rapat juga tentang KASN, Pak Sofyan Efendi dan kawan-kawan, dan kemandirian pengelolaan anggaran dan untuk peningkatan efektifitas kinerja lembaga nonstruktural tersebut.

6. Kemudian urgensi yang lain adalah DPD, Komite I memandang urgensi adanya berbagai Undang-Undang untuk lebih mengefektifitaskan mempercepat pelaksanaan reformasi birokrasi dalam hal ini adalah RUU tentang etika penyelenggara bernegara, RUU sistem pengawasan internal pemerintahan, RUU tentang e-government, RUU tentang akuntabilitas penyelenggaraan negara. Demikian kami laporkan kepada Paripurna Dewan Perwakilan Daerah yang kami hormati. Atas kurang dan lebihnya, atas kurangnya kami mohon maaf dan terima kasih.

Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

PIMPINAN SIDANG : GUSTI KANJENG RATU HEMAS (WAKIL KETUA DPD RI) Terima kasih Pak Muqowam, Komite I.

Sekarang kita selanjutnya akan mendengarkan laporan perkembangan dan pengambilan keputusan, laporan dan untuk diputuskan dari Komite II kami persilakan. Kita berharap bisa menghemat waktu, mungkin saya juga menginformasikan sudah kuorum, jumlah anggota 66 orang

(18)

PEMBICARA : PARLINDUNGAN PURBA, SH., MM. (KETUA KOMITE II) Baik terima kasih.

Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh. Salam sejahtera buat kita semua.

Om swastiastu. Horas nuwun sewu.

Yang terhormat Ketua DPD RI, Wakil Ketua, Pimpinan Alat Kelengkapan, Anggota DPD, Sekretaris Jenderal DPD beserta jajaran, dan media yang saya hormati.

Pertama, mari kita sampaikan puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa karena kita masih diberikan waktu untuk bertatap muka dalam Paripurna ke- 8 dalam sehat walafiat.

Kami juga ingin menyampaikan beberapa kegiatan kami, kami coba menyampaikan Di slide tentang keadaan energi karena yang ingin kami minta, putusan kita hari ini adalah pelaksanaan Undang-Undang nomor 30 tentang Energi. Ada beberapa hal, tapi kami langsung ke rekomendasi.

1. Di dalam rekomendasi yang pertama kami mengusulkan agar DPD RI merekomendasikan kepada pemerintah untuk melaksanakan beberapa strategi pengembangan dan peningkatan peran energi baru dan terbarukan, diantaranya dalam melaksanakan langkah-langkah sebagai berikut:

a. Meningkatkan kegiatan riset ilmu pengetahuan dan teknologi terkait dengan pemanfaatan dan penempatan energi baru dan terbarukan dengan menyediakan alokasi anggaran penelitian yang memadai dalam rangka penyusunan neraca sumber daya alam nasional sebagai acuan pemetaan seluruh ragam potensi sumber energi baru dan terbarukan, serta potensi produk energi nasional diseluruh wilayah nusantara yang terintegrasi dari suatu pusat data energi nasional, yaitu dengan adanya center of excellence. Hal ini sesuai dengan ketentuan dengan Pasal 29 Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2007 tentang Energi yang belum dilaksanakan.

b. Menekan biaya investasi melalui penempatan hasil ristek tersebut.

c. Meningkatkan kegiatan yang berkaitan langsung dengan ketersediaan dan konservasi energi baru dan terbarukan bagi masyarakat yang mencangkup peningkatan edukasi, energi, transfer, pengetahuan, pendampingan dan pendidikan berbasis komunitas untuk mencapai keberlanjutan energi dengan memperhatikan keunggulan kooperatif disetiap daerah, khususnya dalam pemanfaatan energi baru dan terbarukan bagi penyediaan tenaga listrik.

2. DPD RI merekomendasikan agar pemerintah segera mempercepat pelaksanaan kebijakan diversifikasi energi untuk penyediaan tenaga listrik guna pengantisipasi terjadinya krisis listrik. Langkah yang diambil oleh PT PLN untuk beralih dari pengurangan minyak bumi ke batu bara dan gas harus lanjutkan dengan pengoptimalan penggunaan energi terbarukan bagi pembangkit listrik.

3. DPD RI merekomendasikan pemerintah untuk melaksanakan amanat Pasal 7 Ayat (2) Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2007 dengan mengalokasikan subsidi harga untuk energi baru dan terbarukan, guna mewujudkan harga yang sesuai dengan prinsip keekonomian yang berkeadilan. Harga energi baru dan terbarukan harusnya diuntungkan oleh lembaga independen. Ini hal yang menarik kami mengusulkan supaya penentuan harga itu oleh lembaga independen, kalau selama ini dilakukan oleh pemerintah. Hal ini untuk menjamin interdependen dan kepastian hukum bagi masyarakat. Selanjutnya dengan subsidi harga akan menjadikan harga energi baru dan

(19)

terbaru akan menjadi kompetitif sehingga masyarakat memiliki banyak pilihan untuk menggunakan energi baru dan terbarukan.

4. DPD RI merekomendasikan kepada pemerintah untuk meningkatkan dukungan pada pembiayaan investasi pada sektor energi terbarukan. Kebijakan green banking yang di kelolah Bank Indonesia hendaknya diintensifkan untuk mendorong perbankan nasional, memberi porsi lebih besar kepada proyek-proyek berteknologi hijau dan portofolio kredit mereka dan keterlibatan Otoritas Jasa Keuangan sangat diharapkan. 5. DPD memandang perlu adanya produk hukum berupa Undangan-Undang yang

khusus mengatur tentang energi terbarukan. Ini merupakan hasil diskusi kami, hendaknya ada Undang-Undang energi terbarukan yang menjadi inisiatif daripada Dewan Perwakilan Daerah. Undang-Undang tentang Energi Terbarukan juga sangat penting agar kewenangan pemerintah lebih powerful dalam pengembangan energi baru dan terbarukan. Undang-Undang energi terbarukan juga diharapkan dapat mengatur portofolio energi terbarukan, yaitu kewajiban pengembangan energi konvensional tak terbarukan untuk mengembangkan energi terbarukan dalam investasi mereka.

6. DPD RI merekomendasikan kepada pemerintah untuk melakukan langkah-langkah pembinaan kelembagaan. Langkah ini diarahkan untuk meningkatkan harmonisasi dan sinergi dari berbagai kebijakan energi nasional sehingga lebih bersifat action

oriented. Langkah yang dimaksudkan adalah meningkatkan efektivitas sistem

manajemen nasional dan mendorong pengelolaan sumber daya energi sesuai dengan Pasal 33 Undang-Undang dasar 1945. Membenahi berbagai regulasi terkait dengan peraturan perundang-undangan yang tidak efektif dan tumpang tindih. Diantaranya undang-undang tentang kehutanan minyak dan gas bumi, mineral dan batu bara, panas bumi, pertanahan, dan lain-lain. Membangun keharmonisan pemerintah pusat dan daerah dalam penerapan Undang-Undang Otonomi Daerah, khususnya kewenangan antara pusat dan daerah dalam pengembangan energi baru dan terbarukan. Meningkatkan kinerja dan kapasitas kelembagaan yang berkaitan dengan pengembangan energi baru dan terbarukan, khususnya dengan meningkatkan koordinasi antarinstansi untuk menghilangkan tumpang tindih kewenangan.

7. DPD RI merekomendasi kepada pemerintah untuk mengevaluasi keberadaan PT PLN, baik dari sisi manajemen maupun resiko keuangan. Strategi yang selama ini dikuatkan dengan refocusing bisnis PLN regional, ternyata semua di lapangan walaupun para direkturnya sudah ditentukan berdasarkan kewilayahan, Sumatera, Jawa, dan lain, tetapi kenyataan direkturnya masih berkantor di Jakarta sehingga para direksinya tidak memahami keadaan yang sebenarnya.

8. DPD RI merekomendasikan pemerintah untuk menyediakan intensif nonfiskal guna mengurangi bepan finansial atas investasi yang mereka tanamkan disektor energi baru terbarukan. Insentif nonfiskal sebagaimana dimaksud, dapat berupa kemudahan dalam pengurusan perizinan investasi melalui pelayanan terpadu satu pintu. Untuk itu pemerintah hendaknya mengoptimalkan peran BKPN dalam penyelenggaraan pelayanan terpadu satu pintu untuk mendukung kebijakan penyedian intensif nonfiskal. DPD RI juga merekomendasikan agar pemerintah segera menerbitkan standar operasional dan prosedur perizinan bagi investasi sektor energi terbarukan di daerah dalam bentuk Impres yang menugaskan kepada gubernur, bupati, walikota, sesuai kewenangannya, guna memberikan kepastian hukum dan jaminan jangka waktu dan biaya pengurusan perizinan investasi di daerah.

9. DPD RI merekomendasi pemerintah untuk segera menetapkan rencana umum energi nasional sebagaimana diamanatkan dalam Pasal 17 dan Pasal 33 Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2007 tentang Energi, dan memang inilah yang mengakibatkan

(20)

masalah energi kita menjadi masalah karena ternyata ruen ini belum ada sampai saat ini, padahal dari ruen inilah suatu saat akan dijabarkan menjadi rued, rencana umum energi daerah.

Bapak-Ibu, demikianlah beberapa rekomendasi yang kami sampaikan tetapi bersama ini kami sampaikan juga laporan di luar rencana putusan yang pertama. Yaitu, kami juga telah mengadakan Rapat Kerja dengan menteri PU PERA yang menghasilkan beberapa kesempatan diantaranya, perlibatan Anggota DPD RI dalam sinkronisasi kegiatan pembangunan infrastruktur antara pusat dan daerah sebelum melakukan musrembang, dengan tujuan agar target dan secara pembangunan infrastruktur dapat terintegrasi. Dalam pada kesempatan itu Bapak Menteri PU PERA juga berjanji akan mengundang Anggota DPD RI dalam rapat pembangunan yang diadakan oleh menteri PU PERA sehingga masukan tersebut bisa sampai kepada pemerintah.

Kedua, Rapat Kerja dengan menteri perhubungan yang menghasilkan percepatan pembangunan infrastruktur perhubungan laut dan perhubungan udara di wilayah perbatasan, wilayah di daerah rawan, dan serta di kawasan timur Indonesia. Peningkatan subsidi angkutan perintis daerah perbatasan, daerah rawan bencana, serta wilayah kawasan timur Indonesia. Percepatan penyelesaian regulasi keselamatan keamanan dan pelayanan transportasi darat dan udara. Prioritas pembangunan transportasi kereta api di luar Pulau Jawa guna mendorong pertumbuhan ekonomi daerah.

Perlu kami sampaikan juga bahwa Komite II beberapa saat yang lalu berkunjung ke Airnaf dan Angkasa Pura di Bali terkait isu kemungkinan tabrakan antara Lion Air dan Garuda di udara. Pada saat itu kami ketemu dan menjelaskan, ternyata tidak demikian. Memang ada jarak dia vertikal harus 1.000 mil, memang kapal itu satu sama lain sudah turun sampai 700 tetapi jarak horizontalnya masih adalah 5.000 mil, jadi itu menunjukkan aman.

Yang kedua kami juga menyampaikan bahwa Komite II juga telah mendorong, ini saya lapor kepada Ibu Ratu Hemas, bahwa Bawapamla telah memberikan GPS kepada nelayan yang pulang dari nelayan yang ditangkap kemarin, sudah diberikan, dan diberikan sosialisasi, dan Bakamla akan mengadakan kerjasama dengan DPD dari beberapa daerah diseluruh Indonesia untuk sosialisasi keamanan nelayan.

Selanjutnya kami laporkan bahwa kemarin kami baru pulang dari Jambi dalam rangka meninjau pembangunan listrik yang sudah lama belum tercapai yaitu pembangunan 2 kali 7 megawatt dan 2 kali 3 megawatt di Muara Tebo. Pada saat itu, ini akan kita tingkatkan dan tadi malam juga ada satu masalah dimasyarakat, ternyata jalan umum provinsi dipasang portal, kita advokasi mudah-mudahan hal ini bisa terbuka itu. Ini beberapa kegiatan dan kami sampaikan sebelum mengakhiri laporan ini, kami mengharapkan siding, wah satu lagi terlupa, yaitu rapat koordinasi Komite II dengan Kementerian SDM, SKK Migas, PT Pertamina, PT PGN di Sumatera Utara, membahas penurunan harga gas industri di Sumatera Utara. Rapat menghasilkan keputusan yaitu telah terjadi penurunan harga gas satu dolar US, satu dolar dalam satu MMBTU tetapi kita masih mengharapkan adanya Perpres dalam rangka mewujudkan realisasi dari kebijakan ekonomi jilid III, yaitu menurunkan harga gas industri di Sumatera Utara, adalah yang paling mahal di Indonesia.

Demikian laporan perkembangan pelaksanaan tugas Komite II, Sidang Paripurna ke-8 Masa Sidang III Tahun Sidang 2015 – 2016 yang dapat kami sampaikan. Atas perhatian Pimpinan, seluruh Anggota DPD, kami ucapkan terima kasih.

Atas nama Komite II DPD RI, Wakil Ketua Ibu Anna Latuconsina, Wakil Ketua Ahmad Nawardi, Parlindungan Purba, dan juga kami hanya ingin menyampaikan, walaupun sudah terlambat, selamat gong xi fat cai kepada teman-teman yang merayakan, dan juga selamat hari saya Galungan dan Kuningan kepada teman-teman dari Bali.

(21)

Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Salam sejahtera bagi kita.

Om shanti shanti shanti om. Horas nuwun sewu.

PIMPINAN SIDANG : GUSTI KANJENG RATU HEMAS (WAKIL KETUA DPD RI) Bapak dan Ibu sekalian yang saya hormati, para Senator, setelah kita bersama mendengarkan laporan Pimpinan Komite II. Apakah kita dapat menyetujui hasil pengawasan DPD RI atas pelaksanaan Undang-Undang nomor 30 tahun 2007 tentang Energi? Setuju?

KETOK 2X

Selanjutnya kami persilakan kepada Komite IV untuk menyampaikan laporan perkembangan pelaksanaan tugasnya, Komite IV, silakan Pak.

PEMBICARA : Drs. H. A. BUDIONO, M.Ed (WAKIL KETUA KOMITE IV)

Bismillahirrahmanirrahiim.

Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Salam sejahtera buat kita semua.

Om swastiastu.

Yang terhormat Pimpinan Dewan Perwakilan Daerah Republik Indonesia, yang terhormat para Anggota Dewan Perwakilan Daerah Republik Indonesia, Sekjen beserta seluruh jajarannya, hadirin yang berbahagia.

Terlebih dahulu marilah kita memanjatkan puji syukur kehadiran Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat-Nya kepada kita sekalian sehingga dapat menghadiri sidang Peripurna ke-8 Dewan Perwakilan Daerah hari ini.

Atas nama Pimpinan dan segenap Anggota Komite IV Dewan Perwakilan Daerah kami sampaikan terima kasih atas kesempatan yang telah diberikan. Selanjutnya sesuai dengan jadwal rapat hari ini, perkenankan kami menyampaikan laporan pelaksanaan tugas Komite IV sebagai berikut.

1. Pandangan terhadap RUU tentang hubungan keuangan antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah;

2. Kompilasi aspirasi masyarakat dan daerah hasil penyerapan pada masa reses di daerah bersama pusat kajian daerah;

3. Rapat Kerja bersama menteri keuangan dan Menteri perencanaan pembangunan nasional Kepala Bappenas mengenai Undang-Undang APBN 2016;

4. Rekomendasi terhadap rencana kerja pemerintah atau RKP tahun 2017 yang dilakukan melalui Rapat Kerja dengan menteri perencana pembangunan nasional Kepala Bappenas beserta Menteri keuangan dan menteri koperasi dan UKM;

5. RUU tentang Ketentuan Umum Dan Tatacara Perpajakan; 6. RUU tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional dan; 7. RUU tentang Penilai.

Pimpinan, Anggota, dan hadirin Sidang Paripurna yang kami hormati, pada Sidang Paripurna Yang Mulia ini, kami juga melaporkan program dan kegiatan Komite IV yang selanjutnya akan dilaksanakan dan diselesaikan pada Masa Sidang III Tahun Sidang 2015 – 2016 yaitu:

(22)

1. Pembahasan rekomendasi DPD RI terhadap rencana kerja pemerintah atau RKP tahun 2017 melalui rapat kerja gabungan Komite IV bersama tim anggaran Komite I, Komite II dan Komite III dengan menteri keuangan dan menteri perencanaan pembangunan nasional/ kepala Bappenas;

2. Kunjungan kerja Komite IV ke provinsi Kepulauan Bangka Belitung, provinsi Jawa Tengah, dan provinsi Sulawesi tengah dalam rangka pengawasan atas pelaksanaan Undang-Undang nomor 33 tahun 2014 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah;

3. Rapat Dengar Pendapat Komite IV dengan dirjen perimbangan keuangan kementerian keuangan dan dirjen keuangan daerah kementerian dalam negeri mengenai materi pengawasan atas pelaksanaan Undang-Undang nomor 33 tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah;

4. Harmonisasi pemantapan dan pembulatan konsepsi RUU Tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan bersama Panitia Perancang Undang-Undang;

5. Finalisasi materi:

a. Hasil pengawasan DPD RI atas pelaksanaan Undang-Undang nomor 33 tahun 2004 tentang perimbangan keuangan antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah;

b. Rekomendasi DPD RI terhadap RKP tahun 2017 dengan menggunakan bahan atau input pembahasan yaitu:

1) program prioritas daerah;

2) pokok-pokok pikiran pusat, pengkajian dan informasi anggaran pusat dan daerah atau Budget Office DPD RI terhadap RKP tahun 2017.

Selanjutnya sesuai dengan jadwal rapat hari ini, Pimpinan dan Anggota yang berbahagia sesuai dengan amanat Pasal 22 D Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, serta Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2014 tentang MPR/DPR/DPD dan DPRD sebagaimana diubah dengan Undang-Undang Nomor 43 tahun 2014 yakni pada Pasal 49 Ayat (1) huruf E dan Pasal 26 huruf E, disebutkan bahwa DPD dapat melakukan pengawasan atas pelaksanaan undang-undang. Untuk menindaklanjuti amanat konstitusi tersebut, Komite IV DPD RI melakukan pengawasan atas pelaksanaan Undang-Undang Nomor 20 tahun 2008 tentang Usaha Mikro Kecil dan Menengah atau Undang-Undang UMKM dengan tujuan memantau pelaksanaan peraturan perundang-undang dibidang UMKM.

Pimpinan, Anggota, dan hadirin Sidang Paripurna yang berbahagia, pengawasan atas pelaksanaan Undang-Undang UMKM dilakukan melalui Rapat Kerja dengan menteri koperasi dan UKM pada tanggal 26 Januari 2016. Kedua, expert meeting dengan Himpunan Bank-Bank Milik Negara atau Himbara, Kamar Dagang dan Industri atau KADIN, dan Asosiasi UMKM Indonesia, Akumindo pada tanggal 27 Januari 2016. Ketiga, kunjungan kerja ketiga provinsi yaitu provinsi Riau, provinsi Kalimantan Barat, dan provinsi Gorontalo yang dilaksanakan pada tanggal 1 sampai 3 Februari 2016 disertai tinjauan lapangan, keempat, finalisasi materi pada tanggal 8 sampai 10 Februari 2016.

Beberapa simpulan hasil pengawasan DPD RI atas pelaksanaan Undang-Undang nomor 20 tahun 2008 tentang UMKM adalah sebagai berikut.

1. Kelembagaan UMKM belum mendapatkan perhatian yang maksimal dalam hal peningkatan kapasitas. Hal ini ditunjukkan oleh ketergantungan pada komoditas tertentu, belum maksimalnya peranan organisasi UMKM, kemitraan multi pihak yang masih terbatas, banyaknya kementerian dan lembaga yang mengelola UMKM, serta kurangnya kesiapan UMKM dalam menghadapi persaingan MEA;

Referensi

Dokumen terkait

Bagi guru: dapat dijadikan sebagai bahan kajian literatur untuk melakukan penelitian mengenai nilai APTI pada Ficus lyrata Warb dan tembesi Samanea saman (Jacq) Merr

Subyek penelitian merupakan bagian yang penting dalam sebuah penelitian. Subyek dipilih oleh peneliti dan dianggap memiliki loyalitas untuk menjawab dan memberikan informasi dan

Metode analisis potensi kecelakaan yang digunakan adalah tool FTA dengan pendekatan top down yang dimulai dari top level event yang telah dianalisis berdasarkan

Disetiap proses pekerjaan konstruksi pada Proyek Pembangunan Jalan Lingkar Nagreg V Bandung dapat menimbulkan berbagai macam risiko baik dari metode pelaksanaan, alat, material

Data kriteria lingkungan pemasok tersebut selanjutnya akan dilakukan pengelompokkan untuk menentukan warna pemasok menjadi hitam, merah, kuning dan hijau menggunakan

Dari hasil analisis yang dilakukan diketahui risiko yang bersifat dominan dari hasil perhitungan nilai risiko antara lain keruntuhan/terjatuhnya girder dengan nilai

Salah satu limbah yang dihasilkan adalah slag yang berasal dari campuran arang pembakar dengan sel Pb dari proses daur ulang aki bekas yang merupakan limbah

Sedangkan bentonit 100% merupakan komposisi yang memiliki nilai kuat tekan yang paling rendah Adanya bentonit dalam suatu komposisi produk S/S dapat menurunkan nilai kuat