• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Sosial Tresna Werdha Gau Mabaji Gowa berlokasi di Jl. Jurusan Malino

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Sosial Tresna Werdha Gau Mabaji Gowa berlokasi di Jl. Jurusan Malino"

Copied!
47
0
0

Teks penuh

(1)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Objek Penelitian

1. Gambaran Umum Lokasi

Panti Sosial Tresna Werdha Gau Mabaji Gowa atau disingkat Panti Sosial Tresna Werdha Gau Mabaji Gowa berlokasi di Jl. Jurusan Malino Km.29 Samaya Desa Romangloe Kecamatan Bontomarannu Kabupaten Gowa Propinsi Sulawesi Selatan. Ada berbagai program layanan sosial yang diberikan ditempat ini, Panti Sosial Tresna Werdha Gau Mabaji Gowa mampu melayani 180 manusia lanjut usia (manula) setiap tahunnya baik itu di dalam Panti maupun diluar Panti. Jangkauan pelayanan berada di 12 Propinsi yaitu : Sulawesi Selatan, Sulawesi Barat, Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah, Gorontalo, Nusa Tenggara Timur (NTT), Nusa Tenggara Barat (NTB), Maluku, Maluku Utara, Papua, Papua Barat dan Kalimantan Tengah.

2. Tugas dan Fungsi

Panti Sosial mempunyai tugas melaksanakan pelayanan dan rehabilitasi sosial bagi penyandang masalah kesejahteraan sosial agar mampu berperan aktif, berkehidupan dalam masyarakat, rujukan regional, pengkajian dan penyiapan standar pelayanan, pemberian informasi serta koordinasi dan kerjasama dengan instansi terkait sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud, masing-masing panti menyelenggarakan fungsi :

(2)

a. penyusunan rencana dan program, evaluasi dan laporan;

b. pelaksanaan registrasi, observasi, identifikasi, diagnosa sosial dan perawatan;

c. pelaksanaan pelayanan dan rehabilitasi sosial yang meliputi bimbingan mental, fisik dan keterampilan;

d. pelaksanaan resosialisasi, penyaluran dan bimbingan lanjut;

e. pelaksanaan pemberian perlindungan sosial, advokasi sosial, informasi dan rujukan;

f. pelaksanaan urusan tata usaha; dan

g. pusat model pelayanan rehabilitasi dan perlindungan sosial.

Panti Sosial Tresna Werdha Gau Mabaji Gowa mempunyai fungsi memberikan bimbingan, pelayanan dan rehabilitasi sosial yang bersifat kuratif, rehabilitatif, promotif dalam bentuk bimbingan pengetahuan dasar pendidikan, fisik, mental, sosial, pelatihan keterampilan, resosialisasi bagi lanjut usia terlantar dan rawan terlantar agar dapat hidup secara wajar dalam kehidupan diri sendiri, keluarga, dan bermasyarakat, serta pengkajian dan penyiapan standar pelayanan dan rujukan.

3. Visi, Misi dan Rencana strategis Panti Sosial Tresna Werdha Gau Mabaji Gowa

a. Visi

Visi instansi ini adalah “ mewujudkan Panti Sosial Tresna Werdha Gau Mabaji Gowa sebagai Lembaga Penyelenggara Pelayanan Prima bagi Lanjut Usia”.

(3)

b. Misi

Untuk mendukung terwujudnya visi yang telah ditetapkan, Panti Sosial Tresna Werdha Gau Mabaji Gowa menetapkan misi sebagai berikut:

1) Melakukan dukungan pelayanan administrasi penyiapan penyusunan rencana anggaran, urusan dalam surat menyurat, kepegawaian, keuangan, perlengkapan dan rumah tangga serta kehumasan dan publikasi.

2) Menyusun rencana program pelayanan rehabilitasi sosial, pemberian informasi, advokasi sosial dan kerjasama, penyiapan bahan standarisasi pelayanan, pemantapan serta evaluasi pelaporan dan penyusunan laporan pelayanan dan rehabilitasi sosial lanjut usia.

3) Melakukan observasi, identifikasi, registerasi, pemeliharaan jasmani dan penetapan diagnosa, perawatan, bimbingan mental spiritual, sosial, fisik dan keterampilan.

c. Rencana Strategis.

1) Meningkatnya kualitas penyelenggaraan pelayanan sosial Lanjut usia melalui pemenuhan kebutuhan dasar.

2) Meningkatnya kualitas penyelenggaraan pelayanan sosial lanjut usia melalui peningkatan kemampuan sosial.

3) Terealisasinya pencapaian target pelayanan sosial lanjut usia.

4) Terciptanya manajemen tata kelola penyelenggaran pelayanan sosial dalam panti yang akuntabel, transparan dan efisien.

(4)

4. Struktur Organisasi Panti Sosial Tresna Werdha Gau Mabaji Gowa.

Struktur Organisasi Panti Sosial Tresna Werdha Gau Mabaji Gowa disesuaikan dengan Peraturan Menteri Sosial Nomor : 106 / HUK / 2009 Tentang Organisasi Dan Tata Kerja Panti Sosial Di Lingkungan Departemen Sosial.

Gambar 3.

Struktur Organisasi Panti Sosial Tresna Werdha Gau Mabaji Gowa

(5)

a. Sub Bagian Tata Usaha;

Sub Bagian Tata Usaha mempunyai tugas melakukan penyiapan penyusunan rencana anggaran, urusan surat menyurat, kepegawaian, keuangan, perlengkapan, dan rumah tangga serta kehumasan panti. b. Seksi Program dan Advokasi Sosial;

Seksi Program dan Advokasi Sosial mempunyai tugasmelakukan penjangkauan awal dan penerimaan klien yang meliputi identifikasi awal, observasi awal, menyusun program rehabilitasi sosial, memberikan informasi dan sosialisasi pelayanan, memberikan bantuan perlindungan sosial dan advokasi sosial, melakukan penyaluran/resosialisasi setelah rehabilitasi, melakukan kerjasama, melakukan pengkajian dan penyiapan bahan standarisasi pengembangan program pelayanan rehabilitasi, melakukan pemantauan danmengevaluasi pelaporan program rehabilitasi dan perlindungan sosial.

c. Seksi Rehabilitasi Sosial;

Seksi Rehabilitasi Sosial mempunyai tugas melakukan registrasi dan menyimpan file klien, melakukan assesmen, melakukan observasi lanjutan,melakukan pemeliharaan jasmani yang meliputi sandang, pangan, alat bantu, dan kesehatan klien, melakukan penetapan diagnosa klien, memberikan pengasuhan dan perawatan, memberikan bimbingan pengetahuan dasar dan keterampilan kerja serta kewirausahaan, memberikan bimbingan mental, sosial dan fisik, mengadakan praktek belajar kerja dan memberikan bimbingan lanjut.

(6)

d. Kelompok Jabatan Fungsional;

Kelompok Jabatan Fungsional dalam panti meliputi pekerja sosial; penyuluh sosial; perencana; arsiparis; pranata komputer; instruktur; perawat; psikolog; terapis; dokter; pustakawan dan kehumasan. Jabatan fungsional dalam melaksanakan tugasnya berkoordinasi dan berkonsultasi dengan pejabat struktural di lingkungan Panti yang bersangkutan sesuai dengan kewenangannya.

5. Peta Jabatan

Berdasarkan Peraturan Kepala Badan Kepegawaian Negara Nomor 21 Tahun 2011 Tentang Pedoman Pelaksanaan Evaluasi Jabatan, Peta Jabatan adalah susunan jabatan yang digambarkan secara vertikal maupun horizontal menurut struktur kewenangan, tugas, dan tanggung jawab jabatan serta persyaratan jabatan. Peta jabatan menggambarkan seluruh jabatan yang ada dan kedudukannya dalam unit kerja.

Peta Jabatan Panti Sosial Tresna Werdha Gau Mabaji Gowa adalah susunan jabatan yang digambarkan secara vertikal maupun horizontal menurut struktur kewenangan, tugas, dan tanggung jawab jabatan serta persyaratan jabatan berdasarkan Berita Acara hasil validasi Menpan & RB, BKN dan Kementerian Sosial RI Nomor B/3041/D.III.PAN-RB/11/2012, Nomor 33/K/KS/XI/2012 dan Nomor 1074/SJ/KP.00/11/2012 tanggal 6 November 2012 adalah sebagai berikut:

(7)

Gambar 4.

Peta Jabatan Panti Sosial Tresna Werdha Gau Mabaji Gowa

Sumber : Sub Bagian Tata Usaha, 2016

6. Keadaan Sumber Daya Manusia Aparatur.

a. Golongan Pegawai.

Jumlah Pegawai berdasarkan Golongannya di Panti Sosial Tresna Werdha Gau Mabaji Gowa di gambarkan oleh tabel dibawah ini :

Tabel 1.

Jumlah Pegawai berdasarkan Golongan

No Jenis Golongan Jumlah

Pegawai Persentase (%) 1 Golongan IV 2 5,6 2 Golongan III 21 58,3 3 Golongan II 9 25,0 4 Golongan I 4 11,1 Jumlah Pegawai 36 100

(8)

Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa ada 2 orang memiliki golongan IV dengan persentase sebanyak 5,6% yang paling banyak adalah golongan III sebanyak 21 orang dengan persentase sebanyak 58,3%. Sehingga dapat dianalisis bahwa pegawai Panti Sosial Tresna Werdha Gau Mabaji Gowa rata - rata sudah memiliki golongan yang tinggi, ini bisa diindikasikan bahwa tingkat pemahaman tentang aturan kepegawaian sudah memadai karena sudah memiliki banyak pengalaman sebagai pegawai.

b. Tingkat Pendidikan Pegawai

Jumlah Pegawai berdasarkan berdasarkan lata belakang pendidikannya di Panti Sosial Tresna Werdha Gau Mabaji Gowa di gambarkan oleh tabel dibawah ini :

Tabel 2.

Jumlah Pegawai berdasarkan Tingkat Pendidikan No Latar Belakang Pendidikan Jumlah

Pegawai Persentase (%) 1 S3 1 2,78 2 S2 6 16,67 3 S1 13 36,11 4 Diploma III 9 25,00 5 SMU / SMK 2 5,56 6 SMP 1 2,78 7 SD 4 11,11 Jumlah Pegawai 36 100

Sumber : Sub Bagian Tata Usaha, 2016

Berdasarkan data yang diperoleh di atas dari total 36 orang Pegawai terdapat 1 orang dengan tingkat pendidikan Doktoral, 6 orang dengan tingkat pendidikan Magister, 13 orang dengan tingkat pendidikan Sarjana, 9 orang dengan tingkat pendidikan Diploma, 2 orang dengan tingkat

(9)

pendidikan SMU/SMK Sederajat, 1 orang dengan tingkat pendidikan SMP dan 4 orang dengan tingkat pendidikan SD, sehingga dapat di analisis bahwa dari tingkat pendidikan rata- rata pegawai di Panti sosial tresna werdha “Gau Mabaji”Gowa tergolong memadai dibuktikan dengan jumlah pegawai dengan tingkat pendidikan setara Diploma III ke atas masih lebih banyak dibandingkan dengan jumlah yang tingkat pendidikannya SMU ke bawah.

c. Jenis Jabatan Pegawai

Jumlah Pegawai berdasarkan jenis jabatannya di Panti Sosial Tresna Werdha Gau Mabaji Gowa di gambarkan oleh tabel dibawah ini :

Tabel 3.

Jumlah Pegawai Berdasarkan Jenis Jabatan

No Jenis Jabatan Jumlah

Pegawai

Persentase (%)

1 Struktural 4 11,1

2 Fungsional Tertentu (JFT) 13 36,1

3 Fungsional Umum (JFU) 19 52,8

Jumlah Pegawai 36 100

Sumber : Sub Bagian Tata Usaha, 2016

Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa hanya ada 4 orang pejabat struktural dengan tingkat persentase sebanyak 11,1%, pemangku jabatan fungsional yang terdiri dari 13 orang dengan persentase sebanyak 36,1% dan 19 orang fungsional umum dengan persentase sebanyak 52,8%.

Dari tabel diatas dapat dianalisis bahwa pegawai lebih banyak berada pada tatanan low manager dibanding high maupun middle manager yang berarti tingkat pendelegasian wewenang berjalan dengan baik.

(10)

B. Kompetensi SDM Aparatur sebagai Pemangku Jabatan 1. Kompetensi Manajerial (Managerial Competence)

Pengembangan suatu struktur organisasi merupakan akibat dari adanya pekerjaan-pekerjaan yang harus diisi dengan orang - orang yang akan melaksanakan. Dalam mengemban tugas sebagai aparatur negara maka setiap Pegawai Negeri Sipil diangkat dalam jabatan dimana prinsip pengangkatan dalam jabatan tersebut harus profesional sesuai syarat kompetensi jabatan, kode etik, prestasi kerja, jenjang pangkat dan syarat obyektif lainnya tanpa membedakan jenis kelamin, suku, agama, ras dan golongan.

Hal di atas mengandung arti bahwa dalam menjalankan tugas pokok dan fungsinya haruslah ditempatkan pada suatu jabatan yang sesuai dengan syarat jabatan yang dimaksud, sehingga dapat menjalankan tanggung jawabnya sesuai jabatan yang diemban. Tingkat Kompetensi yang diperlukan untuk setiap jenjang jabatan bervariasi tergantung dari karakteristik masing-masing jabatan. Perbedaan standar kompetensi antara jabatan sruktural satu dengan jabatan struktural lainnya adalah bidang pekerjaan yang menjadi tanggung jawabnya.

Adapun hasil penelitian untuk mengetahui kompetensi terhadap pemangku jabatan dapat disajikan dibawah ini :

a. Analisis Jabatan di Kementerian Sosial Panti Sosial Tresna Werdha Gau Mabaji Gowa.

Analisis jabatan adalah prosedur untuk menentukan tugas-tugas dan hakekat pekerjaan serta jenis orang (berkaitan dengan keterampilan dan

(11)

pengalaman) yang perlu diangkat untuk melaksanakan pekerjaan yang diembannya. Unsur utama dalam setiap program manajemen kepegawaian adalah analisis jabatan. Proses analisis jabatan menghasilkan dua dokumen yang penting yaitu uraian jabatan dan persyaratan jabatan. Dengan demikian dokumen persyaratan jabatan yang dimaksud akan memberikan pula gambaran tentang spesifikasi kompetensi jabatan tersebut. Dalam menempatkan seorang pegawai pada suatu jabatan haruslah sesuai dengan syarat jabatan yang ada dan tertuang dalam dokumen analisis jabatan agar seorang pegawai dapat ditempatkan sesuai dengan kompetensi yang dimilikinya.

Berikut adalah hasil analisis Jabatan pada Jabatan Struktural di Kementerian Sosial RI Panti Sosial Tresna Werdha “Gau Mabaji” Gowa:

Tabel 4.

Hasil Analisis Jabatan Struktural & Evaluasi Jabatan di Panti Sosial Tresna Werdha “Gau Mabaji” Gowa

No

Unsur / Komponen Analisis Jabatan Hasil Evaluasi Jabatan Sesuai Tidak

Sesuai

1 Keterampilan Kerja 4 0

2 Pengetahuan Kerja 4 0

3 Pendidikan Umum & Khusus 3 1

4 Pelatihan/Kursus (Jenis Diklat) 4 0

5 Pengalaman Kerja 3 1

6 Penguasaan Bahasa 4 0

7 Persyaratan Fisik 4 0

8 Usia, Jenis Kelamin, Status Perkawinan 4 0

9 Bakat Pribadi dan Minat 4 0

10 Kompetensi Jabatan 4 0

11 Persyaratan Lain 3 1

(12)

Dengan mengamati Hasil Analisis Jabatan dan Evaluasi Jabatan pada tabel di atas terlihat bahwa syarat yang dibutuhkan dalam menduduki suatu jabatan masih ada yang tidak terpenuhi padahal isian analisis jabatan dan evaluasi jabatan didapatkan dari masing – masing pemangku jabatan. Data di atas mengemukakan bahwa pada unsur kompetensi jabatan seluruhnya telah sesuai. Akan tetapi penulis menggali lebih jauh mengenai kompetensi jabatan yang dimaksud, apakah hal tersebut berkaitan dengan kompetensi manajerial yang mempunyai standar- standar tertentu dan sesuai dengan peraturan perundang – undangan.

Berdasarkan hasil wawancara kepada Bapak LT sebagai Kepala Panti Sosial Tresna Werdha “Gau Mabaji” Gowa dijelaskan bahwa :

“ setiap isian dalam dokumen analisis jabatan ini di ambil dari masing – masing responden atau pegawai yang mengisi jabatan tersebut, sehingga hasilnya akan mengemukakan syarat – syarat jabatan yang seharusnya bisa menggambarkan kompetensi jabatan responden “ (wawancara LT, 6 Oktober 2016)

Ditambahkan oleh RS sebagai Kepala Sub Bagian Tata Usaha, bahwa :

“ dalam dokumen analisis jabatan memang mencantumkan standar kompetensi di dalamnya, sehingga penempatan pegawai pada jabatan selanjutnya dapat terus dievaluasi “ (wawancara RS, 6 Oktober 2016)

Hasil wawancara dengan AM sebagai salah satu pemangku jabatan mengemukakan bahwa :

“ kita setiap tahunnya diwajibkan membuat dokumen analisis jabatan dan analisa beban kerja dimana itu yang akan jadi faktor apakah jabatan yang kita laksanakan tersebut telah sesuai dengan kompetensi kita masing - masing “ (wawancara AM, 6 Oktober 2016)

(13)

Dari hasil pengumpulan data dan wawancara tersebut diperoleh informasi bahwa dokumen analisis jabatan secara jelas mencantumkan syarat kompetensi jabatan dan hal tersebut dijadikan bahan evaluasi untuk menempatkan pegawai pada jabatan yang tepat dan sesuai dengan kompetensinya. Bahwa setiap pegawai diwajibkan untuk menyusun analisis jabatan dan analisa beban kerja sehingga setiap jabatan bisa dapat dievaluasi setiap tahunnya apakah sudah sesuai dengan kompetensi pemangku jabatannya atau tidak.

Dari hasil analisis jabatan di atas penulis kemudian menggali lebih dalam mengenai standar kompetensi manajerial pada jabatan – jabatan struktural tersebut.

b. Standar Kompetensi Manajerial di Kementerian Sosial Panti Sosial Tresna Werdha Gau Mabaji Gowa.

Standar kompetensi yang dimaksudkan disini merupakan unsur – unsur kemampuan seseorang yang dapat diukur sesuai dengan jenis keterampilan kerja pada setiap jenjang manajer yang terdiri dari :

1. Keterampilan konseptual (conceptional skill)

2. Keterampilan berhubungan dengan orang lain (humanity skill) 3. Keterampilan teknis (technical skill).

Standar di atas kemudian dikolaborasikan dengan data standar kompetensi yang telah ditetapkan oleh pimpinan lembaga di lingkungan Kementerian Sosial. Identifikasi kompetensi manajerial SDM Aparatur yang ditentukan dari setiap bidang pekerjaan yang menjadi tanggung

(14)

jawabnya serta diharuskan berpedoman pada Kamus Kompetensi Manajerial sebagaimana tercantum dalam Anak Lampiran 3 dalam Peraturan Kepala Badan Kepegawaian Negara Nomor 7 Tahun 2013, didalamnya telah dimuat definisi dari masing – masing kompetensi manajerial dan levelnya.

Berikut adalah definisi dan kategori kompetensi manajerial yang berlaku pada Jabatan Struktural Eselon III dan Eselon IV di lingkungan Kementerian Sosial PSTW Gau Mabaji Gowa :

Tabel 5.

Definisi dan Kategori Kompetensi yang digunakan di lingkungan Kementerian Sosial PSTW Gau Mabaji Gowa

No Definisi Kompetensi Kategori Kepala Panti Kepala Sub Bagian Tata Usaha Kepala Seksi Rehab. Sosial Kepala Seksi Program Advokasi Sosial 1. Berpikir Konseptual (BK)

Mutlak Mutlak Mutlak Mutlak

2. Integritas (Int) Mutlak Mutlak Mutlak Mutlak

3. Komitmen terhadap Organisasi (KtO)

Mutlak Mutlak Mutlak Mutlak

4. Kerjasama (KS) Penting Penting Penting Penting

5. Berorientasi pada Pelayanan (BpP)

Mutlak Penting Mutlak Mutlak

6. Perhatian terhadap Keteraturan (PtK)

Mutlak Mutlak Mutlak Mutlak

7. Pengambilan Keputusan (PK)

Mutlak Penting Penting Penting 8. Kepemimpinan

(Kp)

Mutlak Penting Perlu Perlu

Sumber : Data Sub Bagian Tata Usaha, 2016

Dari tabel di atas didapatkan informasi bahwa definisi kompetensi yang digunakan sebagai hal yang mutlak diperlukan oleh setiap jabatan

(15)

untuk memenuhi kompetensi manajerial di lingkungan Kementerian Sosial Panti Sosial Tresna Werdha “Gau Mabaji” Gowa sebagai berikut : 1. Keterampilan konseptual (conceptional skill)

Pejabat Struktural sebagai seorang manajer tingkat atas atau menengah diwajibkan memiliki keterampilan untuk membuat konsep, ide, dan gagasan demi kemajuan organisasi. Gagasan atau ide serta konsep tersebut kemudian haruslah dijabarkan menjadi suatu rencana kegiatan untuk mewujudkan gagasan atau konsepnya itu, sehingga kompetensi yang dibutuhkan adalah :

a) Berpikir Konseptual, yang merupakan kemampuan menghubungkan pola menjadi hubungan dalam suatu rangkaian informasi untuk membentuk pemahaman baru terhadap informasi tersebut.

b) Komitmen terhadap Organisasi, yaitu kemampuan untuk menyelaraskan kemampuan pribadi dengan kepentingan organisasi dalam rangka mewujudkan visi dan misi.

c) Perhatian terhadap Keteraturan, yaitu kemampuan untuk memastikan/ mengurangi ketidakpastian khususnya berkaitan dengan dengan penugasan, kualitas dan ketepatan/ketelitian data serta informasi di tempat kerja.

d) Pengambilan Keputusan, yaitu kemampuan mengambil tindakan secara cepat dan tepat dengan mempertimbangkan dampak serta bertanggung jawab dengan keputusannya.

(16)

2. Keterampilan berhubungan dengan orang lain (humanity skill)

Seorang Pejabat Struktural sebagai seorang manajer tingkat atas atau menengah juga diwajibkan memiliki keterampilan berkomunikasi atau keterampilan berhubungan dengan orang lain, yang disebut juga keterampilan kemanusiaan. Komunikasi yang persuasif harus selalu diciptakan oleh manajer terhadap bawahan yang dipimpinnya, sehingga kompetensi yang dinbutuhkan adalah :

a) Integritas, yaitu kemampuan bertindak secara konsisten dan transparan dalam segala situasi dan kondisi sesuai dengan nilai – nilai, norma, atau etika yang berlaku di lingkungan kerja.

b) Berorientasi pada Pelayanan, yaitu kemampuan melanjutkan upaya untuk mengetahui memahami dan memenuhi kebutuhan pelanggan dalam setiap aktivitas pekerjaannya.

c) Kerjasama, yaitu kemampuan menyelesaikan pekerjaan secara bersama – sama dengan menjadi bagian dari suatu kelompok untuk mencapai tujuan unit/organisasi.

d) Kepemimpinan, yaitu kemampuan meyakinkan, mempengaruhi, dan memotivasi orang lain dengan tujuan agar mereka mengikuti dan melaksanakan rencana kerja unit/organisasi.

3. Keterampilan teknis (technical skill)

Keterampilan ini pada umumnya merupakan bekal bagi manajer pada tingkat yang lebih rendah. Keterampilan teknis ini merupakan kemampuan untuk menjalankan suatu pekerjaan tertentu, sebagai

(17)

contoh perilaku menggunakan program komputer, memperbaiki mesin, membuat kursi, akuntansi merupakan technical skill.

Setelah mendapatkan definisi kompetensi yang digunakan, penulis kemudian mendapatkan hasil bahwa level kompetensi yang digunakan adalah indikator perilaku pemangku jabatan yang mencerminkan keseluruhan kompetensi jabatan tersebut sesuai dengan yang diharapkan. Berikut adalah Standar kompetensi manajerial pejabat struktural di lingkungan Kementerian Sosial – Panti Sosial Tresna Werdha “Gau Mabaji” Gowa :

Tabel 6.

Standar kompetensi manajerial pejabat struktural di lingkungan Kementerian Sosial – Panti Sosial Tresna Werdha “Gau Mabaji”

No Definisi

Kompetensi

Standar Level Kompetensi (RCL) Kepala Panti (Eselon III) Kepala Sub Bagian Tata Usaha (Eselon IV) Kepala Seksi Rehabilitasi Sosial (Eselon IV) Kepala Seksi Program Advokasi Sosial (Eselon IV) 1. Berpikir Konseptual (BK) 3 2 2 2 2. Integritas (Int) 2 2 2 2 3. Komitmen terhadap Organisasi (KtO) 2 2 2 2 4. Kerjasama (KS) 2 1 1 1 5. Berorientasi pada Pelayanan (BpP) 3 2 2 2 6. Perhatian terhadap Keteraturan (PtK) 2 2 2 2 7. Pengambilan Keputusan (PK) 2 1 1 1 8. Kepemimpinan (Kp) 3 2 2 2

(18)

Dijelaskan pada tabel di atas bahwa level kompetensi disesuaikan dengan format standar dengan menyebutkan deskripsi kompetensi yang dipersyaratkan (required competency level – RCL) untuk setiap jabatan sebagai skala atau tingkat kemahiran yang dibagi menjadi 7 level tingkatan kompetensi. Level penilaian terhadap kompetensi manajerial yang dipakai dalam menentukan tingkat kompetensi terhadap masing – masing kompetensi manajerial di lingkungan Kementerian Sosial Panti Sosial Tresna Werdha “Gau Mabaji” Gowa yaitu level 0 sampai dengan level 6 yang telah disusun berdasarkan kemampuan dari tingkat pemula, terampil dan ahli. Level Kompetensi untuk setiap jenjang jabatan bervariasi tergantung dari karakteristik masing-masing jabatan.

Standar kompetensi tersebut berlaku untuk jabatan Kepala Panti, Kepala Sub Bagian Tata Usaha, Kepala Seksi Rehabilitasi Sosial dan Kepala Seksi Program dan Advokasi Sosial. Perbedaan standar kompetensi antara jabatan sruktural satu dengan jabatan struktural lainnya ditentukan oleh tingkat kemahirannya, misalnya untuk jabatan Kepala Panti Kompetensi Berpikir Konseptual (BK) berada pada level 3 sedangkan untuk Kepala Sub Bagian Tata Usaha hanya berada pada level 2 dan begitu seterusnya.

Berdasarkan hasil wawancara kepada Bapak LT sebagai Kepala Panti Sosial Tresna Werdha “Gau Mabaji”Gowa dijelaskan bahwa :

“ Standar kompetensi jabatan merupakan syarat menduduki jabatan dan mempertahankan penilaian tersebut setelah menduduki jabatan hal tersebut diperlukan untuk tercapainya profesionalisme SDM aparatur“ (wawancara LT, 10 Oktober 2016)

(19)

Ditambahkan oleh RS sebagai Kepala Sub Bagian Tata Usaha, bahwa :

“ Standar atau level kompetensi yang menjadi syarat menduduki jabatan struktural berbeda – beda sesuai dengan tuntutan pekerjaannya, level kompetensi kepala panti yang merupakan jabatan eselon III pasti berbeda dengan kepala seksi yang eselon IV “ (wawancara RS, 10 Oktober 2016)

Hasil wawancara dengan ST sebagai salah satu Pejabat struktural dengan jabatan Kepala Seksi Program dan Advokasi Sosial mengemukakan bahwa :

“ Banyak kompetensi yang diperlukan pada jabatan struktural misalnya kompetensi pada pengambilan keputusan disitu pejabatnya dituntut harus mempunyai kemampuan untuk mengambil tindakan secara cepat dan tepat dengan mempertimbangkan dampak serta bertanggung jawab dengan keputusannya “ (wawancara ST, 10 Oktober 2016)

Dari hasil pengumpulan data dan wawancara tersebut diperoleh informasi bahwa standar kompetensi manajerial yang telah disusun secara jelas dengan mencantumkan syarat kompetensi jabatan yang berbeda – beda pada setiap jabatan dan hal tersebut dijadikan syarat menduduki jabatan. Hal tersebut diperlukan untuk menciptakan profesionalisme SDM aparatur dalam melaksanakan tugas – tugasnya.

Standarisasi kompetensi jabatan yang dilaksanakan oleh Kementerian Sosial RI Panti Sosial Tresna Werdha “Gau Mabaji” Gowa sangat sesuai dengan tahapan – tahapan perumusan standar kompetensi manajerial dalam Peraturan Kepala Badan Kepegawaian Negara Nomor 7 Tahun 2013 tentang Pedoman Penyusunan Standar Kompetensi

(20)

Manajerial Pegawai Negeri Sipil. Tujuan yang hendak dicapai dari standar kompetensi jabatan ini adalah untuk dijadikan acuan dalam menerapkan manajemen sumber daya manusia berbasis kompetensi, sehingga akan tercapai profesionalisme SDM aparatur. Diharapkan dengan adanya standar kompetensi jabatan yang jelas dapat menjadi dasar bagi kebijakan di bidang kepegawaian antara lain : rekrutmen, pengangkatan dalam jabatan, promosi dan mutasi jabatan, pengembangan pegawai, penilaian kinerja pegawai serta dalam kebijakan remunerasi ataupun tunjangan kinerja. Standar kompetensi manajerial juga dipakai sebagai rumusan model atau format standar dengan menyebutkan tingkat kompetensi yang dipersyaratkan (required competency level – RCL) untuk setiap jabatan.

c. Kompetensi Manajerial Para Pemangku Jabatan Struktural di Lingkungan Kementerian Sosial Panti Sosial Tresna Werdha Gau Mabaji Gowa.

Kompetensi manajerial adalah jenis kompetensi yang berkaitan dengan kemampuan untuk mengelola karyawan, dan membangun interaksi dengan orang lain sedangkan jabatan struktural adalah suatu kedudukan yang menunjukkan tugas, tanggung jawab, wewenang, dan hak seorang PNS dalam rangka memimpin suatu satuan organisasi negara. Jabatan struktural merupakan jabatan yang secara tegas ada dalam struktur organisasi, seperti sekretaris jenderal, direktur, kepala seksi dan lain-lain.

(21)

Berikut adalah tabel yang menggambarkan tingkat kompetensi manajerial yang dicapai pada setiap jabatan struktural di lingkungan Panti Sosial Tresna Werdha “ Gau Mabaji’ Gowa :

Tabel 7.

Tingkat Kompetensi Manajerial Pejabat Struktural di Lingkungan Kementerian Sosial – Panti Sosial Tresna Werdha “Gau Mabaji”

No Definisi Kompetensi Kompetensi Pemangku Jabatan Kepala Panti Kepala Sub Bagian Tata Usaha Kepala Seksi Rehabilitasi Sosial Kepala Seksi Program Advokasi Sosial 1. Berpikir Konseptual (BK) 3 2 2 2 2. Integritas (Int) 2 2 2 2 3. Komitmen terhadap Organisasi (KtO) 2 2 2 2 4. Kerjasama (KS) 2 1 1 1 5. Berorientasi pada Pelayanan (BpP) 3 2 2 2 6. Perhatian terhadap Keteraturan (PtK) 2 2 2 2 7. Pengambilan Keputusan (PK) 2 1 1 1 8. Kepemimpinan (Kp) 3 2 2 1

Sumber : Sub Bagian Tata Usaha, 2016

Berdasarkan tabel di atas diperoleh informasi bahwa pada dalam setiap definisi kompetensi yang dipersyaratkan pada pemangku jabatan struktural di lingkungan Kementerian Sosial RI Panti Sosial Tresna Werdha “Gau Mabaji” Gowa memang tidak memiliki kekurangan pada setiap level kompetensi manajerial yang dipersyaratkan. Penilaian tersebut juga dilihat dari data - data yang penulis dapatkan dalam dokumen – dokumen yang penulis temukan berupa Analisis Jabatan, Evaluasi Jabatan, Informasi dan Faktor Jabatan serta Sasaran Kerja Pegawai (SKP) Tahun

(22)

2015, yang informasi didalamnya memang tidak didapatkan kekurangan dalam pengisian maupun penilaian sehingga kompetensi yang dipersyaratkan di atas tidak dapat dicapai.

Hasil yang diperoleh dari pengolahan data penulis dijelaskan sebagai tingkat kompetensi pada definisi yang dipakai sebagai standar kompetensi manajerial di lingkungan Panti Sosial Tresna Werdha “Gau Mabaji” Gowa, sebagai berikut :

1) Kompetensi Berpikir Konseptual.

Pada Jabatan Struktural Eselon III Kepala Panti berada pada level menyimpulkan keterkaitan pola/hubungan dari informasi yang ada menjadi suatu rumusan yang jelas dan komprehensif sedangkan pada Jabatan Struktural Eselon IV yaitu Kepala Sub Bagian Tata Usaha, Kepala Seksi Rehabilitasi Sosial berada pada level menyimpulkan keterkaitan pola/hubungan dari informasi yang ada menjadi suatu rumusan yang jelas dan komprehensif. Kompetensi ini merupakan kemampuan menghubungkan pola menjadi hubungan dalam suatu rangkaian informasi untuk membentuk pemahaman baru terhadap informasi tersebut. dan hal tersebut sangat sesuai dengan Standar Kompetensi Manajerial yang berlaku di lingkungan Panti Sosial Tresna Werdha “Gau Mabaji” Gowa.

2) Kompetensi Integritas.

Pada jabatan struktural Eselon III Kepala Panti berada pada level menerapkan norma dan etika organisasi sebatas pada dirinya dalam

(23)

segala situasi dan kondisi, gambaran kompetensi tersebut juga terjadi pada Pejabat struktural eselon IV yaitu Kepala Sub Bagian Tata Usaha, Kepala Seksi Rehabilitasi Sosial dan Kepala Seksi Program dan Advokasi Sosial yaitu berada pada level menerapkan norma dan etika organisasi sebatas pada dirinya dalam segala situasi dan kondisi, level kompetensi tersebut telah sesuai dengan Standar kompetensi manajerial yang dipersyaratkan untuk masing – masing jabatan. Kompetensi ini merupakan kemampuan bertindak secara konsisten dan transparan dalam segala situasi dan kondisi sesuai dengan nilai – nilai, norma, atau etika yang berlaku di lingkungan kerja.

3) Kompetensi Komitmen terhadap Organisasi.

Pada jabatan struktural eselon III Kepala Panti dan Eselon IV (Kepala Sub Bagian Tata Usaha, Kepala Seksi Rehabilitasi Sosial dan Kepala Seksi Program dan Advokasi Sosial) berada pada level melaksanakan tugas sebatas tuntutan tugas dan tanggungjawabnya. Kompetensi ini merupakan kemampuan untuk menyelaraskan kemampuan pribadi dengan kepentingan organisasi dalam rangka mewujudkan visi dan misi. Kompetensi ini sangat sesuai dengan standar kompetensi manajerial yang berlaku untuk masing – masing jabatan.

4) Kompetensi Kerjasama.

Pada Jabatan Struktural Eselon III Kepala Panti kompetensi ini berada pada level menghargai masukan dan keahlian orang lain dan

(24)

bersedia belajar dari orang lain sedangkan pada jabatan struktural eselon IV Kepala Sub Bagian Tata Usaha, Kepala Seksi Rehabilitasi Sosial dan Kepala Seksi Program Advokasi Sosial berada pada level menjaga hubungan kerja yang baik tanpa melibatkan perasaan suka atau tidak suka yang bersifat personal. Kompetensi ini merupakan kemampuan menyelesaikan pekerjaan secara bersama – sama dengan menjadi bagian dari suatu kelompok untuk mencapai tujuan unit/organisasi. Level kompetensi tersebut telah sesuai dengan Standar kompetensi manajerial yang dipersyaratkan untuk masing – masing jabatan.

5) Kompetensi Berorientasi pada Pelayanan.

Pada jabatan struktural eselon III Kepala Panti kompetensi ini berada pada level meningkatkan kemampuan organisasi untuk memenuhi kebutuhan pelanggan, sedangkan pada jabatan struktural eselon IV yaitu Kepala Sub Bagian Tata Usaha, Kepala Seksi Rehabilitasi Sosial dan Kepala Seksi Program dan Advokasi Sosial berada pada level memenuhi kebutuhan pelanggan sesuai sumber daya organisasi yang tersedia. Kompetensi ini merupakan kemampuan melanjutkan upaya untuk mengetahui memahami dan memenuhi kebutuhan pelanggan dalam setiap aktivitas pekerjaannya. Level kompetensi tersebut telah sesuai dengan Standar kompetensi manajerial yang dipersyaratkan untuk masing – masing jabatan.

(25)

6) Kompetensi Perhatian terhadap Keteraturan.

Pada jabatan struktural eselon III Kepala Panti dan Eselon IV (Kepala Sub Bagian Tata Usaha, Kepala Seksi Rehabilitasi Sosial dan Kepala Seksi Program dan Advokasi Sosial) kompetensi ini berada pada level memelihara lingkungan kerja seperti meja, berkas – berkas, perkakas, dan lain – lain dalam susunan yang baik dan teratur. Kompetensi ini merupakan kemampuan untuk memastikan / mengurangi ketidakpastian khususnya berkaitan dengan dengan penugasan, kualitas dan ketepatan/ketelitian data serta informasi di tempat kerja. Kompetensi ini sangat sesuai dengan standar kompetensi manajerial yang berlaku untuk masing – masing jabatan.

7) Kompetensi Pengambilan Keputusan.

Pada jabatan struktural Eselon III Kepala Panti kompetensi ini berada pada level membuat keputusan yang responsif berdasarkan data/informasi dan sesuai dengan keadaan lingkungan, sedangkan pada pejabat struktural eselon IV Kepala Sub Bagian Tata Usaha, Kepala Seksi Rehabilitasi Sosial dan Kepala Seksi Program dan Advokasi Sosial kompetensi ini berada pada level mengindentifikasi permasalahan yang terjadi sebelum pengambilan keputusan. Kompetensi ini merupakan kemampuan mengambil tindakan secara cepat dan tepat dengan mempertimbangkan dampak serta bertanggung jawab dengan keputusannya. Level kompetensi tersebut telah sesuai

(26)

dengan Standar kompetensi manajerial yang dipersyaratkan untuk masing – masing jabatan.

8) Kompetensi Kepemimpinan.

Pada Pejabat Struktural eselon III Kepala Panti kompetensi ini berada pada level mendelegasikan pekerjaan dan wewenang sesuai kompetensi dan potensi bawahan, sedangkan pada pejabat struktural eselon IV Kepala Sub Bagian Tata Usaha dan Kepala Seksi Rehabilitasi Sosial berada pada level membina bawahan dalam penyelesaian pekerjaan. Kompetensi merupakan kemampuan meyakinkan, mempengaruhi, dan memotivasi orang lain dengan tujuan agar mereka mengikuti dan melaksanakan rencana kerja unit/organisasi. Level kompetensi tersebut telah sesuai dengan Standar kompetensi manajerial yang dipersyaratkan untuk masing – masing jabatan. Sedangkan Kepala Seksi Program dan Advokasi Sosial kompetensi Kepemimpinannya masih berada pada level meyakinkan orang lain tentang pentingnya pencapaian tujuan organisasi yang hal tersebut tidak sesuai dengan Kompetensi standar yang dibutuhkan oleh jabatannya.

Dari penjelasan tersebut di atas didapatkan sedikit kekurangan dalam memenuhi standar kompetensi yaitu pada kompetensi kepemimpinan dimana hal ini harus menjadi fokus penting dalam pengembangan potensi diri pemangku jabatannya.

(27)

Berdasarkan hasil wawancara kepada Bapak LT sebagai Pejabat struktural eselon III Kepala Panti Sosial Tresna Werdha “Gau Mabaji”Gowa dijelaskan bahwa :

“ Sebagai Kepala Panti yang membawahi seluruh komponen jabatan di kantor ini kompetensi yang paling diharapkan adalah Kepemimpinan dimana hal tersebut saya anggap sebagai unsur yang terpenting dalam berorganisasi“ (wawancara LT, 10 Oktober 2016)

Ditambahkan oleh RS sebagai Kepala Sub Bagian Tata Usaha, bahwa : “ seluruh unsur kompetensi yang dipersyaratkan oleh jabatan harus dipenuhi oleh pemangku jabatannya, karena setiap unsur kompetensi tersebut mempunyai peran masing – masing dalam pelaksanaan tugas“ (wawancara RS, 10 Oktober 2016)

Hasil wawancara dengan ST sebagai pemangku jabatan struktural eselon IV Kepala Seksi Program dan Advokasi Sosial mengemukakan bahwa :

“Standar kompetensi adalah hal yang bersifat dinamis sehingga sebagai pejabat struktural peningkatan kompetensi harus sering dilakukan untuk memenuhi kompetensi manajerial yang sesuai dengan kondisi terkini “ (wawancara ST, 10 Oktober 2016)

Wawancara di atas menggambarkan bahwa setiap jenjang pada jabatan struktural wajib memiliki kompetensi manajerial yang sesuai dengan standar hanya saja pada tingkatan tertentu memerlukan porsi keterampilan yang berbeda. Semakin tinggi jabatan atau tingkatan diperlukan keterampilan konseptional yang semakin banyak dan semakin rendah jabatannya maka diperlukan semakin banyak keterampilan teknisnya. Kompetensi yang diperlukan sebagai standar juga bersifat dinamis untuk itu diperlukan

(28)

peningkatan ataupun pengembangan potensi – potensi diri untuk memenuhinya.

Dapat digambarkan bahwa tingkat kompetensi manajerial SDM Aparatur yang memangku Jabatan Struktural merupakan unsur – unsur kemampuan seseorang yang dapat diukur sesuai dengan jenis keterampilan kerja pada setiap jenjang manajer yang terdiri Keterampilan konseptual (conceptional skill), Keterampilan berhubungan dengan orang lain (humanity skill) adalah memadai.

Kompetensi manajerial di Kementerian Sosial RI Panti Sosial Tresna Werdha Gau Mabaji Gowa adalah memadai karena terbukti dari sedikitnya kekurangan yang didapatkan dalam penilaian kompetensi manajerial para pejabatnya sehingga kompetensi manajerial hampir seluruhnya dapat dicapai sesuai dengan yang dipersyaratkan dalam standar kompetensi manajerial yang telah disusun oleh Kementerian Sosial RI, hal ini juga tergambarkan dalam beberapa dokumen sumber seperti Analisis Jabatan, Informasi dan Faktor Jabatan, Evaluasi Jabatan serta Sasaran Kerja Pegawai Tahun 2015 yang penulis temukan secara utuh.

Hal yang dikemukakan di atas sebagai hasil penelitian mengenai kompetensi manajerial sangat erat berkaitan dengan kemampuan – kemampuan pemangku jabatan dalam konsep karakteristik motif, sifat, konsep diri, pengetahuan dan keterampilan yang dituangkan dalam ukuran – ukuran standar kompetensi manajerial pada setiap jabatan yang tersedia, hal tersebut sangat sejalan dengan pendapat Spencer and Spencer yang

(29)

mengemukakan bahwa karakteristik kompetensi adalah Motif, Sifat, Konsep diri, Pengetahuan dan Keterampilan.

Penulis juga mengungkapkan bahwa peningkatan kompetensi kepemimpinan memang saat ini menjadi fokus para unsur pimpinan atau pejabat struktural di lingkungan Panti Sosial Tresna Werdha “Gau Mabaji” Gowa hal ini dikarenakan fungsi kepemimpinan merupakan kunci yang paling utama dalam kegiatan manajemen, maka dari itu peran seorang pejabat struktural yang memiliki kompetensi manajerial sangatlah penting. Untuk membuat orang lain mengerjakan sesuatu mencapai suatu tujuan organisasi tentu bukanlah hal yang mudah, karena dibutuhkan seni dan skill dari seorang manajer yang handal. Pejabat handal yang baik adalah manajer yang mampu membentuk orang lain sebagai pengganti dirinya. Keberadaan pejabat struktural yang handal merupakan aset terbesar sebuah organisasi yang sangat bernilai.

2. Kompetensi Teknis (Tehnical Competence).

a. Standar Kompetensi Teknis yang digunakan di lingkungan Kementerian Sosial RI Panti Sosial Tresna Werdha Gau Mabaji Gowa.

Kompetensi teknis merupakan jenis kompetensi yang berkaitan dengan kemampuan seorang SDM Aparatur sebagai manajer dalam sebuah organisasi melakukan pekerjaan yang berkaitan dengan pekerjaan yang ditekuni. Berikut standar kompetensi teknis di Kementerian Sosial Panti Sosial Tresna Werdha “Gau Mabaji” Gowa :

(30)

72

Tabel 8.

Kualifikasi Kompetensi Teknis Jabatan Fungsional

No Nama Jabatan Syarat Kompetensi Utama Syarat Lainnya

Umum Inti Pilihan Pendidikan Pelatihan Pengalaman

A. Jabatan Fungsional Tertentu (JFT)

1. Pekerja Sosial Mengoperasikan MS. Office Membuat laporan rumusan dan melaksanakan model pelayanan sosial Mengevaluasi Program Pelayanan Kesejahteraan Sosial S.1 Pekerjaan Sosial Diklat Sertifikasi Penjenjangan Ahli 2 (dua) Tahun pada Jabatan JFU 2. Penyuluh Sosial Mengoperasikan

MS. Office Membuat laporan rancangan sosialisasi dan resosialisasi Mengolah data penyuluhan sosial S.1 Pekerjaan Sosial, Sosiologi Diklat Sertifikasi Penjenjangan Ahli 2 (dua) Tahun pada Jabatan JFU 3. Perencana Mengoperasikan MS. Office Membuat laporan Rencana Program dan Anggaran Mengolah bahan/ dokumen perencanaan S.1 Ekonomi Pembangunan Diklat Sertifikasi Penjenjangan Ahli 2 (dua) Tahun pada Jabatan JFU

4. Pranata Komputer Mengoperasikan MS. Office Membuat laporan operasional dan memelihara Komputer Mengolah Sistem Informasi Kesejahteraan Sosial (SIKS)

D.3 Komputer Diklat Sertifikasi Penjenjangan Terampil 2 (dua) Tahun pada Jabatan JFU 5. Fisioterapis Mengoperasikan MS. Office Membuat laporan terapi – terapi fisik terhadap klien

Menfasilitasi pelayanan fisik

D.3 Fisioterapi Diklat Sertifikasi Penjenjangan Terampil 2 (dua) Tahun pada Jabatan JFU 6. Perawat Mengoperasikan MS. Office Membuat laporan Asuhan Keperawatan Mengolah data asuhan keperawatan D.3 Keperawatan Diklat Sertifikasi Penjenjangan Terampil 2 (dua) Tahun pada Jabatan JFU

B. Jabatan Fungsional Umum (JFU)

1. Pembimbing Mental Mengoperasikan MS. Office Membuat laporan persiapan dan melaksanakan standar pelayanan Bimbingan Merumuskan standar pelayanan bimbingan Mental Spiritual S.1 Agama Islam, Diklat Teknis Bimbingan 1 (satu) Tahun atau berstatus PNS

(31)

Umum Inti Pilihan Pendidikan Pelatihan Pengalaman 3. Bendahara Mengoperasikan MS. Office Membuat laporan pembukuan dan mengatur keuangan Menyusun Laporan Keuangan

S.1 Akuntansi Diklat Sertifikasi Perbendaharaan

1 (satu) Tahun atau berstatus PNS

4. Penata Laporan BMN Mengoperasikan MS. Office

Menyusun Laporan Barang Milik Negara

Mengolah Sistem Manajeman Administrasi Aset Negara (SIMAN) D.3 Manajemen Diklat Analisis Aset Negara 1 (satu) Tahun atau berstatus PNS

5. Verifikator Keuangan Mengoperasikan MS. Office

Membuat laporan, Mengelompokkan dan mencatat arsip keuangan Menyusun arsip keuangan D.3 Manajemen Diklat Analisis Keuangan Negara 1 (satu) Tahun atau berstatus PNS

6. Pengadministrasi Umum Mengoperasikan MS. Office

Membuat laporan, Menerima, mencatat dan menyimpan doc

Menyusun arsip umum

SMK Perkantoran

Tidak perlu ada Diklat Khusus

1 (satu) Tahun atau berstatus PNS

7. Teknisi Listrik Mengoperasikan MS. Office Membuat laporan pemeliharaan Komponen listrik dan Bangunan Menyiapkan bahan perbaikan dan pemeliharaan SMK Kelistrikan

Tidak perlu ada Diklat Khusus 1 (satu) Tahun atau berstatus PNS 8. Caraka Mengoperasikan MS. Office Membuat laporan Pengiriman Surat dan Dokumen Menyiapkan sarana dan prasarana pengiriman dokumen

SMP Tidak perlu ada Diklat Khusus

1 (satu) Tahun atau berstatus PNS

9. Petugas Keamanan Mengoperasikan MS. Office Membuat laporan keamanan dan ketertiban lingkungan Menyiapkan bahan pelaksanaan tugas keamanan

SMP Tidak perlu ada Diklat Khusus

1 (satu) Tahun atau berstatus PNS

10. Pramu Bakti Mengoperasikan MS. Office

Membuat laporan pelayanan tamu dan kebersihan kantor

Menyiapkan kebutuhan

pimpinan dan jamuan tamu

SMP Tidak perlu ada Diklat Khusus

1 (satu) Tahun atau berstatus PNS

(32)

74

Kualifikasi kompetensi yang digunakan oleh Kementerian Sosial RI sebagai standar untuk menentukan kompetensi di atas terbagi dalam 3 kategori, yaitu :

1) Umum, yang merupakan kompetensi yang wajib dimiliki oleh semua fungsi pekerjaan di organisasi/instansi/unit. Pada semua jabatan misalnya syarat kompetensi yang digunakan adalah mengoperasikan aplikasi komputer berupa Microsoft Office.

2) Inti, yang merupakan kompetensi yang wajib secara individu dimiliki sesuai dengan masing – masing fungsi pekerjaan. Misalnya pada jabatan Pekerja Sosial syarat kompetensi intinya adalah merumuskan dan melaksanakan model pelayanan sosial, pada jabatan Penyuluh Sosial diwajibkan memiliki syarat kompetensi Menyusun rancangan sosialisasi dan resosialisasi masyarakat, dan seterusnya.

3) Pilihan, yang merupakan kompetensi yang yang diperlukan untuk menambah kompetensi pegawai dalam melaksanakan suatu fungsi atau pekerjaan lainnya. Misalnya pada jabatan Pekerja Sosial syarat kompetensi pilihannya adalah mengevaluasi program pelayanan kesejahteraan sosial. Pada Jabatan Pranata Komputer syarat kompetensi pilihannya adalah mampu mengolah Sistem Informasi Kesejahteraan Sosial (SIKS).

Selain kategori tersebut di atas adapula yang disebut dengan Persyaratan Kompetensi Teknis yaitu syarat jabatan yang meliputi pendidikan, pengalaman dan pelatihan. Dijelaskan secara detail pada tabel

(33)

tersebut bahwa masing – masing jabatan harus memenuhi kategori kompetensi berupa syarat lainnya misalnya pada jabatan Perawat harus mempunyai latar belakang pendidikan minimal D.III Keperawatan, telah mengikuti Diklat Sertifikasi Tingkat Terampil dan telah 2 (dua) tahun sebelumnya menduduki Jabatan Fungsional Umum.

Perbedaan terlihat ketika kompetensi manajerial menyebutkan tingkat atau level dari setiap definisi kompetensi yang dipersyaratkan (required competency level – RCL), Kompetensi teknis secara langsung menyebutkan kualifikasi secara detail syarat – syarat dari setiap kategori kompetensi teknis untuk tiap jabatan dan bukan menyebutkan tingkat atau level dari setiap unsur kompetensi, akan tetapi pada semua baik kompetensi manajerial maupun kompetensi teknis semuanya jelas dapat menjadi dasar kebijakan di bidang kepegawaian.Standar kompetensi teknis dan syarat – syarat diatas sangat sesuai dengan Peraturan Kepala Badan Kepegawaian Negara Nomor 8 Tahun 2013, didalamnya telah dimuat Kualifikasi dari masing – masing kompetensi teknis dan syarat – syarat terpenuhinya kompetensi teknis yang dimaksud.

Berdasarkan hasil wawancara kepada Bapak LT sebagai Kepala Panti Sosial Tresna Werdha “Gau Mabaji”Gowa dijelas kan bahwa :

“ Kompetensi Teknis terdiri dari kualifikasi dan syarat – syarat untuk setiap pegawai dalam menduduki suatu jabatan“ (wawancara LT, 12 Oktober 2016)

Ditambahkan oleh RS sebagai Kepala Sub Bagian Tata Usaha, bahwa :

(34)

“ Kompetensi teknis sangat diperlukan setiap pegawai di kantor ini untuk menciptakan profesionalisme SDM aparatur dalam melaksanakan tugas – tugasnya “ (wawancara RS, 12 Oktober 2016)

Hasil wawancara dengan TJ sebagai salah satu Pemangku Jabatan Fungsional Tertentu (JFT) Perencana mengemukakan bahwa :

“ Saya rasa setiap pegawai disini memiliki kompetensi karena kompetensi teknis di instansi ini digunakan sebagai standar dalam menentukan jabatan seseorang, untuk merumuskan model atau standar kompetensi kami di sini tentunya harus sesuai dengan peraturan - peraturan yang berlaku di pemerintahan“ (wawancara TJ, 12 Oktober 2016)

Dari hasil pengumpulan data dan wawancara tersebut diperoleh informasi bahwa standar kompetensi teknis yang telah disusun secara jelas dengan mencantumkan kualifikasi dan syarat kompetensi jabatan yang berbeda – beda pada setiap jabatan dan hal tersebut dijadikan syarat utama dalam menduduki jabatan. Hal tersebut diperlukan untuk menciptakan profesionalisme SDM aparatur dalam melaksanakan tugas – tugasnya.

Standarisasi kompetensi teknis pada setiap jabatan yang dilaksanakan oleh Kementerian Sosial RI di Panti Sosial Tresna Werdha “Gau Mabaji” Gowa sangat sesuai dengan tahapan – tahapan perumusan standar kompetensi teknis dalam Peraturan Kepala Badan Kepegawaian Negara Nomor 8 Tahun 2013 tentang Pedoman Penyusunan Standar Kompetensi Teknis Pegawai Negeri Sipil. Standar kompetensi teknis juga dipakai sebagai rumusan model atau format standar dengan menyebutkan kualifikasi kompetensi yang dipersyaratkan.

(35)

b. Kompetensi Teknis (Tehnical Competence) di lingkungan Kementerian Sosial RI Panti Sosial Tresna Werdha Gau Mabaji Gowa.

Kompetensi teknis yang akan dikemukakan penulis merupakan kompetensi teknis SDM Aparatur yang memangku jabatan fungsional. Jabatan fungsional adalah jabatan yang ditinjau dari sudut fungsinya dalam suatu satuan organisasi, misalnya pekerja sosial, penyuluh sosial, perawat, fisioterapis dan lain-lain. Jabatan fungsional pada Pegawai Negeri Sipil terbagi atas 2 jenis yaitu Jabatan Fungsional Tertentu dan Jabatan Fungsional Umum. Jabatan Fungsional Tertentu (JFT) adalah suatu kedudukan yang menunjukkan tugas, tanggung jawab, wewenang, dan hak seorang PNS dalam suatu satuan organisasi yang dalam pelaksanaan tugasnya didasarkan pada keahlian dan atau keterampilan tertentu serta bersifat mandiri dan untuk kenaikan jabatan dan pangkatnya disyaratkan dengan angka kredit sedangkan Jabatan Fungsional Umum (JFU) adalah suatu kedudukan yang rnenunjukkan tugas, tanggung jawab, wewenang, dan hak seorang PNS dalam suatu satuan organisasi yang dalam pelaksanaan tugasnya didasarkan pada keterampilan tertentu dan untuk kenaikan pangkatnya tidak disyaratkan dengan angka kredit. Berikut adalah sebuah tabel yang menggambarkan kompetensi teknis

(36)

Tabel 9.

Tingkat Kompetensi Teknis Jabatan Fungsional

di Lingkungan Kementerian Sosial – Panti Sosial Tresna Werdha “Gau Mabaji” Gowa

No Pemangku Jabatan (Inisial) Syarat Kompetensi (Hasil Evaluasi Jabatan) Syarat Lainnya (Hasil Evaluasi Jabatan)

Umum Inti Pilihan Pendidikan Pelatihan Pengalaman

A. Jabatan Fungsional Tertentu (JFT) 1. SU, FL, SR, NK, HI, dan NR

Sebagai Pekerja Sosial Pertama, Muda dan Madya

Seluruh JFT dapat Mengoperasikan MS. Office Seluruh JFT dapat Merumuskan dan melaksanakan model pelayanan sosial Tidak semua JFT dapat mengevaluasi Program Pelayanan Kesejahteraan Sosial Tidak semua JFT berpendidikan S.1 Pekerjaan Sosial (SU berpendidikan S1 Administrasi Negara) Tidak semua JFT pernah mengikuti Diklat Sertifikasi Penjenjangan Seluruh JFT pernah 2 (dua) Tahun pada Jabatan JFU, berpangkat III.a ke atas 2. MR, SK, dan CA Sebagai Penyuluh Sosial Pertama dan Muda

Seluruh JFT dapat Mengoperasikan MS. Office Seluruh JFT dapat Menyusun rancangan sosialisasi dan resosialisasi Seluruh JFT dapat Mengolah data penyuluhan sosial Seluruh JFT berlatar belakang pendidikan S.2 Pekerjaan Sosial, Sosiologi Seluruh JFT pernah mengikuti Diklat Sertifikasi Penjenjangan Ahli Seluruh JFT pernah 2 (dua) Tahun pada Jabatan JFU, berpangkat III.a ke atas 3. TJ

Sebagai Perencana Pertama

JFT ybs dapat Mengoperasikan MS. Office

JFT ybs mampu menyusun rencana program dan anggaran

JFT ybs mampu mengolah bahan dokumen perancanaan JFT ybs berlatar pendidikan S.2 Ekonomi Pembangunan JFT ybs Diklat Sertifikasi Penjenjangan Ahli JFT ybs pernah 2 (dua) tahun pada jabatan JFU, berpangkat III.b 4. AS

Sebagai Pranata Komputer Pelaksana JFT ybs dapat Mengoperasikan MS. Office JFT ybs mampu Mengoperasikan dan memelihara Komputer JFT ybs mampu mengolah Sistem Informasi Kesejahteraan Sosial (SIKS) JFT ybs berlatar pendidikan D.3 Komputer JFT ybs belum mengikuti Diklat Penjenjangan Tk. Terampil JFT ybs pernah 2 (dua) tahun pada jabatan JFU, berpangkat II.d 5. AW

Sebagai Fisioterapis Pelaksana

JFT ybs dapat Mengoperasikan MS. Office

JFT ybs mampu melaksanakan terapi – terapi fisik terhadap klien

JFT ybs mampu menfasilitasi pelayanan fisik JFT ybs berlatar pendidikan D.3 Fisioterapi JFT ybs belum mengikuti Diklat Penjenjangan Tk. Terampil JFT ybs pernah 2 (dua) tahun pada jabatan JFU, berpangkat II.d

(37)

6. ANF, RN, dan EK

Sebagai Perawat Pelaksana

Seluruh JFT dapat Mengoperasikan MS. Office Seluruh JFT mampu melaksanakan asuhan keperawatan Seluruh JFT mampu mengolah data asuhan keperawatan Seluruh JFT berlatar belakang pendidikan D.3 Keperawatan JFT ybs belum mengikuti Diklat Penjenjangan Tk. Terampil Seluruh JFT pernah 2 (dua) tahun pada jabatan JFU, berpangkat II.d ke atas B. Jabatan Fungsional Umum (JFU)

1. NL

Sebagai Pembimbing Mental

JFU ybs dapat mengoperasikan MS. Office

JFU ybs mampu menyiapkan dan melaksanakan standar pelayanan Bimbingan

JFU ybs mampu standar pelayanan bimbingan Mental Spiritual

JFU ybs berlatar belakang pendidikan S.1 Agama Islam

JFU ybs belum mengikuti Diklat Jabatan Teknis JFU ybs berpengalaman 15 Tahun berstatus PNS, berpangkat III.d 2. SD Sebagai Pembimbing Psikologis

JFU ybs dapat mengoperasikan MS. Office

JFU ybs mampu Menyiapkan dan melaksanakan standar pelayanan

JFU ybs mampu Merumuskan standar pelayanan Bimbingan Psikologis

JFU ybs berlatar belakang pendidikan S.2 Psikologi

JFU ybs belum mengikuti Diklat Jabatan Teknis JFU ybs berpengalaman 10 Tahun berstatus PNS, berpangkat III.c 3. FM Sebagai Bendahara

JFU ybs dapat mengoperasikan MS. Office

JFU ybs mampu Membuat pembukuan dan mengatur keuangan

JFU ybs mampu Menyusun Laporan Keuangan

JFU ybs masih berpendidikan D.3 Akuntansi

JFU ybs telah Diklat Sertifikasi Perbendaharaan

JFU ybs telah 6 Tahun dan berstatus PNS 4. TN, SC

Sebagai Penata Laporan BMN

JFU ybs dapat mengoperasikan MS. Office

JFU ybs mampu Menyusun Laporan Barang Milik Negara

JFU ybs mampu Mengolah Sistem Manajeman Administrasi Aset Negara (SIMAN)

Seluruh JFU ybs berpendidikan D3 Manajemen dan D.3 Administrasi

Seluruh JFU belum mengikuti Diklat Teknis

Seluruh JFU telah 6 Tahun dan berstatus PNS, berpangkat II.d 5. MVM

Sebagai Verifikator Keuangan

JFU ybs dapat mengoperasikan MS. Office

JFU ybs mampu Mengelompokkan dan mencatat arsip keuangan

JFU ybs mampu Mengelompokkan dan mencatat arsip keuangan JFU ybs berpendidikan D.3 Manajemen

JFU ybs belum mengikuti Diklat Teknis

JFU telah 6 Tahun dan berstatus PNS, berpangkat II.d

(38)

No Pemangku Jabatan (Inisial) Syarat Kompetensi (Hasil Evaluasi Jabatan) Syarat Lainnya (Hasil Evaluasi Jabatan)

Umum Inti Pilihan Pendidikan Pelatihan Pengalaman

6. SM, TL, BTH, YS, dan Z Sebagai Pengadministrasi Umum

Seluruh JFU dapat mengoperasikan MS. Office

Seluruh JFU mampu menerima, mencatat dan menyimpan dokumen

Seluruh JFU mampu menyusun arsip umum

SM dan TL berlatar belakang pendidikan SMU dan BTH, YS dan Z berlatar belakang S1

JFU tidak ada Diklat Khusus

Seluruh JFU telah 1 (satu) Tahun atau berstatus PNS, berpangkat II.a ke atas

7. MK

Sebagai Teknisi Listrik

JFU ybs tidak mampu

mengoperasikan MS. Office

JFU ybs tidak mampu membuat laporan tertulis pelaksanaan kinerja

JFU ybs mampu Menyiapkan bahan perbaikan dan pemeliharaan JFU ybs berpendidikan SMK Kelistrikan

JFU tidak ada Diklat Khusus

JFU ybs telah 9 Tahun dan berstatus PNS, berpangkat II.c 8. AD

Sebagai Caraka

JFU ybs tidak mampu

mengoperasikan MS. Office

JFU ybs tidak mampu membuat laporan tertulis pelaksanaan kinerja

JFU ybs mampu Menyiapkan sarana dan prasarana pengiriman dokumen

JFU ybs masih berpendidikan SD

JFU tidak ada Diklat Khusus JFU telah 22 Tahun dan berstatus PNS, berpangkat II.c 9. SP

Sebagai Petugas Keamanan

JFU ybs tidak mampu

mengoperasikan MS. Office

JFU ybs tidak mampu membuat laporan tertulis pelaksanaan kinerja

JFU ybs mampu Menyiapkan bahan pelaksanaan tugas keamanan

JFU ybs masih berpendidikan SD

JFU tidak ada Diklat Khusus

JFU ybs telah 9 Tahun dan berstatus PNS, berpangkat I.c 10. BS, HR, dan ND

Sebagai Pramu Bakti

JFU ybs tidak mampu

mengoperasikan MS. Office

JFU ybs tidak mampu membuat laporan tertulis pelaksanaan kinerja

JFU ybs mampu Menyiapkan kebutuhan pimpinan dan jamuan tamu

Seluruh JFU masih berpendidikan SD

JFU tidak ada Diklat Khusus

JFU ybs telah 7 Tahun dan berstatus PNS, berpangkat I.b Sumber : Sub Bagian Tata Usaha, 2016

(39)

Berdasarkan tabel di atas diperoleh informasi bahwa pada dalam setiap kualifikasi dan syarat kompetensi teknis yang dibutuhkan pemangku jabatan fungsional di lingkungan Kementerian Sosial RI Panti Sosial Tresna Werdha “Gau Mabaji” Gowa masih terdapat kekurangan dan ketidaksesuaian terhadap kompetensi yang dipersyaratkan. Hal tersebut mengakibatkan tidak terpenuhinya kompetensi teknis sehingga beberapa pemangku jabatan dapat dikatakan belum memiliki kompetensi teknis.

Hasil yang diperoleh dari pengolahan data penulis dijelaskan sebagai tingkat kompetensi pada kualifikasi yang dipakai sebagai standar kompetensi teknis di lingkungan Panti Sosial Tresna Werdha “Gau Mabaji” Gowa, sebagai berikut :

1) Kompetensi Umum

Pada keseluruhan pemangku Jabatan Fungsional Tertentu (JFT) di Panti Sosial Tresna Werdha “Gau Mabaji” Gowa tidak ditemukan kekurangan untuk memenuhi kualifikasi kompetensi umum tersebut hal ini dapat terlihat bahwa seluruh pemangku jabatan pada JFT Pekerja Sosial, Penyuluh Sosial, Perencana Pertama, Pranata Komputer, Fisioterapis dan Perawat dapat mengoperasikan komputer sesuai dengan kompetensi umum yang dipersyaratkan. Pada Jabatan Fungsional Umum (JFU) pemangku yang dapat memenuhi kualifikasi kompetensi umum hanya pada jabatan Pembimbing Mental, Pembimbing Psikologis, Bendahara, Penata Laporan, Verifikator Keuangan, dan Pengadministrasi Umum sedangkan kekurangan

(40)

kualifikasi kompetensi umum terdapat pada pemangku jabatan Teknisi Listrik, Petugas Keamanan, Caraka dan Pramu Bakti yang tidak mampu mengoperasikan aplikasi komputer microsoft office sehingga kualifikasi kompetensi umum tidak dapat terpenuhi. Kualifikasi kompetensi umum merupakan hal yang wajib dimiliki oleh semua pegawai di organisasi/instansi/unit di lingkungan Kementerian Sosial dan apabila terdapat pemangku jabatan yang belum dapat memenuhi kualifikasi kompetensi umum yang dipersyaratkan dapat menjadi perhatian lebih dalam program pengembangan pegawai. Dapat dikatakan bahwa pemangku jabatan Teknisi Listrik, Petugas Keamanan, Caraka dan Pramu Bakti tidak memiliki kompetensi teknis apabila kualifikasi kompetensi umum yang merupakan hal yang dianggap wajib dan keharusan seorang SDM Aparatur tidak dapat terpenuhi.

2) Kompetensi Inti

Kualifikasi kompetensi inti merupakan hal yang khusus dimiliki sesuai dengan masing – masing fungsi pekerjaan atau jabatan. SDM Aparatur dengan Jabatan Fungsional Tertentu (JFT) yang terdiri dari Pekerja Sosial, Penyuluh Sosial, Perencana, Pranata Komputer, Fisioterapis dan Perawat mampu memenuhi kualifikasi kompetensi inti tersebut akan tetapi berbeda dengan pemangku Jabatan Fungsional Umum (JFU) hanya pemangku jabatan Pembimbing Mental, Pembimbing Psikologis, Bendahara, Penata Laporan, Verifikator

(41)

Keuangan, Pengadministrasi Umum dan Teknisi Listrik yang mampu memenuhi kualifikasi kompetensi inti sesuai dengan bidang tugasnya masing – masing sedangkan pemangku jabatan Teknisi Listrik, Petugas Keamanan, Caraka dan Pramu Bakti tidak dapat memenuhi kualifikasi tersebut. Secara umum pemangku jabatan Teknisi Listrik, Petugas Keamanan, Caraka dan Pramu Bakti tidak mampu membuat laporan hasil pekerjaan secara tertulis kepada atasan langsung dikarenakan ketidakmampuan mereka mengoperasikan aplikasi komputer Microsoft Office. Hal tersebut tentunya sangat mengganggu aktifitas kerja sehingga mempunyai dampak buruk terhadap kinerja SDM Aparatur pada organisasi unit kerja mereka.

3) Kompetensi Pilihan

Kualifikasi kompetensi ini merupakan hal yang diperlukan untuk menambah kompetensi pegawai dalam melaksanakan suatu fungsi atau pekerjaan lainnya. Dari hasil penyandingan data standar kompetensi teknis dan hasil evaluasi jabatan tidak ditemukan kekurangan SDM Aparatur dalam Jabatan Fungsional Tertentu (JFT) dalam memenuhi kualifikasi ini. Secara umum hasil evaluasi jabatan dalam menggambarkan kompetensi pilihan pada jabatan Pekerja Sosial, Penyuluh Sosial, Perencana, Pranata Komputer, Fisioterapis dan Perawat hasilnya mampu memenuhi kualifikasi kompetensi pilihan ini.

Pada Jabatan Fungsional Umum (JFU) yang terdiri dari Pembimbing Mental, Pembimbing Psikologis, Bendahara, Penata

(42)

Laporan, Verifikator Keuangan, Pengadministrasi Umum, Teknisi Listrik Petugas Keamanan, Caraka dan Pramu Bakti sehingga dapat dikatakan bahwa seluruh SDM Aparatur dapat memenuhi kualifikasi kompetensi pilihan pada jabatannya masing- masing.

Hasil temuan awal penulis di atas dapat menggambarkan bahwa Syarat kompetensi teknis SDM Aparatur di Kementerian Sosial Panti Sosial Tresna Werdha “Gau Mabaji” Gowa tidak mampu dipenuhi oleh para pemangku jabatan fungsional umum dari Petugas Keamanan, Caraka dan Pramu Bakti.

Syarat lainnya juga merupakan hal yang tentunya tidak terpisahkan dalam unsur kompetensi teknis para pemangku jabatannya adalah sebagai berikut :

1) Kompetensi Pendidikan.

Tingkat Kompetensi pendidikan yang didapatkan dengan melihat tingkat dan latar belakang pendidikan yang menjadi kualifikasi syarat jabatan dengan tingkat dan latar belakang pendidikan para pemangku jabatan. Pada Jabatan Fungsional Tertentu (JFT) ditemukan ketidaksesuaian syarat jabatan tersebut pada seorang pemangku jabatan Pekerja Sosial yang seharusnya berlatar pendidikan minimal S1 Ilmu Pekerjaan Sosial akan tetapi SU berlatar belakang pendidikan S1 Ilmu Administrasi Negara sehingga dapat dikatakan bahwa SU tidak memenuhi kompetensi pendidikan yang dipersyaratkan. Pada jabatan JFT lainnya seperti Penyuluh Sosial, Perencana, Pranata Komputer,

(43)

Fisioterapis dan Perawat telah sesuai dengan kompetensi pendidikan yang dipersyaratkan. Pada Jabatan Fungsional Umum (JFU) terdapat ketidaksesuaian terletak pada jabatan Caraka, Petugas Keamanan dan Pramu Bakti karena pendidikan yang dipersyaratkan adalah minimal Tamat SMP akan tetapi pendidikan pemangku masih dalam tingkat pendidikan Tamat SD sedangkan pada jabatan JFU lainnya seperti Pembimbing Mental, Pembimbing Psikologis, Bendahara, Penata Laporan, Verifikator Keuangan dan Teknisi Listrik telah memenuhi kompetensi pendidikan yang dipersyaratkan.

2) Kompetensi Pelatihan.

Syarat Pelatihan yang didapatkan dengan membandingkan Jenis Pelatihan yang menjadi kualifikasi syarat jabatan dengan Jenis Pelatihan yang pernah diikuti oleh para pemangku jabatan. Pada Jabatan Fungsional Tertentu (JFT) ditemukan ketidaksesuaian syarat pelatihan tersebut pada sebagian jabatan Pekerja Sosial, Pranata Komputer, Fisiotrapis dan Perawat. Hal ini diakibatkan karena pemangku jabatan yang bersangkutan belum memiliki Sertifikat Diklat sesuai dengan kompetensi pelatihan yang dipersyaratkan. Pada Jabatan Fungsional Umum (JFU) terdapat ketidaksesuaian terletak pada jabatan Pembimbing Mental, Pembimbing Psikologis, Penata Laporan BMN dan Verifikator Keuangan. Hal tersebut juga diakibatkan karena pemangku jabatan yang bersangkutan belum memiliki Sertifikat Diklat sesuai dengan kompetensi pelatihan yang dipersyaratkan. Sebagian

(44)

lainnya seperti pada jabatan Petugas Keamanan, Caraka dan Pramu Sandang memang tidak mengharuskan jabatan tersebut memiliki Sertifikat Diklat.

3) Kompetensi Pengalaman.

Syarat Pengalaman di tampilkan dengan melihat status kepegawaian, masa kerja, jabatan sebelumnya dan golongan daan pangkat. Secara umum seluruh SDM Aparatur dengan jabatan fungsional memenuhi syarat pengalaman tersebut, hal ini terlihat dari tidak ditemukannya pemangku jabatan yang tidak mampu memenuhi syarat jabatan tersebut pada evaluasi jabatan. Baik itu dalam Jabatan Fungsional Tertentu (JFT) maupun dalam Jabatan Fungsional Umum (JFU).

Hasil temuan lanjutan penulis di atas dapat menggambarkan bahwa Syarat kompetensi lainnya yang dipersyaratkan kepada SDM Aparatur sebagai pemangku jabatan di Kementerian Sosial Panti Sosial Tresna Werdha “Gau Mabaji” Gowa tidak mampu dipenuhi lebih banyak oleh para pemangku jabatan JFU dari Petugas Keamanan, Caraka dan Pramu Bakti serta 1 orang dari JFT pekerja sosial yang latar belakang pendidikannya tidak sesuai dengan yang dipersyaratkan.

Lebih lanjut terhadap hasil temuan data di atas bahwa tingkat kompetensi SDM Aparatur seharusnya perhatian lebih dalam program pengembangan pegawai apalagi terhadap jenis kompetensi yang dianggap

(45)

wajib atau sebuah keharusan untuk dimiliki oleh seorang pemangku jabatan.

Berdasarkan hasil wawancara kepada oleh SU sebagai salah seorang JFT Pekerja Sosial Madya Panti Sosial Tresna Werdha “Gau Mabaji” Gowa dijelaskan bahwa :

“ Memang terdapat pejabat fungsional yang pendidikannya masih tidak linier dengan bidang tugasnya, akan tetapi mereka juga punya pengalaman yang banyak untuk bisa menutupi kekurangan itu“ (wawancara SU, 12 Oktober 2016)

Dijelaskan juga oleh RS sebagai Kepala Sub Bagian Tata Usaha, bahwa :

“ Ke depannya kita akan membenahi kekurangan kompetensi teknis pada seluruh pejabat fungsional, termasuk syarat - syarat jabatannya“ (wawancara RS, 12 Oktober 2016)

Hasil wawancara dengan RN sebagai salah satu Pemangku Jabatan Fungsional Tertentu (JFT) Perawat mengemukakan bahwa :

“Untuk yang belum mengikuti diklat sesuai jenjang masing-masing tugas mereka tetap sama, Diklat memang dapat berguna untuk mendukung pembinaan pola karir pegawai yang bersangkutan sekaligus secara teknis mampu menjalankan tugas-tugas organisasi” (wawancara RN, 13 Oktober 2016) “

Hasil wawancara di atas menggambarkan bahwa seorang pejabat fungsional wajib didukung oleh pengalaman kerja yang dimiliki, kompetensi yang terlihat ketika seorang pejabat fungsional yang berpengalaman dapat mengantisipasi berbagai kesulitan, mampu mencari

(46)

solusi terhadap persoalan yang muncul dan lebih profesional sehingga pelayanan yang diberikan berkualitas.

Seluruh unsur kompetensi teknis kompetensi dari pengetahuan, keterampilan, pengalaman, diklat dan pangkat serta golongan pemangkunya wajib diperhatikan dalam pengangkatan seorang pejabat fungsional, karena hal tersebut memang telah menjadi sebuah syarat kompetensi bagi seorang pejabat fungsional. Kompetensi teknis dari pengalaman kerja adalah menentukan tingkat kemampuan dari seorang aparatur dalam pelaksanaan tugas dan tanggung jawab pekerjaan sebagai pemangku jabatan fungsional yang bekerja secara teknis di Panti Sosial Tresna Werdha Gau Mabaji Gowa.

Pada Peraturan Kepala Badan Kepegawaian Negara Nomor 8 Tahun 2013 tentang Pedoman Perumusan Standar Kompetensi Teknis Pegawai Negeri Sipil dijelaskan bahwa kompetensi teknis adalah kemampuan kerja setiap PNS yang mencakup aspek pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja yang mutlak diperlukan dalam melaksanakan tugas pokoknya.

Pengetahuan Kerja yang merupakan pengetahuan yang dimiliki PNS berupa fakta, informasi, keahlian yang diperoleh seseorang melalui pendidikan dan pengalaman, baik teoritik maupun pemahaman praktis dan berbagai hal yang diketahui oleh PNS terkait dengan pekerjaannya. Keterampilan kerja adalah merupakan keterampilan PNS untuk melaksanakan tugas sesuai dengan tuntutan pekerjaan, yang meliputi : Keterampilan melaksanakan pekerjaan (task skill), Keterampilan

(47)

mengelola sejumlah tugas yang berbeda dalam satu pekerjaan (task management skill), Keterampilan merespon dan mengelola kejadian/ masalah kerja yang berbeda (contingency management skill), Keterampilan khusus yang diperlukan untuk melaksanakan pekerjaan tertentu ditempat tertentu sesuai dengan tuntutan lingkungan kerja (job/role environment skill); dan Keterampilan beradaptasi dalam melaksanakan pekerjaan yang sama ditempat/lingkungan kerja yang berbeda (transfer skills) sedangkan Sikap Kerja adalah perilaku PNS yang menekankan aspek perasaan dan emosi berupa minat, sikap, apresiasi dan cara penyesuaian diri terhadap pekerjaan. Sehingga dalam ketiga aspek tersebut dan didasarkan dengan hasil penelitian di atas dapat di lihat bahwa di Kementerian Sosial RI – Panti Sosial Tresna Werdha Gau Mabaji” Gowa kompetensi teknis pada pemangku jabatan fungsional masih diperlukan pembenahan terutama dalam hal yang menyangkut pengetahuan dan keterampilan kerja.

Referensi

Dokumen terkait

Untuk wilayah yang tidak terjangkau kendaraan roda empat, biaya angkut ke lokasi proyek dapat dihitung tersendiri oleh perencana dan disesuaikan dengan jarak angkut dan

Maka dapat disimpulkan bahwa hasil penelitian ini ada perbedaan model pembelajaran Student Teams Achievement Divisions dengan model pembelajaran Jigsaw terhadap hasil belajar

Dokter tersebut ingin melakukan penelitian tentang hubungan sebab akibat nyeri kepala terhadap banyak mengkonsumsi makanan yang mengandung formalin dalam waktu yang

Anda dapat mengklik tanda plus (+) pada trek ini untuk melihat trek audio dari klip video dan transisi yang telah ditambahkan.. Setelah klik ditambahkan pada timeline, maka nama file

Pada beberapa tahun belakangan banyak mengalami perubahan dalam pendidikan bagi anak penyandang cacat. Perubahan-perubahan ini termasuk perubahan dalam kesadaran,

Apapun jenis perubahan seperti restrukturisasi, proses baru, merger, system baru, perubahan kepemimpinan, atau perubahaan lain, model ini dapat digunakan untuk

Ungkapkan semaksimal mungkin berbagai persoalan yang dihadapi Pemkab/Pemkot (minimal dalam dua bidang utama) dari desa sasaran kegiatan (seperti pada butir a).. Uraikan

(3) Kewenangan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dapat didelegasikan kepada Kepala Sub Bagian Tata Usaha, Kepala Seksi Pelayanan, Kepala Seksi Pengendali Mutu dan