• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH KOMPOS DAUN GAMAL DAN MOLASE SEBAGAI NUTRISI TAMBAHAN DALAM BAGLOG TERHADAP PRODUKSI JAMUR TIRAM (Pleurotus ostreatus)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGARUH KOMPOS DAUN GAMAL DAN MOLASE SEBAGAI NUTRISI TAMBAHAN DALAM BAGLOG TERHADAP PRODUKSI JAMUR TIRAM (Pleurotus ostreatus)"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH KOMPOS DAUN GAMAL DAN MOLASE

SEBAGAI NUTRISI TAMBAHAN DALAM BAGLOG

TERHADAP PRODUKSI JAMUR TIRAM

(Pleurotus ostreatus)

USULAN PENELITIAN

Diajukan oleh : Faris Novianto Luthfian

20130210118

Program Studi Agroteknologi

Kepada

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA 2016

(2)
(3)

1

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Jamur tiram merupakan jenis jamur yang memiliki nutrisi sebagai bahan makanan manusia. Jamur tiram mengandung berbagai nutrisi diantaranya asam folat dan kaya Vitamin B (B1, B2, B3, B6, Biotin, B12), Vitamin C, beberapa mineral seperti Sodium, Potassium, Fosfor dan Magnesium ( Rizal Aditya dan Desi Saraswati, 2012). Permintaan jamur tiram dipasaran kian meningkat. Kebutuhan pasar jamur pada tahun 2015 sebanyak 17.500 ton dan saat ini baru terpenuhi 13.825 ton (Nur Fadilah, 2015). Hal tersebut menunjukkan bahwa potensi jamur tiram masih sangat tinggi untuk dikembangkan. Dalam satu baglog jamur yang berukuran 20 x 35 cm potensi hasil yang dicapai adalah 400 gram (Edi Prasetyo, 2010).

Media tanam yang digunakan untuk budidaya jamur tiram secara umum adalah serbuk gergaji 80%, bekatul 18%, kapur (kalsium karbonat) 2% dan air dengan hasil 400 gram (Triono, 2012). Kebutuhan nutrisi yang dibutuhkan oleh jamur tiram diantaranya adalah Nitrogen 0,80%, Hemiselulosa 24,3%, Selulosa 33,1%, Lignin 5,8%, Fosfor 0,06%, Kalsium 6,64% dan air 73,8% (Rizal Aditya dan Desi Saraswati, 2012). Jamur tiram selama masih memiliki persediaan nutrisi untuk pertumbuhannya maka akan tetap dapat berkembang dan berproduksi. Berdasarkan hasil penelitian Sumiati (2006) bahwa perbaikan produksi jamur tiram dapat dilakukan dengan modifikasi bahan baku utama substrat.

Menurut Lisa (2013) daun gamal sangat baik ditambahkan dalam kompos dengan perbandingan bahan kompos dan daun gamal sebanyak 7:1 atau sebanyak 35 kg:7 kg. Penambahan kompos daun gamal dalam baglog ditambahkan sebanyak 214 gram/baglog. Nutrisi yang biasa ditambahkan untuk menambah nutrisi jamur tiram adalah urea. Menurut Imron (2015) dengan menambahkan urea sebanyak 7,5 gram/baglog menunjukkan hasil yang tinggi yaitu sebesar 501,75 gram/baglog namun penggunaan pupuk urea memiliki kelemahan yaitu pupuk urea mudah menguap dan memiliki harga yang cukup mahal sehingga tidak efisien dalam usaha, oleh karena itu perlu dicari bahan lain. Bahan lain yang

(4)

dapat digunakan sebagai substitusi N adalah daun gamal. Menurut Ulin (2011) kompos daun gamal mengandung Nitrogen 2,97% dengan C/N ratio sebesar 12,075. Urea sebanyak 7,5 gram yang ditambahkan oleh Imron (2015) memiliki kandungan N sebanyak 3,45 gram dan dapat disubstitusi dengan daun gamal sebanyak 120 gram daun gamal yang memiliki kandungan Nitrogen 3,56 gram. Menurut penelitian Lucky (2014) menyebutkan bahwa penambahan kompos seresah daun pisang 150 gram dalam baglog dapat memberikan peningkatan hasil menjadi 450 gram/baglog.

Sumber karbon yang dapat digunakan sebagai nutrisi tambahan pada baglog adalah molase. Menurut Pamungkas (2000) dalam Ali (2011) kandungan gula dalam molase meskipun sedikit namun dapat meningkatkan berat segar jamur dan masa periode panen. Adanya kandungan gula molase dapat menyediakan energi yang dibutuhkan untuk metabolisme didalam sel. Hal ini sesuai dengan penelitian Ali (2011) yang menambahkan 20% molase ke dalam baglog memberikan pengaruh yang nyata dalam berat segar jamur tiram sebesar 480 gram. Menurut Susi (2011) penggunaan molase sebagai nutrisi tambahan pada jamur tiram sebanyak 15 ml/ baglog dapat meningkatkan panen sebanyak 506 gram/baglog. Kombinasi perlakuan antara daun gamal dan molase sebagai nutrisi tambahan pada baglog, diharapkan dapat meningkatkan produksi dari jamur tiram.

B. Rumusan Masalah

1. Seberapa efektif penambahan nutrisi kompos daun gamal dan molase dalam produksi jamur tiram?

2. Berapa dosis yang tepat dari kompos daun gamal dan molase bagi pertumbuhan jamur tiram?

C. Tujuan

1. Mengetahui efektifitas penambahan nutrisi kompos daun gamal dan molase dalam produksi jamur tira.

2. Menentukan dosis yang tepat dari kompos daun gamal dan molase bagi pertumbuhan jamur tiram.

(5)

3

I. TINJAUAN PUSTAKA A. Budidaya Jamur Tiram

Jamur tiram dapat tumbuh dan berkembang dalam media yang terbuat dari serbuk kayu yang dikemas dalam kantong plastik yang disebut dengan baglog. Pertumbuhan jamur tiram sangat dipengaruhi oleh kondisi lingkungan sekitarnya. Pada kehidupan alaminya jamur ini tumbuh di hutan dan biasanya tumbuh berkembang dibawah pohon berdaun lebar atau dibawah tanaman berkayu. Menurut Triono (2012) budidaya jamur tiram yang baik adalah:

1. Syarat Tumbuh JamurTiram a. Temperatur

Miselium jamur tiram tumbuh dengan baik pada kisaran suhu antara 29-30° C. Waluapun begitu, dengan temperatur di bawah 29 °C, miselium jamur masih dapat tumbuh meskipun memerlukan waktu yang lebih lambat. pertumbuhan tubuh buah jamur tiram yang bentuk seperti cangkang tiram, memerlukan kisaran suhu antara 25-28 °C selama 8 sampai 10 hari sejak awal penyiraman.

b. Kelembaban

Kandungan air di dalam subtrat sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan miselium jamur. Terlalu sedikit air akan mengakibatkan pertumbuhan dan perkembangan akan terganggu, bahkan terhenti sama sekali. Apabila terlalu banyak air, miselium akan membusuk dan mati. Kandungan air di dalam substrat jamur akan didapat dengan baik bila dilakukan penyiraman. Jamur tumbuh baik dalam keadaan yang lembab, tetapi tidak menghendaki genangan air. Miselium jamur tiram tumbuh optimal pada subtrat yang memiliki kandungan air sekitar 60%. Sedangkan untuk merangsang pertumbuhan tunas dan tubuh buah, memerlukan kelembapan udara sekitar 70-85%.

c. Derajat Keasaman (pH)

Miselium jamur tiram putih tumbuh optimal pada pH media yang netral yaitu antara pH 6,8-7,0. Nilai pH medium diperlukan untuk produksi metabolisme

(6)

dari jamur tiram, seperti produksi asam organik. d. Ketinggian Tempat

Kondisi untuk pertumbuhan dan perkembangan jamur lebih mudah dicapai di daerah dataran tinggi sekitar 700-800 m dpl. Kemungkinan budidaya jamur di dataran rendah tidak mustahil, asalkan iklim ruang penyimpanan dapat diatur dan disesuaikan dengan kebutuhan jamur.

2. Pembibitan

Bibit yang dapat digunakan adalah F2. Bibit jamur tiram merupakan penentu kualitas dan produksi jamur tiram. Kualitas bibit yang baik maka produksi dan kualitas jamur tiram akan baik. Induk bibit jamur didapatkan dengan memilih sumber indukan yang baik seperti: spora belum dilepaskan, pertumbuhan miselium cepat, produksi dalam satu rumpun banyak dan berwarna putih cerah. Indukan ditumbuhkan di media agar kemudian di turunkan menjadi bibit F1 dan F2 pada media jagung. Bibit F2 ini lah yang digunakan untuk inokulasi ke baglog.

3. Pembuatan Jamur Tiram

Jamur tiram diproduksi dengan memilih dan membersihkan serbuk gergaji. Bagian yang besar dan tajam harus dibuang agar tidak merusak plastik kemasan baglog. Bahan pembuatan baglog di campurkan dalam 100 kg campuran bahan baglog adalah 80 kg serbuk gergaji, 18 kg dedak padi, kapur 2 kg dan air sampai kadar air mencapai 60%. Bahan yang sudah siap kemudian dicampurkan higga rata. Campuran bahan dimasukan ke dalam plastik Polypropylene transparan dengan ukuran 20 x 35 cm dan tebal 0,3. Media harus dipadatkan agar terbentuk baglog yang baik. Media yang bagus adalah kepadatannya merata sehingga miselium akan lebih mudah dalam berkembang dan menjalar. Pengisian dilakukan setinggi 20 cm.

Plastik yang berisi campuran baglog kemudian ditutup mulut baglognya menggunakan cincin dan tutup baglog. Baglog yang sudah jadi selanjutnya siap disterilisasi dalam wadah dengan suhu 95oC selama 4 jam. Lamanya pengukusan

dihitung setelah air di dalam drum mendidih. Baglog yang sudah steril dibiarkan selama 8 jam atau sampai dingin pada ruangan yang tertutup untuk selanjutnya dilakukan penanaman bibit.

(7)

5

Media yang sudah ditanami bibit disimpan di atas rak. Biarkan sampai seluruh media ditumbuhi dan tertutup miselium. Setelah seluruh baglog media ditumbuhi miselium, tutup kapas dan cincin pada bagian atas baglog tersebut dibuka. Kelembaban lingkungan dipertahankan dengan menyemprot menggunakan sprayer agar jamur tiram dapat tumbuh dengan baik.

4. Panen

Jamur tiram adalah jamur yang rasanya enak dan memiliki aroma yang baik jika dipanen pada waktu yang tepat. Ciri-ciri jamur siap panen adalah: tudung jamur belum mekar penuh (ditandai pada bagian tudung jamur masih terlihat utuh atau belum pecah-pecah), warna belum pudar, tekstur masih kokoh dan lentur, ukuran jamur yang siap panen rata-rata berdiameter 5 – 10 cm. Produksi jamur tiram setiap baglog adalah 400 gram. Produksi ini didapatkan mulai dari inokulasi sampai dengan baglog habis dan tidak dapat panen lagi selama 4 bulan budidaya

B. Nutrisi dan Media Tanam

Media yang digunakan dalam pertumbuhan jamur tiram berupa kayu tiruan (baglog) yang dibuat dalam bentuk silinder. Komposisi media ini berupa gergaji kayu, dedak padi, kapur dan air. Media tumbuh jamur tiram disesuaikan dengan kebutuhan nutrisi jamur tiram.

Pertumbuhan yang optimal dapat dicapai bila lingkungannya sesuai serta tersedia nutrisi yang cukup. Protoplas sel memerlukan Nitrogen, Fosfor, dan nutrisi lain. Karbon selain diperlukan untuk pembentukan protoplasma, juga diperlukan sebagai sumber energi, sehingga karbon lebih banyak dibutuhkan dibanding dengan Nitrogen. Nitrogen dibutuhkan untuk pembentukan asam nukleat sedangkan protein dan kitin diperlukan untuk pembentukan dinding sel jamur.

Jamur tiram tidak memiliki klorofil sehingga tidak mampu berfotosintesis. Akibatnya adalah jamur tidak dapat mengolah maknannya sendiri dan hanya menyerap nutrisi yang ada di dalam baglog (Triono, 2012). Nutrisi yang ada di dalam baglog diserap oleh jamur tiram sehingga akan cepat habis maka perlu ditambahkan nutrisi. Nutrisi yang biasa ditambahkan diantaranya adalah urea, air

(8)

leri, air kelapa dan gula dengan cara disuntikkan ke baglog. Urea dan bahan cair lain yang diberikan memiliki harga yang tinggi sehingga tidak efisien. Bahan cair dan urea tersebut juga akan mudah menguap sehingga hanya sedikit yang dapat dimanfaatkan oleh jamur tiram. Metode penyuntikan sangat tidak efektif apabila dilakukan dalam skala besar. Nutrisi yang dapat digunakan adalah bahan sederhana padat dan diaplikasikan dalam baglog sehingga lebih efisien dan lebih tahan lama berada di dalam baglog. Menurut penelitian Lucky (2014) penambahan kompos seresah daun pisang dengan dosis 0 gram, 75 gram, 150 gram dan 225 gram. Dosis terbaik dari perlakuan tersebut adalah 150 gran kompos seresah daun pisang dengan hasil 450 gram/ baglog.

Bahan bahan yang dapat digunakan adalah: 1. Daun gamal

Gamal (Gliricidia sepium) adalah nama sejenis perdu dari kerabat polong-polongan (suku Fabaceae alias Leguminosae). Gamal sering digunakan sebagai pagar hidup atau peneduh, perdu atau pohon kecil ini merupakan salah satu jenis leguminosa multiguna yang terpenting setelah lamtoro. Menurut Pujiyanto (1994) Gamal mempunyai kandungan Nitrogen yang cukup tinggi dengan C/N ratio sebesar 15,40 menyebabkan biomasa tanaman ini mudah mengalami dekomposisi. Pujiyanto (1994) mengatakan bahwa dalam kandungan 100 gram daun gamal mengandung sebesar 3,15 persen N, 0,22 persen P, 2,65 persen K, 1,35 persen Ca dan 0,41 persen Mg.

Daun gamal banyak dimanfaatkan pada berbagai budidaya tanaman karena kandungan Nitrogennya yang tinggi. Daun gamal perlu dikomposkan agar menjadi unsur yang lebih sederhana sehingga nutrisinya siap digunakan oleh tanaman. Menurut Fajri (2010) Pengomposan dilakukan dengan mencacah daun gamal dan menumpuk daun gamal. Daun gamal yang telah ditumpuk kemudian ditambahkan dedak padi dengan perbandingan 1:0,6. Daun gamal dan dedak padi kemudian disiram menggunakan dekomposer yang dicampur dengan gula dan air. penyiraman dilakukan sampai kadar air mencapai 60%. Pengomposan harus selalu diaduk setiap minggu agar matangnya kompos merata. Pengomposan daun gamal membutuhkan 2 minggu. Kompos daun gamal yang sudah jadi dicirikan dengan

(9)

7

warna yang mulai menghitam, bertekstur lunak dan menggumpak ketika dikepal dan tidak beraroma busuk.

Nitrogen yang tinggi pada daun gamal dapat digunakan sebagai tambahan nutrisi pada jamur tiram, seperti yang dilakukan Imron (2015) menggunakan 0%, 0,25%, 0,50% urea pada budidaya jamur tiram dengan hasil terbaik adalah 0,50% sebesar 501,75 gram/baglog. Nutrisi tambahan urea dalam baglog sebanyak 0,50% setara dengan 7,5 gram sedangkan 0,25% setara dengan 3,75%. 7,5 gram urea memiliki kandungan N sebesar 3,45 gram. Kandungan 3,45 gram urea dapat digantikan dengan daun gamal sebanyak 120 gram dengan kandungan N 3,56 gram. Adanya penambahan nutrisi berupa Nitrogen ke dalam baglog media tanam jamur tiram yang mampu memenuhi nutrisi yang dibutuhkan untuk mendukung pertumbuhan dan perkembangannya. Menurut Endang (1981) dalam Imron (2015) menjeaskan bahwa Nitrogen (N) merupakan unsur penting dalam pembentukan protein, dan persenyawaan organik lainnya Nitrogen akan diikat oleh jasad renik pengikat Nitrogen sehingga terbentuk protein dalam bentuk asam amino, kemudian ditransformasikan menjadi bentuk yang tersedia bagi jamur yaitu NH4 da NO-3 dan penambahan sumber Nitrogen diperlukan untuk peningkatan produksi jamur tiram dan membantu proses lignolitik (proses pendegradasian lignin). Menurut Lisa (2013) Penambahan daun gamal pada kompos dilakukan dengan perbandingan 7:1 atau 35:7 atau sebesar 214 gram/ baglog agar kualitas kompos menjadi lebih baik dengan kandungan C/N ratio yang tepat.

2. Molase

Molase merupakan hasil samping pada industri gula dengen wujud berbentuk cair. Molase adalah limbah utama industri pemurnian gula. Molase merupakan sumber energi yang esensial dengan kandungan gula didalamnya oleh karena itu molase memiliki kandungan nutrisi atau zat gizi yang cukup baik. Molase dari tebu merupakan Molase yang memiliki kandungan 25-40% sukrosa dan 12-25% gula pereduksi dengan total kadar gula 50-60% atau lebih. Kadar protein kasar sekitar 3 % dan kadar abu sekitar 8-10% yang sebagaian terbentuk dari K,Ca,Cl, dan garam sulifat. Menurut Thidi dalika dalam Fathurramhan, (2013) menyebutkan bahwa komponen yang terkandung dalam molase adalah air

(10)

20%, sukrosa 35%, glukosa 7%, fruktosa 9%, gula pereduksi 3%, karbohidrat lain 4%, abu 12% dan Nitrogen 4,5%.

Pada saat ini telah banyak dimanfaatkan molase sebagai pupuk dan campuran pakan ternak. Molase merupakan cairan kental yang berwarna cokelat gelap dan masih mengandung sejumlah bahan organik. Menurut penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Susi (2011) dengan menambahkan molase sebanyak 0 ml, 10 ml dan 15 ml molase dalam baglog. Pemberian molase sebanyak 15 ml/baglog dapat berpengaruh terhadap saat munculnya misellium, jumlah badan buah jamur, berat total badan buah jamur tiram sebanyak 500,35 gram/baglog. Hal yang sama juga diungkapkkan oleh Indah (2013) mengatakan bahwa penambahan molase 16 ml/ baglog memberikan hasil terbaik bagi berat jamur tiram sebanyak 453,5 gram. Menurut Susiana (2010) semakin tinggi kandungan gula yang yang ditambahkan pada baglog maka produksi jamur tiram yang didapatkan juga akan semakin tinggi.

Molase masih mengandung gula sebagai sumber nutrisi untuk pertumbuhan jamur. Menurut Susiana (2010) penyerapan nutrisi berupa gula yang terkandung dalam molase diawali dengan perombakan gula yang bantuan oleh enzim pemecah selulosa yang disekresikan oleh jamur melalui ujung lateral benang-benang miselium yang kemudian hasil perombakan tersebut diubah menjadi energi yang digunakan untuk proses respirasi dan pembelahan sel secara metosis sehingga sel-sel miselium bertambah panjang sampai memenuhi media baglog yang telah disediakan.

C. Hipotesis

Diduga dengan pemberian nutrisi tambahan dengan pemberian dosis kompos daun gamal 150 gram dan molase 15 ml/baglog efektif untuk perkembangan dan produksi dari jamur tiram.

(11)

9

III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian imi akan dilaksanakan di Kubung ketua kelompok wanita tani Sido Makmur Dusun Ngaran Kecamatan Pandak Kabupaten Bantul dan lab. tanah Fakultas Pertanian UMY. Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Januari 2017 sampai April 2017.

A. Alat dan Bahan

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah: daun gamal, molase, serbuk gergaji, dedak padi, EM4, alkohol, air dan bibit jamur tiram.

Alat yang digunakan dalam penelitian ini diantaranya adalah: plastik polypropylene ukuran 20X35 dengan ketebalan 0,3, alat sterilisasi, kompor, sekop, timbangan, gelas ukur, rak, pisau, sprayer, higrometer dan sendok inokulasi.

B. Metode Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan metode eksperimen yang disusun dengan rancangan acak lengkap ( RAL) dengan desain percobaan faktor tunggal dengan 9 perlakuan yaitu:

A. kompos daun gamal 100 gram dan molase 10 ml B. kompos daun gamal 150 gram dan molase 10 ml C. kompos daun gamal 200 gram dan molase 10 ml D. kompos daun gamal 100 gram dan molase 15 ml E. kompos daun gamal 150 gram dan molase 15 ml F. kompos daun gamal 200 gram dan molase 15 ml G. kompos daun gamal 100 gram dan molase 20 ml H. kompos daun gamal 150 gram dan molase 20 ml I. kompos daun gamal 200 gram dan molase 20 ml

Setiap perlakuan diulang tiga kali . Setiap ulangan terdiri dari dari 3 sampel sehingga terdapat 81 unit perlakuan ( Layout pada lampiran 1).

(12)

C. Cara Penelitian 1. Pengumpulan bahan

Pengumpulan bahan meliputi pengumpulan bahan daun gamal, dan molase. Daun gamal yang dibutuhkan sebanyak 20 kg dan didapatkan dari lingkungan kampus UMY. Molase yang dibutuhkan 1,5 liter dan didapatkan dari pabrik gula madukismo.

2. Pembuatan nutrisi tambahan dan pencampuran media tanam

Daun gamal yang telah dikumpulkan dikomposkan. Pengomposan dilakukan agar nutrisi dalam daun gamal dapat dimanfaatkan secara langsung oleh jamur tiram. Pengomposan dilakukan menggunakan 20 kg daun gamal yang telah didapatkan dibasahi terlebih dahulu sebelum dikomposkan. Daun gamal yang telah dibasahi kemudian di cacah. Daun gamal kemudian ditumpuk dan ditambahkan dedak padi sebanyak 9 kg. Penumpukan dilakukan dengan cara dilapis lapis, lapisan pertama adalah daun gamal lapisan ke dua dedak dan dilapisi menggunakan daun gamal pada bagian atasnya. Tumpukan daun gamal kemudian disiram menggunakan bakteri dekomposer (EM4) sebanyak 20 ml yang telah dicampur dengan gula sebanyak 10 gram dan air 1 liter. Kompos kemudian ditambahkan air sampai kadar air menacapai 60%. Setiap minggu kompos dibalik agar pemasakan kompos menjadi merata. Setelah 2 minggu maka kompos telah jadi dan siap digunakan. Kompos yang telah jadi dan siap digunakan kemudian dicampurkan dengan media tumbuh jamur sebagai nutrisi tambahan bersama dengan molase dan media jamur tiram.

Molase yang telah didapatkan dari pabrik gula madukismo kemudian diukur. Pengukuran volume molase dilakukan sesuai dengan perlakuan yang diujikan. Volume molase diukur menggunakan gelas ukur sebanyak 10 ml, 15 ml dan 20 ml.

Komposisi media ini dalam satu baglog berupa sumber serbuk gergaji 1,2 kg, dedak padi 270 gram dan 30 gram kapur. Penyampuran kompos daun gamal dan molase dibuat dengan cara menumpuk komposisi media sesuai perlakukan menjadi 9 tumpukan. Perlakuan A terdiri dari serbuk gergaji 10,8 kg dedak padi 2,50 kg dan kapur 270 gram kompos daun gamal 900 gram dan molase

(13)

11

90 ml. Perlakuan B terdiri dari serbuk gergaji 10,8 kg dedak padi 2,50 kg dan kapur 270 gram, kompos daun gamal sebanyak 1,35 kg dan molase 90 ml. Tumpukan C terdiri dari serbuk gergaji 10,8 kg dedak padi 2,50 kg dan kapur 270 gram, kompos daun gamal 1,8 kg dan molase 90 ml. Perlakuan D terdiri dari serbuk gergaji 10,8 kg dedak padi 2,50 kg dan kapur 270 gram, kompos daun gamal 900 gram dan molase 135 ml molase. Perlakuan E serbuk gergaji 10,8 kg dedak padi 2,50 kg dan kapur 270 gram, kompos daun gamal 1,35 kg dan molase 135 ml. Perlakuan F terdiri dari serbuk gergaji 10,8 kg dedak padi 2,50 kg dan kapur 270 gram, kompos daun gamal 1,8 kg dan molase 135 ml. Perlakuan G terdiri dari serbuk gergaji 10,8 kg dedak padi 2,50 kg dan kapur 270 gram kompos daun gamal 900 gram dan 270 ml molase, Perlakuan H terdiri dari serbuk gergaji 10,8 kg dedak padi 2,50 kg dan kapur 270 gram, kompos daun gamal 1,35 kg dan molase 270 ml. Perlakuan I terdiri dari serbuk gergaji 10,8 kg dedak padi 2,50 kg dan kapur 270 gram, kompos daun gamal 1,8 kg dan molase 270 ml.

Setiap tumpukan media disiram sampai dengan kadar air mencapai 60%. Media yang telah dicampur kemudian dimasukkan dalam plastik diberikan cincin dan ditutup.

3. Sterilisasi

Sterilisasi dilakukan dengan cara memasukkan baglog ke dalam drum yang telah dimodifikasi menyerupai autoklaf pada suhu 950C selama 4 jam.

Sterilisasi bertujuan untuk mematikan bakteri, cendawan dan jamur yang ada di baglog.

4. Penyiapan Bibit

Bibit yang digunakan adalah bibit jamur tiram F2. Bibit ini dapat diperoleh dari petani jamur yang sudah bisa membuat atau menurunkan bibit jamur. Bibit jamur tiram F2 biasa dikemas dalam plastik polypropylene dan siap digunakan atau di inokulasikan ke dalam baglog jamur.

5. Penanaman Bibit

Penanaman bibit dilakukan dalam ruangan dan kondisi yang aseptis. Penanaman dilakukan dengan cara membuka tutup baglog dan memasukkan bibit jamur tiram sebanyak 2 sendok kedalam baglog pada bagian mulut baglog.

(14)

Baglog yang sudah di isi dengan bibit jamur tiram kemuadian ditutup lagi menggunakan penutup baglog.

6. Pemeliharaan

Baglog yang telah ditanami bibit jamur kemudian di tempatkan pada rak kumbung yang telah sesuai untuk pertumbuhan jamur tiram. Pertumbuhan baglog diawali dengan pertumbuhan miselium yang menutupi seluruh baglog jamur sekitar 30-35 hari. Baglog yang telah dipenuhi miselium jamur kemudian kertas penyumbat atau tutup baglog dilepas. Pembesaran jamur tiram mulai dari penanaman sampai dengan panen pertama membutuhkan waktu selama 40 hari. Pemeliharaan yang dilakukan dengan menjaga kelembaban kumbung yaitu 70-85% dan suhu 25-28oC dengan cara melakukan penyiraman 2 – 3 kali sehari.

7. Panen

Ciri-ciri jamur siap panen adalah: Tudung jamur belum mekar penuh (ditandai pada bagian tudung jamur masih terlihat utuh / belum pecah-pecah), warna belum pudar,tekstur masih kokoh dan lentur dan ukuran jamur yang siap panen rata-rata berdiameter 5 – 10 cm.

Cara Panen harus dilakukan dari pangkal batang karena batang yang tersisa dapat mengalami kebusukan. Potong jamur dengan pisau yang bersih dan tajam, kemudian simpan di wadah plastic dengan tumpukan setinggi 15 cm.

D. Parameter Pengamatan 1. Pertumbuhan jamur :

a. Waktu pertumbuhan miselium 100%/baglog (hari)

Diamati dan dicatat waktu yang diperlukan miselium untuk tumbuh 100% menutupi seluruh bagian baglog dicirikan dengan seluruh bagian baglog telah berwarna putih dari miselium jamur.

b. Perekembangan miselium (%)

Diamati persentase perkembangan miselium sampai menutup 100% dengan teknik skoring, pengamatan dilakukan setiap satu minggu

(15)

13

Tabel 1. Skoring perkembangan miselium

Persentase perkembangan miselium dihitung dengan rumus = Keterangan: n: Jumlah sampel yang memiliki nilai skor sama

v: Nilai skor yang menunjukkan perkembangan miselium Z: Skor yang tertinggi

N: Jumlah sampel yang diamati c. Bobot baglog (kg)

Diamati berat baglog jamur tiram setiap bulan selama 4 bulan penelitian menggunakan timbangan.

d. Kontaminasi (%)

Diamati persentase kontaminasi yang terjadi pada media baglog dari awal penanaman sampai panen terakhir yang diamati setiap minggu. Kontaminasi diamati menggunakan skoring persenatasi kontaminasi

Tabel 2. Skoring persentase kontaminasi

Persentase kontaminasi pada baglog dapat dihitung menggunakan rumus

= Keterangan:

n: Jumlah sampel yang memiliki nilai skor sama v: Nilai skor yang menunjukkan kontaminasi Z: Skor yang tertinggi

N: Jumlah sampel yang diamati Skoring Kriteria 1 <25% 2 25% - 50% 3 50% - 75% 4 >75% Skoring Kriteria 1 <25% 2 25% - 50% 3 50% - 75% 4 >75%

(16)

2. Pemanenan jamur :

a. Waktu panen pertama (hari)

Pengamatan dilakukan setelah selesai pembukaan plastik bagian atas jamur sampai dilakukan panen jamur pertama kali pada setiap perlakuan. Dinyatakan dalam hari.

b. Jumlah badan buah jamur

Pengamatan dilakukan setiap panen diamati, dihitung, dan dicatat jumlah badan buah jamur per-baglog (dinyatakan dalam angka) total panen selama 3 bulan .

c. Berat segar jamur (gram)

Ditimbang, diamati, ditimbang menggunakan timbangan analitik dan dicatat berat basah jamur perbaglog (dinyatakan dalam gram) dalam setiap panen selama 3 bulan

d. Frekuensi panen

Pengamatan dilakukan dengan menghitung panen yang telah dilakukan selama 3 bulan setelah selesai pembukaan tutup baglog pada setiap perlakuan.

e. Total hasil jamur tiram (gram)

Pengamatan dilakukan dengan menjumlahkan total berat segar jamur yang dipanen dari mulai panen pertama sampai dengan panen terakhir selama 3 bulan pengamatan.

E. Analisis Data

Data yang diperoleh dari penelitian ini dianalisis menggunakan sidik ragam Analysis of Variance ( ANOVA) dengan taraf nyata α 5%. Apabila terdapat pengaruh yang signifikan dari perlakuan yang dicobakan maka akan dilakukan uji lanjutan menggunakan Uji Duncan Multiple Range Test ( DMRT) dengan taraf α=5%. Hasil analisis ditampilkan dalam bentuk tabel, grafik atau histogram.

(17)

15 G. Jadual N No Kegiatan Bulan I II III IV 1 V 1 1 2 2 2 3 4 4 1 1 2 2 3 3 4 4 1 1 2 2 3 3 4 4 1 1 3 2 3 3 4 4 1 1 2 2 1 1 Persiapan alat dan bahan 2 2 Pembuatan nutrisi dan pembuatan media 3 3 Penanaman 4 4 Pemeliharaan dan pengamatan 5 5 Analisis data

(18)

16 DAFTAR PUSTAKA

Ali. Mahrus. 2011. Pengaruh Penambahan Molase Pada Media Tanam F3 Dengan Konsentrasi Yang Berbeda Terhadap Pertumbuhan Jamur Tiram Putih. http://etheses.uin-malang.ac.id/435/12/10620085%20Ringkasan%20.pdf diakses 19 November 2016.

Edi Prasetyo. 2010. Budidaya Jamur tiram. Penebar swadaya; Jakarta, 84 hal. Fajri Muhammad. 2010. Pengaruh Dosis Kompos Daun Gamal Terhadap

Kesediaan Nitrogen Tanaman Jagung.

http://etd.unsyiah.ac.id/pdf.php?id=20638 diakses tanggal 20 November 2016.

Fathurrahman. 2013. Pengaruh Tingkat Penambahan Molase Pada Pembuatan Silase Kulit Umbi Singkong (Mannihot Esculenta) Terhadap Kandungan

Bahan Kering, Bahan Organik, dan HCn.

http://etd.repository.unpad.ac.id/downloadfile/69980/pengaruh/S1-2013-297574-chapter1.pdf. Akses tanggal 21 November 2016

Ibahim. 2002. Integrasi Jenis Tanaman Pohon Leguminosae Dalam Sistem Budidaya Pangan Lahan Kering Dan Pengaruhnya Terhadap Sifat Tanah,

Erosi dan Produktivitas Lahan.

http://etheses.unhas-ac.id/435/12/10620085%20PUBLIKASI%20.pdf. Akses tgl 21 November 2016

Imron Rosadi.2015. Pengaruh konsentrasi urea dan sistem pengendalian kelembaban terhadap kuantitas dan kualitas hasil jamur tiram putih

(pleurotus ostreatus).

http://eprints.ump.ac.id/30578/9/02._naskah_publikasi.pdf, diakses 19 November 2016.

Indah Puspita. 2013. Produksi Jamur Tiram Putih (Pleurotus ostreatus) Pada

Media Tambahan Molase Dengan Dosis Yang Berbeda

https://eprints.uns.ac.id/6319/1/211342111201108371.pdf . Akses tgl 21 November 2016

Lisa Pratama. 2013. Pengaruh berbagai aktivator terhadap aktivitas dekomposer dan kualitas kompos blotong dari limbah pabrik gula. Skripsi. Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. 96 hal.

Lucky Wilandri. 2014. Produktivitas Jamur Tiram Putih (Pleurotus Ostreatus) Pada Media Campuran Serbuk Gergaji, Serasah Daun Pisang dan Bekatul. http://eprints.ums.ac.id/29753/14/NASKAH_PUBLIKASI.pdf , diakses tanggal 19 November 2016.

(19)

17

Pujiyanto. 1994. Nilai hara beberapa tanaman penaung pada perkebunan kopi dan kakao. Wata Puslit Kopi dan Kakao. 97 Hal.

Nur Fadillah. 2010. Tips Budidaya Jamur Tiram. Genius Oublisher; Yogyakarta 115 hal.

Rizal aditya dan Desi Saraswati. 2012. 10 Jurus sukses beragribisnis Jamur. Penebar swadaya; Jakarta. 86 Hal.

Sumiati. 2006. Perbaikan Produksi Jamur Tiram Pleurotus ostreatus Strain Florida dengan Modifikasi Bahan Baku Utama Substrat. Forum Penelitian, 16 (2) : 96-107.

Susi Stevani.2011.Pengaruh Penambahan Molase Pada Berbagai Media Pada

Jamur Tiram Putih (Pleurotus ostreatus)

https://eprints.uns.ac.id/6319/1/211342111201108371.pdf dikses tanggal 19 November 2016.

Susiana. 2010. Pengaruh Penambahan Gula (sukrosa) Terhadap Pertumbuhan

Miselium Jamur Tiram .

http://lib.uinmalang.ac.id/?mod=th_detail&id=03520044. Diakses tanggal 19 Noveber 2016.

Triono Untung P. 2012. Bisnis jamur tiram. PT. Agromedia pustaka:Jakarta. 12 Hal.112

(20)

18

Lampiran 1. Layout Penelitia Tingkat 4

G2.1 G1.1 B1.3 D3.1 I3.1 C2.3 A2.1

B1.2 H2.2 D3.3 E3.1 F3.1 I2.2 B1.1 D1.2 F1.1 G3.1 E1.3 D1.1 H1.1

Tingkat 3

E1.1 C2.2 B3.3 F3.3 E2.3 F2.2 G1.3

F2.1 D2.2 I1.2 B3.1 H1.3 D2.3 F1.3 A1.1 E3.3 A2.2 I3.2 D1.3 B2.3

Tingkat 2

H1.2 C1.2 H3.1 A3.2 E2.1 I3.3 H2.1 C3.3

G3.2 E1.2 A1.3 A3.3 G1.2 H3.3 B2.2 F1.2 G2.2 G2.3 H2.3 B3.2 E3.2

Tingkat 1 (paling bawah)

C1.1 A3.1 B2.1 F3.2 C3.1 C3.2 E2.2

I1.1 G3.3 D2.1 C2.1 I1.3 I2.1 A2.3 F2.3 A1.2 D3.2 I2.3 H3.2 C1.3

C 2P2 A 1T2 C 2Q3 A 1P1 C 1R3 A 1Q3 B 1R2 A 2T1 B 1Q1 Lantai dasar

(21)

Gambar

Tabel 1. Skoring perkembangan miselium

Referensi

Dokumen terkait

Selaku lembaga pengawasan dalam penyelenggaraan pemilihan umum, Panitia Pengawas Pemilu (Panwaslu) Kota Bandar Lampung telah menindak lanjuti setiap laporan-laporan

Tinggi tanaman cabai untuk sampel E (biji cabai yang dipapar medan magnet ELF 300µT pada minggu ke-2 hingga minggu ke-6 lebih besar dibandingkan sampel kontrol,

Mengetahui metode suatu pembelajaran itu adalah merupakan langkah permulaan bagi menjadi seorang guru yang professional.. Ahmadi ada menyatakan bahwa metode

Perseroan Komanditer (CV) adalah suatu perseroan yang menurut ketentuan Pasal 19 Kitab Undang-Undang Hukum Dagang (KUHD) adalah : Ayat 1 &#34;Perseroan secara melepas uang yang

Air yang berbau busuk mengandung bahan organik yang sedang mengalami dekomposisi (penguraian) oleh mikroorganisme air. Bau dan rasa dapat dihasilkan oleh kehadiran organisme dalam

Dimana suatu penelitian normatif tentu harus menggunakan pendekatan perundang-undangan, karena yang akan diteliti adalah berbagai aturan hukum yang berkaitan dengan putusan

dibandingkan dengan vulkanisat sol karet yang menggunakan bahan pengisi carbon black, disini nampak bahwa makin besar jumlah carbon black ketahanan kikis makin

19 Mahmud Yunus. Tafsir Quran Hakim. Tarjamah Sunan At Tirmidzi Jilid IV.. pengetahuan semata-mata dalam rangka meningkatkan derajat kehidupan mereka. Manusia berkewajiban