• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Indonesia para nelayan biasanya bermukim di daerah pinggir pantai atau pesisir

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Indonesia para nelayan biasanya bermukim di daerah pinggir pantai atau pesisir"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Nelayan

Nelayan adalah orang yang hidup dari mata pencaharian hasil laut. Di Indonesia para nelayan biasanya bermukim di daerah pinggir pantai atau pesisir laut. Komunitas nelayan adalah kelompok yang bermata pencaharian hasil laut dan tinggal di desa-desa pantai atau pesisir (Sastrawidjaya, 2002). Ciri komunitas nelayan dapat dilihat dari berbagai segi, yaitu:

a. Pertama, dari segi mata pencaharian, nelayan adalah mereka yang aktivitasnya berkaitan dengan lingkungan laut atau pesisir, atau mereka yang menjadikan perikanan sebagai mata pencaharian utama.

b. Kedua, dari cara segi hidup, komunitas nelayan adalah komunitas gotong royong. Kebutuhan gotong royong dan tolong menolong terasa sangat penting pada saat untuk mengatasi keadaan yang menuntut pengeluaran biaya besar dan pengerahan tenaga kerja yang banyak.

c. Ketiga, dari segi keterampilan, meskipun pekerjaan nelayan adalah pekerjaan berat namun pada umumnya mereka hanya memilik keterampilan sederhana. Kebanyakan dari mereka bekerja sebagai nelayan adalah profesi yang diturunkan oleh orang tua, bukan yang dipelajari secara professional.

Penangkapan ikan dan pengumpulan hasil laut lainnya merupakan mata pencaharian pokok usaha nelayan. Pada dasarnya usaha penangkapan ikan yang dilakukan usaha nelayan secara teknis ekonomis merupakan suatu proses produksi yang bersifaf ekstraktif, yakni mengambil hasil alam tanpa mengembalikan sebagian hasilnya untuk keperluan produksi dikemudian hari, (Mubyarto, 1985).

(2)

Namun demikian tidak mesti berarti bahwa usaha perikanan rakyat merupakan usaha yang bersifat subsistem.

Pada umumnya dalam pengusahaan perikanan laut terdapat tiga jenis nelayan, yaitu; nelayan pengusaha, nelayan campuran dan nelayan penuh. Nelayan pengusaha yaitu pemilik modal yang memusatkan penanaman modalnya dalam operasi penangkapan ikan. Nelayan campuran yaitu seseorang nelayan yang juga melakukan pekerjaan yang lain di samping pekejaan pokoknya sebagai nelayan. Sedangkan nelayan penuh ialah golongan nelayan yang hidup sebagai penangkap ikan di laut dan dengan memakai peralatan sederhana atau tradisional.Namun demikian apabila sebagian besar pendapatan seseorang berasal dari perikanan (darat dan laut) ia disebut sebagai nelayan. (Mubyarto, 2002). Tingkat pendapatan rumah tangga tergantung kepada jenis-jenis kegiatan yang dilakukan. Jenis kegiatan yang mengikut serta kan modal atau keterampilan mempunyai produktivitas tenaga kerja lebih tinggi, yang pada akhirnya mampu memberikan pendapatan yang lebih besar (Winardi, 1988).

2.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pendapatan Nelayan

Ada tiga faktor yang mempengaruhi peningkatan pendapatan usaha nelayan dan diuraikan sebagai berikut:

1. Teknologi

Peralatan yang digunakan oleh nelayan dalam penangkapan ikan (produksi) adalah alat penerangan (lampu) dan jaring. Peralatan atau modal usaha nelayan adalah nilai dari pada peralatan yang digunakan seperti:

• Harga perahu, apakah mempergunakan mesin besar atau kecil yang dimiliki nelayan.

(3)

• Harga dari peralatan penangkapan ikan, misalnya jaring dan lain-lain. 2. Sosial Ekonomi

Umur. Seseorang yang telah berumur 15 tahun ke atas baru disebut sebagai

nelayan, dibawah umur tersebut walaupun ia melaut tidak disebut sebagai nelayan. Umur juga mempunyai pengaruh terhadap pendapatan walaupun pengaruhnya tdk terlalu besar.

Musim. Musim sangat berpengaruh kepada keadaan kehidupan nelayan yaitu

musim barat dan musim timur. Dalam satu tahun ada dua musim yaitu musim timur dari bulan Maret sampai Agustus, umumnya gelombang besar, pasang tinggi,arus deras, curah hujan selalu terjadi, keadaan demikian ini pada umumnya nelayan sangat jarang ke laut karena takut bahaya, jadi produksi sedikit dan harga ikan akan tinggi. Pada musim barat biasanya dari September sampai Februari keadaan pasang tidak terlalu tinggi, arus tidak terlampau deras, gelombang tidak terlampau besar. Pada musim inilah nelayan banyak mendapat ikan. Disamping kedua musim tersebut dalam setahun, ada lagi pengaruh musim bulanan yaitu pada bulan purnama. Pada bulan purnama atau terang arus akan deras dan pasang akan tinggi. Sebaliknya pada bulan gelap, gelombang akan kecil, arus tidak bergerak yang disebut dengan istilah pasang mati. Pada kedua keadaan ini nelayan akan kurang mendapatkan ikan dan harga ikan akan tinggi apalagi pada musim timur keadaan ini umumnya nelayan tidak akan turun melaut, kalaupun turun melaut hanya dipinggir saja. Kegiatan spekulatif dalam penangkapan ikan semakin meningkat ketika kondisi tangkap melanda. Dalam keadaan yang demikian, sulit membedakan antara masa musim ikan dan masa paceklik.

(4)

Ikan adalah komoditi yang mudah rusak dan busuk, jadi penyampaiannya dari produsen (nelayan) kepada konsumen harus cepat agar kualitas atau kondisinya tidak rusak atau busuk kalau ikan itu diolah. Kondisi atau keadaan ikan ini sangat berpengaruh kepada harga ikan, demikian juga nilai gizinya. Jadi dalam hal ini dilihat nilai efisiensi dari penggunaan tata niaga perikanan tersebut, dari produsen ke konsumen berarti semakin baik dan semakin efisien tata niaganya dan kriterianya adalah sebagai berikut :

Panjang atau pendeknya saluran distribusi yang dilalui oleh hasil produksi dalam hal ini ikan dari nelayan sampai kepada konsumen. Banyak atau sedikitnya dari jumlah pos-pos yang terdapat pada saluran distribusi tersebut. Apabila banyak mengakibatkan panjang (jauhnya) jarak antara produsen dan konsumen akhir yang artinya makin tidak efisien. Menambah keuntungan atau tidak yaitu setiap pos saluran distribusi tersebut apakah menambah keuntungan atau tidak bagi nelayan. Dalam hal ini kita bandingkan dari kemungkinan-kemungkinan yang ada dan meneliti apakah ada korelasi antara hal-hal diatas tadi akan menambah atau memperbesar pendapatan nelayan. Meningkatnya tangkapan nelayan berarti meningkatkan kesejahtraan nelayan tersebut. Demikian juga hal tersebut menunjang program pemerintah yaitu pengentasan kemiskinan.

Saluran distribusi

Hasil tangkapan (produksi) nelayan itu selanjutnya kita lihat cara pemasarannya, khususnya saluran distribusi dari produsen (nelayan) kepada pemakai akhir atau konsumen. Saluran distribusi dari hasil laut ini dapat dibagi sebagai berikut : • Saluran distribusi untuk konsumen akhir

(5)

• Saluran distribusi untuk pengawetan

• Saluran distribusi untuk coldstorage (eksportir)

Rendahnya kualitas sumber daya manusia masyarakat nelayan yang terefleksi dalam bentuk kemiskinan sangat erat kaitannya dengan faktor internal dan eksternal masyarakat. Faktor internal misalnya pertumbuhan penduduk yang cepat,kurang berani mengambil resiko,cepat puas dan kebiasaan lainnya yang tidak mengandung modernisasi. Selain itu kelemahan modal usaha dari nelayan sangat dipengaruhi oleh pola pikir nelayan itu sendiri. Faktor eksternal yang mengakibatkan kemiskinan rumah tangga nelayan lapisan bawah antara lain proses produksi didominasi oleh toke pemilik perahu atau modal dan sifat pemasaran produksi hanya dikuasai kelompok tertentu dalam bentuk pasar monopsoni ( Kusnadi,2003)

2.2.1 Pengaruh Modal terhadap Pendapatan Nelayan

Menurut Mubyarto (1973) modal adalah barang atau uang yang secara bersama – sama faktor produksi, tanah dan tenaga kerja menghasilkan barang yang baru. Pentingnya peranan modal karena dapat membantu menghasilkan produktivitas, bertambahnya keterampilan dan kecakapan pekerja juga menaikkan produktivitas produksi.

Modal mempunyai hubungan yang sangat kuat dengan berhasil tidaknya suatu usaha produksi yang didirikan. Modal dapat dibagi sebagai berikut : Modal Tetap adalah modal yang dapat dipakai untuk proses produksi dalam jangka waktu yang relatif lama dan tidak terpengaruh oleh besar kecilnya jumlah produksi, misalnya Modal perahu, modal jaring, dan lain sebagainya. Modal Lancar adalah modal memberikan jasa hanya sekali dalam proses produksi, bisa dalam bentuk

(6)

bahan-bahan baku dan kebutuhan lain sebagai penunjang usaha tersebut misalnya makanan, solar, rokok dan lain sebagainya.

Modal dalam kegiatan nelayan sangat mutlak dibutuhkan, karena tanpa modal seperti sampan/perahu/kapal, jaring dan peralatan menangkap ikan lainnya nelayan tidak akan mendapatkan ikan/ memproduksi ikan. Dengan kata lain nelayan tidak memiliki Pendapatan. Produksi ikan nelayan di tentukan oleh seberapa besar modal yang di gunakan dalam melaut. Dengan modal yang besar para nelayan akan mampu memproduksi hasil ikan tangkapnya dan pendapatannya semakin besar

2.2.2 Pengaruh Pengalaman terhadap Pendapatan

Pengalaman kerja adalah sesuatu atau kemampuan yang dimiliki oleh para karyawan dalam menjalankan tugas–tugas yang dibebankan. Artinya kemudahan dan kesulitan yang dimiliki seseorang dalam suatu pekerjaan akan dipengaruhi oleh seberapa seseorang tersebut memiliki pengalaman kerja. (Nitisemito,2000 )

Faktor pengalaman, faktor ini secara teoritis dalam buku, tidak ada yang membahas bahwa pengalaman merupakan fungsi dari pendapatan atau keuntungan. Namun, dalam aktivitas nelayan dengan semakin berpengalaman dalam menangkap ikan bisa meningkatkan pendapatan atau keuntungan.

Pengalaman sebagai nelayan secara langsung maupun tidak, memberikan pengaruh kepada hasil penangkapan ikan. Semakin lama seseorang mempunyai pengalaman sebagai nelayan, semakin besar hasil dari penangkapan ikan dan pendapatan yang diperoleh, (Yusuf, 2003).

(7)

2.2.3 Pengaruh Teknologi terhadap Pendapatan

Teknologi terkait dengan peralatan yang digunakan oleh nelayan dalam penangkapan ikan adalah perahu tanpa mesin atau perahu dengan mesin, jarring dan pancing. Peralatan atau biaya nelayan adalah nilai dari peralatan yang digunakan seperti harga perahu, harga peralatan penangkapan ikan, dan bahan makanan yang dibawa melaut dan yang ditinggalkan dirumah. Ini merupakan input bagi nelayan dalam melaut (menangkap ikan). Selain itu jumlah tenaga kerja yang digunakan dalam melaut.

Nelayan dikategorikan sebagai seseorang yang pekerjaannya menangkap ikan dengan mengunakan alat tangkap yang sederhana, mulai dari pancing, jala, jaring, pukat, dan lain sebagainya. Namun dalam perkembangannya dikategorikan sebagai seorang yang berprofesi menangkap ikan dengan alat yang lebih modern ialah kapal ikan dengan alat tangkap modern. Semakin canggih teknolgi yang digunakan nelayan maka akan semakin meningkatkan produktivitas hasilnya lebih meningkatkan produksi, yang didalamnya tersirat kesimpulan bahwa masyarakat akan memperoleh penghasilan yang lebih tinggi.

Menurut Satria (2002), keberadaan nelayan digolongkan menjadi 4 tingkatan dilihat dari kapasitas teknologi (alat tangkap dan armada), orientasi pasar dan karakteristik pasar. Keempat kelompok tersebut, antara lain nelayan tradisional (peasant-fisher) yang berorientasi pada pemenuhan kebutuhan sendiri; post peasant-fisher atau nelayan yang menggunakan teknologi penangkapan ikan yang lebih maju, seperti motor tempel atau kapal motor; commercial fisher atau nelayan yang telah berorientasi pada peningkatan keuntungan, dan industrial

(8)

fisher yang memiliki beberapa ciri, seperti terorganisasi, padat modal, pendapatan lebih tinggi, dan berorientasi ekspor.

2.2.4.Pengaruh Harga Jual terhadap Pendapatan

menurut Kotler (2001 : 439) harga adalah sejumlah uang yang dibebankan atas suatu produk atau jasa, atau jumlah dari nilai yang ditukar konsumen atas manfaat-manfaat karena memiliki atau menggunakan produk atau jasa tersebut.

Dalam kehidupan nelayan harga ikan laut tidak selalu tetap, sehingga pendapatan nelayan tidak selalu stabil, contohnya yaitu ketika musim ikan, jumlah tangkapan relatif banyak, namun harga jual ikan cenderung rendah. Pada musim paceklik hasil tangkapan sangat sedikit namun harga jual ikan tinggi. Tinggi rendahnya harga jual ikan, berpengaruh terhadap pendapatan nelayan.

2.3 Program Pemerintah Dalam Peningkatan Pendapatan Nelayan 2.3.1 Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Pesisir (PEMP)

Kebijakan Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Pesisir dimulai sejak tahun 2001 yang dirancang untuk mengatasi persoalan kemiskinan pada masyarakat pesisir melalui pengembangan kultur kewirausahaan, penguatan Lembaga Keuangan Mikro (LKM), penggalangan partisipasi masyarakat dan kegiatan usaha ekonomi produktif lainnya yang berbasis sumberdaya lokal dan berkelanjutan. Program PEMP 2001-2003 dilancarkan dengan pemberian dana hibah langsung kepada Koperasi Nelayan atau Lembaga Keuangan Mikro yang dibentuk untuk mengelola kebutuhan permodalan nelayan. Kebijakan tahun 2006 mengalami perubahan yaitu berupa pemberian dana hibah tidak langsung lagi kepada koperasi nelayan atau Lembaga Keuangan Mikro nelayan, tetapi dana hibah tersebut dijadikan agunan kredit koperasi pada lembaga perbankan untuk

(9)

memperoleh fasilitas kredit yang diberi nama Dana Ekonomi Produktif ( DEP ). Dan pada tahun 2008 koperasi nelayan sudah diarahkan agar berhubungan sendiri dengan lembaga perbankan untuk mendapatkan Kredit Usaha Rakyat (disingkat KUR) dengan suku bunga kredit umum dari lembaga perbankan dan harus disertai dengan jaminan kebendaan (KKP)

2.3.2

Pengembangan Usaha Mina Perdesaan (PUMP) Perikanan Tangkap merupakan bagian dari pelaksanaan PNPM Mandiri yang betujuan untuk penanggulangan kemiskinan dan penciptaan lapangan kerja di perdesaan (Perpres 15/2010: Klaster II). Melalui kegiatan PUMP Perikanan Tangkap diharapkan berkembangnya usaha penangkapan ikan, berkembangnya kewirausahaan nelayan, dan menjadikan KUB sebagai lembaga ekonomi di pedesaan. Program PUMP ini pun sudah mulai berjalan pada tahun 2011, karena maanfaat Program PUMP ini sangat membantu sekali bagi para nelayan yang berada di daerah pesisir maka sampai tahun 2014 ini PUMP masih di pertahankan sampai dengan sekarang. Sejak tahun 2011 telah disalurkan bantuan modal sebesar Rp.780,6 Miliar kepada nelayan skala kecil yang tergabung dalam 7.806 Kelompok Usaha Bersama (KUB) yang tersebar di seluruh kabupaten/kota yang memiliki potensi perikanan tangkap.

Pengembangan Usaha Mina Perdesaan Perikanan Tangkap (PUMP)

2.3.3 Pengembangan Usaha Mina Pedesaan Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan(PUMP P2HP )

Pengembangan Usaha Mina Pedesaan Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan(PUMP P2HP ) merupakan kegiatan pemberdayaan masyarakat dimana salah satunya melalui fasilitasi bantuan pengembangan usaha bagi pengolah dan

(10)

pemasar hasil perikanan dalam wadah Kelompok Pengolah dan Pemasar (Poklahsar). Program PUMP P2HP dilaksanakan atas dasar amanat Menteri Kelautan dan Perikanan yang tertuang dalam Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor PER. 21/MEN/2010 tentang Pedoman Pelaksanaan PNPM Mandiri Kelautan dan Perikanan. (KKP)

2.3.4. Peningkatan Kehidupan Nelayan (PKN)

Program PKN merupakan bagian dari percepatan perluasan program Pro-Rakyat (Klaster 4) berupa intervensi pemerintah secara langsung untuk mempercepat pengentasan kemiskinan sesuai dengan Direktif Presiden pada Sidang Kabinet Terbatas pada tanggal 13 Februari 2011 di Bogor. Melalui Keputusan Presiden Nomor 10 Tahun 2011, Menteri Kelautan dan Perikanan ditetapkan sebagai Ketua Kelompok Kerja Program PKN yang beranggotakan 12 kementerian/lembaga. Kriteria lokasi program peningkatan kehidupan nelayan adalah berbasis pangkalan pendaratan ikan (PPI) dengan target Rumah Tangga Sasaran (RTS) Nelayan miskin (sangat miskin, miskin, dan hampir miskin). Penetapan lokasi dilakukan berdasarkan overlay data nelayan miskin di pesisir dan lokasi 816 Pelabuhan Perikanan/Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) dengan pelaksanaan program dilaksanakan secara bertahap dengan rincian 100 PPI pada tahun 2011, 400 PPI untuk tahun 2012, 200 PPI untuk tahun 2013 dan 116 PPI untuk tahun 2014. Pelaksanaan kegiatan PKN dikelompokkan menjadi 3 (tiga) kelompok kegiatan, yaitu individu nelayan, kelompok nelayan dan sarana dan prasarana di PPI dengan kegiatan dengan kegiatan antara lain : Pembuatan Rumah Sangat Murah, Pekerjaan Alternatif dan Tambahan Bagi Keluarga Nelayan, Skema UMK dan KUR, Pembangunan SPBU Solar, Pembangunan

(11)

Cold Storage, Angkutan Umum Murah, Fasilitas Sekolah dan Puskesmas, Fasilitas Bank “Rakyat”.(KKP)

2.4 Landasan Teori 2.4.1 Teori Pendapatan

Pendapatan nelayan adalah selisih antara peneriamaan (TR) dan semua biaya (TC). Jadi Pd = TR – TC. Penerimaan usaha nelayan (TR) adalah perkalian antara produksi yang diperoleh (Y) dengan harga jual (Py). Biaya usaha nelayan biasanya diklasifikasikan menjadi dua yaitu biaya tetap (fixed cost) dan biaya tidak tetap (variable cos). Biaya tetap (FC) adalah biaya yang relatif tetap jumlahnya dan terus dikeluarkan walaupun produksi yang diperoleh banyak atau sedikit. Biaya variabel (VC) adalah biaya yang besar kecilnya dipengaruhi oleh produksi yang diperoleh, contoh biaya untuk tenaga kerja. Total biaya (TC) adalah jumlah dari biaya tetap (FC) dan biaya variabel (VC), maka TC = FC + VC (soekartawi, 2002).

Mayers dalam terjemahan Sitohang (1996), memandang pendapatan dari sisi efektifitas penggunaannya untuk memenuhi kebutuhan adalah “Pendapatan adalah nilai barang atau jasa tertentu pada akhir jangka tertentu yang mempunyai indikasi bahwa makna pendapatan bisa saja bergeser seiring dengan tingkat pengeluaran konsumsi masyarakat”.

Menurut Sukirno (2006) pendapatan adalah jumlah penghasilan yang diterima oleh penduduk atas prestasi kerjanya selama satu periode tertentu, baik harian, minggua n, bulanan atau tahunan. Dan ada beberapa klasifikasi pendapatan yaitu:

(12)

a. Pertama, pendapatan pribadi yaitu semua jenis pendapatan yang diperoleh tanpa memberikan sesuatu kegiatan apapun yang diterima penduduk suatu negara.

b. Kedua, pendapatan disposibel yaitu pendapatan pribadi dikurangi pajak yang harus dibayarkan oleh para penerima pendapatan, sisa pendapatan yang siap dibelanjakan inilah yang dinamakan pendapatan disposibel.

c. Ketiga, pendapatan nasional yaitu nilai seluruh barang-barang jadi dan jasa-jasa yang diproduksi oleh suatu negara dalam satu tahun.

Menurut Sobri (1999) pendapatan disposibel adalah suatu jenis penghasilan yang diperoleh seseorang yang siap untuk dibelanjakan atau dikonsumsikan. Besarnya pendapatan disposibel yaitu pendapatan yang diterima dikurangi dengan pajak langsung (pajak perseorangan) seperti pajak penghasilan.

Menurut teori Milton Friedman bahwa pendapatan masyarakat dapat digolongkan menjadi dua, yaitu pendapatan permanen dan pendapatan sementara. Pendapatan permanen dapat diartikan yaitu:

a. Pertama, pendapatan yang selalu diterima pada periode tertentu dan dapat diperkirakan sebelumnya, sebagai contoh adalah pendapatan, upah, dan gaji. b. Kedua, pendapatan yang diperoleh dan hasil semua faktor yang menentukan

kekayaan seseorang.

Pendapatan menekan pada perwujudan balas jasa dari partisipasi seseorang dalam satu kegiatan produksi dimana tergambar pada sumbangan faktor-faktor produksi atas nilai tambah (value added) pada tingkat out put tertentu. Nilai tambah inilah yang merupakan pokok utama dari balas jasa yang selanjutnya

(13)

disebut pendapatan. Pendapatan tersebut dipilih menurut jangka waktu tertentu sehingga arti praktisnya nampak, misalnya satu bulan, dan lain sebagainya.

2.4.2 Teori Produksi

Teori produksi yang sederhana menggambarkan tentang hubungan di antara tingkat produksi suatu barang dengan jumlah tenaga kerja yang digunakan untuk menghasilkan berbagai tingkat produksi barang tersebut. Dalam analisis tersebut dimisalkan bahwa faktor-faktor produksi lainnya adalah tetap jumlahnya, yaitu modal dan tanah jumlah dianggap tidak mengalami perubahan. Juga teknologi dianggap tidak mengalami perubahan. Satu-satunya faktor produksi yang dapat diubah jumlahnya adalah tenaga kerja, (Sukirno, 2004).

Produksi merupakan hasil akhir dari proses atau aktivitas ekonomi dengan memanfaatkan beberapa masukan atau input. Produksi atau memproduksi menambah kegunaan suatu barang. Kegunaan suatu barang akan bertambah bila memberikan manfaat baru atau lebih dari bentuk semula. Lebih spesifik lagi produksi adalah kegiatan perusahaan dengan mengkombinasikan berbagai input untuk menghasilkan output dengan biaya yang minimum, (Joesron dan Fathorrosi, 2003).

Produksi merupakan konsep arus. Apa yang dimaksudkan dengan konsep arus disini adalah produksi merupakan kegiatan yang diukur sebagai tingkat-tingkat output per unit priode/waktu. Sedangkan outputnya sendiri senantiasa diasumsikan konstan kualitasnya. Jadi bila kita berbicara mengenai peningkatan produksi, itu berarti peningkatan output dengan mengasumsikan faktor-faktor lain yang sekiranya berpengaruh tidak berubah sama sekali (konstan). Pemakaian sumber daya dalam suatu proses produksi juga diukur sebagai arus. Modal

(14)

dihitung sebagai sediaan jasa, katakanlah mesin per jam, jadi bukan dihitung sebagai jumlah mesinnya secara fisik, (Miller dan Miners, 1999).

Hubungan antara Produksi Total(TP), produks rata-rata (AP) dan Produk Marginal (MP) dalam jangka pendek untuk satu input (input lain dianggap konstan) dapat dilihat pada gambar berikut ini

Gambar 2.1 Hubungan Total Produksi, Marginal Produksi dan Rata-rata Produksi

Gambar 2.1 di atas memperlihatkan bahwa antara titik A dan C adalah pertambahan produksi yang semakin berkurang (Law of deminishing marginal

productivity). Titik C adalah total produksi mencapai maksimun artinya tambahan

input tidak lagi menyebabkan tambahan output atau produksi marginal (MP) adalah nol. Sedangkan Produksi Rata-rata (AP) mencapai maksimun adalah pada saat elastisitas produksi sama dngan 1 dan AP berpotongan dengan MP artinya

(15)

produksi rata-rata sama dengan tambahan output akibat tambahan unit input produksi, dengan asumsi faktor produksi lain dianggap konstan (Nicholson, 1998)

Menurut Joesron dan Suhartati (2003) produksi merupakan hasil akhir dari proses atau aktivitas ekonomi dengan memanfaatkan beberapa masukan atau input. Dengan pengertian ini dapat dipahami bahwa kegiatan produksi adalah mengkombinasikan berbagai input atau masukan untuk menghasilkan output. Hubungan teknis antara input dan output tersebut dalam bentuk persamaan, tabel atau grafik merupakan fungsi produksi. Jadi, fungsi produksi adalah suatu persamaan yang menunjukkan jumlah maksimum output yang dihasilkan dengan kombinasi input tertentu.

2.4.3 Persepsi

Menurut Saptorini (1989), Persepsi adalah suatu proses mental yang rumit dan melibatkan berbagai kegiatan untuk menggolongkan stimulus yang masuk sehingga menghasilkan tanggapan untuk memahami stimulus tersebut. Persepsi dapat terbentuk setelah melalui berbagai kegiatan, yakni proses fisik (penginderaan), fisiologis (pengiriman hasil penginderaan ke otak melalui saraf sensoris) dan psikologis (ingatan, perhatian, pemrosesan informasi di otak).

Beberapa hal yang mempengaruhi persepsi : 1. pelaku persepsi, bila seorang individu memandang pada suatu target dan mencoba menafsirkan apa yang dilihatnya, penafsiran itu sangat dipengaruhi oleh karakteristik pribadi dari pelaku persepsi, antara lain sikap, motif/kebutuhan individu, suasana hati, pengalaman masa lalu, prestasi belajar sebelumnya dan pengharapan; 2. target yang akan diamati, karakteristiknya dapat mempengaruhi apa yang

(16)

dipersepsikan; 3. Situasi, yaitu unsur-unsur dalam lingkungan sekitar dapat mempengaruhi persepsi (Robins, 1996)

Untuk mengukur persepsi digunakan Model Likert, yaitu metode penskalaan pernyataan sikap yang menggunakan distribusi respon sebagai dasar penentuan nilai skalanya. Untuk melakukan penskalaan dengan metode ini, sejumlah pernyataan telah ditulis berdasarkan kaidah penulisan pernyataan dan didasarkan pada rancangan skala yang ditetapkan. Responden akan diminta untuk menyatakan kesetujuan atau ketidaksetujuannya terhadap isi pernyataan dalam lima macam kategori jawaban yaitu, “sangat tidak setuju” (STS), “tidak setuju” (TS), “tidak dapat menentukan” atau “ragu-ragu” (R), “Setuju”(S) dan “sangat setuju” (SS). Salah satu skor standar yang biasanya digunakan dalam skala Model Likert adalah skor T, yaitu :

T= 50 + [ X− Xrataan 𝑆𝑆 ] Keterangan :

T = skor standar

X = skor responden pada skala sikap yang hendak diubah menjadi skor T Xrataan = mean skor kelompok

S = deviasi standar kelompok Kriteria Uji

• Jika T ≥ 50, maka sikap positif

• Jika T ≤ 50, maka sikap negatif (Azwar,2007)

2.5 Penelitian Sebelumnya

Sujarno (2008), dalam penelitiannya mengenai analisis faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan nelayan di Kabupaten Langkat diketahui

(17)

bahwa Biaya kerja, jumlah tenaga kerja, pengalaman dan jarak tempuh secara bersama-sama berpengaruh nyata terhadap pendapatan nelayan di Kabupaten Langkat. Biaya kerja merupakan faktor yang memberikan pengaruh yang besar dibandingkan 3 faktor lain. Biaya kerja mempunyai pengaruh positif terhadap pendapatan, ceteris paribus. Dengan kata lain, apabila biaya kerja naik akan meningkatkan pendapatan nelayan. Begitu juga halnya dengan tenaga kerja, pengalaman, dan jarak tempuh melaut mempunyai pengaruh positif terhadap pendapatan nelayan. Serta, nilai elastisitas dari variabel Biaya kerja, tenaga kerja pengalaman, dan jarak tempuh melaut mempunyai nilai elastisitas kurang dari 1 (inelastis) terhadap

pendapatan nelayan di Kabupaten Langkat, sehingga respon pendapatan nelayan terhadap Biaya kerja, tenaga kerja, pengalaman, dan jarak tempuh melaut sangat kecil.

Sasmita (2006), dalam penelitian tentang analisis faktor-faktor yang mempengaruhi usaha nelayan di Kabupaten Asahan, menyatakan bahwa variabel independent modal, jumlah tenaga kerja, jumlah perahu, dan waktu melaut yang dapat menerangkan variansi variabel dependent (pendapatan usaha nelayan).

Haharap (2003), dalam penelitian tentang analisis masalah kemiskinan dan tingkat pendapatan nelayan tradisional di Kelurahan Indah Kecamatan Medan Labuhan Kota Medan, menyatakan bahwa variabel independen modal investasi/awal, jam melaut, jumlah tanggungan, pendidikan dan biaya operasional dapat menerangkan variabel dependent (pendapatan nelayan nasional).

(18)

Zulfikar (2002), hasil penelitian tentang analisis bagi hasil terhadap pendapatan buruh nelayan di Kabupaten Deli Serdang, bahwa hasil analisis dapat diketahui ada perbedaan yang signifikan antara pendapatan melaut marawai dan pancing. Untuk uji beda rata-rata melaut pancing dan melaut jaring tabel maka Ho terdapat perbedaan yang signifikan antara melaut pancing dan jaring.

Salim (1999), dalam penelitian tentang analisis faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat pendapatan nelayan di Kecamatan Syiah Kuala Banda Aceh, menyatakan bahwa variabel independent jarak tempuh melaut, modal, pengalaman kerja, jumlah perahu dan tenaga kerja dapat menerangkan variansi variabel dependent (pendapatan nelayan) dan variabel independent yang bisa diperhitungkan atau berpengaruh terhadap variabel dependent adalah pengalaman kerja dan jumlah perahu.

2.6 Kerangka Pemikiran

Dalam kerangka pemikiran perlu dijelaskan secara teoritis antara variabel bebas dan variabel terikat. Berdasarkan pada uraian sebelumnya maka kerangka pemikiran peneliti dalam penelitian ini adalah pendapatan nelayan (sebagai variabel terikat) yang dipengaruhi oleh modal kerja, tenaga kerja, pengalaman teknologi dan harga jual (sebagai variabel bebas).

Faktor modal kerja masuk kedalam penelitian karena secara toritis modal kerja memepengaruhi pendapatan usaha. Peningkatan dalam modal kerja akan mempengaruhi pendapatan usaha. Peningkatan dalam modal kerja akan mempengaruhi peningkatan jumlah tangkapan ikan/ produksi sehingga akan meningkatkan pendapatan. Modal kerja adalah modal yang digunakan nelayan untuk melaut, misalnya : bahan bakar (solar), pengawet ikan (es balok).

(19)

Faktor pengalaman kerja, faktor ini secara teoritis dalam buku tidak ada yang membahas pengalaman merupakan fungsi dari pendapatan atau keuntungan. Namun, dalam prakteknya, nelayan yang semakin berpengalaman dalam melaut bisa meningkatkan pendapatannya, dikarenakan orang yang berpengalaman dapat mengetahui lokasi dimana saja ikan-ikan bergerombolan disaat tertentu.

Pada umumnya harga jual mempengaruhi pendapatan pihak penjual. Jika harga jual naik maka pendapatan meningkat. Demikian juga dengan nelayan jika harga ikan naik, maka pendapatan nelayan akan meningkat dan sebaliknya jika harga jual ikan turun maka pendapatan nelayan akan menurun.

Untuk meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan nelayan, Pemerintah menyusun beberapa program melalui Kementrian Perikanan dan Kelautan. Dalam pelaksanaan program tersebut, tentu saja mengundang persepsi dari para nelayan terhadap program tersebut. Persepsi tersebut dibagi atas persepsi positif dan persepsi negatif.

Dengan demikian kerangka pemikiran penelitian hubungan antara modal kerja, pengalaman kerja, teknologi, harga jual terhadap pendapatan usaha nelayan serta persepsi nelayan terhadap program peningkatan pendapatan di desa Bogak kecamatan Tanjung Tiram Kabupaten batu bara dapat digambarkan sebagai berikut

(20)

Gambar 1. Skema kerangka pemikiran : menyatakan pengaruh

Modal Pengalaman Tehknologi

Pendapatan Nelayan

Harga jual

Program Pemerintah

Persepsi Nelayan

(21)

2.7 Hipotesis Penelitian

Hipotesis penelitian ini adalah sebagai berikut

1. Terdapat pengaruh positif modal kerja, pengalaman, teknologi dan harga jual terhadap pendapatan nelayan

2. Persepsi nelayan terhadap program peningkatan pendapatan nelayan adalah positif

Gambar

Gambar 2.1 Hubungan Total Produksi, Marginal Produksi dan Rata-rata Produksi

Referensi

Dokumen terkait

Panitia Pengadaan Bar ang/ Jasa pada Direktorat Pencegahan dan Penyelesaian Perselisihan Hubungan Indu strial, Direktorat Jenderal Pembinaan Hubungan Industrial dan

HONORARIUM PANITIA PELAKSANA KEGIATAN; HONORARIUM PEGAWAI HONORER / TIDAK TETAP; BANTUAN TRANSPORT NARASUMBER DAN BANTUAN TRANSPORT PESERTA; HONORARIUM NARASUMBER; BELANJA

Suitable Corridor Planning involves the path analysis between source to destination habitat patches of the same vegetation type with high dIIC value with favourable condition for

Walaupun moralitas seseorang dapat dilihat dari ucapan dan perbuatannya, namun sīla dikatakan sebagai sikap batin atau kehendak karena ucapan dan perbuatan yang dilakukan selalu

This allows you to weigh the weather conditions and build the scheme of early operational forecasting crop yields with a high renewal rate when there is a close relationship

Bagian-bagian yang terdapat dalam setiap bab, yaitu Fakta, Ayo Baca Kitab Suci, Konteks, Renungan, dan Ayo Bernyanyi, merupakan pembeda buku ini dengan buku-buku

The major steps of methodology are: preparation of multi-date Normalized Difference Vegetation Index (NDVI) images from geo-referenced multi-date AWiFS data, use of mustard crop

modified to derive the soil water status in the top layer (top 30 cm) of the soil profile. This is a simple book keeping-bucket type- water tight model which is based on law