• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kompetensi adalah suatu kemampuan untuk melaksanakan atau melakukan suatu

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kompetensi adalah suatu kemampuan untuk melaksanakan atau melakukan suatu"

Copied!
33
0
0

Teks penuh

(1)

11

2.1 Kompetensi Aparatur Pemerintah Daerah 2.1.1 Pengertian Kompetensi

Wibowo dalam Sistem Manajemen Kinerja (2008) menyatakan Kompetensi adalah suatu kemampuan untuk melaksanakan atau melakukan suatu pekerjaan atau tugas yang dilandasi atas keterampilan dan pengetahuan serta dukungan oleh sikap kerja yang dituntut oleh pekerjaan tersebut.

Kompetensi menurut UU No 13 Tahun 2003 pasal 1 (10) tentang Ketenagakerjaan adalah kemampuan kerja setiap individu yang mencakup aspek pengetahuan, keterampilan, dan sikap kerja yang sesuai dengan standar yang ditetapkan.

Kompetensi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2015, versi 1.4) adalah kewenangan (kekuasaan) untuk menentukan (memutuskan sesuatu); kemampuan menguasai gramatika suatu bahasa secara abstrak atau batiniah.

Moeheriono (2009:4) mengungkapkan bahwa kompetensi merupakan sebuah karakteristik dasar seseorang yang mengindikasikan cara berpikir, bersikap, dan bertindak serta menarik kesimpulan yang dapat dilakukan dan dipertahankan oleh seseorang pada waktu periode tertentu.

(2)

2.1.2 Jenis Kompetensi

Kompetensi sebagaimana dimaksud Pasal 69 UU no 5 tahun 2014 ayat (1) meliputi:

a. kompetensi teknis yang diukur dari tingkat dan spesialisasi pendidikan, pelatihan teknis fungsional, dan pengalaman bekerja secara teknis; b. kompetensi manajerial yang diukur dari tingkat pendidikan, pelatihan

struktural atau manajemen, dan pengalaman kepemimpinan; dan

c. kompetensi sosial kultural yang diukur dari pengalaman kerja berkaitan dengan masyarakat majemuk dalam hal agama, suku, dan budaya sehingga memiliki wawasan kebangsaan.

2.1.3 Komponen Kompetensi

Hutapea dan Thoha (2008:8) mengungkapkan bahwa ada tiga komponen utama pembentukan kompetensi, yaitu :

1. Pengetahuan (knowledge) adalah informasi yang dimiliki seorang pegawai untuk melaksanakan tugas dan tanggungjawabnya sesuai bidang yang digelutinya (tertentu). Ilmu atau informasi yang dimiliki seseorang pegawai dapat digunakan dalam kondisi nyata dalam suatu pekerjaan. Pengetahuan pegawai turut menentukan berhasil tidaknya pelaksanaan tugas yang dibebankan kepadanya, pegawai yang mempunyai pengetahuan yang cukup meningkatkan efisiensi perusahaan.

2. Keterampilan (skill) merupakan suatu upaya untuk melaksanakan tugas dan tanggung jawab yang diberikan perusahaan kepada seseorang pegawai dengan baik dan maksimal, misalnya keterampilan bekerja sama dengan

(3)

memahami dan memotivasi orang lain, baik secara individu atau kelompok. Keterampilan ini sangat diperlukan bagi pegawai yang sudah menduduki jabatan tertentu, karena keterampilan ini dalam berkomunikasi, memotivasi, dan mendelegasi. Selain pengetahuan dan keterampilan pegawai, hal yang perlu diperhatikan adalah sikap perilaku pegawai. 3. Sikap (attitude) merupakan pola tingkah seseorang pegawai di dalam

peran melaksanakan tugas dan tanggungjawabnya sesuai dengan peraturan perusahaan. Apabila pegawai mempunyai sifat mendukung pencapaian organisasi, maka secara otomatis segala tugas yang dibebankan kepadanya akan dilaksanakan sebaik-baiknya.

2.1.4 Prinsip Kompetensi

Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2013 tentang Pedoman Pengembangan Sistem Pendidikan dan Pelatihan Berbasis Kompetensi di Lingkungan Kementerian Dalam Negeri dan Pemerintahan Daerah, Peningkatan kompetensi penyelenggara pemerintahan daerah yang dilaksanakan dalam suatu sistem diklat berbasis kompetensi dan dikembangkan dengan prinsip dasar sebagai berikut:

1. berorientasi pada kebutuhan penyelenggaraan pemerintahan,

2. mendorong peningkatan kinerja organisasi dan pengembangan karier aparatur;

3. berbasis pada kompetensi kerja penyelenggaraan pemerintahan; 4. tanggung jawab bersama antara aparatur, pemerintah, dan masyarakat;

(4)

5. bagian dari pengembangan profesionalisme aparatur secara berkelanjutan; dan

6. diselenggarakan secara berkeadilan dan tidak diskriminatif. 2.1.5 Aparatur Pemerintah Daerah

Aparatur menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2015, versi 1.4) aparatur adalah perangkat, alat (negara, pemerintah); para pegawai (negeri); negara alat kelengkapan negara terutama meliputi bidang kelembagaan, ketatalaksanaan, dan kepegawaian, yang mempunyai tanggung jawab melaksanakan roda pemerintahan sehari-hari; pemerintah pegawai negeri; alat negara; aparatur negara.

Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah menjelaskan pengertian perangkat daerah adalah unsur pembantu kepala daerah dan DPRD dalam penyelengaraan Urusan Pemerintah yang menjadi kewenangan Daerah.

Peraturan Walikota Bandung Nomor 323 Tahun 2010 Aparatur Pemerintah di bidang pengawasan, Inspektorat mempunyai tugas pokok yaitu:

1. Perencanaan program pengawasan merupakan suatu perumusan kebijakan teknis dibidang pengawasan.

2. Fasilitas pengawasan sebagai penunjang penyelenggaraan pemerintah daerah dibidang pengawasan.

3. Pemeriksaan, pengurusan, pengujian, dan penilaian tugas pengawasan merupakan pelaksanaan pengelolaan bidang administrasi, kepegawaian, perencanaan, evaluasi dari pelaporan.

(5)

4. Pelaksanaan pelayanan teknis ketatausahaan Inspektorat merupakan tugas kedinasan lain yang diberikan walikota.

Warisono (2008) mengungkapkan bahwa SKPD harus memiliki sumber daya yang kompeten, yang di dukung dengan latar belakang pendidikan akuntansi, sering mengikuti pendidikan dan pelatihan, dan mempunyai pengalaman di bidang keuangan dalam pengelolaan keuangan daerah yang baik. Hal tersebut diperlukan untuk menerapkan sistem akuntansi yang ada. Kegagalan Aparatur Pemerintah Daerah dalam memahami dan menerapan logika akuntansi akan berdampak pada kekeliruan laporan keuangan yang dibuat dan ketidaksesuaian laporan dengan standar yang ditetapkan pemerintah. Berdasarkan uraian diatas dijelaskan bahwa sumber daya yang kompeten, yaitu :

1. Pendidikan Formal

Pengertian Pendidikan dalam UU RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pasal1 menjelaskan bahwa:

“Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memilih kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara.”

Kartikawangi (2002) mengemukakan bahwa Pendidikan adalah indikator dari

Knowledge: What the person know, yaitu pengetahuan yang dimiliki baik formal

maupun non formal yang dipersyaratkan, seperti latar belakang pendidikan, IPK, pengalaman.

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa tingkat pendidikan sering kali menjadi indikator yang menunjukkan derajat intelektualitas seseorang,

(6)

semakin tinggi tingkat pendidikan, maka semakin tinggi pengetahuan dan tingkat intelektual seseorang. Tingkat pendidikan yang memadai seseorang lebih mudah melaksanakan tugasnya, karena pengelolaan keuangan daerah yang baik SKPD harus memiliki aparatur pemerintah daerah yang kompeten dengan di latar belakangi pendidikan akuntansi atau keuangan agar lebih mudah mengerti dan memahami pekerjaan yang dilakukannya. Indikator pendidikan yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah tingkat pendidikan formal pegawai, kesesuaian kompetensi bidang pendidikan, serta kemampuan penyajian laporan sesuai Standar Akuntansi Pemerintah (SAP) yang berlaku.

2. Pendidikan dan Pelatihan

Sofyandi (2013:113) mengemukakan:

“Pelatihan merupakan suatu program yang diharapkan dapat memberikan rangsangan/stimulus kepada seseorang untuk dapat meningkatkan kemampuan dalam pekerjaan tertentu dan memperoleh pengetahuan umum dan pemahaman terhadap keseluruhan lingkungan kerja dan organisasi. Rachmawati (2008:117) dalam manajemen sumber daya manusia menjelaskan bahwa:

“Pendidikan dan pelatihan adalah unsur sentral dalam pengembangan karyawan. Pelatihan dalam bentuk yang kompleks diberikan untuk membantu karyawan mempelajari keterampilan yang akan meningkatkan kinerja mereka di mana akan membantu perusahaan atau organisasi mencapai sasarannya. Sementara kegiatan pendidikan diberikan untuk memperoleh pengetahuan yang akan meningkatkan kinerja karyawan serta akan membantu organisasi mencapai sasaran”

Program pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia memberikan dampak yang baik terhadap kinerja aparatur pemerintah daerah tersebut sebagai individu. Hal ini jelas akan membawa peningkatan terhadap kinerja organisasi apabila pelatihan dan pengembangan pegawai dilakukan secara terencana dan

(7)

berkesinambungan, dalam pengelolaan keuangan daerah yang baik, program pendidikan dan pelatihan bagi pegawai instansi pemerintah pun cukup penting, karena untuk menghasilkan laporan keuangan daerah yang berkualitas dibutuhkan aparatur yang memahami betul cara dan proses penyusunan laporan keuangan daerah.

3. Pengalaman Kerja

Pengalaman dapat diperoleh seseorang secara langsung maupun tidak langsung. Pengalaman langsung apabila seseorang pernah bekerja pada suatu organisasi, lalu oleh karena sesuatu meninggalkan organisasi itu dan pindah ke organisasi yang lain. Sedangkan pengalaman tidak langsung adalah peristiwa yang diamati dan diikuti oleh seseorang pada suatu organisasi meskipun yang bersangkutan sendiri tidak menjadi anggota dari pada organisasi di mana peristiwa yang diamati dan diikuti terjadi (Siagian, 2007).

Penyusunan laporan keuangan, SKPD diharapkan memiliki sumber daya manusia yang telah memiliki pengalaman kerja yang lebih lama dibidang akuntansi atau keuangan, karena dalam menyusun laporan keuangan dibutuhkan pegawai yang benar-benar memahami akuntansi atau keuangan beserta aturan-aturan dalam penyusunan laporan keuangan daerah. Pengalaman kerja di dalam suatu organisasi pun menjadi salah satu indikator bahwa seseorang telah memiliki kemampuan yang lebih. Semakin lama seorang pegawai bekerja dalam suatu bidang di organisasi, maka semakin banyak pengalaman pegawai tersebut dan semakin memahami apa yang menjadi tugas serta tanggung jawab yang diberikan kepada pegawai tersebut.

(8)

2.2 Sistem Pengendalian Intern Pemerintah 2.2.1 Pengertian Sistem

Pengertian sistem menurut Anthony Robert dan Vijay (2007) adalah:

A system is a prescribed and usually repetitious way of carrying out an activity or a set activities. System are characterized by a more or less rhythmic, coordinate and recurring series of step intend to accomplish a specifies purpose.

2.2.2 Pengendalian Internal

Committee of Sponsoring Organizations of the Treadway Commission (COSO) adalah kelompok sektor swasta yang terdiri dari American Accounting Association (AAA), American Institute of Certified Public Accountants (AICPA), Institute of Internal Auditors (IIA), Institute of Management Accountants (IMA), dan Financial Executives Institute (FEI), dalam laporannya memberikan

pengendalian internal sebagai berikut:

“Internal Control is broadly defined as a process, effected by an entity’s board of directors, managements, and other personnel, designed to provide reasonable assurance regarding the achievments of objectives in the following categories: effectiveness and efficiency of operations, reliability of financial reporting, and compliance with applicable laws and regulations.” (Internal Control-Integrated Framework, 1992:13; Cangeni et al, 2003 :65)

COSO mendefinisikan pengendalian internal sebagai proses yang diimplementasikan oleh dewan komisaris, pihak manajemen, dan mereka yang berada di bawah arahan keduanya, untuk memberikan jaminan yang wajar bahwa tujuan pengendalian dicapai dengan pertimbangan hal-hal berikut:

1. Efektivitas dan efisiensi operasional organisasi 2. Keandalan pelaporan keuangan

(9)

COSO ( 2013 ) juga mendefinisikan pengendalian internal sebagai berikut:

“Internal Control is a process, effected by an entity’s boards of directors, management, and other personnel, designed to provide reasonable assurance regarding the achievement of objectives relating to operating, reporting, and compliance.”

Berdasarkan COSO, pengendalian internal adalah proses karena hal tersebut menembus kegiatan operasional organisasi dan merupakan bagian integral dari kegiatan manajemen dasar. Pengendalian internal memberikan jaminan yang wajar, bukan yang absolut, karena kemungkinan kesalahan manusia, kolusi, dan penolakan manajemen atas pengendalian, membuat proses ini menjadi tidak sempurna.

COSO (2013:4) mengungkapkan lima komponen model pengendalian internal yang saling berhubungan yaitu: (1) Control Environment; (2) Risk

Assessment; (3) Control Activities; (4) Information and Communication; dan (5) Monitoring Activities.

1. Control Environment (Lingkungan Pengendalian)

Lingkungan pengendalian merupakan komponen yang terpenting karena membentuk budaya dan perilaku manusia menjadi lebih sadar akan pentingnya pengendalian. Unsur utama setiap organisasi adalah manusianya, atribut individual mereka termasuk integritas, nilai-nilai etika dan kompetensi, dan lingkungan dimana mereka beroperasi. Unsur manusia adalah mesin yang menggerakan organisasi, dan menjadi dasar/landasan segala hal dalam organisasi. COSO menempatkan terdapatnya budaya kesadaran akan pengendalian sebagai komponen pengendalian yang pertama. Kesadaran akan pengendalian dapat dibentuk

(10)

dari terdapatnya beberapa unsur seperti: (1) Ditegakkannya integritas dan nilai etika; (2) Komitmen manajemen terhadap kompetensi; (3) Pembagian kewenangan tugas dan tanggung jawab; (4) Kebijakan dan praktek manajemen Sumber Daya Manusia (SDM); (5) Philosophy dan gaya kepemimpinan; (6) Aktivitas dewan komisaris/direksi dan komite audit; dan (7) Terdapatnya struktur organisasi.

2. Risk Assessment (Penilaian Risiko)

Organisasi harus waspada dan berhubungan dengan risiko yang dihadapinya, terintegrasi dengan penjualan, produksi, pemasaran, keuangan, dan kegiatan lainnya sehingga organisasi beroperasi secara harmonis. Organisasi juga harus menetapkan mekanisme untuk mengidentifikasi, menganalis, dan mengelola risiko terkait. Dalam organisasi, penilaian risiko terutama terkait dengan kemampuan mengidentifikasi serta mengukur besaran risiko dalam pencapaian tujuan organisasi. Kemampuan setiap anggota organisasi untuk menilai risiko, akan tinggi dalam lingkungan pengendalian yang baik, dan terjadi sebaiknya. Dalam lingkungan pengendalian yang buruk, kemampuan anggota organisasi untuk menilai risiko akan sangat rendah. Penilaian risiko dalam organisasi dilakukan dengan cara mereview: (1). Tujuan keseluruhan organisasi; (2). Tujuan pada tingkat proses; (3). Identifikasi dan analisa ketidakpastian; dan (4). Pengelolaan perubahan.

(11)

3. Control Activity (Aktivitas Pengendalian)

Kebijakan dan prosedur pengendalian harus ditetapkan dan dilaksanakan untuk menjamin bahwa tindakan yang telah diidentifkasikan manajemen diperlukan untuk mengelola risiko dalam rangka pencapaian tujuan perusahaan secara efektif. Aktivitas pengendalian terkait dengan kemampuan memilih jenis pengendalian yang tepat dari berbagai jenis pengendalian. Kemampuan ini secara langsung dipengaruhi oleh ketepatan dalam mengidentifikasi dan menilai besaran risiko. Organisasi berpeluang untuk menggunakan berbagai jenis pengendalian seperti: (1) Kebijakan dan prosedur; (2) Pengamanan aplikasi dan jaringan; (3) Pengelolaan perubahan aplikasi; (4) Kesinambungan kegiatan (back up); dan (5) Alih sumber daya (outsourching).

4. Information and Communication (Sistem Informasi dan Komunikasi) Seluruh kegiatan yang melingkupi organisasi, adalah sistem informasi dan komunikasi. Hal ini memampukan orang-orang dalam organisasi untuk memperoleh dan bertukar informasi yang diperlukan untuk menjalankan kegiatan, mengelola dan mengendalikan operasinya. Keempat komponen pengendalian di atas, akan mudah direalisasikan jika terdapat sistem informasi dan komunikasi yang baik dan andal dalam organisasi. Sistem informasi dan komunikasi tersebut baik dan andal jika setiap anggota organisasi mendapat pesan yang jelas tentang apa yang harus dilakukan, agar keseluruhan tujuan perorangan, seksi bagian dan keseluruhan organisasi dapat dicapai. Dua variabel penting dalam pengukuran

(12)

kecukupan sistem informasi dan komunikasi adalah derajat mutu informasi yang dihasilkan dan efektifitas komunikasinya.

5. Monitoring Activities (Pengawasan)

Keseluruhan proses harus dipantau, dan dibuat modifikasi yang diperlukan. Dengan demikian, sistem pengendalian internal adalah dinamis, berubah sesuai tuntutan kondisi. Pemantauan adalah usaha berkelanjutan untuk meyakinkan bahwa setiap gerak organisasi secara sinergis sedang mengarah kepada usaha pencapaian tujuan. Hal ini dilakukan dengan menilai kembali kekuatan lingkungan pengendalian, usaha-usaha penilaian risiko dan pemilihan aktivitas pengendalian. Pemantauan bisa dilakukan oleh manajemen operasi sendiri (on-going

monitoring) atau dengan bantuan satuan pengawas internalnya (separate evaluation). Menjadi unsur penting dalam pemantauan adalah adanya

pelaporan terhadap penyimpangan dan kekurangan (deficiencies).

2.2.3 Sistem Pengendalian Intern Pemerintah 2.2.3.1 Sistem Pengendalian Intern

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah,

“SPI adalah Proses yang integral pada tindakan dan kegiatan yang dilakukan secara terus-menerus oleh pimpinan dan seluruh pegawai untuk memberikan keyakinan memadaiatas tercapainya tujuan organisasi melalui kegiatan yang efektif dan efisien, keandalan pelaporan keuangan, pengamanan aset negara, dan ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan.” (PP 60/2008, Bab I Ps. 1 butir 1)

(13)

2.2.3.2 Pengertian Sistem Pengendalian Intern Pemerintah

Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP) adalah Sistem Pengendalian Intern (SPI) yang diselenggarakan secara menyeluruh di lingkungan pemerintah pusat dan pemerintah daerah. (PP 60/2008, Bab I Ps. 1 butir 2)

a. Tujuan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah

Tujuan SPIP menurut Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah Pasal 2 ayat (3), yaitu: Untuk memberikan keyakinan yang memadai bagi tercapainya:

1) Efektivitas dan efisiensi pencapaian tujuan penyelenggaraan pemerintahan negara

2) Keandalan laporan keuangan 3) Pengamanan aset negara

4) Ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan. b. Manfaat Sistem Pengendalian Intern Pemerintah

Manfaat SPIP menurut Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah, yaitu:

1) Mendeteksi terjadinya kesalahan (mismanagement) dan fraud dalam pelaksanaan aktivitas organisasi,

2) Membantu pengamanan asset terkait terjadinya kecurangan (fraud), pemborosan, dan salah penggunaan yang tidak sesuai tujuan.

(14)

c. Unsur Sistem Pengendalian Intern Pemerintah yang diadaptasi dalam PP Nomor 60 Tahun 2008 meliputi:

1) Lingkungan pengendalian, yakni pimpinan instansi pemerintah dan seluruh pegawai harus menciptakan dan memelihara lingkungan dalam keseluruhan organisasi yang menimbulkan perilaku positif dan mendukung terhadap pengendalian intern dan manajemen yang sehat, yang dapat dilakukan melalui:

a) Penegakan integritas dan nilai etika b) Komitmen terhadap kompetensi c) Kepemimpinan yang kondusif

d) Pembentukan struktur organisasi yang sesuai dengan kebutuhan e) Pendelegasian wewenang dan tanggung jawab yang tepat f) Penyusunan dan penerapan kebijakan yang sehat tentang

pembinaan sumber daya manusia

g) Perwujudan peran aparat pengawasan intern pemerintah yang efektif

h) Hubungan kerja yang baik dengan Instansi Pemerintah terkait 2) Penilaian Risiko, yakni pengendalian intern harus memberikan

penilaian atas risiko yang dihadapi unit organisasi baik dari luar maupun dari dalam, terdiri atas kegiatan:

a) Identifikasi risiko b) Analisis risiko

(15)

3) Kegiatan Pengendalian, yang membantu memastikan bahwa arahan pimpinan Instansi Pemerintah dilaksanakan. Kegiatan pengendalian harus efisien dan efektif dalam pencapaian tujuan organisasi, terdiri atas:

a) Reviu atas kinerja Instansi Pemerintah yang bersangkutan b) Pembinaan sumber daya manusia

c) Pengendalian atas pengelolaan sistem informasi d) Pengendalian fisik atas aset

e) Penetapan dan reviu atas indikator dan ukuran kinerja f) Pemisahan fungsi

g) Otorisasi atas transaksi dan kejadian yang penting

h) Pencatatan yang akurat dan tepat waktu atas transaksi dan kejadian

i) Pembatasan akses atas sumber daya dan pencatatannya j) Akuntabilitas terhadap sumber daya dan pencatatannya

k) Dokumentasi yang baik atas Sistem Pengendalian Intern serta transaksi dan kejadian penting

4) Informasi dan Komunikasi, yakni informasi harus dicatat dan dilaporkan kepada pimpinan instansi pemerintah dan pihak lain yang ditentukan. Informasi disajikan dalam suatu bentuk dan sarana tertentu serta tepat waktu, sehingga memungkinkan pimpinan instansi pemerintah melaksanakan pengendalian dan tanggungjawabnya.

(16)

5) Pemantauan Pengendalian Intern, yakni pemantauan harus dapat menilai kualitas kinerja dari waktu ke waktu dan memastikan bahwa rekomendasi hasil audit dan reviu lainnya dapat segera ditindaklanjuti.

d. Dasar Hukum Sistem Pengendalian Intern Pemerintah

1) Undang-Undang No. 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara.

2) Pasal 55 ayat (4): Menteri/Pimpinan lembaga selaku Pengguna Anggaran/Pengguna Barang memberikan pernyataan bahwa pengelolaan APBN telah diselenggarakan berdasarkan Sistem Pengendalian Intern yang memadai dan akuntansi keuangan telah diselenggarakan sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintah (SAP).

3) Pasal 58 ayat (1) dan (2) : Dalam rangka meningkatkan kinerja, transparansi dan akuntabilitas pengelolaan keuangan negara, Presiden selaku Kepala Pemerintah mengatur dan menyelenggarakan Sistem Pengendalian Intern di lingkungan pemerintah secara menyeluruh. SPI ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah.

(17)

2.3 Kualitas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah 2.3.1 Pengertian Kualitas

The definition of quality according to the Office Of government Commerce (2009:48) is degree to which a set of inherent characteristics fulfills requirements.

Standar Akuntansi Pemerintahan PP No. 71 Tahun 2010 menyatakan bahwa:

Karakteristik kualitatif laporan keuangan adalah ukuran-ukuran normatif yang perlu diwujudkan dalam informasi akuntansi sehingga dapat memenuhi tujuannya. Keempat karakteristik berikut ini merupakan prasyarat normatif yang diperlukan agar laporan keuangan pemerintah dapat memenuhi kualitas yang dikehendaki, yaitu: relevan, andal, dapat diperbandingkan, dan dapat dipahami.

Laporan keuangan yang berkualitas harus memenuhi unsur-unsur karakteristik kualitatif laporan keuangan sebagai berikut:

1. Relevan

Laporan keuangan bisa dikatakan relevan apabila informasi yang termuat di dalamnya dapat mempengaruhi keputusan pengguna dengan membantu mereka mengevaluasi peristiwa masa lalu atau masa kini, dengan memprediksi masa depan, serta menegaskan atau mengoreksi hasil evaluasi mereka dimasa lalu. Dengan demikian, informasi laporan keuangan yang relevan dapat dihubungkan dengan maksud penggunaannya. Informasi yang relevan:

a. Memiliki manfaat umpan balik (feedback value)

Informasi memungkinkan pengguna untuk menegaskan atau mengoreksi ekspektasi mereka dimasa lalu.

(18)

b. Memiliki manfaat prediktif (predictive value)

Informasi dapat membantu pengguna untuk memprediksi masa yang akan datang berdasarkan hasil masa lalu dan kejadian masa kini.

c. Tepat Waktu

Informasi disajikan tepat waktu sehingga dapat berpengaruh dan berguna dalam pengambilan keputusan.

d. Lengkap

Informasi akuntansi keuangan pemerintah disajikan selengkap mungkin, mencakup semua informasi akuntansi yang dapat mempengaruhi pengambilan keputusan dengan memperhatikan kendala yang ada. Informasi yang melatarbelakangi setiap butir informasi utama yang termuat dalam laporan keuangan diungkapkan dengan jelas agar kekeliruan dalam penggunaan informasi tersebut dapat dicegah.

2. Andal

Informasi dalam laporan keuangan bebas dari pengertian yang menyesatkan dan kesalahan material, menyajikan setiap fakta secara jujur, serta dapat diverifikasi. Informasi mungkin relevan, tetapi jika hakikat atau penyajiannya tidak dapat diandalkan maka penggunaan informasi tersebut secara potensial dapat menyesatkan. Informasi yang andal memenuhi karakteristik:

(19)

a. Penyajian Jujur

Informasi menggambarkan dengan jujur transaksi serta peristiwa lainnya yang seharusnya disajikan atau yang secara wajar dapat diharapkan untuk disajikan.

b. Dapat Diverifikasi (verifiability)

Informasi yang disajikan dalam laporan keuangan dapat diuji, dan apabila pengujian dilakukan lebih dari sekali oleh pihak yang berbeda, hasilnya tetap menunjukkan simpulan yang tidak berbeda jauh.

c. Netralitas

Informasi diarahkan pada kebutuhan umum dan tidak berpihak pada kebutuhan pihak tertentu.

3. Dapat Dibandingkan

Informasi yang termuat dalam laporan keuangan akan lebih berguna jika dapat dibandingkan dengan laporan keuangan periode sebelumnya atau laporan keuangan entitas pelaporan lain pada umumnya. Perbandingan dapat dilakukan bila suatu entitas menerapkan kebijakan akuntansi yang sama dari tahun ke tahun. Perbandingan secara eksternal dapat dilakukan bila entitas yang diperbandingkan menerapkan kebijakan akuntansi yang sama. Apabila entitas pemerintah menerapkan kebijakan akuntansi yang lebih baik dari pada kebijakan akuntansi yang sekarang diterapkan, perubahan tersebut diungkapkan pada periode terjadinya perubahan.

(20)

4. Dapat Dipahami

Informasi yang disajikan dalam laporan keuangan dapat dipahami oleh pengguna dan dinyatakan dalam bentuk serta istilah yang disesuaikan dengan batas pemahaman para pengguna. Pengguna diasumsikan memiliki pengetahuan yang memadai atas kegiatan dan lingkungan operasi entitas pelaporan, serta adanya kemauan pengguna untuk mempelajari informasi yang dimaksud.

2.3.2 Pengertian Laporan Keuangan

Bastian (2010:297) memaparkan pengertian laporan keuangan sektor publik merupakan representasi posisi keuangan dari transaksi-transaksi yang dilakukan oleh suatu entitas Sektor Publik.

Kieso, Weygandt and Warfield (2011:4) mendefinisikan laporan keuangan; Financial statement are the principal means through which company

communicates its financial information to those outside it. The statement provide a companies history qualified in money terms.

Pengertian laporan keuangan menurut Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 merupakan laporan yang terstruktur mengenai posisi keuangan dan transaksi-transaksi yang dilakukan oleh suatu entitas pelaporan. Entitas pelaporan adalah unit pemerintahan yang terdiri dari satu atau lebih entitas akuntansi yang menurut ketentuan peraturan perundang-undangan wajib menyampaikan laporan pertanggungjawaban, berupa laporan keuangan bertujuan umum, yang terdiri dari:

a. Pemerintah pusat; b. Pemerintah daerah;

(21)

c. Masing-masing kementrian negara atau lembaga di lingkungan pemerintah pusat;

d. Suatu organisasi di lingkungan pemerintah pusat/daerah atau organisasi lainnya jika menurut peraturan perundang-undangan satuan organisasi dimaksud wajib menyajikan laporan keuangan.

Mardiasmo (2009:159) mengatakan bahwa akuntansi dan laporan keuangan mengandung pengertian sebagai suatu proses pengumpulan, pengolahan dan pengkomunikasian yang bermanfaat untuk pembuatan keputusan dan untuk menilai kinerja organisasi.

2.3.3 Jenis dan Komponen Laporan Keuangan menurut Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010

Peraturan Pemerintah Nomor 71 tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan merupakan pedoman dalam menyusun laporan keuangan yang digunakan sampai saat ini. Basis akuntansi yang digunakan dalam SAP ini adalah basis akrual penuh (full accrual). Jenis dan Komponen laporan keuangan dalam SAP (Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010) adalah:

1. Laporan Realisasi Anggaran (LRA)

Laporan Realisasi Anggaran mengungkapkan kegiatan keuangan pemerintah pusat/daerah yang menunjukan ketaatan terhadap APBN/APBD. Laporan Realisasi Anggaran menyajikan ikhtisar sumber, alokasi dan pengunaan sumber daya ekonomi yang dikelola oleh pemerintah. Laporan Realisasi Anggaran menyajikan sekurang-kurangnya unsur-unsur sebagai berikut: a. pendapatan LRA;

(22)

b. belanja; c. transfer,

d. surplus/defisit-LRA; e. pembiayaan;

f. sisa lebih/kurang pembiayaan anggaran.

Laporan Realisasi Anggaran menggambarkan perbandingan antara anggaran dengan realisasinya dalam satu periode pelaporan.

2. Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih

Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih menyajikan secara komparatif dengan periode sebelumnya mengenai pos-pos berikut:

a. saldo anggaran lebih awal;

b. penggunaan saldo anggaran lebih;

c. sisa lebih/kurang pembiayaan anggaran tahun berjalan; d. koreksi kesalahan pembukuan tahun sebelumnya; e. lain-lain;

f. saldo anggaran lebih akhir. 3. Neraca

Neraca menggambarkan posisi keuangan suatu entitas pelaporan mengenai aset, kewajiban, dan ekuitas pada tanggal tertentu. Neraca menyajikan secara komparatif dengan periode sebelumnya pos-pos berikut:

a) kas dan setara kas b) investasi jangka pendek c) piutang pajak dan bukan pajak

(23)

d) persediaan;

e) investasi jangka panjang f) aset tetap

g) kewajiban jangka pendek h) kewajiban jangka panjang i) ekuitas.

4. Laporan Arus Kas

Laporan Arus Kas menyajikan informasi mengenai sumber penggunaan, perubahan kas dan setara kas selama satu periode akuntansi, dan saldo kas dan setara kas pada tanggal pelaporan. Arus masuk dan keluar kas diklasifikasikan berdasarkan aktivitas operasi, investasi, pendanaan, dan transotoris. Penyajian Laporan Arus Kas dan pengungkapan yang berhubungan dengan arus kas diatur dalam Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintah Nomor 03 tentang Lapoan Arus Kas.

5. Laporan Opersional

Laporan finansial mencakup laporan operasional yang menyajikan pos-pos sebagai berikut:

a. Pendapatan-LO dari kegiatan operasinal; b. Beban dari kegiatan operasional;

c. Surplus/defisit dari Kegiatan Non Operasional, bila ada; d. Pos luar biasa, bila ada;

(24)

6. Laporan Perubahan Ekuitas

Laporan Perubahan Ekuitas menyajikan sekurang-kurangnya pos-pos: a. Ekuitas awal

b. Surplus/defisit-LO pada periode bersangkutan;

c. Koreksi-koreksi yang langsung menambah/mengurang ekuitas, yang antara lain berasal dari dampak kumulatif yang disebabkan oleh perubahan kebijakan akuntansi dan koreksi kesalahan mendasar, misalnya:

(i) koreksi kesalahan mendasar dari persediaan yang terjadi pada periode-periode sebelumnya;

(ii) perubahan nilai aset tetap karena revaluasi aset tetap. 7. Catatan Atas Laporan Keuangan

Agar dapat digunakan oleh penguna dalam memahami dan membandingkan dengan laporan keuangan enitas lainnya, Catatan atas Laporan Keuangan mengungkapkan hal-hal sebagai berikut:

a. Informasi Umum tentang Entitas Pelaporan dan Entitas Akuntansi; b. Informasi tentang kebijakan fiskal/keuangan dan ekonomi makro;

c. Ikhtisar pencapaian target keuangan selama tahun pelaporan berikut kendala dan hambatan yang dihadapi dalam pencapatan target;

d. Informasi tentang dasar penyusunan laporan keuangan dan kebijakan-kebijakan akuntansi yang dipilih untuk diterapkan atas transaksi-transaksi dan kejadian-kejadian penting lainnya;

e. Rincian dan penjelasan masing-masing pos yang disajikan pada lembar muka laporan keuangan;

(25)

f. Informasi yang diharuskan oleh Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintah yang belum disajikan dalam lembar muka laporan keuangan;

g. Informasi lainnya yang diperlukan untuk penyajian yang wajar, yang tidak disajikan dalam lembar muka laporan keuangan.

Catatan atas Laporan Keuangan disajikan secara sistematis. Setiap pos dalam Laporan Realisasi Anggaran, Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih, Neraca, Laporan Operasional, Laporan Arus Kas, dan Laporan Perubahan Ekuitas harus mempunyai referensi silang dengan informasi terkait dalam Catatan atas Laporan Keuangan

2.3.4 Tujuan Laporan Keuangan Daerah

Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan tujuan umum laporan keuangan adalah:

“Menyajikan informasi mengenai posisi keuangan, realisasi anggaran, arus kas, dan kinerja keuangan suatu entitas pelaporan yang bermanfaat bagi para pengguna dalam membuat dan mengevaluasi keputusan mengenai alokasi sumber daya.”

Menurut Mardiasmo (2009:161) secara umum, tujuan dan fungsi laporan keuangan sektor publik adalah:

1. Kepatuhan dan Pengelolaan (compliance and stewardship):

Laporan keuangan digunakan untuk memberikan jaminan kepada pengguna laporan keuangan dan pihak otoritas penguasa bahwa pengelolaan sumber daya telah dilakukan sesuai dengan ketentuan hukum dan peraturan lain yang telah ditetapkan.

2. Akuntabilitas dan Pelaporan Retrospektif (accountability and

(26)

Laporan keuangan digunakan sebagai bentuk pertanggungjawaban kepada publik. Laporan keuangan digunakan untuk memonitor kinerja dan mengevaluasi manajemen, memberikan dasar untuk mengamati

trend antar kurun waktu pencapaian atas tujuan yang telah ditetapkan,

dan membandingkannya dengan kinerja organisasi lain yang sejenis jika ada. Laporan keuangan juga memungkinkan pihak luar untuk memperoleh informasi biaya atas barang dan jasa yang diterima, serta memungkinkan bagi mereka untuk menilai efisiensi dan efektivitas pengguna sumber daya organisasi.

3. Perencanaan dan Informasi Otorisasi (planning and authorization

information):

Laporan keuangan berfungsi untuk memberikan dasar perencanaan kebijakan dan aktivitas di masa yang akan datang. Laporan keuangan berfungsi untuk memberikan informasi pendukung mengenai otorisasi penggunaan dana.

4. Kelangsungan organisasi (viability):

Laporan keuangan berfungsi untuk membantu pembaca dalam menentukan apakah suatu organisasi atau unit kerja dapat meneruskan menyediakan barang dan jasa (pelayanan) di masa yang akan datang. 5. Hubungan masyarakat (public relation):

Laporan keuangan berfungsi untuk memberikan kesempatan kepada organisasi untuk mengemukakan pernyataan atas prestasi yang telah dicapai kepada pemakai yang dipengaruhi karyawan dan masyarakat.

(27)

Laporan keuangan berfungsi sebagai alat komunikasi dengan publik dan pihak-pihak lain yang berkepentingan.

6. Sumber fakta dan gambaran (source of facts and figures):

Laporan keuangan bertujuan untuk memberikan informasi kepada berbagai kelompok kepentingan yang ingin mengetahui organisasi secara lebih dalam.

2.4 Reviu Peneliti Terdahulu

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu

No Nama

Peneliti Judul Hasil Penelitian Persamaan Perbedaan 1 Wenda Pregiwa Khumaira/ 2013/ Pengaruh Kompetensi Sumber Daya Manusia dan Sistem Pengendalian Internal Terhadap Kualitas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah Secara parsial Kompetensi Sumber Daya Manusia berpengaruh positif tehadap Kualitas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah dan Sistem Pengendalian Internal berpengaruh positif terhadap Kualitas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah - Variabel X1, X2, Y hanya saja variabel X1 menggun akan istilah berbeda tetapi memiliki arti yang sama - Data primer - Skala ordinal - Tahun penelitian berbeda - Sampel dilakukan di tempat yang berbeda - metode penelitian berbeda 2 Ruri Windiastuti/ 2013/ Pengaruh Sumber Daya Manusia Bidang Akuntansi Dan Sistem Pengendalian Internal Secara parsial Sumber Daya Manusia berpengaruh positif terhadap Kualitas Laporan Keuangan - Varibel , Y. Hanya saja varibel menggun - Tahun penelitian berbeda - Sampel dilakukan di tempat yang

(28)

Terhadap Kualitas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah Pemerintah Daerah dan Sistem Pengendalian Internal berpengaruh positif terhadap Kualitas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah. akan istilah yang berbeda tetapi memiliki arti yang sama - Skala ordinal berbeda - Metode penelitian berbeda 3 Reza Ali Akbar/2014 Faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah. Tidak terdapat pengaruh signifikan pengendalian internal terhadap kualitas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah, terdapat pengaruh signifikan Sumber Daya Manusia terhadap kualitas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah - Varibel Y sama, dan terdapat 2 varibel x yg sama dari 4 varibel - Data primer - Skala ordinal - Tahun penelitian berbeda - Sampel dilakukan di tempat yang berbeda 2.5 Kerangka Pemikiriran

2.5.1 Pengaruh Kompetensi Aparatur Pemerintah Daerah Terhadap Kualitas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah

Kepala Bidang Akuntabilitas Pemerintah Daerah Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan Jawa Tengah, mengatakan ada tiga hal yang menyebabkan pemerintah daerah buruk dalam membuat laporan keuangan. Pertama, sumber daya manusia yang ada tidak berlatar belakang pendidikan akuntansi. Kedua, penerapan sistem keuangan yang kurang bagus. Ketiga, adanya perubahan sistem anggaran dari anggaran berimbang dinamis menjadi anggaran berbasis kinerja. (Wahyudi, 2009). Berdasarkan hal tersebut, dapat diartikan

(29)

bahwa sumber daya manusia pemerintah daerah harus memiliki kompetensi dalam pendidikan bidang akuntansi untuk membuat laporan keuangan agar berkualitas.

Pengelolaan dan pertanggungajawaban pemerintah salah satunya dituangkan dalam Laporan Keuangan Pemerintah. Dalam pengelolaan keuangan daerah yang baik, Pemerintah harus memiliki sumber daya manusia yang kompeten, yang didukung dengan latar belakang akuntansi, sering mengikuti pendidikan dan pelatihan, dan mempunyai pengalaman bidang keuangan (Warisno, 2008).

Peneliti sebelumnya, Amran (2009:2397-2413) dalam Jurnal Ichsan Gorontalo menyatakan bahwa sumber daya manusia adalah salah satu faktor yang menentukan keberhasilan suatu instansi, dengan adanya sumber daya yang berkompeten tentu akan mempengaruhi terhadap kualitas laporan keuangan yang dihasilkan.

2.5.2 Pengaruh Sistem Pengendalian Intern Pemerintah terhadap Kualitas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah

Dalam konteks penyelenggaraan pemerintahan, melalui Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 pemerintah menetapkan adanya suatu sistem pengendalian intern yang harus dilaksanakan, baik pada tingkat pemerintah pusat maupun daerah. Sistem pengendalian intern dimaksud adalah suatu proses yang integral pada tindakan dan kegiatan yang dilakukan secara terus menerus oleh pimpinan dan seluruh pegawai untuk memberikan keyakinan memadai atas tercapainya tujuan organisasi melalui kegiatan yang efektif dan efisien, keandalan pelaporan keuangan, pengamanan aset negara, dan ketaatan terhadap peraturan

(30)

perundang-undangan. Sistem pengendalian intern tersebut berguna untuk mengendalikan kegiatan pemerintahan dalam rangka mencapai pengelolaan keuangan negara yang efektif, efisien, transparan, dan akuntabel.

Arens et. al. (2006) yang dialih bahasakan oleh Herman Wibowo memaparkan tiga tujuan umum manajemen dalam merancang sistem pengendalian internal yang efektif, yaitu: (1) Reliabilitas pelaporan keuangan, (2) Efisiensi dan efektifitas Operasi, dan (3) Ketaatan pada Hukum dan Peraturan. Reliabilitas pelaporan keuangan merupakan salah satu karakteristik dari Laporan Keuangan menurut PP 71 Tahun 2010, diartikan bahwa sistem pengendalian intern yang efektif dapat berpengaruh terhadap keandalan pelaporan keuangan.

Salah satu tujuan dari Sistem Pengendalian Intern menurut PP Nomor 60 Tahun 2008 yaitu untuk memberikan keyakinan yang memadai dalam mencapai tujuan organisasi melalui keandalan pelaporan keuangan. Kelemahan Sistem Pengendalian Intern berpengaruh pada kewajaran penyajian laporan keuangan. Pemberian opini pada laporan keuangan oleh BPK diantaranya dinilai dari evaluasi dan efektivitas Sistem Pengendalian Intern. Sistem Pengendalian Intern dinyatakan memadai apabila unsur-unusr di dalamnya menyajiakan suatu pengendalian yang saling terkait dan dapat meyakinkan pengguna bahwa laporan keuangan bebas dari salah saji material.

Pemberlakuan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP) tersebut didasari kebutuhan akan adanya suatu sistem yang dapat memberi keyakinan memadai bahwa penyelenggaraan kegiatan pada suatu instansi pemerintah dapat mencapai tujuannya secara efisien dan efektif, melaporkan pengelolaan keuangan

(31)

negara secara andal, mengamankan aset negara, dan mendorong ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan.

Sesuai Standar Pemeriksaan Keuangan Negara (SKPN), dalam pemeriksaan atas Laporan Keuangan Pemerintah, BPK mempertimbangkan sistem pengendalian intern untuk menentukan prosedur pemeriksaan dengan tujuan untuk menyatakan pendapat atas laporan keuangan dan tidak ditujukan untuk memberikan keyakinan atas sistem pengendalian intern. Dengan demikian pengendalian intern yang memadai akan menciptakan tercapainya kualitas laporan keuangan yang lebih baik.

2.5.3 Pengaruh Kompetensi Aparatur Pemerintah Daerah dan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah terhadap Kualitas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah.

Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah telah diberlakukan, maka peran aparatur pemerintah khususnya yang ada di daerah akan lebih menentukan sebagai pelaksana kegiatan pemerintahan dan pembangunan, sebagaimana dijabarkan dalam pasal 211 “Pegawai aparatur sipil negara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 208 ayat (2) (sekretariat daerah, sekretariat DPRD, inspektorat, dinas, badan) yang menduduki jabatan kepala Perangkat Daerah, harus memenuhi persyaratan kompetensi teknis; manajerial; dan sosial kultural”. Untuk mendukung peran aparatur pemerintah dalam melaksanakan tugas-tugas pemerintahan, pemerintah mengatur dan menyelenggarakan Sistem Pengendalian Intern (Peraturan Pemerintah No. 60 tahun 2008) di lingkungan pemerintah secara menyeluruh. Oleh karena itu suatu

(32)

sistem akan terwujud jika aparatur pemerintah daerah memiliki kualitas dan kompetensi yang memadai juga memiliki sikap profesionalisme yang tinggi agar mampu melaksanakan tugas-tugas pemerintahan dan pembangunan yang bermuara pada pemberian pelayanan prima kepada masyarakat, salah satunya dalam menyajikan laporan keuangan yang berkualitas.

Berdasarkan uraian diatas dapat diartikan bahwa dalam menyajikan laporan keuangan yang berkualitas pemerintah harus memiliki Aparatur Pemerintah yang berkompeten dan berpedoman pada Sistem Pengendalian Intern Pemerintah.

Gambar 2.1

Model Kerangka Pemikiran

Pengaruh Kompetensi Aparatur Pemerintah Daerah dan Penerapan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah Terhadap Kualitas Laporan Keuangan

Pemerintah Daerah Kota Bandung Kompetensi Aparatur

Pemerintah Daerah

Sistem Pengendalian Intern Pemerintah

Kualitas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah H1

H3

(33)

2.6 Hipotesis

Berdasarkan latar belakang dan kerangka pemikiran yang dijelaskan, maka penulis mengemukakan hipotesis sebagai berikut:

Secara Parsial:

H1 : Kompetensi Aparatur Pemerintah Daerah berpengaruh terhadap Kualitas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah.

H2 : Sistem Pengendalian Intern Pemerintah berpengaruh terhadap Kualitas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah.

Secara Simultan:

H3 : Kompetensi Aparatur Pemerintah Daerah dan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah berpengaruh terhadap Kualitas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah.

Gambar

Tabel 2.1  Penelitian Terdahulu

Referensi

Dokumen terkait

“Enggak lagian saya juga nggak anu ya biasa pokoknya nanti kalo ada misalkan kita ada kepentingan apa gitu nanti anu minta tetangga” (S140614. Akhir-akhir ini subyek

Program kesehatan dan keselamatan kerja yang peneliti lakukan di perusahaan PT XYZ meliputi: pelatihan keselamatan terhadap karyawan dalam melakukan pekerjaan di

Secara spektroskopi pun (Gambar 7) dapat dilihat bahwa tidak ada puncak diantara panjang gelombang 400 - 500 nm pada pestisida berbahan aktif sipermetrin, sedangkan

Oleh karenanya dibutuhkan perencanaan yang kolaboratif dari seluruh unsure rumah sakit untuk menyusun kebutuhan ketenagaan secara makro agar rumah sakit dapat memberikan

Kita akan memulai dengan mencoba menjelaskan bagian dasar dari program Hello.java yang telah diperkenalkan pada bab sebelumnya.Kita juga akan mendiskusikan beberapa pedoman

$alam model pembelajaran keterhubungan guru perlu memiliki keterampilan untuk memilih topik materi yang "enderung sama atau o"er laping    dalam satu mata%

Akan tetapi, Penelitian ini menunjukkan hasil bahwa pengetahuan osteoporosis yang dimiliki oleh pegawai administrasi perempuan Universitas Indonesia masih rendah meskipun

Lembar data keselamatan bahan untuk produk-produk di dalam katalog, juga tersedia di www.merck-. chemicals.com Halaman 7