• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS GAYA BAHASA MANTRA MASYARAKAT MELAYU PULAU PENAAH KECAMATAN SENAYANG KABUPATEN LINGGA ARTIKEL E-JOURNAL

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ANALISIS GAYA BAHASA MANTRA MASYARAKAT MELAYU PULAU PENAAH KECAMATAN SENAYANG KABUPATEN LINGGA ARTIKEL E-JOURNAL"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS GAYA BAHASA MANTRA

MASYARAKAT MELAYU PULAU PENAAH KECAMATAN SENAYANG KABUPATEN LINGGA

ARTIKEL E-JOURNAL

oleh WINDA NIM 110388201137

JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI TANJUNGPINANG

(2)
(3)
(4)

ABSTRAK

Winda. 2016. Analisis gaya bahasa mantra masyarakat Melayu Pulau Penaah

Kecamatan Senayang Kabupaten Lingga. Skripsi. Tanjungpinang: Program Studi

Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Maritim Raja Ali Haji.

Dosen Pembimbing I : Drs. Suhardi, M.Pd. II : Indah Pujiastuti, M.Pd.

Kata Kunci : Gaya Bahasa, mantra

Mantra adalah salah satu jenis puisi lama Melayu yang diyakini mengandung kekuatan gaib dan kesaktian.Mantra merupakan hasil karya masyarakat yang sudah ada sejak zaman dahulu yang dijadikan tradisi masyarakat. Mantra ini memiliki keunikan tersendiri, dimana salah satu keunikannya adalah bahasa yang digunakan tidak umum dan bukan bahasa sehari-hari. Dalam mantra ini banyak terdapat gaya bahasa yang ingin dikaji. Peneliti tertarik mengkaji gaya bahasa yang terdapat pada mantra masyarakat melayu Pulau Penaah Kecamatan Senayang Kabupaten Lingga. Tujuan Penelitian ini yaitu untuk mendeskripsikan gaya bahasa apa saja yang terdapat pada mantra masyarakat melayu Pulau Penaah Kecamatan Senayang Kabupaten Lingga.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif. Teknik pengumpulan data menggunakan teknik rekaman, wawancara, catatan lapangan. Teknik analisis data yang digunakan ialah menstranskripsikan data, mengelompokan data, mendeskripsikan dan menganalisis data, dan terakhir menyimpulkan hasil analisis.

Berdasarkan hasil penelitian gaya bahasa mantra masyarakat melayu Pulau Penaah

Kecamatan Senayang Kabupaten Lingga dapat disimpulkan bahwa terdapat 24 gaya

(5)

Kabupaten Lingga. Gaya bahasa tersebut yaitu bahasa mulia dan bertenaga, gaya bahasa klimaks, gaya bahasa antitesis, gaya bahasa paralelisme, gaya bahasa repetisi epizeuksis, gaya bahasa repetisi anafora, gaya bahasa repetisi epistrofa, gaya bahasa repetisi simploke (symploche), gaya bahasa mesodiplosis, gaya bahasa retoris aliterasi, gaya bahasa retoris asonansi, gaya bahasa retoris apofasis atau preteriso, gaya bahasa retoris histeron proteron, gaya bahasa retoris koreksio atau epanortosis, gaya bahasa retoris apostrof, gaya bahasa retoris Polisindeton, gaya bahasa hiperbola, gaya bahasa paradoks, gaya bahasa kiasmus, gaya bahasa kiasan, gaya bahasa metafora, gaya bahasa alegori, gaya bahasa eponim, gaya bahasa personifikasi atau Prosopopoeia.

1. Pendahuluan

Sastra lisan Indonesia adalah bagian yang tidak terpisahkan dari khasanah kebudayaan nasional, karena bahasa dan kebudayaan daerah merupakan penunjang dalam pengembangan bahasa dan kebudayaan nasional, Provonsi kepulauan Riau contohnya memiliki budaya dan tradisi melayu turun-temurun, keberadaan pantun yang melekat pada kehidupan masyarakat dan adanya gurindam dua belas karya Raja Ali Haji menjadi bukti bahwa adanya warisan budaya yang dilestarikan. Selanjutnya, dari berbagai warisan yang ada di Kepulauan Riau, mantra juga berkembang dalam masyarakat Kepulauan Riau khususnya masyarakat melayu Pulau Penaah Kecamatan Senayang Kabupaten Lingga. Keberadaan mantra tidak dapat dipisahkan dari kehidupan tradisional masyarakat melayu Pulau Penaah, pendapat ini ditegaskan oleh Waluyo (1987:5) menyatakan bahawa mantra terdapat didalam kesusastraan daerah seluruh Indonesia yang berhubungan dengan sikap religius manusia.

Gaya bahasa atau style menjadi disiplin ilmu penting untuk melihat seperti apakah gaya bahasa mantra, tepat dan sesuaikah pada tempatnya, baik itu dari sisi gaya bahasa dalam pemakaian kata, dan lain sebagainya untuk menghadapi situasi tertentu. Oleh sebab itu, persoalan gaya bahasa menjadi alasan kuat untuk menguji sejauh mana gaya bahasa mantra itu cocok atau tidak dilantunkan atau dibacakan.

(6)

Seperti dijelaskan oleh Keraf (2009:113) gaya bahasa dapat sebagai cara untuk mengungkapkan pikiran melalui bahasa yang khas memperlihatkan jiwa dan kepribadian penulis (pemakai bahasa). Gaya bahasa menurut Keraf (2009:115) terbagi menjadi dua yaitu: 1) dilihat dari segi nonbahasa meliputi: gaya berdasarkan pengarang, gaya berdasarkan masa, gaya berdasarkan medium, gaya bahasa berdasarkan subjek, gaya berdasarkan tempat, gaya berdasarkan hadirin, dan gaya berdasarkan tujuan. 2) dilihat dari segi bahasa meliputi: gaya bahasa berdasarkan pilihan kata, gaya bahasa berdasarkan nada yang terkandung dalam wacana, gaya bahasa berdasarkan struktur kalimat, dan gaya bahasa berdasarkan langsung tidaknya makna. Berdasarkan dua segi gaya yang dikemukakan oleh Keraf, jelas di dalam mantra pasti memiliki gaya bahasa. Seperti gaya bahasa berdasarkan struktur kalimat, diantara bagiannya terdapat pada gaya bahasa repetisi, yaitu perulangan bunyi, suku kata, kata atau bagian penting untuk memberi tekanan dalam sebuah kalimat yang sesuai dengan konteksnya.

Mantra Pulau Penaah menarik untuk dijadikan penelitian, karena gaya bahasa yang digunakan oleh dukun, bomoh, atau orang tua pasti bermacam-macamsaat membacakan mantra itu. Selain itu, sampai saat ini mantra masih digunakan di gunakan dimasyarakat Melayu Pulau Penaah dalam mengobati berbagai penyakit dan lainnya.

2. Metode Penelitian

Metode penelitian menurut Sugiyono (2009:2) pada dasaranya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Oleh karena itu cara ilmiah untuk mendapatkan data dalam penelitian ini peneliti menggunakan metode deskriptif kualitatif yang diartikan sebagai prosedur pemecahan masalah dengan menggambarkan atau melukiskan berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau sebagai mana adanya.

Peneliti ini dilakukan di Pulau Penaah Kecamatan Senayang Kabupaten Lingga yang dimulai Februari hingga Juli 2016, yaitu 5 bulan. Kegiatan penelitian

(7)

terhitung mulai dari pengajuan judul, bimbingan proposal, penyiapan proposal, pelaksanaan seminar proposal, penelitian ( penganbilan data hingga analisis data) dan revisi skripsi serta pendaftaran siding skripsi. Jadi, objek penelitian ini adalah mantra masyarakat Melayu Pulau Penaah Kecamatan Senayang Kabupaten Lingga

selanjutnya, untuk memperoleh mantra tersebut peneliti mendatangi kantor Kepala Desa Pulau Penaah, yang peneliti anggap amampu memberi informasi siapa yang berhak menjadi informan. Setelah itu penelitian langsung mendatangi informan tersebut sesuai dengan arahan dari Kepala Desa Pulau Penaah.

3. Hasil Penelitian dan Pembahasan

Berdasarka hasil penelitian yang dilaksanakan peneliti, peneliti mendapatkan 17 mantra (tuhuh belas ) mantra masyarakat melayu Pulau Penaah Kecamatan Senayang Kabupaten Lingga. Mantra yang peneliti peroleh tersebut terdiri dari beberapa macam mantra, yaitu: Mantra Tungkat Tua, Mantra Peninding, Mantra Bebedak, Mantra Berpengasih, Mantra Sawan, Mantra Perapuh, Mantra Turun Bekerja, Mantra Belangkah, Mantra Sakit Gigi, Mantra Kembung Perut, Mantra Tesengat Binatang, Mantra Berkat Sekampung, Mantra Bekal untuk Bermain, Mantra Penghalau Putting Beliung, Mantra Sariawan, Mantra Bentan, dan Mantra Urat Perut. Kemudian berdasarkan hasil penelitian, maka pembahasan disini hanya satu sampel saja dikarenakan satu sampel ini mampu untuk mewakili yang lainnya. Gaya bahasa yang terdapat pada mantra Masyarakat melayu Pulau Penaah Kecamatan Senayang Kabupaten Lingga diantaranya yaitu Gaya Bahasa Klimaks. Gaya bahasa klimaks adalah gaya bahasa yang mengandung urutan-urutan pikiran yang setiap kali semakin meningkat kepentingannya dari gagasan-gagasan sebelumnya. Keraf (2009:124) Hal itu dapat dilihat sebagai berikut: Keras otot keras betulang keras besi

keras sifat ujud baitullah ujud dari kekuasaan Allah berkat ku doa lailahaillah muhamaddarasulullah iman,imani, tetap rohku berdegum lekat badanku serta beleku tubuhku jangan bekerje jangan beri celake minta pulang bagai sedie kale berkat doa lailahaillah muhamaddarasulullah. (Mantra tungkat tua)

(8)

Kalimat di atas mengandung gaya bahasa klimaks karena kalimat tersebut mengandung urutan-urutan pikiran. sebab, jika tidak berurutan maka mantra tidak sempurna. Jadi disimpulkan kalimata tersebut pada mantra tungkat tua mengandung gaya bahasa klimaks.

4. Simpulan dan Rekomendasi

Simpulan yang dapat diuraikan berdasarkan hasil analisis yang peneliti lakukan bahwa dalam 17 mantra masyarakat melayu Pulau Penaah Kecamatan Senayang Kabupaten Lingga terdapat 24 jenis gaya bahasa yang dilihat dari segi bahasanya. Adapun gaya bahasa yang termasuk ialah gaya bahasa: Gaya bahasa mulia dan Bertenaga, Gaya bahasa klimaks, Gaya bahasa antithesis, Gaya bahasa paralelisme, Gaya bahasa repetisi epizeuksis, Gaya bahasa repetisi anafora, Gaya bahasa repetisi epistrofa, Gaya bahasa repetisi simploke (symploche), Gaya bahasa mesodiplosis, Gaya bahasa retoris aliterasi, Gaya bahasa retoris asonansi, Gaya bahasa retoris apofasis atau preteriso, Gaya bahasa retoris hysteron proteron, Gaya bahasa retoris koreksio atau epanortosis, Gaya bahasa retoris apostrof, Gaya bahasa retoris Polisindeton, Gaya bahasa hiperbola, Gaya bahasa paradoks, Gaya bahasa kiasmus, Gaya bahasa kiasan, Gaya bahasa metafora, Gaya bahasa alegori, Gaya bahasa eponim, Gaya bahasa personifikasi atau Prosopopoeia. Kemudian saran peneliti Saran peneliti kepada masyarakat melayu Pulau Penaah Kecamatan Senayang Kabupaten Lingga terutama putra dan putri agar berkemauan untuk menindaklanjuti penelitian ini agar lebih sempurna serta mampu mengembangkan penelitian ini tidak hanya pada segi gaya bahasa mantra masyarakat melayu Pulau Penaah Kecamatan Senayang Kabupaten Lingga, tetapi juga diteliti dari segi semiotik, dan struktur mantra di Kabupaten Lingga.

Saran selanjutnya kepada Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Maritim Raja Ali Haji agar mampu memberikan dukungan kepada peneliti-peneliti yang lain untuk melanjutkan penelitian ini, agar hasil penelitian ini tidak sebatas sampai pada penelitian semata, namun juga dapat dinikmati dan diketahui serta dipelajari oleh generasi selanjutnya.

(9)

Saran terakhir peneliti terhadap peneliti lain mudah-mudahan skripsi ini bisa menambah pengetahuan dan kesastraan khususnya gaya bahasa mantra.

DAFTAR PUSTAKA

Djamaris, Edwar. 2002. Pengantar Sastra Rakyat Minangkabau. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.

Endraswara, Suwardi. 2011. Metodologi Penelitian Sastra: Epistemologi, Model, Teori, dan Aplikasi. Yogyakarta: FBS Universitas Negeri Yogyakarta.

Keraf, Gorys. 2009.Diksi dan Gaya Bahasa: Jakarta. Gramedia Pustaka Utama.

Kosasih, 2012. Dasar-dasar Keterampilan Bersastra. Bandung. Y Rama Widya.

Kristantohadi, Didik. 2010. Peribahasa Lengkap & Kesusastraan Melayu Lama. Yogyakarta: Tabora Media.

Mahsun, 2007. Metode Penelitian Bahasa Tahapan Strategi Metode dan Tekniknya. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Maryaeni. 2005. Metode Penelitian Kebudayaan. Malang: Bumi Aksara.

Mulyaningsih. 2013. “Analisis Gaya Bahasa Novel Ketika Cinta Bertasbih I karya

Habidurrahman El Shirazy”. Skripsi. Tanjungpinang: Program Pendidikan Bahasa

dan Sastra Indonesia UMRAH (tidak diterbitkan)

Pateda, Mansoer. 2010. Semantik Leksikal. Jakarta: Rineka Cipta

Pradopo, Rachmat Djoko. 2009. Pengkajian Puisi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Purwara. 2012. “Analisis Gaya Bahasa Kumpulan Cerita Rakyat Kepulauan Riau karya

Tusiran”. Skripsi. Tanjungpinang: Program Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

(10)

Simanjuntak, Agustina Milawati Br. 2012. “Analisis Gaya Bahasa Novel Anak-Anak

Langit Karya Zhaenal Fanani”. Skripsi. Tanjungpinang: Program Pendidikan Bahasa

dan Sastra Indonesia UMRAH (tidak diterbitkan)

Sugiarto, Eko. 2015. Pengenal Sastra Lama. Yogyakarta: C.V. Andi Offset.

Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: CV. Alfabeta.

Sugono, Dendy, dkk. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Tarigan, Henry Guntur. 2009. Pengajaran Gaya Bahasa. Bandung: Angkasa Bandung.

Ws, Hasanuddin. 2004. Ensiklopedi Sastra Indonesi. Bandung: Titian Ilmu Bandung.

Referensi

Dokumen terkait

jadwal tanam. Permasalahan lanjutan dari adanya pergeseran jadwal tanam adalah terjadi perubahan perhitungan potensi kebutuhan air pertanian, sehingga dapat menyebabkan

Pada bagian Awal karya ini menggambarkan pendidikan di surau pada masa lalu dengan melihat pada aspek kuatnya sosok guru tuo (guru tua) yang mengajarkan anak-anak belajar

Konteks penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi kebijakan pemerintah China dalam pengembangan industri pariwisata sebelum dan sesudah diberlakukannya open-door policy

(1) menyeleksi data agar dapat diolah lebih lanjut, yaitu dengan memeriksa jawaban responden sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan; (2) menentukan bobot

Siswa mampu memahami makna dalam wacana lisan interpersonal dan transaksional secara formal maupun informal berkaitan dengan kehidupan sehari-hari, pekerjaan

Pengolahan data dimulai dengan mengalokasikan jumlah serta kode kendaraan mana yang akan digunakan untuk melakukan pendistribusian tabung gas ke konsumen dengan

Melalui berbagai cara yang dilakukan tutor, para mahasiswa UNY diarahkan untuk menjadi mahasiswa yang baik (muhsin), yakni yang bersikap dan berperilaku mulia