• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengantar. (SDM) yang berkualitas dan siap bersaing dengan tenaga asing. Bagi penderita

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Pengantar. (SDM) yang berkualitas dan siap bersaing dengan tenaga asing. Bagi penderita"

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

Pengantar

A. Latar Belakang Masalah

Abad global dan pasar bebas menuntut adanya sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas dan siap bersaing dengan tenaga asing. Bagi penderita cacat tubuh, persaingan itu akan lebih berat lagi, karena bukan hanya bersaing dengan tenaga asing namun juga tenaga lokal yang tidak cacat. Secara psikologis mereka pun juga masih harus bersaing melawan akibat-akibat yang ditimbulkan dari kecacatan yang ada dalam dirinya.

Peningkatan SDM bagi penderita cacat hingga kini belum memperoleh porsi yang diharapkan. Padahal jumlah penyandang cacat tubuh di DIY pada tahun 2004/ 2005 menurut catatan Kantor Wilayah Dinas Sosial DIY berjumlah 6656 orang. Koentjoro (2000) menyatakan bahwa pada kenyataannya penderita cacat ini justru semakin diposisikan sama dengan orang normal dan sistem telah membuat mereka semakin tidak berdaya. Fasilitas umum dan fasilitas kerja yang tersedia dimasyarakat belum di set up untuk kepentingan mereka. Aneh apabila orang cacat justru diminta untuk lebih menyesuaikan diri pada yang bukan cacat, namun keanehan ini telah menjadi kelumrahan dimasyarakat kita.

Lembaga Bantuan Hukum (LBH) penyandang cacat Indonesia mendesak kepada semua perusahaan yang beroperasi di Indonesia untuk melaksanakan kewajiban kuota tenaga kerja penyandang cacat. Adapun kuota yang dimaksudkan adalah seperti yang tercantum dalam Surat Edaran Menakertrans No. 01.KP.01.15/2002 tentang penempatan tenaga kerja penyandang cacat yang

(2)

mengatakan bahwa setiap perusahaan yang memiliki jumlah karyawan 100 orang atau lebih, wajib mempekerjakan 1 (satu) orang penyandang cacat yang memenuhi persyaratan jabatan atau kualifikasi pekerjaan atau kurang dari 100 orang jika perusahaan tersebut menggunakan teknologi tinggi.

Penyandang cacat adalah setiap orang yang mempunyai kelainan fisik dan atau mental, yang dapat mengganggu atau merupakan rintangan dan hambatan baginya untuk melakukan sesuatu secara layaknya yang terdiri dari : penyandang cacat fisik (penyandang cacat mata/tunanetra dan penyandang cacat rungu/wicara), penyandang cacat mental (penyandang cacat mental eks psikotik dan penyandang cacat mental retardasi), penyandang cacat fisik dan mental (Undang-undang no.4 Tahun 1997). Pada penelitian ini penulis lebih memfokuskan pada penyandang cacat tubuh (tuna daksa). Tuna daksa adalah suatu keadaan cacat tubuh, cacat anggota badan atau cacat ortopedik sehingga pada penyandang cacat ini terlihat kelainan bentuk tubuh, anggota atau otot, berkurangnya kemampuan fungsi tulang, otot sendi maupun saraf-sarafnya.

Burns (1979) menyatakan bahwa kepercayaan diri merupakan bagian dari kepribadian manusia yang berkembang dan terbentuk melalui proses belajar individual dan sosial. Hambly (1992) mengatakan bahwa atribut yang paling berharga pada manusia dalam bermasyarakat adalah kepercayaan diri. Pendapat ini mendukung Lautser (1978) yang menyatakan bahwa kepercayaan diri adalah salahsatu aspek kepribadian yang paling penting dalam kehidupan manusia. Tanpa adanya kepercayaan diri maka akan semakin banyak masalah yang timbul pada diri seseorang. Padahal menurut Hurlock (1973) bagi mereka yang mempunyai

(3)

masalah kurang percaya diri, salahsatu cara untuk mengatasi rasa kurang percaya diri tersebut mereka memerlukan bantuan pihak lain.

Johnson dan Medinus (Nuryanti, 1998) mengemukakan bahwa masalah rendahnya rasa percaya diri sering dialami oleh penyandang cacat tubuh. Remaja penyandang cacat tubuh mempunyai kelemahan yang berhubungan dengan keterbatasan yang diakibatkan oleh anggota tubuhnya yang cacat. Keterbatasan tersebut bisa saja menyebabkan tumbuhnya sikap negatif seperti sikap egosentrisme, fanatik, dan mempunyai tuntutan yang lebih tinggi untuk berdiri sendiri, yang merupakan bentuk kompetensi dari kekurangan yang dirasakannya. Mendukung hal tersebut, Sawrey dan Telfort (Nuryanti, 1998) juga menyatakan bahwa para penyandang cacat tubuh mungkin mengalami ketakutan akan terluka atau ditolak secara sosial. Faktor-faktor ini membuat mereka kesulitan untuk membentuk persepsi yang tepat akan kemampuan dan keterbatasan yang mereka miliki. Ketidaktepatan itulah yang sering membuat mereka merasa inferior dan kurang percaya akan kemampuan mereka sendiri. Karenanya kepercayaan diri memegang peranan penting bagi penderita cacat tubuh.

Penderita cacat membutuhkan dukungan dan dorongan dari pihak lain, terutama keluarga sebagai orang terdekat, untuk dapat melakukan penyesuaian diri dan mengatasi masalah-masalah yang dihadapi. Keluarga harus memberikan dorongan dan dukungan pada penderita cacat untuk mencapai kemandirian (Fuhrmann, 1990).

Dukungan sosial merupakan konsep yang relatif baru dan merupakan tindakan menolong yang diperoleh melalui hubungan interpersonal dengan

(4)

orang-orang disekitar individu yang memiliki arti bagi individu tersebut. Bagi tuna dhaksa, dukungan sosialnya bisa diperoleh dari keluarga, teman dan guru disekolahnya. Dukungan sosial (social support) didefenisikan oleh oleh Gottlieb (1983) sebagai informasi verbal atau non-verbal, saran, bantuan yang nyata atau tingkahlaku yang diberikan oleh orang-orang yang akrab dengan subjek di dalam lingkungan sosialnya atau yang berupa kehadiran dan hal-hal yang dapat memberikan keuntungan emosional atau berpengaruh pada tingkahlaku penerimanya. Dalam hal ini orang yang merasa memperoleh dukungan sosial, secara emosional merasa lega karena diperhatikan, mendapat saran atau kesan yang menyenangkan pada dirinya. Pendapat senada dikemukakan juga oleh Sarason (1983) yang mengatakan bahwa dukungan sosial adalah keberadaan, kesediaan, kepedulian dari orang-orang yang dapat diandalkan, menghargai dan menyayangi kita.

Berdasarkan uraian diatas, peneliti tertarik untuk meneliti apakah dukungan sosial memang berperan dalam pembentukan kepercayaan diri pada penyandang cacat tubuh. Sepanjang hasil penelitian yang penulis ketahui, sudah ada penelitian yang berhubungan masalah dukungan sosial dengan kepercayaan diri pada remaja penyandang cacat tubuh. Tetapi peneliti mengambil subjek yang berbeda dengan penelitian sebelumnya.

B. Tujuan penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk menguji hubungan antara dukungan sosial dengan kepercayaan diri pada remaja penyandang cacat tubuh.

(5)

C. Manfaat Penelitian Ada dua manfaat yang diperoleh dari penelitian ini :

1. Secara teoritis

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memperkaya pembahasan psikologi perkembangan terutama mengenai dukungan sosial dengan kepercayaan diri pada remaja penyandang cacat tubuh.

2. Secara praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memacu penanganan pada para remaja penyandang cacat tubuh , khususnya dalam masalah hambatan kepercayaan diri.

(6)

TINJAUAN PUSTAKA A. KEPERCAYAAN DIRI 1. Pengertian Kepercayaan Diri

Bandura (Kumara, 1988) mengatakan bahwa kepercayaan diri adalah suatu keyakinan seseorang berkaitan dengan sukses mampu berperilaku seperti yang dibutuhkan untuk menghasilkan sesuatu yang diharapkan. Kepercayaan diri merupakan salahsatu aspek kepribadian yang berfungsi untuk mendorong individu dalam meraih kesuksesan yang terbentuk melalui proses belajar individu dalam interaksinya dengan lingkungan.

Kepercayaan diri sering diidentikkan dengan kemandirian, meskipun demikian individu yang kepercayaan dirinya tinggi, pada umumnya lebih mudah untuk terlibat secara pribadi dengan individu lain dan akan lebih berhasil dalam menjalin hubungan secara interpersonal (Goods & Kipnir; Bunker dkk, 1983). Sedangkan Sarason (Kumara, 1988) mengatakan self confidence adalah fungsi yang langsung dari interpretasi seseorang terhadap kemampuannya sendiri.

Waterman (Kumara, 1988) mengatakan orang yang mempunyai kepercayaan diri adalah mereka yang mampu bekerja secara efektif, dapat melaksanakan tugas dengan baik dan bertanggung jawab, serta mempunyai rencana terhadap masa depan.

Berdasarkan beberapa definisi tersebut maka dapat disimpulkan bahwa kepercayaan diri merupakan salah satu aspek kepribadian individu yang berfungsi mendorong individu dalam meraih kesuksesan melalui hasil interaksi antara individu dengan lingkungannya untuk berperilaku sesuai dengan yang diharapkan,

(7)

bekerja secara efektif, serta dapat melaksanakan tugas dengan baik dan bertanggungjawab.

2. Aspek-aspek Kepercayaan Diri

Peneliti menggunakan aspek-aspek kepercayaan diri menurut Guilford (1959) yaitu :

1. Perasaan adekuat

Adalah merasa mampu memenuhi apa yang ingin dia lakukan. 2. Merasa dapat diterima oleh lingkungan

Adalah yakin bahwa orang lain menyukainya. Karena merasa diterima, orang-orang yang percaya diri akan terbebas dari perasaan takut dan ragu-ragu terhadap situasi atau orang-orang disekitarnya.

3. Yakin pada kemampuan diri sendiri

Adalah merasa tidak perlu membandingkan dirinya dengan orang lain, dan tidak mudah terpengaruh orang lain.

4. Memiliki sikap tenang dalam situasi sosial

Adalah tidak merasa malu ketika bertindak atau berkata salah, mempunyai kontrol emosi yang baik.

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan kepercayaan diri Kepercayaan diri dipengaruhi oleh :

a. Pengenalan fisik

Bagaimana seseorang menilai dan menerima fisiknya. Penolakan terhadap fisik yang dimiliki akan menimbulkan kekecewaan dan rasa rendah diri.

(8)

b. Pengenalan akan konsep diri

Pengertian mengenai siapa dan bagaimana dirinya, merupakan landasan terbentuknya rasa percaya diri. Perasaan bahwa dirinya berharga dan memiliki kemampuan mengatasi permasalahan yang ada akan mengarahkan ke peningkatan rasa percaya diri.

c. Interaksi dengan lingkungan sosial

Keluarga merupakan lingkungan sosial pertama dan yang paling berpengaruh dalam pembentukan kepercayaan diri seseorang. Interaksi dengan lingkungan sosial yang lebih luas juga turut membentuk kepercayaan diri misalnya lewat pendidikan.

B. DUKUNGAN SOSIAL 1. Pengertian Dukungan Sosial

Ganster, dkk (1986) mengemukakan bahwa dukungan sosial secara luas didefinisikan sebagai tersedianya hubungan yang bersifat menolong dan mempunyai nilai khusus bagi individu yang menerimanya. Definisi ini mengkonotasikan adanya ikatan-ikatan sosial yang bersifat positif. Ikatan sosial tersebut menurut Sarason dkk (1983) yaitu orang-orang yang dipercaya dapat membantu, menghargai serta mencintai seseorang ketika orang tersebut menghadapi masalah. Dengan demikian individu mengetahui bahwa orang lain memperhatikan, menghargai dan mencintai dirinya.

Johnson dan Jhonson (1991) menyebutkan dukungan sosial sebagai pemberian bantuan seperti materi, emosi dan informasi yang berpengaruh

(9)

terhadap kesejahteraan manusia. Dukungan sosial juga dimaksudkan dengan adanya keberadaan dan ketersediaan orang-orang yang berarti, yang dapat dipercaya untuk membantu, mendorong, menerima dan menjaga individu. Dukungan sosial berarti pula adanya orang yang dapat membantu individu menggunakan sumber-sumber psikologis yang dimilikinya untuk menyelesaikan masalah.

Cohen dan Syme (1985) mendefinisikan dukungan sosial sebagai sumber-sumber yang disediakan orang lain terhadap individu yang bisa mempengaruhi kesejahteraan individu. House dan Kahn (Cohen dan Syme, 1985) mengatakan bahwa dukungan sosial adalah tindakan yang bersifat membantu yang melibatkan emosi, pemberian emosi, pemberian informasi, bantuan instrumen, dan penilaian positif pada individu dalam menghadapi permasalahannya.

Berdasarkan beberapa definisi tersebut maka dapat disimpulkan bahwa dukungan sosial merupakan tindakan menolong dan dorongan yang diperoleh melalui hubungan interpersonal dengan orang-orang disekitar individu yang memiliki arti bagi individu tersebut dalam menghadapi masalahnya.

2. Aspek-aspek dukungan sosial

Sarafino (1990) menyebutkan bentuk-bentuk dukungan sosial yaitu adanya dukungan emosional, dukungan informatif, dukungan instrumental, dukungan penghargaan, dan dukungan jaringan.

a. Dukungan emosional

Adalah dukungan yang diterima individu dari orang-orang disekitarnya dalam bentuk penghargaan, kasih sayang, kepercayaan, perhatian, dan

(10)

perasaan didengarkan dalam memecahkan masalah yang dihadapi baik masalah pribadi atau masalah yang berkaitan dengan studi.

b. Dukungan informatif

Adalah dukungan yang diterima individu dalam bentuk informasi, nasihat dan saran yang berguna untuk mempermudah seseorang dalam menjalani hidupnya.

c. Dukungan instrumental

Adalah dukungan yang diterima individu melalui waktu, uang, alat, tenaga, dan modifikasi lingkungan yang tersedia untuk menolong individu.

d. Dukungan penghargaan

Adalah dukungan yang diterima individu dalam bentuk penilaian, umpan balik dan perbandingan sosial dalam upaya mendukung perilakunya dalam kehidupan sosial.

e. Dukungan jaringan

Adalah dukungan perasaan seperti berbagi perasaan simpati dan mengerti perasaan orang lain dalam suatu komunitas sosial yang memiliki kesamaan minat.

3. Sumber dukungan sosial

Sumber dukungan sosial dapat diperoleh dari orangtua, guru, dan teman-teman. a. Dukungan orangtua

Keluarga adalah inti masyarakat. Melalui orangtua, anak mengenal kehidupan dan pendidikan. Peran dan tugas dari orangtua adalah

(11)

memberi perhatian terhadap kehidupan sekolah anak, menghargai usaha anak, mendengarkan dan membantu setiap masalah anak, mempunyai pengaruh yang positif pada aspirasi pendidikan prestasi anak dan lainnya. Dunkel-Schetter (1987) mengatakan bahwa keluarga merupakan sumber dukungan sosial karena dalam hubungan keluarga tercipta hubungan yang saling mempercayai. Hubungan dan dorongan keluarga memegang peran penting dalam kesuksesan akademis (Conger,1977).

b. Dukungan dari guru

Guru dapat membantu mengarahkan tujuan siswa, mendengarkan masalah yang sedang dihadapi, baik masalah pribadi maupun akademik

c. Dukungan dari teman

Lingkungan lain setelah keluarga adalah lingkungan bersama teman-teman. Pada masa remaja, pergaulan dengan teman-teman jauh lebih banyak daripada dengan keluarga. Bantuan dari teman-teman meningkatkan persahabatan, kehangatan berteman, saling membantu, dan saling menerima. Remaja memerlukan pergaulan, support, guidance dari teman-temannya (Conger,1977).

C. REMAJA PENYANDANG CACAT TUBUH

Remaja penyandang cacat tubuh adalah remaja yang berusia 12-21 tahun yang mempunyai kelainan pada tubuhnya yang disebabkan karena kecelakaan,

(12)

suatu penyakit, atau kelainan pada sistem sarafnya sehingga bagian tubuh tertentu tidak dapat berfungsi dengan baik. Cacat tubuh ini ada yang ringan juga ada yang berat. Ada yang karena terbawa oleh faktor keturunan, diperoleh selama didalam kandungan dan akibat kelahiran yang tidak wajar atau oleh kesalahan-kesalahan asuhan sehingga terjadi hambatan-hambatan perkembangan, kena penyakit berat, ataupun kecelakaan.

D. HUBUNGAN DUKUNGAN SOSIAL DENGAN KEPERCAYAAN DIRI PADA REMAJA PENYANDANG CACAT TUBUH

Remaja penyandang cacat tubuh sering merasa rendah diri berhubungan dengan keterbatasan yang mereka miliki karena anggota tubuhnya yang cacat (Sawrey dan Telford; Nuryanti, 1998). Banyak faktor yang mempengaruhi kepercayaan diri, salah satunya adalah dukungan sosial. Penderita cacat tubuh membutuhkan dukungan dan dorongan dari pihak lain, terutama keluarga sebagai orang terdekat. Dukungan sosial merupakan tindakan menolong dan dorongan yang diperoleh melalui hubungan interpersonal dengan orang-orang disekitar individu yang memiliki arti bagi individu tersebut dalam menghadapi masalahnya. Menurut Hurlock (1973) bagi mereka yang mempunyai masalah kurang percaya diri, salahsatu cara untuk mengatasi rasa kurang percaya diri tersebut mereka memerlukan bantuan pihak lain. Bagi remaja penyandang cacat tubuh, dukungan sosialnya bisa diperoleh dari keluarga, teman dan guru disekolahnya. Dukungan keluarga sangat berperan dalam pembentukan kepercayaan dirinya, hal ini dikarenakan keluarga adalah lingkungan sosial pertama yang dikenal individu.

(13)

Dari beberapa penjelasan diatas penulis menyimpulkan bahwa dukungan sosial sangat dibutuhkan dalam pembentukan kepercayaan diri remaja penyandang cacat tubuh.

(14)

METODE PENELITIAN

A. Identifikasi Variabel-variabel Penelitian 1. Variabel bebas : Dukungan Sosial

2. Variabel tergantung : Kepercayaan Diri

B. Definisi Operasional Variabel Penelitian 1. Kepercayaan diri

Kepercayaan diri adalah salahsatu aspek kepribadian individu yang berfungsi mendorong individu dalam meraih kesuksesan melalui hasil interaksi antara individu dengan lingkungannya untuk berperilaku sesuai dengan yang diharapkan, bekerja secara efektif, serta dapat melaksanakan tugas dengan baik dan bertanggungjawab. Kepercayaan diri ini akan diungkap dengan skala kepercayaan diri dari Guilford (1959).

2. Dukungan sosial

Dukungan sosial adalah tindakan menolong yang diperoleh melalui hubungan interpersonal dengan orang-orang disekitar individu yang memiliki arti bagi individu tersebut dalam menghadapi masalahnya. Dukungan sosial dalam penelitian ini akan diungkap dengan skala dukungan sosial yang disusun oleh Sarafino (1990).

C. Subjek Penelitian

Subjek yang diambil dalam penelitian ini adalah remaja penyandang cacat tubuh di SLB Negeri 3 Yogyakarta. Kriteria kecacatan yang digunakan adalah seseorang yang mempunyai kekurangan atau ketidaklengkapan pada anggota

(15)

tubuhnya (tangan dan kaki), baik struktural maupun fungsional. Subjek berusia 12-21 tahun dan tidak tinggal dipusat rehabilitasinya.

D. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data ini menggunakan dua buah skala yaitu skala kepercayaan diri yang disusun Guilford (1959) dan skala dukungan sosial yang disusun oleh Sarafino (1990).

HASIL PENELITIAN A. Uji Normalitas

Uji normalitas dengan menggunakan teknik one sample kolmogorov-smirnov test dari program SPSS 12.0 for windows. Skor KS-Z pada dukungan sosial = 0,830 dengan P = 0,496, sedangkan skor KS-Z pada kepercayaan diri = 0,813 dengan P = 0,523 maka hasil uji normalitas diatas menunjukkan normal pada masing-masing variabel.

B. Uji Linearitas

Uji linearitas dilakukan dengan menggunakan program komputer SPSS 12.0 untuk statistic compare means. Berdasarkan hasil perhitungan untuk variable dukungan sosial dengan kepercayaan diri diperoleh nilai F linearitas = 36,374 dan p = 0,000 (p < 0,05) sehingga dapat disimpulkan bahwa hubungan antara dukungan sosial dengan kepercayaan diri adalah linear dan untuk menguji kedua hubungan yang linier maka uji hipotesis menggunakan teknik korelasi product moment dari Pearson.

(16)

C. Hasil Uji Hipotesis

Uji hipotesis dilakukan dengan teknik korelasi product moment dari Pearson dengankoefisien rxy= 0,805 dengan p = 0,000 maka ada hubungan positif yang sangat signifikan antara dukungan sosial dengan kepercayaan diri, dengan demikian hipotesis yang diajukan oleh peneliti diterima.

D. Pembahasan

Hasil analisis data menunjukkan bahwa ada korelasi positif yang sangat signifikan antara dukungan sosial dengan kepercayaan diri pada remaja penyandang cacat tubuh. Responden dalam penelitian ini berada pada tingkat dukungan sosial yang sedang dengan kepercayaan diri pada tingkat sedang, artinya responden dengan dukungsn sosial yang sedang mempunyai kecenderungan kepercayaan diri pada tingkat yang sedang juga.

Adanya korelasi tersebut membuktikan bahwa dukungan sosial mempengaruhi tingkat kepercayaan diri seperti yang diungkapkan Hurlock (1973) bagi mereka yang mempunyai masalah kurang percaya diri, salahsatu cara untuk mengatasi rasa kurang percaya diri tersebut mereka memerlukan bantuan pihak lain.. Penderita cacat tubuh membutuhkan dukungan dan dorongan dari pihak lain, terutama keluarga sebagai orang terdekat. Dukungan sosial merupakan tindakan menolong yang diperoleh melalui hubungan interpersonal dengan orang-orang disekitar individu yang memiliki arti bagi individu tersebut dalam menghadapi masalahnya. Johnson dan Johnson (1991) berpendapat bahwa dukungan sosial berhubungan dengan kesehatan psikologi dan penyesuaian, situasi stres, kepercayaan diri dan otonomi, identitas diri yang koheren dan terintegrasi.

(17)

Sawrey dan Telfort (Nuryanti, 1998) juga menyatakan bahwa para penyandang cacat tubuh mungkin mengalami ketakutan akan terluka atau ditolak secara sosial. Faktor-faktor ini membuat mereka kesulitan untuk membentuk persepsi yang tepat akan kemampuan dan keterbatasan yang mereka miliki. Ketidaktepatan itulah yang sering membuat mereka merasa inferior dan kurang percaya akan kemampuan mereka sendiri.

Dalam penelitian ini dihasilkan hubungan yang sangat signifikan antara dukungan sosial dengan kepercayaan diri pada remaja dengan koefisien rxy= 0,805 yang berarti ada sumbangan sebesar 64,8%. Sumbangan 64,8% ini termasuk sumbangan yang sangat besar, hal ini dapat terjadi karena beberapa faktor, dan peneliti menduga adanya social desirability dalam aitem. Social desirability yaitu aitem yang isinya sesuai dengan keinginan sosial pada umumnya atau dianggap baik oleh norma sosial. Aitem yang bermuatan social desirability cenderung akan disetujui atau didukung oleh semua orang semata-mata karena orang berfikir normatif, bukan karena isi aitem itu sesuai dengan perasaan atau keadaan dirinya. Terhadap aitem seperti ini semua orang akan cenderung memilih jawaban yang positif karena itulah jawaban normatif yang sesuai dengan kehendak masyarakat, sekalipun kenyataannya banyak diantara mereka yang memberikan jawaban positif itu yang sengaja atau tidak sengaja sering bertindak curang (Azwar, 1999). Faktor lain yang mempengaruhi adalah terjadi overlap karena dukungan sosial termasuk dalam aspek kepercayaan diri yaitu terdapat kesamaan salahsatu aspek dalam variabel yang berbeda. Hal ini berakibat mempengaruhi sumbangan efektif yang cukup besar. Aspek kepercayaan diri yang sama dengan dukungan

(18)

sosial yaitu merasa diterima oleh lingkungan. Bahwa orang-orang disekitar penyandang cacat tubuh telah menerima keberadaannya, berarti mereka mendapatkan dukungan sosial dari orang-orang yang ada disekitarnya.

(19)

PENUTUP A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa Ada hubungan positif yang sangat signifikan antara dukungan sosial dengan kepercayaan diri pada remaja penyandang cacat tubuh. Sumbangan yang dimiliki responden pada penelitian ini sebesar 64,8%.

B. Saran

Pada penelitian ini diberikan saran-saran kepada : 1. Subyek penelitian

Penulis menyarankan kepada para remaja penyandang cacat agar dapat lebih menyesuaikan diri dalam lingkungan sekitar terutama lingkungan masyarakat. Dapat membina hubungan dengan teman secara baik dan akrab dan dapat menciptakan lingkungan yang menyenangkan. Dukungan sosial sangat diperlukan bagi para remaja penyandang cacat untuk dapat melakukan penyesuaian diri dan mengatasi masalah-masalah yang dihadapi.

2. Peneliti Selanjutnya

Saran ditujukan untuk peneliti selanjutnya disarankan untuk dapat melakukan penelitian yang lebih teliti dan mendetail. Peneliti disarankan untuk mengadakan observasi terhadap subjek penelitian agar bisa memahami keadaan subjek sebenarnya.

Peneliti selanjutnya diharapkan melakukan penyempurnaan alat ukur, hal ini perlu dilakukan sebagai suatu usaha untuk memperoleh hasil ukur yang akurat

(20)

serta diharapkan tidak terjadi social desirability dan overlap seperti dalam penelitian ini.

(21)

DAFTAR PUSTAKA

Azwar, S. 1999. Reliabilitas dan Validitas. Yogyakarta : Pustaka Pelajar

Burns, R.B. 1979. The Self of Concept. London: Longman Inc.

Cohen, S and Syme, S. L. 1985. Social Support and Health. London : Academic Press, Inc.

Fuhrmann, B.S. 1990. Adolescence, Adolescent (2nd Edition). Scott, Foresman/ Little, Brown Higher Edition. Glenview, Illionis.

Guilford, J. L. 1959. Personality. San Diego, L. A : Robert R. Knapp.

Hambly, K. 1992. Bagaimana Meningkatkan Rasa Percaya Diri (terjemahan). Jakarta: Arcan.

Hurlock, E. B. 1973. Adolescent Development. Tokyo: Mc Graw-Hill Kogakhusa Ltd

Johnson, D. W and Jhonson, F. P. 1991. Joining Together Group Theory and Group Skills (Fourth Edition). New Jersey : Prentice-Hall International, Inc. Lautser, P. 1978. The Personality Test. London : Pan Books Ltd.

Nuryanti, L. 1998. Kepercayaan Diri dan Kecemasan Komunikasi Interpersonal pada Remaja Penyandang Cacat Tubuh. Skripsi(tidak diterbitkan). Yogyakarta: Fakultas Psikologi Universitas Gajah Mada.

Sarafino, E. P. 1990. Health Psychology : Biopsychosocial Interaction. New York: John Wiley & Sons Inc.

Sarason, B. 1983. Assessing Social Suppot : The Social Support Questionaire. Journal of Personality and Social Psychology. Vol. 44

(22)

NASKAH PUBLIKASI

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL

DENGAN KEPERCAYAAN DIRI PADA REMAJA

PENYANDANG CACAT TUBUH

Oleh :

Anita Wahyuningrum Sonny Andrianto, S.Psi., M.Si.

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI

FAKULTAS PSIKOLOGI DAN ILMU SOSIAL BUDAYA

UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

YOGYAKARTA

2006

(23)

NASKAH PUBLIKASI

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL

DENGAN KEPERCAYAAN DIRI PADA REMAJA

PENYANDANG CACAT TUBUH

Telah Disetujui Pada Tanggal … … …

Dosen Pembimbing

(24)

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL

DENGAN KEPERCAYAAN DIRI PADA REMAJA PENYANDANG CACAT TUBUH

Anita Wahyuningrum Sonny Andrianto

INTISARI

Penelitian ini bertujuan untuk menguji apakah ada hubungan

positif antara dukungan sosial dengan kepercayaan diri pada remaja penyandang cacat tubuh. Hipotesis awal yang diajukan dalam penelitian ini adalah ada hubungan positif antara dukungan sosial dengan kepercayaan diri pada remaja penyandang cacat tubuh. Semakin tinggi dukungan sosial pada remaja penyandang cacat tubuh semakin tinggi kepercayaan dirinya, sebaliknya semakin rendah dukungan sosial pada remaja penyandang cacat tubuh maka semakin rendah kepercayaan dirinya.

Subjek dalam penelitian ini adalah remaja penyandang cacat tubuh yang berusia antara dua belas hingga dua puluh satu tahun, baik laki-laki ataupun perempuan, dan duduk pada bangku SLTP dan SLTA di SLB Negeri 3 Yogyakarta. Adapun skala yang digunakan adalah skala dukungan sosial yang berjumlah 50 aitem, mengacu pada aspek yang dikemukakan oleh Sarafino (1990) dan skala kepercayaan diri yang berjumlah 40 aitem mengacu pada aspek yang dikemukakan oleh Guilford (1959).

Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan bantuan computer program SPSS for window 12.0 untuk menguji apakah ada hubungan antara dukungan sosial dengan kepercayaan diri pada remaja penyandang cacat tubuh. Korelasi product moment dari Pearson menunjukkan nilai sebesar rxy= 0,805 dengan p = 0,000 yang artinya ada hubungan positif yang sangat signifikan antara dukungan sosial dengan kepercayaan diri, dengan demikian hipotesis yang diajukan oleh peneliti diterima.

Referensi

Dokumen terkait

(NVWUDN \DQJ GLEHULNDQ PHODOXL SHPEHULDQ SDNDQGDQSHQ\HPSURWDQSDGDWXEXKVHUDQJJDXML PHQXQMXNNDQ WLQJNDW HIHNWLYLWDV \DQJ VDPD EDLNQ\D .HFXDOL SDGD NRQVHQWUDVL SHUODNXDQ

Pada penelitian ini dilakukan perancangan dan implementasi JST untuk identifikasi citra karang dengan mengektraksi nilai warna, tekstur dan bentuk dari citra karang sebagai

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi yang berjudul “Pengaruh Subtitusi Tepung Koro Glinding (Phaseolus Lunatus) Terhadap Karakteristik Fisiko Kimia Dan Sensori Pada

Hampir seluruh ahli ekonomi Islam, termasuk al-Māwardi, berpandangan bahwa mekanisme pasar yang benar diajarkan Rasulullah adalah mekanisme pasar bebas, tidak ada

Aku pernah mendengar Nabi Muhammad saw bersabda, '[Hendaklah] wanita-wanita merdeka (anak-anak gadis) dan wanita- wanita pingitan atau anak-anak gadis pingitan [Abu Ayyub

Aplikasi Berbasis Web untuk Menampilkan Absensi dan Nilai Akhir Peserta Didik ini dikembangkan dengan menggunakan basis data MySQL sebagai media

Pelaksanaan tugas dan fungsi Penyidik Pegawai Negeri Sipil sebagaimana diatur dalam Qanun Aceh Nomor 12 Tahun 2012 semua dapat dilaksanakan oleh PPNS di

 Dalam welfare state, hak kepemilikan diserahkan kepada swasta sepanjang hal tersebut memberikan insentif ekonomi bagi pelakunya dan tidak merugikan secara sosial,