• Tidak ada hasil yang ditemukan

NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA KEPERCAYAAN DIRI DENGAN KECEMASAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL PADA PENYANDANG CACAT TUNARUNGU

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA KEPERCAYAAN DIRI DENGAN KECEMASAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL PADA PENYANDANG CACAT TUNARUNGU"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

NASKAH PUBLIKASI

HUBUNGAN ANTARA KEPERCAYAAN DIRI DENGAN

KECEMASAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL PADA

PENYANDANG CACAT TUNARUNGU

Disusun oleh: Khalimatus Sa’diyah

H. Fuad Nashori

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

YOGYAKARTA

(2)

NASKAH PUBLIKASI

HUBUNGAN ANTARA KEPERCAYAAN DIRI DENGAN KECEMASAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL PADA

PENYANDANG CACAT TUNARUNGU

Telah Disetujui Pada Tanggal ____________________

Dosen Pembimbing

(3)

Hubungan Antara Kepercayaan Diri dengan Kecemasan Komunikasi Interpersonal Pada Penyandang Cacat Tunarungu

Khalimatus Sa’diyah H. Fuad Nashori

INTISARI

Penelitian ini bertujuan untuk menguji hubungan antara kepercayaan diri dengan kecemasan komunikasi pada penyandang cacat tunarungu. Hipotesis penelitian yang diajukan adalah ada hubungan negatif antara kepercayaan diri dengan kecemasan komunikasi interpersonal pada penyandang cacat tunarungu. Semakin tinggi kepercayaan diri para penyandang cacat tunarungu maka kecemasan komunikasi interpersonal semakin rendah. Sebaliknya, semakin rendah kepercayaan diri para penyandang cacat tunarungu maka kecemasan komunikasi interpersonal semakin tinggi.

Subjek penelitian ini adalah para penyandang cacat tunarungu yang bersekolah di SLB Negeri 3 Yogyakarta, SLB Negeri 4 Yogyakarta, SLB Wiyata Dharma II dan SLB Tunas Kasih pada bagian tunarungu (B) tingkat SMPLB dan SMLB di Yogyakarta. Adapun skala yang digunakan untuk mengetahui kecemasan komunikasi interpersonal disusun berdasarkan teori dari Burgoon dan Ruffner (1978). Skala kepercayaan diri disusun berdasarkan teori dari Lauster (1978).

Metode analisis data dalam penelitian ini menggunakan fasilitas program SPSS versi 12.0 untuk menguji apakah terdapat hubungan antara kepercayaan diri dengan kecemasan komunikasi interpersonal pada penyandang cacat tunarungu. Korelasi product moment dari Spearman menunjukkan korelasi sebesar ?0,378 dengan p = 0,001 (p?0,01), sehingga hipotesis yang menyatakan bahwa ada hubungan negatif antara kepercayaan diri dengan kecemasan komunikasi interpersonal dapat diterima. Hasil uji korelasi tersebut menunjukkan adanya hubungan yang sangat signifikan antara kedua variabel penelitian.

Kata kunci : Kepercayaan Diri, Kecemasan Komunikasi Interpersonal, Penyandang cacat tunarungu

(4)

Pendahuluan

Sebagai makhluk sosial manusia senantiasa ingin berhubungan dengan manusia lainnya. Ia ingin mengetahui lingkungan sekitarnya, bahkan ingin mengetahui apa yang terjadi dalam dirinya. Rasa ingin tahu ini memaksa manusia perlu berkomunikasi.

Komunikasi juga menjadi bagian hidup manusia sejak awal kehidupannya namun tetapi ada permasalahan yang timbul berkaitan dengan hal tersebut karena berbagai hambatan baik dari diri sendiri maupun dengan orang lain. Salah satunya adalah problem kecemasan dalam menjalin komunikasi. Seseorang yang mengalami kecemasan ini akan menjadi gemetar, takut, dada berdebar, banyak mengeluarkan keringat, kehilangan kata-kata dll dalam menjalin pembicaraan antara antar pribadi seperti dengan teman, guru, orang penting, atau orang yang baru dikenal. Akibatnya orang tersebut cenderung menghindari situasi komunikasi karena ragu, takut salah, dan tidak berani menyampaikan informasi yang ingin dikemukakan. Kondisi seperti ini disebut dengan istilah hambatan komunikasi (communication apprehension) yang menggambarkan reaksi negatif dalam bentuk kecemasan berbicara di muka umum maupun kecemasan komunikasi interpersonal ( Burgoon dan Ruffner, 1978).

Individu membutuhkan kepercayaan diri sendiri untuk dapat menguatkan dirinya dalam melakukan aktivitas dan komunikasi dengan orang lain dalam hubungan sosial. Rakhmat (2004) menyatakan bahwa orang yang kurang percaya diri akan cenderung sedapat mungkin menghindari komunikasi, ia takut orang

(5)

akan mengejeknya atau menyalahkannya. Rasa rendah diri yang berlebihan hanya akan mendatangkan kesulitan pada diri sendiri, karena individu akan menarik diri dari pergaulan, berusaha sekecil mungkin berkomunikasi, dan hanya akan berbicara apabila terdesak saja.

Akibat dari rusaknya pendengaran pada penyandang cacat tunarungu maka mereka pada umumnya mengalami gangguan perseptual, gangguan bicara dan komunikasi, gangguan kognitif, gangguan sosial, gangguan emosi, masalah kependidikan, gangguan intelektual dan masalah vokasional. Dari akibat rusaknya pendengaran penyandang cacat tunarungu tersebut diatas masih ada masalah yang penting yaitu masalah kurang berinteraksi dengan keluarga dan yang lebih luas adalah dalam masyarakat (Abdurrahman dan Sudjadi, 1994).

Tunarungu sebagai kondisi yang khusus atau luar biasa dengan berbagai keterbatasannya mempunyai masalah utama yaitu hambatan berkomunikasi. Bagi mereka komunikasi melalui suara hampir tidak mungkin, maka segala sesuatu ditafsirkan sesuai dengan kesan penglihatannya, sehingga tidak jarang terjadi salah tafsir atau kesalahpahaman karena tidak dapat mengangkap maksud dari lawan komunikasinya. Disamping tidak dimengerti orang lain mereka juga sukar untuk memahami orang lain (Surnanpouw dan Setiasih, 2003). Dalam penelitian Surnanpouw dan Setiasih tersebut juga menggunakan metode wawancara dengan beberapa orang tua tunarungu menyatakan bahwa tunarungu dalam hal komunikasi kadang-kadang masih mengalami kesulitan.

Berdasar uraian tersebut, penelitian ini akan mencoba menguji hipotesis bahwa ada hubungan antara kepercayaan diri dengan kecemasan komunikasi

(6)

interpersonal pada penyandang cacat tunarungu. Semakin tinggi kepercayaan diri individu maka kecemasan komunikasi interpersonalnya akan semakin rendah. Sebaliknya, semakin rendah kepercayaan dirinya maka semakin tinggi kecemasan komunikasi interpersonalnya.

Hipotesis

Berdasarkan tinjauan pustaka diatas hipotesis penelitian yang dapat diajukan adalah ada hubungan antara kepercayaan diri dengan kecemasan komunikasi interpersonal pada penyandang cacat tunarunggu. Semakin tinggi kepercayaan diri maka akan semakin rendah kecemasan komunikasi interpersonal pada penyandang cacat tunarungu. Sebaliknya, semakin rendah kepercayaan dirinya maka semakin tinggi kecemasan komunikasi interpersonal pada penyandang cacat tunarungu.

Metode Penelitian

Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan dua macam skala. Skala ini juga menggunakan lembar identitas diri seperti nama (inisial), umur dan jenis kelamin sebagai pelengkap data penelitian. Skala yang dipergunakan adalah skala kecemasan komunikasi interpersonal dan skala kepercayaan diri untuk mengungkap kecemasan komunikasi interpersonal dan kepercayaan diri subjek. Skala kecemasan komunikasi interpersonal dan skala kepercayaan diri sebelum dipergunakan diuji preliminary dahulu kepada beberapa subjek untuk mengetahui ketepatan konstruk setiap pernyataan.

(7)

Penelitian ini menggunakan skala dengan dua alternatif jawaban, yaitu; Ya dan Tidak. Jawaban Ya apabila sesuai dengan keadaan subjek, jawaban Tidak apabila tidak sesuai dengan jawaban subjek. Kriteria pemberian skor untuk aitem favourabel adalah jawaban Ya diberi nilai satu, jawaban Tidak diberi nilai nol. Sedangkan untuk aitem unfavourabel; jawaban Ya diberi nilai nol, jawaban Tidak diberi nilai satu. Alasan digunakan summated rating dengan dua alternatif jawaban karena subjek penelitian memiliki keterbatasan sebagai penyandang cacat tunarungu. Karena keterbatasannya itu, subjek diberi skala yang responnya sederhana yaitu dua alternatif jawaban saja.

Secara rinci alat ukur yang digunakan adalah: 1. Skala Kepercayaan Diri

Skala ini disusun oleh peneliti berdasarkan teori kepercayaan diri dari Lauster (1978)Aspek-aspek yang dipakai dalam variabel kepercayaan diri adalah 1) perasaan aman, 2) ambisi yang normal, 3) yakin pada kemampuan diri, 4) mandiri, 5) toleran, serta 6) optimis.

2. Skala Kecemsan Komunikasi Interpersonal

Skala ini disusun oleh peneliti berdasarkan teori dari Burgoon dan Ruffner (1978). Aspek-aspek yang termuat adalah 1) unwillingness yaitu tidak ada minat untuk berpartisipasi dalam komunikasi, 2) unrewarding yaitu tidak adanya penghargaan dalam berkomunikasi, 3) control yaitu kurangnya kontrol dalam situasi komunikasi.

(8)

Hasil Penelitian

Berdasarkan hasil try-out, uji validitas dan reliabilitas alat ukurnya adalah: a. Skala Kecemasan Komunikasi Interpersonal

Skala kecemasan komunikasi interpersonal terdiri dari 30 aitem, yang terdiri dari 15 aitem favorabel dan 15 aitem unfavorabel. Hasil analisis statistik pada program SPSS versi 12.0 dari 67 subjek yang mengisi skala kecemasan komunikasi interpersonal yang sahih sebanyak 14 aitem, dengan koefisien korelasi aitem total bergerak antara 0,253 sampai dengan 0,496 dan diperoleh koefisien Alpha sebesar 0,711.

b. Skala Kepercayaan Diri

Skala kepercayaan diri terdiri dari 32 aitem, yang terdiri dari 19 aitem favorabel dan 13 aitem unfavorabel. Hasil analisis statistik pada program SPSS versi 12.0 dari 67 subjek yang mengisi skala kepercayaan diri yang sahih sebanyak 13 aitem, dengan koefisien korelasi aitem total bergerak antara 0,280 sampai dengan 0,514 dan diperoleh koefisien Alpha sebesar 0,745.

(9)

1. Deskripsi Subjek

Deskripsi subjek dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 1

Deskripsi Subjek Penelitian

No Faktor Kategori N 1. 2. 3. Jenis kelamin Kelas Usia a. Laki-laki b. Perempuan a. SMPLB 1 b. SMPLB 2 c. SMPLB 3 d. SMULB 1 e. SMULB 2 f. SMULB 3 a. 14 – 16 th b. 17 – 19 th c. 20 – 22 th d. 23 – 25 th e. 28 th f. tidak diisi 32 35 14 17 17 4 7 8 29 12 14 7 1 4 2. Deskripsi Statistik

Data subjek dalam penelitian ini digolongkan dalam tiga kategori, yaitu tinggi, sedang dan rendah. Kategori berdasarkan sebaran hipotetik yaitu nilai maksimal dikurangi nilai minimal, sehingga diperoleh perkiraan besarnya standar hipotetik. Standar hipotetik yang terdapat pada suatu deviasi standar di atas mean dikategorikan tinggi, semantara untuk satu deviasi standar di bawah mean

(10)

hipotetik dikategorikan rendah. Pada tabel berikut dapat dilihat kategori subjek penelitian berdasarkan mean hipotetik dan mean empiris.

Tabel 2

Deskripsi data penelitian

Skor Hipotetik Skor Empirik

Variabel

Xmin XMax Mean SD XMin XMax Mean SD

KKI* 0 14 7 2,333 0 12 4,79 2,921

KD 0 13 6,5 2,166 2 13 9,52 2,803

*)KKI : Kecemasan Komunikasi Interpersonal

KD : KepercayaanDiri

Sebaran hipotetik dari skor skala kecemasan komunikasi interpersonal dapat diuraikan untuk mengetahui keadaan subjek penelitian yang berdasarkan pada kategorisasi standar deviasi, dapat dilihat pada tabel yaitu:

Tabel 3

Kriteria kategorisasi Skala Kecemasan Komunikasi Interpersonal

Kategori Rentang skor Jumlah Prosentase

Tinggi Sedang Rendah X ? 9,333 4,667 ? X ? 9,333 X ? 4,667 6 27 34 8,95 % 40,29 % 50,76 %

Sebaran hipotetik pada skor kecemasan komunikasi interpersonal diketahui nilai terendah adalah ? 4,667 , nilai tertinggi adalah ? 9,333. Luas jarak sebaran adalah 14 – 0 = 14, sehingga setiap deviasi standarnya bernilai 2,333 , dan mean teoritisnya adalah 7. Hasil pengolahan yang ditunjukkan dalam tabel di atas terlihat bahwa dari keseluruhan subjek yaitu 67 orang, mayoritas subjek berada pada tingkat kecemasan komunikasi interpersonal rendah, yaitu sebesar 50,76 %.

(11)

Tabel 4

Kriteria Kategorisasi Skala Kepercayaan Diri

Kategori Rentang skor Jumlah Prosentase

Tinggi Sedang Rendah X ? 8,666 4,334 ? X ? 8,666 X ? 4,334 45 17 5 67,17 % 25,37 % 7,46 %

Sebaran hipotetik pada skor kepercayaan diri diketahui nilai terendah adalah ? 4,334 , nilai tertinggi adalah ? 8,666. Luas jarak sebaran adalah 13 – 0 = 13, sehingga setiap deviasi standarnya bernilai 2,166 , dan mean teoritisnya adalah 6,5. Hasil pengolahan yang ditunjukkan dalam tabel di atas terlihat bahwa dari keseluruhan subjek yaitu 67 orang, mayoritas subjek berada pada tingkat kepercayaan diri tinggi, yaitu sebesar 67,17 %.

3. Uji Asumsi

Uji asumsi dilakukan sebelum analisis penelitian. Maksud dari pengujian kedua uji normalitas dan linieritas merupakan syarat sebelum dilakukanpengetesan nilai korelasi, agar kesimpulan yang ditarik tidak menyimpang dari kebenaran yang seharusnya.

1. Uji Normalitas

Uji normalitas dilakukan dengan menggunakan program SPSS versi 12.0 dengan teknik statistik One Sample Kolmogorov Smirnov Test. Variabel kecemasan komunikasi interpersonal menunjukkan K-SZ = 1,172 ; p = 1,28 (p?0,05) sedangkan variabel kepercayaan diri K-SZ = 1,461 ; p = 0,028 (p<0,05).

(12)

Hasil uji normalitas ini menunjukkan bahwa kedua alat ukur tersebut memiliki sebaran yang tidak normal.

2. Uji Linieritas

Uji linieritas dilakukan untuk mengetahui linieritas variabel kecemasan komunikasi interpersonal dengan variabel kepercayaan diri. Uji linieritas ini dilakukan dengan menggunakan program komputer SPSS versi 12.0 yaitu untuk statistik compare means. Diperoleh bahwa F = 14,032 ; p = 0.000 (p?0,05), dan

deviation from linierity f = 1,072 ; p = 0,399 (p?0,05). Hsil uji linieritas tersebut

menunjukkan antara kecemasan komunikasi dengan kepercayaan diri bersifat linier dan tidak ada kecenderungan menyimpang dari garis linier.

4. Uji Hipotesis

Hubungan antara kepercayaan diri dengan kecemasan komunikasi interpersonal dapat diketahui dengan cara melakukan uji hipotesis. Hasil analisis data menggunakan teknik korelasi produk moment dari Spearman pada program komputer SPSS versi 12.0, diperoleh angka koefisien korelasi sebesar ?0,378 dengan p = 0,001 (p?0,01), sehingga hipotesis yang menyatakan bahwa ada hubungan negatif antara kepercayaan diri dengan kecemasan komunikasi interpersonal dapat diterima. Hasil uji korelasi tersebut menunjukkan adanya hubungan yang sangat signifikan antara kedua variabel penelitian.

(13)

Pembahasan

Hasil analisi data dari penelitian ini menunjukkan bahwa ada hubungan negatif antara kepercayaan diri dengan kecemasan komunikasi interpersonal . Hal ini berarti semakin tinggi kepercayaan diri maka semakin rendah kecemasan komunikasi interpersonal pada penyandang cacat tubuh. Sebaliknya semakin rendah kepercayaan diri maka semakin tinggi kecemasan komunikasi interpersonalnya.

Kepercayaan diri merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari setiap individu, karena kepercayaan diri dapat mempengaruhi pembentukan dan perkembangan kepribadian, sehingga dapat menentukan sikap dan perilaku dalam berinteraksi dengan individu lain. Pikiran negatif merasa dirinya tidak mampu, tidak akan berhasil, rendah diri, dan merasa akan dinilai negatif oleh orang lain adalah ciri-ciri kepercayaan diri rendah yang merupakan merupakan penyebab timbulnya kecemasan komunikasi interpersonal. Sebaliknya, bila seseorang memiliki kepercayaan diri dimana selalu merasa nyaman bersama dengan orang lain dalam situasi komunikasi umumnya, dapat bersikap santai, tidak kaku, fleksibel dalam suara dan gerak tubuh, terkendali, tidak gugup atau canggung dapat mengurangi tingkat kecemasan komunikasi interpersonal dan meningkatkan keefektifan komunikasi (DeVito, 1997)

Kecemasan komunikasi interpersonal yang dipengaruhi oleh rendahnya kepercayaan diri akan mengakibatkan seseorang tidak mampu membuka pembicaraan, memperluas pembicaraan, mengikuti alur pembicaraan, tidak mampu menyampaikan pesan yang pada akhirnya menghindari situasi

(14)

komunikasi. Hal ini sejalan dengan pendapat Rakhmat (2004) yang menyatakan bahwa orang yang kurang kepercayaan diri akan cenderung sedapat mungkin menghindari komunikasi,. Ia takut orang akan mengejeknya atau menyalahkannya. Hal ini tercantum pada aspek unwillingness (Burgoon & Ruffner, 1978) dari kecemasan komunikasi interpersonal, yang menunjukkan tidak adanya minat untuk ikut berpartisipasi dalam komunikasi.

Menurut teori reinforcement, anak belajar mengulangi perilaku yang diberi

reward, sedang perilaku yang yang tidak diberikan reward atau bahkan diberikan punishment cenderung akan dikurangi atau dihilangkan (Devito, 1984;

Purnamaningsih dan Utami, 1998). Misalnya, anak akan diberi pengukuhan atau

reward apabila ia diam, dan tidak diberi pengukuhan atau mungkin diberi punishment apabila anak berbicara, maka anak tersebut akan menjadi anak yang

pendiam. Dengan demikian ia akan mengalami hambatan dalam memperoleh ketrampilan dalam berkomunikasi dengan sukses. Hal ini akan berpengaruh terhadap perkembangan kemampuan komunikasinya.

Pada aspek control, kurangnya kontrol terhadap situasi berkomunikasi dipengaruhi oleh faktor lingkungan berhubungan dengan lokasi temapt berlangsungnya pembicaraan, dan kurangnya kontrol yang berhubungan dengan ketidakmampuan untuk menyesuaikan perbedaan individu masing-masing partisipan dan adanya reaksi dari individu lain. Sejalan dengan pendapat diatas, McCroskey (DeVito, 1995) mengungkapkan faktor yang menyebabkan meningkatnya kecemasan komunikasi adalah: kurangnya ketrampilan dan pengalaman komunikasi, tingkat evaluasi, status yang lebih rendah, jumlah

(15)

kelompok, tingkat kepastian, tingkat kesamaan dan pengalaman kegagalan atau kesuksesan.

Adanya hubungan yang negatif antara kepercayaan diri dengan kecemasan komunikasi interpersonal dapat dijelaskan bahwa kepercayaan diri merupakan faktor penting yang berpengaruh terhadap kecemasan komunikasi interpersonal, terutama hal ini pada penyandang cacat tunarungu. Hambatan dalam mendengar dan berbicara sebagai faktor penting dalam berkomunikasi, membuat penyandang cacat tunarungu mengalami permasalahan kecemasan komunikasi interpersonal.

Keterbatasan yang dimiliki oleh penyandang cacat tunarungu ini akan mempengaruhi penyesuaian diri terhadap lingkungan dengan melihat dirinya sebagai individu yang memiliki kekurangan, sehingga dengan demikian mengakibatkan penyandang cacat tunarungu merasa kurang berharga (Soemantri, 1996). Perasaan kurang berharga disebabkan pengaruh dari dalam diri terhadap ketunarunguannya maupun pandangan keluarga dan sikap merandahkan masyarakat terhadap kekurangannya tersebut membuat penyandang cacat merasa inferior dan tidak adekuat. Persepsi yang tidak realistik tentang kemampuan dan keterbatasan tersebut cenderung membentuk persepsi yang negatif tentang diri mereka sendiri sehingga mempengaruhi kepercayaan diri mereka.

Pengaruh kepercayaan diri penyandang cacat tunarungu mengakibatkan mereka tidak dapat mengekspresikan apa yang mereka pikirkan kepada orang lain dan mereka juga tidak dapat mengerti apa yang diucapkan oleh orang lain, sehingga penyandang cacat tunarungu tidak dapat berpartisipasi maksimal dalam percakapan (Abdurrahman dan Sudjadi,1994). Proses komunikasi interpersonal

(16)

dan hambatannya dalam hal ini kecemasan komunikasi akibat dari kepercayaan diri yang dimiliki juga dialami oleh penyandang cacat tunarungu. Apalagi mereka memiliki keterbatasan dalam berbicara maupun mendengar.

Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa variabel kecemasan komunikasi interpersonal subjek penelitian mayoritas berada pada tingkat rendah yaitu sebesar 50,76 %, sementara pada variabel kepercayaan diri mayoritas berada pada tingkat tinggi yaitu sebesar 67,17 %. Kontribusi kepercayaan diri sebesar 17,6 %, ini berarti kepercayaan diri memberikan kontribusi sumbangan efektif sebesar 17,6 % terhadap kecemasan komunikasi interpersonal. Sisanya sebesar 82,4 % adalah faktor lain yang juga berpengaruh namun tidak diperhatikan dalam penelitian ini.

Penelitian kepada subjek yang normal dalam pendengaran dan berbicara pernah dilakukan oleh Siska (1996) tentang hubungan kepercayaan diri dengan kecemasan komunikasi interpersonal pada mahasiswa dan penelitian Marwati (2001) mengenai hubungan kepercayaan diri dengan kecemasan komunikasi pada mahasiswa tahun awal Fakultas Psikologi Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta. Penelitian dengan kelompok subjek penyandang cacat tubuh tetapi normal dalam pendengaran pernah dilakukan oleh Nuryanti (1998). Dari hasil penelitian yang telah dilakukan pada kelompok subjek normal dalam pendengaran dapat disimpulkan ada hubungan antara kepercayaan diri dengan kecemasan komunikasi interpersonal. Dengan demikian tidak ada perbedaan antara subjek normal dengan subjek penyandang cacat tunarungu dalam hubungannya antar kepercayaan diri dengan kecemasan komunikasi interpersonal.

(17)

Kesimpulan

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ada hubungan negatif antara kepercayaan diri dengan kecemasan komunikasi interpersonal pada penyandang cacat tunarungu. Semakin tinggi kepercayaan diri maka akan semakin rendah kecemasan komunikasi interpersonal pada penyandang cacat tunarungu. Sebaliknya, semakin rendah kepercayaan dirinya maka akan semakin tinggi kecemasan komunikasi interpersonal pada penyandang cacat tunarungu.

Saran

Berkaitan dengan penelitian ini, saran yang diajukan peneliti berdasarkan hasil yang diperoleh:

1. Saran bagi subjek penelitian

Bagi subjek penelitian agar dapat berkomunikasi lancar dengan orang lain tanpa ada kecemasan komunikasi yang berlebihan, disarankan agar memiliki dan memupuk kepercayaan diri, karena kepercayaan diri terbukti memberikan sumbangan dalam pengurangan kecemasan komunikasi interpersonal. Dengan kepercayaan diri ini pula dapat tercipta komunikasi interpersonal yang efektif. 2. Saran bagi orang tua

Bagi para orang tua yang memiliki anak penyandang cacat tunarungu sebaiknya mendukung dan mendorong anaknya agar memiliki kepercayaan diri yang tinggi walaupun mereka memiliki keterbatasan. Salah satunya dengan mendorong, mendukung dan memberikan kesempatan penyandang cacat tunarungu untuk mampu berkomunikasi dengan siapa saja. Dengan

(18)

berkomunikasi para penyandang cacat tunarungu ini akan meningkatkan kepercayaan diri.

3. Saran bagi peneliti selanjutnya

Bagi peneliti selanjutnya yang tertarik dengan bahasan yang sama, disarankan untuk melengkapi dengan data wawancara dan observasi. Disarankan pula untuk menggunakan faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi kecemasan komunikasi interpersonal. Faktor-faktor tersebut bisa berasal dari dalam maupun dari luar diri seseorang.

(19)

DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman, M dan Sudjadi. 1994. Pendidikan Luar Biasa Umum. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi.

Burgoon, M and Ruffner, M. 1978. Human Communication. New York: Healt Renehard & Wiston.

DeVito, J. 1997. Komunikasi Antar Manusia Kuliah Dasar Edisi Kelima (Terjemahan). Jakarta: Professional Books.

_________. 1995. The Interpersonal Communication Book. New York: Harper College Publisher

Lauster, P. 2003. Tes Kepribadian, terjemahan: D.H Gulo. Jakarta: Bumi Aksara.

Marwati, S. 2001. Kepercayaan Diri Dan Kecemasan Dalam Komunikasi Interpersonal Pada Mahasiswa Tahun Awal Fakultas Psikologi Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta. Skripsi (Tidak Diterbitkan). Yogyakarta: Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada.

Nuryanti, L. 1998. Hubungan Kepercayaandiri Dengan Kecemasan Komunikasi Interpersonal Pada Penyandang Cacat Tubuh. Skripsi (Tidak Diterbitkan). Yogyakata: Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada.

Rakhmat, J. 2004. Psikologi Komunikasi. Bandung: Penerbit Remadja Karya.

Siska. 1996. Kepercayaan Diri dan Kecemasan Komunikasi Interpersonal Pada Mahasiswa, Skripsi (Tidak Diterbitkan). Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada.

Somantri, S. 1996. Psikologi Anak Luar Biasa. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Proyek Pendidikan Tenaga Guru.

Sumampouw, A dan Setiasih. 2003. Profil Kebutuhan Remaja Tunarungu. Anima

(20)

Referensi

Dokumen terkait

HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL PADA PENYANDANG..

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara kestabilan emosi dan penerimaan diri dengan kecemasan komunikasi interpersonal pada remaja.. Subjek penelitian adalah

Mahasiswa dengan kepercayaan diri tinggi memiliki kecemasan yang rendah saat menghadapi; (2) Terdapat hubungan negatif yang signifikan antara dukungan sosial dengan

Oleh karena itu kemampuan komunikasi interpersonal sangat penting untuk membangun hubungan yang baik dengan individu lain terutama pada remaja karena akan sangat berpengaruh

Hasil dari penelitian tersebut menyatakan bahwa terdapat hubungan negatif yang sangat signifikan antara komunikasi interpersonal dosen pembimbing mahasiswa dan

Rendahnya Kepercayaan (Low Trust), kepercayaan merupakan faktor yang penting dan mendasar dalam proses komunikasi dan hubungan interpersonal, dan pada waktu

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara kecemasan bertanding dengan efektivitas komunikasi interpersonal pelatih dengan atlet pada atlet Persatuan

Berdasarkan dari hasil penelitian, maka dapat disimpulkan bahwa penelitian mengenai “hubungan antara persepsi komunikasi interpersonal remaja dalam keluarga dengan kepercayaan