• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. (public servant), sebagai salah satu sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD), dan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. (public servant), sebagai salah satu sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD), dan"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

Pada umumnya Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) di Indonesia dalam menjalankan usahanya dibebankan tiga misi, yaitu sebagai pelayan masyarakat (public servant), sebagai salah satu sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD), dan juga sebagai agen pendorong pertumbuhan ekonomi daerah (agent of development), namun dalam perkembangannya, kinerja sebagian besar Perusahaan Daerah (PD)/BUMD masih rendah. Hal ini disebabkan oleh: tidak adanya landasan hukum dalam bentuk undang-undang yang memayungi pelaksanaan PD/BUMD, adanya campur tangan politis dalam aktivitas perusahaan, kemampuan sumber daya manusia yang rendah, struktur organisasi/kelembagaan yang menyebabkan naiknya biaya (inefisiensi), dan sifat kegiatan yang tidak dikelola sebagai usaha bisnis.

PDAM merupakan profil atau salah satu bentuk Perusahaan Daerah yang ada di setiap kabupaten/kota, dimana badan usaha ini dibentuk oleh pemda yang bergerak pada pengadaan, pengelolaan, dan pengembangan air bersih. Pengelolaan PDAM diserahkan sepenuhnya kepada pemda kabupaten/kota. Selanjutnya PDAM diharapkan berfungsi sebagai pelayan masyarakat dan diharapkan mampu memberikan kontribusi bagi Pendapatan Asli Daerah (PAD). Fungsi ganda sebagai non-profit business dan sekaligus sebagai for profit business, menyebabkan PDAM tidak bersifat pure non-profit organizations melainkan bersifat quasi non-profit organizations (Mediaty, 2010).

(2)

Berdasarkan hasil audit Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) tahun 2006, sebanyak 75,34 % PDAM (168 PDAM) dalam kondisi tidak sehat dan hanya 24,66 % (55 PDAM) dalam kondisi sehat. Di samping itu, sebanyak 108 PDAM tidak dapat menyusun laporan keuangan, dan apabila PDAM-PDAM ini dikategorikan tidak sehat, maka jumlah PDAM tidak sehat pada tahun 2006 mencapai 276 PDAM (81,56 %). Lebih jauh dari itu, sebanyak 60 PDAM (dari 168 tidak sehat) ternyata kekayaannya telah negatif bahkan ada yang nilainya mencapai negatif 330%. BPKP mencatat pula bahwa pada akhir tahun 2006 utang PDAM kepada pemerintah mencapai Rp5,66 trilyun dimana sebesar Rp2,22 trilyun merupakan bunga, denda, dan biaya administrasi. Sampai dengan bulan Juni 2008, jumlah PDAM di seluruh Indonesia seperti tercatat oleh BPKP adalah 350. Dari jumlah tersebut, sebanyak 266 PDAM sudah menjalani audit kinerja dan 163 sudah menjalani audit keuangan. Ada 119 PDAM untuk tahun buku 2007 tidak mampu membuat laporan keuangan. Kenyataan ini diperkuat dengan banyaknya hasil penelitian yang mengukur kinerja PDAM berdasarkan kinerja keuangan, baik yang menggunakan rasio-rasio keuangan maupun pengukuran kinerja keuangan yang berpedoman pada Kepmendagri No. 47/KMK.013/1999, menyimpulkan bahwa kinerja keuangan PDAM pada umumnya tidak sehat atau kondisi keuangannya bermasalah (Mediaty, 2010).

Menurut hasil evaluasi Badan Pendukung Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum (BPPSPAM) pada tahun 2010, PDAM Tirtawening termasuk kedalam kinerja PDAM dengan status PDAM Sehat, akan tetapi pada saat ini, umumnya pelanggan PDAM Tirtawening Kota Bandung masih banyak

(3)

yang mengeluh, baik yang disampaikan secara langsung maupun melalui media massa dan elektronik, dimana sistem layanan dan kinerja (performance) berupa kualitas, kuantitas dan kontinuitas air yang dinikmati pelanggan masih jauh dari yang diharapkan, kondisi tersebut menunjukkan bahwa kinerja pelayanan air bersih yang diberikan PDAM Tirtawening Kota Bandung belum sepenuhnya memberikan kepuasan kepada pelanggan (Ii Halilah, 2007).

Selain PDAM merupakan lembaga yang dibentuk untuk memberikan pelayanan air bersih kepada masyarakat PDAM juga menjadi tumpuan bagi daerah untuk memperoleh Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang pada saat ini mengalami kesulitan dalam menjalankan kedua misi utamanya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui secara lebih mendalam tentang bagaimana kinerja perusahaan daerah yaitu PDAM Kota Bandung dan faktor - faktor apa yang mempengaruhinya. Ada beberapa faktor yang diduga mempengaruhi kinerja PDAM diantaranya faktor lingkungan, seperti kebijakan pemerintah, kekuatan hukum dan politik, teknologi, sumberdaya, pesaing, selera pelanggan dan pengelolaan PDAM. Lingkungan tersebut merupakan lingkungan yang berada di luar organisasi, namun di pertimbangkan dalam pengambilan keputusan bisnis (Beal, 2000).

Faktor lain yang juga diduga berpengaruh terhadap kinerja PDAM adalah perencanaan strategi. Strategi yang dirumuskan PDAM merupakan keahlian manajemen dalam mengelola PDAM. Strategi merupakan faktor faktor internal yang penting untuk dipertimbangkan dalam perencanaan dan pengambilan keputusan. (Mulyadi, 2001, Hari S, 2006).

(4)

Penelitian yang dilakukan saat ini adalah penelitian yang menilai kinerja PDAM bukan hanya kinerja keuangan semata, tetapi lebih luas dari itu dengan menggunakan pendekatan Balanced Scorecard. Pengukuran kinerja menggunakan pendekatan balanced scorecard, dibagi dalam empat perspektif yaitu, perspektif keuangan, pelanggan, bisnis internal serta pertumbuhan dan pembelajaran (De Bruijn, Hans, 2002). Balanced scorecard memberi manfaat bagi organisasi dalam

beberapa cara:

 Menjelaskan visi organisasi

 Menyelaraskan organisasi untuk mencapai visi itu

 Mengintegrasikan perencanaan strategis dan alokasi sumber daya

 Meningkatkan efektivitas manajemen dengan menyediakan informasi yang tepat untuk mengarahkan perubahan.

Penilaian kinerja dengan pendekatan Balanced Scorecard, dinilai cocok untuk organisasi sektor publik baik yang pure non profit organizations (Pemerintahan Daerah) maupun yang bersifat quasy non profit organizations seperti PDAM, karena pengukuran kinerja dengan Balance Scorecard bukan hanya penggabungan ukuran keuangan dan non keuangan, melainkan merupakan hasil dari suatu proses atas-bawah (top-down), tidak hanya menekankan pada aspek kuantitatif financial tetapi juga aspek kualitatatif non financial. Hal ini sejalan dengan UUD NO. 6 tahun 1969 tentang perusahaan daerah dan tujuan PDAM berdasarkan Kepmendagri No 690.900.327 tahun 1994 yang menempatkan laba bukan sebagai ukuran kinerja utama namun pelayanan pada masyarakat yang cenderung bersifat kualitatif dan non financial.

(5)

Dalam penelitian yang dilakukan oleh Husni Mubarok (2011), yang melakukan penelitian pada PDAM Kota Yogyakarta. Hasilnya menunjukan bahwa dapat hubungan Lingkungan strategi berpengaruh terhadap perencanaan strategis. Kedua Budaya berpengaruh terhadap perencanaan strategis. Ketiga Perencanaan strategis berpengaruh terhadap kinerja perusahaan. Keempat Gaya kepemimpinan berpengaruh terhadap kinerja perusahaan (Husni, 2011).

Penelitian ini mengacu pada penelitian yang telah dilakukan oleh Mediaty (2010) yaitu Pengaruh Lingkungan Strategi, Budaya Organisasi, dan Perencanaan Strategi terhadap Kinerja Perusahaan Daerah Air Minum di Sulawesi Selatan sedangkan peneliti sekarang meneliti Pengaruh Lingkungan Strategi, Budaya Organisasi, dan Perencanaan Strategi terhadap Kinerja Perusahaan Daerah Air Minum Tirtawening Kota Bandung.

Beberapa hasil penelitian menyimpulkan bahwa terdapat Pengaruh yang positif antara lingkungan strategi, budaya organisasi, dan perencanaan strategi terhadap kinerja perusahaan, artinya perencanaan strategi yang baik dapat meningkatkan kinerja PDAM (Yurniwati 2003).

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai analisis adanya pengaruh lingkungan strategi, budaya organisasi dan perencanaan strategi terhdap kinerja perusahaan daerah dan bermaksud menuangkannya kedalam bentuk skripsi dengan judul: “Pengaruh Lingkungan Strategi, Budaya Organisasi, dan Perencanaan Strategi terhadap Kinerja Perusahaan Daerah” (Studi Kasus Pada PDAM Tirtawening Kota Bandung).

(6)

1.2 Identifikasi Masalah

Sesuai dengan latar belakang penulisan yang telah dikemukakan sebelumnya, maka masalah yang dapat diidentifikasikan yaitu :

1. Bagaimana pengaruh lingkungan strategi terhadap kinerja PDAM Tirtawening Kota Bandung?

2. Bagaimana pengaruh budaya organisasi terhadap kinerja PDAM Tirtawening Kota Bandung?

3. Bagaimana pengaruh perencanaan strategi terhadap kinerja PDAM Tirtawening Kota Bandung?

4. Seberapa besar tingkat pengaruh lingkungan strategi, budaya organisasi dan perencanaan staregi terhadap kinerja PDAM Tirtawening Kota Bandung.

1.3 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang permasalahan dan identifikasi masalah tersebut, rumusan masalah ini adalah: “Apakah lingkungan strategis, budaya organisasi, dan perencanaan strategis berpengaruh terhadap kinerja PDAM Tirtawening Kota Bandung ?”

1.4 Maksud dan Tujuan Penelitian

Maksud dari penelitian yang akan peneliti lakukan adalah untuk memperoleh data dan informasi yang akan memberikan gambaran tentang evaluasi adanya pengaruh lingkungan strategi, budaya organisasi dan perencanaan strategi terhadap PDAM Tirtawening Kota Bandung.

(7)

Adapun tujuan penelitian ini adalah:

1. Mengetahui pengaruh lingkungan strategi terhadap kinerja PDAM Tirtawening Kota Bandung.

2. Mengetahui pengaruh budaya organisasi terhadap kinerja PDAM Tirtawening Kota Bandung.

3. Mengetahui pengaruh perencanaan strategi terhadap kinerja PDAM Tirtawening Kota Bandung.

4. Mengetahui seberapa besar tingkat pengaruh lingkungan strategi, budaya organisasi, dan terhadap kinerja perusahaan daerah khususnya PDAM Tirtawening Kota Bandung.

1.5 Kegunaan Penelitian

Beberapa kegunaan yang diharapkan dapat diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

a. Kegunan Akademis 1. Bagi Penulis

Penelitian yang dilakukan secara langsung ini diharapkan dapat menambah pengetahuan tentang masalah yang akan diteliti yaitu evaluasi adanya pengaruh lingkungan strategi, budaya organisasi dan perencanaan strategi terhadap kinerja perusahaan daerah kususnya PDAM Tirtawening Kota Bandung serta melihat kesesuaian teori yang ada dengan praktik di lapangan.

(8)

Penulis berharap dari hasil penelitian ini mampu memberi masukan berharga yang mampu meningkatkan efektivitas kinerja perusahaan. 3. Bagi pembaca

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan pengetahuan dan dapat dijadikan bahan referensi, khususnya untuk mengkaji topik-topik yang berkaitan dengan masalah yang dibahas dalam penelitian ini.

b. Kegunaan Praktis

Sebagai bahan masukan untuk Perusahaan Daerah di Kota Bandung khususnya PDAM Tirtawening Kota Bandung dalam mengevaluasi adanya pengaruh lingkungan strategi, budaya organisasi, dan perencanaan strategi terhadap kinerja perusahaan daerah yaitu PDAM Tirtawening Kota Bandung sebagai salah satu sarana peningkatan kualitas pelayanan perusahaan terhadap masyarakat baik bersifat finansial maupun non finansial.

1.6 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dan pengumpulan data ini akan dilakukan pada Kantor Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Tirtawening Kota Bandung Jl. Badaksinga No. 10, Telp. 2512023 Bandung. Penelitian ini akan mulai dilakukan dari bulan Februari sampai dengan selesai.

Referensi

Dokumen terkait

Jika dibandingkan dengan Kota Bangkalan, masih sangat tertinggal jauh, karena kurangnya pemanfaatan berbagai media yang saat ini bisa menghipnotis jutaan

menghitung volume (V) masing-masing kegiatan untuk setiap jenjang Jabatan Fungsional Pengelola Kesehatan Ikan dalam 1 (satu) tahun, sesuai dengan satuan hasil

Skripsi yang berjudul Implementasi Bahan Ajar Lembar Kerja Siswa (LKS) Sebagai Media Pembelajaran Fiqih Di Madrasah Tsanawiah Negeri 3 Tanah Laut Kabupaten Tanah Laut, ditulis oleh

aureus resisten terhadap antibiotik ciprofloxacin (15%), cefotaxime (31%), dan cefadroxil (8%), sedangkan bakteri Gram negatif yang mengalami resistensi tertinggi

Pada penelitian tugas akhir ini dilakukan perbandingan algoritma Naïve Bayes dengan Multinomial Naïve Bayes untuk menentukan algoritma mana yang lebih efektif dalam

Asupan protein total, protein nabati, dan zink yang kurang serta usia ≥60 tahun merupakan faktor risiko kepadatan tulang rendah pada wanita pascamenopause

Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui perubahan penggunaan lahan di DAS Mamasa pada periode tahun 2000- 2014, Memperoleh besarnya laju erosi yang terjadi di

Sudiyono (2001) menyatakan bahwa margin pemasaran yang tinggi tidak selalu mengindikasikan keuntungan yang tinggi, tergantung berapa besar biaya-biaya yang harus