WARGA BINAAN PEREMPUAN DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN KLAS
II A WIROGUNAN YOGYAKARTA
WOMEN EMPOWERMENT THROUGH GUIDANCE SKILL RESIDENTS UNDER THE JURISDICTION OF WOMEN IN A CORRECTIONAL INSTITUTION CLASS II A WIROGUNAN YOGYAKARTA
Oleh: Afriyanti, Pendidikan Luar Sekolah, universitas negeri yogyakarta, yantiafri@rocketmail.com
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan: (1) pelaksanaan program pemberdayaan perempuan melalui pembinaan keterampilan warga binaan perempuan di Lapas Klas II A Wirogunan Yogyakarta. (2)hasil dari pelaksanaan pembinaan keterampilan untuk warga binaan perempuan di Lapas Klas II A Wirogunan. (3) faktor pendukung dan penghambat pelaksanaan pembinaan keterampilan warga binaan perempuan di Lembaga Pemasyarakatan Klas II A Wirogunan Yogyakarta. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan jenis penelitian deskriptif. Penentuan subyek menggunakan teknik purposive sampling. Subjek penelitian ini adalah Petugas Lembaga Pemasyarakatan, pembina teknis/ instruktur dan warga binaan perempuan di Lembaga Pemasyarakatan Klas II A Wirogunan. Objek penelitian ini adalah pelaksanaan program pemberdayaan perempuan melalui pembinaan keterampilan warga binaan perempuan di Lembaga Pemasyarakatan Klas II A Wirogunan. Data penelitian diperoleh melalui observasi, wawancara dan dokumentasi. Analisis data menggunakan teknik pengumpulan data, reduksi, display data dan penarikan kesimpulan. Pengujian keabsahan data dilakukan menggunakan trianggulasi sumber. Hasil penelitian menunjukkan bahwa di Lembaga Pemasyarakatan Klas II A Wirogunan Yogyakarta (1) pemberdayaan perempuan melalui pembinaan keterampilan yang dilakukan oleh Petugas Lembaga Pemasyarakatan dan Pembina Teknis berupa kegiatan pembinaan keterampilan untuk bekal warga binaan perempuan ketika bebas agar mandiri dengan kemampuan yang dimiliki. Pelaksanaan kegiatan meliputi : perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. Pada kegiatan perencanaan dilakukan identifikasi minat, bakat dan potensi yang dimiliki oleh warga binaan perempuan. Pada tahap pelaksanaan, warga binaan diberikan materi dasar sebelum praktek. Kemudian dilakukan evaluasi untuk mengetahui kemampuan warga binaan perempuan (2) hasil pelaksanaan pembinaan keterampilan adalah peningkatan keterampilan, perubahan sikap, perilaku dan motivasi (3) faktor pendukung pelaksanaan pembinaan keterampilan yakni keinginan dari diri warga binaan perempuan, tersedianya sarana dan prasarana serta adanya kepedulian dari Petugas Lembaga Pemasyarakatan dan lembaga diluar Lembaga Pemasyarakatan. Sedangkan faktor penghambatnya adalah terbatasnya kemampuan pembina teknis, tidak adanya pembagian jadwal pembinaan keterampilan dan pemasaran produk yang belum maksimal.
Kata kunci: pembinaan keterampilan, warga binaan, pemberdayaan perempuan Abstract
This research aims to describe :(1) The implementation of the program women empowerment through guidance skill residents under the jurisdiction of women in correctional institution Class II A Wirogunan Yogyakarta. (2) The result of the implementation of the coaching skills to residents under the jurisdiction of women in correctional institution Class II A Wirogunan (3) Supporting factors and inhibitors of the implementation of the guidance skill residents under the jurisdiction of women in a correctional institution Class II A Wirogunan Yogyakarta. This research used a qualitative approach through the kind of descriptive research . The determination of the subject of using a technique purposive of sampling .The subject of this study is the
instructors and residents under the jurisdiction of women in a correctional institution Class II A Wirogunan. Object this research is the implementation of the program women empowerment through guidance skill residents under the jurisdiction of women in a correctional institution Class II A Wirogunan. The data obtained through observation, interviews and documentation. Analysis of data used technique data collection, reduction, display data and the withdrawal of conclusion. Testing the validity of data carried out using triangulation source. The research results show that in a correctional institution Class II A Wirogunan Yogyakarta (1) Women empowerment through guidance skills that was conducted by the officer a correctional institution and trustees technical of development activities skills to provision residents under the jurisdiction of women when freely to be independent with capability owned. The implementation of community activities includes: planning, the implementation and evaluation. The work of the planning identification interest , talent and potentials by the under the jurisdiction of women. On implementation stage, given residents under the jurisdiction of the basic material before practice. Then will be evaluated to know the ability residents under the jurisdiction of women. (2) Result for guidance skill is a change in attitude, behavior and motivation, and increase in insight skill residents under the jurisdiction of women and goods or products which economy value. (3) Supporting factor the implementation of the guidance skill the desire of residents under the jurisdiction of women, the availability of facilities and infrastructure and the care officers a correctional institution and institutions out a correctional institution. While factors barrier is financial shortage of the trustees technical, not the distribution of the schedule guidance skill and marketing products not maximum .
Keywords : guidance skill , residents under the jurisdiction , women empowerment
PENDAHULUAN
Kondisi kaum perempuan di Indonesia saat ini sangatlah memprihatinkan, para perempuan dipandang sebagai kaum yang lemah dan hanya dianggap sebagai seseorang yang hanya mampu melaksanakan tugas sebagai ibu rumah tangga. Selain itu, dengan masih adanya budaya patriarki yang masih berlaku di masyarakat Indonesia. Keberadaan budaya patriarki secara langsung maupun tidak langsung menempatkan kaum perempuan di kelas bawah setelah laki-laki.
Secara statistik diketahui bahwa jumlah penduduk perempuan hampir
sebanding dengan jumlah penduduk laki-laki. Berdasarkan sensus penduduk tahun 2010, negara Indonesia memiliki jumlah penduduk perempuan yang besar yakni 118.048.783 penduduk perempuan. Maka dari itu, kaum perempuan dapat menjadi modal dasar dalam pembangunan negara.
Pemberdayaan harus ditujukan pada kelompok masyarakat yang lemah dan belum memiliki kemampuan serta keahlian. Dari segi ekonomi perempuan masih lemah, Disamping itu, perempuan tidak memiliki keterampilan yang cukup sehingga mengakibatkan perempuan terperangkap dalam garis kemiskinan. Keadaan inilah
yang menjadi pemicu kaum perempuan ikut terjun ke dunia kerja.
Akan tetapi lapangan pekerjaan yang ada di Indonesia saat ini jumlahnya sangat terbatas. Data yang diperoleh Badan Pusat Statistika (BPS) pada tahun 2012 menunjukkan bahwa jumlah pencari kerja di Indonesia ada 240.476 orang sedangkan jumlah lowongan kerja yang tersedia ada 135.301 tenaga kerja yang dibutuhkan. Padahal jumlah penduduk di Indonesia adalah 237.641.326 jiwa, bahkan pada tahun 2014 bertambah menjadi 244.818.900 jiwa.
Sulitnya memperoleh pekerjaan yang layak dan kurangnya keterampilan yang dimiliki menyebabkan sebagian masyarakat tak terkecuali perempuan, terpaksa melakukan segala cara seperti aksi pencurian, penipuan bahkan menjadi bandar narkoba untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarga, padahal jelas-jelas perbuatan tersebut adalah tindakan yang melanggar hukum. Dalam perhitungan Badan Pusat Statistik, selama periode tahun 2011-2013 terjadi 342.084 kasus kejahatan di Indonesia yang dilaporkan oleh Polda Metro Jaya. Data tersebut menjelaskan bahwa tindak kriminal tidak hanya dilakukan oleh kaum laki-laki melainkan kaum perempuan juga melakukan hal tersebut.
Oleh karena itu, kaum perempuan yang terlanjur terjerumus ke dalam tindakan kriminalitas dan berstatus sebagai narapidana harus dilibatkan dalam program
pemberdayaan perempuan yang
dimaksudkan agar kaum perempuan yang terjerumus ke dalam tindakan tersebut tidak akan mengulangi perbuatan itu lagi. Salah satu program pemberdayaan perempuan yang ditujukan untuk warga binaan perempuan adalah melalui kegiatan pembinaan.
Pembinaan bagi para warga binaan pemasyarakatan perempuan merupakan salah satu bagian dari program pemberdayaan perempuan. Salah satu pembinaan yang dilakukan oleh Lembaga Pemasyarakatan Klas II A Wirogunan Yogyakarta untuk warga binaan perempuan adalah kegiatan pembinaan keterampilan melalui pelatihan. Pelatihan berperan dalam meningkatkan keterampilan tertentu yang dibutuhkan oleh masyarakat dalam konteks pemberdayaan masyarakat guna peningkatan kualitas hidupnya. Selain dari hal tersebut, dalam pemberdayaan masyarakat tentunya tidak serta merta hanya membuat suatu pelatihan saja, tetapi perlu adanya tindak lanjut yang berupa tindakan nyata secara bertahap dan berkesinambungan.
Namun tidak dipungkiri bahwa pembinaan keterampilan yang dilakukan oleh Lembaga Pemasyarakatan Wirogunan belum optimal dilaksanakan, terdapat beberapa kendala yang dihadapi, contoh masih kurangnya sumber tenaga ahliatau pembina yang mempunyai peran penting terselenggaranya pembinaan keterampilan.
Dari latar belakang inilah peneliti ingin mengkaji tentang pemberdayaan perempuan melalui pembinaan keterampilan yang dilakukan di Lembaga Pemasyarakatan Klas II A Wirogunan Yogyakarta. Dengan harapan dapat mengetahui bagaimana pelaksanaan pemberdayaan perempuan melalui pembinaan keterampilan, hasil dari pelaksanaan pembinaan keterampilan serta mengetahui faktor-faktor pendukung dan penghambat pelaksanaan pembinaan keterampilan warga binaan perempuan. METODE
Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dan menggunakan metode pendekatan kualitatif. Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan secara mendalam mengenai pemberdayaan perempuan melalui pembinaan keterampilan warga binaan pemasyarakatan perempuan di
Lembaga Pemasyarakatan Klas II A Wirogunan Yogyakarta.
Setting dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Lembaga Pemasyarakatan Klas II A Wirogunan Yogyakarta yang merupakan salah satu tempat memberikan bimbingan dan pembinaan terhadap warga binaan pemasyarakatan, khususnya kegiatan pembinaan ketrampilan untuk warga binaan pemasyarakatan perempuan. Penelitian dilakukan selama pelaksanaan pembinaan ketrampilan di Lapas Wirogunan Yogyakarta berlangsung, yaitu mulai bulan April sampai bulan Juni 2016.
Subyek Penelitian
Penentuan subyek penelitian menggunakan teknik purposive sampling. Subyek dalam penelitian ini adalah Petugas Pemasyarakatan, instruktur atau Pembina Teknis, dan warga binaan pemasyarakatan. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan pada penelitian ini adalah dengan wawancara, observasi dan dokumentasi. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini diperoleh dengan langkah-langkah sebagai berikut : 1.Pengumpulan
Data, data yang diperoleh dari hasil observasi, wawancara dan dokumentasi dicatat dalam bentuk catatan lapangan. 2.Reduksi Data, bertujuan untuk memberi gambaran dan mempertajam hasil dari pengamatan yang sekaligus untuk mempermudah kembali pencarian data yang diperoleh. 3.Penyajian Data, data yang diperoleh dari hasil observasi,wawancara dan dokumentasi dianalisis kemudian disajikan dan disusun secara berurutan dalam bentuk catatan lapangan, catatan wawancara dan dokumentasi. 4.Penarikan Kesimpulan, data yang telah disajikan dapat ditarik menjadi sebuah kesimpulan terhadap seluruh data yang telah diperoleh selama berlangsungnya proses pengumpulan data. HASIL PENELITIAN
Pemberdayaan Perempuan Melalui
Pembinaan Keterampilan
a. Perencanaan Pembinaan
Keterampilan
Dalam melakukan perencanaan kegiatan pembinaan keterampilan dimulai dari perwalian untuk mengidentifikasi bakat, minat dan potensi yang dimiliki oleh para warga binaan perempuan. Setelah mengetahui hasilnya, lalu dikoordinasikan oleh Petugas Lembaga Pemasyarakatan dan Kepala Lembaga Pemasyarakatan
untuk kemudian ditentukan pembinaan keterampilan apa yang sesuai untuk warga binaan.
b. Pelaksanaan Pembinaan
Keterampilan
Bentuk kegiatan pembinaan
keterampilan untuk warga binaan perempuan berupa pemberian pelatihan keterampilan yang bersifat praktis. Pembinaan keterampilan yang dilaksanakan di Lembaga Pemasyarakatan Wirogunan yaitu pembinaan keterampilan menjahit, merajut, membatik dan
handycraft. Warga binaan perempuan
terlebih dahulu diberikan materi dasar sebelum melakukan praktek.
c. Evaluasi Pembinaan Keterampilan Tahap evaluasi dilakukan ketika proses pembinaan keterampilan berjalan dengan mengamati secara langsung ataupun dengan metode tanya jawab.
Hasil Pelaksanaan Pembinaan
Keterampilan
a. Perubahan yang Terjadi Setelah Mendapat Pembinaan Keterampilan 1) Peningkatan Keterampilan
Dengan adanya pembinaan keterampilan para warga binaan mempunyai peningkatan dalam segi keterampilan dan membuat warga
binaan perempuan mempunyai bekal keterampilan.
2) Perubahan Sikap dan Perilaku
Sikap yang ditunjukkan warga binaan perempuan saat mengikuti kegiatan pembinaan keterampilan adalah baik dan sopan. Hubungan dan perilaku yang terjalin antara Warga Binaan Perempuandengan Petugas Pemasyarakatan maupun dengan Pembina Teknis terjalin dengan baik dan harmonis.
3) Peningkatan Keterampilan
Dengan adanya pembinaan keterampilan para warga binaan mempunyai peningkatan dalam segi keterampilan dan membuat warga binaan perempuan mempunyai bekal keterampilan.
4) Perubahan Motivasi
Warga binaan perempuan yang mengikuti pembinaan keterampilan, mayoritas mempunyai rencana dan motivasi akan melanjutkan keterampilan yang mereka dapatkan ketika bebas nanti.
b. Barang atau Produk yang Dihasilkan Barang atau produk yang dihasilkan warga binaan perempuan setelah mengikuti pembinaan keterampilan,
antara lain yaitu tas rajut, selendang batik, sprei, dompet, bunga hias dan lain-lain.
Faktor Pendukung dan Penghambat Pelaksanaan Pembinaan Keterampilan 1. Faktor Pendukung
Faktor pendukung dalam
pelaksanaan pembinaan antara lain tersedianya sarana dan prasarana, adanya keinginan dari beberapa warga binaan perempuan untuk maju, adanya kepedulian dari para Petugas Lembaga Pemasyarakatan dan lembaga diluar Lapas yang mau bekerjasama.
2. Faktor Penghambat
Faktor penghambat yakni masih adanya keterbatasan dalam penyediaan SDM. Tidak adanya jadwal yang ditetapkan untuk kegiatan keterampilan, Pembina teknis yang disediakan hanya satu sehingga keterampilan yang dimiliki terbatas.Selain itu, dalam melakukan pemasaran produk masih mempunyai kesulitan.
PEMBAHASAN
Pelaksanaan Pemberdayaan Perempuan melalui Pembinaan Keterampilan
a. Perencanaan Pembinaan
Menurut Sudjana (2000: 218) tahap perencanaan adalah tahap dimana penggerak atau penyelenggara program mempersiapkan segala hal yang berkaitan dengan pelaksanaan program.Perencanaan yang dilakukan dalam menentukan pembinaan keterampilan adalah dengan mengidentifikasi potensi, minat dan bakat yang dimiliki oleh warga binaan perempuan. Setelah itu dikoordinasikan oleh Petugas Lembaga Pemasyarakatan dan Kepala Lembaga Pemasyarakatan untuk menentukan pembinaan keterampilan yang akan dilakukan.
b. Pelaksanaan Pembinaan
Keterampilan
Pelaksanaan kegiatan pembinaan keterampilan untuk warga binaan perempuan dilaksanakan di Blok Wanita. Pembinaan dilakukan oleh Pembina Teknis dan di dampingi oleh Petugas Lembaga Pemasyarakatan. Pembina Teknis memberikan materi dasar terlebih dahulu sebelum warga binaan perempuan melakukan praktek langsung. Dalam pelaksanaannya, pembina teknis menggunakan metode ceramah,tanya jawab, pemberian motivasi serta pendekatan personal dan kelompok. Hal tersebut dilakukan agar kegiatan pembinaan
keterampilan dapat berjalan dengan maksimal dan sesuai dengan tujuan awal yakni untuk memberikan bekal keterampilan kepada para warga binaan perempuan untuk kemudian dimanfaatkan ketika bebas dari Lapas dan kembali berbaur dengan masyarakat.
c. Evaluasi Pembinaan Keterampilan Tahap evaluasi yang dilakukan biasanya dilakukan ketika proses pembinaan keterampilan berjalan dengan mengamati secara langsung warga binaan perempuan saat melakukan kegiatan keterampilan ataupun dengan melakukan tanya jawab. Dengan evaluasi langsung tersebut dapat digunakan untuk mengetahui keberhasilan dan kekurangan program pembinaan keterampilan tersebut. Hal diatas sesuai dengan pendapat Syamsu Mappa (Sudjana, 2000: 267) bahwa penilaian program pendidikan luar sekolah sebagai kegiatan yang dilakukan untuk menetapkan keberhasilan dan kegagalan program pendidikan.
Hasil Pembinaan Keterampilan untuk Warga Binaan Perempuan
Tujuan dari dilaksankannya kegiatan pembinaan adalah adanya perubahan yang terjadi dalam diri warga binaan perempuan, salah satu perubahan yang diharapkan yakni
perubahan sikap dan perilaku serta motivasi dari dalam diri warga binaan. Sikap yang ditunjukkan para warga binaan perempuan mayoritas berkelakuan baik. Adapun perilaku yang terlihat ketika saling berkomunikasi terjalin dengan harmonis
Hal diatas seperti tujuan khusus pembinaan yang dilakukan kepada warga binaan pemasyarakatan dalam Departemen Kehakiman dan HAM RI (2004: 56-57), yaitu :
a) Berhasil memantapkan kembali harga diri dan kepercayaan dirinya serta bersikap optimis akan masa depannya. b) Berhasil memperoleh pengetahuan,
minimal keterampilan untuk bekal mampu hidup mandiri dan berpartisipasi dalam kegiatan pembangunan nasional. c) Berhasil menjadi manusia yang patuh
hukum yang tercermin pada sikap dan perilakunya yang tertib, disiplin, serta
mampu menggalang rasa
kesetiakawanan social.
d) Berhasil memiliki jiwa dan semangat pengabdian terhadap bangsa dan Negara Menurut Onny S. Prijono menyatakan bahwa “proses pemberdayaan perempuan merupakan tindakan usaha perbaikan atau peningkatan ekonomi, social budaya, politik dan psikologi baik secara individual maupun
kolektif yang berbeda menurut kelompok etnik dan kelas social (1996 : 200). Proses pemberdayaan perempuan yang dilakukan melalui kegiatan pembinaan keterampilan untuk warga binaan perempuan di Lembaga Pemasyarakatan Wirogunan dapat memperbaiki atau meningkatkan ekonomi para warga binaan perempuan selama berada di dalam Lembaga Pemasyarakatan, baik secara individual ataupun secara kolektif. Sehingga dalam hal ini, tujuan dari pemberdayaan perempuan dapat tercapai.
Faktor Pendukung dan Penghambat Pembinaan Keterampilan
1. Faktor Pendukung
Faktor pendukung kegiatan pembinaan keterampilan adalah sarana dan prasarana, kepedulian Petugas Lapas dan lembaga diluar Lapas serta minat dan kreatifitas dari warga binaan perempuan.
2. Faktor Penghambat
Faktor penghambat kegiatan pembinaan keterampilan adalah keterbatasan SDM, tidak ada jadwal yang ditentukan, keterbatasan kemampuan pembina teknis serta pemasaran produk yang belum maksimal.
Berdasarkan uraian hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan oleh peneliti, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Pemberdayaan Perempuan Melalui Pembinaan Keterampilan
a. Kegiatan pemberdayaan perempuan melalui pembinaan keterampilan untuk para warga binaan perempuan berupa kegiatan pembinaan keterampilan menjahit, pembinaan keterampilan membatik, pembinaan keterampilan merajut, dan pembinaan keterampilan
handycraft.
b. Pelaksanaan kegiatan pemberdayaan perempuan melalui pembinaan keterampilan meliputi : perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. Pada kegiatan perencanaan dilakukan identifikasi minat, bakat dan potensi yang dimiliki oleh warga binaan perempuan sebelum ditetukan kegiatan pembinaan keterampilan. Pada tahap pelaksanaan, warga binaan terlebih dahulu dibekali materi dasar sebelum melakukan praktek langsung. Kemudian kegiatan evaluasi dilakukan untuk mengetahui seberapa jauh warga binaan perempuan memahami keterampilan yang diikuti.
2. Hasil Pembinaan Keterampilan Warga Binaan Perempuan sebagai bentuk Pemberdayaan Perempuan
a. Perubahan yang terjadi pada warga binaan perempuan setelah mendapat pembinaan keterampilan yaitu adanya perubahan sikap dan perilaku serta motivasi warga binaan perempuan. Selain itu adanya peningkatan keterampilan.
b. Hasil pelaksanaan pembinaan keterampilan yang diberikan yaitu barang atau produk yang dihasilkan yang bernilai ekonomi, misalnya sprei, tas rajut, selendang batik tulis dan
handycraft dari manik-manik.
3. Faktor Pendukung dan Penghambat a. Faktor pendukung
1) Faktor internal yakni adanya keinginan untuk maju serta keterampilan yang didapat kemudian akan mereka aplikasikan di masyrakat setelah mereka bebas.
2) Faktor eksternal yakni yakni tersedianya sarana dan prasarana, adanya kepedulian dari para Petugas Lembaga dan lembaga diluar Lapas yang mau bekerjasama.
1) Faktor internal yaitu adanya keterbatasan kemampuan keterampilan yang dimiliki pembina teknis.
2) Faktor eksternal yaitu masih adanya keterbatasan dalam penyediaan SDM. Tidak adanya jadwal yang ditetapkan untuk kegiatan keterampilan Selain itu dalam melakukan pemasaran produk yang dihasilkan warga binaan perempuan masih mempunyai kesulitan SARAN
Setelah melaksanakan penelitian terhadap pelaksanaan pemberdayaan
perempuan melalui Pembinaan
Keterampilan Warga Binaan Perempuan di Lembaga Pemasyarakatan Klas II A Wirogunan Yogyakarta, maka dapat diajukan beberapa saran sebagai berikut :
1. Dalam pelaksanaan pembinaan ketrampilan khususnya untuk warga binaan perempuan harus ditekankan pada motivasi diri terlebih dahulu dan dilakukan secara terus-menerus agar para warga binaan yang ikut pembinaan keterampilan benar-benar mempunyai motivasi untuk meneruskan keterampilan tersebut untuk bekal ketika bebas nanti.
2. Perlu adanya tambahan sumber daya manusia khususnya untuk Pembina
Teknis, agar keterampilan yang diberikan dapat bervariasi, sehingga tidak menimbulkan kebosanan terhadap warga binaan perempuan. 3. Lembaga Pemasyarakatan menjalin
kerjasama yang lebih luas lagi dengan pihak atau lembaga diluar Lembaga Pemasyarakatan, khususnya untuk bekerjasama dalam bidang pemasaran produk atau barangyang dihasilkan oleh warga binaan perempuan.
DAFTAR PUSTAKA
Ambar Teguh Sulistiyani. (2004).
Kemitraan dan Model-model
Pemberdayaan. Yogyakarta : Gava Media.
Badan Pusat Statistika. (2013). Data Jumlah
Angkatan Kerja, Penduduk Bekerja,
Pengangguran, TPAK dan TPT, 1986-2013.
Diakses dari http://www.bps.go.id/ pada tanggal 8 Februari 2016 pukul 09.23.
Badan Pusat Statistik. (2014). Statistik
Kriminal 2014. Diakses dari www.bps.go.id
pada tanggal 8 Februari 2016 pukul 09.30. Onny S. Prijono dan A.M.W. Pranarka. (1996). Pemberdayaan Konsep, Kebijakan
dan Implementasi. Jakarta : Centre for
Strategic and International Stidies (CSIS). Saugi, W., & Sumarno, S. (2015).
PEMBERDAYAAN PEREMPUAN
MELALUI PELATIHAN PENGOLAHAN
Pendidikan dan Pemberdayaan Masyarakat,
2(2), 226 - 238.
doi:http://dx.doi.org/10.21831/jppm.v2i2.63 61
Sudjana S. (2001). Pendidikan Luar Sekolah
: Wawasan, Sejarah Perkembangan,
Falsafah Teori Pendukung Asas. Bandung: