• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGGUNAAN MEDIA PEMBELAJARAN ADAPTIF BAGI SISWA BERKEBUTUHAN KHUSUS DI SEKOLAH DASAR INKLUSI: STUDI DESKRIPTIF SKRIPSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGGUNAAN MEDIA PEMBELAJARAN ADAPTIF BAGI SISWA BERKEBUTUHAN KHUSUS DI SEKOLAH DASAR INKLUSI: STUDI DESKRIPTIF SKRIPSI"

Copied!
117
0
0

Teks penuh

(1)

PENGGUNAAN MEDIA PEMBELAJARAN ADAPTIF BAGI SISWA BERKEBUTUHAN KHUSUS DI SEKOLAH DASAR INKLUSI: STUDI

DESKRIPTIF

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh: Novianti Pasuang NIM: 151134190

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2019

(2)

i

PENGGUNAAN MEDIA PEMBELAJARAN ADAPTIF BAGI SISWA BERKEBUTUHAN KHUSUS DI SEKOLAH DASAR INKLUSI: STUDI

DESKRIPTIF

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh: Novianti Pasuang NIM: 151134190

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2019

(3)
(4)
(5)

iv

PERSEMBAHAN

Karya tulisku ini kupersembahkan untuk:

1. Tuhan Yesus Kristus atas semua penyertaan yang tiada habisnya kepadaku. 2. Orangtua saya, Bapak Yohanis Pala’langan dan Ibu Damaris Pasuang yang

selalu memberikan doa, dukungan, semangat dan kasih sayang.

3. Kakak dan adik saya, Yudit Pala’langan, Lidia Lia datu toding, Vinchecia Yoris Manita, Monika Kondolele, Patricia Yustina Tambing, Charolus Suka yang selalu memberikan doa dukungan, semangat.

4. Suster Agustina Rante Allo, JMJ yang selalu memberikan dukungan, doa, dan bantuan dan semangat.

5. Sahabat-sahabatku dari semester 1 hingga lulus, Anastasia Cindi Permatasari, Konsita Bela Resinaen, Bruder Mikael, Yuliana Krisnawati, Monieca Nana Honey, Yustiani Sesean, Dewi Brilian Pasinggi yang selalu memberikan bantuan dan semangat.

6. Sahabat-sahabat seperjuangan dalam skripsi yang selalu memberikan semangat.

7. Keluarga besar IKASKAM Jogja yang selalu memberikan dukungan dan semangat.

8. Almamater Universitas Sanata Dharma tempat saya mengenyam ilmu pendidikan dan mengukir kenangan yang indah.

(6)

v MOTTO

Leben wie wesser -Novianti Pasuang-

Segala perkara dapat kutanggung di dalam yang memberi kekuatan kepadaku -Filipi 4:13-

(7)

vi

PENYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 16 Juli 2019 Peneliti

Novianti Pasuang

(8)

vii

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma: Nama : Novianti Pasuang

Nomor Mahasiswa : 151134190

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:

“PENGGUNAAN MEDIA PEMBELAJARAN ADAPTIF BAGI SISWA BERKEBUTUHAN KHUSUS DI SEKOLAH DASAR INKLUSI: STUDI DESKRIPTIF”.

Dengan demikian saya memberikan kepada Perpusatakaan Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya ke dalam Internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di Yogyakarta Pada tanggal: 16 Juli 2019 Yang menyatakan

Novianti Pasuang

(9)

viii ABSTRAK

PENGGUNAAN MEDIA PEMBELAJARAN ADAPTIF BAGI SISWA BERKEBUTUHAN KHUSUS DI SEKOLAH DASAR INKLUSI: STUDI

DESKRIPTIF

Novianti Pasuang Universitas Sanata Dharma

2019

Sekolah inklusi merupakan sekolah reguler yang mengakomodasi dan mengintergrasikan siswa reguler dan siswa berkebutuhan khusus dalam program pendidikan yang sama. Sekolah yang telah ditunjuk oleh dinas pendidikan untuk menyelenggarakan pendidikan inklusi perlu memperhatikan aspek-aspek yang berkaitan dengan sekolah inklusi salah satunya ada pengadaan dan pemanfaatan media pembelajaran adaptif. Media pembelajaran menjadi suatu bidang yang harus dikuasai oleh guru. Media pembelajaran adaptif adalah media pembelajaran yang rancang, dibuat, dipilih dan digunakan dalam pembelajaran. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui penggunaan media pembelajaran adaptif bagi siswa berkebutuhan khusus SD Harapan Mulia, SD Mekar Jaya, SD Cinta Kasih dan SD Pagi Cerah wilayah Kota Yogyakarta.

Jenis penelitian yang digunakan adalah kualitatif deskriptif dengan menggunakan metode studi deskriptif (study descriptive). Subjek pada penelitian ini yaitu kepala sekolah, guru kelas bawah, guru kelas atas, dan Guru Pendamping Khusus (GPK) SD Harapan Mulia, SD Mekar Jaya, SD Cinta Kasih dan SD Pagi Cerah. Teknik pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan wawancara, observasi, dan studi dokumentasi. Data dianalisis dengan cara reduksi data (data reduction), penyajian data (data display), penarikan kesimpulan (conclusion drawing).Hasil penelitian di SD Harapan Mulia, SD Mekar Jaya, SD Cinta Kasih dan SD Pagi Cerah dalam penggunaan media pembelajaran adaptif adalah media pembelajaran adaptif khusus untuk siswa berkebutuhan tidak ada tetapi media pembelajaran bersifat umum dan digunakan oleh seluruh peserta didik, sehingga tidak ada perbedaaan antara siswa berkebutuhan khusus dengan siswa lainnya.

(10)

ix ABSTRACT

THE USE OF ADAPTIVE LEARNING MEDIA FOR STUDENTS WITH SPECIAL NEEDS IN INCLUSIVE BASIC SCHOOLS: A DESCRIPTIVE STUDY

Novianti Pasuang University of Sanata Dharma

2019

Inclusion schools are regular schools that accommodate and integrate regular students and students with special needs in the same education program. Schools that have been appointed by the education office to organize inclusive education need to pay attention to aspects related to inclusive schools, one of which is the procurement and utilization of adaptive learning media. Learning media is one of the most important components in a learning system, media as a tool for delivering material can be easily understood. Adaptive learning media for children with special needs is designed, created, selected and used in learning so that it can be useful and suitable in learning activities. This study was conducted to determine the application of adaptive learning media at SD Harapan Mulia, SD Mekar Jaya, SD Cinta Kasih, and SD Pagi Cerah in the district of Yogyakarta.

This research was a descriptive qualitative by using the descriptive study method (descriptive study). The subjects of this study were principals, the teacher of class II, the teacher of class VI, and the Shadow Teachers (Special Teachers' Assistance) of SD Harapan Mulia, SD Mekar Jaya, SD Cinta Kasih, and SD Pagi. The data collection techniques in this study were interviews, observation, and documentation studies. The data were analyzed by means of data reduction (reduction data), presentation of data (data display), and conclusions (conclusion drawing). The results of research at Harapan Mulia Elementary School, SD Mekar Jaya, SD Cinta Kasih and SD Pagi Cerah using of adaptive learning media were specials adaptive learning media for students with no needs but learning media were general and were using by all students, so there was no difference between students with special needs with other students.

(11)

x

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan karunia-Nya, sehingga peneliti mampu menyelesaikan dengan baik skripsi yang berjudul “PENGGUNAAN MEDIA PEMBELAJARAN ADAPTIF BAGI SISWA BERKEBUTUHAN KHUSUS DI SEKOLAH DASAR INKLUSI: STUDI DESKRIPTIF”. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk kelulusan dalam memperoleh gelar sarjana. Peneliti menyadari bahwa skripsi ini tidak akan berhasil tanpa bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak karena itu, dengan segenap hati peneliti mengucapkan terima kasih kepada:

1. Dr. Yohanes Harsoyo, S.Pd., M.Si. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma.

2. Christiyanti Aprinastuti, S.Si., M.Pd selaku Ketua Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Universitas Sanata Dharma.

3. Kintan Limiansih, M.Pd. selaku Wakil Ketua Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Universitas Sanata Dharma.

4. Laurensia Aptik Evanjeli, S.Psi., M.A. selaku Dosen Pembimbing I yang telah membimbing dan mengatakan dengan penuh kesabaran dalam perjalanan skripsi ini hingga selesai.

5. Brigitta Erlita Tri Anggadewi, S.Psi., M.Psi. selaku Dosen Pembimbing II yang telah membimbing dan mengatakan dengan penuh kesabaran dalam perjalanan skripsi ini hingga selesai.

6. Kepala Sekolah salah satu Sekolah Dasar Inklusi di Kota Yogyakarta yang telah mengijinkan penulis untuk mengadakan penelitian sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi dengan lancar.

7. Guru Sekolah Dasar inklusi di Kota Yogyakarta yang sudah membantu dan bersedia menjadi responden dalam penelitian ini.

8. Kedua orangtua, Bapak Yohanis Pala’langan dan Ibu Damaris Pasuang selalu memberikan doa, dukungan, semangat dan kasih sayang sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi dengan lancar.

(12)

xi

9. Kakak dan adik saya, Ella Pampang, Yudit Pala’langan, Lidia Lia Datu Toding, Vinchecia Yoris Manita, Monika Kondolele, Patricia Yustina Tambing, Charolus Suka yang selalu memberikan semangat sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi dengan lancar.

10. Suster Agustina yang selalu memberikan dukungan, doa, dan bantuan dan semangat.

11. Sahabat-sahabatku dari semester 1 hingga lulus, Anastasia Cindi Permatasari, Konsita Bela Resinaen, Bruder Mikael, Yuliana Krisnawati, Monieca Nana Honey, Yustiani Sesean, Dewi Brilian Pasinggi, Widasari Mintin Tangalayuk, Anugrah Ningrum Saputri yang selalu memberikan bantuan dan semangat dalam mengerjakan skripsi sehingga skripsi ini dapat selesai dengan baik.

12. Teman-teman yang berada di dalam grup “Jasukeh” Dewi, Egin, Rosa, Dian, Tiara yang telah memberikan semangat, motivasi, bantuan, dan doa.

13. Teman-teman satu kelompok payung yang melaksanakan penelitian di Kota Yogyakarta Rika dan Afriyanda yang telah memberikan bantuan dan motivasi. 14. Keluarga besar IKASKAM Yogyakarta yang selalu memberikan dukungan dan

semangat sehingga skripsi ini dapat selesai dengan baik.

(13)

xii DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

HALAMAN MOTTO. ... v

HALAMAN KEASLIAN KARYA ... vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... ...vii

ABSTRAK ... vi

ABSTRACT ... vii

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvi

BAB I PENDAHULUAN...1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 5

C. Tujuan Penelitian ... 5

D. Manfaat Penelitian ... 6

E. Asumsi Penelitian ... 7

F. Definisi Operasional ... 7

BAB II LANDASAN TEORI ...9

A. Kajian Pustaka... 9

1. Pengertian Anak Berkebutuhan Khusus... 9

2. Jenis-Jenis Anak Berkebutuhan Khusus ... 10

3. Sekolah Dasar Inklusi ... 13

4. Pendidikan Inklusi ... 14

a. Pengertian Pendidikan Inklusi ... 14

(14)

xiii

c. Karakteristik Pendidikan Inklusi ... 16

d. Prinsip Dasar Pendidikan Inklusi ... 17

5. Aspek Penyelenggaraan Pendidikan Inklusi ... 18

a. Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) ... 18

b. Identifikasi... 20

c. Asesmen ... 20

d. Adaptasi Kurikulum Fleksibel ... 21

e. Merancang Bahan Ajar dan Pembelajaran yang Ramah Anak ... 22

f. Penataan Kelas yang Ramah Anak ... 23

g. Pengadaan dan Pemanfaatan Media Pembelajaran Adaptif ... 24

h. Penilaian dan Evaluasi Pembelajaran ... 25

6. Media Pembelajaran ... 26

a. Pengertian Media Pembelajaran ... 26

b. Fungsi Media Pembelajaran ... 26

c. Pertimbangan Pemilihan Media Pembelajaran ... 27

d. Pemanfaatan Media Pembelajaran di Kelas ... 28

7. Media Pembelajaran Adaptif ... 29

B. Penelitian yang Relevan ... 32

C. Kerangka Berpikir ... 35

BAB III METODOLOGI PENELITIAN...37

A. Jenis Penelitian ... 37

B. Setting Penelitian ... 37

C. Desain Penelitian ... 39

D. Teknik Pengumpulan Data ... 42

1. Observasi ... 42

2. Wawancara ... 43

3. Studi dokumentasi ... 43

E. Instrumen Penelitian ... 44

F. Kredibilitas dan Transferabilitas ... 47

G. Teknik Analisis Data ... 49

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN...51

(15)

xiv

B. Hasil Penelitian ... 56

C. Pembahasan ... 66

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN...75

A. Kesimpulan ... 75 B. Keterbatasan Penelitian ... 76 C. Saran ... 76 DAFTAR PUSTAKA ... 77 LAMPIRAN ... 79

(16)

xv

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1 Penelitian yang Relevan…...……….……. 34

Tabel 3.1 Jadwal Penelitian………... 38

Tabel 3.2 Kisi-kisi Pedoman Wawancara Penelitian ………... 44

Tabel 3.3 Kisi-kisi Pedoman Observasi Penelitian…...……….…… 46

Tabel 3.4 Daftar Cek Dokumentasi…...……….…… 46

Tabel 4.1 Jadwal Pelaksanaan Wawancara ………... 53

Tabel 4.2 Jadwal Pelaksanaan Observasi... ………... 54

Tabel 4.3 Jadwal Pelaksanaan Dokumentasi .………... 54

Tabel 4.4 Rangkuman Hasil Observasi...………... 65

(17)

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1 Surat Ijin Penelitian. ……….……... 80

Lampiran 2 Surat Ijin Telah Melakukan Penelitian...…….……... 81

Lampiran 3 Reduksi Hasil Wawancara...……….……... 82

Lampiran 4 Reduksi Hasil Observasi....……….……... 93

Lampiran 5 Reduksi Hasil Dokumentasi.... ...………….……... 95

Lampiran 6 Display Data Wawancara dan Observasi ...………... 96

(18)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 70 Tahun 2009 tentang Pendidikan Inklusif, menguraikan bahwa pendidikan inklusif adalah sistem penyelenggaraan pendidikan yang memberikan kesempatan kepada semua peserta didik yang memiliki kelainan dan memiliki potensi kecerdasan dan/atau bakat istimewa untuk mengikuti pendidikan atau pembelajaran dalam satu lingkungan pendidikan secara bersama-sama dengan peserta didik pada umumnya. Pendidikan inklusi adalah sekolah reguler yang berorientasi inklusi adalah cara yang paling efektif untuk mengatasi diskriminasi, menciptakan masyarakat yang ramah, membangun inklusi untuk mencapai cita-cita pendidikan semua. Pendidikan inklusi adalah sistem pendidikan yang mengandaikan dan mengharuskan keterbukaan kesempatan seluas-luasnya bagi siapapun yang hendak menempuh program pendidikan di sekolah. Tanpa menetapkan syarat tertentu dengan berpijak pada alasan bahwa pendidikan adalah hak asasi seluruh manusia, tanpa ada satu perkecualian. Namun sistem pendidikan ini akan menemui banyak kendala. Salah satunya adalah bagaimana seorang guru dapat menangani satu kelas yang sangat heterogen, ada anak difabel, anak kecerdasan rata-rata, anak ADHD, anak gifted, dan lain sebagainya, sehingga belum tentu dapat diinterpretasikan secara sama oleh peserta didik. Tetapi dengan adanya pendidikan inklusif ini bisa menjadi solusi bagi permasalahan yang menimpa anak berkebutuhan khusus, agar mereka dapat melanjutkan pendidikan tanpa hars merasa kurang percaya diri ketika harus berkumpul dengan mereka yang memiliki fisik normal. Upaya pemenuhan hak pendidikan tanpa deskriminasi munculah pendidikan inklusi.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional memberikan warna lain dalam penyediaan

(19)

2

pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus. Pada penjelasan pasal 15 tentang pendidikan khusus disebutkan bahwa pendidikan khusus merupakan pendidikan untuk peserta didik yang berkelainan atau peserta didik yang memiliki kecerdasan luar biasa yang diselenggarakan secara inklusi atau berupa satuan pendidikan khusus pada tingkat dasar dan menengah. Salah satu upaya meningkatkan kompetensi guru dalam melaksanakan pendidikan inklusi adalah mengetahui dan memahami siapa itu anak, filosofi, konsep dan bagaimana tahapan implementasinya. Dengan pendidikan inklusi, akses dan kualitas pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus dapat ditingkatkan secara lebih baik. Selama ini anak berkebutuhan khusus mengikuti pendidikan yang sesuai dengan kelainannya. Secara tidak langsung, hal ini telah mendiskrimasi anak berkebutuhan khusus, akibatnya menghambat proses saling mengenal antara anak reguler dengan anak berkebutuhan khusus. Dampaknya anak berkebutuhan khusus menjadi tersingkirkan dalam berinteraksi dengan masyarakat. Pemenuhan hak setiap anak untuk memperoleh pendidikan tercantum dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Pasal 31 ayat (1), undang-undang tersebut menegaskan bahwa setiap warga negara berhak mendapatkan pendidikan, ayat (2) bahwa setiap warga negara wajib mengikuti pendidikan dasar dan pemerintah wajib membiayainya.

Sekolah inklusi yaitu sekolah reguler yang mengakomodasi dan mengintegrasikan siswa reguler dan siswa penyandang kelainan fisik dalam program pendidikan yang sama (Ilahi, 2013: 87). Dalam melaksanakan program sekolah inklusi, setiap sekolah harus memenuhi 8 aspek penyelenggaraan sekolah inklusi yang sudah ditetapkan oleh pemerintah yaitu a) Penerimaan Peserta didik Baru (PPDB) yang mengakomodasi semua anak, b) Identifikasi, c) Adaptasi Kurikulum (Kurikulum Fleksibel), d) Merancang bahan ajar dan kegiatan Pembelajaran yang ramah anak, e) Penataan kelas yang ramah anak, f) Asesmen, g) Pengadaan dan pemanfaatan media pembelajaran adaptif, dan h) penilaian dan evaluasi pembelajaran.

(20)

3

Daerah Istimewa Yogyakarta dikenal sebagai Kota Pelajar yang menandakan bahwa Provinsi Yogyakarta mempunyai beberapa sekolah inklusi yang tersebar di semua kabupaten. Pemerintah telah menyusun panduan pendidikan untuk sekolah inklusi agar pendidikan inklusi sesuai dengan kondisi sosial-geografis di Provinsi Yogyakarta. Namun, penyelengaraan sekolah inklusi tidak lepas dari suatu permasalahan yaitu pengadaan dan pemanfaatan media pembelajaran adaptif. Permasalahan tersebut diketahui berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Annisa (2018) di salah satu sekolah dasar inklusi wilayah Kota Yogyakarta. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa sekolah tersebut belum memenuhi tiga (3) aspek penyelenggaraan sekolah dasar inklusi dari delapan aspek penyelenggaraan sekolah inklusi yang diterapkan di sekolah tersebut. Aspek yang belum terpenuhi yaitu aspek penerimaan peserta didik baru, identifikasi dan pengadaan dan pemanfaatan media pembelajaran adaptif. Aspek pengadaan dan pemanfaatan media pembelajaran adaptif menunjukkan bahwa guru kelas atas tidak menggunakan media pembelajaran khusus untuk anak berkebutuhan khusus, hanya guru kelas V yang menggunakan media untuk seluruh peserta didik. Guru memanfaatkan proyektor yang terpasang untuk menampilkan gambar-gambar yang membantu siswa untuk memahami materi pembelajaran yang disampaikan oleh guru.

Dalam bidang teknologi pendidikan, media pembelajaran atau instructional media berfungsi utama menyampaikan isi atau materi pelajaran agar dapat dipahami oleh peserta didik. Syaodih (dalam Ilahi, 2016: 174) mendeskripsikan bahwa media pembelajaran merupakan segala macam bentuk perangsangan dan alat yang disediakan guru untuk mendorong siswa. Media pembelajaran merupakan salah satu komponen yang sangat penting dalam suatu sistem pembelajaran. Media pembelajaran menjadi suatu bidang yang harus dikuasai oleh guru. Para guru dituntut agar mampu menggunakan alat-alat yang disediakan oleh sekolah, dan tidak tertutup kemungkinan bahwa alat-alat tersebut sesuai dengan

(21)

4

perkembangan zaman. Penggunaan media sebagai perantara dalam proses pembelajaran memiliki nilai dan fungsi yang amat berharga bagi terciptanya iklim pembelajaran yang kondusif. Melalui penggunaan media pembelajaran ini, peserta didik dilatih untuk memperkuat kepekaan dan keterampilan secara optimal dengan dorongan dan motivasi dari guru. Guru dapat menggunakan alat yang murah dan efisien meskipun sederhana dan bersahaja, tetapi merupakan keharusan dalam upaya mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan dan guru mampu mengembangkan keterampilan membuat media pembelajaran yang akan digunakan apabila media tersebut belum tersedia. Guru dapat memanfaatkan beragam media seperti media cetak, relia, model, grafis, video, multimedia dan internet untuk memperkaya pengetahuandan memfasilitasi proses belajara siswa.

Media terlebih dahulu dikenal sebagi alat bantu dalam pembelajaran yang seharusnya bisa dimanfaatkan oleh guru atau pengajar, namun sering kali terabaikan. Tidak dimanfaatkannya media dalam proses pembelajaran, pada umumnya disebabkan oleh berbagai alasan, seperti sulit mencari media yang tepat, waktu persiapan mengajar, biaya yang tidak ada atau alasan lain. Hal tersebut sebenarnya tidak perlu muncul apabila pengetahuan ragam media, karakteristik, serta kemampuan masing-masing media diketahui oleh pengajar.

Guru memahami bahwa tanpa bantuan media, maka materi pembelajaran sukar untuk dicerna dan dipahami oleh anak khususnya materi pembelajaran yang rumit dan komplek. Setiap materi pembelajaran mempunyai tingkat kesukaran yang bervariasi. Untuk itu, bagi anak berkebutuhan khusus media pembelajaran yang digunakan harus disesuaikan dengan jenis hambatan, ketidakmampuan, dan kebutuhan yang sesuai dengan hambatan yang dialami anak berkebutuhan khusus. Pembelajaran bagi anak berkebutuhan khusus memerlukan media yang tepat sebagai alat bantu dalam meyampaikan pesan atau informasi dari guru kepada anak berkebutuhan khusus, karena itu diperlukan media pembelajaran yang adaptif atau menyesuaikan. Media pembelajaran adaptif bagi anak berkebutuhan khusus

(22)

5

hakekatnya adalah media yang dirancang, dibuat, dan dipilih dan digunakan dalam pembelajaran sehingga dapat bermanfaat atau berguna dan cocok dalam kegiatan pembelajaran. Pemilihan media pembelajaran disesuaikan dengan tujuan, kebutuhan, materi, kemampuan dan karakteristik anak akan sangat menunjang efiensi dan efektivitas proses dan hasil pembelajaran.

Dalam penelitian ini, peneliti berfokus pada pengadaan dan pemanfaatan media pembelajaran adaptif. Peneliti memiliki ketertarikan dalam memilih penelitian pengadaan dan pemanfaatan media pembelajaran adaptif, karena peneliti ingin mengetahui bagaimana penggunaan media pembelajaran adaptif bagi siswa berkebutuhan khusus sekolah dasar inklusi dalam menggunakan media sebagai perantara dalam proses pembelajaran bagi siswa berkebutuhan khusus agar dapar belajar bersama-sama dengan siswa reguler lainnya di satuan pendidikan sekolah dasar terutama yang ada di Kota Yogyakarta. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan penggunaan media pembelajaran adapatif bagi siswa berkebutuhan khusus. Oleh karena itu, peneliti memilih penelitian dengan judul “Penggunaan Media Pembelajaran Adaptif bagi Siswa Berkebutuhan Khusus di Sekolah Dasar Inklusi”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan tersebut, peneliti menentukan rumusan masalah yaitu : Bagaimana penggunaan media pembelajaran adaptif bagi siswa berkebutuhan khusus keempat di sekolah dasar inklusi?

C. Tujuan Penelitian

Mengacu pada rumusan masalah yang telah ditentukan, tujuan penelitian ini adalah: Mendeskripsikan sejauh mana penggunaan media pembelajaran adaptif bagi siswa berkebutuhan khusus pada keempat sekolah dasar inklusi.

(23)

6 D. Manfaat Penelitian

Dengan adanya penelitian ini, manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Manfaat Teoritis

Secara teoritis, penelitian ini dapat memberikan informasi mengenai media pembelajaran adaptif di sekolah inklusi SD Harapan Mulia, SD Mekar Jaya, SD Cinta Kasih, dan SD Pagi Cerah di wilayah Kota Yogyakarta berkaitan dengan penggunaan media pembelajaran adaptif bagi siswa berkebutuhan khusus keempat sekolah dasar inklusi. 2. Manfaat Praktis

a. Bagi Peneliti

Peneliti dapat menambah ilmu serta pengalaman berdasarkan penelitian yang dilakukan serta memberi gambaran bagaimana penerapan media pembelajaran adaptif sekolah dasar inklusi kelas bawah dan kelas atas SD Harapan Mulia, SD Mekar Jaya, SD Cinta Kasih, dan SD Pagi Cerah di wilayah Kota Yogyakarta. Selain itu, peneliti pun dapat belajar aspek-aspek dalam penggunaan media pembelajaran adaptif bagi siswa berkebutuhan khusus di sekolah dasar inklusi.

b. Bagi Sekolah

Melalui penelitian ini, sekolah dapat mengetahui pentingnya penggunaan media pembelajaran adaptif bagi siswa berkebutuhan khusus sekolah dasar inklusi.

c. Bagi guru

Guru dapat menggunakan sebagai bahan refleksi dan pedoman dalam mengajar dan menggunakan media pembelajaran adaptif bagi siswa berkebutuhan khusus sekolah dasar inklusi SD Harapan Mulia, SD Mekar Jaya, SD Cinta Kasih, dan SD Pagi Cerah di wilayah Kota Yogyakarta.

(24)

7 E. Asumsi Penelitian

Pengadaan dan pemanfaatan media pembelajaran adaptif merupakan salah satu aspek yang harus dipenuhi dalam menyenggarakan sekolah inklusi. Penelitian Annisa (2018) menunjukkan hasil bahwa aspek yang belum terpenuhi yaitu pengadaan dan pemanfaatan media pembelajaran adaptif dari delapan aspek penyelenggaraan sekolah dasar inklusi di Kota Yogyakarta. Aspek pengadaan dan pemanfaatan media pembelajaran adaptif menunjukkan bahwa guru kelas atas tidak menggunakan media pembelajaran khusus untuk anak berkebutuhan khusus, hanya guru kelas V yang menggunakan media untuk seluruh peserta didik. Guru memanfaatkan proyektor yang terpasang untuk menampilkan gambar-gambar yang membantu siswa untuk memahami materi pembelajaran yang disampaikan oleh guru.

Peneliti berasumsi bahwa penggunaan media pembelajaran adaptif dalam pembelajaran masih kurang menyesuaikan dengan karakteristik siswa berkebutuhan khusus sekolah dasar inklusi.

F. Definisi Operasional 1. Sekolah Inklusi

Sekolah dasar inklusi adalah satuan pendidikan regular tingkat dasar selama enam tahun yang menerima anak berkebutuhan khusus (ABK) dan anak tidak berkebutuhan khusus agar dapat belajar bersama dalam satu lingkungan belajar dan pelaksanaannya dapat memberikan layanan pendidikan yang tepat melalui kurikulum yang telah disesuaikan dengan karakteristik setiap anak berkebutuhan khusus (ABK). Pada penelitian ini, sekolah dasar inklusi yang dimaksud adalah sekolah dasar reguler yang menerapkan aspek-aspek sekolah inklusi.

2. Media Pembelajaran yang Adaptif

Media pembelajaran adaptif merupakan media yang dirancang, dibuat, dipilih dan digunakan sebagai alat atau media yang bertujuan untuk memberi peluang kepada anak berkebutuhan khusus dalam mengikuti

(25)

8

program pembelajaran tepat, efektif, serta mencapai kepuasan. Karakteristik media pembelajaran yang adaptif antara lain; ketepatan dengan tujuan pengajaran, dukungan terhadap isi pembelajaran, kemudahan memperoleh media, keterampilan guru dalam menggunakannya, sesuai dengan taraf berpikir siswa.

3. Anak Berkebutuhan Khusus

Anak berkebutuhan khusus adalah anak yang memiliki keberagaman berbeda yang berkaitan dalam menunjang masa depan terutama pendidikan, yang memiliki gangguan, dan hambatan dalam pertumbuhan dan perkembangannya dari aspek kognitif, psikomotorik, serta afektif. Pemenuhan kebutuhannya perlu diberikan layanan khusus agar dapat mengembangkan potensinya.

4. Pendidikan Inklusi

Pendidikan inklusi adalah sistem pendidikan yang melayani semua anak warga negara bangsa tanpa terkecuali, baik yang memiliki kebutuhan khusus maupun yang tidak berkebutuhan khusus untuk mendapatkan pendidikan yang layak di kelas regular dalam suatu lingkungan belajar terdekat. Melalui pendidikan inklusi, setiap anak berkebutuhan khusus dapat memperoleh pelayanan pendidikan di sekolah terdekat untuk mengembangkan bakat, potensi, dan keterampilan yang dimilikinya secara optimal. Pendidikan inklusi mencakup layanan pendidikan serta akses pendidikan yang sama untuk semua anak dalam upaya memenuhi kebutuhan masing-masing individu dengan kemampuan dan keterampilan yang beragam.

(26)

9 BAB II

LANDASAN TEORI

A. Kajian Pustaka

1. Pengertian Anak Berkebutuhan Khusus

Susanto (dalam Ilahi 2013: 137) mendeskripsikan bahwa anak berkebutuhan khusus adalah anak yang memiliki keberagaman yang berbeda. Keberagaman setiap pribadi anak berkaitan dengan perbedaan dalam menunjang masa depan, terutama kebutuhan untuk memperoleh pendidikan yang lebih intens sedangkan Atmaja (2018: 1) menambahkan bahwa anak berkebutuhan khusus merupakan anak yang memiliki ciri yang berbeda dengan anak-anak pada umumnya, mereka mengalami hambatan dalam pertumbuhan dan perkembangannya.

Hendriani (dalam Faizah 2017: 6) menjelaskan bahwa anak berkebutuhan khusus adalah anak yang mengalami gangguan atau hambatan dalam proses perkembangannya, baik pada aspek kognitif, psikomotorik, serta afektif sehingga gangguan dan hambatan tersebut membuat individu memiliki kebutuhan dalam bentuk dukungan sosial, bantuan fasilitas dan pendidikan dan latihan atau terapi untuk menjalani kesehariannya.

Dari beberapa pengertian yang telah dipaparkan sebelumnya, kesimpulan anak berkebutuhan khusus adalah anak yang memiliki keberagaman berbeda yang berkaitan dalam menunjang masa depan terutama pendidikan, yang memiliki gangguan, dan hambatan dalam pertumbuhan dan perkembangannya dari aspek kognitif, psikomotorik, serta afektif. Pemenuhan kebutuhannya perlu diberikan layanan khusus agar dapat mengembangkan potensinya.

(27)

10

2. Jenis-Jenis Anak Berkebutuhan Khusus

Anak berkebutuhan khusus memiliki karakteristik yang berbeda-beda. Meimulyani dan Cartoyo (2013: 9-28) mendekripsikan secara umum bahwa anak berkebutuhan khusus terdiri dari tunanetra, tunarugu, tunadaksa, tunalaras, tunagrahita, anak berkesulitan belajar, gifted, autis, ADHD, dan lamban belajar.

a. Tunanetra adalah individu yang memiliki hambatan pada penglihatan. Tunanetra dapat diklasifikasikan ke dalam dua golongan yaitu: buta total (blind) dan low vision. Tunanetra dengan kategori low vision atau kurang awas memiliki ketajaman penglihatan 6/20 m – 6/60 m lebih kecil dari itu atau yang tidak mungkin menggunakan fasilitas pendidikan dan pengajaran pada umumunya, anak dengan kategori kurang awas masih dapat melihat dengan bantuan khusus (Faizah, 2017: 16).

b. Tunarungu atau anak berkelainan indera pendengaran adalah individu yang memiliki hambatan dalam pendengaran baik secara permanen maupun tidak permanen. Karena memiliki hambatan dalam pendengaran individu tunarungu memiliki hambatan dalam berbicara sehingga biasa di sebut tunawicara. Tunawicara merupakan individu yang mengalami gangguan atau ketidakmampuan seseorang untuk berbicara. Desiningrum (2016: 8) mengungkapkan bahwa tunawicara merupakan gangguan pada komunikasi yang berakibat pada gangguan suara, artikulasi, kelancaran bicara sehingga terjadi penyimpangan pada bentuk bahasa, isi bahasa, dan fungsi bahasa. Klasifikasi tunarungu berdasarkan tingkat gangguan pendengaran adalah:

1) Gangguan pendengaran sangat ringan (27-40dB) 2) Gangguan pendengaran ringan (41-55dB)

3) Gangguan pendengaran sedang (56-70dB) 4) Gangguan pendengaran berat (71-90dB)

(28)

11

c. Tunadaksa adalah ketidakmampuan anggota tubuh untuk melaksanakan fungsinya disebabkan oleh berkurangnya kemampuan anggota tubuh untuk melaksanakan fungsi secara normal, akibat luka, penyakit, atau pertumbuhan tidak sempurna. d. Tunalaras adalah individu yang bertingkah laku kurang sesuai

dengan lingkungannya. Tunalaras adalah individu yang mengalami hambatan dalam menyesuaikan diri dan bertingkah tidak sesuai dengan norma yang berlaku (Desiningrum, 2016: 2). Tingkah laku yang dibuat oleh tunalaras yang tidak sesuai norma sehingga ada perilaku tunalaras yang cenderung beresiko tinggi, misalnya mencuri barang orang lain, melawan, suka berkelahi, dan lain-lain. Tingkah laku yang dialami oleh penyandang tunalaras tidak hanya beresiko tinggi namun, ada juga beresiko rendah dengan menarik diri dari pergaulan, kecemasan berlebihan. Karakteristik anak tunalaras menurut Garnida (2015: 13) adalah cenderung membangkang, emosional, tindakan agresif, melanggar norma, dan rendahnya prestasi belajar.

e. Tunagrahita merupakan individu yang memiliki intelegensi yang signifikan berada dibawah rata-rata dan disertai dengan ketidakmampuan dalam adaptasi perilaku yang muncul dalam masa perkembangan. Faizah (2017:19) menjelaskan bahwa tunagrahita adalah anak yang teridentifikasi memiliki tingkat kecerdasan di bawah rata-rata (di bawah normal) sehingga memerlukan layanan atau bantuan secara khusus dalam melakukan aktifitas. Klasifikasi anak tunagrahita sebagai berikut:

1) Tunagrahita Ringan (IQ: 51-70) 2) Tunagrahita Sedang (IQ: 36-51) 3) Tunagrahita Berat (IQ di bawah 20)

f. Anak berkesulitan belajar khusus adalah anak yang mengalami gangguan ini berbeda dengan anak lamban belajar. Anak berkesulitan belajar spesifik biasanya mengalami hambatan

(29)

12

kesulitan secara spesifik misalnya, kesulitan belajar membaca, kesulitan belajar menulis, atau kesulitan belajar berhitung. Anak berkesulitan belajar khusus atau spesifik menurut Garnida (2015: 14) berpendapat anak berkesulitan belajar khusus mengalami gangguan pada proses psikologis dasar, disfungsi syarat pusat, atau gangguan neurologis.

g. Anak berbakat atau gifted merupakan anak yang mengalami gangguan intelektual di atas rata-rata. Anak berbakat adalah anak yang memiliki potensi kecerdasan dalam intelegensi di atas anak-anak sesusianya (Garnida, 2015: 17). Anak berbakat cenderung mendapat layanan yang sama dengan anak normal dalam hal pendidikan. Pemerintah juga pernah memberikan layanan pendidikan bagi anak berbakat melalui program akselerasi yaitu dengan mempercepat studi siswa.

h. Autisme adalah seorang anak yang hidup dalam dunianya. Anak autis cenderung mengalami hambatan dalam interaksi, komunikasi, dan perilaku sosial (Garnida, 2015: 19). Penyebab dari autisme adalah gangguan pada sistem syaraf pusat sehingga mengalami hambatan interkasi, komunikasi, dan perilaku sosial.

i. Hiperaktif merupakan gangguan tingkah laku yang tidak normal. Hiperaktif disebut juga ADHD (atenttion deficit hyperactivity disorder). ADHD merupakan hambatan seseorang individu dalam pemusatan perhatian yang disertai perilaku hiperaktif (Desiningrum, 2016: 2). Anak penyandang ADHD sulit untuk memusatkan perhatian, konsentrasi anak ADHD mudah terpecah. Selain itu, perilaku yang ditunjukkan pada anak ADHD adalah perilaku hiperaktivitas.

j. Anak lamban belajar atau slow learner adalah gangguan anak berkebutuhan khusus dengan gangguan intelektual. Jika diamati anak lamban belajar sekilas tidak memiliki perbedaan dengan siswa yang normal, maka hasil belajar yang ditunjukkan cenderung

(30)

13

rendah. Widayanti (dalam Husamah, 2016: 246) menjelaskan bahwa anak lamban belajar jika ditinjau dari segi IQ, anak lamban belajar bukan anak yang mengalami retardasi mental atau keterbelakangan mental namun anak yang mengalami kesulitan terhadap tugas-tugas yang menuntut kemampuan pemecahan masalah.

Berdasarkan uraian dari beberapa jenis-jenis anak berkebutuhan khusus ada beberapa macam yaitu dari tunanetra, tunarugu, tunadaksa, tunalaras, tunagrahita, Anak berkesulitan belajar, gifted, autis, ADHD, dan lamban belajar.

3. Sekolah Dasar Inklusi

Sekolah Dasar merupakan salah satu bagian komponen penting dalam sistem pendidikan nasional. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (UU Sisdiknas) pendidikan dasar mencakup SD/MI, SMP/MTs. atau bentuk lain yang sederajat, sedangkan pendidikan menengah meliputi antara lain SMA/MA SMK/MAK atau bentuk lain yang sederajat. Pendidikan dasar dan menengah merupakan pendidikan untuk mengembangkan kualitas minimal yang harus dimiliki oleh setiap manusia Indonesia sesuai dengan tuntutan perubahan-perubahan kehidupan lokal, nasional dan global sehingga perlu dilakukan pembaharuan pendidikan secara terencana, terarah dan berkesinambungan.

Sekolah Dasar merupakan salah satu jenjang pendidikan yang berlangsung selama 6 tahun dan merupakan jenjang pendidikan formal level rendah yang sangat menentukan pembentukan karakter siswa ke depannya. Ilahi (2016: 87) mendeskripsikan bahwa sekolah inklusi adalah sekolah regular yang mengakomodasi dan mengintegrasikan siswa regular dan siswa berkebutuhan khusus dalam program yang sama. Sejalan dengan pendapat sebelumnya Stainback (dalam Ilahi, 2016: 83-84) mengemukakan bahwa sekolah inklusi adalah sekolah yang menampung semua siswa di kelas yang sama. Sekolah harus bisa

(31)

14

memberikan pelayanan yang layak dan sesuai dengan kemampuan dari seluruh peserta didik.

Dari beberapa pengertian yang telah disebutkan, sekolah dasar inklusi adalah satuan pendidikan regular tingkat dasar selama enam tahun yang menerima anak berkebutuhan khusus (ABK) dan anak tidak berkebutuhan khusus agar dapat belajar bersama dalam satu lingkungan belajar dan pelaksanaannya dapat memberikan layanan pendidikan yang tepat melalui kurikulum yang telah disesuaikan dengan karakteristik setiap anak berkebutuhan khusus (ABK).

4. Pendidikan Inklusi

a. Pengertian Pendidikan Inklusi

Pendidikan inklusi menurut Salamanca (dalam Kustawan 2013 : 9) adalah sekolah regular yang berorientasi inklusi adalah cara yang paling efektif untuk mengatasi diskriminasi, menciptakan masyarakat yang ramah, membangun masyarakat inklusi dan mencapai cita-cita pendidikan untuk semua. Pernyataan ini juga didukung oleh Ilahi (2013: 24) yang menyatakan bahwa konsep pendidikan inklusi merupakan konsep pendidikan yang berkaitan dengan keterbukaan dalam menerima anak berkebutuhan khusus untuk memperoleh hak dasar mereka sebagai warga negara. Baedowi (dalam Olivia, 2017: 3) menjelaskan bahwa pendidikan inklusi adalah keadilan bagi setiap orang untuk mengakses dan memperoleh pendidikan bagi individu yang memiliki perbedaan tertentu untuk belajar di sekolah reguler.

Dari beberapa pendapat para ahli disebutkan di atas, kesimpulan pendidikan inklusi adalah sistem pendidikan yang melayani semua anak warga negara bangsa tanpa terkecuali, baik yang memiliki kebutuhan khusus maupun yang tidak berkebutuhan khusus untuk mendapatkan pendidikan yang layak di kelas regular dalam suatu lingkungan belajar terdekat. Melalui pendidikan

(32)

15

inklusi, setiap anak berkebutuhan khusus dapat memperoleh pelayanan pendidikan di sekolah terdekat untuk mengembangkan bakat, potensi, dan keterampilan yang dimilikinya secara optimal. Pendidikan inklusi mencakup layanan pendidikan serta akses pendidikan yang sama untuk semua anak dalam upaya memenuhi kebutuhan masing-masing individu dengan kemampuan dan keterampilan yang beragam.

b. Tujuan Pendidikan Inklusi

Ilahi (2013: 38) mengungkapkan bahwa pendidikan inklusi ditujukan pada semua kelompok yang termarginalisasi, tetapi kebijakan dan praktik inklusi anak penyandang cacat telah menjadi katalisator utama untuk mengembangkan pendidikan inklusi yang efektif, fleksibel, dan tanggap terhadap keragaman gaya dan kecepatan belajar. Garnida (2015: 43) tujuan dari pendidikan inklusi adalah memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada semua anak untuk mendapatkan yang layak sesuai dengan kebutuhannya, membantu mempercepat program wajib belajar, membantu peningkatan mutu pendidikan dasar, dan menciptakan sistem pendidikan yang menghargai keanekaragaman dan tidak diskriminatif.

Tujuan pendidikan inklusi juga telah diatur dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 70 Tahun 2009 tentang pendidikan Inklusif (Pensif) bagi Peserta Didik yang Memiliki Kelainan dan Memiliki Potensi Kecerdasan atau bakat Bakat Istimewa. Pada pasal 2 ayat 1 dan menjelaskan bahwa tujuan dari pendidikan inklusi adalah:

(1) Memberikan kesempatan yang seluas-luasnya kepada semua peserta didik yang memiliki kelainan fisik, emosional, mental, dan sosial atau memiliki potensi kecerdasan atau bakat istimewa untuk memperoleh pendidikan yang bermutu sesuai dengan kebutuhan dan kemampuannya;

(33)

16

(2) Mewujudkan penyelenggaraan pendidikan yang menghargai keanekaragaman dan tidak diskriminatif bagi semua peserta didik.s

Berdasarkan beberapa pengertian yang telah disebutkan, tujuan dari pendidikan inklusi adalah untuk menghilangkan adanya kesenjangan antara anak berkebutuhan khusus dengan anak yang dapat tumbuh dan berkembang sesuai dengan usinya. Dengan adanya pendidikan inklusi, anak berkebutuhan khusus menjadi tempat untuk belajar sebagai pemenuhan haknya akan pendidikan dan wadah untuk menyalurkan potensi yang ada pada dirinya. Anak berkebutuhan khusus dapat menggunakan kesempatan untuk belajar di satu tempat dengan anak yang dapat tumbuh dan berkembang sesuai dengan usianya, program wajib belajar yang diberikan oleh pemerintah dapat terlaksana.

c. Karakteristik Pendidikan Inklusi

Ilahi (2016: 42) mengatakan bahwa pada hakikatnya pendidikan inklusi berupaya memberikan peluang yang sebesar-besarnya kepada setiap anak Indonesia untuk memperoleh pelayanan pendidikan yang terbaik dan memadai demi membangun masa depan bangsa. Karakteristik pendidikan inklusi tentu saja sangat terbuka dan menerima tanpa syarat anak Indonesia yang berkeinginan kuat untuk mengembangkan kreativitas dan keterampilan mereka dalam suatu wadah yang sudah direncanakan dengan matang. `

Pendidikan inklusi memiliki empat karakteristik makna yang tertulis dalam Direktorat Pendidikan Luar Biasa antara lain, yaitu: 1) Proses yang berjalan terus dalam usahanya menemukan cara

merespon keragaman individu.

2) Mempedulikan cara untuk meruntuhkan hambatan-hambatan anak dalam belajar.

3) Anak kecil yang hadir (di sekolah), berpartisipasi dan mendapatkan hasil belajar yang bermakna dalam hidupnya.

(34)

17

4) Diperuntukkan utamanya bagi anak-anak yang tergolong merginal, eksklusif, dan membutuhkan layanan pendidikan khusus dalam belajar.

Menurut pernyataan-pernyataan di atas, karakteristik pendidikan inklusi merupakan layanan pendidikan yang sangat terbuka dan memberikan kesempatan kepada setiap individu untuk mengembangkan kreativitasan dan keterampilannya untuk mengikuti pendidikan secara bersama-sama dengan anak pada umumnya. Guru dan siswa dalam proses yang berjalan secara terus menerus memberikan respon secara terus menerus untuk menemukan keragaman individu, membantu peserta didik dalam belajar sehingga dapat bermanfaat bagi hidupnya terutama untuk anak-anak yang tergolong merginal, eklusif, dam membutuhkan layanan pendidikan khusus belajar.

d. Prinsip Dasar Pendidikan Inklusi

Ilahi (2016: 48-50) menjelaskan bahwa prinsip dasar sekolah inklusi berkaitan langsung dengan jaminan akses dan peluang bagi semua anak Indonesia untuk memperoleh pendidikan tanpa memandang latar belakang kehidupan mereka. Prinsip dasar pendidikan inklusi sebagai sebuah paradigma pendidikan yang menekankan pada keterbukaan dan penghargaan terhadap anak berkebutuhan khusus sesuai dengan tujuan utama inklusi adalah mendidik anak berkebutuhan khusus di kelas reguler bersama dengan anak-anak yang lainnya.

Dokumen Kerangka Aksi pada Pendidikan Kebutuhan Khusus menegaskan bahwa perlu memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada anak berkebutuhan khusus agar tidak diabaikan dalam lingkungan pendidikan formal. Penegasan ini harus selaras dengan deklarasi hak asasi manusia yang menjamin seluruh anak di dunia untuk memperoleh haknya dalam bidang pendidikan tanpa

(35)

18

terkecuali atau tanpa memandang latar belakang (Salamanca dalam Ilahi, 2016: 49).

Pada dasarnya pendidikan inklusi dapat dikatakan sebagai pendidikan yang berusaha untuk mengakomodasi seluruh peserta didik baik peserta didik yang berkebutuhan khusus dan peserta didik tidak berkebutuhan khusus tanpa memandang latar belakang, perbedaan sosial, perbedaan emosional, perbedaan kultur maupun perbedaan bahasa. Jadi, intinya pendidikan inklusi memberikan kesempatan dan peluang yang sama kepada setiap anak agar dapat ditampung dalam layanan pendidikan yang memdai dan berkualitas.

5. Aspek Penyelenggaraan Pendidikan Inklusi

Ilahi (2013: 49) mengatakan bahwa dalam sekolah inklusi, anak berkebutuhan khusus seyogianya menerima segala dukungan tambahan yang diperlukan untuk menjamin efektifitas suatu pendidikan. Kustawan (2013: 61) mendeskripsikan bahwa dalam pelaksanaan sekolah inklusi, terdapat aspek penyelenggaraan sekolah inklusi sekolah yang dapat mengakses seluruh anak termasuk anak berkebutuhan khusus. Aspek-aspek tersebut adalah Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) yang mengakomodasikan semua anak, identifikasi, asesmen, kurikulum fleksibel, merancang bahan ajar dan kegiatan pembelajaran yang ramah anak, penataan kelas yang ramah anak, pengadaan dan pemanfaatan media pembelajaran adaptif, serta penilaian dan evaluasi pembelajaran.

a. Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) yang Mengakomodasikan Semua Anak

Kustawan (2013: 90-92) mengatakan pelaksanaan Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) di SD/MI pada setiap tahun pelajaran perlu mempertimbangkan sumber daya yang dimiliki oleh sekolah. Sumber daya yang dimiliki sekolah antara lain:

(36)

19

1) Sumber daya pendidik dan tenaga kependidikan, 2) Sumber daya sarana dan prasarana, dan

3) Sumber daya biaya

Dalam pelaksanaan penerimaan peserta didik baru, sekolah dapat membentuk tim atau kepanitian yang terdiri atas guru pendidik khusus dan/atau yang sudah memahami tentang pendidikan inklusi dan keberagaman karakteristik peserta didik berkebutuhan khusus. Sekolah yang memiliki Psikolog maupun Guru Pendamping Khusus (GPK) juga dapat bekerja sama dan ikut serta dalam pelaksanaan.

Salah satu persyaratan PPDB bagi peserta didik berkebutuhan khusus yang dicantumkan dalam pedoman PPDB yaitu setiap calon peserta didik baru yang akan mendaftar harus membawa atau melampirkan hasil pemeriksaan dokter umum atau dokter spesialis, misalnya bagi peserta didik tunanetra atau gangguan penglihatan dapat menyertakan hasil pemeriksaan dari dokter mata, bagi peserta didik tunarungu dapat menyertakan hasil pemeriksaan dari dokter THT atau bagi peserta didik yang memiliki hambatan/gangguan kecerdasan (tunagrahita) dan anak dengan potensi kecerdasan dan bakat istimewa dapat melampirkan hasil pemeriksaan Tes IQ dari Psikolog.

Sekolah dasar inklusi yang menerima peserta didik berkebutuhan khusus henedaknya mempertimbangkan sumber daya yang dimiliki sekolah dan mengalokasikan kursi atau kuota bagi peserta didik berkebutuhan khusus. Kursi bagi peserta didik (kuota) paling sedikit terdapat 1-3 peserta didik yang berkebutuhan khusus dalam satu kelas.pengaturan ini dalam upaya memberikan layanan yang optimal sesuai dengan kekuatan sekolah dan dalam upaya pemerataan penyebaran peserta didik di wilayah atau daerahnya masing-masing.

(37)

20 b. Identifikasi

Kustawan (2013: 93) memaparkan bahwa identifikasi adalah upaya guru (pendidik) dan tenaga kependidikan lainnya untuk menemukan dan mengenali anak yang mengalami hambatan/kelainan/gangguan baik fisik, intelektual, mental, emosional dan sosial dalam rangka pemberian layanan pendidikan yang disesuaikan dengan kebutuhan khususnya. Kustawan (2013: 93) mendeskripsikan bahwa identifikasi dapat diartikan sebagai upaya menemukenali anak berkebutuhan khusus dengan berbagai gejala-gejala yang menyertainya.

Guru dapat melakukan identifikasi dengan cara mengamati atau melakukan observasi berdasarkan gejala-gejala yang nampak yaitu berupa gejala fisik, gejala perilaku, dan gejala hasil belajar. Tujuan guru melakukan identifikasi adalah untuk menghimpun informasi atau data apakah seorang anak mengalami kelainan atau penyimpangan dalam pertumbuhan atau perkembangannya dibandingkan dengan anak-anak pada umumnya. Hasil identifikasi digunakan sebagai dasar untuk menyusun program pembelajaran sesuai dengan kebutuhan khususnya dan/atau untuk menyusun program dan pelaksanaan intervensi atau terapi berkaitan dengan hambatannya (Kustawan, 2013: 93-94).

c. Asesmen

Buku Pedoman Umum Penyelenggaraan Pendidikan Inklusif (dalam Kustawan, 2013: 93) menjelaskan bahwa asesmen adalah suatu upaya seseorang (orangtua, guru maupun tenaga kependidikan lainnya) untuk melakukan proses penjaringan terhadap anak yang mengalami kelainan atau penyimpangan (fisik, intelektual, sosial, emosional atau tingkah laku) dalam rangka pemberian layanan pendidikan yang sesuai. Kustawan (2016: 97) menjelaskan bahwa asesmen merupakan berbagai informasi siswa berkebutuhan khusus yang digunakan guru dalam merencanakan sebuah pembelajaran

(38)

21

yang efektif. Informasi tersebut diharapkan dapat menjadi dasar dalam memberikan layanan yang berorientasi pada kebutuhan dan karakteristik siswa.

d. Adaptasi Kurikulum Fleksibel

Guru diwajibkan untuk menyusun perencanaan pembelajaran bagi siswanya. Perencanaan pembelajaran ini harus benar-benar memenuhi kebutuhan khusus yang dimiliki oleh anak dan berpusat pada anak (Kustawan, 2013: 105). Ilahi (2013: 171) menjelaskan bahwa kurikulum pendidikan inklusi menggunakan kurikulum sekolah reguler atau kurikulum nasional yang dimodifikasi atau disesuaikan dengan tahap pertimbangan karakteristik dan tingkat perkembangan anak. Untuk memenuhi kebutuhan seluruh siswa, kurikulum yang digunakan harus merupakan kurikulum fleksibel. Kurikulum fleksibel adalah kurikulum yang mengakomodasi anak dengan latar belakang dan kemampuan dan mempertimbangkan keragaman anak agar pembelajaran relevan dengan kemanpuan dan kebutuhannya.

Fleksibilitas kurikulum bagi anak berkebutuhan khusus dapat diimplementasikan dalam Program pembelajaran Individu (PPI). PPI ini merupakan program pembelajaran yang disusun sesuai kebutuhan individu degan bobot materi berbeda dari kelompok dalam kelas dan dilaksanakan dalam setting klasikal. Penyesuaian kurikulum fleksibel dilakukan oleh Tim Pengembangan Kurikulum di sekolah yang terdiri dari Kepala Sekolah, Guru Kelas, Guru Mata Pelajaran, Guru Bimbingan dan Konseling (Konselor), Guru Pembimbing Khusus, Orang Tua, dan Ahli (Profesional) lainnya sesuai dengan kebutuhan seperti Psikolog dan terapis.

Menurut pernyataan-pernyataan di atas, ruang lingkup kurikulum bagi anak berkebutuhan khusus adalah kurikulum sekolah reguler yang dalam hal-hal tertentu dilakukan penyesuaian dan modifikasi sesuai dengan hambatan dan kebutuhan anak

(39)

22

berkebutuhan khusus. Penyesuaian dan modifikasi tersebut meliputi cara, media, materi dan penilaian pembelajaran.

e. Merancang Bahan Ajar dan Kegiatan Pembelajaran yang Ramah Anak

Syaodih (dalam Ilahi, 2016: 172) menjelaskan bahwa salah satu komponen dalam kurikulum yang harus dimodifikasi salah satunya adalah materi dan bahan ajar. Bahan ajar tersusun atas topik-topik dan sub-sub topik-topik tertentu yang mengandung ide pokok yang relevan dengan tujuan yang ditetapkan.

Bagi anak berkebutuhan khusus yang memiliki intelegensi di atas normal materi dapat diperluas atau diperdalam atau ditambah dengan materi baru yang penting bagi anak tersebut. Kemudian bagi anak yang memiliki intelegensi di bawah normal (anak lambat belajar atau tunagrahita) materi dapat diturunkan tingkat kesulitan materi atau dihilangkan pada bagian tertentu dan disusun berdasarkan indikator pencapaian dan kebutuhan pada kebutuhan anak.

Kustawan (2013: 111) mengatakan bahwa bentuk penyesuaian yang dapat dilakukan dalam kegiatan pembelajaran yaitu pembelajaran yang dibuat lebih interaktif sehingga mampu mengundang setiap anak untuk berpartisipasi. Bahan ajar yang fleksibel atau ramah anak terdiri atas pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang harus dipelajari anak berkebutuhan khusus sesuai dengan kebutuhan dalam mencapai standar kompetensi yang ditentukan. Dalam kegiatan pembelajaran, guru hendaknya merencanakan pembelajaran dengan baik sehingga tujuan dalam kegiatan pembelajaran dapat tercapai. Untuk itu, guru harus menyusun strategi pembelajaran dapat mengakomodasi seluruh siswa.

Ilahi (2013: 173-174) mengatakan bahwa perencanaan pembelajaran hendaknya dibuat berdasarkan hasil asesmen dan

(40)

23

dibuat bersama antara guru kelas dan guru khusus dalam bentuk Program Pembelajaran Individual (PPI). Pelaksanaan pembelajaran lebih mengutamanakan metode pembelajaran kooperatif dan partisipatif, memberi kesempatan yang sama kepada siswa yang lain, menjadi tanggung jawab bersama dan dilaksanakan secara kolaborasi antara guru khusus dan guru kelas, serta dengan menggunakan media, sumber daya, dan lingkungan yang beragam sesuai dengan keadaan.

Ketika guru mengajar di kelas, ia perlu mempersiapkan diri dalam upaya melaksanakan kegiatan pembelajaran. guru perlu mengembangkan kompetensinya agar memiliki pengetahuan dan keterampilan dalam mengadaptasikan kurikulum dan metode mengajar yang sesuai dengan kebutuhan dan keberagaman anak (Kustawan, 2013: 49).

f. Penataan Kelas yang Ramah Anak

Cony, dkk (dalam Kustawan, 2013: 114-115) menjelaskan bahwa menciptakan suasana belajar yang mengairahkan perlu memperhatikan pengaturan atau penataan ruang kelas/belajar. Penyusunan dan pengaturan ruang belajar hendaknya peserta didik duduk berkelompok dan memudahkan guru bergerak secara leluasa. Dalam pengaturan ruang belajar, hal-hal yang harus diperhatikan:

1) Ukuran dan bentuk kelas

2) Bentuk serta ukuran bangku dan meja anak 3) Jumlah anak didik dalam kelas

4) Jumlah anak didik dalam setiap kelompok 5) Jumlah kelompok dalam kelas

6) Komposisi anak didik dalam kelompok (seperti anak didik pandai dengan anak didik kurang pandai, pria dengan wanita).

(41)

24

Kustawan (2013: 115) mengatakan bahwa pengaturan ruang kelas bisa berdasarkan pada tujuan pembelajaran, waktu yang tersedia dan kepentingan pembelajaran yang aktif, inovatif, kreatif, efektif, dan menyenangkan (PAIKEM).

g. Pengadaan dan Pemanfaatan Media Pembelajaran Adaptif Syaodih (dalam Ilahi, 2013: 175) mengatakan bahwa media pembelajaran adalah segala macam bentuk perangsangan dan alat yang disediakan guru untuk mendorong siswa. Terdapatnya anak-anak berkebutuhan khusus yang ada di sekolah reguler (SD/MI), maka guru hendaknya menyesuaikan media pembelajaran yang digunakan dalam kegiatan belajar mengajar di kelas.

Kustawan (2013: 117-118) mengatakan bahwa media pembelajaran adaptif bagi anak berkebutuhan khusus hakikatnya adalah media yang dirancang, dibuat, dipilih dan digunakan dalam pembelajaran sehingga dapat bermanfaat atau berguna dan cocok dalam kegiatan pembelajaran. Pemilihan media pembelajaran disesuaikan dengan tujuan, kebutuhan, materi, kemampuan dan karakteristik anak akan sangat menunjang efisiensi dan efektivitas proses dan hasil pembelajaran.

Sujana (dalam Ilahi, 2013: 23) mengatakan bahwa hal penting dari media pembelajaran adalah sebagai.

1) Media pembelajaran sebagai alat bantu untuk mewujudkan situasi pembelajaran yang efektif.

2) Memperjelas pesan dari materi pembelajaran. 3) Mengatasi ruang, waktu, tenaga, dan daya indra.

4) Mendorong semangat belajar, interkasi langsung antara murid dengan sumber belajar.

5) Anak dapat belajar mandiri sesuai dengan bakat dan kemampuan visual, auditori, dan kinestetiknya.

(42)

25

Penggunaan media pembelajaran dalam kegiatan pembelajaran sangat membantu guru mempermudah menyampaikan pesan dan informasi pada semua anak termasuk anak berkebutuhan khusus, media pembelajaran memiliki peran penting dalam pembelajaran sebagai alat bantu penyampaian pembelajaran, memperjelas materi pembelajaran, mendorong semangat belajara dan menambah pengalaman belajar. Untuk itu, bagi anak berkebutuhan khusus media pembelajaran yang digunakan disesuaikan dengan jenis hambatan, ketidakmampuan, dan kebutuhan yang sesuai dengan hambatan yang dialami anak berkebutuhan khusus.

h. Penilaian dan Evaluasi Pembelajaran

Kustawan (2013: 118-124) menjelaskan bahwa penilaian dilakukan untuk memperoleh informasi yang tepat mengenai prestasi peserta didik setelah mengikuti kegiatan pembelajaran. Hasil penilaian yang diperoleh digunakan sebagai bahan evaluasi terhadap ketuntasan belajar anak dengan cara membandingkannya dengan kriteria ketuntasan maksimal (KKM) yang telah ditetapkan. Hasil penilaian digunakan untuk mengevaluasi dan memperbaiki peserta didik, dan bahan penyusun laporan hasil belajar.

Ilahi (2013: 189) menambahkan bahwa bagi anak berkebutuhan khusus, jenis evaluasi yang diberikan harus sesuai dengan tingkat kemampuan dan kecerdasan mereka dalam menerima materi pembelajaran. Pada pendidikan reguler, sekolah akan menetapkan sistem acuan yang sama utnuk seluruh siswa. Sistem acuan yang ditetapkan sekolah ini dapat disebut kriteria ketuntasan minimal (KKM).

(43)

26 6. Media Pembelajaran

a. Pengertian Media Pembelajaran

Heinich, dkk (dalam Pribadi, 2017: 15) menjelaskan bahwa media pembelajaran adalah alat yang digunakan untuk mendukung proses pembelajaran, memperoleh pengetahuan, keterampilan dan sikap. Media dalam pembelajaran berarti perantara atau pengantar antara pengirim informasi yang bergungsi sebagai sumber atau resources dan penerima informasi atau receiver.

Gerlach dan Ely (dalam Arsyad, 2014: 3) menjelaskan bahwa media adalah kondisi dimana siswa mampu memperoleh pengetahuan, keterampilan, atau sikap. Jadi apabila media itu membawa pesan-pesan atau informasi yang bertujuan instruksional atau mengandung maksud-maksud pengajaran maka media itu disebut media pembelajaran.

Kesimpulan pengertian media pembelajaran merupakan penyalur pesan atau informasi dan kedudukan media pembelajaran merupakan komponen terpadu dalam pembelajaran yang dapat mempengaruhi pembelajaran. Media pembelajaran dalam menyalurkan pesan agar dapat tercipta suasana lingkungan belajar yang kondusif dan efektif.

b. Fungsi Media Pembelajaran

Media pembelajaran sebagai penyalur pesan atau informasi, pasti memiliki fungsinya. Fungsi dari media pembelajaran menurut Arsyad (2017: 23) mendeskripsikan bahwa media pembelajaran memiliki fungsi: (1) memperoleh informasi dan pengetahuan; (2) mendukung aktivitas pembelajaran; (3) saran persuasi dan motivasi. Dari penjelasan di atas media pembelajaran berfungsi sebagai penarik, menikmati, pelancar, dan pemahaman dalam pembelajaran sehingga, informasi pembelajaran dapat tersalurkan.

Arsyad (2014: 25) menyatakan bahwa fungsi media pembelajaran adalah memberikan intruksi berupa informasi yang

(44)

27

terdapat dalam media dan melibatkan siswa dalam penggunaannya. Mais (2016: 13) menjelaskan fungsi media pembelajaran adalah sebagai alat memperjelas penyanjian pesan tanpa batas ruang dan dapat membangkitkan sikap aktif anak dalam pembelajaran.

Dari pendapat ahli, kesimpulan fungsi utama media pembelajaran adalah sebagai sumber belajar. Media pembelajaran berfungsi agar siswa dapat memahami apa yang disampaikan oleh guru sehingga dapat dipahami dan memperjelas sehingga meningkatkan minat siswa pada pembelajaran.

c. Pertimbangan pemilihan media pembelajaran

Media pembelajaran merupakan penyalur pesan dalam pembelajaran yang kedudukanya sebagai bagian komponen terpadu. Fungsi media sebagai yang bertugas memperjelas pemahaman siswa pada pembelajaran perlu adanya pertimbangan dalam memilih media yang akan digunakan, baik media yang tersedia di sekolah maupun media pembelajaran yang dibuat oleh guru.

Pertimbangan pemilihan media pembelajaran dalam mempertimbangkan perlu adanya prinsip dalam pemilihan media pembelajaran. Bates (dalam Pribadi, 2017: 27) menjelaskan bahwa faktor pemilihan dalam bahan ajar dengan istilah ACTIONS (Acces, Cost, Technology, Interactivity, Organizational change, Novelty, Speed) merupakan pedoman yang digunakan untuk memilih jenis media dan bahan pembelajaran yang dapat digunakan untuk mendukung aktivitas pembelajaran.

Faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan memilih dan menggunakan media pembelajaran untuk mendukung aktivitas pembelajaran antara lain ;

a) Besarnya akses siswa dalam memanfaatkan media sebagai bahan pembelajaran.

b) Berapa besar biaya yang diperlukan untuk pengadaan media pembelajaran.

(45)

28

c) Fitur dan atribut yang dapat dimanfaatkan dari media tersebut.

d) Tingkat interaktivitas pembelajaran yang diberikan media.

e) Perubahan organisasi yang dapat diimplementasikan media.

f) Isi atau materi yang termuat dalam media.

g) Kecepatan media yang digunakan dalam membantu siswa memahami isi atau materi pelajaran.

Setiap pembelajaran dalam menggunakan media pembelajaran perlu adanya prinsip pemilihan media pembelajaran. Pemilihan media pembelajaran perlu adanya dasar pertimbangan pemilihan atau kriteria pemilihan media pembelajaran yang akan digunakan.Pertimbangan yang pertama adalah tujuan pemilihan. Pemilihan media berdasarkan tujuan yang jelas. Tujuan yang jelas dimaksud adalah media yang akan digunakan akan berperan sebagai penyalur secara umum atau hanya sekedar hiburan. Kemudian mempertimbangkan karakteristik media pengajaran. Setiap media mempunyai karakteristik tersendiri baik secara segi keampuhan, cara penggunaannya.

d. Pemanfaatan Media pembelajaran di Kelas

Media pembelajaran yang direncanakan berdasarkan pertimbangan pemilihan media pembelajaran selanjutnya oleh guru dilakukan pemanfaatan media pembelajaran saat pembelajaran. Pola pembelajaran dengan media pembelajaran menurut Mais (2016: 48) terdapat 4 (empat) pola pembelajaran, yaitu: (1) guru sebagai satu-satunya penyampaian materi; (2) guru dibantu oleh media pembelajaran; (3) guru dan media pembelajaran berbagi tugas; dan (4) media satu-satunya penyampaian bahan pembelajaran.

Agar pemanfaatan media pembelajaran dapat dilaksanakan dengan baik, guru perlu mempertimbangkan faktor-faktor dalam

(46)

29

pemilihan dan hambatan media pembelajaran sehingga media yang digunakan memiliki manfaat bagi penggunanya. Pribadi (2017: 24) berpendapat ada 6 (enam) manfaat media terhadap penggunanya yaitu (1) penyampaian isi pesan dan pengetahuan menjadi bersifat standar, (2) proses pembelajaran menjadi lebih jelas dan menarik, (3) proses pembelajaran berlangsung interaktif, (4) penggunaan waktu dan tenaga dalam memperoleh informasi dan pengetahuan lebih efisien, (5) meningkatkan kualitas proses belajar dan fleksibel, (6) meningkatkan sikap positif terhadap isi atau materi pembelajaran.

Simpulan dari pendapat ahli mengenai pemanfaatan media pembelajaran adalah guru harus mengerti pola pembelajaran yang diterapkan, sehingga guru dapat menggunakan media pembelajaran dengan baik. Pemanfaatan media pembelajaran di kelas perlu diperhatikan prinsip dan langkah-langkah dalam pemanfaatan media pembelajaran. Media dapat bermanfaat terhadap penggunanya pembelajaran menjadi jelas dan menarik, interkatif, pengetahuan dan informas yang diterima efisien, meningkatakan kualitas belajar dan fleksibel, serta meningkatkan sikap positif terhadap isi dan materi pembelajaran.

7. Media Pembelajaran Adaptif

Media pembelajaran harus mempertimbangkan karakteristik siswa, maka media pembelajaran bagi anak berkebutuhan khusus (ABK) harus sesuai dengan kebutuhan khusus yang dimilikinya. Media pembelajaran bagi anak berkebutuhan merupakan media adaptif. Media pembelajaran adaptif yaitu media yang dapat dikondisikan terhadap kondisi ABK, artinya alatlah yang harus disesuaikan dan bukan ABK yang harus menyesuaikan terhadap alat (Meimulyani dan Cartoyo, 2013: 48). Mais (2016: 9) menyatakan bahwa media pembelajaran yang baik harus memenuhi beberapa syarat. Penggunaan media mempunyai tujuan

(47)

30

memberikan motivasi kepada siswa. Media dapat menyalurkan informasi yang tidak bisa dipahami oleh siswa ketika menggunakan penjelasan guru, sehingga media pembelajaran dapat menjadi alat bantu guna mencapai tujuan pembelajaran. Meimulyani dan Cartoyo (2013: 35) mendeskripsikan bahwa media pembelajaran adaptif adalah media pembelajaran yang dibuat dan digunakan sesuai dengan kondisi dan kebutuhan peserta didik atau siswa berkebutuhan khusus (ABK) terhadap kebutuhan proses pembelajaran ABK. Sedangkan Kustawan (2013: 117-118) mendeskripsikan bahwa media pembelajaran adalah media pembelajaran bagi anak berkebutuhan khusus hakikatnya adalah media dirancang, dibuat, dipilih dan digunakan dalam pembelajaran sehingga dapat bermanfaat atau berguna dan cocok dalam kegiatan pembelajaran.

Media pembelajaran adaptif bagi anak berkebutuhan khusus beranekaragam sesuai dengan karakteristiknya. Media pembelajaran bagi siswa lamban belajar disamakan dengan anak tunagrahita. Media yang biasanya digunakan misalnya gradasi kubus, gradasi balok, menara gelang, puzzle, papan geometri, dan bak pasir. Contoh-contoh media pembelajaran bagi siswa lamban belajar, dapat diketahui bahwa media tersebut jika digunakan siswa lamban belajar dapat menstimulus siswa karena belajar sambil bermain sehingga anak lamban belajar merasa senang. Perlu adanya media pembelajaran sehingga dapat disimpulkan anak berkebutuhan khusus memerlukan media adaptif.

Setiap media mempunyai karakteristik tertentu, baik dilihat dari segi keampuhannya, cara pembuatannya, maupun cara penggunaanya. Memahami karakteristik berbagai media pengajaran merupakan kemampuan dasar yang harus dimiliki guru dalam kaitannya dengan keterampilan pemilihan media pembelajaran. Sudjana dan Rivai (dalam Meimulyani dan Cartoyo, 2013: 44-45) mendeskripsikan bahwa karakteristik media pembelajaran bagi siswa berkebutuhan khusus sebagai berikut;

(48)

31

a. Ketepatan dengan tujuan pengajaran b. Dukungan terhadap isi pembelajaran c. Kemudahan memperoleh media

d. Keterampilan guru dalam menggunakannya e. Sesuai dengan taraf berpikir siswa

Sanaky (2013: 46) mendeskripsikan bahwa karakteristik media pembelajaran sebagai berikut;

1) Media pembelajaran berdasarkan bentuk fisik yang meliputi media elektronik seperti televisi, film, slide, video, LCD, komputer dan internet dan media non-elektronik seperti buku, dan alat peraga.

2) Media pembelajaran berdasarkan panca indera yang meliputi media audio (dengar), media visual (melihat), dan media audio-visual (dengar-melihat).

3) Media pembelajaran berdasarkan aspek alat dan bahan yang digunakan meliputi alat perangkat keras dan perangkat lunak. Berdasarkan dari pendapat ahli, kesimpulan bahwa media pembelajaran adaptif adalah modifikasi yang dirancang, dibuat, dipilih dan digunakan sebagai alat atau media yang bertujuan untuk memberi peluang kepada ABK dalam mengikuti program pembelajaran dengan tepat, efektif serta mencapai kepuasan. Dalam penggunaan media pembelajaran perlu memperhatikan karakteristik setiap media pembelajaran yang digunakan antara lain: ketepatan dengan tujuan pengajaran, dukungan terhadap isi pembelajaran, kemudahan memperoleh media, keterampilan guru dalam menggunakannya, sesuai dengan taraf berpikir siswa.

Gambar

Tabel 3.1 Jadwal Penelitian
Tabel 3.2 Kisi-kisi Pedoman Wawancara Penggunaan Media  Pembelajaran Adaptif Bagi Siswa Berkebutuhan Khusus Sekolah
Tabel 3.3 Kisi-kisi Pedoman Observasi Penggunaan Media  Pembelajaran Adaptif Bagi Siswa Berkebutuhan Khusus Sekolah
Tabel 4.1. Jadwal Pelaksanaan Wawancara SD Harapan Mulia  No  Hari, Tanggal Wawancara  Subjek Wawancara
+3

Referensi

Dokumen terkait

CAPAIAN PEMBELAJARAN : Memiliki kemampuan memilih jenis media, membuat, dan menggunakan media dalam pembelajaran matematika berupa media manipulatif dan media

Hal yang dilakukan guru antara lain: membuat rencana pelaksanaan pembelajaran(RPP), menentukan materi membuat media gambar beseri. Pelaksanaan pembelajaran sesuai dengan

(1)Berdasarkan masalah yang akan diteliti diatas, maka tujuan penelitian ini adalah untuk: Mendeskripsikan kemampuan guru dalam merancang pembelajaran dengan penggunaan media

Pembelajaran tematik tema 7 subtema 1 pembelajaran 1 di kelas 2 SDN 1 Lowokwaru Malang, ketika proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru masih menggunakan

Pada sisi lain, siswa hanya duduk dan mendengarkan guru menjelaskan materi pelajaran.jika siswa terus menerus mendapatkan pembelajaran dengan menggunakan metode ceramah

Berdasarkan masalah yang akan diteliti diatas, maka tujuan penelitian ini adalah untuk: (1) Mendeskripsikan kemampuan merancang pembelajaran dengan menggunakan metode eksperimen

(1)Berdasarkan masalah yang akan diteliti diatas, maka tujuan penelitian ini adalah untuk: Mendeskripsikan kemampuan guru dalam merancang pembelajaran dengan penggunaan media

Selain itu meningkatnya motivasi siswa dalam belajar juga membuat siswa lebih mudah untuk menangkap materi yang disajikan oleh guru ataupun yang tercantum pada media pembelajaran Nylund