• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAPORAN AKHIR INSENTIF PENINGKATAN KEMAMPUAN PENELITI DAN PEREKAYASA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "LAPORAN AKHIR INSENTIF PENINGKATAN KEMAMPUAN PENELITI DAN PEREKAYASA"

Copied!
49
0
0

Teks penuh

(1)

KODE JUDUL : X.175

LAPORAN AKHIR

INSENTIF PENINGKATAN KEMAMPUAN PENELITI DAN PEREKAYASA

PEMANTAUAN RESISTENSI Plutella xylostella TERHADAP INSEKTISIDA YANG UMUM DIGUNAKAN OLEH PETANI KUBIS DI DATARAN TINGGI

SULAWESI SELATAN SEBAGAI DASAR PEMILIHAN INSEKTISIDA YANG TEPAT

KEMENTERIAN PERTANIAN

BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN

Peneliti/ Perekayasa :

1. Dr. Ir. Laksminiwati Prabaningrum, MS 2. Ir. Tinny S. Uhan, MS

3. Ir. Uvan Nurwahidah, MS

INSENTIF PENINGKATAN KEMAMPUAN PENELITI DAN PEREKAYASA KEMENTERIAN RISET DAN TEKNOLOGI

(2)

LEMBAR IDENTITAS DAN PENGESAHAN

Judul Kegiatan Pemantauan Resistensi Plutella xylostella terhadap Insektisida yang Umum Digunakan Oleh Petani Kubis di Dataran Tinggi Sulawesi Selatan Sebagai Dasar Pemilihan Insektisida yang Tepat

Fokus Bidang Prioritas 1. Teknologi Pangan

2. Teknologi Kesehatan dan Obat 3. Teknologi Enerji

4. Teknologi Transportasi

5. Teknologi Informatika dan Komunikasi 6. Teknologi Pertahanan dan Keamanan 7. Teknologi Material

Kode Produk Target 1.3.

Kode Kegiatan 1.03.01

Lokasi Penelitian Provinsi Sulawesi Selatan Penelitian Tahun ke 1 (satu)

Keterangan Lembaga Pelaksana/ Pengelola Penelitian A. Lembaga Pelaksanaan Penelitian

Nama Peneliti Utama Dr. Laksminiwati Prabaningrum, Ir. MS. Nama Lembaga/ Institusi Balai Penelitian Tanaman Sayuran

Unit Organisasi Kementerian Pertanian

Alamat Jl. Tangkuban Parahu No. 517, Lembang,

Bandung Barat 40391

Telepon/ HP 022-2786245/ 08122016388

Faksimile 022-2786416

(3)

B. Lembaga lain yang terlibat (dapat lebih dari satu)

Nama Pimpinan Ir. Firdaus Hasan, MS

Nama Lembaga UPTD Balai Proteksi Tanaman Pangan dan

Hortikultura Provinsi Sulawesi Selatan

Alamat Jl. dr. Sam Ratulangi No. 69, Maros 90511,

Sulawesi Selatan

Telepon/ HP 0411-371593/ 0811462025

Faksimile - e-mail - Jangka Waktu Kegiatan : 8 (delapan) bulan

B i a y a : Rp. 150.000.000,-

Menyetujui :

Pj. Kepala Balai Penelitian Tanaman Sayuran, Peneliti Utama, Dr. Liferdi, SP., MSi NIP 19701007 199803 1 001 Dr.Laksminiwati Prabaningrum NIP. 19600831 198603 1 001

(4)

DAFTAR ISI

BAB Halaman

LEMBAR IDENTITAS DAN PENGESAHAN ... 1

DAFTAR ISI ... 3

I IDENTITAS LEMBAGA LITBANGYASA ... 4

II IDENTITAS KEGIATAN ... 5

III IDENTITAS KEKAYAAN INTELEKTUAL DAN HASIL LITBANG ... 8 IV PENGELOLAAN ASET ... 10

(5)

BAB I

IDENTITAS LEMBAGA LITBANGYASA

Lembaga Pelaksanaan Penelitian

Nama Lembaga/ Institusi Balai Penelitian Tanaman Sayuran Unit Organisasi Kementerian Pertanian

Nama Pimpinan Dr. Liferdi, SP.MSi.

Alamat Jl. Tangkuban Parahu No. 517, Lembang,

Bandung Barat 40391

Telepon/ HP 081314524070

Faksimile 022-2786416

(6)

BAB II

IDENTITAS KEGIATAN

Judul Pemantauan Resistensi Plutella xylostella terhadap Insektisida yang Umum Digunakan Oleh Petani Kubis di Dataran Tinggi Sulawesi Selatan Sebagai Dasar Pemilihan Insektisida yang Tepat

Abstraksi Plutella xylostella merupakan hama utama tanaman kubis, yang merupakan serangga yang mampu berkembang menjadi resisten terhadap insektisida secara cepat. Dengan demikian pengelolaan resistensi hama tersebut merupakan program yang harus dijalankan. Salah satu taktik dalam pengelolaan resistensi secara terpadu ialah pemantauan resistensi hama secara periodik dan berkesinambungan. Penelitian pemantauan resistensi P. xylostella terhadap insektisida yang umum digunakan oleh petani kubis di Sulawesi Selatan sebagai dasar pemilihan insektisida yang tepat telah dilaksanakan sejak bulan Februari hingga Agustus 2012 di Kecamatan Anggeraja (590 m dpl) dan di Kecamatan Baroko (1.040 m dpl), Kabupaten Enrekang dan di Kecamatan Tombolo Pao (1.600 m dpl) dan Kecamatan Tinggi Moncong (1.500 m dpl), Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan. Penelitian ini diawali dengan survai dengan responden petani kubis di daerah tersebut untuk mengetahui jenis pestisida yang digunakan serta perlakuan petani dalam mengaplikasikan insektisida dalam mengendalikan P. xylostella pada budidaya kubis. Pengujian toksisitas insektisida dilakukan di Posko Agens Hayati, Balai Proteksi Tanaman Pangan dan Hortikultura di Sulawesi

(7)

Selatan. Ulat P. xylostella yang digunakan adalah instar ke-3. Pengujian toksisitas insektisida menggunakan Protokol No. 7, Proposed Insecticide/ Acaricide Susceptibility Test yang disusun oleh Insecticide Resistance Action Committee. Data mortalitas larva dan hubungannya dengan konsentrasi formulasi insektisida yang diuji dianalisis menggunakan analisis probit menurut Finney, dengan menggunakan Program Komputer C-Probit untuk mengetahui nilai LC50 berbagai insektisida yang diuji. Interpretasi data

tingkat resistensi P. xylostella terhadap insektisida yang diuji diperoleh dengan membandingkan nilai LC50

insektisida yang diuji dengan nilai LC50 terhadap strain

larva P. xylostella yang masih rentan. LC50 insektisida

terhadap strain larva P. xylostella rentan ialah nilai LC50

terendah dari insektisida yang diuji. Serangga telah resisten terhadap insektisida tersebut apabila LC50

bernilai  4 kali pembanding. Hasil pengujian menunjukkan bahwa P. xylostella asal Kecamatan Anggeraja telah resisten terhadap Beta-cyfluthrin,

Lambda-cyhalothrin, Lambda-cyhalothrin + Chlorantraniliprol, Permethrin, Chlorantraniliprol, B.

thuringiensis, dan Tiametoxam + Chlorantraniliprol dan masih rentan terhadap Spinosad, sedangkan P. xylostella asal Kecamatan Baroko telah resisten terhadap Beta-cyfluthrin, Lambda-cyhalothrin, Permethrin, Chlorantraniliprol, dan B. thuringiensis serta masih rentan terhadap Lambda-cyhalothrin + Chlorantraniliprol, Spinosad, dan Tiametoxam + Chlorantraniliprol. Sementara P. xylostella asal Kecamatan Tombolo Pao telah resisten terhadap Beta-cyfluthrin, Lambda-cyhalothrin, Permethrin, Chlorantraniliprol, dan Tiametoxam + Chlorantraniliprol

(8)

serta masih rentan terhadap Lambda-cyhalothrin + Chlorantraniliprol, Spinosad, dan B. thuringiensis. P. xylostella asal Kecamatan Tinggi Moncong telah resisten terhadap Beta-cyfluthrin, Lambda-cyhalothrin, Lambda-cyhalothrin + Chlorantraniliprol, Permethrin, Chlorantraniliprol, dan Tiametoxam + Chlorantraniliprol serta masih rentan terhadap Spinosad dan B. thuringiensis. Berdasarkan hasil pengujian, saran yang dikemukan ialah insektisida yang sudah tidak efektif di suatu kecamatan untuk sementara waktu (1-2 tahun) jangan digunakan dan harus diganti dengan insektisida lain yang masih efektif dan mempunyai kode cara kerja yang berbeda dengan insektisida tersebut.

Tim Peneliti Dr. L.Prabaningrum, Ir. Tinny S. Uhan, MS, Ir. Uvan Nurwahidah,MS, Agus Hendra, Karmin

Waktu Pelaksanaan Februari-Oktober 2012

Publikasi Jurnal Hortikultura, Pusat Penelitian dan

Pengembangan Hortikultura (dalam proses koreksi oleh Dewan Redaksi)

(9)

BAB III

IDENTITAS KEKAYAAN INTELEKTUAL DAN HASIL LITBANG

Ringkasan Kekayaan Intelektual -

Ringkasan Hasil Litbang Dari hasil penelitian ini disimpulkan bahwa P. xylostella asal Kecamatan Anggeraja telah resisten terhadap Beta-cyfluthrin, Lambda-cyhalothrin, Lambda-cyhalothrin + Chlorantraniliprol, Permethrin, Chlorantraniliprol, B. thuringiensis, dan Tiametoxam + Chlorantraniliprol dan masih rentan terhadap Spinosad, sedangkan P. xylostella asal Kecamatan Baroko telah resisten terhadap Beta-cyfluthrin, Lambda-cyhalothrin, Permethrin, Chlorantraniliprol, dan B. thuringiensis serta masih rentan

terhadap Lambda-cyhalothrin +

Chlorantraniliprol, Spinosad, dan Tiametoxam + Chlorantraniliprol. Sementara P. xylostella asal Kecamatan Tombolo Pao telah resisten terhadap Beta-cyfluthrin, Lambda-cyhalothrin, Permethrin, Chlorantraniliprol, dan Tiametoxam + Chlorantraniliprol serta masih rentan

terhadap Lambda-cyhalothrin +

Chlorantraniliprol, Spinosad, dan B. thuringiensis. P. xylostella asal Kecamatan Tinggi Moncong telah resisten terhadap Beta-cyfluthrin, Lambda-cyhalothrin, Lambda-cyhalothrin + Chlorantraniliprol, Permethrin, Chlorantraniliprol, dan

(10)

Tiametoxam + Chlorantraniliprol serta masih rentan terhadap Spinosad dan B. thuringiensis. Berdasarkan hasil pengujian, saran yang dikemukan ialah insektisida yang sudah tidak efektif di suatu kecamatan untuk sementara waktu (1-2 tahun) jangan digunakan dan harus diganti dengan insektisida lain yang masih efektif dan mempunyai kode cara kerja yang berbeda dengan insektisida tersebut.

Pengelolaan Anggaran Anggaran diterima dalam 3 termin. Dana termin 1 dan 2 sudah diterima.

Sarana-Prasarana Terlampir pada Metode Laporan Akhir Pendokumentasian Terlampir pada dokumentasi Laporan Akhir

                         

(11)

BAB IV

PENGELOLAAN ASET

Judul Pemantauan Resistensi Plutella xylostella terhadap Insektisida yang Umum Digunakan Oleh Petani Kubis di Dataran Tinggi Sulawesi Selatan Sebagai Dasar Pemilihan Insektisida yang Tepat

Tim Peneliti Dr. L.Prabaningrum, Ir. Tinny S. Uhan, MS, Ir. Uvan Nurwahidah,MS, Agus Hendra, Karmin

Institusi Pelaksana Balai Penelitian Tanaman Sayuran dan Balai Proteksi Tanaman Pangan dan Hortikultura (BPTPH) Provinsi Sulawesi Selatan Aset yang Dihasilkan Informasi Pengelolaan Hasil Litbangyasa

Diterbitkan dalam Jurnal Hortikultura, Pusat Penelitian dan Pengembangan Hortikultura (dalam proses koreksi oleh Dewan Redaksi)

(12)

LAMPIRAN

(13)

RINGKASAN

Plutella xylostella merupakan hama utama tanaman kubis, yang merupakan serangga yang mampu berkembang menjadi resisten terhadap insektisida secara cepat. Dengan demikian pengelolaan resistensi hama tersebut merupakan program yang harus dijalankan. Salah satu taktik dalam pengelolaan resistensi secara terpadu ialah pemantauan resistensi hama secara periodik dan berkesinambungan. Penelitian pemantauan resistensi P. xylostella terhadap insektisida yang umum digunakan oleh petani kubis di Sulawesi Selatan sebagai dasar pemilihan insektisida yang tepat telah dilaksanakan sejak bulan Februari hingga Agustus 2012 di Kecamatan Anggeraja (590 m dpl) dan di Kecamatan Baroko (1.040 m dpl), Kabupaten Enrekang dan di Kecamatan Tombolo Pao (1.600 m dpl) dan Kecamatan Tinggi Moncong (1.500 m dpl), Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan. Penelitian ini diawali dengan survai dengan responden petani kubis di daerah tersebut untuk mengetahui jenis pestisida yang digunakan serta perlakuan petani dalam mengaplikasikan insektisida dalam mengendalikan P. xylostella pada budidaya kubis. Pengujian toksisitas insektisida dilakukan di Posko Agens Hayati, Balai Proteksi Tanaman Pangan dan Hortikultura di Sulawesi Selatan. Ulat P. xylostella yang digunakan adalah instar ke-3. Pengujian toksisitas insektisida menggunakan Protokol No. 7, Proposed Insecticide/ Acaricide Susceptibility Test yang disusun oleh Insecticide Resistance Action Committee. Data mortalitas larva dan hubungannya dengan konsentrasi formulasi insektisida yang diuji dianalisis menggunakan analisis probit menurut Finney, dengan menggunakan Program Komputer C-Probit untuk mengetahui nilai LC50 berbagai insektisida yang diuji. Interpretasi data tingkat

resistensi P. xylostella terhadap insektisida yang diuji diperoleh dengan membandingkan nilai LC50 insektisida yang diuji dengan nilai LC50 terhadap

strain larva P. xylostella yang masih rentan.LC50 insektisida terhadap strain

larva P. xylostella rentan ialah nilai LC50 terendah dari insektisida yang diuji.

Serangga telah resisten terhadap insektisida tersebut apabila LC50 bernilai

 4 kali pembanding. Hasil pengujian menunjukkan bahwa P. xylostella asal Kecamatan Anggeraja telah resisten terhadap Beta-cyfluthrin,

(14)

Lambda-cyhalothrin, Lambda-cyhalothrin + Chlorantraniliprol, Permethrin, Chlorantraniliprol, B. thuringiensis, dan Tiametoxam + Chlorantraniliprol dan masih rentan terhadap Spinosad, sedangkan P. xylostella asal Kecamatan Baroko telah resisten terhadap Beta-cyfluthrin, Lambda-cyhalothrin, Permethrin, Chlorantraniliprol, dan B. thuringiensis serta masih rentan terhadap Lambda-cyhalothrin + Chlorantraniliprol, Spinosad, dan Tiametoxam + Chlorantraniliprol. Sementara P. xylostella asal Kecamatan Tombolo Pao telah resisten terhadap Beta-cyfluthrin, Lambda-cyhalothrin, Permethrin, Chlorantraniliprol, dan Tiametoxam + Chlorantraniliprol serta masih rentan terhadap Lambda-cyhalothrin + Chlorantraniliprol, Spinosad, dan B. thuringiensis. P. xylostella asal Kecamatan Tinggi Moncong telah resisten terhadap Beta-cyfluthrin, Lambda-cyhalothrin, Lambda-cyhalothrin + Chlorantraniliprol, Permethrin, Chlorantraniliprol, dan Tiametoxam + Chlorantraniliprol serta masih rentan terhadap Spinosad dan B. thuringiensis. Berdasarkan hasil pengujian, saran yang dikemukan ialah insektisida yang sudah tidak efektif di suatu kecamatan untuk sementara waktu (1-2 tahun) jangan digunakan dan harus diganti dengan insektisida lain yang masih efektif dan mempunyai kode cara kerja yang berbeda dengan insektisida tersebut.                      

(15)

DAFTAR ISI BAB Halaman RINGKASAN ... 3 DAFTAR ISI ... 5 DAFTAR GAMBAR ... 6 DAFTAR TABEL ... 8 I. PENDAHULUAN ... 9

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 10

III. TUJUAN DAN MANFAAT ... 12

IV. METODOLOGI ... 12

V. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 14

VI. KESIMPULAN DAN SARAN ... 24

UCAPAN TERIMA KASIH ... 24

DAFTAR PUSTAKA ... 25

(16)

DAFTAR GAMBAR

No. Judul Gambar Halaman

1 Survai penggunaan insektisida oleh petani pada budidaya kubis di Kecamatan Baroko, Kabupaten Enrekang ...

33

2 Survai penggunaan insektisida oleh petani pada budidaya kubis di Kecamatan Tinggi Moncong , Kabupaten Gowa ...

33

3 Penyemprotan insektisida pada budidaya kubis di Kecamatan Anggeraja, Kabupaten Enrekang ...

34

4 Gejala serangan hama ulat daun kubis, P. xylostella di Kecamatan Anggeraja, Kabupaten Enrekang ...

34

5 Wawancara peredaran insektisida di Kecamatan Anggeraja, Kabupaten Enrekang ...

35

6 Pengumpulan ulat P. xylostella untuk bahan pengujian toksisitas insektisida di Kabupaten Enrekang ...

35

7 Pengumpulan ulat P. xylostella untuk bahan pengujian toksisitas insektisida di Kabupaten Gowa ...

36 8 Persiapan pengujian toksisitas insektisida yang

digunakan oleh petani terhadap larva P. xylostella di Posko Agens Hayati, Kecamatan Baroko, Kabupaten Enrekang ...

36

9 Tahapan pengujian toksisitas insektisida : pencelupan daun kubis pada konsentrasi formulasi insektisida yang telah ditetapkan ...

37

10 Tahapan pengujian toksisitas insektisida : inokulasi larva P.xylostella ...

(17)

11 Tahapan pengujian toksisitas insektisida : pengamatan mortalitas larva P.xylostella pada 24, 48, 72, dan 96 jam setelah perlakuan ...

38

12 Sosialisasi hasil penelitian di Balai Penyuluhan Pertanian Kecamatan Anggeraja, Kabupaten Enrekang yang dihadiri oleh Kepala BPTPH Sulawesi Selatan, Penyuluh, POPT, dan Petani...

38

13 Presentasi hasil penelitian di Balai Penyuluhan Pertanian Kecamatan Anggeraja, Kabupaten Enrekang ...

39

14 Peserta sosialisasi hasil penelitian di Balai Penyuluhan Pertanian Kecamatan Anggeraja, Kabupaten Enrekang ..

39                                    

(18)

DAFTAR TABEL

No. Judul Tabel Halaman

1 Insektisida yang umum digunakan oleh petani kubis untuk mengendalikan hama ulat daun kubis P. xylostella di Sulawesi Selatan ...

14

2 Nilai LC50 insektisida yang umum digunakan petani untuk

mengendalikan hama ulat daun kubis, P.xylostella dan nisbah resistensinya ...

15

3 Cara penggunaan insektisida yang dilakukan oleh petani dalam mengendalikan hama P. xylostella pada budidaya kubis di Sulawesi Selatan ...

16

4 Lamanya penggunaan insektisida dan tahun terakhir penggunaan insektisida yang digunakan untuk mengendalikan P.xylostella pada tanaman kubis di Sulawesi Selatan ... 17                      

(19)

I. PENDAHULUAN

Ulat daun kubis, Plutella xylostella (L.) (Lepidoptera : Yponomeutidae) merupakan serangga kosmopolitan yang menyerang tanaman Cruciferae dan tanaman lain yang mengandung minyak mustard. P. xylostella merupakan hama utama tanaman kubis (Branco dan Gatehouse 1997) dan di Asia Tenggara sejak tahun 1916 hama tersebut telah dilaporkan sebagai hama utama tanaman kubis di dataran tinggi di Indonesia (Vos 1953). P. xylostella mempunyai 14-20 generasi per tahun dibandingkan dengan 2-7 generasi di daerah beriklim sedang. Dengan demikian di daerah yang bersuhu tinggi, serangan P. xylostella menjadi lebih berat (Syed et al. 2004).

Untuk mengendalikan hama tersebut petani menggunakan beberapa jenis insektisida secara intensif. Menurut Udiarto dan Setiawati (2007), sampai dengan tahun 2004 tercatat sebanyak 112 jenis insektisida yang terdaftar dan dianjurkan untuk mengendalikan hama P. xylostella di Indonesia. Penggunaan insektisida yang berbahan aktif sama secara terus menerus dikhawatirkan dapat menimbulkan berbagai masalah serius, seperti terjadinya resistensi serangga hama terhadap insektisida yang digunakan.

Chou dan Cheng (1983) melaporkan bahwa P. xylostella merupakan serangga yang cepat berkembang menjadi resisten. Beberapa penelitian di luar negeri melaporkan bahwa P. xylostella telah resisten terhadap DDT dan Paration (Varma & Sandhu 1968), Piretroid (Liu et al. 1982), Organofosfat (Miyata et al. 1982; Cheng et al. 1983), Metomil, Permethrin, dan Metamidofos (Shelton et al. 1993), Deltametrin (Goudgnon et al 2000), dan Bacillus thuringiensis (Hama et al. 1992; Tabashnik et al. 1994 dan 2003, Shelton et al. 1993, Syed 1992 dan Adachi & Kiyoto 1992).

Resistensi P. xylostella di Indonesia pertama kali dilaporkan oleh Ankersmith (1953), yaitu terhadap DDT. Resistensi hama tersebut terhadap Asefat dan Triazofos dilaporkan oleh Sastrosiswojo et al. (1989). Hasil penelitian Setiawati (1996) dan Ahmad (1999) menunjukkan bahwa P. xylostella telah resisten terhadap B. thuringiensis. Selanjutnya Moekasan et al. (2004) juga menyatakan bahwa hama tersebut telah berkembang menjadi resisten terhadap Fipronil, Deltametrin, Profenofos, dan Abamektin.

(20)

Dengan kenyataan seperti itu, pengelolaan resitensi hama merupakan program yang harus dijalankan. Salah satu taktik dalam pengelolaan resistensi secara terpadu ialah pemantauan resistensi hama secara periodik dan berkesinambungan. Dengan adanya pemantauan resistensi akan diketahui status resistensi suatu hama sehingga dapat disusun strategi pengendaliannya yang tepat. Program tersebut pernah diterapkan di Hawaii pada tahun 2001 untuk mengatasi P. xylostella yang telah resisten terhadap Spinosad, meskipun insektisida tersebut baru digunakan selama kurun waktu 2-5 tahun. Setelah 6 bulan menjalankan strategi pengendalian tanpa menggunakan insektisida Spinosad, kerentanan P. xylostella terhadap Spinosad berangsur-angsur meningkat dan petani di daerah tersebut diijinkan kembali menggunakan Spinosad pada tahun 2002 (Mau & Gukusuma-Minuto 2001).

 

II. TINJAUAN PUSTAKA

Insektisida sampai saat ini masih merupakan salah satu alat yang ampuh untuk menekan populasi hama dan kehilangan hasil yang ditimbulkannya. Hal ini terbukti dengan peningkatan penggunaan insektisida dalam beberapa dekade terakhir. Menurut data yang dikeluarkan oleh BPS (2006) pada tahun 1984 Indonesia menguasai 20% pangsa pasar pestisida dunia. Pada kurun waktu 1982 – 1987 terjadi peningkatan pemakaian pestisida sebesar 36% dibanding periode sebelumnya, sedangkan untuk herbisida peningkatan mencapai 70% dan total pemakaian insektisida pada tahun 1986 mencapai 1723 ton. Namun demikian, masih sering dilaporkan terjadi ledakan serangan hama walaupun telah dikendalikan secara intensif.

Menurut Udiarto dan Setiawati (2007), P. xylostella ialah hama utama pada tanaman kubis yang mempunyai kemampuan untuk berkembang menjadi resisten terhadap insektisida yang digunakan petani secara terus menerus. Beberapa penelitian yang dilakukan baik di dalam maupun di luar negeri mengindikasikan bahwa hama tersebut telah resisten terhadap insektisida yang umum digunakan. Jika hal tersebut terjadi, petani pada umumnya akan meningkatkan dosis dan memperpendek interval

(21)

penyemprotan. Keadaan ini dapat menimbulkan dampak negatif baik terhadap lingkungan, bahaya bahan beracun terhadap petani pengguna, dan keamanan pangan bagi konsumen yang mengkonsumsi hasil panennya.

Untuk mengatasi hal tersebut tidak ada jalan lain selain melakukan pemantauan resistensi P. xylostella terhadap insektisida yang umum digunakan oleh petani. Dengan diketahuinya resistensi P. xylostella terhadap insektisida yang umum digunakan akan dapat disusun strategi penggunaan insektisida yang tepat untuk mengendalikan hama tersebut. Sampai saat ini, teknik yang digunakan untuk pemantauan resistensi misalnya Plutella xylostella terhadap racun perut adalah berdasarkan uji hayati pencelupan daun (leaf-dip bioassays). Teknik tersebut digunakan untuk memperkirakan hubungan antara konsentrasi insektisida dengan mortalitas serangga uji. (Shelton et al. 1993). Teknik untuk pemantauan resistensi P. xylostella terhadap racun kontak, misalnya Deltametrin biasanya menggunakan metoda film kering insektisida (dry film of insecticide). Namun demikian, teknik pencelupan daun juga dapat digunakan untuk mengevaluasi kerentanan P. xylostella terhadap racun kontak (Hamilton dan Attia 1977).

Untuk mengetahui status resistensi P. xylostella terhadap insektisida yang digunakan oleh petani akan dilakukan survai dengan tujuan untuk mengetahui perilaku petani dalam menggunakan insektisida untuk mengendalikan hama tersebut. Penelitian di laboratorium bertujuan untuk mengetahui status resistensi ulat bawang terhadap insektisida yang umum digunakan oleh petani. Diduga, perilaku petani dalam menggunakan insektisida untuk mengendalikan P. xylostella di setiap daerah yang disurvai akan berbeda. Hal ini akan menyebabkan status resistensi hama tersebut di setiap daerah tersebut terhadap insektisida yang umum digunakan akan berbeda pula. Oleh karena itu hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah akan terdapat perbedaan kerentanan P. xylostella yang berasal dari beberapa pusat produksi kubis di Sulawesi Selatan terhadap jenis insektisida yang umum digunakan oleh petani.

(22)

III. TUJUAN DAN MANFAAT

Penelitian ini bertujuan untuk memantau status resistensi ulat daun kubis P. xylostella asal Kabupaten Enrekang dan Gowa, Provinsi Sulawesi Selatan terhadap insektisida yang umum digunakan oleh petani kubis. Dengan diketahuinya status resistensi hama ulat daun kubis terhadap insektisida yang umum digunakan oleh petani tersebut, dapat digunakan sebagai strategi untuk menyusun pengelolaan resistensi hama terhadap insektisida tertentu.

 

IV. METODOLOGI

Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian dilaksanakan mulai bulan Februari sampai dengan Agustus 2012 dengan melakukan survai dan pengujian toksisitas.

Metode Penelitian

Survai untuk menetapkan jenis insektisida yang akan diuji

Kegiatan survai dilaksanakan di sentra produksi kubis di Kabupaten Enrekang dan Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan. Dari tiap kabupaten ditetapkan dua kecamatan yang merupakan pusat pertanaman kubis. Dari tiap kecamatan ditetapkan 10 orang petani kubis sebagai responden. Pengambilan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner dan data yang dikumpulkan meliputi jenis insektisida dan lama penggunaannya, konsentrasi formulasi, volume semprot, interval penyemprotan, waktu penyemprotan, dan cara penyemprotan. Data yang dihimpun dianalisis secara deskriptif (Adiyoga et al. 1999).

Uji toksisitas insektisida terhadap P. xylostella di laboratorium

Pengujian toksisitas insektisida terhadap P. xylostella dilakukan di Posko Agens Hayati, Balai Proteksi Tanaman Pangan dan Hortikultura Wilayah Sulawesi Selatan di Kabupaten Enrekang dan Kabupaten Gowa. Ulat P. xylostella dikumpulkan dari pertanaman kubis milik petani di lokasi yang disurvai. Pengujian dilakukan menggunakan Protokol No. 7, Proposed

(23)

Insecticide/Acaricide Susceptibility Tests yang disusun oleh Insecticide Resistance Action Committee (IRAC 1990). Serangga uji yang digunakan dalam pengujian diambil langsung dari lapangan. Ulat P. xylostella yang digunakan dalam percobaan ini adalah instar ke-3. Pengujian resistensi dilakukan dengan menggunakan metode pencelupan (dipping) menurut Hamilton dan Attia (1977), dan langkah kerja pengujiannya adalah sebagai berikut :

1. Insektisida yang diuji dilarutkan dalam akuades, kemudian ditambah dengan perekat dan perata Agristik (konsentrasi formulasi 0,5 ml/l). Konsentrasi formulasi insektisida yang digunakan dari tiap insektisida yang diuji adalah konsentrasi anjuran, selanjutnya diencerkan secara serial menjadi 5 tingkat konsentrasi formulasi dan 1 kontrol (hanya larutan akuades dan Agristik).

2. Potongan daun kubis yang bebas insektisida dengan ukuran panjang 5 cm x 5 cm dicelupkan ke dalam larutan insektisida selama 10 detik, kemudian ditiriskan, dan selanjutnya dibiarkan kering udara.

3. Dua potong daun kubis yang telah dicelupkan pada larutan insektisida dan telah kering angin dimasukkan ke dalam cawan petri berdiameter 15 cm yang telah dilapisi dengan kertas saring yang halus.

4. Selanjutnya ke dalam cawan petri tersebut dimasukkan 10 ekor larva P. xylostella instar ke-3 yang telah dipuasakan selama 3 jam, tiap perlakuan diulang 4 kali (Busvine 1971).

5. Dua puluh empat jam kemudian, larva dipindahkan ke dalam cawan petri yang bersih, lalu diberi makan potongan daun kubis bebas insektisida. 6. Jumlah larva yang mati dihitung pada 24, 48, 72, dan 96 jam setelah

perlakuan. Pengamatan dihentikan pada 96 jam setelah perlakuan. Bila sampai batas waktu tersebut tidak terjadi kematian, insektisida yang diuji dianggap tidak efektif lagi.

Data mortalitas larva dan hubungannya dengan konsentrasi formulasi insektisida yang diuji dianalisis menggunakan analisis probit menurut Finney (1971) cit. Busvine (1971) dengan menggunakan Program Komputer C-Probit untuk mengetahui nilai LC50 berbagai insektisida yang diuji. Interpretasi data

(24)

dengan membandingkan nilai LC50 insektisida yang diuji dengan nilai LC50

terhadap strain larva P. xylostella yang masih rentan. LC50 insektisida

terhadap strain larva P. xylostella rentan ialah nilai LC50 terendah dari

insektisida yang diuji (Busvine 1971; Setiawati 1996). Serangga telah resisten terhadap insektisida tersebut apabila LC50 bernilai  4 kali

pembanding (Winteringham 1969; Soejitno et al. 1994).

 

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil survai dengan responden petani kubis menunjukkan bahwa petani di Kabupaten Enrekang dan Gowa masing-masing menggunakan 6 dan 2 jenis insektisida untuk mengendalikan ulat daun kubis (Tabel 1). Selanjutnya kedelapan jenis insektisida tersebut diuji toksisitasnya terhadap P. xylostella yang berasal dari kedua kabupaten tersebut dan hasil pengujiannya disajikan pada Tabel 2.

Tabel 1. Insektisida yang umum digunakan oleh petani kubis untuk mengendalikan hama ulat daun kubis P. xylostella di Kabupaten Enrekang dan Gowa, Sulawesi Selatan

Persentase petani yang menggunakan insektisida menurut lokasi

Jenis insektisida

Kabupaten Enrekang Kabupaten Gowa

Nama dagang Nama umum insektisida Kode cara kerja Kecamatan Anggeraja Kecamatan Baroko Kecamatan Tombolo Pao Kecamatan Tinggi Moncong Liebas 50 EC Beta-cyfluthrin 3A 0 0 40 70 Polydor 25 EC Lambda-cyhalothrin 3A 0 0 60 30

Ampligo 150 ZC Lambda-cyhalothrin + Chlorantraniliprol 3A + 28 0 40 0 0 Klensect 200 EC Permethrin 3A 30 20 0 0 Prevathon 50 SC Chlorantraniliprol 28 50 50 0 0 Tracer 120 SC Spinosad 5 0 20 0 0 Turex WP Bacillus thuringiensis var. Aizawai 11 30 10 0 0 Virtako 300 SC Tiametoxam + Chlorantraniliprol 4A + 28 20 10 0 0

Data pada Tabel 2 menunjukkan terdapat perbedaan kerentanan P. xylostella yang berasal dari empat kecamatan dan telah terjadi resistensi P.

(25)

kubis di daerah tersebut. Salah satu faktor yang menentukan keefektifan insektisida ialah perilaku dalam mengaplikasikan insektisida tersebut. Oleh karena itu perilaku petani dalam mengaplikasikan insektisida juga dicatat dan hasilnya disajikan pada Tabel 3.

Tabel 2. Nilai LC50 insektisida yang umum digunakan petani untuk mengendalikan hama ulat daun kubis,

P.xylostella dan nisbah resistensinya

Asal serangga Nama umum insektisida LC50 (ppm)

Nisbah

resistensi Status resistensi

Kabupeten Enrekang : Beta-cyfluthrin 1.033,60 63,57 Resisten Lambda-cyhalothrin 924,51 56,86 Resisten Lambda-cyhalothrin + Chlorantraniliprol 79,53 4,89 Resisten Permethrin 482,48 29,67 Resisten Chlorantraniliprol 306,62 18,85 Resisten Spinosad 16,26 1,00 Rentan

Bacillus thuringiensis var. Aizawai 164,60 10,12 Resisten

Kecamatan Anggeraja

Tiametoxam + Chlorantraniliprol 151,93 9,34 Resisten

Beta-cyfluthrin 1.113,08 22,48 Resisten Lambda-cyhalothrin 1.462,68 29,55 Resisten Lambda-cyhalothrin + Chlorantraniliprol 164,67 3,33 Rentan Permethrin 535,68 10,82 Resisten Chlorantraniliprol 680,61 13,75 Resisten Spinosad 49,50 1,00 Rentan

Bacillus thuringiensis var. Aizawai 272,69 5,51 Resisten Kecamatan Baroko

Tiametoxam + Chlorantraniliprol 126,10 2,55 Rentan

Kabupeten Gowa : Beta-cyfluthrin 2.091,60 40,65 Resisten Lambda-cyhalothrin 1.153,96 22,42 Resisten Lambda-cyhalothrin + Chlorantraniliprol 176,39 3,43 Rentan Permethrin 590,60 11,48 Resisten Chlorantraniliprol 729,63 14,18 Resisten Spinosad 51,46 1,00 Rentan

Bacillus thuringiensis var. Aizawai 84,19 1,64 Rentan

Kecamatan Tombolo Pao

Tiametoxam + Chlorantraniliprol 392,81 7,63 Resisten

Beta-cyfluthrin 5.872,32 147,95 Resisten Lambda-cyhalothrin 3.571,71 89,99 Resisten Lambda-cyhalothrin + Chlorantraniliprol 420,45 10,59 Resisten Permethrin 3.228,90 81,35 Resisten Chlorantraniliprol 591,63 14,90 Resisten Spinosad 39,69 1,00 Rentan

Bacillus thuringiensis var. Aizawai 92,42 2,33 Rentan

Kecamatan Tinggi Moncong

Tiametoxam + Chlorantraniliprol 502,61 12,66 Resisten

* Nisbah resistensi, adalah nilai LC50 strain P.xylostella yang diduga resisten dibagi nilai LC50 strain yang "rentan" (dicetak tebal)

(26)

Tabel 3. Cara penggunaan insektisida yang dilakukan oleh petani dalam mengendalikan hama P. xylostella pada budidaya kubis di Sulawesi Selatan

Persentase jumlah petani yang menggunakan insektisida menurut lokasi

Kabupaten Enrekang Kabupaten Gowa Uraian Kecamatan Anggeraja Kecamatan Baroko Kecamatan Tombolo Pao Kecamatan Tinggi Moncong

1. Konsentrasi formulasi insektisida

a. di bawah anjuran 0 0 50 50

b. sesuai dengan anjuran 0 50 0 0

c. di atas anjuran 100 50 50 50

2. Rata-rata volume semprot per hektar

a. ≤ 500 liter 30 10 30 30

b. > 500 – 750 liter 70 90 20 20

c. > 750 liter 0 0 50 50

3. Interval penyemprotan insektisida

a. < 7 hari 70 0 100 100

b. 7 hari 30 0 0 0

c. > 7 hari 0 100 0 0

4. Waktu penyemprotan insektisida

a. pagi hari 100 100 100 100

b. siang hari 0 0 0 0

c. sore hari 0 0 0 0

5. Pencampuran

a. insektisida + insektisida + fungisida + pupuk

daun 60 20 0 0

b. insektisida + fungisida + pupuk daun 40 80 100 100

c. Insektisida tunggal 0 0 0 0

Resistensi P. xylostella terhadap Beta-cyfluthrin

Data pada Tabel 2 memperlihatkan bahwa populasi lapangan P. xylostella asal Kecamatan Anggeraja dan Baroko, Kabupaten Enrekang serta Kecamatan Tombolo Pao dan Tinggi Moncong, Kabupaten Gowa telah resisten terhadap insektisida Betasiflutrin. Di antara keempat kecamatan tersebut, populasi P. xylostella asal Kecamatan Tinggi Moncong paling resisten dengan nilai LC50 sebesar 5.872,32 ppm. Meskipun insektisida

tersebut baru digunakan oleh petani kubis di Kabupaten Gowa sejak 1-2 tahun yang lalu (Tabel 4), tetapi ternyata P. xylostella di daerah tersebut telah resisten.

(27)

Tabel 4. Lamanya penggunaan insektisida dan tahun terakhir penggunaan insektisida yang digunakan untuk mengendalikan P.xylostella pada tanaman kubis di Sulawesi Selatan

Lokasi Nama umum insektisida Lama

penggunaan Tahun terakhir digunakan Alasan berhenti menggunakan insektisida Kabupeten Enrekang : Beta-cyfluthrin - - -

Lambda-cyhalothrin 3 – 4 tahun 2011 Tidak efektif

Lambda-cyhalothrin +

Chlorantraniliprol 2 – 3 tahun 2011 Tidak efektif

Permethrin 3 – 4 tahun 2012 -

Chlorantraniliprol 2 – 3 tahun 2012 -

Spinosad 3 – 5 tahun 2011 Tidak tersedia di pasar

Bacillus thuringiensis var.

Aizawai 3 – 5 tahun 2012 - Kecamatan Anggeraja Tiametoxam + Chlorantraniliprol 3 – 5 tahun 2012 - Beta-cyfluthrin - - -

Lambda-cyhalothrin 1 – 4 tahun 2011 Tidak efektif

Lambda-cyhalothrin +

Chlorantraniliprol 2 – 3 tahun 2012 -

Permethrin 3 – 6 tahun 2012 -

Chlorantraniliprol 1 – 3 tahun 2012 -

Spinosad 2 – 5 tahun 2012 -

Bacillus thuringiensis var.

Aizawai 4 – 7 tahun 2012 - Kecamatan Baroko Tiametoxam + Chlorantraniliprol 2 – 4 tahun 2012 - Kabupeten Gowa : Beta-cyfluthrin 1 – 2 tahun 2012 - Lambda-cyhalothrin 2 – 3 tahun 2012 - Lambda-cyhalothrin + Chlorantraniliprol 2 – 5 tahun 2011 Tidak tersedia di pasar

Permethrin 2 – 3 tahun 2010 Tidak efektif Chlorantraniliprol 1 – 2 tahun 2011 Tidak efektif

Spinosad 4 – 9 tahun 2011 Tidak tersedia di pasar

Bacillus thuringiensis var.

Aizawai 14 – 16 tahun 2010 Tidak tersedia di pasar Kecamatan Tombolo Pao Tiametoxam +

Chlorantraniliprol 2 – 5 tahun 2011 Tidak efektif

Beta-cyfluthrin 1 – 2 tahun 2012 -

Lambda-cyhalothrin 2 – 3 tahun 2012 -

Lambda-cyhalothrin +

Chlorantraniliprol - - -

Permethrin 2 tahun 2010 Tidak efektif

Chlorantraniliprol 1 – 3 tahun 2010 Tidak efektif

Spinosad 6 – 11 tahun 2011 Tidak tersedia di pasar

Bacillus thuringiensis var.

Aizawai 12 – 18 tahun 2011 Tidak tersedia di pasar Kecamatan

Tinggi Moncong

Tiametoxam +

(28)

Insektisida Beta-cyfluthrin merupakan racun saraf yang cara kerjanya sama dengan insektisida dari golongan Organoklorin seperti DDT (Cox 1994; Singh et al 2009). Kebiasaan petani di Kabupaten Gowa mengaplikasikan insektisida tersebut di bawah anjuran (Tabel 3) diduga merupakan penyebab terjadinya resistensi P. xylostella terhadap Beta-cyfluthrin secara cepat.

Singh et al. (2009) menyatakan bahwa dengan paparan insektisida pada konsentrasi subletal (di bawah anjuran), timbul tanda-tanda awal dimulainya serangga keracunan, tetapi serangga mampu mendetoksifikasi insektisida tersebut sehingga daya racunnya menurun. Pada kondisi ini serangga masih tetap hidup dan akan menghasilkan keturunan berikutnya yang resisten terhadap insektisida tersebut.

Petani kubis di Kabupaten Enrekang tidak menggunakan insektisida Beta-cyfluthrin tetapi P. xylostella di daerah tersebut ternyata telah resisten terhadap insektisida tersebut. Hal ini dapat dimengerti karena petani kubis di Kabupaten Enrekang menggunakan insektisida Permethrin, yang masih satu golongan dengan insektisida Beta-cyfluthrin yaitu golongan Piretroid sintetik, yang oleh IRAC dimasukkan dalam satu kelompok dengan cara kerja yang sama (Tabel 1).

Resistensi P. xylostella terhadap Lambda-cyhalothrin

Populasi lapangan P. xylostella di Kabupaten Enrekang dan Gowa telah resisten terhadap insektisida Lambda-cyhalothrin dan yang paling resisten ialah P. xylostella asal Kecamatan Tinggi Moncong dengan nilai LC50 sebesar

3.571,71 ppm. Insektisida Lambda-cyhalothrin digunakan di daerah ni sejak 2-3 tahun yang lalu dan masih digunakan walaupun sudah tidak efektif. Praktik aplikasi insektisida tersebut yang dilakukan oleh petani kubis dengan konsentrasi formulasi penyemprotan di atas anjuran (Tabel 3) diduga mengakibatkan resistensi P. xylostella terhadap insektisida Lambda-cyhalothrin terjadi dengan cepat. Hal ini disebabkan dalam tindakan aplikasi insektisida tidak semua individu serangga hama tersebut mati terbunuh, tetapi ada satu atau dua individu yang lolos dari tekanan seleksi dan tetap hidup. Individu-individu ini akan melahirkan keturunan yang resisten terhadap konsentrasi formulasi insektisida yang diaplikasikan tersebut.

(29)

Pada saat penelitian ini dilaksanakan, petani kubis di Kabupaten Enrekang tidak menggunakan insektisida Lambda-cyhalothrin, tetapi mereka pernah menggunakan insektisida tersebut sebelum tahun 2012 selama 1-4 tahun. Petani kubis di daerah tersebut berhenti menggunakan insektisida Lambda-cyhalothrin karena mereka menganggap insektisida tersebut sudah tidak efektif terhadap P. xylostella (Tabel 4). Sama halnya dengan insektisida Beta-cyfluthrin dan Permethrin, insektisida Lambda-cyhalothrin termasuk ke dalam golongan Piretroid sintetik yang mempunyai cara kerja yang sama (Tabel 1). Menurut Toth & Sparks (1990) suhu berpengaruh terhadap daya racun (toksisitas) insektisida tersebut. Hal ini terjadi di Kecamatan Anggeraja (590 m dpl) yang bersuhu lebih tinggi dibandingkan dengan tiga kecamatan yang lain, yang menyebabkan nilai LC50 Lambda-cyhalothrin terendah.

Resistensi P. xylostella terhadap Permethrin

Populasi lapangan P. xylostella dari semua lokasi telah resisten terhadap insektisida Permethrin. Hal ini dapat dipahami karena insektisida Permethrin masih satu golongan cara kerja dengan insektisida Beta-cyfluthrin dan Lambda-cyhalothrin. Untuk mencegah terjadinya hal itu dapat dilakukan pergiliran penggunaan insektisida dengan insektisida yang mempunyai kode cara kerja yang berbeda (Georgiou & Taylor 1986; IRAC 2011).

Resistensi P. xylostella terhadap Chlorantraniliprol

Populasi lapangan P. xylostella asal Kabupaten Enrekang dan Gowa ternyata telah resisten terhadap insektisida Chlorantraniliprol. Insektisida ini toksik terhadap serangga dengan alat mulut menggigit dan mengunyah dan bekerja sebagai racun nafas dan racun kontak (Dinter et al. 2009). Dengan demikian, sebenarnya insektisida tersebut sangat tepat untuk mengendalikan hama P. xylostella yang mempunyai tipe alat mulut penggigit pengunyah. Namun, ternyata P. xylostella dari Kabupaten Enrekang dan Gowa telah resisten terhadap insektisida Chlorantraniliprol. Hal ini diduga karena petani kubis di daerah tersebut melakukan praktik pencampuran pestisida (insektisida/ fungisida) dengan pupuk daun. Menurut Moekasan et al. (2012) perbedaan sifat kemasaman pupuk daun dengan pestisida akan mengakibatkan menurunnya daya bunuh pestisida tersebut. Akibatnya,

(30)

serangga tidak mati dan selanjutnya akan melahirkan individu-individu yang resisten.

Resistensi P. xylostella terhadap B. thuringiensis

B. thuringiensis merupakan insektisida biologi yang berkembang menjadi penting dalam pengelolaan hama. Insektisida tersebut sangat toksik terhadap hama sasaran, tetapi tidak berbahaya bagi manusia dan sebagian besar serangga berguna (Khan et al. 2005). Karena insektisida tersebut relatif aman terhadap lingkungan dan manusia, maka ada kecenderungan petani menggunakannya secara terus menerus. Petani kubis di Kabupaten Enrekang menggunakan insektisida tersebut sejak 3-7 tahun yang lalu hingga sekarang dan ternyata P. xylostella telah resisten terhadap insektisida tersebut. Menurut Ferre et al. (1991) dan Lee et al. (1995) P. xylostella mempunyai reseptor kristal protein di membran ususnya. Serangga yang resisten menunjukkan hilangnya kemampuan reseptor untuk menangkap kristal protein B. thuringiensis. Hal ini terjadi karena menurunnya konsentrasi reseptor, menurunnya gaya gabung dengan racun atau keduanya.

Meskipun petani kubis di Kecamatan Baroko mengaplikasikan B. thuringiensis sesuai dengan konsentrasi formulasi anjuran, tetapi praktik pencampuran insektisida dengan pupuk daun atau insektisida lainnya mengakibatkan insektisida tersebut kurang toksik. Menurut Moekasan & Murtiningsih (2010) praktik pencampuran pestisida akan menimbulkan efek sinergsitik, netral, atau antagonistik. Dari ketiga efek pencampuran tersebut, pencampuran pestisida yang dilakukan sembarangan dengan tidak memperhatikan kompatibilitasnya paling sering menimbulkan efek antagonistik, yaitu sifat saling mengalahkan sehingga daya racun pestisida tersebut menurun.

Petani kubis di Kecamatan Tombolo Pao dan Tinggi Moncong, Kabupaten Gowa sudah cukup lama (6-16 tahun) menggunakan insektisida B. thuringiensis. Mereka berhenti menggunakan insektisida tersebut sejak tahun 2010-2011 karena produk tersebut sulit diperoleh di pasar. Adanya periode waktu tanpa menggunakan B. thuringiensis inilah yang diduga menyebabkan P. xylostella di daerah tersebut masih rentan terhadap B. thuringiensis, seperti

(31)

insektisida, maka tingkat resistensi hama akan menurun (Hama 1987, Murai et al. 1992). Dengan demikian insektisida B. thuringiensis masih dapat digunakan di daerah tersebut.

Resistensi P. xylostella terhadap Spinosad

Spinosad merupakan insektisida yang berbahan aktif bakteri Saccharopolyspora spinosa yang diisolasi dari tanah. Menurut Salgado (1998), berdasarkan cara kerjanya bahan aktif Spinosad digolongkan dalam kelompok neurotoksik yang bekerja sebagai racun perut dan kontak. Spinosad mempunyai cara kerja yang unik yang berbeda dengan produk insektisida lain yang telah dikenal. Spinosin A yang merupakan bagian terbesar dalam Spinosad dapat menyebabkan kontraksi otot yang tidak terkendali dan tubuh akan gemetar karena rangsangan yang berlebihan pada pusat sistem saraf serangga. Apabila terpapar bahan aktif spinosin A lebih lama, otot serangga akan lelah dan akhirnya mengalami kelumpuhan.

Populasi lapangan P. xylostella dari empat kecamatan yang diuji masih rentan terhadap insektisida Spinosad, dengan nilai LC50 terendah

dibandingkan dengan nilai LC50 insektisida lain yang diuji. Insektisida

Spinosad telah digunakan sejak 2-5 tahun yang lalu hingga sekarang di Kabupaten Enrekang, sementara di Gowa lebih lama yaitu 4-11 tahun tetapi sekarang tidak digunakan lagi karena tidak tersedia di pasar. Dengan hasil pengujian ini diketahui bahwa Spinosad dapat digunakan sebagai pilihan dalam pengendalian P. xylostella untuk menggantikan insektisida lain yang sudah tidak efektif.

Resistensi P. xylostella terhadap Lambda-cyhalothrin + Chlorantraniliprol dan Tiametoxam + Chlorantraniliprol

Pada beberapa tahun terakhir, perusahaan pestisida mengeluarkan formulasi insektisida berbahan aktif ganda, sebagai upaya mengatasi tingginya serangan OPT yang sudah terindikasi resisten terhadap pestisida berbahan aktif tunggal. Pencampuran insektisida yang tepat dapat mengatasi masalah resistensi hama terhadap insektisida yang digunakan (Benz 1971, Perez & Shelton 1997). Namun ternyata hasil penelitian menunjukkan bahwa hanya P. xylostella asal Kecamatan Baroko saja yang masih rentan terhadap

(32)

kedua jenis insektisida tersebut. Meskipun petani di Kecamatan Baroko mengaplikasikan kedua jenis insektisida tersebut dengan konsentrasi formulasi di atas anjuran, tetapi diduga interval penyemprotan yang lebih panjang yaitu lebih dari 7 hari, yang menyebabkan hama tersebut masih rentan. Terjadinya resistensi hama terhadap insektisida berbahan aktif ganda sangat menghawatirkan, karena dapat dipastikan bahwa hama tersebut resisten pula terhadap insektisida yang berbahan aktif tunggalnya.

Pengelolaan Resistensi Hama

Salah satu dampak penggunaan insektisida yang tidak tepat ialah timbulnya resistensi hama terhadap insektisida yang digunakan. Untuk mengatasi hal tersebut perlu diterapkan program pengelolaan resistensi. Program tersebut pernah diterapkan untuk mengatasi masalah P. xylostella yang telah resisten terhadap Spinosad di Hawaii. Taktik yang dilakukan pada program tersebut ialah : (1) konservasi musuh alami, (2) pemantauan resistensi hama, dan (3) rotasi penggunaan insektisida berdasarkan cara kerjanya yang berbeda (Mau & Gukusuma-Minuto 2001; IRAC 2011).

Musuh alami potensial bagi hama P. xylostella di dataran tinggi di Indonesia ialah parasitoid Diadegma semiclausum dengan tingkat parasitasi di lapangan mencapai 80% (Sastrosiswojo et al. 2001; Regupathy 2008). Berdasarkan pengamatan di lapangan, parasitoid tersebut telah berkembang di Kecamatan Baroko (1.140 m dpl) dan Tombolo Pao (1.600 m dpl) dan Tinggi Moncong (1.500 m dpl), tetapi dengan penggunaan insektisida yang tidak selektif, tingkat parasitasinya menurun, yaitu berkisar antara 20-37%. Oleh karena itu, peran parasitoid tersebut perlu ditingkatkan dengan jalan melepaskan parasitoid hasil perbanyakan masal. Selain itu, penggunaan insektisida yang selektif seperti B. thuringiensis di Kecamatan Tombolo Pao dan Tinggi Moncong dan insektisida Spinosad di Kecamatan Baroko akan memberikan kesempatan bagi parasitoid tersebut untuk berkembang. Untuk Kecamatan Anggeraja (590 m dpl) yang bersuhu lebih tinggi, perlu dikembangkan jenis parasitoid lain seperti Cotesia plutellae yang mampu berkembang pada kisaran suhu yang cukup lebar, yaitu 21 – 33º C (Nofemela 2004).

(33)

Dalam pengelolaan hama P. xylostella secara terpadu, penggunaan insektisida harus berdasarkan ambang pengendalian. Untuk maksud tersebut diperlukan pengamatan yang intensif dan berkala yang bertujuan untuk mengetahui tingkat populasi hama P. xylostella dan tingkat parasitasi musuh alaminya (D. semiclausum). Dengan mengetahui tingkat populasi hama P. xylostella dan tingkat parasitasi D. semiclausum, maka ambang pengendalian untuk menetapkan kapan insektisida digunakan pada tanaman kubis untuk mengendalikan P. xylostella dapat diketahui. Selain itu, pengetahuan tentang insektisida selektif yang dapat digunakan pada tanaman kubis juga sangat diperlukan, karena dengan menggunakan insektisida selektif peranan parasitoid D. semiclausum dalam mengendalikan P.xylostella tetap terjaga. Untuk maksud tersebut, salah satu caranya adalah dengan melalui pelatihan, baik bagi petani maupun petugas.

Rotasi penggunaan insektisida bukan berdasarkan bahan aktif yang berbeda tetapi harus berdasarkan kode cara kerja yang berbeda (IRAC 2011). Moekasan et al. (2011) menyatakan bahwa pergiliran penggunaan insektisida dilakukan dengan cara mengaplikasikan 3 jenis insektisida dengan kode cara kerja yang berbeda dalam satu musim tanam. Setiap jenis insektisida diaplikasikan secara berturut-turut selama 3 minggu, kemudian digantikan dengan insektisida yang kedua selama 3 minggu, lalu insektisida yang ketiga selama 3 minggu dan kembali lagi ke insektisida yang pertama. Alasannya ialah bahwa dalam periode satu daur hidup, serangga tersebut hanya mendapatkan paparan 1 jenis insektisida dan generasi berikutnya mendapatkan paparan insektisida dari golongan dengan kode cara kerja yang berbeda. Dengan demikian kesempatan serangga untuk mendetoksifikasi suatu jenis insektisida dapat dikurangi, sehingga terjadinya resistensi dapat ditekan.

Di Kecamatan Anggeraja, Spinosad masih dapat digunakan tetapi harus dirotasi dengan insektisida lain yang tidak mempunyai cara kerja dengan kode 3 A, 4 A, 28, 11 dan 5. Di Kecamatan Baroko terdapat tiga jenis insektisida yang masih efektif, yaitu Lambda-cyhalothrin + Chlorantraniliprol, Spinosad, dan Tiametoxam + Chlorantraniliprol. Ketiganya dapat digunakan secara bergantian. Insektisida Lambda-cyhalothrin, Spinosad, dan B. thuringiensis masih dapat digunakan secara bergiliran di Kecamatan Tombolo

(34)

Pao. Insektisida Spinosad dan B. thiringiensis masih dapat diaplikasikan pada tanaman kubis di Kecamatan Tinggi Moncong. Namun, untuk pergiliran masih diperlukan satu jenis insektisida dengan cara kerja yang tidak berkode 3 A, 4 A, 28, 11, dan 5.

VI. KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Dari hasil penelitian ini disimpulkan bahwa P. xylostella asal Kecamatan Anggeraja telah resisten terhadap Beta-cyfluthrin, cyhalothrin, Lambda-cyhalothrin + Chlorantraniliprol, Permethrin, Chlorantraniliprol, B. thuringiensis, dan Tiametoxam + Chlorantraniliprol dan masih rentan terhadap Spinosad, sedangkan P. xylostella asal Kecamatan Baroko telah resisten terhadap Beta-cyfluthrin, Lambda-cyhalothrin, Permethrin, Chlorantraniliprol, dan B. thuringiensis serta masih rentan terhadap Lambda-cyhalothrin + Chlorantraniliprol, Spinosad, dan Tiametoxam +

Chlorantraniliprol. Sementara P. xylostella asal Kecamatan Tombolo Pao telah

resisten terhadap Beta-cyfluthrin, Lambda-cyhalothrin, Permethrin, Chlorantraniliprol, dan Tiametoxam + Chlorantraniliprol serta masih rentan terhadap Lambda-cyhalothrin + Chlorantraniliprol, Spinosad, dan B. thuringiensis. P. xylostella asal Kecamatan Tinggi Moncong telah resisten terhadap Beta-cyfluthrin, Lambda-cyhalothrin, Lambda-cyhalothrin + Chlorantraniliprol, Permethrin, Chlorantraniliprol, dan Tiametoxam + Chlorantraniliprol serta masih rentan terhadap Spinosad dan B. thuringiensis.

Saran

Berdasarkan hasil pengujian, saran yang dikemukan ialah insektisida yang sudah tidak efektif di suatu kecamatan untuk sementara waktu (1-2 tahun) jangan digunakan dan harus diganti dengan insektisida lain yang masih efektif dan mempunyai kode cara kerja yang berbeda dengan insektisida tersebut.

UCAPAN TERIMA KASIH

Kami mengucapkan terima kasih kepada Kementerian Riset dan Teknologi Republik Indonesia yang telah mendanai penelitian ini melalui program PKPP.

(35)

DAFTAR PUSTAKA

Adachi, T. & F. Kiyoto. 1992. Changes in insecticide susceptibility of the Diamondback moth in Hyogo, Japan. J.Agric.Res.Q. 26 : 144-151.

Adiyoga, W., R.Sinung-Basuki, Y.Hilman, & B.K. Udiarto. 1999. Studi lini dasar pengembangan teknologi pengendalian hama terpadu pada tanaman cabai di Jawa Barat. J.Hort. 9(1) : 67-83.

Ahmad, I. 1999. Dosage mortality studies with Bacillus thuringiensis and Neem extract on Diamondback moth, Plutella xylostella (L.) (Lepidoptera : Plutellidae). Indonesian J. Plant Protec. 5(2) : 67-71. Ankersmith, G.W. 1953. DDT resistance in Plutella maculipennis (Curt.)(Lep.)

in Java. Bull. Entomol.Res. 44 : 421-426.

Benz G., 1971. Synergism of Microorganism and Chemichal Insecticides. p. 327 - 355. In : H.D. Burgess and N.W. Husey (eds). Microbial Control of Insect and Mites. Academic Press, New York and London. 583 pp.

Branco, M.C. & , A.G. Gatehouse. 1997. Insecticide resistance in Plutella xylostella (L.) (Lepidoptera : Yponomeutidae) in the Federal District, Brazil.An.Soc.Entomol.Brazil. 26 (1) : 75-79.

Busvine, J., A., R., 1971. Techniques for testing insecticides. Commonwealth Agricultural Bureaux. London. 336 p.

Cheng, E.Y., T. Chou & C. Kao. 1983. Insecticide resistance study in Plutella xylostella (L.). IV. The activities of glutathione-s-transferase in the organophosphorus-resiatant strans. J.Agric.Res.China.32(4) : 373-378.

(36)

Cho, T.M. & E.Y. Cheng. 1983. Insecticide resistance study in Plutella xylostella (L.). III. The insecticide susceptibilities and resistance response of a native susceptible strain. J.Agric. Res.China. 32(4) : 146-154.

Cox, C. 1994. Cyfluthrin. J. Pesticide Reformation 14 (2) : 28 – 34.

Dinter, A., K.E. Brugger, N.M. Frost & M.D. Woodward. 2009. Chlorantraniliprol (Rynaxypyr) : A novel Dupont insecticide with low toxicity and low rish for honey bees (Apis mellifera) and bumble bees (Bombus terrestris) providing excellent tools for uses in integrated pest management. p.84-96. Proc.10th International Symposium of the ICP-Bee Protection Group.

Ferre, J. M.D. Real, J. van Tie, S. Jansens, & M. Peferoen. 1991. Resistance to the Bacillus thuringiensis bioinsecticides in field population of Plutella xylostella is due to a change in a midgut membrane receptor. Proc.Natl.Aca.Sci.USA. Vol.88 : 5119-5123.

Georgiou, G.P & C.E. Taylor, 1986. Factors Influencing the Evolution of Resistance. Hal 157-169. Committee on Strategies for the Management of Pesticide Resistant Pest Populations. National Academy Press,

Washington, D.C. Diakses di www.whalonlab.msu.edu/Newsletter/pdf/19.2.pdf pada tanggal 9

September 2011.

Goudgnon, E.A., A.A. Kirk, B. Sehiffers & D. Bordat. 2000. Comparative effects of deltamethrin and neem kernel to Plutella xylostella and Cotesia plutellae in cotonou periurban area (Benin). J.Appl.Entomol.124 : 141-144.

Hama, H. 1987. Development of pyretroid resistance in the Diamondback moth. Appl. Entomol.Zool.22 : 166-175.

(37)

Hamilton, J.T., & F.I. Attia. 1977. Effect of Mixture of Bacillus thuringiensis and Pesticide on Plutella xylostella and the Parasite Thyraeella collaris. J.Econ.Entomol. 70(1): 146-148.

IRAC. 1990. Proposed insecticide/ acaricide susceptibility test developed by Insecticide Resistance Action Committee. Bull. OEPP/ EPPO. No. 20 : 389-404.

IRAC. 2011. IRAC MoA Classification Scheme. Diakses di http://www.irac- online.org/mode-of-action/updated-irac-moa-classification-v7-1-now-published/ diakses pada tanggal 12 Juli 2011.

Khan, M.F.R., R.P. Griffin, G.R. Carner, & C.S. Gorsuch. 2005. Susceptibility of Diamondback moth, Plutella xylostella (L.)(Lepidoptera : Plutellidae) from Colland Fields in South Carolina to Bacillus thuringiensis. J.Agric.Urban Entomol. 22(1) : 19-26.

Lee, M.K., F. Rajamuhan, F. Gould & D.H. Dean. 1995. Resistant to Bacillus thuringiensis Cry IA deltha endotoxins in a laboratory selected Heliothis virescens strain in related to receptor alteration. J. Microbiol. 61: 3836-3842.

Liu, M.Y., Y.J. Tzeng & C.N.Sun. 1982. Diamondback moth resistance to several synthetic pyretroids. J.Econ.Entomol. 74 : 392-396.

Mau, Ronald F.L., & L. Guskusuma-Minuto. 2001. Diamondback moth, Plutella xylostella (L.), resistance management in Hawai. p.307-311. In : The management of Diamondback moth and other crucifer pests. N.M. Endersby and P.M. Ridland (Eds.) Proc. the 4th International Workshop. Nov. 2001. Melbourne, Australia.

Miyata, T., H. Kawai & T. Saito. 1982. Insecticide resistance in the Diamondback moth, Plutella xylostella (L.) (Lepidoptera : Yponomeutidae). Appl.Entomol.Zool. 17 :539-542.

(38)

Murai, T., M. Miyasaki & M. Ozuka. 1992. Changes in insecticide susceptibility of the Diamondback moth in Shimane Japan. J.ARQ 26 : 152 – 156. Moekasan, T.K., S. Sastrosiswojo, T. Rukmana, H. Sutanto, I.S. Purnamasari

& A. Kurnia. 2004. Status resistensi lima strain Plutella xylostella L. terhadap formulasi fipronil, deltametrin, profenofos, abamektin dan Bacillus thuringiensis. J.Hort. 14(2) : 84-90

Moekasan, T.K. & R. Murtiningsih. 2010. Pengaruh campuran insektisida terhadap ulat bawang, Spodoptera exigua hubn. J.Hort. 20(1) : 67-79. Moekasan, T.K., L. Prabaningrum, N. Gunadi, W. Adiyoga, A.P. Everaarts, H.

de Putter, M. van der Staaij, W. van Dijk, H. Schepers, & F. van Koesveld. 2011. Pengendalian hama terpadu pada budidaya paprika. Puslitbang Hortikultura dan APR and WUR Greenhouse Horticulture, Wageningen University and Research Center, The Netherlands. 52 hal.

Moekasan, T.K., Basuki, R.S., & L. Prabaningrum. 2012. Penerapan ambang pengendalian organisme pengganggu tumbuhan pada budidaya bawang merah dalam upaya mengurangi penggunaan pestisida. J.Hort. 22 (1) : 47-56.

Nofemela, S.B. 2004. Studies on parasitoids of the diamondback moth, Plutella xylostella (L.) (Lepidoptera: Plutellidae), in South Africa.  Submitted in fulfilment of the requirements for the degree of Master of Science of Rhodes University. 92 pp.

Perez, C.J. & A.M. Shelton. 1997. Insecticide Resistance and Resistance Management: Rasistance of Plutella xylostella (Lepidoptera : Plutellidae) to Bacillus thuringiensis Berliner in Central America. J. Econ. Entomol. 90(1) : 87-93.

   

(39)

Regupathy, A. 2008. Insecticide resistance in diamondback moth (DBM), Plutella xylostella (L.) : Status and prospect for its management in India. p.233-239 In : The management of DBM and other crucifers pests. A.M. Shelton, H.L. Collins, Z. You Jun & W. Qing Jun (Eds.). Proc. The fifth Int. Workshop. Beijing.

Salgado, V.L. 1998. Studies on the Mode of action of Spinosad: Insect Symptoms and Physiological Correlates. Pesticide Biochemistry and Physiology. 60 (2) : 91-102.

Sastrosiswojo, S., T.Koestoni & A. Sukwida. 1989. Status resistensi Plutella xylostella strain Lembang terhadap beberapa jenis insektisida golongan organofosfat, piretroid sintetil, dan benzoil urea. Bull.Penel.Hort. 18(1) :85-93.

Sastrosiswojo, S., W. Setiawati, L. Prabaningrum, T.K. Moekasan, I. Sulastrini, R.E. Soeriaatmadja & Z. Abidin. 2001. Ecological impact of Brassica IPM implementation in Indonesia. p. 381-388. In : The management of Diamondback moth and other crucifer pests. N.M. Endersby and P.M. Ridland (Eds.). Proc. the 4th International Workshop. Nov. 2001. Melbourne, Australia.

Setiawati, W. 1996. Status resistensi Plutella xylostella L. strain Lembang, Pangalengan, dan Garut terhadap Bacillus thuringiensis.J.Hort.6(4) :387-391.

Shelton, A.M., J.L. Robertson, J.D.Tang, C. Perez, S.D. Eigenbrode, H.K. Preisler, W.T. Wilsey & R.L. Cooley. 1993. Resistance of Diamondback moth (Lepidoptera : Plutellidae) to Bacillus thuringiensis Subspecies in the field.J.Econ.Entomol. 86 : 697-705.

Singh, A.K., P.N. Saxena, & H.N. Sharma. 2009. Stree induced by Beta-cyfluthrin, a type-2 pyrethroid, on brain biochemis try of Albino rat (Rattus norvegicus). Biology and Medicine 1(2) : 74-86

(40)

Soejitno, J., I.M. Samudra & D. Kilin. 1994. Kajian resistensi penggerek padi putih (Scirpophaga innotata) terhadap insektisida karbofuran di Jalur Pantura. hal 427-438. Prosiding Hasil Penelitian Pendukung Pengendalian Hama Terpadu. Kerjasama Penelitian dan Pengembangan PHT, BAPPENAS dan BALITHORT Lembang.

Syed, A.R. 1992. Insecticide resistance in Diamondback moth in Malaysia. p. 437-442. In : Diamondback moth and other crucifer pests. N.S. Talekar (Ed.). Proc. 2nd Int.Worshop. AVRDC. Taiwan, Taiwan, 10-14 Dec.1990. AVRDC, Shanhua. Taiwan.

Syed, T.S., G.H. Abro & S. Ahmed. 2004. Efficacy of different insecticides against Plutella xylostella under field condition. Pakistan J.Biol.Sci. 7(1) : 10-13.

Tabashnik, B.E., N. Finson, M.W. Johnson & W.J. Moar. 1993. Resistance to toxins from Bacillus thuringiensis Subsp. Kurstaki causes minimal cross-resiantance to B. thuringiensis subsp. Aizawai in the Diamondback moth (Lepidoptera : Plutellidae). Appl.Environ.Microbiol. 59 : 1332-1335.

Tabashnik, B.E., Y. Carriers, T.J. Dennhy, S. Moris, M.S. Sisterson, R.T. Roush, A.M. Shelton & J.Z. Zhao. 2003. Insect resistance to transgenic Bt crops : Lessons from the Laboratory and field.J.Econ.Entomol. 96(4) : 1031-1038.

Toth, S.J., Jr. and T.C. Sparks. 1990. Effect of temperature on toxicity and knockdown activity of cis-permethrin, esfenvalerate and Lambda-cyhalothrin in the cabbage looper (Lepidoptera : Nochtuidae). J.Econ.Entomol.83 : 342-346.

Udiarto, B.K. & W. Setiawati. 2007. Suseptibilitas dan kuantifikasi resistensi empat strain Plutella xylostella L. terhadap insektisida J. Hort. 17(3) : 277-284.

(41)

Varma, A.N. & Sandhu. 1968. Chemical control of diamondback moth, Plutella maculipennis (Curtis). J. Punjab Agric.Univ.Res. 5 : 420-423.

Vos, H.C.A.A. 1953. Introduction in Indonesia of Angitia cerophaga Grav., a parasite of Plutella maculipennis Curt. Pemberitaan Balai Besar Penyelidikan Pertanian, Bogor. No. 134. 32 hal.

Winteringham, 1969. FAO Internasional collaborative program for development of standardized test for resistance in agricultural pest to pesticides. FAO Plant Protect. Bull. 17(4) :73-75.

(42)

LAMPIRAN-LAMPIRAN

1. PERSONIL PELAKSANA KEGIATAN RISET

Nama lengkap dan gelar Posisi dalam kegiatan Instansi/ Unit kerja Jabatan Fungisonal Bidang Keahlian Alokasi waktu (Jam/bulan)

Dr. L.Prabaningrum Anggota Balitsa Peneliti Madya Entomologi 60 Ir. Tinny S. Uhan, MS Anggota Balitsa Peneliti Utama Entomologi 60 Ir. Uvan Nurwahidah,MS Anggota BPTPH

Sulsel

POPT Madya Entomologi 60

Agus Hendra Anggota Balitsa - Teknisi 60

Karmin Anggota BPTPH Sulsel - Teknisi 60 2. JADWAL KEGIATAN Bulan No. Kegiatan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1. Persiapan 2. Survai 3. Pengujian di laboratorium 4. Pengolahan data 5. Pembuatan laporan

(43)

3. ILUSTRASI KEGIATAN LAPANGAN

Gambar 1. Survai penggunaan insektisida oleh petani pada budidaya kubis di Kecamatan Baroko, Kabupaten Enrekang

Gambar 2. Survai penggunaan insektisida oleh petani pada budidaya kubis di Kecamatan Tinggi Moncong, Kabupaten Gowa

(44)

Gambar 3. Penyemprotan insektisida pada budidaya kubis di Kecamatan Anggeraja, Kabupaten Enrekang

Gambar 4. Gejala serangan hama ulat daun kubis, P. xylostella di Kecamatan Anggeraja, Kabupaten Enrekang

(45)

Gambar 5. Wawancara lamanya peredaran insektisida di Kecamatan Anggeraja, Kabupaten Enrekang

Gambar 6. Pengumpulan ulat P. xylostella untuk bahan pengujian toksisitas insektisida di Kabupaten Enrekang

(46)

Gambar 7. Pengumpulan ulat P. xylostella untuk bahan pengujian toksisitas insektisida di Kabupaten Gowa

Gambar 8. Persiapan pengujian toksisitas insektisida yang digunakan oleh petani terhadap larva P. xylostella di Posko Agens Hayati, Kecamatan Baroko, Kabupaten Enrekang

(47)

Gambar 9. Tahapan pengujian toksisitas insektisida : pencelupan daun kubis pada konsentrasi formulasi insektisida yang telah ditetapkan

(48)

Gambar 11. Tahapan pengujian toksisitas insektisida : pengamatan mortalitas larva P.xylostella pada 24, 48, 72, dan 96 jam setelah perlakuan

Gambar 12. Sosialisasi hasil penelitian di Balai Penyuluhan Pertanian

Kecamatan Anggeraja, Kabupaten Enrekang yang dihadiri oleh Kepala BPTPH Sulawesi Selatan, Penyuluh, POPT, dan Petani

(49)

Gambar 13. Presentasi hasil penelitian di Balai Penyuluhan Pertanian Kecamatan Anggeraja, Kabupaten Enrekang yang dihadiri oleh Kepala BPTPH Sulawesi Selatan, Penyuluh, POPT, dan Petani

Gambar 14. Peserta sosialisasi hasil penelitian di Balai Penyuluhan Pertanian Kecamatan Anggeraja, Kabupaten Enrekang

Referensi

Dokumen terkait

Para Pihak harus memastikan bahwa semua personil yang menjalankan kegiatan berdasarkan Memorandum Saling Pengertian ini hanya akan melakukan kegiatan yang berhubungan

Dengan menggunakan metode penyuluhan berupa materi-materi seputar Komunikasi Antar Pribadi yang disajikan beserta contoh kasus dengan penerapannya di lingkungan desa

Dengan mengamati gambar yang disajikan, siswa mampu menyajikan pecahan yang bersesuaian dengan bagian dari keseluruhan suatu bendakonkret dengan tepat.. Dengan mengamati gambar

Pengamatan diawali dengan menentukan lokasi yang dimaksud berdasarkan tanddjejak yang ditinggalkan, kemudian dibuat satu petak contoh pengamatan untuk masing-masing lokasi

kemampuan menggenggam setang motor dengan baik dan tetap mampu mengendalikan sepeda motor, melindungi tangan dari angin dan hujan. Mata dan wajah membutuhkan

Asupan zat gizi pada pasien kanker berbeda dari penyakit lainnya dikarenakan adanya efek samping kemoterapi seperti mual, muntah, dan penurunan nafsu makan, yang

Segala puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat, hidayah, dan karuniaNya penulis dapat menyusun dan menyelesaikan skripsi dengan

Perusahaan ini berada dibawah rata-rata untuk setiap kriteria, baik dalam hal volume penjualan, jumlah investasi, total produksi, segmen pasar, usia perusahaan, jumlah tenaga