• Tidak ada hasil yang ditemukan

FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEPATUHAN PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG DIRI PADA PETANI PADI DI DUKUH SODONG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEPATUHAN PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG DIRI PADA PETANI PADI DI DUKUH SODONG"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

FAKTOR – FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEPATUHAN

PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG DIRI PADA PETANI PADI DI DUKUH SODONG

KELURAHAN PURWOSARI KECAMATAN MIJEN KOTA SEMARANGTAHUN 2017

ARTIKEL ILMIAH

Disusun guna memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat

dengan peminatan K3

USMAN RIFAI

NIM. D11.2013.01763 HALAMAN SAMPUL

PROGRAM STUDI S1 KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KESEHATAN

UNIVERSITAS DIAN NUSWANTORO

SEMARANG

(2)
(3)

FAKTOR - FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEPATUHAN PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG DIRI PADA PETANI PADI DI DUKUH SODONG KELURAHAN PURWOSARI KECAMATAN MIJEN KOTA

SEMARANG TAHUN 2017 XVI + 68 hal + 22 Tabel + 3 Gambar + 5 Lampiran

Usman Rifai*), MG. Catur Yuantari*)

Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Universitas Dian Nuswantoro

Email: usmanrifai343@gmail.com, mgcatur.yuantari@dsn.dinus.ac.id

ABSTRAK

Para petani di Dukuh Sodong cenderung tidak memperhatikan keselamatan dan kesehatan saat bertani. Kecelakaan kerja sering terjadi akan tetapi hanya disepelekan begitu saja. Dari survey awal yang dilakukan pada beberapa petani didapati bahwa para petani hanya memakai APD seadanya yaitu caping dan pakaian panjang saja. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis faktor-faktor yang berhubungan dengan kepatuhan penggunaan APD.

Penelitian ini merupakan studi deskriptif analitik dengan pendekatan cross sectional. Instrumen penelitian menggunakan kuisioner. Data primer maupun sekunder diolah dan dianalisa dengan menggunakan uji statistik Rank Spearman. Populasi penelitian ini berjumlah 60 orang dengan sampel berjumlah 35 orang.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan antara ketersediaan fasilitas dengan kepatuhan penggunaan APD (p value 0,009), yang dapat disimpulkan bahwa semakin banyak APD yang tersedia maka semakin baik pula tingkat kepatuhan penggunaan APD serta faktor pengetahuan, sikap, peran teman dan peran penyuluh kesehatan tidak memiliki hubungan dengan tingkat kepatuhan penggunaan APD pada petani padi di Dukuh Sodong.

Sebaiknya dari Organisasi Perkumpulan Tani ikut berperan aktif menyediakan fasilitas APD bagi petani dengan iuran bersama. Saling berbagi informasi tentang pencegahan-pencegahan kecelakaan kerja lewat pemakaian APD juga perlu dilakukan, Agar kesadaran para petani terhadap pemakaian APD semakin meningkat, serta kecelakaan kerja dapat terjadi bisa dihindarkan.

(4)

FACTORS CORRELATED TO CONFORMITY ON USING PERSONAL PROTECTIVE EQUIPMENT ON FARMERS IN SODONG, VILLAGE OF PURWOSARI, SUB-DISTRICT OF MIJEN,

SEMARANG CITY 2017

XVI + 68 pages + 22 Table + 3 Figures + 5 Appendix Usman Rifai*), MG. Catur Yuantari*)

Undergraduate Of Public Healthfaculty Of Health Sciences Dian Nuswantoro University

Email: usmanrifai343@gmail.com, mgcatur.yuantari@dsn.dinus.ac.id

ABSTRACT

Farmer in sodong tend to not attention health and safety of their own. Work accident often occur and never being an attention. Initial survey found that farmer only uses PPE such as head covered and long clothes. The purposed of the study was to analyze factors correlated to conformity on using personal protective equipment on farmers.

The study was descriptive analytical study with cross sectional apprach. Instrument of the study was questionnaire. Primary and secondary data analyzed with rank spearman statistical test. population study was 60 people and sample was 35 people.

Result showed that a significant correlation between the availability of facility and the conformity of using PPE (p value 0,009), that can be concludewhich can be concluded that more PPE available more conformity one using PPE. No significant correlation between knowledge, attitude, friend role, and health care provider role with the conformity on using personal protective equipment on farmers

Farmer’s association organization to actively provide facilities for farmers PPE with a joint contribution. Sharing information about prevention workplace accident through the use of PPE also needs to be done. The awareness of the farmers against the use of PPE is increasing and the work accidents that occur can be avoided.

(5)

PENDAHULUAN

Negara Indonesia adalah negara agraris yang sebagian besar penduduknya bermata pencaharian di bidang pertanian.(1) Data yang di peroleh dari BPS (Badan Pusat Statistik) Tahun 2009 jumlah petani mencapai 40% dari jumlah total tenaga kerja di Indonesia atau sekitar 46,7 juta jiwa. Sebagai negara agraris, mayoritas penduduk Indonesia telah memanfaatkan sumber daya alam untuk menunjang kebutuhan hidupnya dan salah salah satunya ialah menggantungkan hidup pada sektor pertanian. Dalam hal tersebut sektor pertanian memiliki peran yang sangat penting karena sebagai penghasil pangan yang cukup besar bagi penduduk yang jumlahnya terus meningkat setiap tahun.(2) Desa Sodong adalah salah satu desa wisata di Kota Semarang yang berfokus pada bidang agro pertanian khususnya edukasi pertanian baik tradisional dan konvensional.(3)Kepatuhan merupakan tingkatan perilaku seseorang dalam menjalankan berbagai aturan serta perilakuuyangudiwajibkan. Kepatuhanudibedakanumenjadiuduauyaituukepatuhanusepenuhnya (totalucompliance) dan tidak

patuh (compliance).(4)Berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa warga di Desa Sodong Kelurahan Wonosari Kecamatan Mijen, Desa Sodong memiliki penduduk yang masih kurang dalam segi kepatuhan penggunaan APD pada saat proses penanaman padi sampai proses pemanenan yang dapat mengakibatkan kecelakaan kerja.

Hasil survey awal wawancara dengan pengawas dan ketua bagian budidaya tani dan pangan dalam perkumpulan tani di Desa Sodong Kelurahan Wonosari Kecamatan Mijen Kota Semarang, penggunaan pestisida seringkali mengakibatkan masalah kesehatan bagi para petani padi, penggunaan sabit dan cangkul juga seringkali melukai tangan serta kaki petani padi, dan yang terparah terdapat petani padi terkena mesin selep padi hingga menimbulkan luka serius. Berdasarkan latar belakang tersebut maka penulis memilih untuk meneliti faktor-faktor yang berhubungan dengan kepatuhan penggunaan alat pelindung diri pada petani padi di Desa Sodong Kelurahan Wonosari Kecamatan Mijen Kota Semarang tahun 2017.

METODE PENELITIAN

Jenis penelitian ini merupakan studi deskriptif analitik dengan menggunakan pendekatan cross

sectional yaitu mengambil data pada satu waktu dimana variabel dependen dan independen dilakukan

pada waktu yang bersamaan.(5)Desain penelitian cross sectional dipilih karena dapat dilakukan pada waktu singkat dan relative tidak mahal. (6)

Populasi yang terdapat dalam penelitian ini adalah seluruh jumlah petani padi di Desa Sodong Kelurahan Purwosari Kecamatan Mijen Kota Semarang. Populasi dalam penelitian ini sebanyak 60 orang petani terdiri dari petani yang memiliki sawah sendiri dan buruh tani. Sampel penelitian ini berjumlah 35 orang dan pengambilan sample menggunakan accidental sampling.

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni 2017 – Juli 2017. Variabel yang diteliti adalah pengetahuan tentang penggunaan APD, sikap tentang penggunaan APD, ketersediaan fasilitas APD, peran teman tentang kepatuhan penggunaan APD, peran tenaga kesehatan.

Dasar pengambilan keputusan dalam Uji Koefisien Kolerasi Rank Spearman’s adalah jika nilai sig (p-value)<0,05 maka, dapat disimpulkan bahwa terdapat kolerasi yang signifikan antara variabel

(6)

yang dihubungkan dan jika nilai sig (p-value)>0,05 maka, dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat kolerasi yang signifikan antara variabel yang dihubungkan.(7)

HASIL PENELITIAN Pengetahuan

Dari tabel diperoleh hasil bahwa pengetahuan petani padi tentang Alat Pelindung Diri saat bertani sangat tinggi dengan perbandingan persentase benar sebanyak 97.1% dan persentase salah sebanyak 2.9%. Selain itu para petani padi juga sudah mengetahui Fungsi Alat Pelindung Diri yaitu berupa caping dan pakaian panjang. Sedangkan pengetahuan tentang Alat Pelindung Diri berupa kaca mata dan sepatu boot sangat rendah yaitu mencapai persentase 34.3% dan 45.7%.

Tabel 1

Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan Mengenai Tingkat Kepatuhan Penggunaan APD

No Pertanyaan Benar Salah

F % F %

1. Pengetahuan tentang APD 34 97,1% 1 2.9% 2a. Pengetahuan tentang APD

(Caping)

35 100% 0 0% 2b. Pengetahuan tentang APD

(Masker)

24 68.6% 11 31,4% 2c. Pengetahuan tentang APD

(Kacamata)

12 34,3% 23 65,7% 2d. Pengetahuan tentang APD

(Sarung Tangan)

23 65.7% 12 34,3% 2e. Pengetahuan tentang APD

(Pakaian Panjang)

35 100% 0 0% 2f. Pengetahuan tentang APD

(Sepatu Boot) 16 45,7% 19 54,3% 3. Kegunaan APD 33 94,3% 2 5,7% 4. Fungsi APD 35 100% 0 0% 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11.

Keuntungan pemakaian APD Fungsi APD (Caping)

Fungsi APD (Pakaian Panjang)

Fungsi APD (Masker) Fungsi APD (Kacamata) Fungsi APD (Sepatu Boot)

35 35 35 31 28 27 100% 100% 100% 88,6% 80,0% 77,1% 0 0 0 4 7 8 0% 0% 0% 11,4% 20,0% 22,9% Sikap

Berdasarkan tabel didapatkan hasil bahwa sikap petani pada penggunaan Alat Pelindung Diri saat melakukan aktivitas bertani sangat tinggi yaitu mencapai persentase 97,1%. Sedangkan sikap kurang setuju ditunjukan oleh petani pada penggunaan Alat Pelindung Diri berupa sepatu boot yaitu mencapai persentase 31,4%.

Tabel 2

Distribusi Frekuensi Sikap Mengenai Tingkat Kepatuhan Penggunaan APD No Pertanyaan Setuju Kurang Setuju Tidak Setuju

F % F % F %

1. Pemakaian APD dapat membuat aman

32 91,4% 3 8,6% 0 0% 2. Pakaian lengan panjang

dapat meindungi kulit

34 97,1% 1 2,9% 0 0%

3. Sepatu Boot dapat melindungi kaki

22 62.9% 11 31,4% 2 5,7% 4. Masker dapat melindungi 28 80,0% 5 14,3% 2 5,7%

(7)

No Pertanyaan Setuju Kurang Setuju Tidak Setuju

F % F % F %

hidung

5. Kacamata dapat melindungi mata

23 65,7% 10 28,6 2 5,7% 6. Topi dapat melindungi

wajah

34 97,1% 0 0% 1 2,9%

Ketersediaan Fasilitas

Dari tabel dapat dilihat bahwa peran Dinas Pertanian serta organisasi tani sangat rendah dalam memfasilitasi Alat Pelindung Diri untuk para petani padi dibuktikan dengan persentase mencapai kisaran 88,6% - 100%. Fasilitas Alat Pelindung Diri bersumber dari masing masing petani berupaCaping (topi) dengan persentase 97,1%.

Tabel 3

Distribusi Frekuensi Ketersediaan Fasilitas Mengenai Tingkat Kepatuhan Penggunaan APD No Pertanyaan Tersedia Tidak Tersedia

F % F %

1a. Dinas Pertanian menyediakan APD (Topi)

4 11,4% 31 88,6% 1b. Dinas Pertanian menyediakan APD

(Masker)

3 8,6% 32 91,4% 1c. Dinas Pertanian menyediakan APD

(Sarung Tangan

1 2,9% 34 97,1% 1d. Dinas Pertanian menyediakan APD

(Pakaian Panjang)

3 8,6% 32 91,4% 1e. Dinas Pertanian menyediakan APD

(Sepatu Boot)

1 2,9% 34 97,1% 2a. Organisasi Perkumpulan Tani

menyediakan APD (Topi)

3 8,6% 32 91,4% 2b. Organisasi Perkumpulan Tani

menyediakan APD (Masker)

3 8,6% 32 91,4% 2c. Organisasi Perkumpulan Tani

menyediakan APD (Sarung Tangan)

3 8,6% 32 91,4% 2d. Organisasi Perkumpulan Tani

menyediakan APD (Pakaian Panjang)

3 8,6% 32 91,4%

2e. Organisasi Perkumpulan Tani menyediakan APD (Sepatu Boot)

0 0% 35 100%

3a. Ketersediaan APD Pribadi (Topi) 34 97,1% 1 2,9% 3b. Ketersediaan APD Pribadi (Masker) 24 68,6% 11 31,4% 3c. Ketersediaan APD Pribadi (Sarung

Tangan)

27 77,1% 8 22,9% 3d. Ketersediaan APD Pribadi (Pakaian

Panjang)

30 85,7% 5 14,3% 3e. Ketersediaan APD Pribadi (Sepatu

Boot)

20 57,1% 15 42,9%

Peran Teman

Berdasarkan tabel dapat dilihat bahwa hal yang selalu dilakukan oleh teman sesama petani yaitu saling mengingatkan ditunjukan dengan perlehan presentase 20%. Sedangkan hal yang tidak pernah dilakukan adalah berdiskusi mengenai Alat Pelindung Diri dengan perolehan hasil sebanyak 40%.

(8)

Tabel 4

Distribusi Frekuensi Tingkat Peran Teman Mengenai Tingkat Kepatuhan Penggunaan APD No Pertanyaan Selalu Kadang Tidak Pernah

F % F % F %

1. Saling mengingatkan antar petani

7 20,0% 20 57,1% 8 22,9% 2. Saling memberi saran

antar petani

6 17,1% 22 62,9% 7 20,0% 3. Saling berdiskusi antar

petani

4 11,4% 17 48,6% 14 40,0% 4. Saling memberi tahu

kegunaan APD

4 11,4% 19 54,3% 12 34,3%

Peran Penyuluh Kesehatan

Dari tabel memperlihatkan bahwa peran penyuluh kesehatan di Desa Sodong sangat rendah nampak dari perolehan prosentase hanya mencapai 11,4%. Bantuan APD tidak pernah terjadi di Desa Sodong dengan perolehan presentase sebesar 91,4%. Membuktikan bahwa peran penyuluh kesehatan kurang berpengaruh dalam sosisalisasi penggunaan Alat Pelindung Diri.

Tabel 5

Distribusi Frekuensi Peran Penyuluh Kesehatan Mengenai Tingkat Kepatuhan Penggunaan APD

No Pertanyaan Sering Kadang Tidak Pernah F % F % F % 1. Terdapat penyuluhan tentang APD 4 11,4% 10 28,6% 21 60,0% 2. Terdapat pelatihan tentang APD 3 8,6% 7 20,0% 25 71,4% 3. Terdapat bantuan APD

gratis

2 5,7% 1 2,9% 32 91,4% 4. Terdapat pemantauan

dari DINKES

2 5,7% 2 5,7% 31 88,6%

Kepatuhan Penggunaan APD

Berdasarkan tabel dapat dilihat bahwa kepatuhan penggunaan Alat Pelindung Diri pada petani padi di Dukuh Sodong cukup tinggi, ditunjukan pada perolehan persentase 74,3% yaitu penggunaan pakaian panjang. Sedangkan kepatuhan yang paling rendah ditunjukan pada pemakaian Alat Pelindung diri berupa kacamata dengan persentase sebanyak 57,1%. Hal tersebut didorong oleh faktor kebiasaan sehingga butuh waktu yang cukup lama untuk merubah kebiasaan tersebut.

Tabel 6

Distribusi Frekuensi Tingkat Kepatuhan Penggunaan APD No Pertanyaan Sering Kadang Tidak Pernah

F % F % F %

1. Pemakaian masker saat penyemprotan 15 42,9% 7 20,0% 13 37,1% 2. Penggunaan Pakaian panjang 26 74,3% 7 20,0% 2 94,3% 3. Pemakaian kacamata 4 11,4% 11 31,4% 20 57,1% 4. Penggunaan sepatu boot 3 8,6% 7 20,0% 25 71,4% 5. Kesadaran penggunaan

APD

(9)

Tabel Silang Pengetahuan dengan Kepatuhan Penggunaan APD Tabel 7

Tabel silang antara variabel Pengetahuan dan Kepatuhan Penggunaan APD

p-value 0,226 r 0,210 Sumber: Data Primer (2017)

Hasil tabel silang antara variabel pengetahuan dan kepatuhan penggunaan alat pelindung diri diperoleh bahwa 70,6% dari 100% petani dinyatakan tidak patuh. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa semakin rendah tingkat pengetahuan para petani padi di Dukuh Sodong maka semakin tinggi pula tingkat ketidak patuhan penggunaan APD, dikarenakan sebagian besar petani di Dukuh Sodong.

Tabel Silang Sikap dengan Kepatuhan Penggunaan APD Tabel 8

Tabel silang antara variabel Sikap dan Kepatuhan Penggunaan APD

p-value 0,093 r 0,289 Sumber: Data Primer (2017)

Hasil silang antara variabel sikap dengan kepatuhan penggunaan APD didapatkan perolehan angka sebesar 82,4% dari 100% petani, dikategorikan sebagai petani yang tidak patuh pada penggunaan APD. Serta dapat disimpulkan bahwa semakin sering para petani padi menganggap remeh penggunaaan APD saat bertani maka semakin rendah pula tingkat kepatuhan penggunaan APD pada petani padi. Hal ini dikarenakan faktor kebiasaan yang menyebabkan sebagian besar petani padi beranggapan bahwa pada saat bertani menggunakan atau tidak menggunakan APD tetap menghasilkan sesuatu yang sama yaitu pekerjaan terselesaikan dengan baik.

Pengetahuan

Kepatuhan penggunaan APD

Total

Tidak Patuh Patuh

N % N % N %

Tidak Baik 12 70,6 9 50,0 21 60,0

Baik 5 29,4 9 50,0 14 40,0

17 100,0 18 100,0 35 100,0

Total sikap

Kepatuhan Penggunaan APD

Total

Tidak Patuh Patuh

N % N % N %

Kurang baik 14 82,4 10 55,6 24 68,6

Baik 3 17,6 8 44,4 11 31,4

(10)

Tabel Silang Ketersediaan Fasilitas dengan Kepatuhan Penggunaan APD Tabel 9

Tabel silang antara variabel Ketersediaan Fasilitas dan Kepatuhan Penggunaan APD

Ketersediaan Fasilitas

Kepatuhan Penggunaan

APD Total

Tidak patuh Patuh

N % N % N %

Tidak Tersedia 13 76,5 6 33,3 19 54,3

Tersedia 4 23,5 12 66,7 16 45,7

17 100,0 18 100,0 35 100,0

p-value 0,009 r 0,433 Sumber: Data Primer (2017)

Tabel silang antara ketersediaan fasilitas dengan kepatuhan penggunann APD didapatkan perolehan angka sebesar 76,5% dari 100% menunjukkan bahwa persentase ketidakpatuhan tinggi dikarenakan tidak tersedianya fasilitas APD dari bantuan Dinas Pertanian maupun organisasi perkumpulan tani, Fasilitas APD hanya bersumber dari milik pribadi atau seadanya. Berbanding terbalik jika semakin banyak APD yang tersedia maka semakin banyak pula petani yang patuh menggunakan APD.

Tabel Silang Peran Teman dengan Kepatuhan Penggunaan APD Tabel 10

Tabel silang antara variabel Peran Teman dan Kepatuhan Penggunaan APD

Peran teman

Kepatuhan Penggunaan APD

Total

Tidak patuh Patuh

N % N % N %

Tidak pengaruh 10 55,6 10 55,6 20 57,1

Pengaruh 7 41,2 8 44,4 15 42,9

17 100,0 18 100,0 35 100,0

p-value 0,851 r 0,033 Sumber: Data Primer (2017)

Dari tabel diatas diperoleh hasil bahwa 55,6% menyatakan tidak patuh dan 55.6% menyatakan patuh. Hal itu dikarenakan peran teman tidak terlalu signifikan mempengaruhi tingkat kepatuhan penggunaan APD karena petani padi di Dukuh Sodong kurang memiliki waktu untuk berkumpul untuk sekedar bertukar pikiran. Peran teman memberi pengaruh pada tingkat kepatuhan penggunaan APD, semakin sering para petani berinteraksi dengan petani lain maka kemungkinan besar perilaku patuh bisa ditanamkan. Akan tetapi di Dukuh Sodong, peran teman kurang berpengaruh untuk tingkat kepatuhan penggunaan APD karena para petani cenderung lebih berfokus pada pekerjaan masing-masing tanpa memperdulikan teman sesama petani padi.

Tabel Silang Peran Penyuluh Kesehatan dengan Kepatuhan Penggunaan APD Tabel 11

Tabel silang antara variabel Peran Penyuluh Kesehatan dan Kepatuhan Penggunaan APD

Peran penyuluh kesehatan

Kepatuhan penggunaan APD

Total

Tidak patuh Patuh

N % N % N %

Tidak baik 7 41,2 6 33,3 13 37,1

Baik 10 58,8 12 66,7 22 62,9

17 100,0 18 100,0 35 100,0

(11)

Dari tabel menunjukkan bahwa penyuluh kesehatan ikut berperan dalam meningkatkan kepatuhan penggunaan APD pada petani padi. Semakin sering diadakannya penyuluhan APD maka kualitas petani akan semakin baik, hasil presentase menunjukan 66,7% - 100% berarti peran penyuluh kesehatan sudah merubah pola pikir masyarakat lebih patuh dengan penggunaan alat pelindung diri.

Pembahasan

A. Hubungan Antara Pengetahuan dengan Kepatuhan Penggunaan Alat Pelindung Diri

Kepatuhan yaitu keseluruhan bentuk perubahan perilaku dari tidak mentaati seluruh peraturan yang berlaku. Kepatuhan merupakan tingkatan perilaku seseorang dalam menjalankan berbagai aturan serta perilaku yang diwajibkan.Kepatuhan dibedakan menjadi dua yaitu kepatuhan sepenuhnya (total compliance) dan tidak patuh (compliance).(8)

Pengetahuan merupakan faktor yang sangat penting untuk terbentuknya perilaku seseorang. (4)Pengetahuan sangat berperan dalam perilaku penggunaan APD adalah pengetahuan tentang bahaya kerja dan pengetahuan tentang APD ini sendiri. Jika pekerja sudah mengetahui bahaya kerja maka secara otomatis pekerja akan melakukan usaha untuk menghindari bahaya tersebut, salah satunya dengan menggunakan APD. Pengetahuan pekerja tentang APD akan mendukung pekerja untuk menggunakan APD selama bekerja .(8)

Berdasarkan variabel pengetahuan didapatkan hasil bahwa para petani padi di Dukuh Sodong cenderung mengetahui kegunaan, fungsi serta keuntungan dari caping dan pakaian panjang saja. Yang ditunjukkan dengan perolehan presentase mencapai 100%. Sedangkan untuk APD lain seperti masker, kacamata, sarung tangan dan sepatu boot perolehan presentase hanya berkisar antara 30 - 69% saja. Hal itu disebabkan oleh faktor kebiasaan yang telah berlangsung terus-menerus. Dibutuhkan waktu yang cukup lama untuk merubah kebiasaan tersebut.

Hubungan antara pengetahuan dengan kepatuhan penggunaan Alat Pelindung Diri di dapatkan bahwa dari 35 petani, terdapat 9 petani dengan tingkat pengetahuan baik mereka mematuhi penggunaan APD pada saat melakukan aktifitas bertani. Akan tetapi, terdapat 5 petani yang tidak mematuhi penggunaan APD meskipun memiliki tingkat pengetahuan dengan kategori baik. Sedangkan pada kategori tingkat pengetahuan tidak baik terdapat 9 petani mematuhi penggunaan APD pada saat melakukan aktifitas bertani dan terdapat 12 petani yang kurang mematuhi penggunaan APD saat melakukan aktivitas bertani.

Sebagian besar penduduk atau petani di Dukuh Sodong sudah mematuhi penggunaan APD, akan tetapi masih terdapat banyak petani yang belum mematuhi penggunaan APD. Faktor yang menyebabkan ketidakpatuhan ini dikarenakan tingkat pendidikan yang mereka jalani mayoritas di tingkat SD. Sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan dengan kepatuhan penggunaan APD. Dengan kata lain Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian M.Nur Shobib dalam penelitian Hubungan antara pengetahuan dan sikap dengan praktik (APD) alat pelindung diri pada petani pengguna pestisida di Desa Curut kec.

(12)

Penawangan kab. Grobogan yang menyatakan Ada hubungan antara pengetahuan dan sikap dengan praktik alat pelindung diri pada petani di Desa Curut kec. Penawangan kab. Grobogan.(9)

Meskipun demikian, Di Dukuh Sodong sudah terdapat suatu Organisasi perkumpulan tani yang dinamakan “Mbangun Karso”. Organisasi tersebut dapat dijadikan sebagai tempat bertukar fikiran dan berbagi pengetahuan yang berguna untuk meningkatkan kepatuhan penggunaan APD para petani Di Dukuh Sodong saat bertani, sehingga organisasi perkumpulan tani yang ada Di Dukuh Sodong dapat memberikan banyak manfaat untuk petani dalam hal meningkatkan pengetahuan B. Hubungan Antara Sikap dengan Kepatuhan Penggunaan Alat Pelindung Diri

Sikap adalah reaksi atau respons yang masih tertutup dan seseorang terhadap suatu stimulus atau objek. Sikap merupakan tanggapan atau respon petani padi terhadap kepatuhan penggunaan APD saat melakukan aktivitas bertani.(10)Menurut Paul dan Olson menyatakan bahwa sikap adalah evaluasi konsep secara menyeluruh yang dilakukan oleh seseorang.(4) Sikap yang perlu ditanamkan untuk meningkatkan kepatuhan pemakaian APD pada petani yaitu sikap peduli akan bahaya yang akan terjadi jika penggunaan APD tidak dipakai secara maksimal.

Variabel sikap didapatkan hasil bahwa para petani padi di Dukuh Sodong memiliki sikap peduli pada keselamatan serta kesehatan saat bekerja yang ditunjukan dengan presentase berkisar pada angka 62,9 - 97,1%. Akan tetapi masih terdapat beberapa petani yang kurang peduli pada keselamatan serta kesehatan saat bekerja yang ditunjukan dengan presentase berkisar antara 2,9 – 31,4 %.

Berdasarkan hasil analisis hubungan antaran sikap dengan kepatuhan penggunaan Alat Pelindung Diri didapatkan bahwa dari 35 petani, terdapat 8 petani yang memiliki sikap yang mematuhi penggunaan APD pada saat melakukan aktifitas bertani. Akan tetapi, terdapat 3 petani yang mempunyai APD tapi tidak mematuhi penggunaan APD saat bertani. Sedangkan pada kategori sikap yang kurang baik terdapat 10 petani yang mematuhi penggunaan APD pada saat melakukan aktivitas bertani dan terdapat 14 petani yang kurang mematuhi penggunaan APD.

Dari hasil statistik, tidak ada hubungan antara Sikap dengan kepatuhan penggunaan APD dikarenakan di Dukuh Sodong, masih terdapat beberapa petani yang belum mematuhi penggunaan APD. Mereka menganggap bahwa pemakaian APD bisa menganggu pekerjaan serta perasaan yang tidak nyaman saat menggunakan APD. Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian M.Nur Shobib dalam penelitian Hubungan antara pengetahuan dan sikap dengan praktik (APD) alat pelindung diri pada petani pengguna pestisida yang menyatakan Ada hubungan antara pengetahuan dan sikap dengan praktik alat pelindung diri pada petani.(9) Penelitian ini juga tidak sejalan dengan penelitian Dwi Agung Riyanto yang menyatakan ada hubungan antara sikap dengan kepatuhan penggunaan APD seperti sarung tangan dan masker saat melakukan tindakan di Rumah Sakit Asih Di Serang Banten.(11) Hal ini terjadi karena faktor kebiasaan tidak menggunakan APD, sehingga penerimaan kebiasaan baru masih membutuhkan penyesuaian dan waktu yang cukup lama.

Petani padi di Dukuh Sodong harus mulai membiasakan diri untuk memakai APD saat bertani. Meskipun hal tersebut sulit dilakukan, para petani harus tetap melakukannya demi kesehatan dan keselamatan kerja petani.

(13)

C. Hubungan Antara Ketersediaan Fasilitas dengan Kepatuhan Penggunaan Alat Pelindung Diri Ketersediaan fasilitas merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi terbentuknya kepatuhan (8). Berdasarkan hasil analisis ketersediaan fasilitas dengan kepatuhan penggunaan Alat Pelindung Diri didapatkan bahwa dari 35 petani, terdapat 12 petani yang memiliki APD untuk keperluan bertani dan selalu memakai APD saat bertani. Akan tetapi, terdapat 4 petani yang mempunyai APD tetapi tidak mematuhi penggunaan APD saat bertani. Sedangkan terdapat 6 petani yang tidak memiliki APD untuk kepetingan bertani tetapi mematuhi penggunaan APD pada saat melakukan aktivitas bertani dan terdapat 13 petani yang kurang mematuhi penggunaan APD.

Dari hasil uji statistik disimpulkan bahwa ada hubungan antara ketersediaan fasilitas dengan kepatuhan penggunaan APD karena diperoleh hasil bahwa Dinas Pertanian dan Organisasi Perkumpulan Tani tidak berperan aktif dalam memfasilitasi APD untuk petani pada saat melakukan aktivitas bertani. yang ditunjukkan dengan presentase 88,6 – 100%. Hal tersebut dikarenakan hampir keseluruhan APD yang mereka gunakan bersumber dari masing-masing petani itu sendiri yang ditunjukkan dengan presentase berkisar antara 2,9 – 31,4%. Para petani cenderung hanya memiliki APD seadanya yaitu caping dan pakaian panjang dengan presentase 97,1% dan 85,7%.

Dapat disimpulkan bahwa hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan Maharany Puspaningrum. Karena pada penelitian tersebut menyatakan bahwa tidak ada hubungan antara ketersediaan APD dengan tingkat kepatuhan pekerja bagian tabung gas LPG (p=0.440,p<0.05). dikarenakan dalam kenyataan yang terjadi dilapangan bahwa perusahaan telah menyediakan APD bagi setiap pekerja karena APD adalah salah satu standar operasional yang harus diterapkan saat berada di lingkungan kerja. APD yang di sediakan oleh perusahaan tidak mempengaruhi tingkat kepatuhan pekerja dalam menggunakannya saat berada di lingkungan kerja.(12)

Penelitian ini juga tidak sejalan dengan penelitian yang di kemukakan oleh Sitti Raodhah yang menyatakan tidak ada hubungan antara ketersediaan APD dengan penggunaan APD pada karyawan bagian PT. Semen Bosowa Maros yang menyatakan meskipun di sediakannya APD secara lengkap oleh perusahaan tidak mempengaruhi penggunaan APD karyawan secara lengkap pada saat bekerja.(13)

Penyediaan APD yang dimiliki oleh para petani secara pribadi sebaiknya lebih dilengkapi, serta mengajukan usul kepada organisasi perkumpulan tani berkaitan dengan pembagian APD yang bersumber dari iuran bersama.

D. Hubungan Antara Peran Teman dengan Kepatuhan Penggunaan Alat Pelindung Diri

Suatu hubungan antara dua orang atau lebih yang memiliki unsur-unsur seperti kecenderungan untuk menginginkan apa yang terbaik bagi satu sama lain, simpati, empati dalam bersikap serta saling pengertian merupakan definisi dari pertemanan. Peran teman sesama petani dalam mempengaruhi tingkat kepatuhan penggunaan APD cukup memberikan pengaruh. Misalnya kebiasaan untuk saling mengingatkan, memberikan saran.(14)

Dari hasil analisis antara hubungan peran teman dengan kepatuhan penggunaan Alat Pelindung Diri, ditunjukan hasil pada tabulasi silang bahwa dari 35 petani terdapat 8 petani yang menyatakan bahwa peran teman sesama petani memiliki pengaruh sehingga mereka mematuhi penggunaan APD saat bertani. Akan tetapi terdapat 7 petani yang tidak mematuhi penggunaan

(14)

APD saat bertani walaupun peran teman sesama petani berpengaruh pada kehidupan sehari hari. Sedangkan terdapat 10 petani kurang setuju akan peran teman yang dapat mempengaruhi kepatuhan penggunaan APD tetapi tanpa peran teman mereka mematuhi penggunaan APD. Akan tetapi terdapat 10 petani yang mengatakan bahwa peran teman tidak berpengaruh sehingga mereka cenderung tidak patuh saat pemakaian APD.

Berdasarkan uji statistik di peroleh hasil bahwa tidak ada hubungan peran teman dengan kepatuhan penggunaan APD karena teman sesama petani kurang mempengaruhi tingkat kepatuhan penggunaan APD yang dapat dilihat dari presentase mencapai angka 62,9%. Hal ini dikarenakan para petani kurang memiliki waktu untuk memberikan saran serta berdiskusi berbagai hal yang berkaitan dengan APD. Penelitian ini sejalan dengan penelitian Dona Riska Madyanti yang menunjukan bahwa tidak terdapat hubungan antara pengaruh dari teman sejawat dengan perilaku penggunaan APD. Hampir semua responden (93,3%) menyatakan bahwa teman sejawat tidak mempengaruhi mereka dalam penggunaan APD. (15)

Petani sebaiknya lebih sering menggunakan waktu luangnya untuk berbicang dengan petani lain atau sekedar berdiskusi kecil tentang penggunaan APD saat bertani sehingga informasi yang didapatkan antar petani sama rata dan dapat diaplikasikan dalam kegiatan pertanian.

E. Hubungan Antara Peran Tenaga Kesehatan dengan Kepatuhan Penggunaan Alat Pelindung Diri

Tenaga kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang kesehatan, memiliki pengetahuan dan ketrampilan melalui pendidikan dibidang kesehatan yang memerlukan kewenangan dalam menjalankan pelayanan kesehatan.(16)Penyuluhan tentang APD merupakan salah satu faktor yang mendorong terbentuknya perilaku dan faktor penguat (reinforcing factors), oleh karena itu penyuluhan tentang APD sangat penting peran lainnya untuk meningkatkan penggunan APD saat bekerja.(4)

Berdasarkan pada variabel Peran Tenaga Kesehatan memperlihatkan bahwa peran penyuluh kesehatan di Desa Sodong kurang memiliki andil dalam meningkatkan kesadaran petani akan pentingnya perilaku patuh pada penggunaan APD saat melakukan aktivitas bertani. Hal ini terlihat dari hasil presentase berkisar pada angka 60,0 - 91,4%. Kegiatan penyuluhan, pelatihan, bantuan gratis APD serta pemantauan langsung dari DINKES belum maksimal dalam pelaksanaanya.

Dari hasil analisis variabel peran penyuluh kesehatan dan kepatuhan penggunaan Alat Pelindung Diri, menunjukkan hasil bahwa dari 35 petani terdapat 12 petani mematuhi penggunaan APD saat bertani karena mereka telah mendapatkan penyuluhan dari Dinas Kesehatan. Meskipun sama-sama memperoleh penyuluhan dari Dinas Kesehatan, masih terdapat 10 petani yang masih belum mematuhi penggunaan APD saat bertani. Akan tetapi terdapat 7 petani yang mengatakan bahwa tidak pernah mendapatkan penyuluhan dari Dinas Kesehatan sehingga mereka tidak mematuhi penggunaan APD. Meskipun tidak mendapatkan penyuluhan dari Dinas Kesehatan, terdapat 6 petani yang mematuhi pemakaian APD karena mereka sadar akan kesehatan dan keselamatan saat bertani.

Dari hasil uji statistik, tidak ada hubungan antara peran penyuluh kesehatan dengan kepatuhan penggunaan APD karena Peran Tenaga kesehatan jika dilihat dari hasil penelitian masih kurang berperan aktif dalam mewujudkan masyarakat yang sehat, karena kurangnya penyuluhan,

(15)

pelatihan tentang menjaga kesehatan dan keselamatan para petani padi tersebut.Hal tersebut tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Ruhyandi Dan Evi Candra yang menunjukan bahwa terdapat hubungan yang bermakna (p= 0,039 < 0,05) antara penyuluhan dengan prilaku Kepatuhan penggunaan APD pada karyawan bagian Press shop di PT. Almasindo II Kabupaten Bandung Barat.(17)

Jika penyuluhan dan promosi kesehatan sering dilakukan untuk para petani, dengan upaya ini kemungkinan bisa meningkatkan kesadaran untuk mentaati atau mematuhi akan penggunaan APD pada saat bekerja yang berguna untuk melindungi diri mereka sendiri

Penutup

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang ada, makadapat ditarik kesimpulan bahwa: a. Terdapat beberapa akibat dari ketidakpatuhan penggunaan APD pada petani padi di Dukuh

Sodong Kelurahan Purwosari Kecamatan Mijen Kota Semarangseperti penggunaan pestisida seringkali mengakibatkan masalah kesehatan bagi para petani padi, penggunaan sabit dan cangkul juga seringkali melukai tangan serta kaki petani padi, dan yang terparah terdapat petani padi terkena mesin selep padi hingga menimbulkan luka serius

b. Tidak ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan terhadap kepatuhan penggunaan APD pada petani padi Di Dukuh Sodong Kelurahan Purwosari Kecamatan Mijen Kota Semarang (p-value = 0,226 )

c. Tidak ada hubungan yang signifikan antara sikap terhadap kepatuhan penggunaan APD pada petani padi Di Dukuh Sodong Kelurahan Purwosari Kecamatan Mijen Kota Semarang (p-value = 0,093)

d. Ada hubungan yang signifikan antara ketersediaan fasilitas terhadap kepatuhan penggunaan APD pada petani padi Di Dukuh Sodong Kelurahan Purwosari Kecamatan Mijen Kota Semarang (p-value = 0,009)

e. Tidak ada hubungan yang signifikan antara peran teman terhadap kepatuhan penggunaan APD pada petani padi Di Dukuh Sodong Kelurahan Purwosari Kecamatan Mijen Kota Semarang (p-value = 0,851)

f. Tidak ada hubungan yang signifikan antara peran penyuluh kesehatan terhadap kepatuhan penggunaan APD pada petani padi Di Dukuh Sodong Kelurahan Purwosari Kecamatan Mijen Kota Semarang (p-value = 0,643)

Saran

Sebaiknya dari Organisasi Perkumpulan Tani ikut berperan aktif menyediakan fasilitas APD bagi petani dengan iuran bersama serta membuat jadwal tetap untuk berkumpul setiap bulannya dikarenakan fasilitas APD yang tersedia hanya milik pribadi. Kegiatan untuk saling berbagi informasi tentang pencegahan-pencegahan kecelakaan kerja lewat pemakaian APD juga perlu dilakukan, Agar kesadaran para petani terhadap pemakaian APD semakin meningkat, serta kecelakaan kerja yang dapat terjadi bisa dihindarkan.

(16)

DAFTAR PUSTAKA

1. Markkanen, Pia K. “Kertas Kerja 9 : Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Indonesia” . ILO. 2004.

2. Henri, Warsani."Kajian Pemanfaatan Lahan Sawah di Kecamatan Kuantan Tengah Kabupaten

Kuantan Singingi".2013. https://repoistory.upi.edu. diakses tanggal 11 Januari 2017.

3. Teguh, Pambudi. “Kondisi Geografis Kota Semarang”. 2013.

http://pamboedifiles.blogspot.co.id/2013/04/kondisi-geografis-kota-semarang.html. Diakses pada 25 Februari 2017.

4. Notoatmodjo, Soekidjo. “Pendidikan dan Perilaku Kesehatan”. Jakarta : Rineka Cipta. 2003. 5. Sugiyono. “Statistika untuk Penelitian”. ALFABETA. 2005.

6. Budiarto, E. 2004. Metodologi Penelitian Kedokteran. Jakarta : EGC.

7. Raharjo. “Uji Koefisien Kolerasi Spearman dengan SPSS Lengkap”. 2015.

http://konsistensi.com/2015/02/uji-koefisien-kolerasi-sperman dengan.html diakses pada 29 November 2015

8. Notoadmojo, Soekidjo. “Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku”. Jakarta : PT.Rineka Cipta. 2007.

9. Shobib, Muhammad Nur.“Hubungan Antara Pengetahuan dan Sikap dengan Praktik

Penggunaan APD pada Petani Pengguna Pestisida di Desa Curut Kec. Penawangan Kab. Grobogan”.2013.

10. Peter, J Paul dan Olson, Jerry , Consumer Behavior : Perilaku Konsumen dan Strategi

Pemasaran. Edisi keempat. Erlangga.

11. Riyanto, Dwi Agung. “Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kepatuhan Perawat Dalam

Penggunaan Alat Pelindung Diri di Rumah Sakit Sari Asih Serang Provinsi

Banten”.http://ejournal.stikesborromeus.ac.id/jurnal.pdf. Diakses pada tanggal 17 Juli 2017

12. Maharany Puspaningrum. “Analisa Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Kepatuhan Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) pada Pekerja Bagian Tabung Gas Liquified Petroleum Gas (LPG) tahun 2016”. 2016. https://core.ac.uk. Diakses tanggal 11 Juli 2017. 13. Raodhah, Siti. “Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Penggunaan Alat Pelindung Diri pada

Karyawan Bagian Packer PT.Semen Bosowa Maros tahun 2014”. http://uin-alauddin.ac.id

Diakses pada tanggal 13 Juli 2017.

14. Niven, Niel. “Psikologi Kesehatan” . EGC. Jakarta. 2000.

15. Dona Riska Madyanti."Faktor yang Mempengaruhi Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD)

pada Bidan saat Mlekakukan Pertolongan Persalinana di RSUD Bengkalis tahun 2012".2012. https://lib.ui.ac.id.diakses tanggal 11 Juli 2017.

16. Teguh, Pambudi. “Definisi Tenaga Kesehatan”. 2012. http://sugengmedika.wordpress.com. Diakses pada 11 Juli 2017.

17. Ruhyadi dan Evi Candra. “Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Peilaku Kepatuhan

Penggunaan APD pada Karyawan Bagian Press Shop di PT.Almasindo II Kabupaten

(17)

Referensi

Dokumen terkait

Di jalan SR pada sore hari dengan konsentrasi lebih tinggi, dimana saat pengambilan sampel secara bersamaan suhu lebih tinggi dibanding KR dengan kelembaban

Proses Pembentukan Parameter Karateristik Citra bertujuan untuk menentukan parameter-parameter karateristik citra darah tersebut dan merupakan tahap yang paling

Waktu untuk menempatkan alat bor pada titik yang akan dibor lebih lama, karena ukuran burden tidak sama dengan ukuran spacing dan lubang bor yang akan dibuat

 Pada penguat kelas B dengan umpan balik penguat operasional memiliki linieritas yang lebih baik dari penguat pushpull kelas B biasa karena distorsi. cross-over

Terobosan yang dilakukan di berbagai daerah itu turut mendorong daerah lain untuk melakukan inovasi.Misalnya di Kota Samarinda (Kalimantan Timur), melalui asistensi yang dilakukan

Pengaruh prostaglandin F2α dan Gonadotropin Terhadap aktivitas estrus dan superovulasi dalam rangkaian kegiatan transfer embrio pada Sapi Fries Holland, Bali dan Peranakan

Tergantung dari penggunaan analisa tugas yang diharapkan, struktur yang dibangun dapat berbeda, sebagai contoh, untuk menghasilkan manual perbaikan mobil digunakan taksonomi

Dana alokasi umum yaitu sejumlah dana yang merupakan komponen terbesar dari dana perimbangan yang digunakan untuk pemerataan kemampuan keuangan atas dasar atau ketentuan yang telah