• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II PENANAMAN NILAI-NILAI MORAL ANAK DALAM KELUARGA WIRAUSAHA. kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris dengan education yang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II PENANAMAN NILAI-NILAI MORAL ANAK DALAM KELUARGA WIRAUSAHA. kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris dengan education yang"

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

PENANAMAN NILAI-NILAI MORAL ANAK DALAM KELUARGA WIRAUSAHA

1. Pengertian Pendidikan Moral A. Pengertian Pendidikan

Istilah pendidikan semula berasal dari bahasa Yunani yaitu pedagogie yang berarti bimbingan yang diberikan kepada anak. istilah ini kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris dengan education yang berarti pengembangan atau bimbingan. Dalam bahasa Arab, istilah ini

sering diterjemahkan dengan tarbiyah yang berarti pendidikan.1

Pendidikan sebagai usaha membina dan mengembangkan manusia dari aspek-aspek rohaniyah dan jasmaniyah juga harus berlangsung secara bertahap. Oleh karena itu, suatu kematangan yang bertitik akhir pada optimalisasi perkembangan atau pertumbuhan, dapat dicapai bilamana berlangsung melalui proses demi proses ke arah tujuan akhir perkembangan atau pertumbuhannya.

Akan tetapi, suatu proses yang diinginkan dalam usaha kependidikan adalah proses yang terarah dan bertujuan yaitu

mengarahkan peserta didik (manusia) kepada titik optimal

kemampuannya. Sedangkan tujuan yang bulat dan utuh sebagai manusia

1

(2)

individual dan sosial serta hamba Tuhan yang mengabdikan diri

kepada-Nya.2

Di samping itu, istilah pendidikan dalam pendidikan Islam kadang-kadang disebut al-Ta’lim yang biasanya diterjemahkan dengan pengajaran. Ia kadang-kadang disebut dengan al-Ta’dib yang secara etimologi diterjemahkan dengan perjamuan makan atau pendidikan sopan

santun.3

Pada zaman sekarang, istilah yang populer dipakai orang adalah tarbiyah, karena tarbiyah mencakup keseluruhan kegiatan pendidikan. Ia adalah upaya yang mempersiapkan individu untuk kehidupan yang lebih sempurna, beretika, sistematis dalam berfikir, memiliki ketajaman dalam mengungkapkan bahasa lisan dan tulis, serta memiliki beberapa

ketrampilan.4

Dengan demikian jelaslah bahwa proses kependidikan merupakan rangkaian usaha membimbing, mengarahkan potensi hidup manusia yang berupa kemampuan-kemampuan belajar, sehingga terjadilah perubahan di dalam kehidupan pribadinya sebagai makhluk individual dan sosial serta dalam hubungannya dengan alam sekitar di mana ia hidup. Proses tersebut senantiasa berada di dalam nilai-nilai Islami yaitu nilai-nilai yang melahirkan norma-norma syariah dan akhlaqul karimah.

2M. Arifin, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 2000), hlm. 11. 3Ahmad Yunus, Kamus Arab-Indonesia, (Jakarta: YP3A, 1973), hlm. 149. 4

(3)

B. Pengertian Moral

Majid Fakhry mengatakan moral berasal dari bahasa Latin yakni mores kata jamak dari mos yang berarti adat kebiasaan. Sedangkan dalam bahasa Indonesia moral diartikan dengan susila. Moral adalah tindakan manusia, mana yang baik dan mana yang wajar. Antara etika dan moral memiliki kesamaan. Namun, ada pula perbedaannya, yakni etika lebih banyak bersifat teori, sedangkan moral lebih banyak bersifat praktis. Menurut pandangan ahli filsafat, etika memandang tingkah laku perbuatan manusia secara umum, sedangkan moral secara lokal. Moral menyatakan

ukuran, etika menjelaskan ukuran itu.5

Dalam Kamus Besar bahasa Indonesia, moral diartikan ajaran tentang baik buruk yang diterima umum mengenai perbuatan, sikap, kewajiban, dan lain sebagainya. Pengertian moral juga memiliki

kesetaraan dengan pengertian akhlak, budi pekerti, susila.6

Moral adalah sesuainya tindakan manusia dengan ide-ide umum yang diterima, mana yang wajar yang datang dari Tuhan maupun dari

manusia.7 Moral dalam ajaran Islam merupakan terjemahan dari kata

akhlak yang berarti sifat terpuji yang merupakan pantulan berupa perilaku, ucapan dan sikap yang ditimbulkan oleh seseorang, namun demikian terdapat perbedaan diantara keduanya, yaitu moral dapat diartikan sebagai suatu kebiasaan/kelakuan yang bersumber dari

5Majid Fakhry, Etika dalam Islam, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1996), hlm. 4. 6Depdikbud, Kamus Besar bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1987), hlm. 671. 7Ahmad Ta’rifin dan Yasin Abidin, Demokratisasi dan Paradigma Baru Pendidikan, (Pekalongan: STAIN Press, 2007), hlm. 5.

(4)

nilai masyarakat, sedang akhlak merupakan suatu sikap yang dimiliki oleh

seseorang yang bersumber dari Al-Qur’an dan hadits.8

Dari berbagai penjelasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa istilah moral senantiasa mengacu kepada baik buruknya perbuatan manusia. Moral dijadikan sebagai tolak ukur untuk menetapkan baik tidaknya sikap dan tindakan manusia.

C. Pengertian Pendidikan Moral

Ahmad Ta’rifin dan Yasin Abidin menyatakan bahwa pendidikan moral adalah bimbingan lahir batin secara bulat dan utuh untuk mencapai kesempurnaan kepribadian manusia, yang dapat dimanifestasikan dalam wujud, perangai, kata-kata dan perbuatan untuk dirinya dan untuk orang

lain atas dasar suara hati yang jujur dan benar.9

Lain halnya menurut Abdullah nashih Ulwan menyatakan bahwa pendidikan moral adalah serangkaian prinsip dasar moral dan keutamaan sikap serta watak (tabiat) yang harus dimiliki dan dijadikan kebiasaan oleh anak sejak masa pemula hingga ia menjadi seorang mukallaf, yakni

siap mengarungi lautan kehidupan.10

Jadi pendidikan moral adalah suatu usaha untuk menumbuhkan dan mengembangkan potensi-potensi pembawaan baik jasmani maupun rohani yang sesuai dengan ide-ide umum yang diterima, yang baik dan wajar yang datang dari Tuhan maupun dari manusia.

8Ahmad Amin, Etika (Ilmu Akhlak), (Jakarta: Bulan Bintang, 1995), hlm. 63. 9Ahmad Ta’rifin dan Yasin Abidin, Op. Ci , hlm. 6.

10Abdullah Nashih Ulwan, Pendidikan Anak dalam Islam, (Jakarta: Pustaka Amani, 2002), hlm. 193.

(5)

D. Nilai-nilai dalam Pendidikan Moral

Adapun nilai-nilai dalam pendidikan moral adalah: a. Kepercayaan kepada Tuhan

Keyakinan wujudnya Tuhan sebagai pencipta alam dan mematuhi segala suruhan Nya berlandaskan pegangan agama masing-masing selaras dengan prinsip Rukun Negara.

b. Amanah

Sikap bertanggung jawab yang boleh menimbulkan

kepercayaan dan keyakinan orang lain. c. Harga diri

Keupayaan dan keyakinan diri agar mampu memulia dan menjaga maruah diri dalam kehidupan.

d. Bertanggung jawab

Kesanggupan diri seseorang untuk memikul dan melaksanakan tugas serta kewajiban dengan sempurna.

e. Toleransi

Kesanggupan bertolak unsur, sabar dan mengawal diri bagi mengelakkan berlakunya pertengkaran dan perselisihan faham demi kesejahteraan hidup.

f. Berdikari

Kebolehan dan kesanggupan melakukan sesuatu tanpa bergantung kepada orang lain.

(6)

g. Kerajinan

Usaha yang berterusan penuh dengan semangat ketekunan, kecekalan, kegigihan, dedikasi dan berdaya maju dalam melakukan sesuatu perkara.

h. Kasih sayang

Kepekaan dan perasaan cinta yang mendalam serta berkekalan yang lahir daripada hati yang ikhlas.

i. Keadilan

Tindakan dan keputusan yang seksama serta tidak berat sebelah.

j. Rasional

Boleh berfikir berdasarkan alasan dan bukti yang nyata dan dapat mengambil tindakan berasaskan pertimbangan yang wajar. k. Kesederhanaan

Bersikap tidak keterlaluan dalam membuat pertimbangan dan tindakan sama ada dalam pemikiran, pertuturan atau perlakuan tanpa

mengabaikan kepentingan diri dan orang lain.11

E. Tujuan Pendidikan Moral

Pendidikan moral bertujuan membina terbentuknya perilaku moral yang baik bagi setiap orang, artinya pendidikan moral bukan sekedar memahami tentang aturan benar dan salah atau mengetahui tentang

11 http://panitiapendidikanmoralsmkbj.blogspot.com/2013/01/36-nilai-dalam-pendidikan-moral.html(Diakses tanggal 12 Pebruari 2016).

(7)

ketentuan baik dan buruk tetapi harus benar-benar meningkatkan moral

perilaku seseorang.12

Frankema mengemukakan bahwa tujuan pendidikan moral sebagai berikut:

a. Mengusahakan suatu pemahaman pandangan moral ataupun cara-cara moral dalam mempertimbangkan tindakan-tindakan dan penetapan keputusan apa yang harus dikerjakan.

b. Mambantu mengembangkan kepercayaan beberapa prinsip ilmu yang fundamental.

c. Membantu mengembangkan kepercayaan pada norma-norma konkrit, nilai-nilai, kebaikan-kebaikan.

d. Mengembangkan suatu kecenderungan untuk melakukan sesuatu yang secara moral baik dan benar.

e. Meningkatkan pencapaian refleksi otonom, pengendalian diri atau

kebebasan mental spiritual.13

Abdurrahman Abdullah mengatakan bahwa tujuan dari pendidikan moral ialah untuk menjadikan orang-orang yang baik akhlaknya, keras kemauannya, sopan dalam bicara, perbuatan mulia dalam tingkah laku dan perangai bersikap bijaksana, sempurna, sopan

dan beradab, ikhlas dan suci.14

12Sjarkawi, Pembentukan Kepribadian Anak, (Jakarta: Bumi Aksara, 2008), hlm. 38. 13Ibid, hlm. 49.

14Abdurrahman Abdullah, Aktualisasi Konsep Dasar Pendidikan Islam, (Yogyakarta: UII Press, 2002), hlm. 43.

(8)

Pendidikan moral juga mempunyai tujuan-tujuan lain, diantaranya:

a. Mempersiapkan manusia yang beriman yang selalu beramal shaleh. b. Mempersiapkan manusia beriman dan shaleh yang menjalani

kehidupannya sesuai ajaran Islam.

c. Mempersiapkan manusia beriman dan shaleh yang bisa berinteraksi secara baik dengan sesamanya, baik dengan orang muslim maupun non muslim.

d. Mempersiapkan manusia beriman dan shaleh yang mampu dan mau mengajak orang lain ke jalan Allah, melaksanakan amar ma’ruf nahi mungkar dan berjuang fi sabilillah demi tegaknya agama Islam.

e. Mempersiapkan manusia beriman dan shaleh yang merasa bangga dengan loyalitas kepada agama Islam dan berusaha sekuat tenaga demi tegaknya panji-panji Islam di muka bumi. Atau manusia yang rela mengorbankan harta, kedudukan, waktu, dan jiwanya demi tegaknya

syariat Islam.15

Dengan demikian, tujuan dari pendidikan moral adalah untuk menciptakan manusia sebagai makhluk yang tertinggi dan sempurna, memiliki amal dan tingkah laku yang baik terhadap Tuhan, dan manusia, serta makhluk ciptaan Tuhan, guna mencari kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat.

15Ali Abdul Halim Mahmud, Akhlak Mulia,Terj. At-Tarbiyah Al-Khuluqiyah, (Jakarta: Gema Insani, 2004), hlm. 160.

(9)

F. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Moral.

Ada beberapa faktor yang turut mempengaruhi dan memotivasi seseorang dalam bernoral atau beretika, diantaranya yaitu:

a. Insting (Naluri)

Insting adalah seperangkat tabiat yang dibawa menusia sejak lahir. Insting merupakan kemampuan yang melekat sejak lahir dan dibimbing oleh naluriahnya. Insting yang berarti juga naluri, merupakan dorongan nafsu yang timbul dalam batin untuk melakukan suatu kecenderungan khusus dari jiwa yang dibawa sejak ia dilahirkan. Dalam psikologimenjelaskan Insting (naluri) berfungsi sebagai motivator penggerak yang mendorong lahirnya tingkah laku. Insting merupakan sifat pertama yang membentuk moral. Meskipun insting yang ada pada diri seseorang adalah takdir Tuhan, tapi ia wajib dididik dan dilatih. Dalam ilmu etika, Insting berarti akal pikiran. Para psikologi menjelaskan bahwa Insting berfungsi sebagai motivator penggerak yang mendorong lahirnya tingkah laku.

b. Adat/ Kebiasaan

Adat/ kebiasaan adalah setiap tindakan dan perbuatan seseorang yang dilakukan secara berulang-ulang dalam bentuk yang sama sehingga menjadi kebiasaan. Sebuah adat istiadat yang dilakukan dalam kehidupan sehari-hari selalu melahirkan dampak positif dan dampak negatif, tetapi nilai-nilai adat tersebut tetap berfungsi sebagai pedoman manusia untuk hidup di suatu masyarakat di mana ia tinggal.

(10)

c. Pola dasar bawaan

Pola dasar manusia mewarisi beberapa sifat tertentu dari kedua orang tuanya, bisa mewarisi sifat jasmaniah, juga mewarisi sifat-sifat rohaniahnya. Namun, pengetahuan belum menemukan persentase pasti mengenai ukuran warisan sifat-sifat tersebut. Walaupun seseorang tersebut mewarisi sifat-sifat dari orang tuanya, tetapi ia juga menjaga kepribadiannya dengan beberapa sifat tertentu, yang tidak dicampuri oleh orang tuanya, sifat yang dapat membedakan dengan yang lainnya dalam bentuk warna, perasaan, akal dan akhlaknya. d. Lingkungan

Salah satu aspek yang juga memberikan sumbangan terhadap terbentuknya corak sikap dan tingkah laku seseorang adalah faktor lingkungan di mana ia berada. Manusia walaupun dipengaruhi alam atau lingkungan pergaulan, tetapi ia masih memiliki akal yang dapat dipergunakan untuk menentukan lingkungan yang cocok dan

beradaptasi dengan baik.16

2. Anak dalam Keluarga Wirausaha A. Pengertian Anak

Anak merupakan anugerah Allah SWT yang diberikan kepada manusia. Orang tua dalam mengasuh anak usia dini benar-benar mendapatkan tanggung-jawab yang berat. Usia tersebut merupakan masa kritis perkembangan kemampuan kognitif, kemandirian, koordinasi

16Istighfarotur Rahmaniyah, Pendidikan Etika, (Malang: UIN Maliki Press, 2010), hlm. 97-104.

(11)

motorik, kreativitas, dan yang terpenting adalah sikap optimis dalam menghadapi kehidupan yang nyata.

Anak adalah amanah yang harus dijaga oleh orang tua, agar mereka merawat hak (kepunyaan) Allah SWT dan menjaganya, serta mengarahkan pada syariat dan hukum-hukum-Nya. Maka orang tua wajib memberikan pendidikan yang baik, bimbingan, pendisiplinan, serta pengajaran untuk anaknya. Anak dilahirkan dalam keadaan suci, ia membuka matanya pada kehidupan dunia untuk melihat kedua orang tuanya yang menjaganya dalam segala urusannya. Tanggung Jawab kedua orang tuanya terhadap anaknya sangat berat, karena akan membawa hasil yang penting bagi mereka didunia dan juga diakhirat kelak. Maka wajib bagi orang tua untuk membesarkan anaknya dengan landaan Iman yang sempurna dan akidah yang shahih, memiliki

pengetahuan tentang syari’at dan moral Islami.17

B. Pengertian Keluarga

Keluarga adalah susunan orang-orang yang disatukan oleh ikatan-ikatan perkawinan, darah atau adopsi. Pertalian antara suami dan istri adalah perkawinan dan hubungan antara orang tua dan anak biasanya adalah darah atau kadangkala adopsi.

Anggota-anggota keluarga ditandai dengan hidup bersama dibawah satu atap dan merupakan susunan satu rumah tangga, kadang-kadang seperti masa lampau rumah tangga adalah keluarga luas, meliputi

17Muhammad Zuhaili, Pentingnya Pendidikan Islam Sejak Dini, (Jakarta: A.H Ba’dillah Press, 2002), hlm. 33-34.

(12)

didalamnya empat sampai lima generasi. Sekarang rumah tangga semakin kecil ukurannya, umunya dibatasi oleh suami istri anak atau

dengan satu anak, dua atau tiga anak.18

C. Peranan Keluarga

Keluarga merupakan lembaga pendidikan yang pertama dan utama dalam masyarakat, karena dalam keluargalah manusia dilahirkan, berkembang menjadi dewasa. Bentuk dan isi serta cara-cara pendidikan

di dalam keluarga akan selalu mempengaruhi tumbuh dan

berkembangnya watak, budi pekerti, dan kepribadian tiap-tiap manusia. Keluarga inilah yang akan digunakan oleh anak sebagai dasar untuk mengikuti pendidikan selanjutnya di sekolah.

Tugas dan tanggung jawab orang tua dalam keluarga terhadap pendidikan anak-anaknya lebih bersifat pembentukan watak dan budi pekerti, latihan keterampilan dan pendidikan kesosialan, seperti tolong menolong, bersama-sama menjaga kebersihan rumah, menjaga kesehatan

dan ketenteraman rumah tangga dan sejenisnya.19

Peran keluarga atau orang tua diantaranya sebagai berikut: a. Menciptakan hubungan yang harmonis antara anggota keluarga. b. Menciptakan situasi yang mendukung kegiatan belajar.

c. Memberikan dorongan atau motivasi belajar anak sesuai dengan sifat kepribadiannya.

d. Mengusahakan fasilitas belajar sesuai dengan kemampuannya.

18http://unsilster.com/2012/04/pengertian-keluarga-dan-fungsi-keluarga (Diaksestanggal 14 Pebruari 2016).

19

(13)

e. Membantu anak belajar secara kontinu. f. Memantau kesulitan belajar anak.

g. Memberikan petunjuk pada anak tentang bagaimana cara mencapai cita-cita dan tujuan hidup.

h. Menjalin hubungan dan kerja sama dengan pengaruh dan proses belajar. i. Mendo’akan kepada Allah SWT, agar anaknya menjadi anak yang shaleh,

sukses dalam belajarnya dan sukses dalam hidupnya.

Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa peran ayah dapat menghasilkan kecerdasan intelektual. Sedangkan pendidikan yang diberikan ibu berkaitan dengan kecerdasan emosional.

Selain itu keluarga juga mempunyai tugas dan fungsi diantaranya: 1. Pada dasarnya tugas keluarga ada delapan tugas pokok sebagai berikut:

a. Pemeliharaan fisik keluarga dan para anggotanya.

b. Pemeliharaan sumber-sumber daya yang ada dalam keluarga.

c. Pembagian tugas masing-masing anggotanya sesuai dengan

kedudukannya masing-masing. d. Sosialisasi antar anggota keluarga. e. Pengaturan jumlah anggota keluarga. f. Pemeliharaan ketertiban anggota keluarga.

g. Penempatan anggota-anggota keluarga dalam masyarakat yang lebih luas.

(14)

2. Fungsi yang dijalankan keluarga:

a. Fungsi Pendidikan dilihat dari bagaimana keluarga mendidik dan menyekolahkan anak untuk mempersiapkan kedewasaan dan masa depan anak.

b. Fungsi Sosialisasi anak dilihat dari bagaimana keluarga

mempersiapkan anak menjadi anggota masyarakat yang baik.

c. Fungsi Perlindungan dilihat dari bagaimana keluarga melindungi anak sehingga anggota keluarga merasa terlindungi dan merasa aman. d. Fungsi Perasaan dilihat dari bagaimana keluarga secara intuitif

merasakan perasaan dan suasana anak dan anggota yang lain dalam berkomunikasi dan berinteraksi antar sesama anggota keluarga.

e. Fungsi Agama dilihat dari bagaimana keluarga memperkenalkan dan mengajak anak dan anggota keluarga lain melalui kepala keluarga menanamkan keyakinan yang mengatur kehidupan kini dan kehidupan lain setelah dunia.

f. Fungsi Ekonomi dilihat dari bagaimana kepala keluarga mencari penghasilan, mengatur penghasilan sedemikian rupa sehingga dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan keluarga.

g. Fungsi Rekreatif dilihat dari bagaimana menciptakan suasana yang menyenangkan dalam keluarga, seperti acara nonton TV bersama, bercerita tentang pengalaman masing-masing, dan lainnya.

h. Fungsi Biologis dilihat dari bagaimana keluarga meneruskan keturunan sebagai generasi selanjutnya.

(15)

i. Memberikan kasih sayang, perhatian, dan rasa aman di antara

keluarga, serta membina pendewasaan kepribadian anggota keluarga.20

Lingkungan keluarga adalah tempat anak dilahirkan. Pertama kali anak dilahirkan, ia dalam keadaan lemah. Di sinilah pertama kali ia mengenal nilai dan norma. Pendidikan di lingkungan keluarga berfungsi untuk memberikan dasar dalam menumbuh kembangkan anak sebagai makhluk individu, sosial, susila, religius.

B. Pendidikan Moral dalam Keluarga

Keluarga merupakan kelompok sosial yang memiliki sistem nilai yang dibangun oleh anggotanya. Pada dasarnya keluarga memiliki fungsi yang sangat strategis dalam mengembangkan kualitas hidup manusia.

Keluarga dalam hubungannya dengan anak diidentikkan sebagai tempat atau lembaga pengasuhan yang paling tepat memberi kasih sayang, kegiatan menyusui, efektif dan ekonomis. Di dalam keluargalah kali pertama anak-anak mendapatkan pengalaman dini langsung yang akan digunakan sebagai bekal hidupnya dikemudian hari.

Lingkungan keluarga merupakan suatu tempat di mana anak berinteraksi sosial dengan orang tua yang paling lama, sehingga upaya pencegahan difokuskan pada keluarga kemanusian sekolah.

Fungsi ini untuk mendidik anak mulai dari awal sampai pertumbuhan hingga terbentuk personalitinya. Anak lahir tanpa bekal sosial, agar si anak dapat berpartisipasi maka harus disosialisasi oleh

20Mahmud dkk. Pendidikan Agama Islam dalam Keluarga. (Bandung: Akademi Permata, 2013), hlm. 139-142.

(16)

orang tuanya tentang nilai-nilai yang ada dalam masyarakat. Jadi, dengan kata lain anak-anak harus belajar norma-norma mengenai apa yang senyatanya baik dan tidak layak dalam masyarakat. Berdasarkan hal ini, maka anak-anak harus memperoleh standar tentang nila-nilai apa yang diperbolehkan dan tidak, apa yang baik, yang indah, yang patut, dan sebagainya. Maka harus dapat berkomunikasi dengan anggota mansyarakat lainnya dengan menguasai saran-sarannya.

Dalam keluarga, anak-anak mendapatkan segi-segi utama dari kepribadiannya, tingkah lakunya, tingkah pekertinya, sikapnya, dan reaksi emosionalnya. Karena itulah keluarga merupakan perantara antara masyarakat luas dan individu. Perlu diketahui bahwa kepribadian seseoranng itu diletakkan pada waktu yang sangat muda dan yang berpengaruh besar sekali terhadap kepribadian seseorang adalah

keluarga, khususnya seorang ibu.21

C. Tujuan Pendidikan Moral dalam Keluarga

Secara umum tujuan pendidikan moral dalam keluarga adalah mendidik dan membina anak menjadi manusia dewasa yang memiliki mentalitas dan moralitas yang luhur dan bertanggung jawab baik secara moral, agama, maupun sosial kemasyarakatan. Secara sederhana orang tua menghendaki anak-anaknya menjadi manusia mandiri yang memiliki keinginan yang teguh taat beribadah serta berakhlak mulia dalam pergaulan sehari-hari di tengah masyarakat dan lingkungannya. Maka

21

(17)

singkatnya orang tua menginginkan anak-anaknya menjadi muslim yang sejati.

Tujuan pendidikan tersebut akan dapat tercapai apabila orang tua memposisikan diri sebagai pendidik sejati. Sebab berbagai tingkah laku dan perbuatan orang tua akan menjadi acuan anak-anaknya. Karena manusia pada fase anak-anak senang dengan meniru sesuatu yang dilihatnya. Oleh karena itu, orang tua hendaknya memberikan bimbingan dan asuhan serta suri tauladan yang baik terhadap mereka dalam keluarga. Apabila dibiasakan dengan bimbingan dan asuhan serta suri tauladan yang baik, anak akan tumbuh dan berkembang menjadi manusia yang dewasa yang hidup dalam bingkai kebaikan dan begitu pula

sebaliknya.22

D. Keluarga Wirausaha

a. Pengertian Keluarga Wirausaha

Wirausaha adalah orang yang mempunyai semangat, sikap, perilaku dan kemampuan dalam menangani usaha atau kegiatan yang mengarah pada upaya mencari, menciptakan serta menerapkan cara kerja, teknologi dan produk baru dengan meningkatkan efisiensi dalam rangka memberikan pelayanan yang lebih baik atau memperoleh keuntungan yang lebih besar. Keluarga wirausaha adalah satu keluarga

22

(18)

pengusahayang memiliki semangat, perilaku dan kemampuan dalam

menangani kehidupan ekonomi didalam keluarga tersendiri.23

Menumbuhkan jiwa wirausaha terkait dengan usaha memperbaiki kualitas diri sendiri dan kehidupan rohani, agar kita mampu menjadi personifikasi yang dapat dipercaya dan dihormati karena memiliki standar moral tinggi. Kecakapan berwirausaha itu merupakan salah satu kecakapan hidup, kecakapan memobilisasi sumber daya yang ada di sekitar untuk mencapai tujuan organisasi atau untuk keuntungan ekonomi. Kewirausahaan memiliki ciri-ciri: (1) bersikap dan berpikiran mandiri, (2) memiliki sikap berani menanggung resiko, (3) tidak suka mencari kambing hitam, (4) selalu berusaha menciptakan dan meningkatkan nilai sumber daya, (5) terbuka terhadap umpan balik, (6) selalu ingin perubahan yang lebih baik, (7) tidak pernah merasa puas, terus menerus melakukan inovasi dan improvisasi demi perbaikan selanjutnya, dan (8) memiliki tanggung jawab moral yang baik. Dalam mengembangkan jiwa kewirausahaan, kita juga harus membiasakan diri menciptakan impian, memiliki keyakinan luar biasa, serta ketekunan berusaha. Memupuk kebiasaan berpikir positif dan itu merupakan salah satu kecakapan hidup merupakan hal penting dalam menumbuhkan jiwa kewirausahaan.

(19)

Kegiatan kewirausahaan meliputi adanya peluang, merumuskan ide, membuat produk/jasa, mengatur organisasi/usaha baru, merumuskan visi jangka panjang untuk tujuan masa depan dan mengevaluasi kerja.

Seseorang yang memiliki kemampuan mengeksploitasi peluang wirausaha akan membuat keputusan berbeda dari orang lain pada keadaan dimana informasi dan keahlian sama dan karakter psikologis lebih mempengaruhi kemampuan mengeksploitasi.

Karakteristik psikologi yaitu :

a. Kepribadian: karakter mendasar pada seseorang yang membawa mereka untuk berperilaku dengan cara tertentu.

Ada 3 (tiga) aspek kepribadian, yaitu :

1. Ekstraversi, tipe kepribadian yang minatnya lebih mengarah ke alam luar dan fenomena sosial daripada terhadap dirinya dan pengalamannya sendiri, asertif (sikap dimana seseorang mampu bertindak sesuai keinginannya, membela haknya dan tidak memanfaatkan orang lain), aktif, ambisi, inisiatif dan ekshibisme. 2. Agreeableness / kesepahaman, terkait dengan keramahan,

konformitas sosial, keinginan mempercayai, kerjasama, keinginan memaafkan, toleransi dan fleksibilitas.

3. Risk taking / pengambilanresiko, terkait dengan kemauan dalam kegiatan yang mengandung resiko.

(20)

b. Motivasi, sebagian besar entrepreneur dimotivasi oleh keinginan untuk menentukan nasibnya sendiri. Ada 2 macam kebutuhan yang melandasi motivasi seorang entrepreneur yaitu :

Need of achievement, adanya penentuan tujuan, perencanaan, dan pengumpulan informasi serta kemauan untuk belajar serta kemampuan membawa dan mengimplementasikan ide kepada masyarakat

Need for independence, selain tidak ingin ditentukan oleh orang lain, kebutuhan ini akan memicu seorang entrepreneur untuk menghasilkan produk yang berbeda dengan orang lain dan lebih berani membuat keputusan sendiri dalam mengeksploitasi peluang berwirausaha.

c. Evaluasidiriyaitu kepercayaan seseorang bahwa ia mampu mengendalikan lingkungan sekitarnya.

d. Sifatkognitifyaitu mempengaruhi orang berpikir dan membuat keputusan berwirausaha.

e. Peluangsebagai sebuah kemungkinan untuk memuasakan

kebutuhan pasar melalui sebuah kombinasi sumber-sumber baru yang akan memberikan nilai tambah.

Faktor yang mempengaruhi peluang :

1. Faktor internal, peluang usaha diciptakan dengan kreasi dan inovasi dari pengusaha. Dengan adanya inovasi maka peluang baru bagi pengusaha.

(21)

2. Jaringan sosial, para pengusaha yang mengalami kontak sosial yang berbeda mampu mengidentifikasi lebih banyak peluang-peluang. Jaringan sosial biasanya terdiri dari 4 hal, yaitu : lingkaran dalam (hubungan yang stabil dengan orang-orang terdekat), kumpulan aktivitas (para pekerja/karyawan), partnership ( awal pembentukan anggota-anggota team), ikatan lemah (dengan kenalan dan teman-teman jauh).

f. Minatmerupakan elemen penting dalam melakukan perilaku kewirausahaan. Minat adalah tolak ukur yang mempengaruhi seseorang dalam bertindak. Minat dapat diukur dengan menggunakan : Theory Reasoned Action (TRA), Theory Planned Behavior (TPB), Shapero Entreprenerial Event (SEE) dan Test Empiris.

g. Beranimengambilresikomerupakan salah satu ciri dari seorang wirausaha. Apabila seseorang takut mengambil resiko dalam berusaha maka tidak mungkin orang tersebut berhasil dalam menjalankan usahanya. Seorang wirausaha biasanya dihadapkan pada 3 (tiga ketakutan yaitu pertama takut rugi, memang usaha apapun selalu beresiko untuk rugi tetapi berpeluang untuk untung. Kedua takut terhadap ketidakpastian, terutama dalam penghasilan. Ketiga takut mencoba, sebenarnya takut mencoba tersebut dapat disamakan takut tenggelam. Wirausaha adalah orang yang mengorganisir, mengelola dan berani menanggung resiko untuk

(22)

menciptakan usaha baru dan peluang berusaha. Secara esensi pengertian entrepreneurship adalah suatu sikap mental, pandangan, wawasan serta pola pikir dan pola tindak seseorang terhadap tugas-tugas yang menjadi tanggungjawabnya dan selalu berorientasi kepada pelanggan.

h. Kreatifdaninovatif yaituseorang wirausahawan adalah orang-orang yang memiliki jiwa wirausaha dan mengaplikasikan hakekat kewirausahaan dalam hidupnya. Orang-orang yang memiliki kreativitas dan inovasi yang tinggi dalam hidupnya. Wirausahawan adalah mereka yang melakukan upaya-upaya kreatif dan inovatif dengan jalan mengembangkan ide, dan meramu sumber daya untuk menemukan peluang (opportunity) dan perbaikan (preparation) hidup. Kewirausahaan (entrepreneurship) muncul apabila seseorang individu berani mengembangkan usaha-usaha dan ide-ide barunya. Esensi dari kewirausahaan adalah menciptakan nilai tambah di pasar melalui proses pengkombinasian sumber daya dengan cara-cara baru dan berbeda agar dapat bersaing. Menumbuhkan jiwa kewirausahaan juga harus meningkatkan daya kreatifitas, yaitu mengubah sesuatu yang biasa menjadi komoditas yang bernilai tinggi dan mengguncang pasar. Mengembangkan keterampilan dan ilmu pengetahuan dari buku atau sumber informasi lainnya dan aktif memodifikasi bagian-bagian yang

(23)

diperlukan sangat penting untuk menciptakan terobosan baru untuk produk, iklan, maupun mencari pelanggan.

i. Menumbuhkanpolapikirkewirausahaanyaitumenumbuhkan jiwa

kewirausahaan akan membantu kita menguasai seluruh kemampuan berwirausaha, mulai dari pola pikir, kemampuan, karakter, serta pengetahuan wirausaha itu sendiri. Pendidikan dan pengajaran dianggap kunci untuk meningkatkan pola pikir dan cara pandang kewirausahaan sebagai kunci untuk menumbuhkan kompetensi, pekerjaan dan kepuasan pribadi. Kewirausahaan merujuk pada sebuah kemampuan perorangan yang dapat mengubah ide menjadi kegiatan nyata. Pola pikir kewirausahaan dididik melalui penciptaan iklim sosial kewirausahaan yang lebih menyenangkan, adanya kebijakan yang terpadu dengan tinjauan untuk tidak hanya mengubah pola pikir tetapi juga meningkatkan

keterampilan-keterampilan, menyingkirkan hambatan-hambatan untuk

mengembangkan usaha atau bisnis.

Faktor-faktor yang mempengaruhi wirausaha :

a. Lingkungan keluarga dan masa kecil (pengaruh pekerjaan orangtua).

b. Pendidikan (berpengaruh dalam kelanjutan usaha dan problem solving).24

24

http://daysgreen-days.blogspot.co.id/2011/12/psikologi-kewirausahaan.html(Diakses tanggal 25 Pebruari 2016).

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini menggunakan mikrokontroller Arduino Uno sebagai chip utama. Masukan dari robot yang dibangun berasal dari masukan intensitas cahaya sensor photodioda sebagai

Strok adalah suatu keadaan hilangnya sebagian atau seluruh fungsi neurologis (deficit neurologis fokal atau global) yang terjadi secara

Oleh karena itu, dalam penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan konsentrasi ragi dan lama fermentasi terbaik pada pembuatan kopi bubuk Robusta asal Tulungrejo

Secara matematis daya rata-rata atau daya nyata merupakan perkalian antara tegangan efektif, arus efektif, dan koefisien faktor dayanya.. θ cos eff eff I V P = Daya Reaktif (

Berdasarkan hasil hipotesis statistik, baik secara parsial maupun simultan komitmen organisasional dan kompetensi berpengaruh signifikan terhadap peningkat kinerja

Menurut Prawirosentonodalam penelitian Lijan Sinambela (2017 hal. 481)” Kinerja adalah hasil kerja yang dapat dicapai oleh seseorang atau sekelompok orang dalam suatu

Analisis data penelitian ini menggunakan teknik statistik untuk menunjukkan hasil dari kuesioner pada masing-masing pertanyaan terhadap variabel yang ada didalamnya,

Tapi biasanya apabila ujungnya yang besar atau pangkal dari pohon di pancangkan untuk tujuan maksud tertentu, seperti dalam tanah yang sangat lembek dimana tanah tersebut