• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. telah ditetapkan, serta penyampaian hasil-hasilnya kepada pemakai yang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA. telah ditetapkan, serta penyampaian hasil-hasilnya kepada pemakai yang"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Auditing

Tujuan dari auditing adalah untuk menetapkan tingkat kesesuaian antara pernyataan-pernyataan yang ada dalam laporan keuangan dengan kriteria yang telah ditetapkan, serta penyampaian hasil-hasilnya kepada pemakai yang berkepentingan.

ASOBAC (A Statement of Basic Auditing Concepts) dalam Abdul Halim (2003) melalui Nuratama (2011) mendefinisikan auditing sebagai suatu proses sistematis untuk menghimpun dan mengevaluasi bukti-bukti secara objektif mengenai asersi-asersi tentang berbagai tindakan dan kejadian ekonomi untuk menentukan tingkat kesesuaian antara asersi-asersi tersebut dengan kriteria yang telah ditentukan dan menyampaikan hasilnya kepada para pemakai yang berkepentingan.

Definisi auditing secara umum di atas memiliki unsur-unsur penting berikut (Abdul Halim, 2003 dalam Nuratama (2011)).

1) Proses yang sistematis

Auditing merupakan rangkaian proses dan prosedur yang bersifat logis,

terstruktur, dan terorganisir.

2) Menghimpun dan mengevaluasi bukti secara objektif

Hal ini berarti bahwa proses sistematis yang dilakukan tersebut merupakan proses untuk menghimpun bukti-bukti yang mendasari asersi-asersi yang dibuat oleh

(2)

individu maupun entitas. Auditor kemudian mengevaluasi bukti-bukti yang diperoleh tersebut, baik pada saat penghimpunan maupun saat pengevaluasian bukti, auditor harus objektif.

3) Asersi-asersi mengenai berbagai tindakan dan kejadian ekonomi

Asersi merupakan suatu pernyataan, atau suatu rangkaian pernyataan secara keseluruhan, oleh pihak yang bertanggung jawab atas pernyataan tersebut. Untuk audit laporan keuangan historis, asersi merupakan pernyataan manajemen melalui laporan keuangan sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum.

4) Menentukan tingkat kesesuaian

Hal ini berarti penghimpunan dan pengevaluasian bukti-bukti dimaksudkan untuk menentukan dekat tidaknya atau sesuai tidaknya asersi-asersi tersebut dengan kriteria yang telah ditetapkan. Tingkat kesesuaian tersebut dapat diekspresikan dalam bentuk kuantitatif maupun kualitatif.

5) Kriteria yang ditentukan

Kriteria yang ditentukan merupakan standar-standar pengukur untuk mempertimbangkan asersi-asersi atau representasi-representasi. Kriteria tersebut dapat berupa prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku umum atau Standar Akuntansi Keuangan (SAK), aturan-aturan spesifik yang ditentukan oleh badan legislatif atau pihak lainnya, anggaran atau ukuran lain kinerja manajemen.

6) Menyampaikan hasil-hasilnya

Hal ini berarti hasil-hasil audit dikomunikasikan melalui laporan tertulis yang mengindikasikan tingkat kesesuaian antara asersi-asersi dan kriteria yang telah ditentukan.

(3)

7) Para pemakai yang berkepentingan

Para pemakai yang berkepentingan merupakan para pengambil keputusan yang menggunakan dan mengandalkan temuan-temuan yang diinformasikan melalui laporan audit dan laporan lainnya. Para pemakai tersebut meliputi investor maupun calon investor di pasar modal, pemegang saham, kreditor maupun calon kreditor, badan pemerintahan, manajemen dan publik pada umumnya.

Berdasarkan pengertian di atas disimpulkan bahwa auditing adalah suatu kegiatan atau proses yang memiliki sistematika tertentu yang dilakukan oleh pihak yang independen untuk mengumpulkan bukti-bukti audit kemudian melakukan evaluasi atas bukti tersebut untuk membandingkan pernyataan atas kegiatan ekonomi perusahaan dengan kenyataan kemudian diberikan pendapat atas kewajaran pernyataan tersebut.

2.2 Kantor Akuntan Publik, Akuntan Publik dan Akuntan

Dalam PMK No. 17/PMK.01/2008 dijelaskan Kantor Akuntan Publik (KAP) adalah badan usaha yang telah mendapatkan izin dari Menteri sebagai wadah bagi Akuntan Publik dalam memberikan jasanya. Menurut Undang- Undang Republik Indonesia No. 5 Tahun 2011, Kantor Akuntan Publik, yang selanjutnya disingkat KAP, adalah badan usaha yang didirikan berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan dan mendapatkan izin usaha berdasarkan Undang-Undang ini. Menurut Undang- Undang Republik Indonesia No. 5 Tahun 2011, Akuntan Publik adalah seseorang yang telah memperoleh izin untuk memberikan jasa sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini. Akuntan

(4)

menurut PMK No. 17/PMK.01/2008 adalah seseorang yang berhak menyandang gelar atau sebutan akuntan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Sedangkan Akuntan Publik adalah akuntan yang telah memperoleh izin dari Menteri untuk memberikan jasa sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan ini. Pemerintah Republik Indonesia melalui Peraturan Menteri Keuangan Nomor 17/PMK.01/2008 mengakui IAPI sebagai organisasi profesi akuntan publik yang berwenang melaksanakan ujian sertifikasi akuntan publik, penyusunan dan penerbitan standar profesional dan etika akuntan publik, serta menyelenggarakan program pendidikan berkelanjutan bagi seluruh akuntan publik di Indonesia.

2.3 Kualitas Audit

Widiastuty dan Febrianto (2010 dalam Nuratama (2011) mendefenisikan kualitas audit adalah seberapa sesuai audit denagn standar pengauditan. Dengan kata lain semakin audit dilaksanakan sesuai standar maka audit semakin baik.

Kualitas audit berhubungan erat dengan independensi dan kompetensi auditor. Widiastuty dan Febrianto (2010 dalam Nuratama (2011)) mendefinisikan auditor yang kompeten adalah auditor yang memiliki kemampuan teknologi, memahami dan melaksanakan prosedur audit yang benar serta memahami dan menggunakan metode penyampelan yang benar. Sebaliknya auditor yang independen adalah auditor yang jika menemukan pelanggaran, akan secara independen melaporkan pelanggaran tersebut. Probabilitas auditor akan

(5)

melaporkan adanya pelanggaran atau independensi auditor tergantung pada tingkat kompetensi mereka.

2.3.1 Ukuran Kap

Ukuran KAP menunjukkan kemampuan auditor untuk bersikap independen dan melaksanakan audit secara profesional, sebab KAP menjadi kurang tergantung secara ekonomi kepada klien. KAP besar cenderung memberikan opini kebangkrutan perusahaan klien (Lenox, 1999 dalam Efraim, 2010). KAP berafiliasi dengan KAP internasional dipakai sebagai proksi reputasi KAP.

Sejumlah penelitian telah menguji apakah kualitas audit yang diukur dengan auditor brand name berhubungan positif dengan kualitas audit. Becker et

al. (1998) dan Reynolds and Francis (2000) dalam Efraim (2010) berargumentasi

bahwa auditor berkualitas tinggi (KAP Internasional) dapat mendeteksi manajemen laba sebab mereka memiliki pengetahuan yang cukup dan dapat mencegah tindakan manajemen laba yang oportunis oleh klien

Ukuran KAP dalam penelitian ini diukur dengan kelompok auditor big

four dan nonbig four. Keempat KAP tersebut adalah Ernst & Young, Deloitte

Touche Tohmatsu, KPMG, dan PricewaterhouseCoopers. Pada tahun 2006-2008, empat KAP lokal yang berafiliasi dengan The Big four Auditors adalah sebagai berikut:

(6)

2) KAP Osman Bing Satrio dan Rekan berafiliasi dengan Deloitte Touche Tohmatsu,

3) KAP Siddharta, Siddharta, dan Widjaja berafiliasi dengan KPMG, 4) KAP Haryanto Sahari berafiliasi dengan PricewaterhouseCoopers.

Pada tahun 2009, empat KAP lokal yang berafiliasi dengan The Big Four

Auditors yaitu:

1) KAP Purwantono, Sarwoko, Sandjaja berafiliasi dengan Ernst & Young, 2) KAP Osman Bing Satrio dan Rekan berafiliasi dengan Deloitte Touche Tohmatsu,

3) KAP Siddharta dan Widjaja berafiliasi dengan KPMG,

4) KAP Tanudireja Wibisana & Rekan berafiliasi dengan PricewaterhouseCoopers.

2.3.2 Spesialisasi Industri Audit

Craswell et al. (1995) dalam Mayangsari (2004) menunjukkan bahwa spesialisasi auditor pada bidang tertentu merupakan dimensi lain dari kualitas audit. Spesialisasi industri KAP menggambarkan keahlian dan pengetahuan audit seorang auditor yang merupakan proses yang ekstensif dalam mengaudit industry tertentu (Fernando,2007 dalam Hajiha dan Neda, 2012). Auditor spesialis diyakini mampu mendeteksi kesalahan- kesalahan secara lebih baik, meningkatkan efisiensi dan meningkatkan penilaian tentang kejujuran laporan keuangan. Spesialisasi industri KAP dilihat melalui frekuensi KAP dalam melakukan audit pada perusahaan industri yang sejenis menurut pengelompokan

(7)

industri oleh BEI. Semakin sering KAP melakukan pemeriksaan terhadap perusahaan sejenis, maka KAP tersebut akan spesialis dalam kelompok perusahaan tersebut. Spesialisasi industri KAP dapat diukur dengan besarnya

market share, auditor spesialis memiliki market share lebih dari 20% dari jumlah

klien yang diterima pada industri tertentu (Hajiha dan Neda, 2012). Selain itu, O’reilly dan Reisch (2002) dalam Nuratama (2011) memberikan dua ukuran untuk menentukan suatu KAP dapat dikatakan sebagai auditor spesialis pada industri tertentu, yaitu jika KAP tertentu memiliki pangsa pasar (market share) terbesar dalam tiap industri, atau jika KAP tertentu memiliki jumlah klien yang terbanyak pada industri tertentu.

Pengelompokan perusahaan manufaktur menurut BEI tergabung dalam 19 jenis kelompok usaha, yaitu (1)Food and Beverage, (2)Tobacco Manufaktures,

(3) Textille Mill Products, (4)Apparel and Other Textile Products, (5)Lumber and Wood Products, (6)Paper and Allied Products, (7)Chemical and Allied Products, (8)Adhesive, (9)Plastic and Glass Products, (10)Cement, (11)Metal and Allied Products, (12)Fabricated Metal Products, (13)Stone, Clay, Glass and Concrete Products,(14)Cables, (15)Electronic and Office Equipment, (16)Automotive and Allied Products, (17)Photographic Equipment, (18)Pharmaceuticals, (19)Consumer Goods.

2.3.3 Audit Tenure

Tenur adalah jangka waktu perikatan yang terjalin antara KAP dengan auditee yang sama. Terdapat sejumlah studi yang berusaha menghubungkan

(8)

antara kualitas dengan masa penugasan audit. DeAngelo (1981) dalam Arie (2009) melalui Nuratama (2011) melakukan penelitian terkait dengan kualitas audit berdasarkan teori permintaan dan penawaran kualitas jasa audit. Argumen utamanya adalah permintaan (dan penawaran) kualitas jasa audit dapat terpenuhi dengan semakin panjangnya masa penugasan auditor (auditor tenure), karena auditor dapat terus menggunakan teknologi dan pengetahuan audit yang telah diperoleh selama menjalankan audit pada periode sebelumnya dan memberikan jasa secara konsisten.

Efraim (2010) memandang bahwa tenur audit yang panjang akan mendorong terciptanya pengetahuan bisnis bagi seorang auditor. Pengetahuan ini dapat digunakan untuk merancang program audit yang efektif dan menciptakan laporan keuangan yang berkualitas tinggi. Jika dilihat dari hasil penelitian dan alasan logis yang disampaikan terkait dengan hubungan tenur dan kualitas audit, maka dapat dimunculkan satu proposisi bahwa kualitas audit akan semakin tinggi ketika tenur auditor semakin lama.

Namun, ada pula teori yang mengemukakan hal yang berbeda hal tersebut. Audit tenur yang panjang dapat mengurangi kualitas audit sebab dapat mempengaruhi independensi auditor.

(9)

2.4 Biaya Modal Ekuitas

Martin et al (1997) mendefenisikan biaya modal suatu perusahaan adalah bagian yang harus dikeluarkan perusahaan untuk memberi kepuasaan kepada investor pada tingkat resiko tertentu.

Biaya modal suatu perusahaan dikendalikan oleh permintaan dan penawaran uang dalam perekonomian dan tingkat resiko perusahaan. Faktor-faktor yang menentukan biaya modal antara lain ( Martin et al (1997)) :

1. Keadaan-keadaan umum perekonomian

Faktor ini mentukan permintaan dan penawaran modal dalam perekonomian, seperti inflasi. Variabel perekonomian ini tercermin pada tingkat hasil bebas-resiko.

2. Keadaan-Keadaan Pasar

Jika investor membeli surat berharga yang memiliki resiko investasi yang yang signifikan, kesempatan untuk memperoleh hasil tambahan diperlukan untuk membuat investasi ini menawan. Intinya bila resiko bertambah, para investor memerlukan tingkat hasil yang lebih tinggi. Peningkatan ini disebut premi risiko. Jika para investor meningkatkan tingkat hasil minimumnya, maka akan menyebabkan biaya modal meningkat. Bila sutau surat berharga mudah dipasarkan dan harganya cukup stabil, para investor akan menghendaki tingkat hasil yang lebih rendah dan biaya modal perusahaan tersebut juga akan rendah.

(10)

Risiko juga diakibatkan oleh keputusan-keputusan yang diambil dalam perusahaan. Risiko yang diakibatkan oleh keputusan ini secara umum dibagi menjadi dua jenis: risiko bisnis dan risiko keuangan. Risiko bisnis adalah tingkat variasi hasil dari aktiva-aktiva dan disebabkan oleh keputusan – keputusan investasi perushaan itu. Risiko keuangan adalah meningkatnya variabilitas hasil untuk pemegang saham umum sebagai akibat dari pemanfaatan utang dan saham istimewa. Bila resiko bisnis dan resiko keuangan ini naik atau turun maka tingkat hasil minimum para investor juga akan bergerak dalam arah yang sama.

4. Besarnya pembiayaan

Bila keperluan pembiayaan suatu perusahaan membesar, bobot biaya modal akan meningkat dengan berbagai alasan. Contohnya bila semakin banyak surat berharga yang diterbitkan, biaya-biaya pendirian perusahaan (biaya penjualan surat berharga) akan mempengaruhi persentase biaya dari modal untuk perusahaan. Demikian pula jika manajemen mendekati pasar untuk jumlah modal yang relatif lebih besar daripada ukuran perusahaannya, para investor akan menaikkan required-rate-of-return-nya. Biaya modal terdiri atas biaya modal ekuitas dan biaya modal utang( dan saham preferen).

Biaya modal ekuitas menurut Sjahrial (2009) merupakan tingkat pengembalian yang pemilik modal sendiri harapkan atas investasi mereka dalam perusahaan. Horne dan Wachowicz (2007) mengatakan bahwa modal ekuitas dapat ditingkatkan baik secara internal melalui laba

(11)

Secara teoretis, biaya keduanya bias dianggap sebagai tingkat pengembalian minimum yang harus dihasilkan perusahaan atas bagian yang dibiayai ekuitas dalam proyek investasi agar dapat membuat harga pasar saham biasa perusahaan tidak berubah.

2.4.1 Sumber Biaya Modal Ekuitas

Perusahaan memiliki beberapa sumber dana agar memiliki struktur biaya modal yang optimal. Biaya modal ekuitas dihitung berdasarkan sumber dana jangka panjang yang tersedia bagi perusahaan. Ada 4 sumber dana jangka panjang, yaitu:

1) Hutang jangka panjang adalah biaya hutang setelah pajak saat ini untuk mendapatkan dana jangka panjang melalui pinjaman,

2) Saham preferen adalah deviden saham preferen tahunan dibagi dengan hasil penjualan saham preferen,

3) Saham biasa atau biaya modal ekuitas adalah besarnya rate (tingkat nilai, harga, kecepatan perkembangan) yang digunakan oleh investor untuk mendiskontokan deviden yang diharapkan akan diterima pada masa mendatang. Yang dimaksud dengan diskonto adalah jumlah yang

dikurangkan dari surat-surat berharga karena diperjualbelikan sebelum jatuh tempo, yang diberikan oleh pembeli karena pembayarannya tunai, cepat, dalam jumlah besar, atau akan dijual kembali,

4) laba ditahan adalah laba yang tidak dibagikan, tetapi ditambahkan pada modal.

Ukuran perusahaan merupakan ukuran ketersediaan informasi.

(12)

tentang perusahaan sulit didapatkan dan biasanya informasi lebih tersedia pada perusahaan besar dibandingkan perusahaan yang lebih kecil (Murni, 2004).

2.4.2 Pengukuran Biaya Modal Ekuitas

Pengukuran biaya modal saham biasa (biaya modal ekuitas) dipengaruhi oleh model penilaian perusahaan yang digunakan. Model penilaian perusahaan antara lain (Wiwik Utami, 2006) :

1. Model penilaian pertumbuhan konstan (constant growth valuation

model). Model ini dikenal dengan sebutan Gordon Model. Dasar

pemikiran yang digunakan adalah bahwa nilai saham dengan nilai tunai (present value) dari semua deviden yang akan diterima di masa yang akan datang (diasumsikan pada tingkat pertumbuhan konstan) dalam waktu yang tidak terbatas.

2.. Capital Asset Pricing Model (CAPM)

Biaya modal saham biasa adalah tingkat return yang diharapkan oleh investor sebagai kompensasi atas risiko yang tidak dapat dideversifikasi yang diukur dengan beta.

3. Model Ohlson

Model ini digunakan untuk mengestimasi nilai perusahaan dengan mendasarkan pada nilai buku ekuitas ditambah dengan nilai tunai dari laba abnormal.

(13)

Dalam penelitian ini biaya modal ekuitas diukur dengan

EearningPrice Ratio (EPR). Rasio ini digunakan karena merupakan rasio

yang paling populer digunakan dalam mengestimasi tingkat pengembalian dalam pasar ekuitas dan merupakan pengukuran yang secara luas diterapkan (Easton,2004 dalam Li et al., 2009). EPR lebih dapat menangkap efek harga yang ditimbulkan oleh kualitas audit dengan indikasi seberapa banyak investor bersedia membayar untuk setiap dolar laba yang diaudit (FLOS, 2005).

Sesuai dengan francis et al. (2005) dan Liu dan Wysocki (2008 dalam Li et al. ,2009), hanya perusahaan dengan laba yang positif yang diteliti sebab adanya kesulitan dalam menginterpretasikan Earning Price Ratio yang negatif dalam kaitannya dengan biaya modal ekuitas.

2.5 Ukuran Perusahaan

Menurut Sudarmadji dan Sularto (2007), ukuran perusahan dapat dinyatakan dalam total aktiva, penjualan dan kapitalisasi pasar. Semakin besar total aktiva, penjualan dan kapitalisasi pasar maka semakin besar pula ukuran perusahaan. Semakin besar aktiva ( total aset) maka semakin banyak modal yang ditanamkan, semakin banyak penjualan sehingga semakin banyak perputaran uang, sehingga semakin besar kapitalisasi pasar maka semakin dikenal pula perusahaan tersemut di masyarakat.

(14)

2.6 Leverage (Debt to Total Asset)

Leverage merupakan pengukur besarnya aktiva yang dibiayai oleh hutang. Hutang yang digunakan untuk membiayai aktiva berasal dari kreditor, bukan dari pemegang saham ataupun investor (Sudarmadji dan Sularto (2007). Debt to total asset menunjukkan berapa bagian dari aktiva yang digunakan untuk menjamin hutang.

2.7 Kerangka Konseptual

Dilihat dari sudut pandang perusahaan, biaya modal merupakan biaya yang harus dikeluarkan oleh perusahaan kepada investornya, meskipun biaya modal tidak tercantum dalam laporan keuangan. Di sisi investor, biaya modal merupakan tingkat pengembalian yang diharapkan oleh investor atas investasinya pada tingkat resiko tertentu.

Biaya modal perusahaan dipengaruhi oleh tingkat resiko investasi. Semakin tinggi resiko dari suatu investasi maka return yang diharapkan oleh investor akan semakin besar pula.

Seorang investor sebelum menanamkan modalnya dalam suatu perusahaan, maka ia akan menilai perusahaan tersebut dan menilai kelayakan investasinya. Salah satu indikator yang dapat dinilai oleh investor adalah kinerja perusahaan melalui laporan keuangan yang diaudit oleh auditor independen.

Audit yang berkualitas akan memberikan pengungkapan yang lebih baik mengenai laporan keuangan. Hal ini akan mengurangi terdistorsinya informasi. Lambert et al (2007 dalam Hajiha dan Neda, 2012) mengatakan

(15)

bahwa informasi yang lebih baik akan membuat biaya modal semakin rendah sebab kesempatan investasi sejalan dengan pilihan investasinya. Karena itulah, sejak perusahaan mencari keputusan biaya modal ekuitas mereka dalam rangka meningkatkan nilai perusaaan dan kesejahteraan pemegang saham, mereka dapat mencapai tujuan ini dengan menyediakan laporan keuangan yang kualitatif (Lambert et al, 2007 dalam Hajiha dan Neda, 2012).

Chen et al (2010 dalam Hajiha dan Neda, 2012) mengatakan bahwa kualitas audit yang tinggi akan akan mengurangi resiko informasi yang tak terlihat, dapat diartikan sebagai keuntungan yang terlihat dalam bentuk biaya modal perusahaan yang lebih rendah.

Indikator-indikator dari kualitas audit dapat beraneka ragam. Dalam penelitian ini digunakan ukuran Kantor Akuntan Publik (KAP), spesialisasi industri audit, dan masa jabatan auditor (audit tenur).

Dari pandangan auditor, ukuran kantor KAP adalah salah satu hal yang mempengaruhi kualitas audit (Hajiha dan Neda, 2012). DeAngelo (1981 dalam Hajiha dan Neda, 2012) mengindikasikan bahwa auditor yang besar akan menyediakan jasa kualitas audit yang lebih tinggi pada klien dibandingkan dengan auditor yang kecil karena ketergantungan ekonomi auditor lebih kecil pada auditor yang besar, dan auditor besar memiliki resiko kehilangan reputasi yang lebih besar dalam hal kegagalan audit dibandingkan auditor kecil.

Perusahaan yang menggunakan KAP besar memiliki biaya modal yang lebih rendah dibanding yang tidak (Hajiha dan Neda, 2012).

(16)

Auditor dengan keahlian pada industri tertentu dipandang menyediakan kualitas audit yang lebih tinggi karena mereka memiliki pengetahuan yang lebih banyak tentang industri tersebut dan mengaudit dengan lebih efektif untuk mengembangkan skala ekonomi (Hajiha dan Neda, 2012)

Efraim (2010) memandang bahwa tenur audit yang panjang akan mendorong terciptanya pengetahuan bisnis bagi seorang auditor. Pengetahuan ini dapat digunakan untuk merancang program audit yang efektif dan menciptakan laporan keuangan yang berkualitas tinggi.

Perusahaan yang mempertahankan hubungannya dengan KAP yang sama selama empat tahun berturut-turut memiliki biaya modal ekuitas yang lebih rendah (Hajiha dan Neda, 2012).

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual Penelitian

Pada gambar 2.1 dapat dilihat kerangka konseptual penelitian yang menggambarkan tujuan penelitian ini adalah untuk melihat hubungan antara ukuran perusahaan audit, spesialisasi industri auditor dan masa jabatan auditor (audit tenure) sebagai indikator dari kualitas audit dengan

Earning Price Ratio sebagai proksi dari biaya modal ekuitas. Ukuran Perusahaan Audit

Spesialisasi Industri Audit

Masa Jabatan Auditor

(17)

2.8 Penelitian Terdahulu

1. Audit Quality and Cost of Equity Capital: Evidence of Iran (Zohreh Hajiha dan Neda Sobhani (2012)).

Hasil :

Ada pengaruh yang signifikan antara ukuran KAP dengan biaya modal ekuitas. Artinya perusahaan yang menggunakan jasa KAP berukuran besar ( dalam konteks di Iran) memiliki biaya modal ekuitas yang lebih rendah dibanding yang tidak, sebab KAP besar menginginkan lebih lagi kepercayaan di masyarakat.

Ada pengaruh signifikan antara spesialisasi industri audit dengan biaya modal ekuitas. Artinya perusahaan yang menggunakan jasa auditor yang ahli pada suatu industri tertentu akan memiliki biaya modal ekuitas yang lebih kecil. Mereka memiliki kualitas audit yang lebih baik sebab memiliki pengetahuan yang lebih baik dalam suatu industri dan dapat mengaudit secara lebih efisien.

Ada pengaruh signifikan antara audit tenur dengan biaya modal ekuitas. 2. Accounting Information, Disclosure, and the Cost of Capital (Richard

Lambert, Christian Leuz, Robert E. Verrecchia (2005))

Hasil : informasi akuntansi dapat membuat biaya modal ekuitas lebih rendah.

3. Audit Firm Industry Specialization as a Differentiation Strategy: Evidence from Fees

(18)

Charged to Firms Going Public (Brian W. Mayhew, Michael Wilkins (2002)).

4. Audit Quality, Accounting Attributes and the Cost of Equity Capital (Yang Li, Donald Stokes, Stephen Taylor, Leon Wong (2009)).

Hasil penelitian mengindikasikan kualitas auditing yang lebih tinggi, pendapatan yang terbentuk dari akrual lebih besar dipercaya memiliki resiko yang lebih rendah akan menghasilkan arus kas masa depan yang lebih tinggi, yang membuat biaya modal ekuitas lebih rendah.

5. Disclosure and The Cost of Capital: What Do We Know? (Christine A. Botosan). Hasilnya menunjukkan lingkungan informasi dan pilihan laporan keuamngan manajer mempengaruhi biaya modal ekuitas.

2.9 Hipotesis

Hipotesis yang dikemukan atas penelitian adalah sebagai berikut:

1. Ada hubungan signifikan ukuran Kantor Akuntan Publik dengan biaya modal ekuitas.

2. Ada hubungan signifikan spesifikasi industri audit dengan biaya modal ekuitas.

3. Ada hubungan signifikan audit tenur dengan biaya modal ekuitas. 4. Ukuran Kantor Akuntan Publik, spesifikasi industri audit, audit tenur

secara simultan memiliki hubungan yang signifikan terhadap biaya modal ekuitas.

Gambar

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual Penelitian

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan motif alel gen sd1 dari hasil analisis sekuen, 30 galur F 2 tersebut dapat dikelompokkan menjadi tiga kategori dengan konstitusi genetik gen sd1 yang

Dalam rangka menjamin pasien memperoleh pelayanan asuhan keperawatan berkualitas, maka perawat sebagai pemberi pelayanan harus bermutu, kompeten, etis

Berdasarkan informasi, fenomena, dan permasalahan yang terjadi penulis tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul, ” Pengaruh Iklan dan Atribut Produk

Puji dan syukur panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa, kelimpahan rahmat dan karunia Nya sehingga dapat menyelesaukan tesis tentang “ Pengaruh Kompensasi dan

Masyarakat yang membeli atau membangun jineng yang sama sekali tak ada kaitannya dengan budaya pertanian, lebih-lebih yang berkonteks sakral, menjadikan jineng sebagai

c. Mahasiswa dan Lulusan: 1) Secara kuantitatif, jumlah mahasiswa baru yang diterima Prodi PAI relatif stabil dan di atas rata-rata dibandingkan dengan jumlah

Pada diatas, dapat dilihat bahwa hasil fermentasi cincalok udang rebon yang dibuat dengan metode Backslopping berpengaruh nyata terhadap nilai kadar air, abu,

Dan semakin menunjukkan bahwa dalam hal penangguhan upah, DiJjen Binawas KetenagakeJjaan lebih memihak kepada pengusaha, hal tersebut dapat dibuktikan dengan adanya