• Tidak ada hasil yang ditemukan

STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA KERAJINAN TANGAN ANYAMAN BAMBU (LAMBAR) DI DESA TANJUNGSARI KECAMATAN PETANAHAN KABUPATEN KEBUMEN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA KERAJINAN TANGAN ANYAMAN BAMBU (LAMBAR) DI DESA TANJUNGSARI KECAMATAN PETANAHAN KABUPATEN KEBUMEN"

Copied!
121
0
0

Teks penuh

(1)

i

SKRIPSI

Disusun Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian

S

Oleh : Trimoyo NIM:112310015

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOREJO

2016

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

vi

Kabupaten Kebumen”. Skripsi, Program Studi Agribisnis. Fakultas Pertanian, Universitas Muhammadiyah Purworejo. 2016.

Penelitian ini bertujuan untuk: 1) mengetahui kelayakan usaha industri anyaman bambu (lambar) di Desa Tanjungsari Kecamatan Petanahan Kabupaten Kebumen; 2) mengetahui faktor internal kekuatan dan kelemahan apa saja yang berpengaruh terhadap tumbuh berkembangnya produksi anyaman bambu (lambar) di Desa Tanjungsari Kecamatan Petanahan Kabupaten Kebumen; 3) mengetahui faktor eksternal peluang dan ancaman apa saja yang berpengaruh terhadap tumbuh berkembangnya produksi anyaman bambu (lambar) di Desa Tanjungsari Kecamatan Petanahan Kabupaten Kebumen dan 4) mengetahui alternatif strategi pengembangan produksi anyaman bambu (lambar) di Desa Tanjungsari Kecamatan Petanahan Kabupaten Kebumen.

Metode analisis data yang dipergunakan oleh peneliti adalah menggunakan anilisis usaha untuk mengetahui besarnya biaya, penerimaan, keuntungan usaha, kelayakan usaha dan menggunakan analisis SWOT untuk mengetahui faktor internal dan eksternal yang mempengaruhi tumbuh kembangnya industri rumah tangga kerajinan anyaman bambu (lambar) serta alternatif strategi yang dapat digunakan.

Hasil analisis penelitian ini diketahui rata-rata biaya yang dikeluarkan sebesar Rp 1.318.355,27, penerimaan sebesar Rp 1.574.416,67, keuntungan usaha sebesar Rp 257.680,74 serta kelayakan usaha yaitu dengan nilai R/C ratio 1,20. Hasil analisis faktor internal yang menjadi kekuatan terbesar adalah keuangan menggunakan milik sendiri dan kelemahan terbesar adalah peralatan masih tradisional. Faktor eksternal yang menjadi peluang terbesar adalah bambu apus mudah diperoleh dan ancaman terbesar adalah kenaikan harga bambu apus. Alternatif strategi yang dapat diterapkan pada industri rumah tangga kerajinan tangan anyaman bambu (lambar) adalah menambah ukuran produk anyaman bambu (lambar), melakukan manajemen produksi, melakukan pinjaman ke lembaga keuangan dan menggunakan peralatan yang lebih modern.

(7)

vii

Kebumen” Thesis. Agribusiness Program Study. Faculty of Agriculture. Muhammadiyah University of Purworejo. 2016.

The research aims: 1) to know the advisability of bamboo cane work (lambar) industry in Tanjungsari Village of Petanahan Subdistrict of Kebumen; 2) to know the strenght and weakness of internal factor affecting the growth and development production of bamboo cane work (lambar) in Tanjungsari Village of Petanahan Subdistrict of Kebumen; 3) to know eksternal factor of opportunity and threat affecting the growth and development production of bamboo cane work (lambar) in Tanjungsari Village of Petanahan Subdistrict of Kebumen dan 4) to know alternative development strategy of bamboo cane work (lambar) production in Tanjungsari Village of Petanahan Subdistrict of Kebumen.

Data analysis method used in this study are industry analysis to know the cost, income, profit, business advisability, and SWOT analysis to know the internal and external factors affecting the growth and development of bamboo cane work (lambar) handicraft also the alternative strategy can be used.

The result of this study are the cost average used is Rp 1.318.355,27, the income is Rp 1.574.416,67, the profit is Rp 257.680,74, and the business advisability with the value of R/C ratio is 1,20. The result of internal factor analysis becoming the biggest strength is the financial used here is using own money and the biggest weakness is the equipments are still in traditional method. The external factor becoming the biggest opportunity is apus bamboo is easy to get and the biggest threat is the rise of bamboo price. The alternative strategy can be used in of bamboo cane work (lambar) handicraft home industry is increasing the size of the product, commiting the production management, taking a loan from financial institutions and using modern equipments.

(8)

viii

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

PERNYATAAN ... iv

PRAKATA ... v

ABSTRAK ... vi

ABSTRACT ... vii

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1 B. Identifikasai Masalah ... 4 C. Batasan Masalah ... 6 D. Rumusan Masalah ... 7 E. Tujuan Penelitian ... 8 F. Manfaat Penelitian ... 8

BAB II KAJIAN TEORI, TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN A. Kajian Teori ... 9

B. Tinjauan Pustaka ... 21

C. Kerangka pemikiran ... 29

BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian... 33

B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 33

C. Populasi dan Sampel ... 34

D. Variabel Penelitian ... 37

E. Definisi Operasional ... 38

F. Teknik Pengumpulan Data ... 40

G. Instrumen Penelitian ... 41

H. Analisis Data ... 42

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Desa ... 52

B. Analisis Data ... 57

(9)

ix

(10)

x

Tabel 1 Jumlah Pengrajin Anyaman Bambu (lambar) di Kabupaten

Kebumen ... 2

Tabel 2 Jumlah Pengrajin Anyaman Bambu (lambar) di Kecamatan Petanahan ... 3

Tabel 3 Persamaan dan Perbedaan Penelitian Sekarang Dengan Penelitian Terdahulu ... 25

Tabel 4 Waktu Penelitian ... 34

Tabel 5 Matrik IFAS ... 44

Tabel 6 Matrik EFAS ... 46

Tabel 7 Internal-Eksternal Matrik (IE) ... 46

Tabel 8 Penentuan Bobot IFAS dan EFAS ... 48

Tabel 9 Matrik SWOT ... 50

Tabel 10 Luas Tanah Berdasarkan Penggunaan ... 53

Tabel 11 Jumlah Penduduk Desa Tanjungsari Berdasarkan Jenis Kelamin .... 54

Tabel 12 Jumlah Penduduk Desa Tanjungsari Berdasarkan Usia ... 54

Tabel 13 Mata Pencaharian Penduduk di Desa Tanjungsari ... 55

Tabel 14 Riwayat Pendidikan Penduduk di Desa Tanjungsari ... 56

Tabel 15 Umur Responden Pengrajin Anyaman Bambu (lambar) di Desa Tanjungsari ... 60

Tabel 16 Tingkat Pendidikan Responden Pengrajin Anyaman Bambu (lambar) di Desa Tanjungsari ... 61

Tabel 17 Jenis Kelamin Responden Pengrajin Anyaman Bambu (lambar) di Desa Tanjungsari ... 62

(11)

xi

Tabel 20 Umur Responden Informan Pendukung ... 65

Tabel 21 Pendidikan Responden Informan Pendukung ... 66

Tabel 22 Rata-Rata Biaya Eksplisit Periode Bulan Desember 2015 Usaha Kerajinan Anyaman Bambu (Lambar) di Desa Tanjungsari ... 68

Tabel 23 Rincian Rata-Rata Biaya Implisit Periode Bulan Desember 2015 Kerajinan Anyaman Bambu (Lambar) di Desa Tanjungsari ... 69

Tabel 24 Rincian Rata-Rata Biaya Total Periode Bulan Desember 2015 Kerajinan Anyaman Bambu (Lambar) di Desa Tanjungsari ... 69

Tabel 25 Rata-Rata Penerimaan Periode Bulan Desember 2015 Kerajinan Anyaman Bambu (Lambar) di Desa Tanjungsari ... 70

Tabel 26 Rata-Rata Pendapatan Periode Bulan Desember 2015 Kerajinan Anyaman Bambu (Lambar) di Desa Tanjungsari ... 71

Tabel 27 Rata-Rata Keuntungan Periode Bulan Desember 2015 Kerajinan Anyaman Bambu (Lambar) di Desa Tanjungsari ... 72

Tabel 28 Perhitungan R/C Ratio Kelayakan Usaha Kerajinan Anyaman Bambu (Lambar) di Desa Tanjungsari ... 72

Tabel 29 Matrik IFAS ... 74

Tabel 30 Matrik EFAS ... 76

Tabel 31 Matrik Internal-Eksternal (IE) ... 78

(12)

xii

Gambar 1 Diagram Analisis Swot ... 17 Gambar 2 Kerangka Pemikiran ... 29

(13)

xiii

Lampiran 2. Identitas Pengrajin Anyaman Bambu (Lambar)

Lampiran 3. Penyusutan Alat Pengrajin Anyaman Bambu (Lambar) Gergaji Lampiran 4. Penyusutan Alat Pengrajin Anyaman Bambu (Lambar) Pisau Lampiran 5. Penyusutan Alat Pengrajin Anyaman Bambu (Lambar) Landasan

Anyaman

Lampiran 6. Penyusutan Alat Pengrajin Anyaman Bambu (Lambar) Sabit Lampiran 7. Penyusutan Alat Pengrajin Anyaman Bambu (Lambar) Alat

Transportasi (Sepeda)

Lampiran 8. Biaya Pajak Tempat Produksi Lampiran 9. Biaya Bahan Baku

Lampiran 10. Rincian Pengeluaran Biaya Implisit Periode Bulan Desember 2015 Lampiran 11. Pengguana Biaya Eksplisit, Biaya Implisit Dan Biaya Total Periode

Bulan Desember 2015

Lampiran 12. Penerimaan Usaha Kerajinan Anyaman Bambu (Lambar) Di Desa Tanjungsari Selama Periode Bulan Desember 2015

Lampiran 13. Pendapatan Usaha Kerajinan Anyaman Bambu (Lambar) Di Desa Tanjungsari Selama Periode Bulan Desember 2015

Lampiran 14. Keuntungan Usaha Kerajianan Anyaman Bambu (Lambar) Di Desa Tanjungsari Selama Periode Bulan Desember 2015

Lampiran 15. Foto-Foto Dokumentasi Alat Dan Kegiatan Proses Produksi Kerajianan Anyaman Bambu (Lambar) di Desa Tanjungsari Lampiran 16. Kartu Bimbingan Skripsi

(14)

1

Indonesia merupakan negara yang beriklim tropis dan banyak ditumbuhi tanaman bambu. Tanaman bambu merupakan tanaman yang dapat tumbuh di daerah beriklim panas ataupun dingin. Bagian tanaman bambu biasa dipergunakan untuk beberapa macam keperluan. Tanaman bambu juga sebagai tanaman yang berjasa untuk menyimpan air di hutan, kebun dan tebing-tebing sungai. Batangnya dipergunakan untuk bangunan, pagar, perabot, kerajinan tangan dan alat musik (Soedjono, 1991:12).

Jenis tanaman bambu yang tumbuh di Indonesia antara lain bambu apus, bambu petung, bambu duri, bambu wulung dan bambu tutul. Pemanfaatan tanaman bambu yang kurang maksimal menjadikan peluang bagi warga masyarakat untuk memanfaatkanya.

Bambu apus merupakan bambu yang dimanfaatkan sebagai bahan baku anyaman bambu. Usaha kerajinan tangan anyaman bambu (lambar) cukup banyak dilakukan oleh masyarakat di Kabupaten Kebumen. Anyaman bambu (lambar) merupakan barang setengah jadi sebagai bahan baku dalam pembuatan caping. Jumlah pengrajin anyaman bambu (lambar) yang ada di Kabupaten Kebumen dapat dilihat pada Tabel 1.

(15)

Tabel 1

Jumlah Pengrajin Anyaman Bambu (lambar) di Kabupaten Kebumen

No Kecamatan Jumlah Pengrajin

1 Adimulyo 57 2 Alian - 3 Ambal - 4 Ayah - 5 Bonorowo - 6 Buayan - 7 Buluspesantren - 8 Gombong - 9 Karanganyar - 10 Karanggayam - 11 Karangsambung - 12 Kebumen - 13 Klirong 216 14 Kutowinangun - 15 Kuwarasan - 16 Mirit - 17 Padureso - 18 Pejagoan - 19 Petanahan 1145 20 Poncowarno - 21 Prembun - 22 Puring 23 23 Rowokele - 24 Sadang - 25 Sempor - 26 Sruweng - Total 1441

Sumber : Dinas Koperasi dan Usaha Mikro Kecil Menengah Kabupaten Kebumen (2014).

Berdasarkan data Dinas Koperasi dan Usaha Mikro Kecil Menengah Kabupaten Kebumen 2014, terdapat empat kecamatan yang warganya menjadi pengrajin anyaman bambu (lambar) yaitu Kecamatan Adimulyo, Klirong, Petanahan, dan Puring. Kecamatan Petanahan memiliki pengrajin anyaman bambu (lambar) terbanyak yang berjumlah 1.145 orang. Kecamatan Puring memiliki pengrajin anyaman bambu

(16)

(lambar) terendah yaitu sebanyak 23 pengrajin. Jumlah pengrajin anyaman bambu (lambar) di Kecamatan Petanahan dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2

Jumlah Pengrajin Anyaman Bambu (lambar) di Kecamatan Petanahan

No Desa Jumlah Pengrajin (orang)

1 Ampelsari - 2 Banjarwinangun - 3 Grogolbeningsari 87 4 Grogolpenatus 64 5 Grujugan - 6 Jagamertan 163 7 Jatimulyo - 8 Karangduwur - 9 Karanggadung - 10 Karangrejo - 11 Kebonsari 82 12 Kritig 213 13 Kewangunan - 14 Munggu - 15 Nampudadi 122 16 Petanahan - 17 Pondourip - 18 Sidomulyo 57 19 Tanjungsari 357 20 Tegalretno - 21 Tresnorejo - Jumlah 1145

Sumber : Dinas Koperasi dan Usaha Mikro Kecil Menengah Kabupaten Kebumen (2014).

Berdasarkan data Dinas Koperasi dan Usaha Mikro Kecil Menengah Kabupaten Kebumen 2014 Desa Tanjungsari memiliki pengrajin anyaman bambu (lambar) terbanyak di wilayah Kecamatan Petanahan yaitu sebanyak 357 jumlah pengrajin. Kerajinan tangan anyaman bambu (lambar) biasanya dilakukan untuk menambah pendapatan keluarga. Usaha ini tidak memerlukan keterampilan khusus sehingga dipilih petani sebagai sumber pendapatan diluar usahataninya.

(17)

Berkembangnya teknologi diharapkan dapat meningkatkan produksi anyaman bambu (lambar) terhadap usaha anyaman bambu (lambar). Adanya teknologi modern seperti alat pengering iratan dan alat pembelah bambu diharapkan bisa membantu pengrajin dalam meningkatkan hasil produksi. Pemenuhan peralatan yang modern membutuhkan modal yang besar sehingga pengrajin memerlukan tambahan modal yang dapat diperoleh dari lembaga keuangan baik dari lembaga keuangan pemerintah maupun swasta.

Produksi lambar dapat dilakukan secara kontinue akan tetapi hasilnya belum bisa mencukupi permintaan pasar. Strategi pengembangan usaha anyaman bambu (lambar) perlu dilakukan untuk memenuhi kebutuhan pasar akan permintaan anyaman bambu (lambar). Belum bisa tercukupinya permintaan anyaman bambu (lambar) sebagai bahan setengah jadi pembuatan caping disebabkan oleh faktor internal dan faktor eksternal dalam usaha anyaman bambu (lambar), karena itu peneliti tertarik untuk meneliti hal tersebut.

B. Identifikasi Masalah

Kerajinan tangan anyaman bambu (lambar) merupakan salah satu usaha yang kemungkinan layak untuk dikembangkan, karena merupakan salah satu cabang usaha off farm yang dapat digunakan untuk mendorong pembangunan ekonomi pedesaan dan meningkatkan taraf hidup masyarakat khususnya pelaku usaha anyaman bambu (lambar). Kerajinan tangan anyaman bambu (lambar) ini banyak terdapat di Desa Tanjungsari

(18)

Kecamatan Petanahan Kabupaten Kebumen. Peluang untuk pengembangan kerajinan tangan anyaman bambu (lambar) di desa tersebut masih terbuka luas. Hal ini karena bahan bakunya tersedia melimpah dan merupakan salah satu sumber pendapatan keluarga.

Kenyataannya dalam perkembangan usaha kerajinan tangan anyaman bambu (lambar) di Desa Tanjungsari masih memiliki berbagai kendala dan masalah. Kendala dan masalah yang dihadapi seperti peralatan yang masih tradisional sehingga proses produksi membutuhkan waktu yang lama. Kendala yang lainnya yaitu minimnya modal usaha sehingga perlu adanya pinjaman modal dari lembaga keuangan.

Strategi pengembangan kerajinan tangan anyaman bambu (lambar) diperlukan untuk menganalisis apa yang menjadi faktor kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman agar usaha kerajinan tangan anyaman bambu (lambar) tersebut dapat berkembang dengan baik.

Faktor-faktor yang menghambat proses produksi anyaman bambu (lambar) terdiri dari faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal kekuatan seperti keuangan menggunakan milik sendiri, SDM yang terampil, bambu apus melimpah, produk ramah lingkungan dan kontinuitas hasil produk lambar. Faktor internal kelemahan untuk peningkatan jumlah produksi, minimnya modal untuk membeli alat yang lebih modern, peralatan masih tradisional, penjualan lambar mengikuti hari pasar di pasar Gamblok, belum mampu mengelola keuangan dengan baik dan belum adanya variasi bentuk produk. Faktor eksternal peluang

(19)

seperti lambar selalu terjual, bambu apus mudah diperoleh, adanya lembaga keuangan yang bersedia memberikan pinjaman, adanya permintaan lambar yang lebih lebar dan ada peralatan yang lebih modern. Faktor eksternal ancaman seperti angin besar yang dapat merusak batang bambu, cuaca mendung menghalangi proses penjemuran, kenaikan harga bambu apus, perubahan gaya hidup masyarakat dan regenerasi tenaga menganyam produktif sulit.

Mengatasi faktor-faktor yang menghambat proses produksi maka dibutuhkan strategi pengembangan usaha kerajinan tangan anyaman bambu (lambar) yang harus disesuaikan dengan permasalahan pada usaha tersebut. Strategi pengembangan akan berpengaruh dalam mengatasi masalah dan kendala yang ada pada usaha kerajinan tangan anyaman bambu (lambar) di Desa Tanjungsari Kecamatan Petanahan Kabupaten Kebumen.

C. Batasan Masalah

1. Batasan

a. Jenis anyaman bambu (lambar) yang diteliti adalah semua jenis anyaman bambu (lambar) halus dan kasar yang digunakan sebagai bahan setengah jadi dalam pembuatan caping.

b. Responden yang diteliti adalah responden yang melakukan usaha kerajinan anyaman bambu (lambar) di Desa Tanjungsari Kecamatan Petanahan Kabupaten Kebumen.

(20)

c. Data produksi yang diambil adalah data produksi pada bulan Desember 2015.

d. Data lingkungan eksternal dan internal yang dianalisis berupa data kualitatif yang diperoleh dari hasil wawancara dengan responden dan hasil pengamatan selama penelitian.

2. Asumsi

a. Kemampuan responden dalam melakukan usaha usaha kerajinan tangan anyaman bambu (lambar) sama.

b. Produk kerajinan tangan anyaman bambu (lambar) dijual semua.

D. Rumusan Masalah

1. Apakah usaha kerajinan anyaman bambu (lambar) layak diusahakan? 2. Faktor internal apa saja yang dapat menghambat dan mendukung

pengembangan usaha kerajinan tangan anyaman bambu (lambar) di Desa Tanjungsari Kecamatan Petanahan?

3. Faktor eksternal apa saja yang dapat menghambat dan mendukung pengembangan usaha kerajinan tangan anyaman bambu (lambar) di Desa Tanjungsari Kecamatan Petanahan?

4. Bagaimana alternatif strategi pengembangan yang dapat diterapkan dalam pengembangan produksi usaha kerajinan tangan anyaman bambu (lambar) di Desa Tanjungsari Kecamatan Petanahan?

(21)

E. Tujuan Penelitian

1. Mengetahui kelayakan usaha usaha anyaman bambu (lambar).

2. Mengetahui faktor kekuatan dan kelemahan yang berpengaruh terhadap pengembangan usaha kerajinan tangan anyaman bambu (lambar) di Desa Tanjungsari Kecamatan Petanahan.

3. Mengetahui faktor peluang dan ancaman yang berpengaruh terhadap pengembangan usaha kerajinan tangan anyaman bambu (lambar) di Desa Tanjungsari Kecamatan Petanahan.

4. Mengetahui alternatif strategi pengembangan yang dapat diterapkan dalam pengembangan usaha kerajinan tangan anyaman bambu (lambar) di Desa Tanjungsari Kecamatan Petanahan.

F. Manfaat Penelitian

1. Bagi Peneliti, sebagai salah satu syarat dalam rangka menyelesaikan studi strata satu Agribisnis dan memperoleh gelar Sarjana Pertanian di Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Purworejo.

2. Bagi Pengrajin, sebagai informasi untuk memperbaiki kekurangan yang mungkin terjadi pada usaha kerajinan anyaman bambu (lambar) di Desa Tanjungsari Kecamatan Petanahan Kabupaten Kebumen. 3. Bagi Pemerintah, sebagai salah satu sumbangan informasi untuk

menentukan dalam pengambilan kebijakan selanjutnya berkaitan dengan usaha kerajinan anyaman bambu (lambar).

4. Bagi Pihak Lain, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan informasi yang bermanfaat untuk penelitian lebih lanjut.

(22)

9

A. Kajian Teori

1. Kelayakan Usaha

Kelayakan usaha dapat berarti kepantasan untuk dikerjakan dari suatu usaha, sedangkan kelayakan usaha yaitu upaya untuk mengetahui tingkat kelayakan usaha atau kepantasan suatu usaha untuk dikerjakan atau diusahakan. Kelayakan usaha dapat diketahui berdasarkan beberapa kategori atau kriteria (Suratiyah, 2006:89). Beberapa kriteria untuk mengetahui kelayakan usaha yaitu produktivitas modal dan R/C ratio.

a. R/C Ratio

Analisis revenue cost (R/C) ratio merupakan perbandingan antara penerimaan (revenue) dengan biaya (cost). Secara matematis dapat dituliskan sebagai berikut:

R/C ratio = Jumlah PengeluaranJumlah Penerimaan

Usaha dikatakan layak apabila R/C ratio lebih besar (>) dari 1 dan sebaliknya apabila R/C ratio kurang dari sama dengan (≤) maka tidak layak diusahakan.

b. Produktivitas Modal (π/C ratio)

Produktivitas modal atau π/C ratio merupakan perbandingan antara produktivitas modal dengan suku bunga yang

(23)

berlaku. Produktivitas modal atau π/C ratio secara matematis dapat dituliskan sebagai berikut:

π/C ratio = TCπ x 100%

Keterangan:

π/C = Produktivitas Modal π = Keuntungan

TC = Biaya Total (total cost)

2. Konsep strategi

Strategi merupakan tindakan yang bersifat incremental (senantiasa meningkat) dan terus-menerus dan dilakukan berdasarkan sudut pandang tentang apa yang diharapkan oleh para pelanggan di masa depan. Perencanaan strategi hampir selalu dimulai dari apa yang dapat terjadi, bukan dimulai dari apa yang terjadi. Terjadinya kecepatan inovasi pasar baru dan perubahan pola konsumen memerlukan kompetensi inti di dalam bisnis yang dilakukan (Hamel dan Prahalad dalam Rangkuti, 1997:03).

Strategi adalah bakal tindakan yang menuntut keputusan manajemen puncak dan sumber daya perusahaan yang banyak untuk merealisasikannya. Strategi juga mempengaruhi kehidupan organisasi dalam jangka panjang, paling tidak selama lima tahun. Oleh karena itu, sifat strategi adalah berorientasi ke masa depan. Strategi mempunyai fungsi multifungsional atau multidimensional dan dalam perumusannya perlu mempertimbangkan faktor-faktor internal maupun eksternal yang dihadapi perusahaan (David, 2004:15).

(24)

Pemahaman yang baik mengenai konsep strategi dan konsep-konsep lain yang berkaitan, sangat menentukan suksesnya strategi yang disusun. Konsep-konsep tersebut adalah sebagai berikut :

a. Distinctive Competence : tindakan yang dilakukan oleh perusahaan agar dapat melakukan kegiatan lebih baik dibandingkan dengan pesaingnya.

b. Competitive Advantage : kegiatan spesifik yang dikembangkan oleh perusahaan agar lebih unggul dibandingkan dengan pesaingnya.

3. Tipe-tipe Strategi

Strategi pada prinsipnya dapat dikelompokkan berdasarkan tiga tipe strategi, yaitu strategi manajemen, strategi investasi dan strategi bisnis (Rangkuti, 1999:6).

a. Strategi manajemen

Strategi manajemen meliputi strategi yang dapat dilakukan oleh manajemen dengan orientasi pengembangan strategi secara makro. Misalnya, strategi pengembangan produk, strategi pengembangan pasar, strategi mengenai keuangan, dan sebagainya.

b. Strategi investasi

Strategi ini merupakan kegiatan yang berorientasi pada investasi. Misalnya, apakah perusahan ingin melakukan strategi pertumbuhan yang agresif atau berusaha mengadakan penetrasi pasar, strategi bertahan, strategi pembangunan kembali suatu divisi baru atau divestasi.

(25)

c. Strategi bisnis

Strategi bisnis ini sering juga disebut strategi bisnis secara fungsional karena strategi ini berorientasi pada fungsi-fungsi kegiatan manajemen, misalnya strategi pemasaran, strategi produk atau operasional, strategi distribusi, strategi organisasi yang berhubungan dengan keuangan.

4. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi SWOT

Menurut Suryatama (2014:36), menyatakan ada dua faktor yang bisa mempengaruhi analisis SWOT, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Mengetahui apa saja yang ada di dalam faktor internal dan faktor eksternal bisa dilihat dalam ulasan sebagai berikut:

a. Faktor Internal

Dua huruf pertama dalam akronim strengths atau kekuatan dan weaknesses atau kelemahan dalam melihat faktor internal yang berati sumberdaya dan pengalaman yang tersedia bagi bisnis anda. Contoh daerah ini meliputi hal-hal seperti berikut:

1. Sumberdaya keuangan seperti pendanaan, pendapatan, dan peluang investasi.

2. Sumber daya fisik seperti lokasi industri kecil, fasilitas, dan peralatan.

3. Sumberdaya manusia seperti karyawan, relawan, dan khalayak sebagai sasaran.

(26)

4. Proses saat ini seperti program kerja, departemen penyusunan, dan sistem perangkat lunak.

b. Faktor Eksternal

Hakekatnya sebuah perusahaan, organisasi dan individu dipengarui oleh kekuatan eksternal baik terhubung langsung atau tidak langsung untuk sebuah kesempatan dan ancaman, masing-masing faktor sangat penting. Faktor eksternal biasanya merupakan referensi anda atau perusahaan yang tidak bisa dikontrol seperti berikut:

1. Tren pasar seperti adanya produk-produk baru dan teknologi atau pergeseran kebutuhan khalayak.

2. Tren ekonomi seperti lokal, nasional, dan tren finansial skala internasional.

3. Pendanaan seperti sumbangan, lembaga, dan yayasan lainya. 4. Demografi seperti target usia dari khalayak, ras, gender, dan

budaya.

5. Analisis SWOT

Kottler (2005:67), dalam bukunya yang berjudul manajemen pemasaran menyatakan bahwa analisis SWOT merupakan evaluasi terhadap keseluruhan kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman perusahaan. Menurut Suryatama (2014:25), SWOT adalah sebuah singkatan dari Strength (S), Weakness (W), Opportunites (O), dan Threats (T). Analisis SWOT sendiri merupakan sebuah metode

(27)

perencanaan strategis yang di gunakan untuk mengevaluasi kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman dalam suatu proyek atau suatu spekulasi bisnis.

a. Strength

Strength atau kekuatan adalah situasi atau kondisi yang merupakan kekuatan dari organisasi atau program pada saat ini. Strength merupakan faktor internal yang mendukung perusahaan dalam mencapai tujuannya. Faktor pendukung dapat berupa sumber daya, keahlian atau kelebihan lain yang mungkin diperoleh berkat sumber keuangan, citra, keunggulan di pasar, serta hubungan baik antara buyer dengan supplier.

b. Weakness

Weakness atau kelemahan adalah kegitan-kegiatan organisasi yang tidak berjalan dengan baik atau sumber daya yang di butuhkan oleh organisasi tetapi tidak dimiliki oleh organisasi. Kelemahan itu terkadang lebih mudah terlihat dari pada sebuah kekuatan, namun ada beberapa hal yang menjadikan kelemahan itu tidak dimaksimalkan kekuatan yang sudah ada. Weakness merupakan faktor internal yang menghambat perusahaan dalam mencapai tujuannya. Faktor penghambat dapat berupa fasilitas yang tidak lengkap, kekurangan sumber keuangan, kemampuan mengelola, keahlian pemasaran, dan citra perusahaan.

(28)

c. Opportunity

Opportunity atau kesempatan adalah faktor positif yang muncul dari lingkungan dan memberikan kesempatan bagi organisasi atau program kita untuk memanfaatkannya. opportunity merupakan faktor ekternal yang mendukung perusahaan dalam mencapai tujuanya. Faktor eksternal yang mendukung dalam pencapain tujuan dapat berupa perubahan kebijakan, perubahan pesaing, perubahan teknologi, dan perkembangan hubungan supplier dan buyer.

d. Threat

Threat atau ancaman adalah faktor negatif dari lingkungan yang memberikan hambatan bagi berkembangnya atau berjalannya sebuah organisasi dan program. Threat merupakan faktor eksternal yang menghambat perusahaan dalam mencapai tujuannya. Faktor eksternal yang menghambat perusahaan dapat berupa masuknya pesaing baru, pertumbuhan pasar yang lambat, meningkatnya bargaining power dari pada supplier dan buyer utama, perubahan teknologi serta kebijakan baru.

6. Analisis SWOT Sebagai Alat Formulasi Strategi

Analisis SWOT adalah identifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk merumuskan strategi perusahaan. Analisis ini didasarkan pada logika yang dapat memaksimalkan kekuatan (strengths) dan peluang (opportunities), namun secara bersamaan

(29)

dapat meminimalkan kelemahan (weakness) dan ancaman (threats). Proses pengambilan keputusan strategis selalu berkaitan dengan pengembangan misi, tujuan, strategi, dan kebijakan perusahaan. Perencanaan strategis (strategic planner) harus menganalisis faktor-faktor strategis perusahaan (kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman) dalam kondisi yang ada saat ini. Hal ini disebut dengan analisis situasi. Model yang populer untuk analisis situasi adalah analisis SWOT (Rangkuti, 1999:19).

7. Cara Membuat Analisis SWOT

Penelitan menunjukan bahwa kinerja perusahaan dapat di tentukan oleh kombinasi faktor internal dan eksternal. Kedua faktor tersebut harus mempertimbangakan dalam analisis SWOT. Analisis SWOT membandingkan antara faktor eksternal peluang (opportunities) dan ancaman (threats) dengan faktor internal kekuatan (strengths) dan Kelemahan (weakness) (Rangkuti, 1999:20).

(30)

Gambar 1. Diagram Analisis SWOT Sumber data: Rangkuti (1999). Keterangan :

Kuadran 1 : merupakan situasi yang sangat menguntungkan. Perusahaan ini memiliki peluang dan kekuatan sehingga dapat memanfaakan peluang yang ada. Strategi yang harus diterapkan dalam kondisi ini adalah mendukung kebijakan pertumbuhan yang agresif (growth oriented strategy).

Kuadran 2 : posisi ini meskipun menghadapi berbagai ancaman, perusahan ini masih memiliki kekuatan dari segi internal. Strategi yang harus diterapkan adalah menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang jangka panjang dengan cara strategi diversifikasi (produk/pasar).

Kuadran 3 : posisi ini menghadapi peluang pasar yang sangat besar, tetapi di lain pihak, ia mengalami berbagai kendala / KEKUATAN INTERNAL BERBAGAI ANCAMAN KELEMAHAN INTERNAL 3.Mendukung Strategi Trun-araund 1.Mendukung Strategi Agresif 4.Mendukung Strategi Defensif 2.Mendukung Strategi Diversifikasi BERBAGAI PELUANG

(31)

kelemahan internal. Fokus strategi perusahaan ini adalah meminimalkan masalah-masalah iternal perusahaan sehingga dapat merebut peluang pasar yang lebih baik. Kuadran 4 : merupakan situasi yang sangat tidak menguntungkan,

perusahaan tersebut menghadapi berbagai ancaman dan kelemahan internal.

8. Bambu

Tanaman bambu merupakan tanaman yang dapat tumbuh di daerah beriklim panas ataupun dingin. Bagian tanaman bambu biasa dipergunakan untuk beberapa macam keperluan. Tanaman bambu juga sebagai tanaman yang berjasa untuk menyimpan air di hutan, kebun dan tebing-tebing sungai. Batangnya dipergunakan untuk bangunan, pagar, perabot, kerajinan tangan dan alat musik (Soedjono, 1991:12). Menurut Santosa, dkk (2013:74) bambu apus termasuk dalam genus gigantochloa, berikut ini urutan klasifikasi bambu apus (gigantochloa apus): Devisi : Spermatophyta Subdivisi : Angiospermae Klas : Monocotiledonae Ordo : Graminalis Famili : Gramineae Subfamili : Bambusoideae Genus : Gigantochloa Spesies : Gigantochloa apus

Bambu apus memiiliki potensi cukup besar dan banyak ditemukan di lahan-lahan milik rakyat di pulau Jawa. Bambu tersebut merupakan bambu yang paling banyak dimanfaatkan untuk keperluan

(32)

bangunan rumah sederhana atau penunjang bangunan modern. Di Indonesia bambu apus tersebut belum banyak dimanfaatkan secara optimal dan belum memiliki nilai tambah yang tinggi.

Jenis bambu ini umumnya mempunyai rumpun yang rapat. Buluhnya mencapai tinggi 10-20 m, berwarna hijau terang sampai kekuning-kuningan, percabangan tidak besar. Panjang ruas bambu apus 45-46 cm dengan diameter batang 5-8 cm. Batang bambu yang berumur 3-5 tahun memiliki tebal daging dan kulit 3-15 mm. Cabang primer tumbuh dengan baik yang kemudian diikuti oleh cabang-cabang berikutnya. Tampak adanya penonjolan dan berwarna agak kuning dengan miang cokelat kehitam-hitaman yang melekat. Pelepah buluhnya tidak mudah lepas meskipun buluh sudah tua.

9. Bagian Batang Bambu

Menurut Soedjono (1991:22) batang bambu memiliki 4 bagian yaitu:

a. Kulit Luar

Kulit luar maksudnya bagian yang paling luar atau paling atas. Warnanya hijau dan ada pula yang hitam (bambu wulung). Yang berkulit luar hitam bila sudah kering berwarna kuning muda. Tebal kulit luar kira-kira 0,1 mm.

(33)

b. Bambu Bagian Luar

Bagian ini maksudnya bagian-bagian yang terletak di bawah kulit atau diantara kulit luar dan bagian tengah. Tebal bagian ini kurang lebih 1mm. Sifatnya keras dan kaku.

c. Bagian Tengah

Bagian tengah ini terletak di bawah luar atau antara bagian luar dan bagian dalam, disebut juga daging bambu. Tebalnya kurang lebih 2/3 dari tebal bambu, seratnya padat dan elastis. Maka bagian ini merupakan bagian yang baik untuk bahan anyaman halus. Untuk bagian tengah yang paling bawah sifat seratnya agak kasar, maka dapat dipergunakan sebagai anyaman sedang.

d. Bagian Dalam

Bagian ini adalah bagian yang paling dalam atau paling bawah dari tebal bambu, sering disebut pula hati bambu. Sifat seratnya kaku dan mudah patah, maka hanya untuk anyaman kasar.

10. Anyaman bambu (lambar)

Menurut Soedjono (1991:43) menganyam adalah suatu pekerjaan yang memerlukan pekerjaan ketelitian, ketekunan, maka harus dilakukan dengan penuh kesabaran. Anyaman bambu (lambar) adalah anyaman yang memanfaatkan bambu sebagai bahan baku untuk menganyam dengan cara diirat kemudian dianyam. Jenis anyaman bambu ada beberapa macam yaitu anyaman tunggal, anyaman ganda

(34)

dan anyaman kombinasi. Jenis anyaman bambu yang digunakan dalam kerajinan usaha anyaman bambu (lambar) adalah jenis anyaman ganda. Anyaman ganda dibuat dengan cara dua iratan lusi diangkat dan dimasuki satu iratan pakan, secara terus menerus sehingga membentuk sebuah anyaman. Anyaman ganda ini jenis bermacam-macam seperti ganda tiga satu disebut anyaman kepang, ganda empat dan lain sebagainya (Santosa dkk, 2013:89).

B. Tinjauan Pustaka

Berdasarkan penelitian Damanik (2007) dengan judul “Strategi Pengembangan Agribisnis Kelapa (Cocos nucifera) Untuk Meningkatkan Pendapatan Petani di Kabupaten Indragiri Hilir, Riau”. Sistem dan usaha agribisnis kelapa belum berkembang secara optimal dan kinerja antara simpul-simpul agribisnis belum terintegrasi. Sistem dan usaha agribisnis kelapa yang prospektif berkinerja lebih baik, dapat dikembangkan atas unggulan dan peluang pada setiap simpul-simpul serta didukung oleh kebijakan untuk peningkatan pendapatan petani dan daya saing.

Strategi pemberdayaan industri hulu adalah pengembangan industri pengadaan bibit dan penajaman industri mesin serta penajaman industri kimia yang ramah lingkungan. Strategi bidang produksi adalah perkembangan pusat pertumbuhan agribisnis, pengalihan teknologi input luar tinggi ke input luar rendah, pemakaian varietas unggul, pengendalian hama dan penyakit, pengelolaan tanaman terpadu (PTT), dan integrasi

(35)

kelapa dan ternak. Strategi pengolahan hasil adalah perbaikan mutu kelapa melalui aktivitas budaya.

Berdasarkan penelitian Tangkesalu dkk (2013) dengan judul “Strategi Pengembangan Kripik Singkong Balado Pada UKM Pundi Mas di Kota Palu”. hasil penelitian menyatakan bahwa faktor-faktor yang berpengaruh terhadap perkembangan usaha keripik singkong balado pada UKM “Pundi Mas” yaitu faktor internal (bahan baku, kemasan, kualitas produk, harga terjangkau, pembagian kerja belum jelas, volume produksi, belum efektifnya promosi dan modal) dan faktor eksternal (pasar tersedia, tersedianya tenaga kerja, rasa produk beragam dan kualitas yang mempunyai ciri khas, acaman pendatang baru tingkat persaingan dan iklim). Strategi alternatif yang untuk diterapkan dalam pengembangan usaha keripik singkong balado UKM “Pundi Mas” yaitu dengan menggunakan strategi SO dimana UKM “Pundi Mas” dapat menciptakan strategi yang menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang yang ada.

Berdasarkan penelitian Tri (2013), dengan judul “Strategi Pengembangan Industri Kecil Keripik di Dusun Karangbolo Lerep Kabupaten Semarang”. Hasil penelitian menunjukan bahwa, profil industri kecil keripik di Dusun Karangbolo desa Lerep Kabupaten Semarang ada sekitar 21 unit usaha. Usaha tersebut berdiri mulai tahun 1990. Jenis-jenis produk yang dihasilkan industri kecil keripik mulai dari tumpi (kacang hijau, kacang tanah, ebi atau rebon), rempeyek, keripik

(36)

tempe, keripik bayam. Daerah pemasaran industri kecil keripik di Desa Lerep mulai dari lokal Kabupaten Semarang sampai luar Provinsi. Secara keseluruhan berdasarkan hasil penelitian dan analisis data deskriptif persentase, dapat diterangkan bahwa Kondisi SDM pada industri kecil keripik di Dusun Karangbolo Desa Lerep Kabupaten Semarang dalam kondisi buruk. Kondisi teknologi dalam kondisi sangat buruk. Kondisi permodalan dalam kondisi buruk. Kondisi pemasaran dalam kondisi kurang baik. berdasarkan analisis SWOT, strategi yang dapat dilakukan untuk memberdayakan industri kecil kripik di Dusun Karangbolo Desa Lerep Kabupaten Semarang adalah memperluas pasar sehingga barang terkenal dan peningkatan teknologi tepat guna.

Berdasarkan penelitian Setiawan (2010) dengan judul “Strategi Pengembangan Usaha Kerajinan Bambu Di Wilayah Kampung Pajeleran Sukahati Kecamatan Cibinong Kabupaten Bogor”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa, keberadaan UKM kerajinan bambu di kampung Pajeleran kelurahan Sukahati telah berlangsung secara turun temurun dari generasi ke generasi, diperkirakan telah ada sejak tahun 1960-an. Produk furniture bambu yang dihasilkan oleh para pengrajin cukup bervariasi, namun beberapa jenis kerajinan yang rutin atau secara teratur dibuat oleh pengrajin adalah seperti kursi, Meja, Kerai dan Tangga.

Diketahui nilai total matriks IFE yang dimiliki oleh UKM adalah sebesar 3,00 dan nilai total matriks EFE yang dimiliki oleh UKM adalah sebesar 3,05. Sehingga dengan demikian pada tahap pencocokan ini UKM

(37)

masuk dalam sel I yang berarti tumbuh dan membangun. Terdapat tiga alternatif strategi yang dapat diterapkan dalam upaya mengembangkan usaha kerajinan bambu di wilayah Kampung Pajeleran Kelurahan Sukahati adalah penetrasi pasar, pengembangan/perluasan pasar dan pengembangan produk. Matriks QSPM menetapkan strategi pengembangan produk sebagai strategi yang paling direkomendasikan, dikarenakan memiliki skor TAS tertinggi di antara dua alternatif strategi lainnya.

Berdasarkan penelitian Arbi (2009) dengan judul “Analisa Kelayakan Dan Strategi Pengembangan Usaha Ternak Sapi Potong di Desa Jati Kesuma, Kecamatan Namo Rambe Kabupaten Deli Serdang”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa, faktor-faktor produksi (bibit, kandang, pakan, modal, tenaga kerja) tersedia di daerah penelitian. Usaha ternak sapi potong layak dikembangkan secara ekonomi di daerah penelitian oleh karena nilai rataan ROI selama satu tahun sebesar 36,77% nilai lebih besar dari pada suku bunga yang berlaku yakni sebesar 8,25%. Strategi yang sangat dibutuhkan di daerah penelitian adalah meningkatkan produksi dan mutu ternak serta menjalin kerjasama dengan pemerintah Kabupaten Deli Serdang dalam mengaktifkan PPL.

(38)

Persamaan dan Perbedaan Penelitian Sekarang Dengan Penelitian Terdahulu No Nama

Peneliti

Judul Penelitian Tujuan Penelitian Metode Analisis Persamaan Perbedaan 1 Trimoyo (2015) Strategi Pengembangan Usaha Kerajinan Tangan Anyaman Bambu (Lambar) di Desa Tanjungsari Kecamatan Petanahan Kabupaten Kebumen

1. Mengetahui faktor internal yang dapat menghambat

dan mendukung

perkembangan usaha anyaman bambu (lambar) di Desa Tanjungsari Kecamatan Petanahan Kabupaten Kebumen

2. Mengetahui faktor eksternal yang dapat menghambat

dan mendukung

perkembangan usaha anyaman bambu (lambar) di Desa Tanjungsari Kecamatan Petanahan Kabupaten Kebumen

3. Mengetahui alternatif strategi yang dapat

diterapkan dalam

pengembangan usaha anyaman bambu (lambar) di Desa Tanjungsari Kecamatan Petanahan Kabupaten Kebumen 1. Analisis deskriptif 2. Analisis SWOT 1. Analisis deskriptif 2. Analisis SWOT 1. Komoditi yang diteliti anyaman bambu (lambar) di Desa Tanjungsari Kecamatan Petanahan Kabupaten Kebumen 2. Waktu : tahun 2015 25

(39)

Damanik (2007) Pengembangan Agribisnis Kelapa (Cocos Nucifera) Untuk Meningkatkan Pendapatan Petani di Kabupaten Indragiri Hilir, Riau

faktor internal dan eksternal apa saja yang menjadi kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman bagi pengembangan agribisnis kelapa (Cocos Nucifera) Untuk Meningkatkan Pendapatan Petani di Kabupaten Indragiri Hilir, Riau 2. Merumuskan alternatif strategi yang memungkinkan untuk diterapkan dalam pengembangan agribisnis kelapa (Cocos Nucifera) Untuk Meningkatkan Pendapatan Petani di Kabupaten Indragiri Hilir, Riau

3. Menentukan prioritas strategi yang dapat

diterapkan untuk

mengembangkan agribisnis kelapa (Cocos Nucifera) Untuk Meningkatkan Pendapatan Petani di deskriptif 2. Analisis SWOT deskriptif 2. Analisis SWOT diteliti kelapa di Kabupaten Indragiri Hilir, Riau 2. Waktu : tahun 2007 2 6

(40)

Riau 3 Tangkeslu dkk (2013) Strategi Pengembangan Keripik Singkong Balado Pada UKM Pundi Mas di Kota Palu

Mengetahui strategi alternatif yang tepat untuk

diterapkan dalam

pengembangan usaha kripik singkong balado pada UKM Pundi Mas di kota Palu

1. Analisis deskriptif 2. Analisis SWOT 1. Analisis deskriptif 2. Analisis SWOT 1. Komoditi yang diteliti kripik singkong balado di Kota Plau 2. Waktu : 2013 4 Wahyuniarso tri D S (2013) Strategi Pengembangan Industri Kecil Keripik di Dusun Karangbolo Lerep Kabupaten Semarang

1. Mengetahui profil industri kecil kripik di dusun Karangbolo desa Lerep Kabupaten Semerang 2. Mengetahui kondisi SDM,

teknologi, pemodalan dan pemasaran industri kecil kripik di dusun Karangbolo desa Lerep Kabupaten Semerang

3. Mengetahui strategi pengembangan industri kecil kripik di dusun Karangbolo desa Lerep Kabupaten Semerang 1. Analisis deskriptif 2. Analisis SWOT 1. Analisis deskriptif 2. Analisis SWOT 1. Komoditi yang ditelit keripik di Dusun Karangbolo Lerep Kabupaten Semarang 2. Waktu : 2013 5 Budi Setiawan (2010) Strategi Pengembangan Usaha Kerajinan Bambu di Wilayah Kampung Pajeleran Sukahati

1. Gambaran keadaan usaha kerajinan bambu di Kampung Pajeleran Sukahati 1. Analisis deskriptif 2. Analisis SWOT 1. Analisis deskriptif 2. Analisis SWOT 1. Komoditi yang diteliti usaha kerajinan bambu di Wilayah Kampung Pajeleran Sukahati 2 7

(41)

Kabupaten Bogor kerajinan tersebut

3. Strategi yang di dapat diimplementasikan dalam mengembangkan

keberadaan usaha kerajinan tersebut 6 Arbi Purnomo (2009) Analisa Kelayakan Dan Strategi Pengembangan Usaha Ternak Sapi Potong di Desa Jati Kesuma,

Kecamatan Namo Rambe Kabupaten Deli Serdang

1. Mengidentifikasi

ketersediaan input (bibit, kandang, pakan, modal, tenaga kerja) untuk usaha ternak sapi potong di daerah penelitian

2. Mengetahui apakah usaha ternak sapi potong tersebut layak atau tidak untuk dikembangkan secara secara ekonomis di daerah penelitian

3. Menentukan strategi usaha ternak sapi potong di masa depan 1. Analisis deskriptif 2. Analisis SWOT 1. Analisis deskriptif 2. Analisis SWOT 1. Komoditi yang diteliti usaha ternak sapi potong di Desa Jati Kesuma Kecamatan Namo Rambe Kabupaten Deli Serdang 2. Waktu : 2009 2 8

(42)

C. Kerangka Pemikiran

Gambar 1. Kerangka Pemikiran Pengembangan industri

Identifikasi Faktor Internal dan Eksternal

Faktor Internal Kekuatan (Strength) 1. Keuangan menggunakan milik

sendiri

2. SDM yang terampil 3. Bambu apus melimpah 4. Produk ramah lingkungan 5. Kontinuitas hasil produk

lambar

Faktor Internal Kelemahan (Weakness)

1. Minimnya modal untuk

membeli alat yang lebih modern 2. Peralatan masih tradisional 3. Penjualan lambar mengikuti

hari pasar di pasar Gamblok 4. Belum mampu mengelola

keuangan dengan baik 5. Belum adanya variasi bentuk

produk

Faktor Eksternal Peluang (Opportunity) 1. Lambar selalu terjual

2. Bambu apus mudah diperoleh 3. Adanya lembaga keuangan yang

bersedia memberikan pinjaman 4. Adanya permintaan lambar yang

lebih lebar

5. Ada peralatan yang lebih modern Faktor Eksternal Ancaman (Threat) 1. Angin besar yang dapat merusak

batang bambu

2. Cuaca mendung menghalangi proses penjemuran

3. Kenaikan harga bambu apus 4. Perubahan gaya hidup masyarakat 5. Regenerasi tenaga menganyam

produktif sulit

Matrik SWOT

Alternatif Strategi Pengembangan

(43)

Keterangan:

Usaha kerajinan tangan anyaman bambu (Lambar) merupakan bahan setengah jadi untuk membuat caping. Analisis kelayakan usaha dilakukan untuk mengetahui R/C ratio dan produktivitas modal (π/C ratio) dalam usaha anyaman bambu (Lambar). Pengembangan industri usaha kerajinan anyaman bambu banyak menghadapi kendala yang menghambat usaha dalam memproduksi (Lambar) sehingga harus dilakukan identifikasi faktor internal dan faktor eksternal.

Faktor-faktor internal yang mendukung produksi untuk kekuatan adalah 1) keuangan menggunakan milik sendiri karena saat ini kebutuhan biaya untuk produksi masih bisa dipenuhi dengan modal sendiri, 2) sumber daya manusia yang terampil dalam hal pembuatan anyaman bambu (lambar), 3) bambu apus yang melimpah disekitar lingkungan masyarakat, 4) produk yang ramah lingkungan karena menggunakan bahan baku dari bambu tidak menggunakan bahan plastik atau tekstil dan 5) kontinuitas hasil produk anyaman bambu (lambar) selalu ada. Faktor internal yang menghambat produksi untuk kelemahan meliputi 1) minimnya modal untuk membeli alat yang lebih modern untuk peningkatan jumlah produksi yang cukup besar, 2) peralatan masih tradisional yang menggunakan pisau dan golok, 3) untuk memperoleh pendapatan dari usaha lambar pengrajin membutuhkan waktu 3 hari karena untuk menjual lambar menunggu hari pasaran tradisional tiba, 4) belum mampu mengelola keuangan dengan baik karena belum ada pencatatan terhadap biaya-biaya yang dikeluaran

(44)

serta keuntungan untuk setiap proses produksi dan 5) belum adanya variasi bentuk produk karena pengrajin hanya memproduksi lambar saja, padahal pengrajin bisa membuat produk lain yang sama-sama dari anyaman bambu.

Faktor-faktor eksternal yang mendukung produksi untuk peluang meliputi 1) Lambar selalu terjual karena sudah ada pedagang pengepul yang selalu mau menerima hasil anyaman bambu (lambar) dari pengrajin, 2) bambu apus mudah didapatkan disekitar lingkungan pengrajin, 3) adanya lembaga keuangan untuk meminjamkan modal pembelian alat yang lebih modern, 4) adanya permintaan konsumen caping yang berukuran lebih lebar dan 5) peralatan yang lebih modern untuk mempercepat proses produksi. Faktor eksternal yang menghambat produksi untuk ancaman meliputi 1) angin besar yang dapat mamatahkan dan meretakkan pohon bambu sehingga tidak dapat dijadikan bahan baku karena bambunya tidak dapat diirat, 2) cuaca mendung yang mengakibatkan pengrajin tidak bisa memaksimalkan produksi karena terhambat proses pengeringan iratan, 3) disaat harga bahan baku bambu apus naik maka keuntungan yang didapatkan produsen menurun , 4) perubahan gaya hidup masyarakat yaitu masyarakat cenderung beralih menggunakan topi dan 5) regenerasi tenaga kerja penganyam bambu sulit karena usia muda banyak yang memilih mencari pekerjaan di luar wilayah. Faktor internal dan eksternal yang timbul akan dianalisis menggunakan analisis SWOT.

(45)

Adanya matrik SWOT dipakai untuk menyusun strategi pengembangan usaha kerajinan tangan industri anyaman bambu (Lambar). Matrik ini dapat menggambarkan secara jelas bagaimana kekuatan dan kelemahan dalam faktor internal, peluang dan ancaman dalam faktor eksternal yang dihadapi usaha kerajinan tangan industri anyaman bambu (Lambar), sehingga menghasilkan strategi pengembangan industri.

(46)

33

Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif yaitu mengumpulkan data sampel dan kemudian menganalisis untuk menggambarkan keadaan populasi secara keseluruhan. Metode penelitian ini adalah survei yaitu pengamatan atau penyelidikan yang kritis untuk mendapatkan keterangan yang baik terhadap suatu persoalan tertentu dalam suatu daerah atau lokasi tertentu, atau suatu studi ekstensif yang dipolakan untuk memperoleh informasi-informasi yang dibutuhkan (Daniel, 2002:21).

B. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

Penelitian dilakukan di Desa Tanjungsari Kecamatan Petanahan Kabupaten Kebumen.

2. Waktu Penelitian

Waktu penelitian dilakukan selama satu bulan yaitu mulai tanggal 14 Januari 2016 sampai 14 Februari 2016.

(47)

Tabel 4 Waktu Penelitian No Kegiatan Bulan/Tahun 10/2015 11/2015 01/2016 02/2016 05/2016 08/2016 1 Penyusunan Proposal 2 Pelaksanaan Penelitian 3 Analisis Data 4 Penyusunan Laporan 5 Ujian

Sumber: Analisis Data Primer (2015)

C. Populasi dan Sampel

1. Lokasi Penelitian

Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja atau purposive sampling dengan petimbangan-petimbangan tertentu (Sugiyono, 2009:85). Penelitian ini dilakukan di Desa Tanjungsari Kecamatan Petanahan, dengan pertimbangan di wilayah tersebut memiliki jumlah pengrajin anyaman bambu (lambar) terbanyak di Kabupaten Kebumen. 2. Metode Pengambilan Sampel

a. Sampel Pengrajin Anyaman Bambu (lambar)

Metode pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sampling sistematis, yaitu teknik pengambilan sampel berdasarkan urutan dari anggota populasi yang telah dipilih nomor urut. Pengambilan sampel dapat dilakukan dengan nomor ganjil saja, genap saja, atau kelipatan dari bilangan tertentu, misalnya kelipatan dari bilangan lima (Sugiyono, 2009:84). Berdasarkan teknik pengambilan sampel sampling sistematis

(48)

jumlah populasi sebanyak 357 pengambilan sampel dengan kelipatan 10 yaitu 1, 10, 20, 30, 40, 50 dan seterusnya sampai 357 maka diperoleh sampel sebanyak 36 sampel.

b. Responden

Penentuan responden yang dijadikan sampel dalam penelitian ini adalah terdiri dari informan kunci dan informan pendukung. Informan kunci atau responden utama yaitu pengrajin anyaman bambu (lambar) di Desa Tanjungsari Kecamatan Petanahan Kabupaten Kebumen. Teknik pengambilan sampel responden sebagai informan pendukung dilakukan dengan cara snowball sampling, dimana pengambilan responden tersebut didasarkan dari informasi responden utama. Informan pendukung yaitu pengrajin caping, pedagang, pemasok bahan baku dan Pegawai Dinas Koperasi dan Usaha Mikro Kecil Menengah Kabupaten Kebumen.

1) Responden utama (pengrajin anyaman bambu lambar)

Responden utama (pengrajin anyaman bambu lambar) yang diambil dalam penelitian ini sebanyak 36 pengrajin anyaman bambu (lambar) di Desa Tanjungsari. Jumlah tersebut diambil sesuai dengan jumlah sampel pengrajin yang sudah ditentukan. Responden tersebut di ambil dengan pertimbangan bahwa pengrajin anyaman bambu (lambar) di Desa Tanjungsari, dapat memberikan informasi lebih detail terkait keadaan atau kondisi

(49)

usaha kerajinan tangan anyaman bambu (lambar) yang diusahakanya.

2) Konsumen (pengrajin caping)

Jumlah responden konsumen (pengrajin caping) yang diambil dalam penelitian ini sebanyak 6 orang. Pengambilan responden tersebut diambil dengan pertimbangan dari informasi awal pemilik usaha kerajinan tangan anyaman bambu (lambar). 3) Pedagang (pembeli dan penjual lambar)

Jumlah responden pedagang (pembeli dan penjual lambar) yang diambil dalam penelitian ini sebanyak 5 orang. Pengambilan responden tersebut diambil dengan pertimbangan dari informasi awal pemilik usaha kerajinan tangan anyaman bambu (lambar).

4) Pemasok bahan baku (bambu apus)

Jumlah responden pemasok bahan baku (bambu apus) yang diambil dalam penelitian ini sebanyak 3 orang. Pengambilan responden tersebut diambil dengan pertimbangan dari informasi awal pemilik usaha kerajinan tangan anyaman bambu (lambar). 5) Pemerintah (Dinas UMKM Kabupaten Kebumen)

Jumlah responden Pemerintah (Dinas UMKM Kabupaten Kebumen) yang diambil dalam penelitian ini sebanyak 1 orang. Pengambilan responden tersebut diambil dengan pertimbangan

(50)

dari informasi awal pemilik usaha kerajinan tangan anyaman bambu (lambar).

D. Variabel Penelitian

Variabel penelitian pada dasarnya adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2009:38). Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah variabel faktor internal dan variabel faktor eksternal.

1. Variabel Faktor Internal (Kekuatan dan Kelemahan)

Variabel faktor internal terdiri dari: keuangan menggunakan milik sendiri, SDM yang terampil, bambu apus melimpah, produk ramah lingkungan, kontinuitas hasil produk lambar, minimnya modal untuk membeli alat yang lebih modern, peralatan masih tradisional, penjualan lambar mengikuti hari pasar di pasar Gamblok, belum mampu mengelola keuangan dengan baik dan belum adanya variasi bentuk produk.

2. Variabel Faktor Eksternal (Peluang dan Ancaman)

Variabel faktor eksternal terdiri dari: lambar selalu terjual, bambu apus mudah diperoleh, adanya lemabaga keuangan yang siap membantu modal, adanya permintaan lambar yang lebih lebar, ada peralatan yang lebih modern, angin besar yang dapat merusak batang bambu, sinar matahari tidak penuh, kenaikan harga bambu apus,

(51)

perubahan gaya hidup masyarakat dan regenerasai tenaga kerja menganyam sulit.

E. Definisi Operasional

1. Bambu apus adalah bahan baku yang dipergunakan dalam pembuatan (lambar).

2. Lambar adalah salah satu bahan setengah jadi kerajinan tangan produk caping.

3. Analisis SWOT adalah identifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk merumuskan strategi usaha kerajinan tangan industri anyaman bambu (lambar), analisis ini didasarkan pada logika yang dapat memaksimalkan kekuatan (Strength) dan peluang (Opportunity), namun secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan (Weakness) dan ancaman (Threat). 4. Kekuatan (Strength) adalah sumber daya, keterampilan, atau

keunggulan-keunggulan lainnya yang berhubungan dengan industri anyaman bambu (lambar) dan kebutuhan pasar yang dapat dilayani oleh industri anyaman bambu (lambar). Kekuatan (Strength) dapat diukur menggunakan analisis matrik SWOT dan matrik IFAS.

5. Kelemahan (Weakness) adalah kekurangan atau keterbatasan dalam sumber daya dan keterampilan yang secara efektif menghambat proses produksi industri anyaman bambu (lambar). Kelemahan (Weakness) dapat diukur menggunakan analisis matrik SWOT dan matrik IFAS. 6. Peluang (Opportunity) adalah kondisi utama yang menguntungkan atau

(52)

(Opportunity) dapat diukur menggunakan analisis matrik SWOT dan matrik EFAS.

7. Ancaman (Threats) adalah kondisi-kondisi yang dapat mengganggu industri anyaman bambu (lambar). Ancaman merupakan penghalang utama bagai industri anyaman bambu (lambar) dalam mencapai keberhasilan. Ancaman (Threats) dapat diukur menggunakan analisis matrik SWOT dan matrik EFAS.

8. Matrik IFAS (Internal Strategic Factors Analysis Summary) digunakan untuk mengidentifikasikan faktor-faktor internal industri anyaman bambu (lambar) yang berkaitan dengan kekuatan dan kelamahan yang dianggap penting. Pengukuran dengan analisis SWOT.

9. Matrik EFAS (External Strategic Factors Analysis Summary) digunakan untuk mengidentifikasikan faktor-faktor eksternal industri anyaman bambu (lambar) yang berkaitan dengan peluang dan ancaman yang dianggap penting. Pengukuran dengan analisis SWOT.

10. Matrik SWOT adalah matrik yang dapat menggambarkan secara jelas bagaimana faktor eksternal yang berkaitan dengan peluang dan ancaman yang dihadapi perusahaan dapat disesuaikan dengan faktor internal yang berkaitan dengan kekuatan dan kelemahan yang dimilikinya.

(53)

F. Teknik Pengumpulan Data

1. Sumber Data a. Data Primer

Data primer merupakan data yang diperoleh secara langsung dari responden yang melakukan usaha anyaman bambu (lambar) melalui wawancara dan observasi kepada responden yang melakukan usaha anyaman bambu (lambar). Pengumpulan data primer dilakukan melalui pengisian kuisioner dengan teknik wawancara dan pencatatan pada saat penelitian berlangsung. Wawancara tersebut dilakukan langsung pada pengrajin anyaman bambu (lambar) dengan cara mendatangi langsung tempat tinggal responden yaitu Kecamatan Petanahan Kabupaten Kebumen. b. Data Sekunder

Data sekunder merupakan data yang diperoleh dari buku, jurnal, arsip, literatur dan dokumen-dokumen penting yang masih ada hubungannya dengan materi strategi pengembangan, data UMKM Kabupaten Kebumen yang memiliki kaitan dengan penelitian ini. Data sekunder meliputi daftar pengrajin disetiap Kecamatan dan jumlah pengrajin disetiap desa.

2. Teknik Pengumpulan Data

Data yang diambil dalam penelitian strategi pengembangan usaha anyaman bambu (lambar) diambil dari hasil wawancara, observasi, studi pustaka dan dokumetasi.

(54)

a. Metode Wawancara yaitu menggunakan metode tanya jawab langsung dengan berbagai pihak yang terkait di usaha kerajinan anyaman bambu (lambar) untuk memperoleh keterangan sebagai tujuan penelitian.

b. Observasi/pengamatan yaitu melakukan pengamatan langsung terhadap masalah-masalah yang sebenarnya terjadi dilapangan, hal ini dilakukan untuk menyelaraskan wawancara dan pencatatan yang dilakukan.

c. Studi pustaka yaitu pengumpulan data dengan cara memanfaatkan data yang tersedia dan menghubungkan dengan kegiatan penelitian. Data tersebut dapat berupa buku, arsip, jurnal, dan lain sebagainya yang berhubungan dengan penelitian.

d. Dokumentasi yaitu merupakan teknik pengumpulan gambar untuk memperkuat data-data yang diambil dengan menggunakan teknik pengambilan data sebelumnya.

e. Kuisioner yaitu teknik pengumpulan data dimana peneliti memberikan sejumlah pertanyaan tertulis yang diberikan kepada responden untuk dijawab.

G. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian yang dipakai dalam penelitian merupakan alat bantu untuk mendapatkan data yang akurat seperti:

(55)

1. Instrumen Penelitian: a. Kuisioner

b. Microsoft excel 2007 c. Microsoft word 2007 2. Instrumrn Dokumentasi:

a. Kamera dan laptop b. Pulpen dan buku

H. Analisis Data

1. Analisis Kelayakan Usaha

Analisis kelayakan usaha kerajinan anyaman bambu (lambar) dapat dirumuskan sebagai berikut:

R/C ratio

R/C ratio dalam usaha kerajinan anyaman bambu (lambar) dapat dirumuskan sebagai berikiut :

R/C ratio = Jumlah PengeluaranJumlah Penerimaan

Pengujian hipotesis: Ho : R/C ratio ≤ 1 Ha : R/C ratio > 1 Pengambilan keputusan:

Apabila R/C ratio ≤ 1, maka Ho diterima dan Ha ditolak, berarti usaha anyaman bambu (lambar) tidak layak untuk diusahakan.

Apabila R/C ratio > 1, maka Ho ditolak dan Ha diterima, berarti usaha anyaman bambu (lambar) layak untuk diusahakan.

(56)

2. Analisis Data Faktor Internal dan Eksternal

a. Faktor Internal

Faktor-faktor strategi internal suatu perusahaan diidentifikasikan dalam suatu tabel IFAS (Internal Strategic Factors Analysis Summary) disusun untuk merumuskan faktor-faktor strategi internal dalam kerangka strength and weakness perusahaan. Tahapannya adalah sebagai berikut:

1. Tentukan faktor-faktor yang menjadi kekuatan serta kelemahan perusahaan dalam kolom 1.

2. Beri bobot masing-masing faktor tersebut dalam skala mulai dari 1,0 (paling penting) sampai 0,0 (tidak penting), berdasarkan pengaruh faktor-faktor tersebut terhadap posisi strategi perusahaan. (semua bobot tersebut jumlahnya tidak boleh melebihi skor total 1,00).

3. Hitung rating untuk masing-masing faktor dengan memberikan skala mulai dari 4 sampai dengan 1, berdasarkan faktor tersebut terhadap kondisi perusahaan yang bersangkutan. Variabel yang bersifat positif (semua variabel yang masuk kategori kekuatan) diberi nilai mulai dari +1 sampai dengan +4 (sangat baik).

(57)

Tabel 5 Matrik IFAS

Faktor-faktor Strategi Internal Bobot Rating Skor = Bobot X Rating Kekuatan :

1. Keuangan menggunakan milik sendiri

2. SDM yang terampil 3. Bambu apus melimpah 4. Produk ramah lingkungan 5. Kontinuitas hasil produk

lambar Kelemahan :

1. Minimnya modal untuk membeli alat yang lebih modern

2. Peralatan masih tradisional 3. Penjualan lambar

mengikuti hari pasar di pasar Gamblok

4. Belum mampu mengelola keuangan dengan baik 5. Belum adanya variasi

bentuk produk

Total 1,00

Sumber : Analisis Data Primer (2015). b. Faktor Eksternal

Berikut ini adalah cara-cara penentuan faktor strategis eksternal (EFAS) :

1. Tentukan faktor-faktor yang menjadi peluang dan ancaman perusahan dalam kolom 1.

2. Beri bobot masing-masing faktor tersebut dalam kolom 2, skala mulai dari 1,0 (paling penting) sampai 0,0 (tidak penting), berdasarkan pengaruh faktor-faktor tersebut terhadap posisi strategi perusahaan. (semua bobot tersebut jumlahnya tidak boleh melebihi skor total 1,00)

(58)

3. Hitung rating (dalam kolom 3) untuk masing-masing faktor dengan memberikan skala mulai dari 4 sampai dengan 1, berdasarkan faktor tersebut terhadap kondisi perusahaan yang bersangkutan. Variabel yang bersifat positif (semua variabel yang masuk kategori peluang) diberi nilai mulai dari +1 sampai dengan +4 (sangat baik), sedangkan variabel yang bersifat negatif atau ancaman kebalikannya.

4. Kalikan bobot pada kolom 2 dengan rating pada kolom 3, untuk memperoleh faktor pembobotan dalam kolom 4. Hasilnya berupa skor pembobotan untuk masing-masing faktor yang nilainya bervariasi mulai dari 4,0 sampai 1,0.

5. Jumlahkan skor pembobotan (kolom 4), untuk memperoleh total skor pembobotan bagi perusahaan yang bersangkutan. Nilai total ini menunjukkan bagaimana perusahaan tertentu bereaksi terhadap faktor-faktor strategi eksternalnya. Total skor ini dapat digunakan untuk membandingkan perusahaan dengan perusahaan lainnya dalam kelompok industrinya. Tabel 6 yang menunjukkan matrik EFAS sebagai berikut.

(59)

Tabel 6 Matrik EFAS

Faktor-faktor Strategi Eksternal Bobot Rating Skor = Bobot x Rating Peluang :

1. Lambar selalu terjual

2. Bambu apus mudah diperoleh 3. Adanya lembaga keuangan

yang bersedia memberikan pinjaman

4. Adanya permintaan lambar yang lebih lebar

5. Ada peralatan yang lebih modern

Ancaman :

1. Angin besar yang dapat merusak batang bambu 2. Cuaca mendung menghalangi

proses penjemuran

3. Kenaikan harga bambu apus 4. Perubahan gaya hidup

masyarakat 5. Regenerasi tenaga

menganyam produktif sulit

Total 1,00

Sumber : Analisis Data Primer (2015).

3. Matrik Internal–Eksternal

Tabel 7

Internal-Eksternal Matrik (IE)

KUAT RATA-RATA LEMAH 4.0 3.0 2.0 1.0 I Pertumbuhan II Pertumbuhan III Penciutan IV Stabilitas V Pertumbuhan VI Penciutan Stabilitas VII Pertumbuhan VIII Pertumbuhan IX Likuidasi Sumber : Rangkuti (1999). 3.0 1.0 2.0 TINGGI MENENGAH RENDAH

(60)

Keterangan :

I : strategi konsentrasi melalui intergrasi vertical. II : Strategi konsentrasi melalui intergrasi horizontal. III : Strategi turnaround.

IV : Strategi stabilitas.

V : Strategi konsentrasi melalui intergrasi horizontal atau stabilitas (tidak ada perubahan terhadap laba). VI : Strategi divestasi.

VII : Strategi diversifikasi kosentrik. VIII : Strategi diversifikasi konglomerat. IX : Strategi likuidasi atau bangkrut.

4. Teknik Pembobotan

Teknik pembobotan menggunakan metode “paired comparison” (Kinnear dan Taylor, 1996) yang ditentukan oleh faktor internal dan eksternal. Skala yang digunakan adalah 1, 2 dan 3 menunjukkan bahwa : 1 = Jika faktor strategis internal atau eksternal pada baris/ horisontal kurang penting daripada faktor strategis internal dan eksternal pada kolom/vertikal.

2 = Jika faktor strategis internal atau eksternal pada baris/horisontal sama penting dengan faktor strategis internal dan eksternal pada kolom/vertikal.

3 = Jika faktor strategis internal dan eksternal pada baris/horisontal lebih penting daripada faktor strategis internal dan eksternal pada kolom/vertikal.

Bobot setiap faktor diperoleh dengan menentukan proporsi nilai setiap faktor terhadap jumlah nilai keseluruhan. Rumus yang digunakan (Kinnear dan Taylor, 1996) sebagai berikut:

(61)

  n i i i i x X A 1 Keterangan : Ai = Bobot faktor ke i xi = Nilai faktor ke I i = 1, 2, 3, … n n = Jumlah faktor

Penentuan pembobotan dilakukan dengan cara memberikan kesempatan kepada informan untuk melihat derajat kepentingan dari masing-masing faktor dibandingkan dengan faktor-faktor lainnya seperti pada Tabel 8 berikut ini.

Tabel 8

Penentuan Bobot IFAS dan EFAS Penentuan

Faktor

Faktor A Faktor B Faktor C ... Total Bobot

Faktor A X1 A1

Faktor B X2 A2

Faktor C X3 A3

... ... ...

Total Xn 1,00

Sumber : Kinnear dan Taylor (1996)

5. Teknik Peratingan

Pemberian peringkat atau peratingan dalam kuesioner ditentukan oleh kondisi masing-masing faktor yang ada di perusahaan. Skala peringkat yang digunakan adalah :

a. Analisis faktor internal sebagai kekuatan dan kelemahan pemberian nilai peringkat adalah sebagai berikut :

1. Nilai 4, jika faktor strategis dinilai mempunyai kekuatan utama 2. Nilai 3, jika faktor strategis dinilai mempunyai kekuatan kecil 3. Nilai 2, jika faktor strategis dinilai mempunyai kelemahan kecil

Gambar

Gambar 1. Diagram Analisis SWOT  Sumber data: Rangkuti (1999).
Gambar 1. Kerangka Pemikiran Pengembangan industri
Tabel 4  Waktu Penelitian  No  Kegiatan  Bulan/Tahun  10/2015  11/2015  01/2016  02/2016  05/2016  08/2016  1  Penyusunan  Proposal  2  Pelaksanaan  Penelitian  3  Analisis   Data  4  Penyusunan  Laporan  5  Ujian
Tabel 5  Matrik IFAS
+5

Referensi

Dokumen terkait

Metode penemuan terbimbing (guided discovery) adalah metode yang mengutamakan belajar mencari dan menemukan sendiri. Dalam sistem belajar mengajar ini guru

Hal ini dikarenakan profit atau laba yang tinggi menunjukkan bahwa prospek perusahaan baik di masa depan serta akan dianggap investor sebagai jaminan untuk

Dalam penulisan ilmiah ini akan dibahas mengenai pembuatan website PT.CATUR ELANG PERKASA dengan harapan dapat mempromosikan dan memperkenalkan layanan produk jasa yang

Peningkatan kualitas pembelajaran IPS dilihat dari perilaku pembelajaran guru pada siswa kelas IV SD N 7 Cendono melalui Model Index Card Match berbantu media susun

Sarung tangan yang kuat, tahan bahan kimia yang sesuai dengan standar yang disahkan, harus dipakai setiap saat bila menangani produk kimia, jika penilaian risiko menunjukkan,

18 Moh.. peserta didiknya sesuai dengan kondisi dan karakteristiknya mereka masing- masing. Sementara itu, ruangan kelas berfungsi sebagai ruang pembelajaran, sehingga

Linguistik hams lebih banyak memusatkan pada kajian teks-teks yang aktual, teks yang dihasilkan dalam perebutan komunikatif, teks yang selalu terkait dengan

Biasanya firewall akan mencek no IP Address dan juga nomor port yang di gunakan baik pada protokol TCP dan UDP, bahkan bisa dilengkapi software untuk proxy yang akan menerima dan