• Tidak ada hasil yang ditemukan

REVIEW UJI FARMAKODINAMIKA pada JURNAL MAKALAH TUGAS FITOFARMASI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "REVIEW UJI FARMAKODINAMIKA pada JURNAL MAKALAH TUGAS FITOFARMASI"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

REVIEW UJI FARMAKODINAMIKA pada JURNAL

“PENGARUH PEMBERIAN OBAT-OBAT ANTIDEPRESAN TERHADAP

MENCIT (Mus musculus) DITINJAU DARI PROFIL FARMAKODINAMIKA”

MAKALAH TUGAS FITOFARMASI

Oleh : Ariffatul Lailatus. S (10112026) Dani Prasetyo (10112012) Kharisma Jayak. P (10112095) Siti Muftika (10112021) M. Suprapto (10112066) Oktavianus (10112071) Hadi Widodo (10112037) Havid Sandro (10112090)

PROGRAM STUDI S1 FARMASI

INSTITUT ILMU KESEHATAN BHAKTI WIYATA

KEDIRI

(2)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Depresi adalah suatu kondisi medis-psikiatris dan bukan sekedar suatu keadaan sedih, bila kondisi depresi seseorang sampai menyebabkan terganggunya aktivitas sosial sehari-harinya maka hal itu disebut sebagai suatu Gangguan Depresi. Beberapa gejala gangguan depresi adalah perasaan sedih, rasa lelah yang berlebihan setelah aktivitas rutin yang biasa, hilang minat dan semangat, malas beraktivitas, dan gangguan pola tidur. Gejalanya tidak disebabkan oleh kondisi medis, efek samping obat, atau aktivitas kehidupan. Kondisi yang cukup parah menyebabkan gangguan klinis yang signifikan atau perusakan dalam keadaan sosial, pekerjaan, atau bidang-bidang penting lainnya.

Obat antidepresan adalah obat-obatan yang mampu memperbaiki suasana jiwa (mood) dengan menghilangkan atau meringankan gejala keadaan murung. Terdapat banyak jenis obat antidepresan, salah satunya trisiklik antidepresan. Jenis-jenis obat yang termasuk dalam trisiklik antidepresan yaitu: Imipramine, Amitriptiline, Clomipramine, Desipramine, Doxepine, Nortriptyline, Protriptyline, dan Trimipramine. Obat antidepresan trisiklik dan sejenisnya dapat dibagi menjadi kelompok yang memiliki sifat sedatif dan yang kurang sedatif. Pasien dengan agitasi

(3)

dan kecemasan cenderung memberikan respon terbaik pada senyawa yang sedatif sedangkan pasien apatis dan pasien yang mengalami penghentian obat akan lebih baik diberi terapi obat yang kurang sedatif. Antidepresan dengan efek sedatif meliputi amitriptilin, klomipramin, dosulepin (dotiepin), doksepin, maprotilin, mianserin, trazodon, dan trimipramin. Yang bersifat kurang sedatif seperti amoksapin, imipramin, lofepramin dan nortriptilin. Imipramin merupakan obat yang relatif aman dan efektif, namun imipramin memiliki efek samping antimuskarinik dan efek samping pada jantung yang lebih menonjol dibandingkan dengan obat-obat seperti doksepin, mianserin dan trozadon.

Tujuan mempelajari mekanisme kerja obat ialah untuk meneliti efek utama obat, mengetahui interaksi obat dalam sel, dan mengetahui urutan peristiwa serta spektrum efek dan respons yang terjadi. pengetahuan yang baik mengenai hal ini merupakan dasar terapi rasional dan berguna dalam sintesis obat baru. Farmakodinamik lebih fokus membahas dan mempelajari seputar efek obat-obatan itu sendiri di dalam tubuh baik dari segi fisiologi maupun biokimia berbagai organ tubuh serta mekanisme kerja obat-obatan itu sendiri di dalam tubuh manusia. Farmakodinamik juga sering disebut dengan aksi atau efek obat. Efek Obat merupakan reaksi Fisiologis atau biokimia tubuh karena obat, misalnya suhu turun, tekanan darah turun, kadar gula darah turun.

(4)

1. apa definisi dari farmakodinamik ?

2. bagaimana mekanisme kerja obat ?

3.apa saja faktor-faktor dalam farmakodinamika ?

4.apa saja efek-efek dari obat ?

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui pengertian dari definisi farmakodinamika 2. Untuk mengetahui mekanisme kerja obat

3. Untuk mengetahui jenis-jenis dari toleransi ,habituasi,adikasi 4. Untuk mengetahui faktor-faktor yang berpengaruh dalam

farmakodinamika .

BAB II PEMBAHASAN

(5)

A. PengertianFarmakodinamik

Pengertian farmakodinamika dalam ilmu farmakologi sebenarnya memiliki hubungan yang cukup erat dengan farmakokinetik, jika farmakokinetik lebih fokus kepada perjalanan obat-obatan di dalam tubuh maka farmakodinamik lebih fokus membahas dan mempelajari seputar efek obat-obatan itu sendiri di dalam tubuh baik dari segi fisiologi maupun biokimia berbagai organ tubuh serta mekanisme kerja obat-obatan itu sendiri di dalam tubuh manusia

Farmakodinamika adalah ilmu pengetahuan dan studi tentang efek biologis yang dihasilkan oleh bahan kimia, lebih khusus lagi, ilmu pengetahuan dan studi tentang bagaimana bahan kimia menghasilkan efek-efek biologis. Dalam

farmakologi medis, ilmu pengetahuan dan studi tentang bagaimana obat-obatan menghasilkan efek mereka.

Farmakodinamik adalah ilmu yang mempelajari efek biokimiawi dan fisiologi obat serta mekanisme kerjanya. Selanjutnya akan kita bicarakan lebih mendalam tentang farmakodinamik obat. Farmakodinamik adalah efek obat terhadap tubuh Analgetik/anti nyeri atau sakit

Farmakodinamik ialah subdisiplin farmakologi yang mempelajari efek biokimiawi dan fisiologi obat, serta mekanisme kerjanya. Tujuan mempelajari mekanisme kerja obat ialah untuk meneliti efek utama obat, mengetahui interaksi obat dalam sel, dan mengetahui urutan peristiwa serta spektrum efek dan respons yang terjadi. pengetahuan yang baik mengenai hal ini merupakan dasar terapi rasional dan berguna dalam sintesis obat baru.

(6)

Farmakodinamik lebih fokus membahas dan mempelajari seputar efek obat-obatan itu sendiri di dalam tubuh baik dari segi fisiologi maupun biokimia berbagai organ tubuh serta mekanisme kerja obat-obatan itu sendiri di dalam tubuh manusia. Farmakodinamik juga sering disebut dengan aksi atau efek obat. Efek Obat merupakan reaksi Fisiologis atau biokimia tubuh karena obat, misalnya suhu turun, tekanan darah turun, kadar gula darah turun. Kerja obat dapat dibagi menjadi onset (mulai kerja) merupakan waktu yang diperlukan oleh obat untuk menimbulkan efek terapi atau efek penyembuhan atau waktu yang diperlukan obat untuk mencapai maksimum terap. Peak (puncak), duration (lama kerja) merupakan lamanya obat menimbulkan efek terapi, dan waktu paruh. Mekanisme kerja obat dipengaruhi oleh reseptor, enzim, dan hormon.Farmakokinetik dan farmakologi merupakan bagian dari armakologi. Farmakokinetik merupakan bagian ilmu farmakologi yang cenderung mempelajari tentang nasib dan perjalanan obat didalam tubuh dari obat itu diminum hingga mencapai tempat kerja obat itu. Dalam farmakokinetik terdapat empat fase, yaitu absorpsi, distribusi, biotransformasi, dan ekskresi atau eliminasi. Sedangkan farmakodinamik ini merupakan bagian ilmu farmakologi yang mempelajari efek fisiologik dan biokimiawi obat terhadap berbagai jaringan tubuh yang sakit maupun sehat serta mekanisme kerjanya.

Pengertian farmakodinamika dalam ilmu farmakologi sebenarnya memiliki hubungan yang cukup erat dengan farmakokinetik yang telah saya jelaskan pada posting terdahulu saya, jika farmakokinetik lebih fokus kepada

(7)

perjalanan obat-obatan di dalam tubuh maka farmakodinamik lebih fokus membahas dan mempelajari seputar efek obat-obatan itu sendiri di dalam tubuh baik dari segi fisiologi maupun biokimia berbagai organ tubuh serta mekanisme kerja obat-obatan itu sendiri di dalam tubuh manusia.

B. Faktor yang mempengaruhi

Pengambilan dari permukaan tubuh (termasuk mukosa saluran cerna) atau dari tempat-tempat tertentu dalam organ dalam kedalam aliran darah atau kedalam sistem pembuluh darah limfe dan selanjutnya didistribusikan kedalam organisme keseluruhan

Obat baru akan berkhasiat apabila berhasil mencapai konsentrasi yang sesuai pada tempat kerjanya maka suatu absorpsi yang cukup merupakan suatu

syarat untuk efek terapeutik

Absorpsi kebanyakan obat terjadi secara dipusi pasif. Kecepatan absorpsi dan kuosien (hubungan bagian yang diabsorpsi terhadap jumlah yang diberikan) bergantung pada banyak faktor, antara lain:

1. sifat fisika-kimia obat 2. derajat kehalusan partikel 3. sediaan obat

(8)

4. dosis

5. rute pemberian 6. tempat pemberian

7. waktu kontak dengan permukaan absorpsi 8. besarnya luas permukaan yang mengabsorpsi 9. nilai pH dalam darah

10. integritas membran 11. aliran darah

C.Mekanisme Kerja Obat

Fase farmakodinamik sendiri yang dipelajari adalah efek obat dalam tubuh atau mempelajari pengaruh obat terhadap fisiologis tubuh. Kebanyakan obat pada tubuh bekerja melalui salah satu dari proses interaksi obat dengan reseptor, interaksi obat dengan enzim, dan kerja obat non spesifik.

Interaksi obat dengan reseptor terjadi ketika obat berinteraksi dengan bagian dari sel, ribosom, atau tempat lain yang sering disebut sebagai reseptor. Reseptor sendiri bisa berupa protein, asam nukleat, enzim, karbohidrat, atau lemak. Semakin banyak reseptor yang diduduki atau bereaksi, maka efeknya akan meningkat.

Interaksi obat dengan enzim dapat terjadi jika obat atau zat kimia berinteraksi dengan enzim pada tubuh. Obat ini bisa dengan cara mengikat (membatasi produksi) atau memperbanyak produksi dari enzim itu sendiri.

(9)

Contohnya obat kolinergik. Obat kolinergik bekerja dengan cara mengikat enzim asetilkolin esterase. Enzim ini sendiri bekerja dengan cara mendegradasi asetilkolin menjadi asetil dan kolin. Jadi ketika asetilkolin esterase dihambat, maka asetilkolin tidak akan dipecah menjadi asetil dan kolin, yang ketiga adalah kerja non spesifik. Maksud dari kerja non spesifik adalah obat tersebut bekerja dengan cara tanpa mengikat reseptor. Contoh dari obat-obatan ini adalah Na-bikarbonat yang merubah cairan pH tubuh, alkohol yang mendenaturasi protein, dan norit yang mengikat toksin, zat racun, atau bakteri.

Obat yang berikatan dengan reseptor disebut agonis. Kalau ada obat yang tidak sepenuhnya mengikat reseptor dinamakan dengan agonis parsial, karena yang diikat hanya sebagian (parsial). Selain menimbulkan efek farmakologis, ketika reseptor diduduki suatu senyawa kimia juga bisa tidak menimbulkan efek farmakologis. zat tersebut diberinama antagonis. Jika nantinya obat antagonis dan agonis diberikan secara bersamaan dan obat antagonis memiliki ikatan yang lebi kuat maka dapat menghalangi efek agonis. Antagonis sendiri ada yang kompetitif dan antagonis non-kompetitif. Disebut antagonis kompetitif ketika obat itu berikatan di tempat yang sama dengan obat agonis.

Efek obat umumnya timbul karena interaksi obat dengan reseptor pada sel suatu organisme. Interaksi obat dengan reseptornya ini mencetuskan perubahan biokimia dan fisiologi yang merupakan respons yang khas untuk obat tersebut. a.ReseptorObat

(10)

organisme yakni tempat aktif obat terikat. Komponen yang paling penting dalam reseptor obat adalah protein. struktur kimia suatu obat berhubungan erat dengan affinitasnya terhadap reseptor dan aktivitas intrinsiknya, sehingga perubahan kecil dalam molekul obat dapat menimbulkan perubahan yang besar. b.InteraksiObatReseptor

Persyaratan untuk obat - reseptor adalah pembentukan kompleks obat reseptor. apakah kompleks ini terbentuk dan seberapa besar terbentuknya tergantung pada affinitas obat terhadap reseptor. kemampuan obat untuk menimbulkan suatu rangsang dan membentuk kompleks dengan reseptor disebut aktivitas intrinsik. Agonis adalah obat yang memilki baik afinitas dan aktivitas intrinsik. Pada teori reseptor obat sering dikemukakan bahwa efek obat hanya dapat terjadi bila terjadi interaksi molekul obat dengan reseptornya. Lebih mudahnya dirumuskan seperti ini.

D.Efek terapik, efek toksik dan efek samping

1. Efek Terapeutik

Tidak semua obat bersifat betul-betul menyembuhkan penyakit, beberapa Obat (O) + Reseptor (R) --> Kompleks obat reseptor (OR) ---> Efek

(11)

obat memang dibuat hanya untuk meniadakan atau meringankan gejala suatu penyakit. Berikut ini adalah tiga jenis terapi obat:

a. Terapi Kausal, obat yang berfungsi untuk memusnahkan penyebab penyakit, obat inilah yang digunakan untuk menyembuhkan penderita dari penyakit. contoh obat dengan terapi kausal adalah antibiotik, anti malaria dan lain-lain.

b. Terapi simptomatis, obat ini berguna untuk meringankan gejala dari suatu penyakit. contoh obat jenis ini adalah analgesik, antipiritik, anti emetik dan sebagainya.

c.Terapi subtitusi, obat yang digunakan untuk mengantikan zat yang lazim diproduksi oleh tubuh. misal insulin pada penderita diabetes, hormon estrogen pada pasien hipo fungsi ovarium dan obat-obat hormon lainnya

2. Efek Toksik

Efek toksik merupakan efek yang sangat berbahaya dan mengancam kehidupan .efek toksik sangat bervariasi dalam sifat ,organ sasaran ,maupun mekanisme kerjanya .umumnya toksikan hanya mempengaruhi satu atau beberapan organ saja . hal tersebut dapat disebabkan lebih pekannya suatu organ,atau lebih tingginya kadar kimia dan metabolitnya diorgan .toksisitas merupakan sifat bawaan suatu zat bentuk dan tingkat manifestasi toksinya pada suatu organism bergantung

(12)

pada berbagai jenis Faktor . Faktor yang nyata adalah dosis dan lamanya pajaan .

Faktor yang kurang nyata adalah spesies dan strain hewan ,jenis kelamin ,umur,serta status gizi dan hormonal. Factor lain yang turut berperan yaitu factor fisik ,lingkungan dan social . disamping itu,efek toksik suatu zat yang dapat berpengaruh oleh zat kimia lain yang diberikan secara bersamaan .efek toksik dapat berubah karena berbagai hal seperti perubahan absorpsi ,distribusi .dan ekresi zat kimmia ,peningkatan atau pengurangan biotranformasi, serta perubahan kepekaan reseptor pada organ sasaran

3.EfekSamping(efektambahan):

Efek yang tidak menjadi tujuan utama pengobatan, efek ini dapat bermanfaat atau merugikan (mengganggu) tergantung dari kondisi dan situasipasien.

Sebagaicontoh:

Penggunaan antihistamin yang dimaksudkan untuk menghambat kerja histamin, ternyata bahwa antihistamin dapat menimbulkan rasa ngantuk. Bagi pasien yang memerlukan istirahat (tidur) jelas efek ini menguntungkan, tetapi bagi pasien yang bekerja memerlukan kewaspadaan yang tinggi efek ini merugikan karena dapat membahayakan jiwanya.

(13)

E. Toleransi,Habituasi, Aditasi

1.Toleransi Obat

Ketika mengonsumsi obat-obatan dalam jangka panjang akan timbul suatu fenomena yang disebut dengan toleransi obat, sehingga ada kebutuhan untuk menambah dosis obat demi mendapatkan efek obat seperti yang diinginkan. Toleransi obat ini juga bisa dipakai untuk menentukan tingkat adiksi seseorang.

Menurut peneliti dari Tempo Group, Agus Wiyanto, ada tiga jenis toleransi obat, yakni toleransi farmakokinetik, farmakodinamik, dan toleransi yang dipelajari. Tiga jenis toleransi inilah yang menentukan tingkat adiksi seseorang, sebab adiksi dipicu oleh toleransi.

Toleransi farmakodinamik merupakan perubahan adaptif yang terjadi di dalam sistem tubuh yang dipengaruhi oleh obat, sehingga respons tubuh terhadap obat berkurang pada pemberian berulang. "Hal ini misalnya terjadi pada penggunaan antibiotik. Dalam penggunaan jangka panjang, tubuh akan menjadi resisten terhadap antibiotik sehingga membutuhkan penambahan dosis," katanya.

Toleransi yang dipelajari yaitu pengurangan efek obat dengan mekanisme yang diperoleh karena adanya pengalaman terakhir. Misalnya orang yang sudah mempelajari efek alkohol terhadap tubuhnya masih dapat mengendalikan tubuh untuk tidak mabuk. Sehingga ketika dites berjalan lurus, ia masih sanggup.

(14)

Kebutuhan dosis obat yang makin meningkat dapat menyebabkan ketergantungan fisik, di mana tubuh telah beradaptasi dengan adanya obat, dan akan menunjukkan gejala putus obat (withdrawal symptom) jika penggunaan obat dihentikan. Di samping toleransi, ada pula variabel lain yang dapat memicu adiksi. Antara lain obat yang terdiri dari ketersediaan obat dan kemurnian obat, dan lingkungan.

2. Habituasi

Suatu ketergantungan psikologik terhadap obat-obat tertentu, misalnya obat penenang dengan ciri:

- selalu ingin menggunakan obat

- tanpa kecenderungan untuk menaikka dosis - timbul beberapa ketergantungan psikhis - Merugikan pada individu sendiri

3. Adikasi

Suatu ketergantungan dan ketagihan psikologik dan fisik terhadap obat-obat tertentu, Mis: Morfin, dengan ciri-ciri:

- ada dorongan untuk selalu menggunakan suatu obat - ada kecenderungan menaikan dosis

- ada ketergantungan psikhis dan ketergantungan fisik - Merugikan individu dan masyarakat

(15)

Salah satu faktor penting dalam penyembuhan penyakit adalah kepercayaan akan dokter dan obat diminumnya .berdasarkan kepercayaan ini dibuatlah placebo yang dalam bahasa latinnya berarti saya ingin menyenangkan .tujuan dari placebo :

1. Pengobatan sugesti kadangkala memberikan efek yang mengagumkan pada pasien yang kecanduan narkotika dan psikotropika lainnnya maupun pada penderita kanker stadium akhir

2. Uji klinis digunakan pada tahap akhir dalam rangkaian penelitian suatu obat baru yang akan dinilai efek farmakologisnya .

3. Pelengkap dan penggenap pil KB bertujuan agar pasien tidak terlupa menelan pil KB tersebut pada saat menstruasi

G. Hasil Jurnal PENGARUH PEMBERIAN OBAT-OBAT ANTIDEPRESAN TERHADAP MENCIT (Mus musculus) DITINJAU DARI PROFIL FARMAKODINAMIKA.

Pada percobaan ini dilakukan pengamatan terhadap pengaruh obat-obat golongan antidepresan dan antikonvulsan pada mencit dengan rute pemberian oral. Pada percobaan ini digunakan fenitoin dan fenobarbital sebagai obat antikonvulsan, amitriptilin dan imipramin sebagai obat antidepresan serta NaCMC sebagai kontrol negatif. Hasil yang diperoleh adalah sebagai berikut.

Tabel 1. Data Efek Antikonvulsan

Pemerian konvulsiOnset (detik)

Durasi (detik)

(16)

Fenitoin 80 76

Luminal 97 25

NaCMC 240 540

Grafik 1. Data Efek Antikonvulsan

0 100 200 300 400 500 600 Onset konvulsi (detik) Durasi (detik)

Diperoleh hasil bahwa dengan pemberian fenitoin satu jam sebelumnya, mencit yang diberikan penginduksi konvulsi striknin mengalami konvulsi pada detik ke-80, dengan durasi 76 detik. Mencit dengan pemberian luminal mengalami konvulsi pada detik ke-97 dan durasi 25 detik. Sedangkan mencit dengan pemberian NaCMC mengalami konvulsi pada detik ke-240 dengan durasi 540 detik. Hasil dari percobaan ini didapatkan bahwa fenitoin memiliki onset kejang yang lebih rendah dari pada luminal, tetapi memiliki durasi kejang yang lebih panjang.

Fenitoin memiliki efek stabilisasi pada membran karena blokade kanal Na+. Fenitoin memiliki indeks terapi yang sempit, konsentrasi terapeutiknya

dalam plasma darah adalah 5-20 µg/mL, konsentrasi maksimal dalam plasma setelah 3-12 jam, diabsorbsi lambat setelah pemberian oral sebanyak 70-90%, ikatan obat-protein plasma sekitar 90%. Karena obat ini termasuk obat kerja cepat, maka onset kejangnyapun lebih singkat dibandingkan luminal.

(17)

Fenobarbital/Luminal memiliki mekanisme kerja meningkatkan efek penghambatan GABA dengan cara berikatan pada kompleks reseptor GABA-kanal klorida. Konsentrasi plasma terapeutik luminaladalah 10-40 µg/mL, konsentrasi plasma maksimal setelah 6-18 jam. Lebih dari 80% obat diabsorpsi lambat setelah pemberian oral. Ikatan obat dengan protein plasma sekitar 50-60%. Obat ini dapat memberikan efek antikonvulsi yang lebih panjang karena sifatnya yang bertahan lebih lama dalam sirkulasi.

Tabel 2. Data efek Antidepresan

Pemerian Immobility time Rata-rata SD I II III Amitriptili n 69 87 192 116 66,43041 Imipramin 117 102 111 110 7,549834 NaCMC - - 172 172

(18)

0 50 100 150 200

Antidepresan

Rata-rata

(19)

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan

Farmakologi merupakan suatu studi tentang obat dan pengaruhnya terhadap manusia (lehne, 1988 dalam Kuntarti). Dalam farmakologi dikenal dengan istilah farmakokinetik dan farmakodinamik. Pengertian farmakodinamika dalam ilmu farmakologi sebenarnya memiliki hubungan yang cukup erat dengan farmakokinetik, jika farmakokinetik lebih fokus kepada perjalanan obat-obatan di dalam tubuh maka farmakodinamik lebih fokus membahas dan mempelajari seputar efek obat-obatan itu sendiri di dalam tubuh baik dari segi fisiologi maupun biokimia berbagai organ tubuh serta mekanisme kerja obat-obatan itu sendiri di dalam tubuh manusia.

Dalam mekanisme kerja efek obat dalam tubuh atau mempelajari pengaruh obat terhadap fisiologis tubuh. Kebanyakan obat pada tubuh bekerja melalui salah satu dari proses interaksi obat dengan reseptor, interaksi obat dengan enzim, dan kerja obat non spesifik. Dalam hasil yang didapat jurnal PENGARUH PEMBERIAN OBAT-OBAT ANTIDEPRESAN TERHADAP MENCIT (Mus musculus) DITINJAU DARI PROFIL FARMAKODINAMIKA antikovulsan merupakan golongan obat yang identik dan sering hanya digunakan pada kasus-kasus kejang karena epileptic.

(20)

B. Saran

Penulis berharap mahasiswa bisa memahami tentang mekanisme kerja obat serta efek-efek obat, dan melalui makalah ini juga diharapkan kita bisa mendapatkan ilmu tentang farmakodinamika beserta bagian-bagiannya. Penulis juga berharap kalau ada kesalahan baik dari bentuk penulisanya maupun bentuk penyusunannya penulis berharap kritik dan saran yang bersifat konstruktif kami selalu tunggu demi kesempurnaan makalah selanjutnya.

DAFTAR PUSTAKA

Joyce L. Kee dan Evelyn R. Hayes ’’ Farmakologi Pendekatan Proses

(21)

Brunner dan Suddarth “Keperawatan Medikal Bedah” Jakarta ,2001

Ian tanu “ farmakologi dan terapi” Jakarta : FKUI ,2007

Syarif, A et.al. Farmakologi dan terapi 5th edition. Departemen farmakologi dan Terapeutik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta. 1998. Mycek, Mary J. dkk. Farmakologi Ulasan Bergambar edisi 2. Widya Medika,

Jakarta. 2001.

Gambar

Grafik 1.  Data Efek Antikonvulsan
Tabel 2. Data efek Antidepresan

Referensi

Dokumen terkait

Sepatu rem ini dirancang dalam kapasitas yang cukup untuk menghentikan dan mengangkat bagian yang berputar dari generator dan turbin, supaya thrust bearing dapat digerakkan atau

Dalam menentukan tambahan tegangan vertikal yang terjadi akibat beban t erbagi rata berbentuk trapesium dengan panjang tak terhingga, ditinjau titik A didalam tanah yang.

Hasil evaluasi pembelajaran siklus II menunjukkan, bahwa kemampuan mahasiswa Pendidikan Biologi Universitas Bengkulu sudah menunjukkan hasil yang baik dengan nilai rata-rata

Waktu merupakan komponen pembentuk preferensi pembelian online yang paling krusial,oleh karena itu produsen harus memperhatikan jumlah waktu yang dibutuhkan

(2) Kewajiban sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dengan tidak melakukan pembuangan sampah disembarangan tempat, terkecuali pada tempat yang telah ditentukan

Permasalahan yang akan dibahas pada penelitian ini adalah rute terpendek jalur evakuasi menggunakan algoritma Dijkstra, penentuan titik kumpul (assembly point)

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui struktur komunitas Collembola di lingkungan rhizosfer Chromolaena odorata pada lahan vulkanik, pantai berpasir dan karst dengan

Berbagai lembaga afiliasi saat ini dan yang lalu yang menjadi sumber penghasilan (dalam posisi sebagai pekerja atau direktur) dalam lembaga publik atau perusahaan