• Tidak ada hasil yang ditemukan

STATUS PENCABUTAN GIGI MOLAR PERTAMA PERMANEN DI PUSKESMAS PANGKAJENE KABUPATEN SIDENRENG RAPPANG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "STATUS PENCABUTAN GIGI MOLAR PERTAMA PERMANEN DI PUSKESMAS PANGKAJENE KABUPATEN SIDENRENG RAPPANG"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

JURNAL ILMIAH KESEHATAN IQRA

STATUS PENCABUTAN GIGI MOLAR PERTAMA PERMANEN DI

PUSKESMAS PANGKAJENE KABUPATEN SIDENRENG RAPPANG

Abd. Muyasir1, Ibrahim2.*, Juwita Husaini3, Abdul Azis4

1Mahasiswa Diploma IV Kesehatan Gigi, STIKES Muhammadiyah Sidrap 2,3,4Program Studi Diploma IV Terapis Gigi, STIKS Muhammadiyah Sidrap

Alamat korespondensi: ibrahim.stkg.m.kes09@gmail.com

ABSTRAK

Gigi molar pertama permanen merupakan gigi permanen pertama yang erupsi tanpa menggantikan gigi sulung. Gigi Molar pertama permanen memiliki fungsi dalam pengunyahan makanan di rongga mulut sehingga akan banyak terdapat sisa makanan apabila tidak dibersihkan dengan baik. Pencabutan gigi adalah suatu prosedur pengangkatan atau pengambilan gigi dari tempatnya dalam mulut. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui status pencabutan gigi molar pertama permanen di Puskesmas Pangkajenen Kabupaten Sidenreng Rappang. Hasil penelitian dari jumlah frekuensi 18 orang pasien yang melakukan pencabutan gigi M1 yaitu pada pada usia dewasa berjumlah 10 orang atau 55,6%, sedangkan berdasarkan jenis kelamin pada pasien perempuan berjumlah11 orang atau 61,1% dan berdasarkan kasus pada pasien Ganggren Radix berjumlah 11 orang atau 61,1%, sedangkan karies berjumlah 7 orang atau 38,9%. Masih terdapat keluhan gigi M1 dikalangan masyarakat, diharapkan dilakukan pengobatan sedini mungkin sehingga dapat mencegah terjadinya karies berlanjut bahkan kehilangan gigi M1.

Kata Kunci : Gigi molar pertama permanen; Pencabutan gigi

PENDAHULUAN

Mulut adalah pintu gerbang pertama di dalam sistem pencernaan tubuh. Makanan dan minuman akan diproses di dalam mulut dengan bantuan gigi geligi, lidah dan saliva. Untuk itu, merawat dan mempertahankan agar gigi tetap dapat berfungsi baik di dalam rongga mulut merupakan hal wajib untuk dilakukan oleh semua orang. Perawatan pada gigi geligi meliputi banyak disiplin ilmu dalam kedokteran gigi dan perawatan tersebut saling berkaitan. Namun dalam kondisi tertentu terdapat suatu keadaan dimana gigi geligi tersebut tidak dapat dipertahankan sehingga harus dicabut (Agnesia, 2013).

Berbagai indikator telah ditentukan oleh WHO, antara lain anak usia 5 tahun 90% bebas karies, anak usia 20 tahun mempunyai tingkat keparahan kerusakan gigi (indeks DMF-T) sebesar satu gigi, penduduk usia 18 tahun bebas gigi yang

dicabut (komponen M=0), penduduk usia 35-44 memiliki minimal 20 gigi sebesar 90%, penduduk usia 65 tahun keatas masih mempunyai gigi berfungsi sebesar 75%, dan penduduk tanpa gigi ≤ 5%.(Murniwati, 2019)

Di Indonesia, berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007, pravelensi penduduk yang mempunyai masalah gigi dan mulut adalah 23,4%. Di indonesia indeks DMF-T 4,8 dengan indeks M-T (Missing Teeth) 3,9 artinya dari rata-rata kerusakan 5 gigi perorang, rata-rata 4 gigi dicabut perorang. Persentase MTI (Missing Teeth Indeks) di indonesia adalah 79,6%, sedangkan persentase penggunaan gigi tiruan cekat maupun lepasan hanya 4,5%.(Murniwati, 2019)

Beberapa penelitian tentang pencabutan gigi seperti yang dilakukan oleh Omer SJ dkk (2011) di Pakistan menemukan bahwa prevalensi

(2)

JURNAL ILMIAH KESEHATAN IQRA

pencabutan molar satu mandibula sebesar 62,7% dibanding molar satu maksila sebesar 37,3%. Begitu juga penelitian yang dilakukan Anca MR dkk (2009) di Brasil menemukan bahwa prevalensi pencabutan molar satu mandibula sebesar 70,2% dibanding molar satu maksila sebesar 29,8%. Melalu penelitiannya, Anca MR dkk (2009) juga menemukan perbedaan pencabutan gigi molar satu mandibula berdasarkan umur, yaitu meningkat seiring bertambahnya umur seseorang.(Poha, 2014)

Gigi molar pertama juga merupakan gigi permanen pertama yang erupsi yaitu pada umur 6 tahun, sehingga menjadi gigi yang paling rawan terkena karies oleh karena paparan dari lingkungan di dalam mulut. Ketika gigi tersebut terkena karies dapat menyebabkan pencabutan. Hal tersebut dapat menimbulkan masalah yang jauh lebih kompleks mulai dari bergesernya gigi-geligi disekitar molar satu mandibula, sampai dengan mempengaruhi oklusi dan sendi pada rahang dan dapat juga mengganggu proses mastikasi atau pengunyahan yang dapat mempengaruhi penyerapan nutrisi dari makanan sehingga nutrisi makanan tidak dapat diserap dengan baik oleh usus oleh karena makanan tidak menjadi hancur dengan sempurna. (Poha, 2014)

Gigi molar pertama permanen erupsi pada umur 6-8 tahun, dan merupakan gigi permanen pertama yang erupsi tanpa menggantikan gigi decidui. Gigi molar pertama permanen memiliki fungsi dalam pengunyahan makanan di rongga mulut sehingga akan banyak terdapat sisa makanan apabila tidak di bersihkan dengan baik.(Ilmi, 2018)

Molar pertama merupakan gigi permanen yang pertama erupsi, jika di bandingkan dengan waktu erupsi gigi permanen lainnya, maka molar pertama sangat rentan terhadap karies. Selain itu

faktor anatomi gigi molar sangat berpengaruh terhadap perkembangan karies. Adanya pit dan fissure pada daerah oklusal gigi molar lebih memudahkan bakteri untuk berkembang biak. Gigi molar pertama permanen adalah gigi yang paling banyak di cabut karena faktor karies yang berkembang menjadi nekrosis pulpa. Banyaknya kasus pencabutan gigi molar pertama permanen di karenakangigi molar pertama permanen memiliki waktu erupsi yang awal dan tidak menggantikan gigi sulung, sehingga masyarakat menganggap gigi tersebut merupakan gigi sulung, akibatnya masyarakat cenderung mengabaikan gigi molarpertama permanen. Kurangnya kesadaran menjaga kebersihan gigi dan mulut pada manusia menjadi faktor pendorong gigi molar pertama permanen lebih rentan terhadap karies dan seiring waktu berkembang menjadi nekrosis pulpa.(Ilmi, 2018)

Pelayanan kesehatan gigi dan mulut menurut jenis kelamin di Kabupaten Sidenreng Rappang perlu perawatan jenis kelamin laki-laki sebanyak 2,528 orang, dan berjenis kelamin perempuan sebanyak 2,465. Dan jumlah denga status perlu perawatan keseluruhan sebanyak 4,993 orang.

Peneliti sudah melakukan pengamtan di Puskesmas Pangkajene Kabupaten Sidenreng Rappang, ternyata di lihat dari data sekunder banyak pasien mengalami karies gigi dipuskesmas tersebut.

Merujuk dari gambaran kondisi tingginya pravelensi pencabutan gigi khususnya di indonesia yang dipengaruhi oleh berbagai latar belakang faktor penyebab, maka perlu juga kiranya dilakukan survey pravelensi pencabutan gigi di Kabupaten Sidenreng Rappang. Data mengenai pravelensi pencabutan gigi kalangan masyarakat di Kabupaten Sidenreng Rappang diras perlu guna

(3)

JURNAL ILMIAH KESEHATAN IQRA

menunjang penelitian lebih lanjut mengenai kesehatan gigi dan mulut. Oleh karena itu, tujuan penelitian ini adalah untuk status pencabutan gigi molar pertama permanen berdasarkan karakteristik pasien yang berkunjung di Puskesmas Pangkajene Kabupaten Sidenreng Rappang.

BAHAN DAN METODE

Lokasi dan Desain Penelitian

Desain penelitin yang digunakan adalah penelitian diskriptif. Lokasi Penelitian ini telah dilaksanakan poliklinik gigi di Puskesmas Pangkajene Kabupaten Sidenreng Rappang bulanJuli Tahun 2020.

Populasi dan Sampel

Jumlah Sampel penelitian adalah seluruh kartu status pasien yang berkunjung ke poliklinik gigi di Puskesmas Pangkajene Kabupaten Sidenreng Rappang yang mencabut gigi molar pertama permanen bulan Juli Tahun 2020 sebanyak 18 orang.

Analisa dan penyajian data

Dalam penelitian ini, digunakan analisis data univariat merupakan analisis setiap variabel yang dinyatakan dengan sebaran frekuensi, baik secara angka-angka mutlak maupun secara persentase.

HASIL

Tabel 1. Karakteristik responden pencabutan gigi M1 berdasarkan jenis kelamin

Jenis Kelamin f %

Laki - laki 7 38,9 Perempuan 11 61,1

Berdasarkan tabel 1 menunjukkan bahwa jumlah pasien perempuan lebih banyak melakukan pencabutan gigi M1

dengan jumlah 11 responden atau 61,1%, sedangkan jumlah pasien laki-laki hanya 7 responden atau 38,9%.

Tabel 2. Karakteristik responden pencabutan gigi M1 berdasarkan usia

Usia f %

Dewasa 10 55,6

Pra Lansia 6 33,3

Lansia 2 11,1

Berdasarkan tabel 2 menunjukkan bahwa jumlah pasien yang melakukan pencabutan gigi M1 di puskesmas, usia yang paling banyak melakukan pencabutan gigi M1 yaitu pada usia dewasa berjumlah 10 responden atau 55,6%, sedangkan pada usia pra lansia berjumlah 6 responden atau 33,3% dan yang paling sedikit pada usia lansia berjumlah 2 responden atau 11,1%.

Tabel 3. Karakteristik responden pencabutan gigi M1 berdasarkan factor penyebab pencabutan gigi

Faktor Penyebab f %

Karies 7 38,9

Ganggren Radix 11 61,1

Gingivitis 0 0

Tabel 3 menunjukkan bahwa

pasien yang melakukan pencabutan

gigi M1 di puskesmas yang paling

banyak

disebabkan

oleh

kasus

Ganggren Radix yang berjumlah 11

responden atau 61,1%, sedangkan 7

responden atau 38,9% disebabkan

karena karies dan tidak ada pasien

yang melakukan pencabutan gigi M1

yang disebabkan karena Gingivitis.

PEMBAHASAN

Hasil tabel 1 menunjukkan bahwa jumlah pasien perempuan lebih banyak melakukan pencabutan gigi M1 dengan jumlah responden 11 atau 61,1%, sedangkan jumlah pasien laki-laki hanya 7 responden atau 38,9%. Karena keadaan ini disebabkan perempuan memiliki faktor

(4)

JURNAL ILMIAH KESEHATAN IQRA

resiko masalah gigi dan mulut yang tidak dimiliki laki-laki yaitu faktor hormon. Fluktasi hormon pada perempuan memicu timbulnya gingivitis, meningkatnya keasaman (pH) rongga mulut sehingga terjadinya karies dan dilakukan pencabutan, serta perbedaan pola makan.

Berdasarkan tabel 2 menunjukkan bahwa jumlah pasien yang melakukan pencabutan gigi M1 di puskesmas, usia yang paling banyak melakukan pencabutan gigi M1 yaitu pada usia dewasa berjumlah 10 responden atau 55,6%, disebabkan karena mengabaikan kebersihan gigi dan mulutnya karena kesibukan pekerjaan serta kurang pentingnya pelayanan kesehatan gigi dan mulut. Usia ini cenderung melakukan tindakan pencabutan gigi, sedangkan pada usia pra lansia berjumlah 6 responden atau 33,3% dan yang paling sedikit pada usia lansia berjumlah 2 responden atau 11,1%.

Berdasarkan tabel 3 menunjukkan bahwa pasien yang melakukan pencabutan gigi M1 di puskesmas yang paling banyak disebabkan oleh kasus Ganggren Radix yang berjumlah 11 responden atau 61,1%, sedangkan 7 responden atau 38,9% disebabkan karena karies. Keadaan ini disebabkan oleh karena gigi yang telah rusak berat tidak bisa dipertahankan lagi, dan juga sebagian besar masyarakat tidak menyadari bahwa gigi M1 adalah gigi permanen, kondisi ini disebabkan karena tidak memperhatikan kesehatan gigi dan mulut sehingga harus dilakukan tindakan pencabutan, gigi molar pertama rahang bawah rawan untuk mengalami kerusakan karena merupakan gigi permanen yang pertam erupsi.

Penelitian ini sejalan dengan studi pendahuluan yang dilakukan oleh(Ilmi, 2018), dengan judul Gambaran Pencabutan Gigi Molar Pertama Tetap di Puskesmas Makrayullir Barat II Palembang 2017, dari jumlah frekuensi

310 orang pasien yang melakukan pencabutan gigi M1 berdasarkan kasus karies mencapai pulpa berjumlah 183 orang (59,03%), sedangkan nekrosis radix berjumlah 105 orang (33,87%), sedangkan mobility berjumlah 22 0rang (7,10%).

KESIMPULAN

Jumlah pasien yang melakukan pencabutan gigi M1di Puskesmas terdapat 18 responden dengan jumlah perempuan lebih banyak melakukan pencabutan gigi M1 sebanyak 11 responden atau 61,1% dari pada laki-laki sebanyak 7 responden atau 38,9%. Jumlah pasien yang melakukan pencabutan gigi M1 di Puskesmas terdapat pada usia Dewasa yang berjumlah 10 responden atau 55,6%. Jumlah pasien yang melakukan pencabutan gigi M1 sebanyak 18 responden, dengan Ganggren Radix berjumlah 11 responden atau 61,1% dari pada Karies yang berjumlah 7 responden atau 38,9% dan tidak ada pasien yang mencabut gigi M1 karena Gingivitis.

SARAN

Perlu diadakan penyuluhan pada pasien di Puskesmas Pangkajene tentang kesehatan gigi dan mulut. Gigi M1 perlu dilakukan pengobatan atau perawatan sedini mungkin apabila terdapat keluhan pada gigi geligi terutama pada anak yang mengalami pertumbuhan gigi M1 sehingga dapat mencegah terjadinya karies berlanjut bahkan kehilangan gigi M1. Agar gigi M1 bisa bertahan lama dilakukan tindakan pencegahan berupa Fissure Sealant.

DAFTAR PUSTAKA

Agnesia, panelewen wulan. (2013). Gambaran Pencabutan Gigi Permanen di Puskesmas Bitung Barat Kecamatan Maesa Kota Bitung Tahun 2012. E-GIGI, 1(2), 1-15

(5)

JURNAL ILMIAH KESEHATAN IQRA

https://doi.org/10.35790/eg.1.2.201 3.3123

Fatin, A., Mardiati,E., & Malik, I. (2018). Perbedaan prevalensi kehilangan gigi molar pertama pada pasien umur 13-20 tahun.Padjadjaran Journal of Dental Researchers andStudents,2(2), 125.

https://doi.org/10.24198/pjdrs.v3i1.2 2308

Fithri,Z., Rochim,A,&Cholid,Z. (2014). Distribusi Pencabutan Gigi Berdasarkan Karakteristik Sosiodemografi pada Pasien RSGM Universitas Jember Periode Januari-Desember 2014 University of Jember Patients on.5(1), 177–184.

Ilmi,U.(2018).Gambaran encabutan gigi molar pertama tetap di puskesmas makrayu ilir barat ii palembang 2017.

Listrianah,L., Zainur,R.A., & Hisata, L. S. (2019). Gambaran Karies Gigi Molar Pertama Permanen Pada Siswa – Siswi Sekolah Dasar Negeri 13 Palembang Tahun 2018. JPP (Jurnal Kesehatan Poltekkes Palembang),13(2), 136–149. https://doi.org/10.36086/jpp.v13i2.2 38

Lumumba,C.S., Wibisono,P.A., & Krismariono, A. (2015). Gambaran gingivitis pasien puskesmas pucang sewu Surabaya pada tahun 2015 menggunakan papillary bleeding index.Research Gate, 3(July 2016), 2.https://doi.org/10.1109/MTDT.200 2.1029774

Murniwati, M. (2019). Gambaran Jumlah Kehilangan Gigi Molar Permanen Pada Masyarakat Di Wilayah Kerja Puskesmas Lubuk Buaya Padang. B-Dent, Jurnal Kedokteran Gigi Universitas Baiturrahmah, 3(2),

123–130.

https://doi.org/10.33854/jbdjbd.68 Ngangi,R.S.(2013). Gambaran

Pencabutan Gigi Di Balai Pengobatan Rumah Sakit Gigi Dan Mulut Universitas Sam Ratulangi

Tahun 2012.

E-GIGI,1(2).https://doi.org/10.35790 /eg.1.2.2013.3211

Poha,D.G.(2014). Gambaran Pencabutan Gigi Molar Satu Mandibula Berdasarkan Umur Dan Jenis Kelamin Di Balai Pengobatan Rumah Sakit GigiDan Mulut

Manado Tahun

2012.E-GIGI,2(1).https://doi.org/10. 35790/eg.2.1.2014.4016

Prasetya, M. A. (2018). Bali Dental Journal molar pertama permanen pada anak Sekolah Dasar.2(1), 1–8. Pratama,I.W.G. ; dkk. (2019). Gambaran

Kejadian Karies Gigi Molar Pertama Permanen dan Tingkat Pengetahuan Tentang Kesehatan Gigi pada Anak Usia 9-12 Tahun di SD Negeri 4 Sanur Denpasar. Bali Dental Journal,3(1), 2.

Salah,S, Syarat,S, Memperoleh, U., Ahli, G., Keperawatan, M., & Palembang,

P.K.(2019). Gambaran

penatalaksanaan karies gigi di puskesmas payaraman kabupaten ogan ilir tahun 2017 karya tulis ilmiah.

Silaban, S. (2013).Prevalensi Karies Gigi Geraham Pertama Permanen Pada Anak Umur 8 – 10 Tahun Di Sd Kelurahan Kawangkoan Bawah.

E-GIGI, 1(2).

https://doi.org/10.35790/eg.1.2.2013. 3147

Siswa, P., Baiturrahman, M.I.N., Aceh,B, & Tahun, U. (2018).JOURNAL OF Syiah Kuala.3(2), 76–81.

Tarigan, Rasinta. 2013. Karies Gigi. Jakarta: EGC.

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan pola jajan kariogenik dan kebiasaan menggosok gigi terhadap kejadian karies gigi molar pertama permanen pada anak

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan pola jajan kariogenik dan kebiasaan menggosok gigi terhadap kejadian karies gigi molar pertama permanen pada anak

tindakan pencabutan gigi tertinggi di RSGM Unsrat tahun 2015 lebih banyak dilakukan oleh pasien berjenis kelamin perempuan sebesar 66,01% dari total jumlah pasien

Usia sekolah dasar juga merupakan usia peralihan dari gigi sulung hingga gigi permanen, sehingga tingkat keparahan karies pada gigi molar pertama permanen ini banyak

Jumlah pasien yang melakukan pencabutan gigi anterior maksila di. Departemen Bedah Mulut RSGMP FKG USU

Berdasarkan hasil review dari 5 artikel didapatkan bahwasannya pasien osteoporosis yang melakukan pencabutan gigi mengalami penyembuhan lama dari

Bagaimanakah sebaiknya diet yang harus disarankan dokter gigi pada pasien penderita diabetes mellitus setelah melakukan pencabutan gigi.. Diet diubah sebelum pencabutan gigi

Kesimpulannya pasien usia dewasa muda dan pasien yang tidak pernah menjalani tindakan pencabutan gigi memiliki tingkat kecemasan yang lebih tinggi, tingkat