• Tidak ada hasil yang ditemukan

Laporan Kasus Mastitis

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Laporan Kasus Mastitis"

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN KASUS I. Identitas Pasien

• Nama : Ny. N

• No. RM : 050663

• Umur : 18 tahun

• Jenis Kelamin : Perempuan

• Alamat : Jl. Kandea 3 Lr. 1, No. 20

• Agama : Islam

• Tanggal masuk : 10 Desember 2015 pukul 22.00 WITA II.Anamnesis Terpimpin

G1P0A0

HPHT : Lupa TP : Gestasi :

-Ibu masuk di RSIA Khadijah pada tanggal 10 Desember 2015 dengan keluhan keluhan nyeri perut tembus belakang disertai riwayat pelepasan lendir (+), darah (+), dan air (-). Pasien juga mengeluh bengkak pada payudara dan terasa sakit bila ditekan, yang dirasakan sudah 1 minggu. Riwayat dirawat di RS Pelamonia selama 1 minggu dengan penyakit bengkak pada payudara.

Riwayat ANC : 1x di dokter spesialis, Suntik TT :

-Riwayat Penyakit : HT (disangkal), DM (disangkal), Asma (disangkal), Alergi (disangkal).

(2)

Riwayat Obstetri :

Anak I : Kehamilan sekarang

Riwayat Kontrasepsi : Belum pernah mengikuti program KB. Riwayat Operasi : Belum pernah operasi.

III. Pemeriksaan Fisik

KU : Baik/Sadar

Tanda Vital : TD : 130/90 mmHg P : 20x/i N : 88x/i S : 36,6oC

Pemeriksaan Luar Pemeriksaan Dalam Vagina

TFU : 32cm

LP : 82 cm

Situs : memanjang Punggung : Kiri

Bagian terbawah: Kepala Perlimaan : 4/5

His : 1x10 (10-15) DJJ : 158 x/i Gerak janin : dirasakan ibu Anak kesan : tunggal TBJ : 2624 gram

Vulva : Tidak ada kelainan Vagina : Tidak ada kelainan Porsio : Lunak/Tebal Pembukaan : 1 cm

Ketuban : (+) Bagian Terdepan : Kepala Penurunan : Hodge I UUK : Sulit dinilai Panggul dalam kesan cukup

Pengeluaran : Lendir (+), darah (+)

IV. Pemeriksaan Penunjang a. Pemeriksaan laboratorium Tanggal 10 Desember 2015 Darah Rutin Hb : 8,2 g/dl Leukosit : 18,8 x 103/ul Eritrosit : 3,82 x 103/ul Trombosit : 235 x 103/ul Hematokrit : 26,4 % GDS : 119 mg/dl

(3)

V. Diagnosis

1. G1P0A0 gravid 37 – 38 minggu inpartu kala I fase laten 2. Mastitis

Gambar 1. Mastitis pada payudara kanan. VI. Penatalaksanaan

1. IVFD RL 28 tetes/menit

2. Drips Metronidazole / 8 jam/ IV 3. Ceftriaxon 1 gr/ 12 jam/ IV 4. Dexametason 1 amp/ 8 jam/ IV

5. Observasi his, DJJ, kemajuan persalinan VII. FOLLOW UP Tanggal pemeriksaan Follow up Terapi 11/12/2015 06.00

S: Nyeri perut tembus belakang disertai riwayat pelepasan lendir (+), darah (+), dan air (-). Pasien juga mengeluh bengkak pada payudara dan terasa sakit

- IVFD RL 28 tetes/menit

- ceftriaxone 1 gr/ 12 jam/ IV

(4)

bila ditekan, yang dirasakan sudah 1 minggu. Riwayat dirawat di RS Pelamonia selama 1 minggu dengan penyakit bengkak pada payudara.

Riwayat ANC : 1x di dokter spesialis, Suntik TT :

-Riwayat Penyakit : HT (disangkal), DM (disangkal), Asma (disangkal), Alergi (disangkal).

Riwayat Obstetri

Anak I: Kehamilan sekarang Riwayat Kontrasepsi: Belum pernah mengikuti program KB. Riwayat Operasi: Belum pernah operasi. O: TD: 130/90 mmHg N: 88x/m P: 20x/m S: 36,6ºC Pemeriksaan Luar TFU : 32cm LP : 82 cm Situs : memanjang Punggung : Kiri

Bagian terbawah: Kepala

8 jam/ IV

-Observasi his, DJJ, kemajuan persalinan -VT kontrol jam 08.00

(5)

Perlimaan : 5/5

His : 3x10 (40-45) DJJ : 145 x/i Gerak janin : dirasakan ibu Anak kesan : tunggal TBJ : 2624 gram Pemeriksaan Dalam Vagina Vulva : Tidak ada kelainan Vagina : Tidak ada kelainan Porsio : Lunak/ Tipis Pembukaan : 8 cm

Ketuban: (+)

Bagian Terdepan: Kepala Penurunan: Hodge III UUK : Sulit dinilai

Panggul dalam kesan Cukup

Pengeluaran : Lendir (+), darah (-) A: G1P0A0 gravid 37 - 38 minggu inpartu kala I fase aktif + Mastitis (D)

11/12/2015

07.00 S : ibu ingin meneranO : His : 4x10 (40-45) DJJ : 150 x/i PDV v/v : tak/tak portio : melesap Ø : Lengkap ket : (-)

Bagian terdepan : Kepala UUK : arah jam 12 Penurunan: Hodge IV Panggul dalam kesan cukup Pelepasan lendir (+), darah (+) A: G1P0A0 gravid 37 - 38 minggu inpartu kala II + Mastitis

- Observasi DJJ, his, dan kemajuan persalinan.

- VT kontrol pukul 05.00

(6)

07.25

07. 30

ibu meneran, lahirlah bayi ♂, BBL = 2650 gr, PB = 47 cm, A/S = 8/10

Plasenta, kotiledon, selaput ketuban lahir lengkap, tali pusat putih licin, terpilin, panjang -/+ 50 cm, rupture perineum tingkat II

- Cek TFU

- Inj. Oxytocin 10 IU/ IV

- Jepit, potong, rawat tali pusat - Lahirkan plasenta secara R/A - Masase Uterus - Cek perdarahan - Hacting perineum tingkat II 11/12/2015 09.30

S: tidak ada keluhan O:Ku: baik

TD: 120/80 mmHg N: 82 x/m P: 18 x/m S: 36,7ºC TFU: setinggi pusat

Mamma: tak/tak ASI: +/+

Luka perineum : baik Lokia: kruenta BAK: lancar BAB: Belum A: PPH I + Mastitis (D) - Cefadroxil 2x500mg - Asam mefenamat 3x500 mg - Inbion 1x1 - Perawatan Payudara

(7)

DISKUSI

Pada kasus ini, Ny. N berusia 18 tahun didiagnosis dengan mastitis dextra yang ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang.

Dari anamnesis di dapatkan bahwa pasien dengan G1P0A0 gravid 37 – 38 minggu datang dengan ke RSIA St Khadija I dengan nyeri perut tembus ke belakang dan bengkak pada payudara dan terasa sakit yang di rasakan sudah 1 minggu. Pelepasan lender (+), darah (+), air (-). Hal tersebut merupakan salah satu dasar diagnosis Mastitis yang bersifat subjektif. Pemeriksaan kehamilan 1x di dokter spesialis, serta belum pernah di injeksi TT.

Pada pemeriksaan fisik didapatkan tekanan darah 130/90 mmHg dan pemeriksaan laboratorium menunjukkan Leukosit :18,8 x 103/ul. Hal ini

(8)

menegaskan bahwa pasien menglami infeksi yang sumber infeksi berasal dari peradangan pada payudara yang biasa disebut mastitis.

Hal ini sesuai dengan kepustakaan dimana mastitis adalah peradangan parenkimatosa kelenjar mamaria merupakan penyulit antepartum yang jarang terjadi biasanya unilateral, tetapi kadang – kadang dijumpai selama masa nifas dan menyusui. Gejala mastitis supuratif jarang muncul sebelum akhir minggu pertama masa nifas dan biasanya muncul sebelum minggu ke tiga atau keempat. Berdasarkan lokasinya mastitis terbagi atas yang berada di bawah aerola mammae, di tengah aearola mammae, dan mastitis yang lebih dalam antara payudara dan otot – otot. Hampir semua kasus mastitis akut terjadi selama menyusui; kebanyakan dari kasus ini timbul pada bulan pertama menyusui. Minggu – minggu pertama menyusui, payudara rentan terhadap infeksi bakteri akibat terbentuknya fisura dan celah di putting. Dari tempat masuk ini, biasanya Staphylococcus aureus atau, yang lebih jarang streptococcus yang menginvasi jaringan payudara. Pasien datang dengan payudara yang eritematosa dan nyeri serta biasanya disertai demam.

Faktor – faktor penyebab dari Ibu :

Masalah dari ibu yang timbul selama menyusui dapat dimulai sejak sebelum persalinan (periode antenatal), pada masa pasca persalinan dini, dan pasca masa persalinan lanjut. Masalah menyusui dapat pula diakibatkan karena keadaan khusus. Selain itu ibu sering benar mengeluhkan bayinya sering menangis, atau “menolak” menyusu, dsb yang sering diartikan bahwa ASInya tidak cukup, atau ASInya tidak

(9)

enak, tidak baik atau apapun pendapatnya sehingga sering menyebabkan diambilnya keputusan untuk menghentikan menyusui.

1. Putting Susu datar atau Terbenam

Putting yang kurang menguntungkan seperti ini sebenarnya tidak selalu menjadi masalah. Secara umum ibu tetap masih dapat menyusui bayinya dan upaya selama antenatal umumnya kurang berfaedah, misalnya dengan memanipulasi Hofman, menarik-nerik puting, ataupun penggunaan brest shield dan breast shell. Yang paling efisien untuk memperbaiki keadaan ini adalah isapan langsung bayi yang kuat. Maka sebaiknya tidak dilakukan apa-apa, tunggu saja sampai bayi lahir,

2. Putting susu lecet

Pada keadaan ini seringkali seorang ibu menghentikan menyusui karena putingnya sakit. Kebanyakan ibu menghindari pengosongan payudara secara sempurna

3. Bendungan Payudara

Kondisi ini tidak terjadi bila bayi disusui segera setelah lahir, sehingga bendungan ASI terhindarkan. Pentingnya pengeluaran ASI yang segera pada tahap awal mastitis, atau kongesti, untuk mencegah perkembangan penyakit dan pernbentukan abses. Isapan bayi adalah sarana pengeluaran ASI yang efektif.

4. Sisi yang disukai dan pengisapan yang efisien

Banyak ibu merasa lebih mudah untuk menyusui bayinya pada satu sisi payudara dibandingkan dengan payudara yang lain, sehingga drainase payudara tidak sempurna. Selain itu telah dinyatakan bahwa

(10)

pengisapan yang tidak tepat, yang menyebabkan mastitis, lebih mungkin terjadi pada sisi payudara yang lebih sulit untuk menyusui. 5. Frekuensi menyusui

Tahun 1952, Illingworth dan Stone secara formal menunjukkan dalam uji coba dengan kontro1, bahwa insiden dapat dikurangi hingga setengahnya bila bayi disusui tanpa batas. Hubungan antara pembatasan frekuensi dan durasi menyusui dan mastitis telah diuraikan oleh beberapa penulis. Banyak wanita menderita mastitis bila mereka tidak menyusui atau bila bayi mereka, tidak seperti biasanya, tertidur semalaman dan waktu antar menyusui semakin lama.

6. Menggunakan bra yang ketat dan menghambat aliran ASI

Faktor – faktor penyebab dari bayi :

Masalah pada bayi umumnya berkaitan dengan manajemen laktasi, sehingga bayi sering menjadi “bingung puting” atau sering menangis, yang sering diinterprestasikan oleh ibu dan keluarga bahwa ASI tidak tepat untuk bayinya.

1. Pengisapan pada payudara

Pengisapan yang buruk sebagai penyebab pengeluaran ASI yang tidak efisien, saat ini dianggap sebagai faktor predisposisi utama mastitis. Nyeri puting dan puting pecah-pecah sering ditemukan bersama dengan mastitis.

(11)

Penyebab nyeri dan trauma puting yang tersering adalah pengisapan yang buruk pada payudara, kedua kondisi ini dapat terjadi bersama-sama. Selain itu, nyeri puting akan menyebabkan ibu menghindar untuk menyusui pada payudara yang sakit dan karena itu mencetuskan stasis ASI dan bendungan.

Sumber, Mastitis : penyebab dan penatalaksanaan, WHO.

2. Bayi bingung putting (Nipple Confusion)

Nipple Confusion adalah keadaan yang terjadi karena bayi mendapat susu formula dalam botol berganti-ganti dengan menyusu pada ibu. Terjadi karena mekanisme menyusu pada puting berbeda dengan botol. Tanda-tanda :

(12)

mengisap puting seperti menghisap dot, menghisap terbutus-putus dan sebentar, bayi menolak menyusu.

3. Bayi dengan lidah pendek (Lingual Frenulum)

Keadaan ini jarang terjadi, dimana bayi mempunyai jaringan ikat penghubung lidah dan dasar mulut yang tebal dan kaku, sehingga membatasi gerak lidah, dan bayi tidak dapat menjulurkan lidah untuk menangkap putting. Frenulum yang pendek (tounge tie) pada bayi mengganggu pengisapan pada payudara dan menyebabkan puting luka dan pecah-pecah. Hal ini juga mengurangi efisiensi pengeluaran ASI dan predisposisi untuk mastitis.

Diagnosis mastitis ditegakkan berdasarkan kumpulan gejala sebagai berikut:

 Payudara (biasanya unilateral) keras, memerah, tegang, panas, bengkak, dan terasa sangat nyeri.

 Dapat disertai demam > 38 C

 Paling sering terjadi di minggu ke – 3 dan ke – 4 postpartum, namun dapat terjadi kapan saja selama menyusui

 Peningkatan kadar natrium dalam ASI yang membuat bayi menolak menyusu karena ASI terasa asi.

(13)

Penanganan Mastitis

Jika dengan semua usaha pencegahan, mastitis tetap terjadi, maka ia harus ditangani dengan cepat dan adekuat. Bila penanganan ditunda, penyembuhan kurang memuaskan. Terdapat peningkatan risiko abses payudara dan kekambuhan. Prinsip-prinsip utama penanganan mastitis adalah:

1. Konseling suportif

Mastitis merupakan pengalaman yang sangat nyeri dan membuat frustrasi, dan membuat banyak wanita merasa sangat sakit. Selain dengan penanganan yang efektif dan pengendalian nyeri, wanita membutuhkan dukungan emosional. Ia mungkin telah mendapat nasihat yang membingungkan dari petugas kesehatan, mungkin disarankan untuk berhenti menyusui, atau tidak diberi petunjuk apapun. Ia dapat menjadi bingung dan cemas, dan tidak ingin terus menyusui. Ibu harus diyakinkan kembali tentang nilai menyusui yang aman untuk diteruskan, bahwa ASI dari payudara yang terkena tidak akan membahayakan bayinya, dan bahwa payudaranya akan pulih baik bentuk maupun fungsinya. Ia memerlukan dukungan bahwa perlu sekali untuk berusaha melampaui kesulitan ini. Ia membutuhkan bimbingan yang jelas tentang semua tindakan yang dibutuhkan untuk penanganan, dan bagaimana meneruskan menyusui atau memeras ASI dari payudara yang terkena. Ia akan membutuhkan tindak lanjut untuk mendapat dukungan terus-menerus dan bimbingan sampai ia benar-benar pulih.

(14)

2. Pengeluaran ASI dengan efektif

Hal ini merupakan bagian terapi terpenting. Antibiotik dan terapi simtomatik membuat wanita merasa lebih baik untuk sementara waktu, tetapi kondisi tersebut akan memburuk atau berulang walaupun sudah diberikan antibiotik kecuali pengeluaran ASI diperbaiki.

- Bantu ibu memperbaiki pengisapan bayi pada payudara,

- Dorong untuk sering menyusui, sesering dan selama bayi menghendaki, tanpa

pembatasan.

- Bila perlu peras ASI dengan tangan atau dengan pompa atau botol panas,

sampai menyusui dapat dimulai lagi.

3. Terapi Antibiotik

Terapi antibiotik diindikasikan pada:

- hitung sel dan koloni bakteri dan biakan yang ada serta menunjukkan infeksi

- gejala berat sejak awal

- terlihat puting pecah-pecah

(15)

Antibiotik yang tepat harus digunakan, Antibiotik B-laktamase harus ditambahkan agar efektif terhadap Staph. aureus. Untuk organisme gram negatif, sefaleksin atau amoksisilin mungkin paling tepat. Jika mungkin, ASI dari payudara yang sakit sebaiknya dikultur dan sensitivitas bakteri antibiotik ditentukan. Antibiotik terpilih harus diberikan dalam jangka panjang. Saat ini dianjurkan pemberian 10-14 hari oleh kebanyakan ahli. Pemberian jangka pendek berkaitan dengan insiden kekambuhan yang tinggi.

Antibiotik untuk pengobatan mastitis infeksiosa Antibiotik Dosis

Eritromisin 250-500 mg setiap 6 jam

Flukloksasilin 250 mg tiap 6 jam

Dikloksasilin 125-500 mg setiap 6 jam per oral

Amoksasilin 250-500 mg setiap 8 jam

Sefaleksin 250-500 mg setiap 6 jam

4. Terapi Simtomatik

Nyeri sebaiknya diterapi dengan analgesik. Ibuprofen dipertimbangkan sebagai obat yang paling efektif, dan dapat membantu mengurangi inflamasi dan nyeri. Parasetamol merupakan alternatif yang tepat. Istirahat sangat penting

(16)

dipertimbangkan dan seharusnya ditempat tidur jika mungkin. Selain membantu ibu sendiri, tirah baring dengan bayinya sangat berguna untuk meningkatkan frekuensi menyusui, sehingga dapat memperbaiki pengeluaran susu. Tindakan lain yang dianjurkan adalah penggunaan kompres hangat pada payudara yang akan menghilangkan nyeri dan membantu aliran ASI, dan yakinkan bahwa ibu minum cukup cairan.

Manajemen Laktasi

Manajemen laktasi merupakan segala daya upaya yang dilakukan untuk membantu ibu mencapai keberhasilan dalam menyusui bayinya. Usaha ini dilakukan terhadap ibu dalam 3 tahap,yaitu pada masa kehamilan(antenatal), sewaktu ibu dalam persalinan sampai keluar rumah sakit (perinatal), dan pada masa menyusui selanjutnya sampai anak berumur 2 tahun(postnatal).

Manajemen laktasi adalah suatu upaya yang dilakukan oleh ibu, ayah dan keluarga untuk menunjang keberhasilan menyusui. Dan ruang lingkup manajemen laktasi dimulai pada masa kehamilan,setelah persalinan,dan masa menyusui bayi.

a. Masa kehamilan (Antenatal)

Hal yang perlu diperhatikan dalam menejemen laktasi sebelum kelahiran adalah: 1) Ibu mencari informasi tentang keunggulan ASi, manfaat menyusui bagi ibu dan bayi, serta dampak negative pemberian susu formula.

2) Ibu memeriksakan kesehatan tubuh pada saat kehamilan kondisi puting payudara,dan memantau kenaikan berat badan saat hamil.

(17)

3) Ibu melakukan perawatan payudara sejak kehamilan berumur 6 bulan hingga ibu siap untuk menyusui, ini bermaksut agar ibu mampu memproduksi dan memberikan ASI yang mencukupi kebutuhan bayi.

4) Ibu senantiasa mencari informasi tentang gisi dan makanan tambahan sejak kehamilan trimester ke-2.makanan tambahan saat hamil sebanyak 1 1/3 kali dari makanan yang dikonsumsi sebelum hamil.

b. Masa Persalinan (Perinatal)

Hal yang perlu diperhatikan dalam manajemen laktasi saat kelahiran adalah :

1) Masa persaliinan merupakan masa yang paling penting dalam kehidupan bayi selanjutnya,bayi harus menyusui yang baik dan benar baik posisi maupun cara melekatkan bayi pada payudara ibu.

2) Membantu ibu kontak langsung dengan bayi selama 24 jam agar menyusui dapat dilakukan tanpa jadwal.

3) Ibu nifas diberi kapsul vitamin A dosis tinggi (200.000 IU) dalam waktu 2 minggu setelah melahirkan.

c. Masa Menyusui (Postnatal)

Hal yang perlu diperhatikan dalam manajemen laktasi setelah kelahiran adalah: 1) Setelah bayi mendapatkan ASI pada minggu pertama kelahiran,ibu harus menyusui bayi secara eksklusif selama 4 bulan pertama setelah bayi lahir dan saat itu bayi hanya di beri ASI tanpa makanan tambahan.

2) Ibu mencari informasi yang tentang gisi makanan ketika masa menyusui agar bayi tumbuh sehat.

(18)

3) Ibu harus cukup istirahat untuk menjaga kesehatannya dan menenangkan pikiran serta menghindarkan diri dari kelelahan yang berlebihan agar produksi ASI tidak terhambat.

4) Ibu selalu mengikuti petunjuk petugas kesehatan(merujuk posyandu atau puskesmas). Bila ada masalah dalam proses menyusui.

5) Ibu tetap memperhatikan gisi/makanan anak,terutama pada bayi usia 4 bulan Manfaat menyusui

Jika seorang ibu memberikan air susu ibu (ASI) kepada bayinya,hal ini dapat menguntungkan baik bagi bayinya maupun ibu,antara lain:

a. Manfaat ASI bagi bayi:

1) Sebagai makanan tunggal untuk memenuhi semua kebutuhan pertumbuhan bayi sampai usia 6 bulan.

2) Meningkatkan daya tahan tubuh karena mengandung berbagai zat anti kekebalan sehingga akan lebih jarang sakit.

3) Melindungi anak dari serangan alergi.

4) Mengandung asam lemak yang diperlukan untuk pertumbuhan otak sehingga bayi lebih pandai.

5) Meningkatkan daya penglihatan dan kepandaian berbicara. 6) Membantu pembentukan rahang yang bagus.

7) Menunjang perkembangan motorik sehiingga bayi akan cepat bias berjalan(Roesli, 2005, p.6).

(19)

b. Manfaat ASI bagi ibu:

1) Mengurangi perdarahan setelah melahirkan. 2) Mengurangi terjadinya anemia

3) Menjarangkan kehamilan 4) Mengecilkan rahim

5) Ibu lebih cepat mengalami penurunan berat badan 6) Mengurangi kemungkinan menderita kanker 7) Lebih ekonomis dan murah

8) Tidak merepotkan dan hemat waktu 9) Lebih praktis dan portable

10) Memberi kepuasan bagi ibu tersendiri. c. Manfaat ASI bagi Lingkungan:

1) Mengurangi bertambahnya sampah dan polusi di dunia

2) Tidak menambah polusi udara karena pabrik-pabrik yang mengeluarkan asap. d. Manfaat ASI bagi keluarga

1) Aspek ekonomi: ASi tidak perlu dibeli dan membuat bayi jarang sakit sehingga dapat mengurangi biaya berobat

2) Aspek psikologis: menjarangkan kelahiran,dan mendekatkan hubungan bayi dengan keluarga.

3) Aspek kemudahan : Sangat praktis sehingga dapat di berikan dimana saja dan kapan saja dan tidak merepotkan orang lain. 15

(20)

Manajemen laktasi pada ibu bekerja adalah upaya yang dilakukan ibu mencapai keberhasilan dalam menyusui bayinya khususnya pada ibu yang bekerja.

1. Tehnik yang dianjurkan antara lain:

a. Sebelum berangkat kerja ibu tetap menyusui bayinya

b. ASI yang berlebihan dapat diperas atau di pompa,kemudian disimpan dilemari pendingin untuk diberikan pada bayi saat ibu bekerja

c. Selama ibu bekerja ASi dapat diperas atau di pompa dan di simpan di lemari pendingin di tempat kerja,atau diantar pulang.

d. Bayi dapat di titipkan ke tempat penitipan bayi apabila kantor atau instansi menyediakan tempat.

e. Setelah ibu di rumah,perbanyak menyusui yaitu saat malam hari Perawat bayi dapat membawa bayi ketempat ibu bekerja bila memungkinkan.

f. Ibu dianjurkan untuk istirahat, minum cukup,makan dengan gizi cukup untuk menambah produksi ASI.

2. ASI Perah

ASI perah adalah ASI yang diambil dengan cara diperas dari payudara untuk kemudian disimpan dan nantinya akan diberikan untuk bayi.

Cara memerah ASI dengan tangan/jari secara manual adalah :

a. Cara yang pertama ibu dianjurkan untuk mengambil sebuah mangkuk atau gelas yang bersih dan diisi dengan air mendidih kedalamnya,lalu biarkan tertutup selama beberapa menit,setelah itu ditiriskan.

(21)

b. Mencuci tangan ibu dengan air dan sabun

c. Ibu dianjurkan untuk duduk dan berdiri di tempat yang terang dan nyaman dan dekatkan mangkok ke payudara ibu

d. Memegang payudara dengan meletakkan ibu jari diatas areola sampai putting susu, dan jari telunjuk tepat di bawahnya.

e. Menekan dengan lembut payudara diantara ibu jari dan jari telunjuk ke belakang kearah tulang dada

f. Diteruskan dengan menekan ibu jari dan jari telunjuk serta melepaskannya secara bergantian,setelah dilakukan berulangulang ASI akan mulai mengalir.

3. Cara penyimpanan ASI

ASI adalah cairan hidup,selain makanan ASI mengandung zat anti infeksi,cara penyimpanan ASI perah akan menentukan kualitas antiinfeksi dan makanan yang di kandungnya.

a. Anti infeksi yang terkandung dalam ASI membantu ASI tetap segar dalam waktu yang lebih lama karena akan menghambat pertumbuhan bakteri jahat dalam ASI perah yang disimpan.

b. Setelah di cairkan ASI harus habis dalam waktu 1 jam, dan sisa ASI tidak boleh dimasukkan lagi dalam lemari es.

c. Tulis jam, hari dan tanggal saat diperah 4. Lama Penyimpanan ASI

a. Dalam ruangan dengan suhu 27-32oC kolostrum dapat disimpan selama 12 jam b. ASI bisa bertahan pada suhu ruangan atau di udara luar selama 6-8 jam

(22)

d. ASI dapat bertahan 6 bulan pada freezer (Roesli, 2005, p.83) 5. Cara memberikan ASI perah dengan gelas ataupun sendok adalah: a. Pangku bayi dengan posisi setengah duduk di pangkuan ibu

b. Tempelkan tepi cangkir/sendok kecil berisi ASI perah,pada bibir bawah bayi sehingga ASI menyentuh bibir bayi dan akan meminum dengan dorongan lidahnya c. Jangan menuangkan ASI kedalam mulut bayi,pegang saja cangkir atau sendok diatas bibir bayi dan biarkan bayi meminumnya sendiri

d. Jika bayi merasa cukup kenyang ia akan menutup mulutnya . 6. Cara Memberikan ASI yang sudah didinginkan pada bayi

a. ASI dipanaskan dengan cara membiarkan botol di aliri air panas yang bukan mendidih yang keluar dari keran.

b. Merendam botol di dalam baskom atau mangkok yang berisi air panas atau bukan mendidih. 18

c. Ibu tidak boleh memanaskan botol dengan cara mendidihkannya dalam panci atau alat pemanas lainnya kecuali menggunakan alat khusus untuk memanaskan botol berisi simpanan ASI.

(23)

DAFTAR PUSTAKA

1. Obstetri Williams / pengarang, F. Gary Cunningham. [et al.]; alih bahasa, Brahm U. editor edisi bahasa Indonesia, Rudi Setia, [et al]. Ed 23. Jakarta: EGC. 2012

2. Rayburn dan ginekologi / oleh William F. Rayburn, J. Christopher Carey; alih bahasa Indonesia, H. TMA Chalik, Jakarta; Widya Medika, 2001

3. Rustam Mochtar synopsis obstetric : obstetric fisiologi, obstetric patologi. Penulis, Amru Sofyan; editor penyelaras, Loi Indra. Ed. 3. Jakarta : EGC. 2011

4. Buku Obstetri dan Ginekologi / Ralph C. Benson, Martin L, Pemoll; alih bahasa, Susiani Wijaya ; editor bahasa Indonesia, Srie Sisca Primarianti. Ed 9. Jakarta ; EGC, 2008

5. Price, Sylvia Anderson. Patofisiologi ; konsep klinis proses – proses

penyakit / Sylvia Anderson Price, alih bahasa, Brahm U. [et al]; editor edisi bahasa Indonesia, Huriawati Hartanto [et al]. Ed 6. Jakarta : EGC, 2005 6. Buku Saku. Pelayanan Kesehatan Ibu di Fasilitas Kesehatan Dasar dan

Rujukan / Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Edisi Pertama. 2013. www.gizikia.depkes.go.id

Gambar

Gambar 1. Mastitis pada payudara kanan.

Referensi

Dokumen terkait

Adapun yang menjadi masalah dalam penelitia n ini adalah “bagaimana manajemen keuangan UMKM distro berdasarkan fungsi – fungsi manajemen keuangan yang terdiri dari

Adapun hal-hal yang berkaitan dengan ilmu fisika dalam cara kerja conveyor yang pada umumnya menjadi suatu masalah tersendiri di dunia industri manufaktur antara lain (Phoenix,

Peningkatan mutu pendidikan menjadi masalah yang sangat urgen, berkaitan dengan pelanggan dari pengguna pendidikan secara langsung “peserta didik” masyarakat pada umumnya untuk

Masalah keperawatan yang ketiga Manajemen Kesehatan Tidak Efektif b/d ketidakefektifan pola perawatan kesehatan keluarga dilakukan intervensi Mengidentifikasi kesiapan

Imanuddin (2010), salah satu yang menjadi kendala sebuah perusahaan adalah pada bidang personalia, pada umumnya masalah ini berkaitan dengan kinerja karyawannya,

Kejang berkaitan tumor otak ini awalnya berupa kejang fokal (menandakan adanya kerusakan fokal serebri) seperti pada meningioma, kemudian dapat menjadi kejang umum

Pemindahan limbah padat dari proses pemotongan dan kandang ternak selalu menjadi masalah bagi RPH berkaitan dengan biaya pembuangan. Walaupun telah dilakukan dehidrasi limbah

Alamat Email: aayugitars@gmail.com ABSTRAK Dermatitis atopik adalah peradangan kulit kronik yang bersifat residif disertai rasa gatal yang umumnya sering terjadi selama masa bayi