• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN PENGETAHUAN KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA PUTERI DENGAN SIKAP MENGHADAPI PREMENSTRUAL SYNDROME DI SMK FARMASI YPIB MAJALENGKA TAHUN 2012

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "HUBUNGAN PENGETAHUAN KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA PUTERI DENGAN SIKAP MENGHADAPI PREMENSTRUAL SYNDROME DI SMK FARMASI YPIB MAJALENGKA TAHUN 2012"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN PENGETAHUAN KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA PUTERI

DENGAN SIKAP MENGHADAPI PREMENSTRUAL SYNDROME

DI SMK FARMASI YPIB MAJALENGKA TAHUN 2012

Oleh : Mamlukah, SKM.,M.Kes

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKes) YPIB MAJALENGKA

ABSTRAK

Pengetahuan kesehatan reproduksi merupakan hal penting sebagai upaya pemeliharaan kesehatan remaja puteri agar terbebas dari berbagai gangguan kesehatan yang diantaranya menghadapi premenstrual syndrome. Pengetahuan kesehatan reproduksi remaja puteri di SMK Farmasi YPIB Majalengka tahun pelajaran 2011/2012 masih rendah hanya mencapai 30%, yang salah satunya berhubungan dengan sikap menghadapi premenstrual syndrome. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan pengetahuan kesehatan reproduksi remaja puteri dengan sikap menghadapi Premenstrual Syndrome di SMK Farmasi YPIB Majalengka tahun 2012.

Penelitian ini menggunakan metode descriptive analytic dengan desain cross sectional. Populasi penelitian ini sebanyak sebanyak 468 responden siswa remaja puteri. Sampel sebanyak sebanyak 82 responden yang diambil dengan teknik simple random sampling. Pengumpulan data menggunakan data primer melalui kuesioner. Pengolahan data dilakukan dengan uji chi square pada teknik analisis univariat dan bivariat.

Hasil penelitian diperoleh sebagian besar pengetahuan kesehatan reproduksi remaja puteri di SMK Farmasi YPIB Majalengka tahun 2012 sebesar termasuk kategori baik (75,6%), lebih dari setengahnya sikap menghadapi premenstrual syndrome remaja puteri sebesar 69,5% termasuk kategori positif, dan ditemukan ada hubungan antara pengetahuan kesehatan reproduksi remaja puteri dengan sikap menghadapi premenstrual syndrome di SMK Farmasi YPIB Majalengka tahun 2012 (p 0,014).

Saran yang diajukan pada penelitian ini diantaranya pada pihak sekolah dapat bekerjasama dengan tenaga kesehatan untuk memberikan penyuluhan dan konseling tentang kesehatan reproduksi dan sikap menghadapi premenstrual syndrome melalui pengembangan kurikulum pembelajaran untuk mengatasi permasalahan kesehatan reproduksi remaja.

(2)

PENDAHULUAN

Pembangunan kesehatan diarahkan untuk mempertinggi derajat kesehatan. Upaya mewujudkan derajat kesehatan masyarakat adalah untuk meningkatkan keadaan kesehatan yang lebih baik dari sebelumnya. Derajat kesehatan yang optimal adalah tingkat kesehatan yang tinggi dan mungkin dapat dicapai suatu saat sesuai dengan kondisi dan situasi serta kemampuan yang nyata dari setiap orang atau masyarakat dan harus diusahakan peningkatannya secara terus-menerus (Departemen Kesehatan RI, 2010).

Penyelenggaraan upaya kesehatan oleh pemerintah salah satunya dilaksanakan melalui kegiatan kesehatan reproduksi. Kesehatan reproduksi merupakan keadaan sehat secara fisik, mental, dan sosial secara utuh, tidak semata-mata bebas dari penyakit atau kecacatan yang berkaitan dengan sistem, fungsi, dan proses reproduksi pada laki-laki dan perempuan. (Undang-Undang Kesehatan RI No 36 pasal 47, 2009).

Kesehatan reproduksi pada remaja salah satunya menyangkut pemerolehan informasi, edukasi, dan konseling mengenai kesehatan reproduksi yang benar dan dapat dipertanggungjawabkan. Sebagai upaya pemeliharaan kesehatan remaja agar terbebas dari berbagai gangguan kesehatan yang dapat menghambat kemampuan menjalani kehidupan reproduksi secara sehat. Sebagaimana menurut UU Kesehatan No 36 pasal 136 tahun 2009 dinyatakan bahwa setiap anak usia sekolah dan remaja berhak mendapatkan pendidikan kesehatan melalui sekolah dan madrasah dan maupun luar sekolah untuk meningkatkan kemampuan hidup anak dalam lingkungan hidup yang sehat sehingga dapat belajar, tumbuh dan berkembang secara harmonis dan optimal menjadi sumber daya manusia yang berkualitas.

Faktor yang mempengaruhi kesehatan reproduksi remaja salah

satunya adalah lingkungan, yang meliputi lingkungan keluarga, lingkungan sekolah serta lingkungan masyarakat sekitarnya. Oleh karena itu orang tua atau orang yang berhubungan dengan remaja perlu mengetahui ciri perkembangan jiwa remaja, pengaruh lingkungan terhadap perkembangan jiwa remaja serta masalah maupun gangguan jiwa remaja. Pengetahuan tersebut dapat membantu mendeteksi secara dini bila terjadi perubahan yang menjurus kepada hal yang negatif (Depkes RI, 2008).

Wanita mengalami periode menstruasi atau haid, mulai dari usia remaja hingga menopause. Ketika seorang anak perempuan remaja, peristiwa yang menandai pubertas adalah menstruasi yang pertama (menarche). Haid atau menstruasi merupakan proses keluarnya darah yang terjadi secara periodik atau siklis endometrium. Pada saat haid sering muncul keluhan khususnya para wanita muda usia produktif. Sayangnya tidak semua anak perempuan mendapatkan informasi tentang proses menstruasi dan kesehatan selama menstruasi sehingga dapat melakukan persiapan yang cukup untuk mengenali dan menyambutnya (Kasdu, 2008).

Sindroma pramenstruasi merupakan gangguan yang umum terjadi pada wanita pada pertengahan, ditandai dengan gejala fisik dan emosional yang konsisten, terjadi selama siklus menstruasi. Gejala-gejala tersebut ada yang bersifat cukup berat dan parah atau sangat berat, sehingga mengganggu kehidupan sehari-hari. Sebanyak 80% dari wanita usia produktif telah mengalami perubahan secara fisik dan emosional. Sekitar 40% dari wanita-wanita dari usia yang produktif mengalami gejala-gejala premenstrual cukup untuk mempengaruhi hidup mereka sehari-hari sampai taraf tertentu, dan sebanyak 3% sampai 5% yang mengalami kelemahan cukup parah. Sebanyak 20-40% wanita usia produktif mengalami beberapa gejala sindroma pramenstruasi (PMS) cukup berat dan sebesar 5% bersifat sangat berat

(3)

yang sangat menggangu kehidupan mereka (Saryono, 2009).

Wanita yang mengalami sindroma Premenstrual, perlu waspada ada kemungkinan terjadi endometriosis dalam tubuh. Jika disertai pendarahan sebelum masa haid kemungkinan kelainan di rahim/selaput dinding rahim, seperti myoma uteri (Kasdu, 2008).

Penanganan pada remaja putri yang mengalami sindroma pramenstruasi adalah dengan mengatur pola makan yang memenuhi gizi seimbang, sehingga kebutuhan tubuh akan zat-zat gizi terpenuhi, terutama zat besi yang dibutuhkan saat remaja sedang haid. Penanganan lain dapat dilakukan dengan memeriksakan ke tenaga kesehatan (Kasdu, 2008).

Penyebab yang pasti dari sindrom Premenstrual tidak diketahui tetapi berhubungan dengan faktor-faktor sosial, budaya, biologi, dan psikis. Sindrom Premenstrual terjadi pada sekitar 70-90% wanita pada usia subur lebih sering ditemukan pada wanita berusia 20-40 tahun (Medicastore, 2009).

SMK Farmasi YPIB Majalengka merupakan salah satu SMK yang belum pernah mendapatkan penyuluhan tentang kesehatan reproduksi dari tenaga kesehatan. Padahal kesehatan reproduksi penting diketahui remaja puteri diantaranya masalah gangguan menstruasi. Hasil pendahuluan berdasarkan observasi melalui wawancara terhadap siswi SMK Farmasi YPIB Majalengka didapatkan dari 10 siswi terdapat sebanyak 3 orang (30%) mengetahui masalah Premenstrual yang diduga pernah mengalami gangguan menstruasi, lebih tinggi dibandingkan dengan siswi di SMK AK-YPPT sebanyak 6 orang (60%). Timbulnya gangguan menstruasi salah satunya berkaitan dengan tingkat pengetahuan remaja mengenai kesehatan reproduksi dan sikap remaja dalam menghadapi permasalahan-permasalahan masalah reproduksi yang diantaranya Premenstrual sindrom.

Hubungan pengetahuan dengan sikap remaja pada kesehatan reproduksi

menurut Prawirohardjo (2011) dinyatakan bahwa remaja putri membutuhkan informasi atau pendidikan tentang proses dan kesehatan selama menstruasi, terutama sindroma pramenstruasi beserta penanganannya. Remaja putri akan mengalami kesulitan menghadapi menstruasi seperti halnya Premenstrual sindrom jika sebelumnya mereka belum pernah mengetahui atau membicarakannya baik dengan teman sebaya atau dengan ibu atau keluarga.

Berdasarkan uraian tersebut maka penulis tertarik untuk meneliti lebih lanjut tentang ”Hubungan Pengetahuan Kesehatan Reproduksi Remaja Puteri Dengan Sikap Menghadapi Premenstrual Syndrome di SMK Farmasi YPIB Majalengka Tahun 2012”.

Tujuan penelitian ini adalah Untuk mengetahui hubungan pengetahuan kesehatan reproduksi remaja puteri dengan sikap menghadapi Premenstrual Syndrome di SMK Farmasi YPIB Majalengka tahun 2012, secara rinci:

Diketahuinya gambaran pengetahuan kesehatan reproduksi remaja puteri di SMK Farmasi YPIB Majalengka tahun 2012.

Diketahuinya gambaran sikap menghadapi Premenstrual syndrome remaja puteri di SMK Farmasi YPIB Majalengka tahun 2012.

Diketahuinya hubungan antara pengetahuan kesehatan reproduksi remaja puteri dengan sikap menghadapi Premenstrual syndrome di SMK Farmasi YPIB Majalengka tahun 2012.

METODE PENELITIAN

Jenis penelitian ini adalah penelitian descriptive analytic dengan desain cross sectional. Populasi yang diambil dalam penelitian ini yaitu seluruh remaja puteri SMK Farmasi YPIB Majalengka tahun akademik 2011/2012 sebanyak 468 responden. Sampel yang diambil dalam penelitian ini yaitu sebagian remaja puteri SMK Farmasi YPIB Majalengka tahun akademik 2011/2012 sebanyak 82

(4)

responden. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik simple random sampling (Notoatmodjo, 2002) yaitu besarnya sampel yang telah ditentukan sebanyak 82 responden diambil secara acak dengan dikocok melalui undian dari anggota populasi sebanyak 468 responden. Uji validitas dan reliabilitas dilakukan melalui uji coba kuesioner pengetahuan kesehatan reproduksi remaja puteri sebanyak 13 pertanyaan dan sikap menghadapi Premenstrual syndrome sebanyak 10 pertanyaan yang dilakukan terhadap 15 remaja puteri.

Uji validitas dilakukan terhadap responden di lokasi penelitian yang mempunyai ciri dan karakteristik sama dengan responden penelitian.dengan skala ukur dari hasil nilai Corrected Item Total Correlation. Bila semua pertanyaan itu

mempunyai korelasi yang bermakna berarti semua item (pertanyaan) yang ada di dalam kuesioner itu mengukur konsep yang kita ukur (Sugiyono, 2009).

Pengujian reliabilitas instrumen untuk mendapatkan nilai r Alpha Cronbach dilakukan dengan Teknik Belah Dua (Split Half) yang dianalisa dengan rumus Spearman Brown

Pada uji reliabilitas maka dilakukan dengan skala ukur dari hasil nilai Alfa Cronbach. Menurut Nunally dalam Sugiyono (2009) suatu pertanyaan dinyatakan reliabel jika r alpha > 0.6 atau > r tabel. Analisis bivariat dalam penelitian ini menggunakan uji Chi Square dengan derajat kepercayaan α : 0,05. Pengumpulan data dilakukan di SMK Farmasi YPIB Majalengka.

HASIL PENELITIAN

1. Gambaran Pengetahuan Kesehatan Reproduksi Remaja Puteri di SMK Farmasi YPIB Majalengka Tahun 2012

Tabel 1 Distribusi Frekuensi Gambaran Pengetahuan Kesehatan Reproduksi Remaja Puteri di SMK Farmasi YPIB Majalengka Tahun 2012

Pengetahuan Kesehatan

Reproduksi f %

Kurang 20 24.4

Baik 62 75.6

Total 82 100.0

Berdasarkan tabel 1 dapat dilihat bahwa siswa remaja puteri di SMK Farmasi YPIB Majalengka tahun 2012 yang berpengetahuan kurang tentang kesehatan reproduksi sebanyak 20 orang (24,4%) dan siswa remaja puteri yang berpengetahuan baik tentang kesehatan

reproduksi sebanyak 62 orang (75,6%). Hal ini menunjukkan bahwa pengetahuan kesehatan reproduksi remaja puteri di SMK Farmasi YPIB Majalengka Tahun 2012 sebagian besar (75,6%) termasuk kategori baik.

2. Gambaran Sikap Menghadapi Premenstrual Syndrome Remaja Puteri di SMK Farmasi YPIB Majalengka Tahun 2012

(5)

Tabel 2 Distribusi Frekuensi Gambaran Sikap Menghadapi Premenstrual Syndrome Remaja Puteri di SMK Farmasi YPIB Majalengka Tahun 2012

Sikap Menghadapi

Premenstrual Syndrome f %

Negatif 25 30,5

Positif 57 69,5

Total 82 100.0

Berdasarkan tabel 4.2 dapat dilihat bahwa siswa remaja puteri di SMK Farmasi YPIB Majalengka tahun 2012 yang bersikap negatif dalam menghadapi premenstrual syndrome sebanyak 25 orang (30,5%) dan siswa remaja puteri yang bersikap positif dalam menghadapi premenstrual

syndrome sebanyak 57 orang (69,5%). Hal ini menunjukkan bahwa sikap menghadapi premenstrual syndrome remaja puteri di SMK Farmasi YPIB Majalengka Tahun 2012 lebih dari setengahnya (69,5%) termasuk kategori positif. 3. Hubungan antara Pengetahuan Kesehatan Reproduksi Remaja Puteri dengan Sikap

Menghadapi Premenstrual Syndrome di SMK Farmasi YPIB Majalengka Tahun 2012 Tabel 3 Distribusi Frekuensi Hubungan antara Pengetahuan Kesehatan Reproduksi Remaja Puteri dengan Sikap Menghadapi Premenstrual Syndrome di SMK Farmasi YPIB Majalengka

Tahun 2012 Pengetahuan Kesehatan Reproduksi Sikap Menghadapi Premenstrual Syndrome Total Chi Square Negatif Positif n % n % n % Kurang 11 55,0 9 45,0 20 100,0 ρ 0,014 Baik 14 22,6 48 77,4 62 100,0 Total 25 30,5 57 69,5 82 100, 0 Berdasarkan tabel 3 dapat dilihat bahwa

pengetahuan kesehatan reproduksi remaja puteri siswa remaja puteri di SMK Farmasi YPIB Majalengka tahun 2012 yang kurang dengan sikap negatif dalam menghadapi premenstrual syndrome lebih dari setengahnya sebanyak 11 orang (55,0%) dan pengetahuan kesehatan reproduksi remaja puteri yang kurang dengan sikap positif dalam menghadapi premenstrual syndrome kurang dari setengahnya sebanyak 9 orang (45,0%). Hasil perbandingan menunjukkan bahwa proporsi remaja puteri yang memiliki

pengetahuan kurang tentang kesehatan reproduksi lebih besar (55,0%) untuk bersikap negatif dalam menghadapi premenstrual syndrome dibandingkan proporsi remaja puteri yang memiliki pengetahuan yang kurang tentang kesehatan reproduksi dengan sikap positif dalam menghadapi premenstrual syndrome (45,0%). Perbedaan proporsi ini bermakna, dibuktikan dari hasil uji statistik melalui perhitungan Chi Square dengan alpha (0,05) didapatkan nilai ρ value 0,014 < alpha (0,05), maka Ho ditolak berarti ada hubungan yang

(6)

bermakna antara pengetahuan kesehatan reproduksi remaja puteri dengan sikap menghadapi premenstrual syndrome di

SMK Farmasi YPIB Majalengka tahun 2012.

(7)

PEMBAHASAN

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengetahuan kesehatan reproduksi remaja puteri di SMK Farmasi YPIB Majalengka tahun 2012 sebagian besar (75,6%) termasuk kategori baik. Tingkat pengetahuan remaja puteri berdasarkan hasil penelitian di lokasi penelitian menunjukkan bahwa pemahaman remaja puteri mengenai kesehatan cukup baik. Keadaan ini terjadi sebagai dampak pengetahuan kesehatan yang didapatkan remaja dari hasil proses pembelajaran kesehatan reproduksi yang diajarkan di sekolah dapat diterima siswa dengan baik.

Hasil penelitian ini didukung hasil penelitian Suci (2010) di SMP Al-Azhar Medan Tahun 2010 sebagian besar (87,2%) mayoritas remaja dengan pengetahuan baik. Hasil penelitian ini juga sesuai dengan hasil penelitian Zulaikha (2010) di SMAN 5 Surakarta didapatkan pengetahuan kesehatan reproduksi remaja putri yang mempunyai nilai baik di atas rata-rata sebesar 66,67%. Pengetahuan tentang kesehatan reproduksi remaja sangat penting agar remaja memiliki sikap dan perilaku yang bertanggung jawab. Pembekalan pengetahuan tentang perubahan yang terjadi secara fisik, kejiwaan dan kematangan seksual akan memudahkan remaja untuk memahami serta mengatasi berbagai keadaan yang membingungkannya (Widyastuti, 2009). Hasil penelitian di SMK Farmasi YPIB Majalengka tahun 2012 dapatkan bahwa pengetahuan kesehatan reproduksi termasuk kategori cukup baik akan tetapi belum optimal, yaitu masih ada sebagian remaja puteri dengan pengetahuan kurang tentang kesehatan reproduksi

yang merupakan faktor penghambat pendidikan kesehatan remaja. Hal ini salah satunya dapat diupayakan melalui pemberian layanan konseling kesehatan bagi remaja puteri untuk mengatasi sekitar permasalahan reproduksi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sikap menghadapi premenstrual syndrome remaja puteri di SMK Farmasi YPIB Majalengka tahun 2012 lebih dari setengahnya (69,5%) termasuk kategori positif. Pencapaian sikap remaja puteri dalam menghadapi premenstrual syndrome berdasarkan hasil penelitian di lokasi penelitian masih belum optimal. Hal ini terjadi sebagai akibat adanya beberapa sikap negatif remaja dalam mengahadapi premenstrual syndrome seperti kekurangsesuaian faktor stress yang menunjukkan kurangnya penanganan dan pencegahan dini terhadap premenstrual syndrome. Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian Suci (2010) di SMP Al-Azhar Medan Tahun 2010 didapatkan hanya 46,8% remaja mayoritas bersikap positif. Sedangkan hasil penelitian Zulaikha, (2010) di SMAN 5 Surakarta didapatkan sikap menghadapi premenstrual syndrome pada remaja putri yang mempunyai nilai baik di atas rata-rata hanya sebesar 53,13%, lebih rendah dibandingkan hasil penelitian ini (69,5%).

Sindroma pramenstruasi merupakan gangguan yang umum terjadi pada wanita pada pertengahan, ditandai dengan gejala fisik dan emosional yang konsisten, terjadi selama siklus menstruasi. Gejala-gejala tersebut ada yang bersifat cukup berat dan parah atau sangat berat, sehingga mengganggu kehidupan sehari-hari (Saryono, 2009).

Hasil penelitian di SMK Farmasi YPIB Majalengka tahun 2012 didapatkan bahwa sikap remaja puteri dalam menghadapi premenstrual syndrome masih belum optimal, karena masih banyak remaja puteri yang bersikap kurang mampu dalam menangani maupun mencegah gejala premenstrual syndrome secara dini sehingga memperbesar resiko terjadinya premenstrual syndrome. Oleh karena itu perlu diupayakan perbaikan sikap remaja puteri ke arah yang positif diantaranya melalui pemberian informasi yang benar tentang penanganan sindroma pramenstruasi, sebagaimana menurut Kasdu (2008) salah satunya pemberian informasi pola makan yang memenuhi gizi seimbang, sehingga kebutuhan tubuh akan zat-zat gizi terpenuhi, terutama zat besi yang dibutuhkan saat remaja sedang haid.

(8)

Hasil penelitian didapatkan ada hubungan antara pengetahuan kesehatan reproduksi remaja puteri dengan sikap menghadapi premenstrual syndrome di SMK Farmasi YPIB Majalengka tahun 2012 (ρ 0,014 )

Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian Suci (2010) di SMP Al-Azhar Medan Tahun 2010 ditemukan ada hubungan antara pengetahuan dengan sikap remaja dalam menghadapi sindrom premenstruasi (p 0,004). Demikian halnya sesuai dengan hasil penelitian Zulaikha (2010) di SMAN 5 Surakarta ditemukan ada hubungan antara pengetahuan kesehatan reproduksi remaja putri dengan sikap mengehadapi premenstrual syndrome (r 0,614). Pengetahuan seseorang tentang suatu objek mengandung dua aspek yaitu aspek positif dan aspek negatif. Kedua aspek ini yang akan menentukan sikap seseorang, semakin banyak aspek positif dan objek yang diketahui, maka akan menimbulkan sikap makin positif terhadap objek tertentu. (Notoatmodjo, 2003).

Menurut Wiknjosastro (2006), wanita yang baik keseimbangan psikoemosionalnya menganggap menstruasi sebagai hal yang wajar, tidak mudah menderita sindrom premenstruasi. Sebaliknya, wanita psikoneurotik yang menganggap menstruasi sebagai suatu kelainan, lebih mudah menunjukkan gejala-gejala yang berlebihan.

Menurut Prawirohardjo (2011) bahwa remaja putri membutuhkan informasi atau pendidikan tentang proses dan kesehatan selama menstruasi, terutama sindroma pramenstruasi beserta penanganannya. Remaja putri akan mengalami kesulitan menghadapi menstruasi seperti halnya Premenstrual sindrom jika sebelumnya mereka belum pernah mengetahui atau membicarakannya baik dengan teman sebaya atau dengan ibu atau keluarga.

Hasil penelitian di SMK Farmasi YPIB Majalengka tahun 2012 ditemukan adanya hubungan antara pengetahuan kesehatan reproduksi remaja puteri dengan sikap menghadapi premenstrual syndrome. Hal ini terjadi karena remaja puteri yang memiliki pengetahuan kurang rata-rata bersikap negatif dalam menghadapi premenstrual syndrome. Sehingga hasil penelitian ini diinterpretasikan bahwa semakin kurang tingkat pengetahuan remaja puteri tentang kesehatan reproduksi akan semakin negatif sikap remaja puteri dalam menghadapi premenstrual syndrome, dan sebaliknya semakin baik tingkat pengetahuan remaja puteri tentang kesehatan reproduksi akan semakin positif sikap remaja puteri dalam menghadapi premenstrual syndrome di SMK Farmasi YPIB Majalengka tahun 2012.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa Sebagian besar pengetahuan kesehatan reproduksi remaja puteri di SMK Farmasi YPIB Majalengka tahun 2012 termasuk kategori baik (75,6%). Kemudian Lebih dari setengahnya sikap menghadapi premenstrual syndrome remaja puteri di SMK Farmasi YPIB Majalengka tahun 2012 termasuk kategori positif (69,5%). Sehingga Ada hubungan antara pengetahuan kesehatan reproduksi remaja puteri dengan sikap menghadapi premenstrual syndrome di SMK Farmasi YPIB Majalengka tahun 2012 (p 0,014)

SARAN

Kepada instansi pendidikan terkait Diharapkan pihak sekolah dapat bekerjasama dengan tenaga kesehatan untuk memberikan penyuluhan dan konseling tentang kesehatan reproduksi dan sikap menghadapi premenstrual syndrome. Diantaranya melalui pengembangan edukasi premenstrual syndrome dalam kurikulum pembelajaran, sehingga kerjasama antara dinas kesehatan dan pendidikan model edukasi mampu mengatasi permasalahan kesehatan reproduksi remaja. Dengan harapan siswa putri yang memasuki usia remaja mendapatkan akses informasi tentang kesehatan reproduksi yang benar sebagai bekal dalam menghadapi premenstrual syndrome, sehingga mempunyai sikap yang positif terhadap reaksi perubahan fisik atau psikologis.

(9)

DAFTAR PUSTAKA

Aulia. 2009. Kupas Tuntas Menstruasi. Yogyakarta: Milestone Publishing House. Budiarto, E. 2003. Metodologi Penelitian Kedokteran sebagai Pengantar. Jakarta: EGC. Depkes RI, 2008. Pedoman Kesehatan Jiwa Remaja. Jakarta : Litbang Depkes RI. ________. 2010. Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2010. Jakarta: Depkes RI.

Fauzi. 2008. Kesehatan Reproduksi Remaja. Http://www.kesrepro.info. Update : 17 Maret 2010. Gulo, 2005. Metodologi Penelitian. Jakarta. Grasindo

Hurlock. 2002. Psikologi Perkembangan. Jakarta : EGC

Kasdu, 2008. Solusi Program Wanita Dewasa. Jakarta : Pustaka Pembangunan. Nusantara. Llewellyn, Derek.2005. Setiap Wanita. Jakarta: Delapratasa Publishing.

Maulana. 2009. Promosi Kesehatan. Jakarta : EGC. Medicastore, 2009. Sindrom Premenstruasi.

Notoatmodjo, S. 2002. Metodologi Penelitian Kesehatan . Jakarta : Rineka Cipta. _________. 2003. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Jakarta : Rineka Cipta.

_________. 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan . Jakarta : Rineka Cipta

Pinem, Saroha. 2009. Kesehatan reproduksi dan kontrasepsi. Jakarta: Trans Info Media.

Prawirohardjo, S. 2007.Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Yayasan Bina Pustaka. Jakarta: Fakultas Kedokteran UI.

__________. 2011. Ilmu Kebidanan. Jakarta : PT. Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Saryono. 2009. Sindrom Premenstruasi. Yogyakarta: Nuha Medika

Soetjiningsih, 2004. Tumbuh Kembang Remaja dan Permasalahannya. Jakarta : CV. Sagung Seto. Solita, S. 2003. Sosiologi Kesehatan. Yogyakarta : BPFE

Suci Dewi, A. 2010. Hubungan pengetahuan dengan sikap remaja dalam menghadapi sindrom premenstruasi di SMP Al-Azhar Medan Tahun 2010. Medan : Program D-IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta. Sunarto, Kamanto.1999. Pengantar Sosiologi. Jakarta: Lembaga Penerbit FE UI. Sutanto, PH. 2010. Analisis Univariat, Analisis Bivariat. Modul Kedua. FKM UI Undang-Undang Kesehatan RI No 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan.

(10)

Wijaya. 2008. Atlas Teknik Kebidanan, (alih bahasa). Jakarta : EGC.

Wiknjosastro, Hanifa. 2006. Ilmu Kebidanan, Edisi Ketiga. Jakarta : YBP-SP. Varney, H. 2007. Asuhan Kebidanan. Jakarta: EGC.

Zulaikha, Fatikah Loyda Fitasari. 2010. Hubungan Pengetahuan Kesehatan Reproduksi Remaja Puteri Terhadap Sikap Menghadapi Premenstrual Syndrome di SMAN 5 Surakarta . Surakarta : Prodi DIV Kebidanan FK Universitas Surakarta.

Gambar

Tabel 1   Distribusi Frekuensi Gambaran Pengetahuan Kesehatan Reproduksi  Remaja Puteri di SMK Farmasi YPIB Majalengka Tahun 2012
Tabel  2 Distribusi Frekuensi Gambaran Sikap Menghadapi Premenstrual  Syndrome Remaja Puteri di SMK Farmasi YPIB Majalengka  Tahun 2012

Referensi

Dokumen terkait

Data dituliskan dengan lengkap, tidak menyebutkan metode/hukum yang digunakan sebagai dasar penyelesaian soal, pengolahan data dilakukan dengan langkah yang urut

dan hasil dari suatu program kegiatan telah sesuai dengan tujan dan kriteria yang.. telah

Hanya saja ketersediaan dan fluktuasi yang berbeda pada produksi rumput gajah sebagai hijauan makanan ternak khususnya pada musim kemarau belum dapat memenuhi

merakit dan menetapkan paket soal US/M dengan cara menggabungkan 25% (dua puluh lima persen) paket soal dari Kementerian dengan 75% (tujuh puluh lima

SDLC adalah proses mengembangkan atau mengubah suatu sistem perangkat lunak dengan menggunakan model-model dan metodelogi yang digunakan orang untuk mengembangkan

Segala puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat – Nya sehingga penulis dapat meyelesaikan Skripsi yang berjudul “Analisis dan Perancangan Aplikasi Pemesanan Iklan

Dengan adanya kepemilikan manajerial akan mensejajarkan kepentingan antara manajemen dan pemegang saham, sehingga manajer akan langsung merasakan manfaat dari keputusan

Untuk mengetahui pengaruh Kompetensi, Kompensasi, Iklim Organisasi dan Penempatan Pegawai secara simultan terhadap kinerja pegawai pada Dinas Kesehatan