• Tidak ada hasil yang ditemukan

Film Dokumenter Kain Gringising Di Desa Tenganan Pegringsingan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Film Dokumenter Kain Gringising Di Desa Tenganan Pegringsingan"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

Film Dokumenter Kain Gringising Di

Desa Tenganan Pegringsingan

I Gusti Ngura Bagus Suryawann1, I Gede Mahendra Darmawiguna2,

I Gede Partha Sindu, S.Pd.,M.Pd 3

Jurusan Pendidikan Teknik Informatika Universitas Pendidikan Ganesha

Singaraja, Bali

E-mail: gustibagus.suryawan0372@gmail.com1, mahendra.darmawiguna@undiksha.ac.id 2,

partha.sindu@undiksha.ac.id 3

Abstrak— Tujuan dari penelitian ini adalah untuk : (1)

mengimplementasikan Film Dokumenter Kain Gringsig di Desa tenganan Pegringsingan (2) mengetahui respon pengguna terhadap Film Dokumenter Kain Gringsing di Desa Tenganan Pegringsingan.

Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian dan pengembangan. Film Dokumenter Kain Gringsing di Desa Tenganan Pegringsingan di kembangkan menggunakan metode cyclic. Aplikasi ini diimplementasikan menggunakan Adobe Premiere Pro

Cs6 sebagai pembuat video dengan bantuan Adobe After Effect sebagai penambah efek video.

Pemanfaatan aplikasi pembuat video dari dampak kemajuan teknologi menyebabkan para remaja atau anak muda mampu berkreasi dalam mengolah video dengan berbagai efek sesuai kemampuan dan keinginan sehingga video dapat dijadikan berbagai sarana yang vital dalam berbagai media promosi. Oleh karena itu, penulis mengembangkan sebuah film documenter yang berjudul “Film Dokumenter Kain Gringsing”. Dengan dikembangkannya film documenter ini, diharapkan keberadaan kain gringsing di desa tenganan pegringsingan semakin di kenal, serta dapat dijadikan sebuah media pembelajaran baik dari segi penggunaan dan makna di balik sebuah kain gringsing yang berada di desa tenganan pegringsingan. Hasil akhir film documenter kain gringsing dapat memberikan wawasan bagi penonton terkait proses pembuatan kain gringsing , penggunaan kain gringsing dalam upacara yang ada di desa tenganan pegringsingan serta makna filosofi yang terkandung dalam kain gringsing.. Respon pengguna terhadap film documenter kain gringsing dapat dikategorikan sangat positif dengan persentase 88%.

Kata kunci : Kain Gringsing, Tenganan Pegringsingan, Film Dokumenter, Tradisi.

Abstract--- The purpose of this study was to: (1) implement Documentary Fabric Gringsig in the village of Tenganan Pegringsingan (2) determine the user response to the Documentary Fabric Gringsing in Tenganan Pegringsingan.

The method used is research and development. Documentary Fabric Gringsing in Tenganan Pegringsingan developed using cyclic method. This application is implemented using Adobe Premiere Pro CS6 as a maker of video with the help of Adobe After Effects as an addition to video effects.

Utilization maker application video of the impact of technological advances led to the teenagers or young child is able to be creative in the process the video with various effects according to ability and desire so that video can be used as the means vital in a variety of media promotion. Therefore, the authors developed a documentary film titled "Documentary Fabric Gringsing". With the development of documentary film, it is expected the presence of cloth in the village of Tenganan Pegringsingan gringsing increasingly well known, and can be used as a medium of learning in terms of both the use and the meaning behind a Cloth gringsing located in the village of Tenganan Pegringsingan. The final result documentary gringsing fabric can provide insight for the audience related to the process gringsing fabric, use fabric gringsing in a ceremony in the village of Tenganan Pegringsingan and philosophical meaning contained in the fabric gringsing . user response to the documentary film gringsing fabric can be categorized as very positive percentage of 88%.

Keywords: Fabric Gringsing, Tenganan Pegringsingan, Documentary, Tradition.

I. PENDAHULUAN

Kain Gringsing merupakan kain yang multifungsi. Hal tersebut bisa dibuktikan ketika masyarakat Tenganan melaksanakan ritual-ritual seperti upacara adat. Ketika melaksanakan uparaca adat, kain Gringsing selalu ada di dalamnya, baik itu untuk sesaji ataupun sebagai pakaian upacara adat. Dalam ritual perang Pandan misalnya, kain Gringsing telah menjadi representasi dari mitos yang masih dipercaya

(2)

hingga sekarang ini, kain Gringsing yang selalu dianggap meliliki makna sakral bagi masyarakat Tenganan Pegringsingan yang dipercaya mampu mengusir rasa sakit ketika ritual Perang Pandan berlangsung. [1]

Masyarakat Bali Aga dan orang di luar Tenganan percaya bahwa Gringsing memiliki kekuatan magis yang melindungi mereka dari sakit dan kekuatan jahat. Gringsing berasal dari kata gring yang artinya sakit dan sing yang artinya tidak, dengan begitu gringsing berarti terhindar dari sakit.[2] Gringsing mengandung makna sebagai penolak bala yakni mengusir penyakit dan rasa sakit baik fisik maupun rohaniahnya bagi pemakai kain gringsing, kain ini seperti cermin perjalanan kehidupan masyarakat setempat. Ada mitos dalam masyarakat Bali, hingga kini masih tersebar bahwa proses kain gringsing memakai darah manusia. Mitos ini telah menyebar dari mulut kemulut. Dari observasi di lapangan, ternyata proses pewarnaan kain gringsing menggunakan cara alamiah. [3]

Kain Gringsing sebagai sebuah tradisi sakral yang mengandung banyak filosofi dan catatan historis dalam agama Hindu Bali harus dipertahankan. Motif Gringsing yang membentuk tanda tambah di Bali di sebut dengan tapak dara yang memberi makna kesucian, keseimbangan, keabadian.[2] Segala cerita dan ajaran yang diusung oleh masyarakat desa Tenganan Pegringsingan menjadi tanggung jawab seluruh umat Hindu Bali, tidak hanya masyarakat sekitar desa Tenganan Pegringsingan. Eksistensi tradisi ini bisa terjaga dengan menumbuhkan kesadaran masyarakat akan kekayaan budaya yang dimiliki. Warisan yang adiluhung seperti tenun gringsing seyogyanya menjadi perhatian khusus bagi pemerintah pada khususnya untuk melestarikanya. Meski telah mendapatkan perhatian dari pemerintah, seiring dengan perkembangan jaman sudah semestinya kesemua hal yang berkaitan dengan tenun gringsing ini harus selalu menjadi perhatian kusus.[4]

Film dokumenter adalah film yang berhubungan dengan orang-orang, binatang, tokoh, peristiwa dan lokasi yang nyata. film dokumenter tidak menciptakan suatu peristiwa atau kejadian, namun merekam peristiwa yang sungguh-sungguh terjadi atau otentik. Film dokumenter dapat digunakan untuk berbagai macam maksud dan tujuan seperti: informasi atau berita, biografi, pengetahuan, pendidikan, sosial, ekonomi, politik (propaganda). Dalam

menyajikan faktanya film dokumenter dapat menggunakan metode merekam langsung pada saat kejadian tersebut benar-benar terjadi, dapat juga menggunakan metode merekontruksi ulang sebuah peristiwa yang terjadi.

Selain itu film dokumenter juga sebagai media informasi, Film dokumenter selain untuk mendokumentasikan juga merupakan suatu solusi yang tepat untuk media prosmosi kepada masyarakat yang lebih luas.[5]

Dasar pemikiran di atas menghasilkan ide diperlukannya suatu catatan mengenai seluruh seluk-beluk tradisi Kain Gringsing yang dapat diakses oleh masyarakat dengan mudah. Catatan yang dimaksud ialah suatu bentuk Film Dokumenter Kain Gringsing di Desa Tenganan Karangasem Bali.

II. KAJIAN TEORI A. Kain Gringsing

Kain Gringsing merupakan hasil kerajinan dari masyarakat Tenganan. Kain ini memiliki kedudukan yang sangat penting, karena selalu dihadirkan di dalam ritual-ritual yang ada di masyarakat Tenganan, seperti perang pandan atau Mekare- kare dan ritual yang lainnya. Kain Gringsing telah menjadi representasi dari mitos yang sekian waktu dipercaya hingga kini, gringsing yang selalu memiliki makna sakral bagi warga Tenganan yang dipercaya mampu mengusir penyakit dan rasa sakit.

Kegiatan menenun dilakukan di rumah pada waktu senggang oleh wanita, namun alat – alat yang di gunakan di buat oleh laki – laki. Dalam pembuatan kain tenun ini ada peraturan khusus yang menentukan kapan waktu yang baik untuk memulai menenun. Penentuan hari yang baik tersebut sudah ada aturanya dalam masyarakat tenganan pegringsingan. Hari baik dalam masyarakat tenganan di sebut dengan hari ngebeteng yang datangnya setiap tiga hari sekali. Dalam membuat tenun gringsing masyarakat Tenganan mempunyai sebuah peraturan atau larangan yang harus di patuhi saat hendak membuat tenun.[4]

Selain peraturan-peraturan yang harus ditaati saat akan membuat tenun yang tidak kalah pentingnya adalah alat dan bahan yang digunakan dalam proses menenun. Alat dan bahan yang digunakan untuk menenun dalam masyarakat Tenganan Pegringsingan masih sangat sederhana.

(3)

Bahan yang digunakan berasal dari hasil alam yang ada di sekeliling daerah mereka. Akan tetapi stok benang dan pewarna alam yang digunakan mereka membelinya dari masyarakat Pulau Nusa Penida.

Alat tenun yang digunakan adalah hasil buatan sendiri. Alat tenun terpisah ini pada dasarnya terbuat dari kayu dan bambu. Dengan sifatnya yang terpisah ini bila alat tenun tidak sedang digunakan maka alat ini akan disimpan dengan cara di tumpuk menjadi satu dan di bungkus dengan kertas Koran kemudian di simpan di atas rak. Jika akan dipakai alat tenun ini akan di rangkai kembali membentuk serangkaian alat tenun cagcag.[4]

Secara keseluruhan proses pembuatan tenun masyarakat Tenganan Pegringsingan tidaklah berbeda dengan proses pembuatan tenun tradisional daerah lain. Penggunaan alat – alat sederhana (alat tenun gendongan). Alat tenun ini masih menggunakan tubuh penenunya sebagai pengatur tegangan benang lungsi.

Bahan yang digunakan untuk membuat tenun gringsing ini adalah benang katun yang terbuat dari kapas. Masyarakat Tenganan Pegringsingan memenuhi kebutuhan sandangnya sendiri sebagai sarana prasarana dalam melakukan upacara adat maupun upacara keagamaan. Dalam proses pembuatan dari awal hingga menjadi selembar kain ini tidak ada perubahan sama sekali dari jaman dahulu nenek moyang hingga sekarang generasi penerusnya. Proses pembuatan yang sangat alamiyah dan sangat sederhana ini di pertahankan hingga saat ini. Dahulu kain ini dipergunakan hanya untuk kalangan masyarakat Tenganan pada khususnya dan masyarakat Bali pada umumnya sebagai kain sakral yang digunakan untuk sarana upacara keagamaan saja, namun saat ini tenun gringsing sudah menjadi nilai ekonomis yang bisa di perjual belikan secara luas untuk berbagai kepentingan.

B. Film

Film adalah alat untuk menyampaikan berbagai pesan kepada khalayak melalui sebuah media cerita. Film juga merupakan medium ekspresi artistik sebagai suatu alat bagi para seniman dan insan perfilman dalam rangka mengutarakan gagasan-gagasan dan ide cerita. Secara esensial dan subtansial film memiliki power yang akan berimplikasi terhadap komunikan masyarakat.[6]

C. Film Dokumenter

Dokumenter lebih kental dengan usaha mengintepretasi fakta-fakta tentang peristiwa yang dinilai essensial dan eksistensial serta dikaji secara mendalam. Film dokumenter juga sarat dengan bingkai dan konstruksi tentang realitas dari pihak-pihak yang terlibat dalam film.[7]

Film Dokumenter adalah suatu jenis film yang melakukan Interprestasi terhadap subyek dan latar belakang yang nyata. Terkadang istilah ini digunakan secara untuk memperlihatkan aspek realistisnya dibandingkan pada film – film cerita konvensional. Film dokumenter berhubungan dengan orang – orang, tokoh, peristiwa, dan lokasi yang nyata. Film Dokumenter sering di anggap sebagai rekaman dari aktualitas potongan rekaman kejadian sebenarnya berlangsung.

D. Tipe Film Dokumenter

Tipe film lebih cenderung mengelompok dari pendekatan wujud yang terlihat secara kasat mata serta dapat dirasakan dampaknya oleh penonton, sehingga lebih dekat dengan gaya film seperti unsur mise-en-scene, sinematografi, editing dan suara. Menurut Bill Nichols ( Hermansyah,2011) klasifikasi tipe-tipe film dokumenter yaitu (1) Tipe Expository, (2) Tipe Observational , (3) Tipe Interactive, (4) Tipe Reflexive,(5) Tipe Performative , (6) Tipe Poetic. E. Tahapan Pembuatan Film

Proses pembuatan film berjalan secara bertahap, apapun jenis dan genre film yang akan dibuat tetap melewati tiga tahap produksi yaitu, pre-production (pra produksi), production (produksi), dan post-production (produksi final). Masing-masing tahapan di atas disebut alir proses produksi produk multimedia yang melibatkan banyak runut kerja di dalamnya.[8] Alir proses produksi produk multimedia dapat dilihat pada gambar 1 dibawah ini.

Gambar 1. Proses Produksi Produk Multimedia. III. METODOLOGI

Metode penelitian yang digunakan dalam film dokumenter Kain Gringsing di Desa Tenganan Pegringsingan adalah cyclic strategy. Metode cyclic strategy atau strategi berputar merupakan sebuah metode yang ada kalanya suatu

(4)

tahap perlu diulang kembali sebelum tahap berikutnya dilanjutkan. [8]

Gambar 2. Tahapan Proses Penelitian A. Brief

Tahap brief merupakan tahap pertama dalam metode cyclic strategy dari perancangan Film Dokumenter Kain Gringsing di Desa Tenganan Pegringsingan. Tahapan brief dibagi menjadi beberapa fase, yaitu:

1. Penawaran Ide

Pada fase ini dilakukan penawaran atau pengajuan ide ke produser atau ke sponsor yang akan bertanggung jawab dalam pembuatan film dokumenter. Pada penelitian dengan judul Film Dokumenter Kain Gringsing di Desa Tenganan Pegringsingan ini diajukan kepada pihak jurusan Pendidikan Teknik Informatika, Universitas Pendidikan Ganesha untuk mendapat persetujuan. 2. Riset Awal

Setelah ide diterima, maka fase selanjutnya adalah melakukan riset awal berkait dengan Kain Gringsing di Desa Tenganan Pegringsingan. B. Tahap 1 (Pengumpulan data dan analisa)

Tahap 1 ini dibagi menjadi beberapa fase, antara lain:

1. Pengumpulan Data

Metode yang digunakan dalam pengumpulan data untuk film dokumenter Kain Gringsing di Desa Tenganan Pagringsingan adalah metode kualitatif. Teknik pengumpulan data tersebut dijabarkan sebagai berikut : (1) Observasi, (2) Wawancara, (3) Studi Pustaka, (4) Dokumentasi.

2. Analisis

Hasil dari fase pengumpulan data tersebut dianalisis guna mengetahui kebutuhan dalam pembuatan film dokumenter, kelebihan, kekurangan, maupun target audiens film dokumenter. Berikut merupakan analisis yang dibutuhkan dalam pebutan film dokumenter : (1) Analisa Talent, (2) Analisa Lokasi, (3) Analisa alat, (4) Analisa Crew, (5) Analisa SWOT, (6) Analisa STP.

C. Tahap 2(Pra Produksi)

Pada tahap 2 terdapat fase pra produksi. Tahap pra produksi merupakan tahapan persiapan atau perencanaan dalam pembuatan sebuah film. Tahapan ini berguna untuk mengurangi kesalahan dan meminimalisir kurang koordinasinya komunikasi antar personil yang bertugas agar mampu melaksanakan tugasnya masing-masing. Pada tahapan produksi dibuat ide cerita , synopsis, scenario dan storyboard.

D. Evaluasi 1

Setelah tahap 2, akan ada pengujian yang bertujuan untuk mengecek kembali apakah semua bagian dalam tahap 1 dan tahap 2 telah terlaksana. Jika ada yang belum terlaksana maka akan dilakukan looping/pengulangan dengan merevisi kembali rancangan film. Sedangkan jika semua telah terlaksana maka akan dilajutkan ke tahap berikutnya.

E. Tahap 3 (Produksi dan Pasca Produksi) 1. Prodiksi

Pada tahap ini desain film yang berupa ide cerita, sinopsis, storyline, dan storyboard yang sudah dibuat pada tahap pra produksi akan dikembangkan. Dalam tahapan produksi dilakukan beberapa hal, antara lain:

1) Video Production

Pada tahap ini dilakukan pengambilan gambar video, sesuai dengan storyline dan storyboard yang telah dibuat pada tahap desain. Pengambilan gambar film dibagi menjadi beberapa hari. Pengambilan gambar dibagi menjadi tiga jenis, antara lain: (1) pengambilan vidio narasumber, (2) pengambilan vidio panorama, (3) pengambilan video pebuatan dan pengungaan kain gringsing.

2) Audio Production

Pada tahap ini dilakukan pembuatan audio yang akan digunakan pada film. Pembuatan audio dilakukan dengan merekam pengisi suara akan dilakukan editing audio menggunakan aplikasi Adobe Audition Pro Cs6.

2. Pasca Produksi

Pada tahap ini video dan audio yang telah dibuat pada tahap produksi akan dirapikan dan digabungkan untuk menjadi sebuah film dokumenter. Dalam tahapan pasca produksi dilakukan beberapa hal, antara lain:

(5)

Pada tahap ini dilakukan editing pada film yang telah dibuat. Editing ini berupa penggabungan seluruh hasil dokumentasi film, pengisian musik latar yang telah dibuat pada tahap audio production, transisi antar video, penambahan efek animasi, color grading (penyelarasan warna). 3) Editing Audio

Pada editing audio dilakukan DAW (Digital Audio Workstation). Kegiatan utama pada tahap ini ialah proses pembersihan suara-suara yang dirasa menggangu dan tidak diperlukan untuk film ini (noise) yang didapatkan saat pengambilan gambar mempergunakan Audacity dan Reaper sebagai software DAW.

4) Mixing

Setelah tahap editing sudah dilakukan, tahapan selanjutnya adalah mixing. Pada tahap ini dilakukan penggabungan dari video dan audio. 5) Rendering

Pada tahap ini dilakukan render dari film dokumenter Kain Gringsing di Desa Tenganan Pegringsingan. Rendering film menggunakan format H.264 (MP4). Sedangkan resolusi yang digunakan dalam film dokumenter ini sebesar 1920x1080.

F. Evaluasi 2

Tahap ini dilakukan untuk mengetahui apakah film dokumenter Kain Gringsing di Desa Tenganan Pegringsingan telah sesuai dengan standar produksi film dokumenter sehingga didapatkan hasil apakah perlu dilakukan revisi kembali atau tidak terhadap film dokumenter ini. Uji Ahli Isi

Uji ahli isi dilakukan untuk mengetahui kesesuaian isi film Kain Gringsing di Desa Tenganan Pegringsingan dengan tradisi Kain Gringsing, baik dari sejarah maupun tradisinya. Uji Ahli Media

Uji ahli media dilakukan untuk mengetahui apakah film yang dikembangkan siap untuk dipublikasikan atau tidak.

G. Tahap 4 (Mastering)

Tahap 4 merupakan tahapan sebelum film ini di sebarluaskan. Pada tahap 4 ini terdapat fase mastering. Mastering merupakan proses dimana file yang telah di-render dipindahkan kedalam media kaset, VCD, DVD atau media lainya. H. Outcome

Outcome merupakan tahapan terakhir dari pembuatan film dokumenter ini. Tahap terakhir yaitu publikasi. Produk akhir film yang telah dikemas dalam bentuk DVD serta poster siap dipublikasikan.

IV. HASIL & PEMBAHASAN A. HASIL

1. Hasil Tahap Brief

Tahap pertama dilakukan dari perancangan film dokumenter kain gringsing yaitu, penawaran ide atau topic terhadap jurusan pendidikan teknik informatika. Ide atau topic yang di ajukan telah di setujui pada tanggal 26 januari 2016 oleh ketua jurusan pendidikan teknik informatika. Kemudian dilakukan riset awal berkaitan dengan film dokumenter kain gringsing di desa tenganan pegringsingan pada tanggal 28 januari 2016.

2. Hasil Tahap 1 (Pengumpulan data dan Analisa) Pada tahap ini dilakukan pengumpulan data menggunakan metode observasi yaitu dengan datang langsung ke desa tenganan pegringsingan. Untuk mengetahui lebih dekat dengan kain gringsing, dilakukan wawancara terhadap kelian desa tenganan pegringsingan dan pengerajin kain geringsing. Selain itu dilakukan juga pengambilan gambar sebagai dokumentasi terkait kain gringsing yang ada di desa tenganan pegringsingan.

Dari hasil pengumpulan data yang di dapatkan kemudian dilakukan beberapa tahapan analisis sebagai berikut :

1. Analisis talent

Analisis talent dilakukan untuk mengetahui siapa saja yang akan terlibat dalam Film dokumenter Kain Gringsing di Desa Tenganan Pagringsingan. Film dokumenter ini akan melibatkan beberapa narasumber. Narasumber adalah talent yang akan menjelaskan tentang Kain Gringsing. Narasumber-narasumber tersebut, antara lain: (a) Ketut Sudiastika (Kelian Adat Desa Tenganan Pagringsingan), (2) I Putu Suarjana, SS. (Tokoh Masyarakat Desa Tenganan Pagringsingan), (3) Drs. I Wayan Yasa (Bendesa Adat Desa Tenganan Pagringsingan), (4) Ni Nengah Konti (Pengerajin Kain Gringsing Desa Tenganan Pagringingan).

(6)

Film dokumenter Kain Gringsing di Desa Tenganan Pagringsingan akan menggunakan lokasi pengambilan gambar di Desa Tenganan Pagringsingan itu sendiri.

3. Analisa Alat

Peralatan yang digunakan dalam pembuatan film dokumenter Kain Gringsing di Desa Tenganan Pagringsingan adalah sebagai berikut. a. 2 buah DSLR Canon 60D

b. 1 buah DSLR Canon 600D c. 1 buah DSLR Nikon D3100 d. 3 buah tripod

e. 2 buah microphone DSLR (external) f. 1 buah stabilizer

g. 1 buah PC Komputer 4. Analisa Crew

Crew film dalam pembuatan film dokumenter Kain Gringsing di Desa tenganan Pagringsingn adalah sebagai berikut.

a. Produser: I Gusti Ngurah Bagus Suryawan b. Kameramen1: Gusti Ngurah Bagus Suryawan c. Kameramen 2: I Gede Heri yudiana Sucitra d. Kameramen 3: I Komang Gede Wenten e. Kameramen 4: Made Dedi Suardika f. Editor :I Gusti Ngurah Bagus Suryawan 5. Analisa SWOT

Berikut merupakan hasil analisa SWOT dari film documenter kain gringsing di desa tenganan pegringsingan.

a. Strength : (1) Mengungkap Kebenaran dari mitos-mitos yang ada terhadap kain tenun Gringsing di Desa Tenganan Pegringsingan, (2) Menggunakan Narasi yang original dan di gabungkan dengan vidio suasana Desa Tenganan Pegringsingan, (3) Menggunakan teknik editing yang profesional.

b. Weakness : (1) Keterbatasan moment yang di sebabkan oleh pembuatan kain Tenun Gringsing ini menggunakan selang waktu yang lama dan menggunakan proses secara bertahap, (2) Alat yang digunakan masih sederhana dan terbatas.

a. Opportunity : (1) Informasi yang disajikan dapat membuka wawasan penonton terhadap keberadaan Kain Gringsing, (2) Menjadi salah satu arsip di Dinas Kebudayaan dan Pariwisata khususnya di Desa Tenganan Pegringsingan.

c. Threat : (1) Setiap audience mempunyai persepsi atau pandangan tersendiri tentang menafsirkan cerita, sehingga terkadang apa yang ingin disampaikan belum tentu diterima dengan baik.

6. Analisa STP

Hasil analisa STP film documenter kain gringsing di desa tenganan pegringsingan sebagai berikut:

1) Segmentasi dan Targeting

a. Geografis : Ditujukan untuk seluruh daerah bali bahkan di indonesia.

b. Demografis : (1) Usia 12 Tahun keatas, (2) Laki-laki dan Perempuan, (3)

:

SMP, SMA, Perguruan Tinggi, dan Umum

c. Psikografis : Seluruh lapisan masyarakat. 2) Positioning : Film dokumenter mengangkat salah satu budaya yang penuh akan sejarah dan filosofi di Bali yang dimana masyarakat khususnya generasi muda belum banyak mengetahui secara mendalam tentang Kain Gringsing di Desa Tenganan Pegringsingan. 3. Hasil Tahap 2 (Pengembangan)

Pada Tahap 2 dilakukan proses pra produksi yang di awali dengan penentuan ide cerita film. Proses ini berguna untuk mengurangi kesalahan komunikasi pada saat pelaksanaan. Pada tahapan ini juda telah dilakukan pembuatan sinopsis, skenario dan juga storyoard film sebagai berikut :

1) Ide Cerita

Menekankan pada tujuan utama film dokumenter Kain Tenun Gringsing adalah untuk menambah wawasan masyarakat tentang keberadaan kain Tenun Gringsing yang ada di Desa Tenganan Pegringsingan. Kemasan dalam bentuk film dokumenter dipilih dikarenakan film dokumenter memiliki kelebihan secara audio visual untuk menyajikan informasi, penyajian informasi akan terlihat lebih interaktif. Film yang dirancang akan menghadirkan pembahasan kain Tenun Gringsing secara lengkap mulai dari nilai sejarah, mitos, proses pembuatan, fungsi dan kegunaan dari kain Tenun Gringsing itu sendiri 2) Sinopsis

Film Dokumenter Kain Tenun Gringsing mengangkat catatan historis kain tenun Gringsing di Desa Tenganan Pegringsingan. Kain Gringsing merupakan hasil kerajinan dari masyarakat Tenganan. Kain ini memiliki kedudukan yang sangat penting, karena selalu dihadirkan di dalam ritual-ritual yang ada di masyarakat Tenganan, seperti perang pandan atau Mekare- kare dan ritual yang lainnya. Kain Gringsing telah menjadi representasi dari mitos yang sekian waktu dipercaya hingga kini, gringsing yang selalu memiliki makna sakral bagi warga Tenganan yang

(7)

dipercaya mampu mengusir penyakit dan rasa sakit.

3) Skenario

Skenario film dokumenter Kain Gringsing di desa Tenganan Pegringsingan adalah sebuah naskah yang berupa tulisan yang digunakan sebagai pedoman dalam pembuatan film dokumenter Kain Gringsing di desa Tenganan Pegringsingan.

4) Storyboard

Storyboard film dokumenter Kain Gringsing di desa Tenganan Pegringsingan adalah sebuah naskah yang berupa gambar dan tulisan yang digunakan sebagai pedoman dalam pembuatan film dokumenter Kain Gringsing di desa Tenganan Pegringsingan

4. Hasil Evaluasi 1

Tahap evaluasi 1 dilakukan untuk mengetahui kesiapan pada tahap 1 dan tahap 2. Tahap evaluasi ini dilakukan oleh pembuat film menggunakan chek list.

5. Tahap 3 (Produksi dan Pasca Produksi) 1) Produksi

Pada tahap ini di dapatkan hasil pengambilan gambar sesuai dengan skenario, storyboard yang telah di buat pada tahap pra produksi. Pengambilan gambar di sesuaikan dengan 3 tahapan yag sudah di rencanakan

2) Pra Produksi

Pada tahapan pasca produksi dilakukan tahap editing vidio, editing audio, mixing dan rendering. Software yang digunakan untuk mendukung film dokumenter yang akan dibangun adalah sebagai berikut :

1) Adove Premiere Pro Cs6 2) Adobe After Effect Pro Cs6 3) Adobe Audition Pro Cs6

Hardware yang digunakan untuk mendukung Film Dokumenter yang akan dibangun adalah sebuah computer PC dengan spesifikasi sebagai berikut:

1) Processor : Intel Core i3 2) Harddisk : 500 GB 3) Memori : 4 GB

4) VGA : 6 MB

Tahapan editing video Film Dokumnter Kain Gringsing di Desa tenganan Pegringsingan mengunakan software Adobe Premiere Pro Cs6.

Gambar 1. Editing Vidio

Tahapan editing audio Film Dokumnter Kain Gringsing di Desa tenganan Pegringsingan mengunakan software adobe Audition pro cs6.

Gambar 2. Editing Audio Proses rendering Film Dokumenter dilakukan setelah proses penggabungan scene selesai. Proses rendering pada Adobe Premiere Pro Cs6.

Gambar 3. Proses Rendering Video 6. Evaluasi 2

1) Pengujian Ahli Isi

Berdasarkan rekaptulasi penilaian dari masing-masing penguji ahli isi dapat disimpulkan bawa rerata persentase keseluruahan adalah 100%. Selanjutnya rerata persentase tersebut bila dikonversikan ke dalam tabel konversi berada dalam kualifikasi sangat baik.

2) Pengujian Ahli Media

Berdasarkan rekaptulasi penilaian dari masing-masing penguji ahli Media dapat disimpulkan bawa rerata persentase keseluruahan adalah 100%. Selanjutnya rerata persentase tersebut bila dikonversikan ke dalam tabel konversi berada dalam kualifikasi sangat baik. 7. Hasil Tahap 4 (Mastering)

Pada tahap ini dilakukan memasukkan film yang sudah di render ke dalam DVD sehingga dapat di publikasikan ke masyarakat luas. Berikut hasil

(8)

desain keeping DVD dapat di lihat pada gambar 4.

Gambar 4. Hasil Keping DVD 8. Hasil Outcome

Tahapan terakhir pada pembuatan film kain gringsing dilakukan tahapan publikasi yang mengunakan media promosi berupa poster dan media social. Berikut hasil desain poster dapat dilihat pada gambar 5.

Gambar 5. Hasil Poster Film B. HASIL UJI RESPONDEN

Uji Respon Pengguna dilakukan untuk mengetahui tanggapan penonton film documenter kain gringsing. Uji respon pengguna dilakukan dengan cara menyebarkan angket kepada 30 orang dengan rentangan usia 12 tahun keatas setelah menonton film kain gringsing didapatkan persentase sebanyak 88% yang berarti hasil respon dalam rentangan sangat baik.

C. PEMBAHASAN

Sesuai dengan paparan hasil Film Dokmuenter Kain Gringsing di Desa Tenganan Pegringsingan maka, berikut ini diuraikan pembahasan. Pembahasan difokuskan pada implementasi dan hasil respon pengguna serta dilakukan revisi terhadap Film Dokumenter Kain Gringsing di Desa Tenganan Pegringsingan. D. Berdasarkan hasil produksi dapat diketahui bahwa

Film Dokumenter Kain Gringsing yang dikembangkan, sesuai dengan model Cyclic. Brief melakukan pengajuan ide atau topic terhadap ketua jurusan pendidikan teknik informatika.

Tahap 1 dilakukan pengumpulan data dan analisa yang terkait dengan film documenter. Tahap 2 merupakan tahapan pra produksi yang meliputi penentuan ide cerita, scenario dan storyboard. Evaluasi 1 dilakukan untuk menguji kelengkapan pada tahap 1 dan tahap 2. Tahap 3 merupakan tahapan produksi yang terdiri dari pengambilan gambar dan di lanjutkan dtahap pasca produksi yaittu editing , mixing dan rendering. Evaluasi dua dilakuan untuk menguji kelayakan film oleh uji ahli isi dan ahli media . Tahap 4 dilakukan proses mastering, file yang sudah di render di masukan ke dalam DVD sehingga dapat di publikasikan. Outcome merupakan tahapan terakhir dalam film documenter ini. Tahapan outcome yaitu pempublikasian film melalui dvd yang telah dibuat dan di promosikan melalui poster serta media social.

Berdasarkan hasil pengujian yang dilakukan oleh penguji ahli isi terhdap film documenter kain gringsing dengan angket menunjukan bahwa persentase yang diperoleh adalah 100% berarti bila dikonversikan ke dalam table konversi berada pada kualifikasi sangat baik. Hal ini berarti isi cerita pada film documenter kain gringsing tidak perlu direvisi.

Sedangkan berdasarkan persentase hasil uji media yang dilakukan untuk menguji kelayakan produk yang digunakan oleh pengguna bahwa Film Dokumenter Kain Gringsing ini, layak digunakan oleh pengguna dengan persentase 100% berarti bila dikonversikan ke dalam tabel konversi berada pada kualifikasi baik. Adapun masukan setelah melakukan pengujian yaitu penggunaan teks terlalu kecil dan terlalu banyak menggunakan transisi. Berdasarkan masukan tersebut, dilakukan revisi terlebih dahulu sebelum digunakan oleh pengguna.

Berdasarkan hasil respon pengguna yang dilakukan dengan cara menyebarkan angket kepada 30 orang dengan rentangan dari usia 12 tahun keatas setelah menonton film documenter kain gringsing dengan angket menunjukkan bahwa persentase yang diperoleh adalah 88% berarti bila dikonversikan ke dalam tabel konversi berada pada kualifikasi sangat baik. Adapun tanggapan dari pengguna yang bersifat memberikan saran yaitu film disarankan di sebar luaskan, diharapkan adanya menonton bersama di desa tenganan pegringsingan dan menyertakan film dalam festival film, dan beberapa tanggapan yang bersifat memuji.

(9)

V. SIMPULAN

Berdasarkan penelitian dan pengembangan Film Dokumenter Kain Gringsing di desa Tenganan Pagringsingn yang telah dilakukan maka, diperoleh kesimpulan sebagai berikut. Perancangan Film Dokumenter Kain Gringsing di Desa Tenganan Pegringsingan telah berhasil dilakukan dengan menggunakan model cyclic dengan melaksanakan pra produksi, proses produksi, pasca produksi dan pengujian. Film Dokumenter Kain Gringsing di Desa Tengana Pegringsingan telah berhasil diimplementasikan sesuai dengan rancangan yang telah dibuat sebelumnya. Film dokumenter diimplementasikan menggunakan aplikasi Adobe Premiere Pro Cs6, serta Adobe Effect Pro Cs6 sebagai penambah effect pada video. Film dokumenter kain gringsing dapat berjalan dengan baik. Secara umum untuk kesimpulan yang didapat setelah mengadakan pengujian respon yang dituangkan dalam bentuk angket respon, film documenter ini mendapatkan respon positif.

Adapun saran untuk pengembangan film berikutnya Matangkan ide cerita atau konflik dalam film. Perhatikan teknik moving kamera pada saat pengambilan gambar. Perhatikan pengisi suara (VO) sehingga dapat terdengar dengan jelas. Gunakan software terbaru sehingga dapat memaksimalkan penggunaan effect pad film.

REFERENSI

[1]. Raka Dherana, Tjokorda. 1976. Sekilas Tentang Desa Tenganan Pegringsingan. Denpasar: Bagian Penerbitan Fakultas Hukum & Pengetahuan Masyarakat Universitas Udayana.

[2]. Parimartha, I Gde. 2015. Kain Gringsing di Desa Adat Tenganan Pagringsingan Kabupaten Karangasem Bali. Dinas Kebudayaan Provinsi Bali.

[3]. Sakakibara, Shagemi. 2013. Estetika Kain Gringsing

Tradisional Di Desa Tenganan

Pegeringsingan,Bali.Tesis(tidak di terbitkan). Program Studi Penciptaan Dan Pengkaji Seni,Program Pasca Sarjana,Institut Seni Indonesia Denpasar.

[4]. Puspitasari, Ayu. 2014. Tenun Gringsing Di Desa Tenganan Pagringsingan Karangasem Bali . Skripsi (tidak di terbitkan). Jurusan Pendidikan Seni Rupa , Universitas Negeri Yogyakarta.

[5] Wicaksono, Riyan. 2013. Perancangan Film Dokumenter Batik Probolinggo, Prodi Desain Komunikasi Visual-Fakultas Seni dan Desain, Universitas Kristen Petera. Jurnal DKV Adiwarna, Vol. 1, No. 1, 2012.

[6]. Yahya, Kurnia. 2014. Alir Proses Produksi Produk

Multimedia. http://kurnia.nireblog.com. (di akes tanggal 15 Maret 2016).

[7]. Wibowo, Fred. 2007. Teknik Program Televisi. Yogyakarta : Pinus Book Publisher. [8]. Sarwono, J., & Lubis, H. (2007). Metode Riset untuk

Referensi

Dokumen terkait

sekitar Pulau Rakit Kecamatan Tarano, sekitar perairan Pulau Meriam, Pulau Lipan dan perairan Teluk Santong Kecamatan Plampang, sekitar Pulau Dangar Besar, Pulau Ngali,

Dalam hal ini terdapat jenis-jenis plankton yang dapat digunakan sebagai petunjuk untuk mengetahui hal tersebut sesuai dengan kondisi biologi perairan tersebut

Apabila dalam jangka waktu 30 (tiga puluh) hari hakim tidak melaksanakan ketentuan dimaksud, penetapan sementara Pengadilan Niaga tersebut tidak mempunyai kekuatan

PENGELOLAAN PKBM DALAM PEMBELAJARAN LIFE SKILL PEMBUATAN SABUN SUSU UNTUK MEMOTIVASI BELAJAR LANJUT PADA PESERTA DIDIK DI PKBM BINA MANDIRI CIPAGERAN.. Universitas

Suatu Graph terdiri dari suatu himpunan tak kosong yang unsur-unsur- nya masing-masing disebut titik ( vertex ) dan suatu himpunan pasangan titik-titik yang tidak

Penelitian ini tidak ada hubungan ( p = 0,380) antara konsumsi enhancer Fe dengan status anemia, hal ini bisa mungkin terjadi karena kebiasaan makan sumber peningkat penyerapan

Perasaaan tersebut memang telah terlihat semakin lama semakin menipis dan dapat dibuktikan dari banyaknya masyarakat yang ingin melakukan aksi main hakim sendiri kepada

Rentang kerja dari metode analisis adalah rentang konsentrasi di mana akurasi dan presisi yang dapat diterima tercapai. -