BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Tipe penelitian
Pada penelitian kali ini, penulis menggunakan tipe penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif pada umumnya dilakukan karena peristiwa yang menarik perhatian peneliti, tetapi belum ada kerangka teoritis untuk menjelaskannya.1
Penelitian deskriptif mempunyai karakteristik-karakteristik sebagai berikut
Penelitian deskriptif merupakan penelitian yang berusaha mendeskripsikan dan menginterpretasikan sesuatu, misalnya kondisi atau hubungan yang ada, pendapat yang berkembang, proses yang sedang berlangsung, akibat atau efek yang terjadi, atau tentang kecendrungan yang tengah berlangsung.
2
1. Penelitian deskriptif cenderung menggambarkan fenomena apa adanya dengan cara menelaah secara teratur-ketat, mengutamakan objektivitas, dan dilakukan secara cermat.
:
2. Tidak adanya perlakuan yang diberikan atau dikendalikan. 3. Tidak adanya uji hipotesis.
1 Jalaludin Rakhmat.Metode Penelitian Komunikasi.Bandung:PT remaja Rosdakarya,2004.hal 25
2
Penulis memilih untuk menggunakan tipe penelitian deskriptif karena dalam penelitian ini penulis menceritakan dalam bentuk kata-kata apa yang mejadi objek penelitiannya.
3.2. Metode Penelitian
Penulis menggunakan pendekatan secara kualitatif. Penelitian kualitatif adalah penelitian yang menekankan kepada quality atau hal yang terpenting dari suatu sifat suatu barang atau jasa.3 Hal terpenting dari suatu barang atau jasa berupa kejadian/fenomena/gejala sosial adalah makna dibalik kejadian tersebut yang dapat dijadikan pelajaran berharga bagi suatu pengembangan konsep teori.4
Penelitian kualitatif dapat didesain untuk memberikan sumbangannya terhadap teori, praktis, kebijakan, masalah-masalah sosial dan tindakan.5 Suatu penelitian kualitatif dieksplorasi dan diperdala dari suatu fenomena sosial atau suatu lingkungan sosial yang terdiri atas pelaku, kejadian, tempat dan waktu.6
Untuk melakukan pendekatan tersebut maka kita juga perlu melakukan analisis wacana dalam penelitian ini. Analisis wacana lahir dari kesadaran bahwa persoalan yang terdapat dalam komunikasi bukan terbatas pada penggunaan kalimat atau bagian kalimat, fungsi ucapan, tetapi juga mencakup struktur pesan yang lebih kompleks dan inheren yang disebut wacana.7
3 Komariah aan.2009.Metode Penelitian Kualitatif.Bandung:Alfabeta.Hal:22 4
ibid 5 ibid 6 ibid
Analisis wacana adalah studi tentang struktur pesan dalam komunikasi.8 Ciri-ciri dan sifat wacana itu dapat dikemukakan sebagai berikut9
1. Analisis wacana membahas kaidah memakai bahasa di dalam masyarakat (rule of use - menurut Widdowson)
:
2. Analisis wacana merupakan usaha memahami makna tuturan dalam konteks, teks, dan situasi (Firth).
3. Analisis wacana merupakan pemahaman rangkaian tuturan melalui interpretasi semantik (Beller).
4. Analisis wacana berkaitan dengan pemahaman bahasa dalam tindak berbahasa (what is said from what is done - menurut Labov).
5. Analisis wacana diarahkan kepada masalah memakai bahasa secara fungsional (functional use of language - menurut Coulthard).
Disebabkan sifat dan faktanya bahwa pekerjaan media massa adalah menceritakan peristiwa-peristiwa, maka seluruh isi media adalah realitas yang telah dikonstruksikan (construct reality). Isi media pada hakikatnya adalah hasil konstruksi dengan bahasa sebagai perangkat dasarnya. Sedangkan bahasa bukan saja sebagai alat mereprentasikan realitas, namun juga bisa menentukan relief seperti apa yang akan diciptakan oleh bahasa tentang realitas tersebut. Akibatnya media massa mempunyai peluang yang sangat besar untuk mempengaruhi makna dan gambaran yang dihasilkan dari realitas yang dikonstruksikannya.10
8 ibid
9 Sobur, Alex.2001. Analisis Teks media.Bandung,Remaja Rosdakarya.Hal:49-50 10 Sobur, Alex.2001.Analisis Teks media. Bandung,Remaja Rosdakarya.Hal:87-88
Tidak hanya itu pencitraan dapat disisipkan pada sebuah karya film akan memberikan dampak positif dan negatif, misalnya pemutaran film Fitna beberapa tahun silam menuai kritik serta protes keras, terutama bagi kalangan umat islam, Inilah salah satu bentuk fitnah dan kedzoliman yang menghadang keharmonian umat Islam di dunia karena film ini memuat rangkaian klip yang mengguncang perasaan dari arsip media dan headline berita, serta pendapat Geert Wilders, 44 tahun, bahwa Islam berbahaya bagi Barat. Ya, alasan yang paling fundamental kenapa film ini dibuat adalah karena kebencian terhadap Islam. Kenapa benci? Karena Islam mereka pandang sebagai ideologi yang berbahaya bagi mereka (Barat). Jadi, tidaklah aneh sebenarnya mengapa film ini ada karena cara apa pun akan mereka (Barat) lakukan untuk mendeskreditkan Islam
Selanjutnya penulis melakukan analisis semiotik untuk mengetahui makna dari tanda pada film My Name is Khan. Analisis semiotik berupaya menemukan tanda termasuk hal-hal yang tersembunyi di balik sebuah tanda (teks, iklan,berita). Pemikiran pengguna tanda merupakan hasil pengaruh dari berbagai konstruksi sosial dimana pengguna tanda itu berada.11
3.3 Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian ini adalah film bertemakan Islam My Name is Khan yang berdurasi 161 menit dibuat oleh sutradara Karan Johar dengan menganalisis adegan-adegan yang mencitrakan Islam.
3.4 Teknik Pengumpulan Data
3.4.1 Data Primer
Data primer adalah sumber data pertama yang dikumpulkan langsung oleh peneliti dari lapangan bukan dari data sebelumnya.12
Data sekunder adalah data yang sudah jadi yang dikumpulkan oleh pihak lain dengan berbagai cara atau metode baik secara komersial maupun non komersial.
Misalnya: dokumentasi yang bisa dalam bentuk Dvd atau Vcd film My Name is Khan yang sudah beredar di Indonesia.
3.4.2 Data Sekunder
13
12 Teknik pengumpulan data primer),
Misalnya adalah dari buku, artikel atau internet sebagai bahan tambahan penelitian.
3.5 Unit Analisis
Dalam penelitian ini penulis akan melakukan unit analisis dalam film My Name is Khan berupa teks yang terdapat di film tersebut yang mencerminkan pencitraan Islam.
http://ririsatria40.wordpress.com/2010/04/02/teknik-pengumpulan-data-primer-untuk-penelitian/Diakses pada 10 Oktober 2010
13
http://organisasi.org/klasifikasi_jenis_dan_macam_data_pembagian_data_dalam_ilmu_eksak_sai ns_statistik_statistika diakses pada 10 Oktober 2010
3.6 Fokus Penelitian
Penelitian ini memfokuskan pada teks dan adegan yang diperankan pada film My Name is Khan. Untuk dapat “membaca” muatan khusus, seperti misalnya ideologi dalam sebuah film, maka mau tak mau kita harus memperlakukannya sebagai teks. Namun memperlakukan film sebagai teks tidaklah sesederhana seperti kita membaca literatur (text book
Dalam “bahasa” filmis tidak ada tata-bahasa (
) yang menggunakan bahasa (tulisan) dengan tata-bahasa dan aturan-aturan pembentuk makna (aksara, kata, kalimat, dan seterusnya) yang sudah dirumuskan dengan jelas dan disepakati bersama selama puluhan, ratusan, bahkan ribuan tahun lamanya.
grammar) yang dirumuskan
secara ketat seperti layaknya aturan bahasa (Indonesia, Inggris, Perancis dan sebagainya), dan sebagai pengganti elemen-elemen pembentuk maknanya (aksara, kata, kalimat, dan seterusnya.) digunakan gambar-gambar yang bergerak (moving pictures/visual) ditambah dengan suara/sound/audio (dialog, musik, efek dsb.). Bahasa filmis menciptakan makna (yang ditangkap/diinterpretasikan oleh penonton) dengan menyusun elemen-elemen yang dimilikinya secara kreatif, lewat rangkaian kode-kode yang dibentuk secara teknis, seperti narrative, editing, type of shot, camera angle, camera movement, lighting, sound effect, dan sebagainya, yang dalam istilah teori film disebut sebagai cinematic apparatus
Jadi, dalam “membaca” bahasa filmis yang terpenting bukanlah memahami apa yang secara fisikal tersampaikan dilayar-seperti halnya aksara membentuk kata, kata melahirkan kalimat, kalimat menciptakan paragraf, dst.-akan tetapi memahami sistem (cara kerja) elemen-elemen pembentuk makna
tersebut. Dengan kata lain, kita harus menggeser pengamatan kita bukan lagi kepada “apa” makna yang ingin disampaikan menuju “bagaimana” makna tersebut diciptakan/dibangun dalam “bahasa” film, atau bagaimana cinematic
apparatus tersebut digunakan. Dengan demikian baru kita akan memahami
kenapa penonton menangkap pesan tersebut sedemikian rupa kita bersimpati kepada tokoh, ikut sedih, gembira, hanyut dalam cerita, bahkan terpengaruh.