• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS TREND HASIL PER SATUAN LUAS TANAMAN BUAH- BUAHAN TAHUN DI PROVINSI JAWA TIMUR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ANALISIS TREND HASIL PER SATUAN LUAS TANAMAN BUAH- BUAHAN TAHUN DI PROVINSI JAWA TIMUR"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS TREND HASIL PER SATUAN LUAS TANAMAN BUAH-BUAHAN TAHUN 1970-2010 DI PROVINSI JAWA TIMUR (Trend Analysis Of Yield Of Fruit Crops 1970-2010 Year In The

Province Of East Java) Tutik Setyawati

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Jawa Timur Jln. Raya Karangploso Km 4, PO. Box 188. Malang. 65101

email : Sethy_53@yahoo.co.id

ABSTRAK

Jawa Timur merupakan salah satu sentra produksi buah-buahan di Indonesia, menduduki urutan ke dua di pulau Jawa, namun demikian produksi tersebut menunjukkan adanya fluktuasi yang cukup tajam. Dibandingkan dengan ekspor buah, Indonesia akhir-akhir ini merupakan negara net importir, sehingga menjadikan display buah di pasar tradisional maupun swalayan dipenuhi dengan buah impor. Disamping adanya fluktuasi produksi yang cukup tajam, adanya sifat buah tropis yang tidak dapat disimpan lama, bulky dan bersifat musiman menjadikan buah tropis tidak dapat menjadi tuan rumah di negara sendiri. Pemahaman tentang kondisi produksi, produktivitas dan areal panen dapat dipergunakan sebagai landasan untuk mendorong adanya substitusi buah impor, karena dapat dipergunakan untuk memprediksi ketersediaan buah-buahan yang ada di Jawa Timur. Pemahaman tentang hal di atas dilaksanakan dengan menggunakan data sekunder serial waktu tahunan yang terkait dengan produksi, luas panen dan produktivitas periode tahun1970–2010. Tanaman buah meliputi Mangga, Durian dan Alpokad untuk mewakili kelompok buah tahunan dan Nenas, Jeruk serta pisang mewakili kelompok buah yang dapat berbuah setiap saat. Penelitian bertujuan menganalisis pola temporal produksi dan hasil per satuan luas buah-buahan di provinsi Jawa Timur dengan menggunakan analisis regresi untuk (1) mengetahui trend hasil per satuan luas dan (2) trend pertumbuhan produksi, areal panen dan hasil per satuan luas. Analisis trend hasil per satuan luas menggunakan model trend linier dan model trend kuadratik untuk mengidentifikasi kemungkinan terjadinya pertumbuhan tahunan absolut hasil persatuan luas yang melambat. Dalam penelitian ini model linier atau kuadratik ditolak apabila salah satu model tersebut mempunyai kesesuaian yang lebih baik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa analisis trend jangka panjang 1970-2010 pada tanaman Mangga menunjukkan penurunan hasil per satuan luas, sedang pada Alpokad dan durian tidak menunjukkan adanya perlambatan hasil per satuan luas. Sedang pada kelompok tanaman buah Nenas, Jeruk dan Pisang menunjukkan adanya peningkatan hasil per satuan luas. Merespon tidak adanya perlambatan hasil per satuan luas tanaman buah-buahan, mengindikasikan terjadinya fluktuasi produksi banyak disebabkan karena adanya fluktuasi areal panen. Oleh karena itu adanya sosialisasi penekanan ketahanan terhadap hama penyakit serta cekaman lingkungan perlu mendapat perhatian yang lebih besar untuk kontinuitas Provinsi Jawa Timur sebagai salah satu sentra produksi buah-buahan di Indonesia.

Kata kunci : Buah-buahan ; Jawa Timur; Trend hasil per satuan luas; Produksi, Areal

panen

Artikel ini telah di presentasikan pada Seminar Nasional Kedaulatan Pangan dan Energi 2012 Fakultas Pertanian, Universitas Trunojoyo Madura, Juni 2012

(2)

PENDAHULUAN

Indonesia dengan jumlah penduduk lebih dari 230 juta orang menduduki ranking terbanyak ke-empat di dunia setelah Cina, India, dan Amerika Serikat. Jumlah penduduk yang sangat besar, membawa implikasi yang sangat penting bagi kehidupan sosial ekonomi masyarakat Indonesia. Salah satu implikasi penting adalah kebutuhan pangan yang sangat banyak untuk memenuhi kebutuhan konsumsi penduduknya. Setiap penduduk juga membutuhkan dan menggunakan berbagai jenis barang lainnya, dengan istilah lain setiap penduduk mengkonsumsi beragam jenis barang dan jasa. Setiap insan penduduk atau individu adalah seorang konsumen, karena ia melakukan kegiatan konsumsi baik pangan, non-pangan maupun jasa. Dengan demikian, Indonesia memiliki lebih dari 220 juta konsumen. Indonesia merupakan pasar barang dan jasa yang sangat besar dan potensial. Tidaklah mengherankan jika menjadi pasar tujuan atau sasaran yang potensial untuk memasarkan produk perusahaan-perusahaan multinasional dari seluruh dunia.

Era globalisasi dan pasar bebas berimplikasi berbagai jenis barang dan jasa dengan berbagai merek membanjiri pasar Indonesia. Persaingan antar merek setiap produk dari berbagai negara semakin tajam dalam merebut minat konsumen. Bagi konsumen, pasar menyediakan berbagai produk dan merek, dengan banyak pilihan. konsumen bebas memilih produk dan merek yang akan dibelinya. Keputusan membeli ada pada konsumen. Konsumen akan menggunakan berbagai kriteria dalam membeli produk dan merek tertentu. Konsumen akan membeli produk yang sesuai kebutuhannya, seleranya, dan daya belinya. Konsumen tentu akan memilih produk yang bermutu lebih baik dan harga yang lebih murah.

Komoditas hortikultura menurut Pusat Penelitian dan Pengembangan Sosial Ekonomi Pertanian (2001), setidak-tidaknya mempunyai tiga peranan penting dalam perekonomian Indonesia :

1. Sebagai sumber pendapatan masyarakat, terutama petani dan buruh tani. Data total produksi sayuran dan buah-buahan (BPS, 2009) dan rata-rata pemilikan lahan yang sangat sempit memberikan petunjuk bahwa banyak keluarga petani yang mengusahakan komoditas hortikultura dan cukup banyak kesempatan kerja yang diciptakan bagi buruh tani. Oleh karena komoditas hortikultura umumnya mempunyai nilai ekonomi tinggi (high-value commodity), pengembangan usahatani hortikultura akan merupakan salah satu alternatif upaya meningkatkan pendapatan petani.

2. Sebagai salah satu bahan pangan masyarakat, khususnya sebagai sumber vitamin (buah-buahan) serta mineral dan bumbu masak (sayuran). Data SUSENAS menunjukkan bahwa banyak ragam komoditas hortikultura yang dikonsumsi masyarakat di perkotaan dan pedesaan dengan pangsa pengeluaran rata-rata sekitar 12,5 persen dari total pengeluaran untuk makanan.

3. Sebagai salah satu sumber devisa negara, yang selanjutnya pada masa kini justru menjadi pengurang devisa negara karena Indonesia sekarang menjadi negara net

importer buah-buahan dan sayuran

Artikel ini telah di presentasikan pada Seminar Nasional Kedaulatan Pangan dan Energi 2012 Fakultas Pertanian, Universitas Trunojoyo Madura, Juni 2012

(3)

Simatupang (1995) mengemukakan bahwa untuk meningkatkan daya saing produk pertanian dapat dilakukan dengan strategi pengembangan agribisnis dalam konsep industrialisasi pertanian diarahkan pada pengembangan agribisnis sebagai suatu system keseluruhan yang dilandasi prinsip-prinsip efisiensi dan keberlanjutan di mana konsolidasi usahatani diwujudkan melalui koordinasi vertikal, sehingga produk akhir dapat dijamin dan disesuaikan dengan preferensi konsumen akhir. Kebutuhan dan selera konsumen akan terpenuhi manakala ketersediaan produk dan daya beli masyarakat juga mampu mengatasinya.

Seperti yang dikemukakan oleh Gaspersz (2001), bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan suatu barang atau jasa tidak terbatas hanya pada harga produk itu, harga barang substitusi atau barang komplementer, selera, pendapatan, jumlah penduduk akan tetapi juga mempertimbangkan faktor-faktor lain yang berkaitan dengan a). ekspektasi konsumen; b). banyaknya konsumen potensial; c). pengeluaran iklan d). features atau atribut dan e). faktor-faktor spesifik lain yang berkaitan dengan permintaan terhadap barang atau jasa yang dipasarkan.

Faktor-faktor utama yang mempengaruhi perilaku konsumen menurut Kotler (1993) antara lain adalah faktor budaya, faktor sosial, faktor pribadi dan faktor psikologis. Budaya merupakan salah satu penentu keinginan dan perilaku seseorang yang paling mendasar dan sesungguhnya seluruh masyarakat memiliki stratifikasi sosial dimana kelas sosial menunjukkan pilihan terhadap produk dengan merek yang berbeda-beda. Keputusan pembelian juga dipengaruhi oleh karakteristik/ciri-ciri pribadinya, terutama yang berpengaruh adalah umur dan tahapan dalam siklus hidup pembeli, pekerjaannya, keadaan ekonominya, gaya hidupnya, pribadi dan konsep jati dirinya.

Pada komoditas buah-buahan usaha pemenuhan kebutuhan dan selera konsumen buah-buahan tercermin dengan semakin membanjirnya buah impor baik dari ragam jenis buah maupun volumenya. Sumarwan (1999), mengemukakan bahwa membanjirnya buah impor pada saat sebelum krisis moneter telah memojokkan buah-buahan lokal, persaingan yang datang dari luar serta kebijakan pemerintah yang kurang kondusif menyebabkan banyak petani yang semakin terpuruk. Namun krisis moneter menyebabkan buah impor semakin mahal dan semakin berkurang ketersediaannya di pasar. Sebaliknya pada saat yang sama, buah lokal semakin banyak tersedia di pasar dengan harga yang bersaing, oleh karenanya krisis moneter seharusnya dapat menjadi momentum yang tepat untuk merencanakan pengembangan buah lokal sebagai komoditas unggulan untuk ekspor maupun konsumsi dalam negeri.

Sementara itu fluktuasi kondisi perekonomian yang semakin bersaing menyebabkan konsumen Indonesia terlena dengan terus maraknya buah impor sehingga kurang memperhatikan kondisi produksi buah-buahan yang ada di Indonesia. Dari sisi produksi adanya kondisi seperti tersebut diatas menyebabkan petani buah-buahan seakan kurang terperhatikan, hal mana akan semakin memperburuk kondisi buah di Indonesia.

Pemahaman tentang kondisi produksi, produktivitas dan areal panen dapat dipergunakan sebagai landasan untuk mendorong adanya substitusi buah impor, karena dapat dipergunakan untuk memprediksi ketersediaan buah-buahan yang ada di Jawa

Artikel ini telah di presentasikan pada Seminar Nasional Kedaulatan Pangan dan Energi 2012 Fakultas Pertanian, Universitas Trunojoyo Madura, Juni 2012

(4)

Timur. Pemahaman tentang hal di atas dilaksanakan dengan menggunakan data sekunder serial waktu tahunan yang terkait dengan produksi, luas panen dan produktivitas periode tahun1970 – 2010. Tanaman buah meliputi Mangga, Durian dan Alpokad untuk mewakili kelompok buah tahunan dan Nenas, Jeruk serta pisang mewakili kelompok buah yang dapat berbuah setiap saat. Penelitian bertujuan menganalisis pola temporal produksi dan hasil per satuan luas buah-buahan di provinsi Jawa Timur dengan menggunakan analisis regresi untuk (1) mengetahui trend hasil per satuan luas dan (2) trend pertumbuhan produksi, areal panen dan hasil per satuan luas. Analisis trend hasil per satuan luas menggunakan model trend linier dan model trend kuadratik untuk mengidentifikasi kemungkinan terjadinya pertumbuhan tahunan absolut hasil persatuan luas yang melambat.

METODE

Sumber data yang digunakan untuk menganalisis hasil per satuan luas, produksi dan luas areal panen tanaman buah-buahan yang meliputi alpokad, durian, mangga, jeruk, pisang dan nenas, dengan menggunakan data sekunder tahunan Provinsi Jawa Timur yang mencakup tahun 1970-2010. Data sekunder ini dikompilasi dari berbagai publikasi yang diterbitkan oleh Badan Pusat Statistik dan Kementrian Pertanian.

Analisis regresi dengan menggunakan data serial waktu digunakan untuk membandingkan perkembangan ataupun perubahannya. Analisis pola temporal hasil per satuan luas selalu terkendala oleh kesulitan untuk memisahkan pengaruh kejadian-kejadian acak, misalnya cuaca, dampak jangka pendek adopsi varietas baru atau perubahan metode budidaya. Analisis trend menggunakan data serial waktu yang relatif pendek dapat menangkap pengaruh perubahan teknologi, tetapi estimasi trend yang dihasilkan cenderung lebih sensitif terhadap kejadian-kejadian cuaca yang luar biasa. Sementara itu analisis trend menggunakan data serial waktu yang lebih panjang dapat mengurangi sensitivitas terhadap cuaca dan lebih memungkinkan untuk menangkap perubahan hasil per satuan luas yang diinduksi oleh teknologi serta penyebab-penyebab acak (Luttrell dan Gilbert 1976; Hamblin dan Kyneur, 1993)

Analisis Trend hasil per Satuan Luas

Data tahunan produksi padi, per satuan luas dianalisis dengan menggunakan model trend linier dan trend kuadratik. Model linier yang digunakan untuk menganalisis trend hasil tanaman per satuan luas (Calderini dan Slafer 1998, Hafner 2003, Krause 2007) didefinisikan sebagai berikut:

Yit = α0 +α1 ti ... (1)

Ti adalah indeks waktu (1 untuk tahun 1970, 2 untuk 1971, dst), Yit adalah hasil

per satuan luas komoditas i untuk tahun t. α 0 = konstanta/ intersep, dan α 1 = perubahan

tahunan hasil per satuan luas. Pada model ini, pertumbuhan tahunan hasil persatuan luas diasumsikan konstan selama periode analisis.

Artikel ini telah di presentasikan pada Seminar Nasional Kedaulatan Pangan dan Energi 2012 Fakultas Pertanian, Universitas Trunojoyo Madura, Juni 2012

(5)

Untuk mengidentifikasi kemungkinan terjadinya pertumbuhan tahunan absolut hasil per satuanluas yang melambat (slowing down), model kuadratik sebagai berikut juga digunakan.

Yit = β 0 +β 1 ti + β2 ti2 ... (2)

t i2 adalah kuadrat indeks waktu, β 0 = konstanta/intersep, β 1 = adalah trend

linier. Koefisien β2 jika bernilai negatif mengindikasikan adanya pertumbuhan hasil per

satuan luas yang melambat. Pada model ini, pertumbuhan tahunan hasil per satuan luas diasumsikan linier.

Dalam penelitian ini, model linier ditolak jika model kuadratik memiliki kesesuaian yang lebih baik dan koefisien β2 secara signifikan lebih kecil dari nol

(bernilai negatif). Estimasi regresi dilakukan dengan metode Ordinary Least Squares (OLS)

Analisis Tingkat Pertumbuhan Produksi, Luas Panen dan Hasil per Satuan Luas

Analisis tingkat pertumbuhan dapat mengungkapkan faktor dominan penentu pertumbuhan produksi, apakah peningkatan areal panen atau peningkatan hasil per satuan luas (Webster dan Williams, 1988). Untuk keperluan tersebut pendekatan estimasi yang digunakan adalah fungsi pertumbuhan dengan formulasi sebagai berikut:

Yit = β0eβ1ti + β2ti Uit ...(3)

Keterangan :

Yit = produksi/arealpanen/hasil per satuan luas komoditas i pada tahun t

ti = indeks waktu (ti = 1,2,3,4 ...dst)

Uit = simpangan

Transformasi logaritma dari kedua sisi persamaan (3) menghasilkan : Log Yit = log β0 + β1 ti + β2 ti2 + log Uit ...(4)

Koefisien pertumbuhan β1 dan β2 diestimasi dengan meregresikan log Yit untuk t

= 1,2,3 ..n. Signifikansi statistik dan besaran kedua koefisien tersebut dapat memberikan gambaran mengenai kecepatan dan pola pertumbuhan produksi berdasarkan batasan interpretasi sebagai berikut:

1. Jika β2 secara statistik tidak berbeda nyata (koefisien ti memiliki nilai t hitung < t

tabel, maka pertumbuhan produksi selama periode waktu analisis dikatagorikan bersifat konstan dan tingkat pertumbuhan produksi rerata selama periode tersebut adalah sebesar β1

2. Jika β2 secara statistik berbeda nyata ( koefisien t1 memiliki nilai t hitung > t tabel,

maka besaran β2 < 0 mengindikasikan adanya pertumbuhan produksi yang bersifat

menurun, sedangkan besaran β2 >0 mengindikasikan adanya pertumbuhan produksi

yang bersifat meningkat dan tingkat pertumbuhan produksi rerata selama periode tersebut adalah β1 + β2ti.

Artikel ini telah di presentasikan pada Seminar Nasional Kedaulatan Pangan dan Energi 2012 Fakultas Pertanian, Universitas Trunojoyo Madura, Juni 2012

(6)

Informasi menyangkut faktor dominan pendorong pertumbuhan produksi (peningkatan areal panen atau peningkatan hasil per satuan luas) dapat ditelusuri melalui modl partisi sebagai berikut :

Qit = AitYit ...(5)

Di mana :

Qit = produksi total komoditas i pada tahun t

Ait = areal panen total komoditas i pada tahun t

Yit = hasil per satuan luas komoditas i pada tahun t

Transformasi logaritma dari kedua sisi persamaan dan dideferensisasi terhadap t menghasilkan persamaan

Log Qit = log Ait + log Yit ...(6)

Persamaan (6) menunjukkan bahwa tingkat pertumbuhan produksi sama dengan tingkat pertumbuhan areal panen dan tingkat pertumbuhan hasil per satuan luas. Persamaan ini diturunkan dari identitas pada persamaan (5) yang menyatakan bahwa produksi total sama dengan areal panen dikalikan dengan hasil per satuan luas. Ketiga tingkat tersebut dapat diestimasi dengan meregresikan log Qit; log Ait; dan lig Yit

terhadap t dan t2.

Berdasarkan kontribusi relatif, maka informasi menyangkut faktor dominan pendorong pertumbuhan (peningkatan areal panen, atau peningkatan hasil persatuan luas) dapat diperoleh.

Jika pola pertumbuhan produksi didominasi oleh peningkatan areal panen (kontribusi areal panen lebih besar dibandingkan dengan kontribusi hasil per satuan luas), beberapa implikasi yang tersirat adalah :

1. Strategi dan kegiatan yang berhubungan dengan inovasi teknologi/penelitian yang ada belum dapat memacu pola pertumbuhan produksi berbasis peningkatan hasil per satuan luas, atau program penyuluhan belum berjlan optimal, terutama dikaitkan dengan proses transfer teknologi di tingkat petani.

2. Peningkatan produksi dimungkinkan oleh adanya insentif akibat kebijakan pemerintah yang berasal dari subsidi terhadap harga masukan dan luaran, maupun penyediaan infrastruktur pemasaran yang ditujukan agar kebijakan harga tersebut secara operasional berjalan efektif, sehingga memungkinkan adanya kestabilan profitabilitas relatif dari komoditas yang diusahakan (Adiyoga, 2009).

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil analisis regresi secara linier dan kuadratik perkembangan luas panen , produksi dan produktivitas beberapa komoditas buah-buahan di Jawa Timur tahun 1970-2010 dapat dilihat pada table 1.

Artikel ini telah di presentasikan pada Seminar Nasional Kedaulatan Pangan dan Energi 2012 Fakultas Pertanian, Universitas Trunojoyo Madura, Juni 2012

(7)

Tabel 1.Hasil Analisis Regresi model Linier dan Kuadratik Tanaman Alpkad, Durian, Mangga, Pisang, Nenas dan Jeruk Provinsi Jawa Timur 1970-2010

Tanaman Luas Panen Produksi Hasil / Satuan Luas (Produktivitas)

α β1 β2 α β1 β2 α β1 β2 Alpokad -567,79*** -1,97*** 33,43*** 989,63*** 260,71*** 17,36*** 0,05 -9,45*** 0,226 Durian 77,90* -193,5*** 6,47*** 1,79*** -3,00*** 114,1*** 2,69*** -0,37*** 0,01*** Mangga 1,19*** 631,11*** 13,3*** 1,03*** -0.68*** 646,4*** 1,09 -0.126 0,029 Pisang -673,78*** -2,26*** 37,86*** 9,68*** -4,31*** 1,26*** 16,27*** 17,38*** -0,03*** Jeruk 75,60 115,23 -0,94 9,97*** -1,21*** 524,4*** 9,08*** -3,92*** 0,31*** Nenas -181,5 2,46* -62,9* 2,58*** 7,85*** -125,3*** 15,43*** -35,38*** 1,21*** Keterangan:

α = koefisien regresi perubahan tahunan model linier β1 = Koefisien regresi perubahan tahunan model kuadratik

β2 = Koefisien regresi trend kuadrat indeks waktu

* = Signifikan pada taraf kepercayaan 90 persen **= Signifikan pada taraf keperca

***= Signifikan pada tingkat kepercayaan 99 persen

Dari tabel diatas terlihat model linier maupun model kuadratik memenuhi kriteria pemilihan, kecuali pada tanaman jeruk dan nenas di aktifitas luas panen. Demikian juga adanya trend negatif dapat dijelaskan pada model linier dan kuadratik. Koefisien regresi Trend2 yang bernilai nrgatif dan signifikan secara statistik mengindikasikan adanya pelambatan pertumbuhan pada luas panen, produksi dan produktivitas buah-buahan. Trend pelambatan dijelaskan hanya pada luas panen tanaman jeruk dan nenas. Dari tabel di atas diketahui produksi dan produktivitas buah-buahan tersebut menunjukkan adanya trend peningkatan.Selanjutnya pada Tabel 2 dapat diinformasikan faktor dominan pendorong pertumbuhan produksi disebabkan adanya pertumbuhan areal panen atau hasil per satuan luas.

Tabel 2. Pertumbuhan Produksi, Areal Panen dan Hasil per Satuan Luas tanaman Buah Alpokad, Durian, Mangga, Pisang, Jeruk dan Nenas, 1970-2010

Tanaman Pertumbuhan Produksi Pertumbuhan Areal Panen Pertumbuhan Hasil Per Satuan Luas Alpokad 0,000*** 0,001*** 0,002*** Durian 0,001*** 0,001*** 0,000*** Mangga 0,001*** 4,492*** 0,000 Pisang 0,001*** 0,001*** 9,46*** Jeruk 0,001*** 7,476 0,001*** Nenas -0,001*** -0,004*** 0,002*** Keterangan:

* = Signifikan pada taraf kepercayaan 90 persen **= Signifikan pada taraf kepercayaan 95 persen ***= Signifikan pada tingkat kepercayaan 99 persen

Artikel ini telah di presentasikan pada Seminar Nasional Kedaulatan Pangan dan Energi 2012 Fakultas Pertanian, Universitas Trunojoyo Madura, Juni 2012

(8)

Dari Tabel di atas terlihat secara signifikan pertumbuhan produksi sangat kecil bahkan pada tanaman nenas menunjukkan adanya pertumbuhan produksi yang negatif. Pertumbuhan produksi durian, mangga dan jeruk dipicu oleh adanya peningkatan areal panen, sedang Alpokad Pisang dan nenas karena peningkatan hasil per satuan luas atau produksi.

KESIMPULAN

1. Model linier dan kuadratik trend jangka panjang 1970-2010 dapat menangkap adanya indikasi pelambatan hasil per satuan luas pada tanaman Alpokad, pisang, jeruk dan nenas. Secara agregat luas panen jeruk dan nenas mengalami penurunan, namun pada tingkat produksi penurunan hanya terjadi pada nenas.

2. Sumber dominan pertumbuhan produksi mangga,durian dan jeruk adalah areal panen, sedang yang lainnya (alpokad, pisang, nenas ) karena peningkatan produktivitas.

3. Untuk mengurangi adanya peningkatan buah impor maka diperlukan adanya

peningkatan kualitas buah-buahan yang ada.

DAFTAR PUSTAKA

Adiyoga,W. Analisis Trend hasil Per satuan luas Tanaman Sayuran Tahun 1969-2006 di Indonesia. Jurnal hortikultura 19(4) 2009: Hal 484-499. Jakarta.

Bayu Krisnamurhi, 2006. Penganekaragaman Pangan Sebuah Kebutuhan yang Mendesak. Makalah Seminar Nasional Diversifikasi untuk Mendukung Ketahan Pangan 18 Februari 2006. Universitas Muhammadyah Yogyakarta.

Calderini, D.F. and G.A. Slafer. 1998. Changes in Yield and Yield Stability in wheat During 20th Century. Field Crops re. 57(3):335-347

Duvick, D.N. and K.G. Cassman.1999. post Green revolution Trends inYield potential of Temperate Maize in North-Central United States. Crop. Sci. 39 ; 1622-1630 Gaspersz V., 2001. Ekonomi Manajerial. Pembuatan Keputusan Bisnis. Penerbit PT.

Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Evans, L.T.1997. Adapting and improving Crops: The Endless Task. Philosophycal Transactions of the Royal Society london. Biol Sci. 352(1536):901-906

Hafner, S. 2003. Trends in Maize, rice and Wheat Yieds for 188 Nations Over the Past 40 Years; A prevalence of Linier Growth. Agric. Ecosys and Environ, 97(1)275-283.A Bayesian Approach. 101st Seminar of the European Association of Agricultural economics, Berlin. Germany 18 p

Hamblin,A. And G.Kyneur. 1993. Trends in Wheat Yield and Soil Fertility in Australia.m J.Royal soc. Western Aust.71:77-81

Hatta Sunanta,2006. Impor Beras Yang Ribut Siapa? Harian kedaulatan Rakyat. 19 Januari .

Krause, J. 2007. Agricultural Yield Expectations Under Climate Change – A Bayesian Approach. 101st Seminar of the European Association of Agricultural Economics, Berlin, germany. 18 p.

Artikel ini telah di presentasikan pada Seminar Nasional Kedaulatan Pangan dan Energi 2012 Fakultas Pertanian, Universitas Trunojoyo Madura, Juni 2012

(9)

Luttrel,C.B. and R.A. Gilbert.1976. Crops Yields. Random, Cyclical,or Bunchy. Amer.J. agric. Econ.58(3):521-531

Poerwanto, R., 2003. Peran Manajemen Budidaya Tanaman Dalam Peningkatan Ketersediaan dan Mutu Buah-buahan. Orasi Ilmiah Guru Besar Tetap Ilmu Hortikultura. Fakultas Pertanian Bogor. Institut Pertanian Bogor.

Simatupang P., 1990. Economic Incentives and Competitve Advantage in Livesstocks and Feedstuffs Production : A Methodological Introduction. Center of Agro Economic Research, Bogor.

Sumarwan, U., 1999. Mencermati Pasar Agribisnis. Melalui Analisis Perilaku Konsumsi dan Pembelian Buah-buahan. Majalah Agribisnis, Manajemen dan Teknologi. Volume 5-No.3 November 1999. Magister Manajemen Agribisnis, Institut Pertanian Bogor (IPB).

Sumarno,2005. Indonesia Tak Lagi Kaya. Sumberdaya pertanian. Kompas, 21 September 2005.

Webster,J.P.G. and N.T. Williams.1988. Change in Cereal production and Yield Variability on farms in South East england. J.Agric. Econ. 39(3):324-336.

Artikel ini telah di presentasikan pada Seminar Nasional Kedaulatan Pangan dan Energi 2012 Fakultas Pertanian, Universitas Trunojoyo Madura, Juni 2012

Gambar

Tabel  1.Hasil  Analisis  Regresi  model  Linier  dan  Kuadratik  Tanaman  Alpkad,  Durian,  Mangga, Pisang, Nenas dan Jeruk Provinsi Jawa Timur 1970-2010

Referensi

Dokumen terkait

Pada hari ini Rabu, tanggal dua puluh delapan bulan Mei tahun Dua Ribu Empat Belas, kami yang bertanda tangan dibawah ini Panitia Pengadaan Pembangunan Gedung

I n no event shall Cer t ified Lye be liable for any claim s, losses, or dam ages of any t hird part y or for lost profit s or any special, indirect , incident al, consequent

Connecticut carcinogen reporting list.: Potassium permanganate Illinois toxic substances disclosure to employee act: Potassium permanganate Illinois chemical safety act:

fungsi Jaminan Mutu dalam Manajemen Mutu Terpadu, menjelaskan pengertian tentang Quality Assurance (Jaminan Mutu), bentuk Jaminan Mutu dalam dunia

Apabila tidak ada informasi yang jelas tentang aturan dan standar yang harus diterapkan oleh perusahaan (atau pihak lain), kegiatan bisa dijalankan dengan

administrasi negara dengan rakyat sebagai subjek-subjek yang berperkara ditimbulkan oleh unsur dari unsur peradilan administrasi murni yang mensyaratkan adanya minimal dua pihak

Hakim dalam penjatuhan hukuman pidana anak wajib mempertimbangkan hasil penelitian kemasyarakatan yang dilakukan oleh pembimbing kemasyaraktan sebagaimana diatur dalam

Pejompongan yang bertopografi relatif datar dan beraliran laminer hasil dari kombinasi kecepatan dan kedalaman sungai yang tenang dan dalam. Kondisi ini bergerak ke