• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGETAHUAN GIZI DAN KESEHATAN, PERILAKU HIDUP SEHAT, SERTA KARAKTERISTIK LINGKUNGAN FISIK RUMAH HUBUNGANNYA DENGAN KELUHAN KESEHATAN SOPIR ANGKOT

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGETAHUAN GIZI DAN KESEHATAN, PERILAKU HIDUP SEHAT, SERTA KARAKTERISTIK LINGKUNGAN FISIK RUMAH HUBUNGANNYA DENGAN KELUHAN KESEHATAN SOPIR ANGKOT"

Copied!
87
0
0

Teks penuh

(1)

PENGETAHUAN GIZI DAN KESEHATAN, PERILAKU HIDUP SEHAT, SERTA KARAKTERISTIK LINGKUNGAN FISIK RUMAH

HUBUNGANNYA DENGAN KELUHAN KESEHATAN SOPIR ANGKOT

ARINA RIZKIANA

PROGRAM STUDI GIZI MASYARAKAT DAN SUMBERDAYA KELUARGA FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(2)

ABSTRACT

ARINA RIZKIANA. The Correlation Between Nutrition and Health

Knowledge, Behavior of Healthy Life, and Physical Characteristic of The House Towards Health Sighs of Public Transportation Driver. Under

direction of SITI MADANIJAH and YEKTI HARTATI EFFENDI.

The objective of this study was to know the correlation between nutrition and health knowledge, behavior of healthy life, and physical characteristic of the house towards health sighs of public transportation driver. Design of this study is a cross sectional study. The criterions of sample are (1) driver of Kampus Dalam and Leuwiliang route; (2) man; (3) age more than 30 years old; (4) had been worked as public transportation driver more than 2 years; (5) can communicate and ready for having an interview. The amount of sample is 60 respondents. The type of data was using primary and secondary data. The primary data (individual and family characteristic, nutrition and health knowledge, life style, pattern of food consumption, behavior of healthy life, physical characteristic of the house, and health sighs of the driver) was collected by structural questionnaire interview. The body weight and height data were collected by direct measurement on site of research. The secondary data was the amount of public transportation in Bogor District which had been obtained from “Dinas Perhubungan” of Bogor District.

This study results that nutrition and health knowledge, behavior of healthy life, and physical characteristic of the house do not correlate to health sighs of the public transportation driver. The correlation was analyzed by Spearman’s correlation.

(3)

RINGKASAN

ARINA RIZKIANA. Pengetahuan Gizi dan Kesehatan, Perilaku Hidup Sehat, serta Karakteristik Lingkungan Fisik Rumah Hubungannya dengan Keluhan Kesehatan Sopir Angkot. Dibimbing oleh SITI MADANIJAH dan YEKTI HARTATI EFFENDI.

Salah satu indikator keberhasilan pembangunan kesehatan adalah perilaku hidup sehat, yang didefinisikan sebagai perilaku proaktif untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah risiko terjadinya penyakit, melindungi diri dari ancaman penyakit, serta berperan aktif dalam gerakan kesehatan masyarakat. Pada hakekatnya derajat kesehatan dipengaruhi oleh empat faktor, yaitu : faktor genetik, pelayanan kesehatan, perilaku dan faktor lingkungan.

Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan pengetahuan gizi dan kesehatan, perilaku hidup sehat, serta karakteristik lingkungan fisik rumah terhadap keluhan kesehatan sopir angkot. Sedangkan tujuan khususnya, adalah 1) mengidentifikasi karakteristik individu dan keluarga contoh; 2) menganalisis pengetahuan gizi dan kesehatan contoh; 3) menganalisis gaya hidup, pola konsumsi pangan, dan perilaku hidup sehat contoh; 4) menganalisis karakteristik lingkungan fisik rumah contoh; 5) mempelajari keluhan kesehatan dan status gizi contoh; 6) menganalisis hubungan pengetahuan gizi dan kesehatan, perilaku hidup sehat, serta karakteristik lingkungan fisik rumah terhadap keluhan kesehatan contoh; 7) menganalisis hubungan keluhan kesehatan dengan status gizi contoh.

Desain penelitian adalah cross sectional study. Penelitian dilakukan di Terminal Bubulak dan Terminal Laladon, Kabupaten Bogor pada bulan Januari - Maret 2008. Contoh penelitian ini adalah sopir angkot. Cara pengambilan contoh dilakukan dengan purposive sampling, menggunakan kriteria 1) sopir pada Trayek Kampus Dalam dan Leuwiliang; 2) laki-laki; 3) berusia >30 tahun; 4) bekerja sebagai sopir angkot >2 tahun; 5) dapat berkomunikasi dengan baik dan bersedia diwawancarai. Selama masa penelitian berlangsung diperoleh calon contoh berdasarkan kriteria sebanyak 66 sopir, terdiri dari 35 sopir pada Trayek Kampus Dalam dan 31 sopir pada Trayek Leuwiliang. Namun contoh yang memenuhi kriteria dengan data yang lengkap terdapat sebanyak 30 sopir pada Trayek Kampus Dalam dan 30 sopir pada Trayek Leuwiliang, sehingga diperoleh total contoh sebanyak 60 sopir

Data yang dikumpulkan meliputi data primer dan sekunder. Data primer mencakup karakteristik individu dan keluarga contoh, pengetahuan gizi dan kesehatan, gaya hidup, pola konsumsi pangan, perilaku hidup sehat, karakteristik lingkungan fisik rumah, keluhan kesehatan, dan data antropometri contoh yang diperoleh dengan menimbang berat badan dan mengukur tinggi badan contoh. Data sekunder yang dikumpulkan adalah jumlah trayek dan angkutan umum di Kabupaten Bogor yang diperolah dari Dinas Perhubungan Kabupaten Bogor.

Data yang diperoleh, diolah dan dianalisis secara statistik deskriptif dengan bantuan program Microsoft Excell dan SPSS for windows versi 13.0. Hubungan antara variabel kategorik dianalisis secara statistik dengan menggunakan Rank Spearman Correlation Test. Uji beda Mann-Whitney digunakan untuk menguji signifikansi perbedaan antara karakteristik individu dan keluarga, pengetahuan gizi dan kesehatan, gaya hidup, perilaku hidup sehat,

(4)

karakteristik lingkungan fisik rumah, keluhan kesehatan dan status gizi contoh antara sopir Kampus Dalam dengan sopir Leuwiliang.

Berdasarkan hasil penelitian terhadap 30 contoh sopir Kampus Dalam dan 30 contoh sopir Leuwiliang diketahui bahwa lebih dari separuh contoh (53.3%) tergolong pada masa dewasa madya. Tingkat pendidikan formal yang pernah ditempuh oleh contoh sebesar 36.7% adalah SLTA/sederajat. Separuh contoh (50.0%) termasuk dalam kategori keluarga kecil, dan lebih dari separuh contoh (58.3%) tergolong dalam kategori keluarga tidak miskin. Terkait pengetahuan gizi dan kesehatan, sebanyak 20.0% contoh memiliki tingkat pengetahuan gizi dan kesehatan yang masih rendah, terutama mengenai akibat yang ditimbulkan bila tubuh kekurangan yodium.

Lebih dari separuh contoh (68.3%) memiliki kebiasaan olahraga, dan sebagian besar contoh (86.7%) dalam penelitian ini memiliki kebiasaan merokok. Sebanyak 15.0% contoh memiliki kebiasaan mengkonsumsi alkohol. Lebih dari separuh contoh (51.7%) mempunyai kebiasaan makan 3 kali dalam sehari dan selalu sarapan pagi (68.3%). Berdasarkan susunan hidangan makanan, mayoritas contoh (70.0%), mengkonsumsi makanan pokok, lauk pauk, dan sayuran. Lebih dari separuh contoh (53.3%) memiliki kebiasaan minum air putih > 8 gelas per hari, namun demikian, masih terdapat 3.3% contoh yang minum air putih < 3 gelas per hari.

Seluruh contoh mengkonsumsi nasi sebagai sumber karbohidrat utama. Lauk hewani yang sering dikonsumsi oleh contoh sopir Kampus Dalam adalah ikan teri (36.7%) dan pada sopir Leuwiliang adalah telur ayam (43.3%). Jenis lauk nabati yang sering dikonsumsi oleh contoh sopir Kampus Dalam adalah tempe (53.3%) dan pada contoh sopir Leuwiliang adalah tahu (46.6%). Jenis sayuran yang paling sering dikonsumsi adalah tomat, dan jenis buah yang paling sering dikonsumsi oleh sopir Kampus Dalam adalah pepaya (20.0%) dan pisang (20.0%) pada sopir Leuwiliang. Jenis susu yang paling sering dikonsumsi adalah susu kental manis.

Meskipun separuh contoh (50.0%) berperilaku hidup sehat dengan kategori baik dan sebanyak 45.0% contoh termasuk dalam kategori sedang, namun masih ada 5.0% contoh termasuk dalam kategori rendah, yaitu tidak mencuci tangan sebelum makan menggunakan air bersih dan sabun.

Sebanyak 45.0% contoh mempunyai kondisi lingkungan fisik rumah dengan kategori sedang. Namun demikian masih ada 3.3% contoh yang berada dalam kategori rendah yang ditunjukkan dengan tidak tersedianya fasilitas WC di rumah contoh, sehingga tempat contoh untuk buang hajat adalah di sungai/empang.

Lebih dari separuh contoh memiliki keluhan kesehatan selama satu bulan terakhir, dengan jenis keluhan yang paling banyak adalah sakit kepala/pusing, masuk angin, batuk dan flu. Sebanyak 15.0% status gizi contoh adalah underweight, dan 21.7% contoh adalah pre obese. Tingkat pengetahuan gizi dan kesehatan, perilaku hidup sehat, serta karakteristik lingkungan fisik rumah tidak berhubungan nyata dengan keluhan kesehatan. Begitu pun keluhan kesehatan tidak berhubungan nyata dengan status gizi contoh.

(5)

PENGETAHUAN GIZI DAN KESEHATAN, PERILAKU HIDUP SEHAT, SERTA KARAKTERISTIK LINGKUNGAN FISIK RUMAH

HUBUNGANNYA DENGAN KELUHAN KESEHATAN SOPIR ANGKOT

ARINA RIZKIANA

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian bidang keahlian Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga pada Fakultas Pertanian

Institut Pertanian Bogor

PROGRAM STUDI GIZI MASYARAKAT DAN SUMBERDAYA KELUARGA FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(6)

Judul : Pengetahuan Gizi dan Kesehatan, Perilaku Hidup Sehat, serta Karakteristik Lingkungan Fisik Rumah Hubungannya dengan Keluhan Kesehatan Sopir Angkot Nama Mahasiswa : Arina Rizkiana

Nomor Pokok : A54104027

Disetujui :

Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II

Dr. Ir. Siti Madanijah, MS dr. Yekti Hartati Effendi NIP 130 541 472 NIP 140 092 953

Diketahui :

Dekan Fakultas Pertanian

Prof. Dr. Ir. Didy Sopandie, M. Agr NIP 131 124 019

(7)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “Pengetahuan Gizi dan Kesehatan, Perilaku Hidup Sehat, serta Karakteristik Lingkungan Fisik Rumah Hubungannya dengan Keluhan Kesehatan Sopir Angkot” benar-benar merupakan hasil karya sendiri dan belum pernah diajukan sebagai karya ilmiah pada perguruan tinggi atau lembaga apapun.

Bogor, Juli 2008

Arina Rizkiana

NIMA54104027

(8)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Tasikmalaya, pada tanggal 23 Maret 1986. Penulis merupakan anak kedua dari tiga bersaudara dari pasangan Bapak Holidin dan Ibu Jojoh Joharah.

Tahun 2004 penulis lulus dari SMAN 6 Tasikmalaya. Pada tahun yang sama, penulis diterima sebagai mahasiswa Program Studi Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor melalui jalur USMI (Undangan Seleksi Masuk IPB).

Selama masa pendidikan di IPB, penulis aktif dalam berbagai organisasi, seperti Forum Keluarga Mesjid GMSK (FKMG), Himpunan Mahasiswa Peminat Ilmu Gizi Pertanian (HIMAGITA), Badan Konsultasi Gizi GMSK (BKG), dan Forum Komunikasi Rohis Departemen Fakultas Pertanian (FKRD-A). Penulis juga aktif dalam berbagai kepanitiaan yang diselenggarakan oleh berbagai elemen kampus. Selain itu, selama menjadi mahasiswa penulis pun pernah menjadi asisten praktikum mata kuliah Pendidikan Agama Islam.

(9)

PRAKATA

Segala puji bagi Allah yang Maha Rahman dan Rahim, sehingga dengan hidayah dan kasih sayang-Nya skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik. Sholawat dan salam tercurah pada qudwah hasanah setiap umat, Rasulullah SAW beserta keluarga, para sahabat, dan orang-orang yang mengikuti jejak beliau dalam menyebarkan risalah Islam.

Atas terselesaikannya skripsi ini, penulis ingin menyampaikan terima kasih dan penghargaan kepada :

1. Dr. Ir. Siti Madanijah, MS dan dr. Yekti Hartati Effendi selaku dosen pembimbing yang telah memberikan dorongan semangat dan masukan ilmu yang sangat berarti serta telah dengan sabar membimbing penulis selama penelitian hingga penyelesaian tugas akhir ini.

2. Prof. Dr. drh. Clara M. Kusharto, MSc. selaku dosen penguji, Dr. Ir. Drajat Martianto, MS selaku dosen Pembimbing Akademik, serta dosen-dosen Program Studi Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga, yang telah memberikan banyak ilmu yang bermanfaat dengan penuh keikhlasan dan kedisiplinan.

3. Dinas Perhubungan Kabupaten Bogor, para sopir angkot Trayek Kampus Dalam dan Leuwiliang, serta sopir yang berada di kawasan Terminal Bubulak dan Laladon, atas kerjasama yang baik.

4. Merry Merianawati, Retno Nurbaiti, dan Yuliana Shinta selaku pembahas seminar yang telah memberikan masukan yang berarti dalam penyempurnaan skripsi ini.

5. Ayahanda dan Ibunda tercinta, Kakak, Adik, dan keluarga besar, terima kasih atas keikhlasan, kesabaran, segala cinta kasih, doa, pengertian dan pengorbanan yang telah diberikan.

6. Teman-teman GMSK 41, saudara-saudara di As-Sakinah, teman-teman KKP Sukawangi, GMSK 39, GMSK 40, GM 42, serta semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian tugas akhir penulis.

Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi yang membacanya.

Bogor, Juli 2008

(10)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL... xi

DAFTAR GAMBAR ... xiii

PENDAHULUAN Latar Belakang ... 1

Tujuan ... 2

Kegunaan Penelitian... 3

TINJAUAN PUSTAKA Indeks Pembangunan Manusia, Kesehatan, dan Status Gizi... 4

Karakteristik Individu dan Keluarga ... 6

Gaya Hidup dan Kesehatan... 8

Kebiasaan Makan ... 10

Perilaku Hidup Bersih dan Sehat ... 11

Perilaku Kesehatan... 12

Lingkungan Fisik dan Kesehatan ... 12

KERANGKA PEMIKIRAN ... 15

METODE Desain, Tempat dan Waktu Penelitian ... 17

Jumlah dan Cara Penarikan Contoh ... 17

Jenis dan Cara Pengumpulan Data... 18

Pengolahan dan Analisis Data... 20

Definisi Operasional... 26

HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Contoh ... 27

Pengetahuan Gizi dan Kesehatan ... 30

Gaya Hidup ... 32

Pola Konsumsi Pangan... 39

Perilaku Hidup Sehat... 47

Karakteristik Lingkungan Fisik Rumah ... 50

Keluhan Kesehatan... 54

Status Gizi ... 56

Hubungan Antar Variabel ... 57

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ... 60

Saran... 61

DAFTAR PUSTAKA ... 62

(11)

DAFTAR TABEL

Halaman

1. Jenis dan Cara Pengumpulan Data Primer ... 19

2. Cara Pengkategorian dan Analisis Variabel Penelitian... 24

3. Sebaran Contoh Berdasarkan Umur... 27

4. Sebaran Contoh Berdasarkan Tingkat Pendidikan... 28

5. Sebaran Contoh Berdasarkan Besar Keluarga ... 29

6. Sebaran Contoh Berdasarkan Pendapatan Perkápita... 30

7. Sebaran Contoh Berdasarkan Pengetahuan Gizi dan Kesehatan ... 30

8. Sebaran Contoh Berdasarkan Pertanyaan Pengetahuan Gizi dan Kesehatan ... 32

9. Sebaran Contoh Berdasarkan Jenis Olahraga ... 34

10. Sebaran Contoh Berdasarkan Frekuensi Olahraga... 34

11. Sebaran Contoh Berdasarkan Usia Mulai Merokok... 35

12. Sebaran Contoh Berdasarkan Jumlah Rokok yang Dikonsumsi... 36

13. Sebaran Contoh Berdasarkan Alasan Merokok ... 37

14. Sebaran Contoh Berdasarkan Jenis Rokok ... 37

15. Sebaran Contoh Berdasarkan Alasan Minum Alkohol ... 39

16. Sebaran Contoh Berdasarkan Frekuensi Makan ... 40

17. Sebaran Contoh Berdasarkan Kebiasaan Sarapan... 41

18. Sebaran Contoh Berdasarkan Susunan Hidangan Makanan ... 42

19. Sebaran Contoh Berdasarkan Kebiasaan Minum Air Putih... 42

20. Sebaran Contoh Berdasarkan Frekuensi Konsumsi Jenis Pangan .... 45

21. Sebaran Contoh Berdasarkan Perilaku Hidup Sehat ... 49

22. Sebaran Contoh Berdasarkan Kategori Perilaku Hidup Sehat... 50

23. Sebaran Contoh Berdasarkan Status Rumah... 51

24. Sebaran Contoh Berdasarkan Karakteristik Lingkungan Fisik Rumah 53 25. Sebaran Contoh Berdasarkan Kategori Lingkungan Fisik Rumah ... 54

26. Sebaran Contoh Berdasarkan Keluhan Kesehatan ... 55

27. Sebaran Contoh Berdasarkan Jenis Keluhan... 56

(12)

29. Sebaran Contoh Berdasarkan Pengetahuan Gizi dan Kesehatan, Perilaku Hidup Sehat, Karakteristik Lingkungan Fisik Rumah,

dan Keluhan Kesehatan... 58 30. Sebaran Contoh Berdasarkan Keluhan Kesehatan dan Status Gizi . 59

(13)

DAFTAR GAMBAR

Halaman 1. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Keluhan Kesehatan ... 16 2. Bagan Cara Penarikan Contoh Penelitian ... 18

(14)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Sehat adalah karunia Tuhan yang perlu disyukuri, karena sehat adalah hak asasi manusia yang harus dihargai dan merupakan investasi untuk meningkatkan produktivitas kerja guna meningkatkan kesejahteraan keluarga. Orang bijak mengatakan bahwa “Sehat memang bukan segalanya tetapi tanpa kesehatan segalanya menjadi tidak berarti”. Karena itu kesehatan perlu dipelihara dan ditingkatkan kualitasnya oleh setiap individu.

Data UNDP (United Nation and Development Programme) tahun 2007 mencatat bahwa Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di Indonesia masih belum memuaskan, yaitu menempati urutan ke 107 dari 177 negara. Adapun indikator Indeks Pembangunan Manusia adalah pendidikan, ekonomi, dan kesehatan (Martianto 2007). Salah satu indikator keberhasilan pembangunan kesehatan adalah perilaku hidup sehat, yang didefinisikan sebagai perilaku proaktif untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah risiko terjadinya penyakit, melindungi diri dari ancaman penyakit, serta berperan aktif dalam gerakan kesehatan masyarakat. Masalah-masalah kesehatan dipengaruhi oleh banyak faktor seperti sosial budaya, ekonomi, dan pendidikan (Sianipar 2007).

Kesehatan merupakan hasil interaksi berbagai faktor, baik faktor internal (dari dalam diri manusia) maupun faktor eksternal (di luar diri manusia). Faktor intenal ini terdiri dari faktor fisik dan psikis. Faktor eksternal terdiri dari berbagai faktor antara lain sosial, budaya masyarakat, lingkungan fisik, politik, ekonomi, dan pendidikan. Pemeliharaan dan peningkatan kesehatan hendaknya dialamatkan pada empat faktor (faktor genetik, perilaku, pelayanan kesehatan, dan lingkungan). Dengan kata lain intervensi atau upaya kesehatan masyarakat juga dikelompokkan menjadi empat, yakni intervensi terhadap faktor lingkungan, perilaku, pelayanan kesehatan, dan faktor genetik (Notoatmodjo 2007).

Dalam hidup sehat perlu juga diperhatikan higiene perorangan dan lingkungan hidup yang sehat untuk mencegah penularan penyakit. Perilaku hidup bersih dan sehat perlu diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Namun yang menjadi masalahnya adalah belum semua orang peduli akan hal itu. Sekalipun peranan perilaku dalam bidang kesehatan cukup besar, bukan berarti semua

(15)

masalah kesehatan dapat diatasi hanya dengan perbaikan perilaku tersebut (Azwar 1983).

Kesehatan merupakan hak setiap manusia, termasuk sopir angkot. Sopir angkot adalah seseorang dengan aktivitasnya mengendarai angkutan umum (angkot) yang setiap harinya memiliki risiko terkena dampak negatif pencemaran (polusi) udara. Sopir angkot trayek Kampus Dalam dan Leuwiliang merupakan salah satu dari sekian banyak sopir dengan trayek lain yang diduga dapat terkena dampak negatif pencemaran lingkungan. Adapun jumlah angkot yang beroperasi di Kabupaten Bogor, menurut data Dinas Perhubungan Kabupaten Bogor Tahun 2005 adalah 6129 kendaraan. Jika diasumsikan satu angkot memiliki dua orang sopir, maka perkiraan jumlah sopir di Kabupaten Bogor adalah 12.258 orang, sehingga keberadaannya patut untuk diperhatikan.

Salah satu zat cemaran udara adalah Pb (timbal). Pb mempunyai dampak kesehatan yang luas dan berbahaya. Pb mempengaruhi hampir semua organ tubuh, misalnya ginjal dan hati. Ia juga mempengaruhi metabolisme sintesis darah merah, sehingga dapat menyebabkan anemi (kurang darah). Selain Pb, ada juga zat cemaran lain di jalanan yang berbahaya bagi sopir angkot, yaitu karbon monoksida (CO). Sebuah penelitian menunjukkan bahwa orang yang berprofesi sebagai sopir mengalami lebih sering sakit kepala, sukar konsentrasi, pelupa, dan matanya terasa pekat serta perih (iritasi) (Soemarwoto 2004).

Adanya berbagai penyakit dan keluhan yang mungkin diderita oleh sopir angkot ini akan semakin buruk dampaknya bila tidak disertai dengan penerapan perilaku hidup sehat dan upaya menjaga kesehatan lingkungan dalam kehidupan sehari-hari. Berdasarkan hal-hal diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang hubungan pengetahuan gizi dan kesehatan, perilaku hidup sehat, serta karakteristik lingkungan fisik rumah dengan keluhan kesehatan sopir angkot di Kabupaten Bogor, khususnya trayek Kampus Dalam dan Leuwiliang.

Tujuan Umum

Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan pengetahuan gizi dan kesehatan, perilaku hidup sehat, serta karakteristik lingkungan fisik rumah dengan keluhan kesehatan pada sopir angkot di Kabupaten Bogor.

(16)

Tujuan Khusus

1. Mengidentifikasi karakteristik individu dan keluarga contoh 2. Menganalisis tingkat pengetahuan gizi dan kesehatan contoh

3. Menganalisis gaya hidup, pola konsumsi pangan, dan perilaku hidup sehat contoh

4. Menganalisis karakteristik lingkungan fisik rumah contoh 5. Mempelajari status gizi dan keluhan kesehatan contoh

6. Menganalisis hubungan pengetahuan gizi dan kesehatan, perilaku hidup sehat, dan karakteristik lingkungan fisik rumah dengan keluhan kesehatan contoh

7. Menganalisis hubungan keluhan kesehatan dan status gizi contoh.

Kegunaan Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan informasi kepada masyarakat terutama pada sopir angkot tentang pentingnya memelihara kondisi kesehatan melalui penerapan perilaku hidup sehat dan upaya menjaga kesehatan lingkungan. Selain itu, diharapkan pula penelitian ini dapat berguna untuk kemajuan ilmu pengetahuan dan pembangunan di bidang kesehatan.

(17)

TINJAUAN PUSTAKA

Indeks Pembangunan Manusia, Kesehatan, dan Status Gizi

Pembangunan kesehatan merupakan investasi untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Dalam pengukuran Indeks Pembangunan Manusia (IPM), kesehatan adalah salah satu komponen utama selain pendidikan dan ekonomi. Dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan ditetapkan bahwa kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomi. Secara umum, status kesehatan dan gizi masyarakat Indonesia terus mengalami peningkatan, antara lain dilihat dari indikator angka kematian bayi, kematian ibu melahirkan, usia harapan hidup, dan prevalensi gizi kurang (Anonim 2007b).

Berbagai kondisi status kesehatan dan keberhasilan pencapaian sasaran pembangunan kesehatan seperti tersebut di atas dipengaruhi antara lain oleh faktor lingkungan fisik, biologik maupun sosial ekonomi, perilaku masyarakat untuk hidup bersih dan sehat, serta kondisi pelayanan kesehatan. Sejalan dengan ini, penyakit degeneratif mulai menunjukkan kecenderungan meningkat. Hal ini berkaitan dengan keadaan lingkungan dan perilaku masyarakat yang masih belum mendukung pola hidup bersih dan sehat (Anonim 2007b).

Kesehatan

Undang-Undang Kesehatan No. 23 Tahun 1992 memberikan batasan bahwa kesehatan adalah keadaan sejahtera badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomi. Batasan yang diangkat dari batasan kesehatan menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) yang paling baru ini, memang lebih luas dan dinamis dibandingkan dengan batasan sebelumnya yang mengatakan bahwa kesehatan adalah keadaan sempurna, baik fisik, mental, maupun sosial, dan tidak hanya bebas dari penyakit dan cacat (Notoatmodjo 2003a).

Sehat atau kesehatan adalah keadaan yang bebas dari penyakit, cacat, dan kelemahan, yang memungkinkan setiap individu hidup produktif secara sosial, ekonomi, dan intelektual. Semua warga negara berhak memperoleh derajat kesehatan yang optimal, agar dapat bekerja dan hidup layak sesuai dengan martabat manusia (UU No 9 Tahun 1960).

(18)

Sehat bukan hanya terbebas dari rasa sakit dan cacat saja. Sehat berabstraksi jauh lebih dalam lagi, ialah berada dalam keadaan sejahtera, penuh rasa syukur atas nikmat Ilahi dalam aspek jasmani, rohani, dan sosial. Manusia yang sehat adalah manusia yang sejahtera dan seimbang secara berlanjut dan penuh daya mampu. Dengan kemampuan itu, ia dapat menumbuhkan dan mengembangkan kualitas hidupnya seoptimal mungkin. Pemeliharaan kesehatan mencakup penyebarluasan manfaat pemeliharaan kesehatan, pencegahan terhadap serangan penyakit, pengobatan penyakit, serta pengembalian keadaan tubuh seusai sakit (Departemen Agama 1986).

Menurut HL Bloom ada 4 faktor yang mempengaruhi derajat kesehatan, yaitu : faktor genetik (20.0%), perilaku (50.0%), pelayanan kesehatan (10.0%), dan lingkungan (20.0%) (Effendi 2008). Intervensi terhadap faktor lingkungan fisik dalam bentuk perbaikan sanitasi lingkungan, sedangkan intervensi terhadap lingkungan sosial, budaya, politik, dan ekonomi dalam bentuk program-program peningkatan pendidikan, perbaikan sosial ekonomi masyarakat, dan penstabilan politik serta keamanan. Intervensi terhadap faktor pelayanan kesehatan adalah dalam bentuk penyediaan dan atau perbaikan fasilitas pelayanan kesehatan, perbaikan sistem dan manajemen pelayanan kesehatan. Intervensi terhadap faktor hereditas antara lain dengan perbaikan gizi masyarakat, khususnya perbaikan gizi ibu hamil. Pendidikan kesehatan merupakan bentuk intervensi terutama terhadap faktor perilaku. Selain itu, pendidikan kesehatan bagi kelompok yang mempunyai faktor risiko dapat menurunkan prevalensi penyakit tertentu (Notoatmodjo 2007).

Status Gizi

Status gizi adalah keadaan kesehatan tubuh seseorang atau sekelompok orang yang diakibatkan oleh konsumsi, penyerapan (absorpsi), dan utilisasi (utilization) zat gizi makanan (Riyadi 2001). Martianto (2007) menempatkan gizi sebagai komponen yang berpengaruh terhadap kualitas hidup, yaitu terhadap peningkatan Human Development Index (HDI) ataupun terhadap produktivitas kerja.

Dengan menilai status gizi seseorang atau sekelompok orang, maka dapat diketahui apakah seseorang atau sekelompok orang tersebut status gizinya baik atau sebaliknya. Ada berbagai cara yang dapat digunakan untuk menilai status

(19)

gizi, yaitu konsumsi makanan, antropometri, biokimia, dan klinis. Pengukuran antropometri maksudnya adalah pengukuran yang dilakukan terhadap berat badan, tinggi badan, lingkaran bagian-bagian tubuh, serta tebal lapisan kulit (skinfold). Indeks antropometri merupakan kombinasi dari beberapa pengukuran. Nilai berat badan saja tidak mempunyai arti kecuali ia dikombinasikan dengan umur atau tinggi badan. Sebagai contoh, pengukuran berat badan dan tinggi badan dapat dikombinasikan untuk menghasilkan indek massa tubuh (IMT) (Riyadi 2001).

Karakteristik Individu dan Keluarga Sosial Ekonomi

Menciptakan suatu lingkungan yang sehat dan membentuk perilaku masyarakat yang sehat dipengaruhi banyak faktor, diantaranya adalah pekerjaan, pengetahuan dan pendidikan, besar keluarga, serta lingkungan sosial budaya (Sukarni 1992 diacu dalam Sari 2004).

Tingkat pendapatan keluarga sangat menentukan status kesehatan seseorang melalui pengaruhnya terhadap daya beli. Pendapatan yang rendah menyebabkan penurunan daya beli yang selanjutnya akan mempengaruhi kesehatan individu dalam hal penurunan kualitas lingkungan fisik dan penurunan kemampuan melakukan akses terhadap fasilitas pelayanan umum (termasuk kesehatan) (Jamal 2000 diacu dalam Sari 2004). Lingkungan sosial budaya yang meliputi bidang-bidang agama, pendidikan, budaya, adat istiadat dan kebiasaan yang mempengaruhi perilaku dan gaya hidup erat hubungannya dengan kesehatan lingkungan. Sosial budaya sangat mempengaruhi program pembangunan kesehatan demikian pula sebaliknya (Sukarni 1992 diacu dalam Sari 2004).

Pendapatan

Pendapatan merupakan imbalan yang diterima oleh seseorang dari pekerjaan yang dilakukannya untuk mencari nafkah. Pendapatan umumnya diterima dalam bentuk uang. Pendapatan adalah sumberdaya material yang sangat penting bagi seseorang. Karena pendapatan itulah, seseorang bisa membiayai kegiatan konsumsinya. Jumlah pendapatan akan menggambarkan besarnya daya beli seseorang. Daya beli akan menggambarkan banyaknya produk dan jasa yang bisa dibeli dan dikonsumsi oleh seseorang dan keluarganya (Sumarwan 2002).

(20)

Pendapatan yang diukur dari seseorang biasanya bukan hanya pendapatan yang diterima oleh seorang individu, tetapi diukur semua pendapatan yang diterima oleh semua anggota keluarga dimana seseorang berada. Daya beli sebuah rumah tangga bukan hanya ditentukan oleh pendapatan dari satu orang (misalnya ayah saja), tetapi dari seluruh anggota rumah tangga yang bekerja. Sebuah rumah tangga akan menyatukan semua pendapatannya dalam satu pengelolan yang terpadu, dengan tujuan utamanya adalah kesejahteraan semua anggota keluarga. Dengan demikian, daya beli dari sebuah rumah tangga akan ditentukan oleh total jumlah pendapatan dari semua anggota rumah tangga tersebut (Sumarwan 2002).

Besar Keluarga

Hubungan antara laju kelahiran yang tinggi dan kurang gizi, sangat nyata pada masing-masing keluarga. Sumber pangan keluarga, terutama mereka yang sangat miskin, akan lebih mudah memenuhi kebutuhan makanannya jika yang harus diberi makan jumlahnya sedikit. Pangan yang tersedia untuk suatu keluarga yang besar mungkin cukup untuk keluarga yang besarnya setengah dari keluarga tersebut, tetapi tidak cukup untuk mencegah gangguan gizi pada keluarga yang besar tersebut (Suhardjo et al. 1988).

Pengetahuan

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui pancaindera manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang. Pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan, yaitu tahu (know), memahami (comprehension), aplikasi (aplication), analisis (analysis), sintetis (synthesis), dan evaluasi (evaluation). Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau responden (Notoatmodjo 2007).

Kemampuan masyarakat dalam bidang kesehatan memiliki pengertian yang sangat luas. Masyarakat yang mampu atau masyarakat yang mandiri di

(21)

bidang kesehatan apabila mampu mengenali masalah kesehatan dan faktor-faktor yang mempengaruhi masalah-masalah kesehatan, terutama di lingkungan atau masyarakat setempat. Agar masyarakat mampu mengenali masalah kesehatan dan faktor-faktor yang mempengaruhinya, masyarakat harus mempunyai pengetahuan kesehatan yang baik. Pengetahuan kesehatan dan faktor-faktor yang mempengaruhinya yang harus dimiliki oleh masyarakat, sekurang-kurangnya sebagai berikut :

Ø Pengetahuan tentang penyakit, baik menular maupun tidak menular. Pengetahuan tentang penyakit ini mencakup : nama atau jenis penyakit, tanda atau gejala penyakit, penyebab penyakit, cara penularan penyakit, cara pencegahan penyakit, dan tempat-tempat pelayanan kesehatan yang tepat untuk pengobatan. Selain itu, perlu juga pengetahuan tentang bahaya merokok, dan zat lain yang dapat mengganggu kesehatan (narkotika dan obat-obatan berbahaya).

Ø Pengetahuan tentang gizi dan makanan, yang harus dikonsumsi agar tetap sehat sebagai faktor penentu kesehatan seseorang. Pengetahuan gizi yang harus dimiliki masyarakat antara lain kebutuhan zat gizi bagi tubuh (karbohidrat, protein, lemak, vitamin, dan mineral). Selain itu juga, jenis makanan sehari-hari yang mengandung zat gizi yang dibutuhkan tubuh tersebut, serta akibat yang disebabkan kekurangan zat gizi tertentu (Notoatmodjo 2007).

Gaya Hidup dan Kesehatan

Gaya hidup merupakan hasil penyaringan dari serentetan interaksi sosial, budaya, dan keadaan. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi gaya hidup seseorang diantaranya adalah pendapatan, jenis pekerjaan, pendidikan, suku, lokasi, agama, pengetahuan gizi dan kesehatan, serta karakteristik psikologis (Suhardjo 2003). Gaya hidup seseorang dapat berbeda antara satu individu dengan individu yang lain. Gaya hidup ini dapat berupa kebiasaan berolahraga, kebiasaan merokok, dan kebiasaan mengkonsumsi alkohol.

(22)

Kebiasaan Olahraga

Olahraga yang seimbang merupakan faktor penting dalam menjaga kesehatan tubuh, sebab olahraga dapat membakar lemak dalam tubuh yang berlebih, yang penumpukkannya hanya akan mendatangkan berbagai macam penyakit seperti tekanan darah, penyumbatan pada pembuluh darah, penyakit gula, dan radang persendian. Membiasakan olahraga akan melancarkan peredaran darah dan mengaktifkan kerja jantung, dimana gerakannya akan membantu pembuluh menjadi lebih lentur, membuat detak jantung lebih teratur, serta mengalirkan darah sampai ke seluruh bagian dan jaringan tubuh (As-Sayyid 2006). Olahraga sangat bermanfaat bagi kesehatan. Olahraga teratur selain dapat mengurangi stres, juga dapat menurunkan berat badan, membakar lebih banyak lemak di dalam darah, dan memperkuat otot-otot jantung (Vitahealth 2006).

Kebiasaan Merokok

Rokok adalah lintingan (gulungan) kertas rokok yang berisi tembakau kering yang dirajang. Ada yang diberi bumbu (saus) berupa cengkeh dan bahan lainnya, dan ada yang tanpa bumbu. Sedangkan aktivitas merokok merupakan suatu kegiatan mengkonsumsi bahan kimia beracun ke dalam tubuh yang dapat menganggu kesehatan. Asap rokok juga termasuk ke dalam bahan kimia beracun (Latifah et al. 2002)

Merokok merupakan suatu kebiasaan yang dapat mengganggu kesehatan. Banyak penyakit telah terbukti menjadi akibat buruk merokok, baik secara langsung maupun tidak langsung. Kebiasaan merokok bukan saja merugikan perokok itu sendiri melainkan bagi orang di sekitarnya. Asap rokok merupakan polutan bagi manusia dan lingkungan sekitarnya. Bukan hanya bagi kesehatan, merokok menimbulkan problem pula di bidang ekonomi. Di negara industri maju, kini terdapat kecenderungan berhenti merokok, sedangkan di negara berkembang, khususnya Indonesia, malah cenderung timbul peningkatan kebiasaan merokok (Tandra 2006).

Merokok adalah suatu kebiasaan tanpa tujuan positif bagi kesehatan manusia yang pada hakekatnya berwujud suatu proses pembakaran massal yang menimbulkan polusi udara yang padat dan terkonsentir serta secara langsung

(23)

dihirup oleh tubuh manusia yang akan menyebabkan cedera bagi tubuh manusia itu sendiri (Hoepoedio 1980 diacu dalam Ulfah 2004). Perokok juga mempunyai tingkat kematian 70.0% lebih tinggi akibat penyakit jantung koroner, penyebab utama kematian, dibanding dengan yang tidak merokok (Kusnoputranto 1995).

Kebiasaan Konsumsi Alkohol

Alkohol (khamar) dapat dibuat dari glukosa (zat gula) dengan jalan mengolah glukosa melalui proses peragian (fermentasi). Rupa fisik alkohol bila dilihat dengan mata merupakan zat cair yang jernih, dan dapat bercampur dengan air dalam semua perbandingan (Soehardi 2004).

Alkohol dapat berpengaruh negatif bagi kesehatan manusia jika dikonsumsi secara tidak wajar dan terus-menerus. Pengaruh alkohol dapat dirasakan oleh seluruh anggota tubuh, dari yang paling atas sampai yang paling bawah. Artinya, minuman ini mengawali pengaruhnya terhadap fungsi-fungsi tertinggi di otak terlebih dulu. Oleh karena itu, yang paling awal terpengaruh adalah sel-sel keinginan dan kendali diri. Selain terhadap otak, alkohol juga dapat berpengaruh negatif terhadap jantung dan pembuluh darah, sel-sel darah, serta hati (liver) (As-Sayyid 2006).

Kebiasaan Makan

Menurut Suhardjo (1989), kebiasaan makan diartikan sebagai cara individu atau kelompok individu memilih pangan dan mengkonsumsinya sebagai reaksi terhadap pengaruh fisiologik, psikologik, sosial dan budaya. Kegiatan budaya suatu keluarga, suatu kelompok masyarakat, suatu negara, atau suatu bangsa mempunyai pengaruh yang kuat terhadap apa, kenapa dan bagaimana penduduk makan. Kebudayaan tidak hanya menentukan pangan apa, tetapi untuk siapa dan dalam keadaan bagaimana pangan tersebut dimakan.

Khumaidi (1989) menyatakan bahwa pada dasarnya ada dua faktor utama yang mempengaruhi kebiasaan makan manusia, yaitu faktor ekstrinsik (yang berasal dari luar diri manusia) dan faktor intrinsik (yang berasal dari dalam diri manusia). Faktor ekstrinsik tersebut diantaranya adalah lingkungan alam, lingkungan sosial, lingkungan budaya dan agama, dan lingkungan ekonomi.

(24)

Sedangkan faktor intrinsik meliputi asosiasi emosional, keadaan jasmani dan kejiwaan yang sedang sakit, serta penilaian yang lebih terhadap mutu makanan.

Pola kebudayaan yang berkenaan dengan suatu masyarakat dan kebiasaan pangan yang mengikutinya, berkembang di sekitar arti pangan dan penggunaannya yang cocok. Pola kebudayaan ini mempengaruhi orang dalam memilih pangan. Hal ini juga mempengaruhi jenis pangan apa yang harus diproduksi, bagaimana diolahnya, disalurkannya, disiapkan dan disajikannya (Suhardjo et al. 1988). Metode frekuensi konsumsi bahan pangan merupakan suatu metode untuk memperoleh data tentang frekuensi konsumsi sejumlah bahan makanan atau makanan jadi selama periode tertentu, seperti hari, minggu, bulan atau tahun (Supariasa et al. 2002).

Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)

Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) adalah upaya untuk memberikan pengalaman belajar atau menciptakan suatu kondisi bagi perorangan, keluarga, kelompok, dan masyarakat dengan membuka jalur komunikasi, memberikan informasi dan melakukan edukasi untuk meningkatkan pengetahuan, sikap, dan perilaku melalui pendekatan pimpinan (advocacy), bina suasana (social support), dan pemberdayaan masyarakat (empowerment) sebagai suatu upaya untuk membantu masyarakat mengenali dan mengatasi masalahnya sendiri dalam tatanan masing-masing agar dapat menerapkan cara-cara hidup sehat dalam rangka menjaga, memelihara dan meningkatkan kesehatan (Depkes RI 2000, diacu dalam Kurniawan 2002).

Indikator PHBS adalah suatu alat ukur untuk menilai keadaan atau permasalahan kesehatan di rumah tangga. Indikator mengacu pada Standar Pelayanan Minimal (SPM) bidang kesehatan. Ada 10 indikator PHBS yang terdiri dari 6 indikator perilaku dan 4 indikator lingkungan, dengan rincian sebagai berikut :

a. Ibu bersalin ditolong oleh tenaga kesehatan b. Ibu hanya memberikan ASI kepada bayinya

c. Keluarga mempunyai Jaminan Pemeliharaan Kesehatan (JPKM) d. Anggota keluarga tidak merokok

(25)

f. Makan dengan menu gizi seimbang (makan sayur dan buah setiap hari) g. Tersedia air bersih

h. Tersedia Jamban

i. Kesesuaian luas lantai dengan jumlah penghuni

j. Lantai rumah bukan dari tanah(Dinkes Sulawesi Selatan 2006).

Perilaku Kesehatan

Perilaku kesehatan adalah suatu respons seseorang terhadap stimulus atau objek yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makanan dan minuman, serta lingkungan. Perilaku pemeliharaan kesehatan adalah perilaku atau usaha-usaha seseorang untuk memelihara atau menjaga kesehatan agar tidak sakit dan usaha untuk penyembuhan bilamana sakit. Perilaku pemeliharaan kesehatan terdiri dari 3 aspek yaitu :

a. Perilaku pencegahan penyakit, dan penyembuhan penyakit bila sakit, serta pemulihan kesehatan bilamana telah sembuh dari penyakit.

b. Perilaku peningkatan kesehatan, apabila seseorang dalam keadaan sehat. Kesehatan itu sangat dinamis dan relatif, maka dari itu orang yang sehat pun perlu diupayakan supaya mencapai tingkat kesehatan yang seoptimal mungkin.

c. Perilaku gizi (makanan) dan minuman. Makanan dan minuman dapat memelihara serta meningkatkan kesehatan seseorang, tetapi sebaliknya makanan dan minuman dapat menjadi penyebab menurunnya kesehatan seseorang, bahkan dapat mendatangkan penyakit. Hal ini sangat tergantung pada perilaku orang tersebut terhadap makanan dan minuman tersebut (Notoatmodjo 2007).

Lingkungan Fisik dan Kesehatan

Makhluk hidup secara keseluruhan merupakan penyebab utama terjadinya berbagai perubahan dalam sistem kehidupan. Hakikat pokok pengelolaan lingkungan hidup oleh manusia adalah bagaimana manusia melakukan upaya agar kualitas manusia semakin meningkat, sementara kualitas lingkungan juga menjadi semakin baik. Lingkungan hidup terbentuk karena interaksi antara manusia dengan ekosistemnya. Untuk mengelola lingkungan hidup dengan baik perlu

(26)

dicari keserasian, keselarasan, dan keseimbangan antara kualitas manusia dan kualitas lingkungan (Soerjani et al. 1987).

Lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dan semua benda, daya, keadaan dan makhluk hidup, termasuk didalamnya manusia dan perilakunya yang mempengaruhi kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lainnya. Lingkungan hidup adalah segala sesuatu yang terdapat di sekitar manusia dalam kehidupannya sehari-hari, seperti udara, tempat tinggal, tempat bekerja, tanah sekitarnya, dan tempat berkumpul (Sukarni 1994). Lingkungan dalam paradigma keperawatan berfokus pada lingkungan masyarakat, dimana lingkungan dapat mempengaruhi status kesehatan manusia. Lingkungan di sini meliputi lingkungan fisik, psikologis, sosial budaya dan lingkungan spiritual.

Kesehatan lingkungan pada hakekatnya adalah suatu kondisi atau keadaan lingkungan yang optimum sehingga berpengaruh positif terhadap terwujudnya status kesehatan yang optimum pula. Ruang lingkup kesehatan lingkungan antara lain mencakup perumahan, pembuangan kotoran manusia (tinja), penyediaan air bersih, pembuangan sampah, pembuangan air kotor (air limbah), dan rumah hewan ternak (kandang). Adapun usaha kesehatan lingkungan adalah suatu usaha untuk memperbaiki atau mengoptimumkan lingkungan hidup manusia agar menjadi media yang baik untuk terwujudnya kesehatan yang optimum bagi manusia yang hidup di dalamnya (Notoatmodjo 2003b).

Rumah adalah salah satu persyaratan pokok bagi kehidupan manusia. Adapun syarat-syarat rumah yang sehat adalah :

1) Bahan bangunan

Ø Lantai : ubin, semen, atau tanah yang dipadatkan dengan syarat tidak berdebu pada musim kemarau dan tidak basah pada musim hujan

Ø Dinding : Tembok atau papan 2) Fasilitas-fasilitas di dalam Rumah Sehat

Rumah yang sehat harus memiliki fasilitas-fasilitas sebagai berikut : a. Penyediaan air bersih yang cukup

b. Pembuangan tinja c. Pembuangan air limbah d. Pembuangan sampah

(27)

e. Fasilitas dapur

f. Ruang berkumpul keluarga g. Gudang

h. Kandang ternak (Notoatmodjo 2003b).

Perumahan dan Sanitasi

Keadaan perumahan mencerminkan tingkat ekonomi, sosial, dan budaya penghuninya, disamping memberikan informasi tentang fasilitas-fasilitas khususnya untuk penyiapan makanan. Sejumlah faktor berikut banyak relevansinya dengan masalah konsumsi pangan (Suhardjo et al. 1988) :

Ø Status rumah : milik, sewa, kontrak, penumpang; Ø Struktur bangunan, tipe, bahan, pembagian ruangan; Ø Perabotan rumah dan fasilitas lainnya;

Ø Sanitasi dan kesehatan keluarga; Ø Sumber air untuk minum, mandi, cuci;

Ø Tanaman pekarangan, budidaya dan pemanfaatannya; Ø Usaha ternak dan pemanfaatannya

Polusi Udara dan Kesehatan

Udara bebas yang ada di sekitar manusia dapat berpengaruh terhadap kesehatan masyarakat (Slamet 2007). Polusi udara menimbulkan masalah kesehatan di seluruh dunia serta paling sering dihubungkan dengan pabrik, industri, dan dengan udara luar. Tetapi sumber terbesar dari polusi udara yang berbahaya adalah asap rokok. Tidak dapat diingkari bahwa pencemaran udara dapat menyebabkan karat dari cat, bangunan, patung, dan kerusakan tanaman dan tumbuh-tumbuhan. Juga dapat menyebabkan gangguan pada manusia mulai dari iritasi mata dan sakit kepala sampai asma, bronkhitis, emphysema, dan kanker paru. Polusi udara terutama merusak paru-paru dan saluran pernafasan, walaupun kerusakan dapat terjadi pula pada organ tubuh lainnya (Kusnoputranto 1995)

(28)

KERANGKA PEMIKIRAN

Derajat kesehatan seseorang dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya faktor genetik, pelayanan kesehatan, perilaku, dan lingkungan. Faktor yang mendominasi adalah perilaku dan lingkungan. Perilaku seseorang dalam menjalani kehidupannya dapat dipengaruhi oleh karakteristik orang tersebut, seperti tingkat pendidikan, umur, pendapatan, dan besar keluarga. Selain karakteristik seseorang, pengetahuan gizi dan kesehatan pun dapat menjadi dasar bagi seseorang untuk menjaga dan meningkatkan kondisi kesehatannya.

Gaya hidup merupakan salah satu faktor yang dapat menentukan bagaimana kondisi kesehatan seseorang. Gaya hidup yang sehat seperti kebiasaan berolahraga, menghindari kebiasaan merokok, dan menghindari konsumsi alkohol dapat menghindarkan tubuh dari datangnya berbagai keluhan atau rasa sakit. Orang yang rajin berolahraga tentu akan memiliki badan yang lebih sehat daripada yang tidak rajin berolahraga. Membiasakan olahraga akan melancarkan peredaran darah dan mengaktifkan kerja jantung, dimana gerakannya akan membantu pembuluh menjadi lebih lentur, membuat detak jantung lebih teratur, serta mengalirkan darah sampai ke seluruh bagian dan jaringan tubuh (As-Sayyid 2006). Merokok merupakan suatu kebiasaan yang dapat mengganggu kesehatan. Banyak penyakit telah terbukti menjadi akibat buruk merokok, baik secara langsung maupun tidak langsung. Seperti halnya merokok, mengkonsumsi alkohol pun dapat berpengaruh negatif bagi kesehatan manusia jika dikonsumsi secara tidak wajar dan terus-menerus.

Pola makan yang baik dan penerapan perilaku hidup sehat dalam kehidupan sehari-hari dapat mendukung kesehatan seseorang. Selain itu, keadaan lingkungan di sekitar tempat tinggal pun perlu diperhatikan dan dijaga kebersihannya agar tidak menimbulkan berbagai penyakit yang berasal dari kotoran maupun hewan tertentu. Lingkungan yang sehat dan bersih dapat meningkatkan keadaan kesehatan seseorang, sebaliknya jika keadaan lingkungannya kotor dan tidak terawat maka hal tersebut dapat memperburuk keadaan kesehatan individu atau komunitas di sekitar lingkungannya, yang pada akhirnya mempengaruhi pula status gizi individu atau komunitas tersebut.

(29)

Keterangan :

: Variabel yang diteliti : Variabel yang tidak diteliti : Hubungan yang dianalisis

: Hubungan yang tidak dianalisis

Gambar 1. Faktor-faktor yang berhubungan dengan keluhan kesehatan Status Gizi Karakteristik Contoh - Umur - Pendidikan - Besar keluarga - Pendapatan Pengetahuan Gizi dan Kesehatan

Gaya Hidup - Olahraga - Merokok - Alkohol Pola Makan Perilaku Hidup Sehat Karakteristik Lingkungan Fisik - Status rumah - Struktur bangunan rumah

- Sumber air bersih - Kepemilikan kamar mandi dan WC - Tempat pembuangan sampah/kotoran Pelayanan Kesehatan Faktor Genetik KELUHAN KESEHATAN - Ada keluhan - Tidak ada keluhan

(30)

METODE PENELITIAN

Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian

Desain penelitian ini adalah Cross Sectional Study. Penelitian dilaksanakan di Terminal Bubulak dan Terminal Laladon, Kabupaten Bogor. Tempat penelitian ditentukan secara purposive, dengan pertimbangan daerah tersebut merupakan sentral tempat dimana sopir angkot berkumpul dan menunggu giliran jalan. Waktu penelitian berlangsung selama 3 bulan yaitu pada bulan Januari hingga Maret 2008.

Jumlah dan Cara Penarikan Contoh

Jumlah kendaraan (angkot) yang beroperasi pada Trayek Kampus Dalam dan Leuwiliang adalah 532 kendaraan. Jika diasumsikan satu angkot dipegang oleh dua sopir, maka perkiraan jumlah sopir pada kedua trayek ini sebanyak 1064 orang sopir angkot, yang terdiri dari 238 orang sopir pada Trayek Kampus Dalam (119 kendaraan) dan 826 orang sopir pada Trayek Leuwiliang (413 kendaraan). Cara pengambilan contoh dilakukan dengan purposive sampling, menggunakan kriteria 1) sopir pada Trayek Kampus Dalam dan Leuwiliang; 2) laki-laki; 3) berusia >30 tahun; 4) bekerja sebagai sopir angkot >2 tahun; 5) dapat berkomunikasi dengan baik dan bersedia diwawancarai. Selama masa penelitian berlangsung diperoleh calon contoh berdasarkan kriteria sebanyak 66 sopir, terdiri dari 35 sopir pada Trayek Kampus Dalam dan 31 sopir pada Trayek Leuwiliang. Namun contoh yang memenuhi kriteria dengan data yang lengkap terdapat sebanyak 30 sopir pada Trayek Kampus Dalam dan 30 sopir pada Trayek Leuwiliang, sehingga diperoleh total contoh sebanyak 60 sopir. Adapun bagan cara penarikan contoh dapat dilihat pada Gambar 2.

(31)

Gambar 2. Cara penarikan contoh penelitian

Jenis dan Cara Pengumpulan Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Jenis data primer yang dikumpulkan adalah 1) karakteristik individu dan keluarga contoh (umur, tingkat pendidikan, besar keluarga, dan pendapatan; 2) pengetahuan gizi dan kesehatan; 3) gaya hidup (kebiasaan olahraga, kebiasaan merokok, dan kebiasaan mengkonsumsi alkohol), pola makan (kebiasaan makan dan frekuensi konsumsi jenis pangan), dan perilaku hidup sehat; 4) karakteristik lingkungan fisik rumah; 5) keluhan kesehatan (riwayat kesehatan selama satu bulan terakhir) dan status gizi (perbandingan berat badan dan tinggi badan) contoh.

Data primer tersebut dikumpulkan dengan cara wawancara menggunakan kuesioner. Data berat badan dan tinggi badan diperoleh dengan cara pengukuran langsung oleh peneliti di tempat pengambilan data primer. Data sekunder yang dikumpulkan meliputi data jumlah trayek dan jumlah angkot yang beroperasi di Kabupaten Bogor, yang diperoleh dari Dinas Perhubungan Kabupaten Bogor. Jenis dan cara pengumpulan data tersebut dapat dilihat pada Tabel 1.

Trayek Kampus Dalam 119 kendaraan n=238 Orang Trayek Leuwiliang 413 kendaraan n=826 Orang n=31 Orang n=35 Orang n=30 Orang n=30 Orang Total n=60 Orang Sesuai kriteria Data lengkap

(32)

Tabel 1. Jenis dan cara pengumpulan data primer

Variabel Data yang dikumpulkan Cara pengumpulan data Karakteristik Individu dan Keluarga Contoh 1. Umur 2. Pendidikan 3. Besar keluarga 4. Pendapatan Wawancara (Kuesioner) Pengetahuan Gizi dan Kesehatan

1. Definisi zat gizi 2. Pangan sumber zat gizi 3. Dampak kekurangan zat gizi 4. Kesehatan fisik 5. Kesehatan psikis 6. Kondisi lingkungan Wawancara (Kuesioner) Gaya Hidup 1. Kebiasaan olahraga 2. Kebiasaan merokok 3. Kebiasaa konsumsi alkohol

Wawancara (Kuesioner) Pola Makan 1. Kebiasaan makan - Frekuensi makan - Kebiasaan sarapan - Jenis makanan

- Kebiasaan minum air putih 2. Frekuensi konsumsi jenis pangan Food List terbatas:

-Makanan pokok - Lauk hewani - Lauk nabati - Sayur-sayuran - Buah-buahan - Susu dan olahannya

Wawancara (Kuesioner) Perilaku Hidup Sehat 1. Kebiasaan mandi 2. Menggosok gigi 3. Keramas 4. Cuci tangan 5. Gunting kuku 6. Memakai alas kaki 7. Pemakaian handuk 8. Kebiasaan ganti baju

Wawancara (Kuesioner) Karakteristik Lingkungan Fisik Rumah 1. Status rumah

2. Struktur bangunan rumah 3. Sumber air bersih

4. Kepemilikan kamar mandi dan WC 5. Tempat pembuangan sampah/kotoran 6. Letak kandang Wawancara (Kuesioner) Status Gizi 1. Berat badan (kg) 2. Tinggi badan (cm) IMT (kg/m2) BB diukur dengan bathroom scale (kg) TB diukur dengan microtoise (cm) Keluhan Kesehatan Jenis dan frekuensi keluhan sakit Wawancara

(33)

Pengolahan dan Analisis Data

Terhadap data yang diperoleh kemudian dilakukan proses entri, editing, dan coding, kemudian diolah dengan komputer menggunakan program Microsoft Excel dan dianalisis secara deskriptif dan inferensia dengan program Statistical Program for Social Science (SPSS for Windows versi 13.0). Pengolahan data karakteristik individu dan keluarga contoh (umur, tingkat pendidikan, pendapatan, dan besar keluarga) diberi kode, selanjutnya diberi kriteria untuk kategori dan disajikan dalam bentuk tabel kemudian dianalisis secara deskriptif.

Pengetahuan gizi dan kesehatan diukur dengan 20 pertanyaan tentang definisi zat gizi, contoh pangan sumber zat gizi tertentu, dampak kekurangan zat gizi tertentu, kesehatan fisik, kesehatan psikis, dan kondisi lingkungan. Penilaian pengetahuan gizi dan kesehatan dilakukan dengan memberi skor. Bila menjawab tidak tahu diberi skor 0, untuk jawaban setengah benar diberi skor 1, sedangkan untuk jawaban seluruhnya benar diberi skor 2, sehingga skor total minimum 0 dan maksimum adalah 40. Kategori pengetahuan gizi dan kesehatan dikelompokkan menjadi tiga, yaitu kategori pengetahuan gizi dan kesehatan tingkat rendah bila skor <60.0%, kategori pengetahuan gizi dan kesehatan tingkat sedang bila skor 60.0-80.0%, dan kategori pengetahuan gizi dan kesehatan tingkat tinggi bila skor >80.0% (Khomsan 2000).

Gaya hidup diukur berdasarkan kebiasaan olahraga, kebiasaan merokok, dan kebiasaan mengkonsumsi alkohol. Kebiasaan olahraga diukur dengan frekuensi olahraga selama satu bulan terakhir, yang dikelompokkan menjadi 3, yaitu 1) frekuensi <10 kali/bulan; 2) frekuensi 10-20 kali/bulan; dan 3) frekuensi >21 kali/bulan. Penilaian kebiasaan merokok berdasarkan jumlah rokok yang dihisap dikelompokkan menjadi 4, yaitu 1) non perokok; 2) perokok ringan (1-10 batang/hari); 3) perokok sedang (11-20 batang/hari); dan 4) perokok berat (>20 batang/hari) (Soehardi 2004 diacu dalam Damayanti 2007). Adapun penilaian kebiasaan konsumsi alkohol diukur berdasarkan pernah tidaknya mengkonsumsi alkohol selama satu bulan terakhir, yang dikelompokkan menjadi 2, yaitu 1) tidak (0 kali/bulan); dan 2) ya (>1 kali/bulan).

Data mengenai pola makan terdiri dari kebiasaan makan dan frekuensi konsumsi jenis pangan. Kebiasaan makan diukur dengan frekuensi makan/hari,

(34)

kebiasaan sarapan, jenis makanan yang dikonsumsi, dan kebiasaan minum air putih. Penilaian frekuensi makan diukur berdasarkan frekuensi konsumsi dalam sehari, yang dikelompokkan menjadi 3, yaitu 1) frekuensi <2 kali/hari; 2) frekuensi 3 kali/hari; dan 3) frekuensi >4 kali/hari. Penilaian kebiasaan sarapan diukur berdasarkan frekuensi sarapan per minggu, yang dikelompokkan menjadi 4, yaitu 1) tidak pernah (0 kali/minggu); 2) jarang (1-2 kali/minggu); 3) kadang (3-4 kali/minggu); dan 4) sering (5-7 kali/minggu). Penilaian jenis makanan diukur berdasarkan susunan hidangan dalam setiap kali makan, yang dikelompokkan menjadi 3, yaitu 1) makanan pokok dan lauk pauk; 2) makanan pokok, lauk-pauk dan buah-buahan; 3) makanan pokok, lauk-pauk dan sayuran; dan 4) makanan pokok, lauk-pauk, sayuran dan buah-buahan. Adapun kebiasaan minum diukur berdasarkan jumlah gelas air yang diminum per hari, yang dikelompokkan menjadi 3, yaitu 1) <3 gelas/hari; 2) 4-7 gelas/hari; dan 3) >8 gelas/hari.

Frekuensi konsumsi jenis pangan diukur berdasarkan frekuensi konsumsi jenis pangan tertentu dalam satu bulan terakhir, yang dikelompokkan menjadi 4, yaitu 1) bila sama sekali tidak mengkonsumsi jenis pangan tertentu termasuk kategori tidak pernah; 2) bila mengkonsumsi jenis pangan tertentu dengan frekuensi 1-2 kali/minggu termasuk kategori jarang; 3) bila mengkonsumsi jenis pangan tertentu dengan frekuensi 3-4 kali/minggu termasuk kategori kadang; dan bila mengkonsumsi jenis pangan tertentu dengan frekuensi >5 kali/minggu termasuk kategori sering.

Perilaku hidup sehat diukur dengan 10 pernyataan mengenai pemeliharaan kebersihan tubuh dan pakaian dalam kehidupan sehari-hari, seperti kebiasaan mandi, keramas, menggosok gigi, cuci tangan, dan mengganti baju seusai mandi. Penilaian perilaku hidup sehat dilakukan dengan memberi skor pada setiap pertanyaan. Bila menjawab tidak pernah diberi skor 0, bila menjawab kadang diberi skor 1, dan bila menjawab selalu diberi skor 2. Hasil yang diperoleh adalah skor minimum 0 dan skor maksimum adalah 20. Kategori perilaku hidup sehat dikelompokkan menjadi 3, yaitu perilaku hidup sehat tingkat rendah bila skor 12-15, perilaku hidup sehat tingkat sedang bila skor 16-18, dan perilaku hidup sehat

(35)

tingkat baik bila skor 19-20. Pengkategorian ini berdasarkan interval kelas, yang rumus perhitungannya adalah sebagai berikut :

Interval kelas (Slamet 1993) = Nilai tertinggi – Nilai terendah Jumlah kelas

Status rumah terdiri dari ikut keluarga, sewa/kontrak, dan milik sendiri. Bila contoh tinggal di rumah saudaranya maka termasuk kategori ikut keluarga, bila contoh tinggal di rumah kontrakan/sewaan maka termasuk kategori kontrak/sewa, dan bila contoh tinggal di rumah milik sendiri maka termasuk kategori milik sendiri.

Karakteristik lingkungan fisik rumah diukur dengan 11 pertanyaan mengenai struktur bangunan rumah, sumber air bersih, kepemilikan kamar mandi dan WC, serta tempat pembuangan sampah dan kotoran. Penilaian karakteristik lingkungan fisik rumah dilakukan dengan memberi skor pada setiap pertanyaan. Terdapat 4 pertanyaan yang memiliki skor 1-2, dan 3 pertanyaan dengan skor 1-3, serta 4 pertanyaan dengan skor 1-4, sehingga skor total minimum adalah 11 dan maksimum adalah 33. Kategori karakteristik lingkungan fisik rumah dilakukan dengan menghitung interval kelas kemudian dikelompokkan menjadi 3, yaitu kategori lingkungan fisik rumah tingkat rendah bila skor 17-22, kategori lingkungan fisik rumah tingkat sedang bila skor 23-28, dan kategori lingkungan fisik rumah tingkat baik bila skor 29-33.

Status gizi contoh diukur berdasarkan Indeks Massa Tubuh (IMT), dengan kategori sebagai berikut :

Kategori Status Gizi Nilai IMT Underweight Normal Overweight • Pre Obese • Obese I • Obese II • Obese III <18.5 18.5-24.9 >25 25-29.9 30-34.9 35-39.9 >40

Sumber: WHO (2000) dalam Gibson (2005).

Keluhan kesehatan diukur berdasarkan frekuensi dan jenis keluhan sakit selama satu bulan terakhir. Frekuensi keluhan sakit dikelompokkan menjadi 2, yaitu ada keluhan bila selama satu bulan terakhir merasa ada keluhan kesehatan dan tidak ada keluhan bila selama satu bulan terakhir tidak ada keluhan kesehatan apapun. Jenis keluhan sakit dikelompokkan menjadi 10, yaitu batuk,

(36)

demam/masuk angin, flu, pusing/sakit kepala, sesak nafas, sakit gigi, gangguan perut/gastritis, diare, sulit BAB, dan gangguan tekanan darah/hipertensi.

Uji korelasi Spearman digunakan untuk melihat ada atau tidaknya hubungan yang erat antara pengetahuan gizi dan kesehatan, perilaku hidup sehat, serta karakteristik lingkungan fisik rumah terhadap keluhan kesehatan contoh. Selain itu, uji korelasi Spearman juga digunakan untuk melihat ada atau tidaknya hubungan yang erat antara keluhan kesehatan dengan status gizi contoh. Sedangkan uji beda Mann-Whitney digunakan untuk menguji signifikansi perbedaan antara karakteristik individu dan keluarga, pengetahuan gizi dan kesehatan, gaya hidup, perilaku hidup sehat, karakteristik lingkungan fisik rumah, keluhan kesehatan dan status gizi contoh antara sopir Kampus Dalam dengan sopir Leuwiliang. Cara pengkategorian dan analisis variabel penelitian disajikan pada Tabel 2.

(37)

Tabel 2. Cara pengkategorian dan analisis variabel penelitian

Variabel Kategori Pengukuran

1. Karakteristik contoh Umur

(Hurlock dalam Faiz 2008)

1. 18 – 39 tahun (Dewasa Awal) 2. 40 – 60 tahun (Dewasa Madya) 3. > 60 tahun (Dewasa Akhir)

Pendidikan 1. Tidak tamat SD 4. SLTA/sederajat 2. SD/sederajat 5. PT/sederajat 3. SLTP/sederajat Pendapatan (BPS Kabupaten Bogor 2006) 1. Miskin (< Rp. 183.067,00/kap/bln) 2. Tidak miskin (> Rp. 183.067,00/kap/bln) Besar Keluarga

(BKKBN 1998 diacu dalam Marut 2008)

1. Keluarga kecil (< 4 orang) 2. Keluarga sedang (5-6 orang) 3. Keluarga besar (> 7 orang) 2. Pengetahuan

Gizi dan Kesehatan (Khomsan 2000)

1. Rendah (skor <60.0%). 2. Sedang (skor 60.0-80.0%) 3. Tinggi (skor >80.0%) 3. Gaya Hidup

Kebiasaan Olahraga 1. Frekuensi <10 kali/bulan 2. Frekuensi 10-20 kali/bulan 3. Frekuensi >21 kali/bulan Kebiasaan Merokok (Soehardi 2004, dalam Damayanti 2007) 1. Non perokok

2. Perokok ringan (1-10 batang/hari) 3. Perokok sedang (11-20 batang/hari) 4. Perokok berat (> 20 batang/hari) Konsumsi Alkohol 1. Tidak (0 kali/bulan)

2. Ya (>1 kali/bulan) 4. Pola Makan

• Kebiasaan Makan

Frekuensi Makan 1. Frekuensi <2 kali/hari 2. Frekuensi 3 kali/hari 3. Frekuensi >4 kali/hari Kebiasaan Sarapan 1. Tidak Pernah (0 kali/minggu)

2. Jarang (1-2 kali/minggu) 3. Kadang (3-4 kali/minggu) 4. Selalu (5-7 kali/minggu) Jenis Makanan 1. Makanan pokok dan lauk pauk

2. Makanan pokok, lauk-pauk dan buah 3. Makanan pokok, lauk-pauk dan sayur 4. Makanan pokok, lauk-pauk, sayur, buah Kebiasaan Minum 1. <3 gelas/hari 3. >8 gelas/hari.

2. 4-7 gelas/hari • Frekuensi Konsumsi

Jenis Pangan

1. Tidak Pernah/TP (0 kali/minggu) 2. Jarang/Jrg (1-2 kali/minggu) 3. Kadang/Kdg (3-4 kali/minggu) 4. Sering/Srg (> 5 kali/minggu)

(38)

Variabel Kategori Pengukuran 5. Perilaku Hidup Sehat 1. Rendah (skor 12-15)

2. Sedang (skor 16-18) 3. Baik (skor 19-20) 6. Karakteristik

Lingkungan Fisik Rumah

1. Rendah (skor 17-22) 2. Sedang (skor 23-28) 3. Baik (skor 29-33) 7. Status Gizi Berdasarkan

Indeks Massa Tubuh (IMT) (WHO 2000 dalam Gibson 2005)

1. Underweight : IMT<18.5 2. Normal : 18.5<IMT<24.9 3. Overweight : IMT>25

• Pre Obese : 25<IMT<29.9 • Obese I : 30<IMT<34.9 • Obese II : 35<IMT<39.9 • Obese III : IMT>40 8. Keluhan Kesehatan

1. Ada keluhan (Memiliki keluhan sakit) 2. Tidak ada keluhan sakit

(39)

Definisi Operasional

Sopir Angkot : Orang yang bekerja sebagai sopir pada angkutan kota (angkot)

trayek Kampus Dalam dan Leuwiliang, Kabupaten Bogor.

Pendidikan : Jenjang pendidikan/sekolah formal yang pernah diikuti contoh

(sopir angkot) berdasarkan lamanya menempuh pendidikan.

Pendapatan : Sejumlah uang yang diterima contoh sebagai penghasilannya

sebagai sopir angkot.

Jumlah anggota keluarga : Banyaknya individu (jiwa) yang tinggal/menetap

bersama dalam satu rumah dan hidup dari sumber penghasilan yang sama. Cut off point besar keluarga dalam penelitian ini adalah keluarga kecil (< 4 orang), keluarga sedang (5-6 orang), dan keluarga besar (> 7 orang).

Gaya Hidup : Cara contoh berinteraksi dengan lingkungannya dan melakukan

kebiasaan-kebiasaan tertentu dalam kehidupan sehari-hari, seperti gaya hidup sehat (berolahraga), kebiasaan merokok, dan kebiasaan minum alkohol.

Status Rumah : Status kepemilikan rumah/tempat tinggal yang ditempati contoh,

seperti milik sendiri, kontrak/sewa, atau ikut keluarga.

Karakteristik Lingkungan Fisik Rumah : Keadaan lingkungan fisik sekitar

rumah yang diduga menentukan kondisi kesehatan contoh, meliputi kondisi fisik rumah, sarana air bersih, ketersediaan kamar mandi dan WC, serta tempat pembuangan sampah dan kotoran. Diukur berdasarkan skor jawaban pada kuesioner yang diperoleh melalui wawancara dengan contoh.

Struktur Bangunan Rumah : Jenis atau tipe bahan bangunan yang digunakan

untuk bagian atap (genting/asbes), bagian dinding/tembok (plester/tanpa plester/bambu), dan bagian lantai (semen/ubin/keramik/tanah).

Riwayat Kesehatan : Kondisi kesehatan atau data mengenai jenis penyakit yang

pernah diderita contoh selama satu bulan terakhir.

Keluhan Kesehatan : Ungkapan yang keluar karena perasaan susah karena

(40)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Karakteristik Contoh

Umur

Lebih dari separuh contoh (53.3%) tergolong pada masa dewasa madya, dan hanya 5.0% yang tergolong dewasa akhir. Pada trayek Kampus Dalam, masih ada 10.0% contoh sopir yang termasuk dalam kelompok masa dewasa akhir, sedangkan untuk trayek Leuwiliang, tidak ada sopir yang termasuk dalam kelompok masa dewasa akhir. Hal ini diduga karena jarak tempuh pada Trayek Leuwiliang lebih jauh daripada jarak tempuh pada Trayek Kampus Dalam, sehingga tidak ada contoh pada sopir Leuwiliang yang tergolong kategori dewasa akhir yang masih kuat untuk mengendarai angkot. Sebaran contoh berdasarkan umur disajikan pada Tabel 3.

Tabel 3. Sebaran contoh berdasarkan umur Sopir Kampus Dalam Sopir Leuwiliang Total Kategori Umur*) n % n % n %

Dewasa Awal (30-39 Tahun) 15 50.0 10 33.3 25 41.7 Dewasa Madya(40-60 Tahun) 12 40.0 20 66.7 32 53.3 Dewasa Akhir (>60 Tahun) 3 10.0 0 0.0 3 5.0

Total 30 100.0 30 100.0 60 100.0

*) Hurlock dalam Faiz 2008

Pada penelitian ini, lebih dari separuh contoh (68.0%) yang tergolong dewasa awal telah bekerja sebagai sopir angkot selama 2-10 tahun, sedangkan yang tergolong masa dewasa akhir lebih dari separuhnya (66.7%) telah bekerja sebagai sopir angkot lebih dari 30 tahun. Masa dewasa madya dapat disebut sebagai masa yang rentan terhadap sakit, karena penyakit yang biasanya tidak dirasakan akan lebih terasa, selain itu beban pikiran akan mudah untuk menyebabkan stress. Pada masa dewasa akhir terjadi banyak sekali penurunan kemampuan individu, baik secara fisik maupun psikis (Faiz 2008). Proses penuaan berhubungan dengan kemunduran kapasitas fisiologis, misalnya kekuatan otot, kapasitas aerobik, koordinasi neuromotorik, dan fleksibilitas. Peningkatan disabilitas fungsional yang terkait dengan usia tersebut memiliki risiko terhadap aktivitas fisik yang terbatas (Palestin 2006).

(41)

Pendidikan

Tingkat pendidikan formal yang pernah ditempuh oleh contoh sebesar 36.7% adalah SLTA/sederajat. Jika dibandingkan antara sopir Kampus Dalam dan Sopir Leuwiliang, dapat dikatakan bahwa tingkat pendidikan pada sopir Leuwiliang lebih baik daripada sopir Kampus Dalam. Pada sopir Leuwiliang, persentase terbesar contoh memiliki tingkat pendidikan SLTA/sederajat. Sedangkan pada sopir Kampus Dalam, yang memiliki tingkat pendidikan SLTA/sederajat sama persentasenya dengan yang memiliki tingkat pendidikan SD/sederajat. Sebaran contoh berdasarkan tingkat pendidikan dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Sebaran contoh berdasarkan tingkat pendidikan Sopir Kampus Dalam Sopir Leuwiliang Total Tingkat Pendidikan n % n % n % Tidak Tamat SD 2 6.7 0 0.0 2 3.3 SD/sederajat 10 33.3 8 26.7 18 30.0 SLTP/sederajat 8 26.7 9 30.0 17 28.3 SLTA/sederajat 10 33.3 12 40.0 22 36.7 PT/sederajat 0 0.0 1 3.3 1 1.7 Total 30 100.0 30 100.0 60 100.0

Pada penelitian ini, contoh yang tergolong dewasa awal memiliki tingkat pendidikan yang lebih tinggi daripada contoh yang tergolong dewasa madya ataupun dewasa akhir. Pendidikan formal serta keikutsertaan dalam pendidikan non-formal sangat penting dalam menentukan status kesehatan dan status gizi (Sukarni 1994). Tingkat pendidikan pun dapat mempengaruhi perilaku seseorang dalam menghadapi suatu masalah (Sumarwan 2004).

Karakteristik Sosial Ekonomi Keluarga Besar Keluarga

Hasil penelitian menunjukkan bahwa separuh contoh termasuk dalam kategori keluarga kecil. Pada sopir Kampus Dalam, lebih dari separuh contoh (60.0%) termasuk dalam kategori keluarga kecil, Sedangkan pada sopir Leuwiliang, persentase keluarga kecil dan sedang adalah sama, yaitu sebesar 40.0%. Sebaran contoh berdasarkan besar keluarga dapat dilihat pada Tabel 5.

Gambar

Gambar 1. Faktor-faktor yang berhubungan dengan keluhan kesehatan    Status Gizi        Karakteristik Contoh -  Umur -  Pendidikan -  Besar keluarga -  Pendapatan   Pengetahuan        Gizi dan Kesehatan
Gambar 2. Cara penarikan contoh penelitian
Tabel 1. Jenis dan cara pengumpulan data primer
Tabel 3. Sebaran contoh berdasarkan umur  Sopir   Kampus Dalam  Sopir   Leuwiliang  Total  Kategori Umur *) n  %  n   %  n  %
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pembuatan Laporan Akhir merupakan salah satu persyaratan untuk menyelesaikan pendidikan Diploma 3 (D3) pada Jurusan Teknik Elektro Program Studi Teknik

Hasil ini tidak sejalan dengan hipotesis yang disusun oleh penulis yang menyatakan bahwa perguruan tinggi, metode pembelajaran, minat mata kuliah dan jurusan asal

Berdasarkan identifikasi masalah yang telah diuraikan di atas, untuk memudahkan penelitian perlu pembatasan yang berdasarkan tujuan dari penelitian ini, adapun

Pengetahuan tentang seks bebas pada siswa kelas X di SMK Negeri 1 Kasihan Bantul sebelum penyuluhan sex education yaitu kategori baik 10 (18,5%) responden, kategori cukup 37

Rokan Hilir 20,000,000 APBD Mei 2012 Juni - Agustus 2012 EK 340 - Pengadaan/Pemasangan instalasi dan meteran listrik Perkantoran Kecamatan Rimba Melintang Penunjukan Langsung 1

Penelitian ini dilakukan untuk menguji pengaruh kinerja keuangan terhadap nilai perusahaan pada perusahaan manufaktur di bursa efek indonesia periode 2009-2012. Rasio

Hidup Berdasarkan Hukum Makeham Yang Dibayarkan Sesaat Setelah Kematian Dengan Tingkat Suku Bunga Mengikuti Model CIR...63 4.6 APV (Actuarial Present Value) Dari Manfaat

Penatalaksanaan yang dilakukan pada ibu yang mengalami engorgement antara lain adalah : keluarkan sedikit ASI sebelum menyusui agar payudara lebih lembek, sehingga lebih