• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III METODE PENELITIAN. yang dilakukan dibawah kondisi buatan yang kondisinya dibuat dan diatur.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB III METODE PENELITIAN. yang dilakukan dibawah kondisi buatan yang kondisinya dibuat dan diatur."

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

20 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah eksperimen karena observasi yang dilakukan dibawah kondisi buatan yang kondisinya dibuat dan diatur. Objek penelitian ini adalah patogenisitas jamur C. gloeosporioides terhadap tanaman cabai merah yang diberi perlakuan berbagai konsentrasi ekstrak rimpang kunyit (C. domestica Val.), DMSO 1% (kontrol negatif), akuades steril (kontrol negatif) dan Dithane M-45 0,2% (kontrol positif).

B. Desain Penelitian

Dalam penelitian ini digunakan desain penelitian Rancangan Acak Lengkap (RAL) karena penelitian dilakukan dalam kondisi yang relatif homogen. Hasil uji pendahuluan pada penelitian sebelumnya secara in vitro menunjukkan konsentrasi ekstrak kunyit 0,15% dapat menghambat perkecambahan spora sebesar 54,8% dengan rata-rata perkecambahan spora 3,3 x 105 (spora/ml) (Arhandhian, 2009). Pada penelitian ini menggunakan konsentrasi ekstrak rimpang kunyit yang dilipatgandakan dari hasil uji pendahuluan penelitian sebelumnya untuk uji fitotoksik ekstrak secara in vivo yaitu 0,1%, 0,3%, 0,6%, 0,9%, 1,2% dan 1,5%.

Konsentrasi ekstrak kunyit yang digunakan pada uji hayati pokok ditentukan kemudian setelah dilakukan uji hayati pendahuluan. Untuk kontrol

(2)

21

negatif digunakan DMSO 1 % dan akuades steril, sedangkan untuk kontrol positif digunakan Dithane M-45 0,2%. Banyaknya pengulangan untuk setiap perlakuan diperoleh dari rumus pengulangan Rancangan Acak Lengkap, yaitu (t) (r) – 1 > 20, dimana t adalah perlakuan (treatment) dan r adalah pengulangan (replikasi) (Gomez dan Gomez, 1995). Jadi:

(t) (r) – 1 ≥ 20 (8) (r) – 1 ≥ 20 8r – 1 ≥ 20 8r ≥ 21 r ≥ 2,625 Dibulatkan menjadi 3

Berdasarkan perhitungan diatas maka banyaknya pengulangan yang harus dilakukan adalah paling sedikit tiga kali.

Tabel 3.1 Desain Rancangan acak Lengkap

C1 A2 H3 G1 C3 B2 C2 E2

A3 G2 E3 E1 D3 D1 G3 H2

H1 B1 B3 D2 F1 F3 A1 F2

Keterangan:

A : kontrol negatif akuades steril E : konsentrasi ekstrak 0.2% B : kontrol positif 0.2% Dithane M-45 F : konsentrasi ekstrak 0.3%

C : kontrol negatif DMSO 1% G : konsentrasi ekstrak 0.4%

(3)

22 C. Populasi dan Sampel

1. Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh biji cabai merah (Capsicum annuum L.) varietas TW.

2. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah biji cabai merah (Capsicum annuum L.) yang diberi perlakuan dengan ekstrak rimpang kunyit (C. domestica Val) dengan berbagai konsentrasi.

D. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan pada bulan April sampai dengan bulan Oktober 2010 di laboratorium mikrobiologi dan rumah kaca Jurusan Pendidikan Biologi FPMIPA UPI. Jamur C. gloeosporoides Penz. yang digunakan untuk penelitian diperoleh dari Balai Penelitian Tanaman Sayuran (BALITSA) Lembang, Bandung.

E. Alat dan Bahan Penelitian

Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini tercantum dalam Tabel 3.2 dan Tabel 3.3.

Tabel 3.2 Daftar alat yang digunakan No. Nama alat Jumlah Spesifikasi

1. Alumunium foil 1 pak 25 sq.ft (7,6 m x 30 cm)

2. Autoklaf 1 buah Merek EYELE model HL36 AE

3. Blender 1 buah Merek National

4. Beaker glass @1 buah Gelas pyrex ukuran 1000 ml dan

(4)

23

5. Botol kecil 10 buah Kapasitas 25 ml

6. Cawan petri Secukupnya Gelas pyrex

7. Gelas ukur @1 buah Pyrex kapasitas 10 ml dan 250 ml

8. Gelas Objek dan

gelas penutup

4 buah 25,4 x 76,2 mm (11x 3 1) dan 1-1,2

mm

9. Haemocytometer 1 buah 0,100 mm tiefe depth profondeur

10. Jarum inokulasi 1 buah Panjang 15 cm

11. Kain kasa Secukupnya Steril

12. Kapas Secukupnya Kapas pembalut

13. Kertas saring Secukupnya Whatman No.1

14. Labu erlenmeyer 2 buah Pyrex kapasitas 500 ml

15. Lampu spirtus 2 buah Kapasitas 200 ml

16. Magnetic stirer 1 buah Model RCH-3

17. Makropipet @1 buah Kapasitas 5 ml dan 9 ml

18. Mikroskop 1 buah 1000 x perbesaran

19. Neraca digital 1 unit Merek AND ketelitian 0,001 mg

20. Pisau 1 buah Tajam

21. Pelubang gabus 1 buah 6 mm

22. Polybag 60 buah Ukuran 20 x 35 cm

23. Rak tabung 4 buah Berbahan kayu

24. Sekop kecil 1 buah

25. Shaker 1 unit Eyela Multi Shaker MMS

26. Sprayer 1 buah

27. Tabung reaksi 50 buah Gelas pyrex

(5)

24

Tabel 3.3 Daftar bahan yang digunakan No. Nama bahan Jumlah Spesifikasi

1. Agar-agar 15 gram Difco agar

2. Akudes 3 liter

3. Benih cabai merah 1 bungkus Hot Beauty (F1 Hybrid)

Know-You Seed Taiwan

4. Dithane M-45 1 bungkus mengandung 80% Mancozeb

5. DMSO 2 5ml Konsentrasi 100%

6. Ethanol 1000 ml Konsentrasi 70% dan 96 %

7. HCl secukupnya Teknis

8. Jamur C.

gloeosporiodes Penz.

1 stok kultur Koleksi BALITSA

9. Kunyit 5 kg Padalarang

10. Kentang Dieng 500 gram Pasar lokal

11. NaCl 5 gram Teknis

12. NaOH secukupnya Teknis

13. Sukrosa 200 gram Teknis

14. Benih cabai merah 1 bungkus Hot Beauty (F1 Hybrid)

Know-You Seed Taiwan

15. Tanah steril 25 kg Tanah Lembang

(6)

25 F. Langkah kerja

1. Tahap persiapan

a. Pembuatan Medium jamur

Medium yang digunakan dalam pertumbuhan jamur adalah medium PSA (Potato Sukrose Agar). Pembuatan medium PSA adalah sebagai berikut: sebanyak 200 g kentang dipotong-potong kemudian direbus dalam 1000 ml akuades. Setelah kentang empuk kemudian disaring dan didapatkan ekstrak kentang. Ekstrak dilarutkan dengan akuades hingga volumenya 1000 ml dan ditambahkan 20 g sukrosa serta 15 g agar-agar. Selanjutnya dipanaskan menggunakan magnetic stirrer with hot plate selama 20 menit. Derajat keasamannya (pH) diukur dengan menggunakan pH meter dan ditambahkan HCl 1M atau NaOH 1M sampai pH medium mencapai 5,6. Medium tersebut dimasukkan ke dalam tabung reaksi masing-masing 9 ml dan disterilisasi menggunakan autoklaf (Gandjar et al., 1999).

b. Sterilsasi

Semua alat gelas tahan panas dan medium yang akan digunakan disterilkan dengan autoklaf selama 15-20 menit pada suhu 121oC dengan tekanan 1 atm. Alat-alat yang tidak tahan panas disterilkan dengan etanol 70%.

(7)

26 2. Tahap pra-penelitian

a. Identifikasi jamur

Identifikasi jamur C. gloeosporioides Penz. dilakukan melalui pengamatan morfologi jamur secara makroskopis dan mikroskopis. Pengamatan makroskopis dilakukan dengan mengamati warna dan bentuk koloninya. Sedangkan pengamatan mikroskopis dilakukan dengan mengamati struktur konidia, bentuk spora dan hifa jamur C. gloeosporioides Penz. dengan menggunakan metode slide culture secara aseptik (Heritage et al., 1996).

b. Pemeliharaan dan Penyediaan jamur

Sebelum dilakukan pengujian, jamur yang akan digunakan dipindahkan terlebih dahulu ke dalam medium PSA yang baru. Adapun prosesnya sebagai berikut: biakan jamur diinokulasikan pada medium PSA dalam cawan Petri dan diinkubasikan selama 7 hari pada suhu kamar.

c. Identifikasi Rimpang Kunyit

Rimpang kunyit (Curcuma domestica Val.) yang akan digunakan diidentifikasi terlebih dahulu. Rimpang kunyit (Curcuma domestica Val.) diamati bentuk morfologi dan warnanya yaitu berbentuk bulat lonjong dengan daging buah berwarna kuning kecoklatan.

d. Perbanyakan Kultur Jamur

Perbanyakan kultur jamur dimaksudkan untuk mendapatkan kultur jamur berusia tiga hari yang akan digunakan dalam penelitian.

(8)

27

Adapun prosesnya ialah diambil potongan biakan jamur menggunakan pelubang gabus berukuran 0,06 cm pada kultur jamur dalam cawan Petri, kemudian dipindahkan ke cawan Petri baru steril yang telah

berisi medium PSA menggunakan jarum inokulasi (ose).

Diinkubasikan selama delapan hari pada suhu ruang. Setelah delapan hari biakan jamur diambil menggunakan pelubang gabus, kemudian dipindahkan ke medium PSA miring dalam tabung reaksi. Setelah itu, diinkubasikan selama tiga hari pada suhu ruang.

e. Ekstraksi Rimpang Kunyit (Curcuma domestica Val.)

Rimpang kunyit yang akan digunakan, dibersihkan dengan air keran. Kemudian dipotong-potong dan dikeringkan pada tempat yang tidak langsung terkena sinar matahari dengan cara diangin-anginkan supaya terdapat sirkulasi udara yang baik. Pengeringan ini bertujuan untuk memperoleh bahan tumbuhan yang tidak rusak. Setelah kering rimpang dihancurkan menggunakan blender sehingga diperoleh serbuk halus yang siap untuk diekstraksi.

Serbuk rimpang kunyit dimaserasi (direndam) dengan etanol 96% dengan perbandingan 200g/1000ml (Balbi-Pena et al., 2006: 311), kemudian diaduk dan dikocok dengan kecepatan 100 rpm minimal 24 jam. Simplisia yang telah direndam, disaring menggunakan kertas saring Whatman No.1. Selanjutnya dievaporasi dengan menggunakan rotary evaporator (Somchit et al., 2002). Kemudian diuapkan dengan waterbath untuk menguapkan sisa pelarut

(9)

28

etanol. Ekstrak yang sudah diuapkan pelarutnya dan berbentuk pasta disimpan pada botol gelap pada suhu 4oC.

f. Pembuatan Konsentrasi Ekstrak

Ekstrak yang diperoleh dari proses ekstraksi kemudian dilarutkan dengan pelarut DMSO (Dymethil sulfoxide) 1% untuk memperoleh konsentrasi ekstrak yang dikehendaki dalam perlakuan misalnya, pembuatan larutan ekstrak dengan konsentrasi 0,1%. Ekstrak kunyit yang berbentuk pasta ditimbang sebanyak 0,05 gram, dilarutkan dalam 50 ml DMSO 1%. Kemudian larutan yang diperoleh disimpan dalam botol bertutup dan berwarna gelap.

3. Tahap pelaksanaan

a. Uji Fitotoksik dari Ekstrak Rimpang Kunyit pada Benih Cabai Merah

Uji fitotoksik ini bertujuan untuk mengetahui ada atau tidaknya efek fitotoksik ekstrak rimpang kunyit terhadap pertumbuhan tanaman cabai merah. Benih cabai merah berupa biji direndam dalam ekstrak rimpang kunyit dengan konsentrasi 0,1%, 0,3%, 0,6%, 0,9%, 1,2% dan 1,5%. Sebagai kontrol positif biji direndam dalam 0,2% Dithane M-45 dan kontrol negatif akuades steril serta DMSO 1% selama 30 menit.

Biji yang telah direndam ditanam pada polybag berukuran 30x40 cm yang telah berisi tanah steril. Jumlah biji per polybag berisi lima biji. Selanjutnya dipelihara selama tiga minggu untuk melihat ada atau

(10)

29

tidaknya gejala fitotoksik pada tanaman. Gejala fitotoksik yang diamati meliputi nekrotik pada tepi, tengah dan ujung daun serta adanya warna perak (bronzing ) dan kecoklatan ( browning ) pada ujung daun (Lestari, 2009). Konsentrasi ekstrak yang sudah menunjukkan gejala fitotoksik, tidak digunakan pada uji selanjutnya yaitu uji daya hambat ekstrak terhadap jamur C. gloeosporoides secara in vivo.

b. Uji Daya Hambat Ekstrak Rimpang Kunyit terhadap Jamur

Colletotrichum gloeosporoides Penz. pada Benih Cabai Merah

1) Uji Hayati Pendahuluan

Pengujian ini dilakukan untuk mendapatkan kisaran konsentrasi efektif ekstrak rimpang kunyit dalam menghambat pertumbuhan C. gloeosporoides Penz. yang akan digunakan pada uji hayati pokok. Konsentrasi ekstrak rimpang kunyit yang digunakan ialah 0,1%, 0,2%, 0,3%, 0,4% dan 0,5%. Tahap pertama yang dilakukan adalah membuat suspensi spora C. gloeosporoides Penz. yaitu melarutkan garam fisiologis (NaCl 0,85%) ke dalam medium PSA miring yang berisi biakan jamur berusia tiga hari dengan menggosoknya perlahan menggunakan jarum inokulasi (ose) untuk melepaskan spora. Kemudian dihomogenkan menggunakan vortex dan dipindahkan ke dalam tabung reaksi

kosong steril. Suspensi spora dihitung menggunakan

haemocytometer hingga mencapai kerapatannya 106 spora/ml (Gunawan, 2005).

(11)

30

Suspensi konidia sebanyak 250 ml dicampurkan dengan 2 kg tanah steril (Taufik, 2004). Polybag yang digunakan disterilkan terlebih dahulu menggunakan larutan sodium hipoklorit selama semalam kemudian dibilas dengan akuades steril (Remadi et al., 2006). Polybag steril diisi dengan tanah steril 2/3 bagian dan tanah yang berisi inokulum sebanyak 150 gram, kemudian diinkubasikan selama 6 hari untuk memastikan spora telah berkembang.

Biji cabai yang akan ditanam direndam terlebih dahulu dalam ekstrak rimpang kunyit dengan konsentrasi 0,1%, 0,2%, 0,3%, 0,4% dan 0,5%, DMSO 1%, akuades steril dan Dithane M-45 0,2% selama 30 menit. Biji ditanam pada polybag sebanyak lima buah per polybag. Selanjutnya dipelihara dan diamati perkecambahan dan kejadian penyakit pada benih cabai merah selama tiga minggu (Taufik, 2004).

2) Uji Hayati Pokok

Berdasarkan hasil uji hayati pendahuluan, maka konsentrasi yang digunakan pada uji hayati pokok ialah 0,3%, 0,6%, 0,9%, 1,2% dan 1,5%. Sebagai kontrol positif yaitu Dithane M-45 0,2% dan kontrol negatif yaitu DMSO 1% dan akuades steril. Tahapan dalam pelaksanaan uji hayati pokok sama dengan uji hayati pendahuluan.

(12)

31

3) Isolasi dan Identifikasi Jamur C. gloeosporioides Penz. dari Tanaman yang Terinfeksi

Untuk memastikan tanaman cabai merah hanya terinfeksi oleh jamur C. gloeosporioides Penz., maka dilakukan isolasi dari tanaman yang terinfeksi. Teknik isolasi yang digunakan berdasarkan metode Agrios (1997), yaitu dengan tahapan sebagai berikut:

a) Tanaman yang terinfeksi direndam dalam larutan Bayclin (mengandung NaOCl 5,25%) 1% selama 2 - 3 menit, dipotong-potong sekitar 2-4 mm. Sampel dikeringkan menggunakan kertas saring. Kemudian direndam dalam akuades steril selama 2 - 3 menit.

b) Potongan tanaman tersebut dimasukkan ke dalam cawan Petri steril berisi medium PSA secara aseptik. Diinkubasikan selama 4-8 hari hingga terlihat pertumbuhan miselium. Kemudian dipindahkan dalam medium PSA yang baru, diinkubasikan selama empat hari. Jamur diidentifikasi menggunakan metode slide culture.

(13)

32 4. Analisis Data

Untuk menghitung persentase perkecambahan, kejadian penyakit (DI), dan kematian penyakit sebagai berikut

a. Menghitung persentase perkecambahan tanaman cabai merah

menggunakan rumus sebagai berikut:

Keterangan:

JP : Jumlah perkecambahan

n : Jumlah tanaman yang berkecambah N : Total tanaman

b. Menghitung persentase kejadian penyakit antraknos pada tanaman cabai merah menggunakan rumus sebagai berikut (Cooke, 2003 dalam Masyahit et al, 2009):

Keterangan:

DI : Persentase disease incidence/kejadian penyakit n : Jumlah tanaman yang terinfeksi

N : Total tanaman

c. Menghitung persentase kematian tanaman menggunakan rumus

sebagai berikut:

Keterangan:

K : Persentase kematian n : Jumlah tanaman yang mati N : Total tanaman

JP = x 100%

DI (kejadian penyakit) =

(14)

33

Data yang diperoleh dianalisis menggunakan program SPSS versi 16.0 for windows. Data di uji normalitas (kolmogorov-smirnov) dan homogenitas terlebih dahulu. Apabila uji normalitas dan homogenitas terpenuhi dilakukan uji hipotesis one-way ANOVA dan apabila tidak terpenuhi dilakukan uji non-parametrik Kruskal-Wallis untuk menguji hipotesis. Dilanjutkan dengan uji jarak berganda Duncan pada taraf 5% untuk mengetahui perbandingan nilai tengah antar perlakuan yang berpengaruh nyata.

(15)

34 G. Alur Penelitian

Alur penelitian dapat dilihat pada gambar dibawah ini:

Gambar 3.1 Bagan alir penelitian Tahap persiapan

a. Pembuatan medium PSA

b. Sterilisasi

Tahap pra penelitian a. Identifikasi jamur

b. Pemeliharaan jamur c. Perbanyakan kultur jamur d. Identifikasi rimpang kunyit e. Ekstraksi rimpang kunyit f. Pembuatan konsentrasi ekstrak

Tahap pelaksanaan

a. Uji fitotoksik dari ekstrak rimpang kunyit pada benih cabai merah

b. Uji hayati pendahuluan ekstrak rimpang kunyit terhadap jamur Colletotrichum gloeosporioides pada benih cabai merah

c. Uji hayati pokok

d. Isolasi jamur dari tanaman yang terinfeksi

Penulisan skripsi Analisis data

Gambar

Tabel 3.1 Desain Rancangan acak Lengkap
Tabel 3.2 Daftar alat yang digunakan  No.  Nama alat  Jumlah  Spesifikasi
Tabel 3.3 Daftar bahan yang digunakan  No.  Nama bahan  Jumlah  Spesifikasi
Gambar 3.1 Bagan alir penelitian Tahap persiapan a. Pembuatan medium PSA b. Sterilisasi

Referensi

Dokumen terkait

pada gambar 35 berikut. User DB KMS KMS Extend Searching Show employee list Download attachment Storage User Show my profile DB KMS KMS Edit Save Cancel Extend Extend Extend

Agar dapat menentukan zona gempa yang tepat untuk mengaplikasikan dinding geser, maka harus dilakukan perhitungan gaya gempa terlebih dahulu. Karena belum adanya standar

Disajikan gambar penampang melintang salah satu organ pada tumbuhan, siswa dapat menjelaskan fungsi bagian yang ditunjuk.

Orang perseorangan warga Indonesia dan/ atau Badan Hukum Indonesia yang telah memiliki sertifikat operasi pelayanan jasa terkait untuk menunjang kegiatan pelayanan

Suatu Komunikasi yang baik akan menciptakan lingkungan yang terapetik dan kondusif, Untuk menghindari konflik adalah dengan menerapkan komunikasi yang efektif dalam

Supervisi pengawas dan kepemimpinan kepala sekolah secara bersama-sama dapat meningkatkan kinerja guru, hal ini dibuktikan dengan keberadaan supervisi Pengawas

Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh Integrated Marketing Communication (IMC) yang terdiri dari advertising, sales promotion, personal selling, direct

Dimensi f merupakan nilai yang bersifat nyata dari suatu kriteria yang dituliskan dalam fungsi, f : K → R dan tujuannya berupa prosedur optimasi untuk setiap alternatif